1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni dan budaya ...

48 downloads 514 Views 39KB Size Report
Seni dan budaya merupakan bagian yang vital yang tidak dapat dipisahkan dari manusia ... dalam arti mencerminkan kehidupan penciptanya1. Dimana dalam ...
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seni dan budaya merupakan bagian yang vital yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dalam setiap aktivitasnya. Lahir dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia. Karena dalam kebudayaan manusia terkandung unsur seni, maka seni dapat diartikan sebagai hasil daya dan upaya manusia melalui akal, pikiran, budi dan perasaan pada kurun waktu tertentu. Salah satu unsur seni yang penting adalah karya seni. Seni dapat pula dilihat sebagai mengungkap perasaan atau emosi penciptanya sehingga menjadi karakteristik dalam arti mencerminkan kehidupan penciptanya1. Dimana dalam keberadaannya di tengah-tengah masyarakat mampu memunculkan nilai estetis atau keindahan, berinteraksi dalam jalinan kesatuan hidup manusia sepanjang sejarah. Keduanya tumbuh dan berkembang tak terpisahkan karena bersumber dari hal yang sama yaitu interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan (sosial budaya) menjadi faktor utama dalam pengembangan kualitas manusia. Pengembangan kualitas bukan sekedar pembeberan kekuatan faktor genetiknya, tetapi pada hakikatnya merupakan kumulasi proses aktif dalam interaksi memanfaatkan lingkungan. Kita mempelajari budaya masyarakat melalui keseniannya, dan juga dihadapkan pada beragam reaksi terhadap seni. Berperan dalam mengintensifikasikan penginderaan manusia, juga memperjernih serta 1

Drs. Humar Sahman, MENGENALI DUNIA SENI RUPA, IKIP Semarang Press, Semarang, 1993

1

memperkaya pengalaman kita, juga dapat merupakan suatu cara bagi manusia dalam menanggapi berbagai masalah dalam masyarakat secara individual. Karya seni menyajikan nilai-nilai manusiawi, yang dimasa lampau maupun sekarang, selalu berkaitan dengan permasalahan manusia secara langsung atau tidak langsung. Kosakarya yang dihasilkan perupa pada dasarnya merupakan hasil ciptakarsa yang memuat pesan tertentu dan berada dalam rumpun budaya bendawi. Pesan itu hanya akan bermakna saat kosakarya yang diciptakan itu dikomunikasikan kepada pihak lain atau khalayak umum.

Tabel 1.1. Organisasi Kesenirupaan di Yogyakarta No

Lokasi

Organisasi Seni Rupa Seni

Seni

Lukis

Seniman

+Grafis 1

Seniman

Kriya

Seniman

Patung

Seni

Seniman

Dekorasi

4

58

17 9

46

1

25

25

1

15

15

263

5

26

2

18

1

5

4

21

5

31

8

79

46

601

20

205

Sleman

5

2

G. Kidul

1

1

3

Kodya YK

5

4

Bantul

5

Kulonprogo

17

144

Jumlah

Seni

79

6

78

261

6

Sumber : Taman Budaya Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 1994/ 1995

Berdasarkan tabel diatas seni patung memiliki organisasi yang paling sedikit diantara seni yang lain yang ada di Yogyakarta. Galeri seni di Yogyakarta yang menyajikan karya seni patung diantaranya adalah, Bentara Budaya, Cemeti Art House, Galeri Biasa, House Of Natural Fiber Space, Jogja National Museum, Jogja Gallery, Kedai Kebun Forum, Kinoki, Lembaga Indonesia Perancis, Museum Affandi, Ruang MES56, Sri Sasanti Gallery, Taman Budaya Yogyakarta, Via-via Kafe, V Art gallery Cafe.(Data berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola IVAA(Indonesian Visual Art Archive) Yogyakarta).

2

75

Keaslian Penulisan Dari penulisan tentang galeri yang pernah ada, berikut adalah penulisan tersebut dengan subyek yang dibahas. 1. GALERI FOTO YOGYAKARTA, Ruang Baru Bagi Seni Fotografi Indonesia, FX. Bambang SN, 21930373 (1998). Mengetengahkan tentang pengolahan ruang, tempat, sirkulasi, bentuk dan pencahayaan kedalam konsep bangunan. 2. Galeri Karya, Warung Internet, dan Kedai Minum Pada Situs Pojok Benteng Keraton Yogyakarta, Samuel Edhi, 21910253 (1999). Melakukan interpretasi terhadap sebuah site pada salah satu sudut keraton Yogyakarta, dengan konsep bentukan arsitektural pada eksterior dan interior bangunan. Pembahasan tentang bangunan dan site yang meliputi permasalahan bangunan sudut dan aksesbilitasnya, korelasi antar fungsi yang diusulkan dalam bangunan aneka guna dan arahan pengungkapan arsitektural dalam detail, struktur serta eksterior dan interior. 3. GALERI MEBEL KAYU DI YOGYAKARTA, Adhi Dharmawan, 21930359 (1999). Menggabungkan antara komersialisme mebel dan peningkatan citra mebel sebagai suatu produk bernuansa seni untuk meningkatkan apresiasi masyarakat tentang seni desain mebel. Merancang galeri yang menampung aktifitas pameran, perbaikan dan penjualan mebel dengan desain interior yang mendukung gaya (style) dari mebel yang dipamerkan dan dijual. 4. GALERI KERAJINAN PERAK, Identitas Bagi Ruang Kawasan Kotagede Yogyakarta, Wahyu Adi Anggara, 21950432 (2001). Menciptakan bangunan galeri kerajinan perak yang memiliki “ciri” dan “tanda” yaitu gate bagi ruang

3

kawasan. Memanfaatkan visual (fasade) galeri yang sesuai dengan karakter bangunan komersial dan menggunakan konsep fasade arsitektur setempat dipadukan dengan tata ruang tradisional jawa. 5. GALERI KARYA ANAK DENGAN FASILITASNYA DI YOGYAKARTA, Margareta Cempakasari Oscar, 21950450 (2002). Membuat perencanaan dan perancangan ghaleri dengan bentuk bangunan yang dinamis, sesuai dengan karakter anak yang dapat mewadahi hasil seni rupa karya anak. Tata ruang dalam dengan suasana alam yang nyaman dan aman sehingga dapat meningkatkan proses apresiatif serta kreativitas seni pada anak. 6. GALERI SENI RUPA KONTEMPORER YOGYAKARTA, Muliady Manshury, 21970577 (2002). Merancang sebuah galeri seni rupa kontemporer yang sesuai sebagai wadah hasil karya eksperimen perupa muda dan yang dapat memberikan alternatif dalam penyampaian karya-karya seni rupa kontemporer sebagai upaya memaksimalkan apresiasi masyarakat tenteng seni. Pendekatan pada jiwa perupa muda maupun karya-karyanya yang bersifat eksperimental. 7. GALERI SENI KRIYA LOGAM, Pemanfaatan Sistem Pencahayaan Alami Sebagai Pembentuk Karakter Dan Citra Bangunan Galeri, Budiyarsa Rustomi, 21940399 (2004). Merancang Gedung Galeri Seni Kriya Logam di Yogyakarta yang dapat mewadahi berbagai macam kegiatan seniman kriya logam, dengan sistem pencahayaan alami pada fungsi galeri sebagai pembentuk citra tampilan bangunan. Merumuskan konsep dasar perencanaan dan perancangan mengenai bangunan yang memiliki aksesbilitas dan visibilitas yang tinggi sebagai dasar pengungkapan desain fisik bangunan.

4

Tugas akhir yang penulis ketengahkan disini adalah tentang Galeri Seni Patung di Yogyakarta.

1.2 Tinjauan Pustaka Galeri berasal dari bahasa latin, galleria yang artinya sebuah bangunan yang salah satu sisinya terbuka tanpa pintu. Bisa juga berarti sebuah ruangan panjang di tingkat atas (loteng). Istilah galeri juga muncul sebagai tempat para seniman berpameran dan berjualan karya-karya seni rupa. Galeri berkonotasi dua maksud : pameran dan jualan, artinya galeri bisa untuk tujuan ideal (apresiasi non komersial) maupun tujuan realitas (sama sekali komersial). Sedang pendapat lain memberi fungsi pada galeri sebagai kritik seni, kritik yang dilakukan lewat pasar serta kunci kesejahteraan seniman. Dalam perkembangan terkini, galeri mengacu pada sebuah tempat/ ruang pamer karya seni2. Seni Patung adalah cabang seni rupa yang merupakan tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong, menatah dan lain-lain)3 Pembangunan sebuah galeri dengan mengacu pada bangunan museum, dimana mempunyai penampilan yang mengesankan, khidmat, monumental4. Bisa diterapkan pada sebuah galeri, tentu saja karena perhatian orang pada sebuah bangunan unruk pertamakalinya adalah dari bentuk luarnya, menarik atau tidak, atau membuat penasaran untuk dimasuki. Direncanakan untuk menjamin

2

Mikke Susanto, DIKSI RUPA, Kumpulan Istilah Seni Rupa, Kanisius, 2002, hal.44 Mikke Susanto, Op.cit, hal.84 4 Joseph De Chiara, and John Hancock Callender, ed., TIME-SAVER STANDARD FOR BUILDING TYPES, United States of America, 1973 3

5

pengunjung akan menemukan suasana diterima, hal-hal yang menarik dan baik dimana mereka menikmati seperti dirumah mereka sendiri. Pencahayaan alami. Diperkirakan kurang bersahabat dengan karya seni dalam galeri, hal ini karena sinar matahari secara langsung berpengaruh besar terhadap daya tahan sebuah karya seni. Pencahayaan dari atas. Radiasi cahaya yang berlebihan, kaca atap yang cenderung tertutup oleh kotoran, pencahayaan yang monoton, kerumitan pada masalah perlindungan terhadap panas. Pencahayaan buatan. Suatu obyek dapat terlihat dengan jelas karena adanya kontras, baik dari bahan itu sendiri atau kontras dengan latar belakangnya. Makin tinggi kontrasnya makin nyata benda itu terlihat. Lampu kawat pijar tungsten hingga kini masih banyak dipakai untuk pencahayaan peraga karena murah dan mudah dalam pengggantiannya. lampu-lampu dengan bola yang dilapisi perak dapat digunakan sebagai lampu sorot, atau lampu suar juga tersedia. Tetapi kontrol optik yang lebih baik dan ketepatan yang lebih tinggi diperoleh dari lampu tungsten, dengan bola kwarsa kecil yang diisi gas halogen. Penyediaan lampu-lampu darurat juga merupakan kebutuhan wajib untuk semua jenis bangunan5. Dalam peruangan perlu diputuskan berapa banyak peruangan dapat dan harus dialokasikan untuk aktivitas tambahan, atau untuk keperluan fungsi galeri dalam hubungannya dengan masyarakat. Bangunan khusus yang diperuntukan sebagai ruang tambahan diberikan jarak yang tepat dari bangunan utama, paling tidak 50% dari total kawasan terbangun6. Mudah berhubungan dengan ruang publik dan layanan. Ini untuk menjaga koleksi pada saat bangunan tutup. 5 6

Ernst Neufert, DATA ARSITEK, edisi kedua, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1996, hal.138 Joseph De Chiara, and John Hancock Callender, ed., TIME-SAVER STANDARD FOR BUILDING TYPES, United States of America, 1973

6

Sirkulasi pengunjung seharusnya tidak berbalik dan kembali melewati ruang yang telah mereka lihat, dalam usaha mencari jalan keluar. Pintu masuk atau entrance. Hanya ada satu pintu masuk dan ditempatkan terpisah dengan lainnya. Harus memberikan pengenalan yang mudah pada bangunan, poin dimana pengunjung dapat menemukan jalan tanpa kesusahan dan dimana bagian yang besar dapat menyambut dan terlihat. Ruang pamer. Membedakan ukuran dan hubungan antara tinggi, lebar dan juga dengan menggunakan perbedaan warna untuk dinding, perbedaan macam lantai, serta menyediakan perangsang yang spontan dan secara bawah sadar untuk perhatian. Galeri diharapkan pada ruang pamer yang permanen mungkin, kebalikan dengan pertimbangan ukuran. Walaupun tidak pernah disarankan untuk mereka lebih dari sekitar 600 cm lebar, 640 cm tinggi, 195-240 cm panjang7. Tempat parkir. Taman parkir yang luasnya lebih dari 800 m² disediakan 20% jumlah jalur untuk kendaraan besar8. Kebutuhan ruang pada museum yang dapat diterapkan pada galeri yaitu lobby, exhibition hall, services, teknikal dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan ruang , aspek manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan interaksi. Perhatian terhadap interaksi tidak terbatas pada tingkah laku individu, tetapi juga meliputi segala tindakan antar individu yaitu pola-pola dan jaringan interaksi terhadap ruang. Aspek lain yang perlu diperhatikan juga adalah faktor konstruksi, lalu lintas dalam ruang, pemilihan warna, tekstur, bentuk perilaku, dan lain-lain9.

7

Ernst Neufert, DATA ARSITEK, edisi kedua, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1996 Ibid, hal.25 9 J. Pamudji Suptandar, DESAIN INTERIOR, Djambatan, Jakarta, 1999, hal.45 8

7

1.3 Rumusan Masalah Bagaimana merancang sebuah galeri seni patung di Yogyakarta yang mampu menjadi media bagi perkembangan seni patung di Yogyakarta.

1.4 Tujuan Merancang sebuah galeri seni patung di Yogyakarta yang mampu menjadi media bagi perkembangan seni patung di Yogyakarta.

1.5 Sasaran •

Melakukan studi tentang kota Yogyakarta.



Melakukan studi tentang galeri seni patung di Yogyakarta.



Melakukan studi tentang prinsip-prinsip ruang pamer galeri



Melakukan studi tentang ekspresi atau citra bangunan



Melakukan studi tentang korelasi antara hasil karya seni dengan masyarakat umum.



Melakukan studi tentang interaksi manusia dengan obyek dalam ruang.

1.6 Lingkup Pembahasan •

Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk bangunan galeri.



Galeri Seni patung dibatasi pada media yang dipakai mulai dari terracotta (tanah liat yang dipanaskan), logam (perunggu, baja,

8

campuran timah, perak, aluminium, tembaga), batu ( marmar, granit, andesit, dan lain-lain), kayu (jati, jaranan, sawo manila), tulang, tanduk, tanah liat, gips, kaca, plastik, nilon, dan fiberglass.10. •

Definisi seni patung



Sekuen dibatasi pada interior bangunan (khususnya ruang pamer).



Korelasi antara hasil karya seni dengan manusia dibatasi pada hal efek karya seni patung terhadap perkembangan (psikologis) manusia.



Interaksi manusia dengan obyek dalam ruang dibatasi pada persepsi manusia terhadap obyek dalam ruang

1.7 Metode •

Mencari data : a. wawancara dengan seniman seni patung, pengelola galeri dan dosen terkait. b. Observasi, pengamatan kondisi galeri seni patung yang ada di Yogyakarta. c. Studi literatur, mempelajari buku yang terkait dengan galeri seni patung, ruang pamer, spatial interpenetration, persepsi manusia (pada obyek) dalam ruang.



Analisis data kualitatif : penggambaran kondisi galeri seni Patung di Yogyakarta.



Metode perancangan : menggunakan prinsip-prinsip interaksi (perilaku) manusia dengan lingkungan.

10

Humar Sahman, MENGENALI DUNIA SENI RUPA, IKIP Semarang Press, Semarang, 1993

9

1.8 Sistematika Penulisan BAB 1

PENDAHULUAN Mengungkapkan latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan.

BAB 2

TINJAUAN GALERI SENI PATUNG DI YOGYAKARTA Mengungkapkan perkembangan dan potensi galeri seni patung di Yogyakarta

BAB 3 TINJAUAN TEORITIS TENTANG GALERI SENI PATUNG Mengungkapkan pengertian galeri, jenis galeri, fungsi galeri, syarat mendirikan galeri, pengertian seni patung, klasifikasi dalam seni patung,

pengertian

sekuen,

pendekatan

teori

tentang

sekuen

hubungannya sebagai stimulan pola pergerakan pengunjung dalam ruang pamer, unsur pembentuk persepsi, unsur sirkulasi, unsur proporsi dan skala, unsur bahan dan material pameran, unsur Cahaya, contoh, kesimpulan. BAB 4

ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Mengungkapkan analisis pemilihan site dan alternatifnya, program kegiatan, organisasi ruang, penzoningan, gubahan massa, sirkulasi, pencahayaan, struktur, utilitas, kesimpulan.

BAB 5

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep site terpilih, konsep program kegiatan, konsep organisasi ruang, konsep penzoningan, konsep sirkulasi, konsep gubahan Massa, konsep tata letak massa, konsep pencahayaan, konsep utilitas.

10