337 Pengaruh Latihan Half Squat dan Latihan Quarter Squat pada ...

7 downloads 27512 Views 366KB Size Report
1 Wahyu Sulistiyo adalah dosen Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan ..... Kepelatihan Olahraga, Pembinaan Prestasi Olahraga.
Pengaruh Latihan Half Squat dan Latihan Quarter Squat pada Kecepatan Tendangan dan Daya Ledak Otot Tungkai Oleh : Wahyu Sulistyo1

ABSTRACT The aim of this research is to see the comparison of training influence between half squat and quarter squat to speed kicks and blow up energy heels muscle. The type of the observation is real experiment with Randomized Control's observational design Pretest Posttest Design's Group. Total sample as much as 90 students of semester II from 1995 / 1996 academic year in JPOK FKIP UNS. The sample is divided becomes 3 groups. Division of this group is done by Matched Subject Ordinal Pairing bases to pretest of speed variable kicks. I. group to be given half squat's training with subject as much 30 attempts, group II. given by quarter squat's training by totals subject as much 30 attempts, meanwhile control group be not been given training and just follows to even essay with subject as much 30 attempts. The training up to 6 weeks, divided as 2 periods, each period up to 3 weeks. Meanwhile essays that is done as much 3 times, which is (1 ) before hit by conducts (pretest), (2 ) afters 3 week were given by conduct (posttest 1), (3 ) afters 6 week were hit by conduct (posttest 2). Pending variable that essaying to cover: speed kicks that is essayed ably do maximal speed kick and energy blows up heel's muscle that measured by vertical jump ability. The data is acquired with Systat's computer programming 5.0 and analyzed with statistical anava's quiz and quiz t by signifikans' level 5%. The conclusion of this research is:” The quarter squat’s training can increase the speed kicks and blow up energy heels muscle better than the half squat ”. Key word : half squat, quarter squat, speed kicks, blow up energy, heels, muscle.

PENDAHULUAN

tujuan pembinaan dan pengembangan

Kegiatan olahraga di Indonesia masih memerlukan perhatian yang besar, baik dalam mencari bibit maupun

dalam

usaha

untuk

meningkatkan prestasi. Salah satu

olahraga adalah untuk meningkatkan keterampilan

fisik

secara

khusus

sesuai dengan cabang olahraga yang dilakukan.

Untuk

memperoleh

_______________________________________ 1 Wahyu Sulistiyo adalah dosen Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

337

keterampilan fisik yang optimal perlu

kemampuan fisik yang dikembangkan.

adanya

yang

Jika atlet bertujuan mengembangkan

dan

daya tahan maka atlet diberikan

ditempuh

latihan daya tahan, jika bertujuan

sistem

teratur,

pembinaan

terprogram

berkesinambungan

serta

melalui pendekatan – pendekatan

untuk

ilmiah.

maka

Ilmu

pengetahuan

yang

mengembangkan atlet

kecepatan

diberikan

latihan

menunjang teori dan metode latihan

kecepatan, dan jika bertujuan untuk

untuk

peningkatan

mengembangkan kekuatan maka atlet

keterampilan fisik adalah anatomi,

diberikan latihan kekuatan. Penerapan

fisiologi, biomekanika, statistik, tes

konsep yang serupa berlaku juga

dan pengukuran, kesehatan olahraga,

untuk mengembangkan kelentukan,

ilmu jiwa, motor learning, ilmu

daya

pendidikan,

(Friedrick, 1969).

mencapai

olahraga

ilmu

dan

gizi,

sosiologi

sejarah olahraga

(Bompa, 1990). Kemampuan fisik merupakan salah satu faktor yang penting untuk mencapai prestasi. Kemampuan fisik yang maksimal dicapai melalui latihan yang optimal untuk mempersiapkan fisik seperti kekuatan, kelentukan,

ledak,

dan

sebagainya

Untuk cabang olahraga sepak bola diberikan latihan-latihan dasar permainan, teknik dan taktik bermain serta pola permainan agar dapat bermain dengan baik. Bila ingin meningkatkan

prestasi

cabang

olahraga sepak bola diperlukan antara

kecepatan, kelincahan, daya tahan dan

lain latihan yang dapat meningkatkan

daya ledak. Stamina aerobik maupun

kecepatan menendang dan daya ledak

stamina

dapat

otot tungkai. Latihan kecepatan dan

itu

daya ledak otot tungkai merupakan

sendiri (Soekarman, 1987), dengan

bagian penting dari program latihan

demikian perlu latihan khusus yang

pada cabang olahraga sepak bola,

harus disesuaikan dengan kebutuhan

karena dengan kecepatan dan daya

masing-masing cabang olahraga.

ledak otot tungkai dapat menendang

anaerobik

tidak

dengan

permainan

dilakukan

Bentuk disesuaikan

latihan

dengan

fisik

prinsip-prinsip

bola dengan baik sesuai sasaran. Latihan

untuk

meningkatkan 338

kecepatan dan daya ledak dapat

rangka. Kira-kira 40 persen

dilakukan dengan beban seperti rompi,

tubuh terdiri dari otot rangka

dumbel, dan barbel. Bila alat-alat

dan 5 sampai 10 persen lainnya

tersebut tidak ada, maka berat badan

adalah otot polos dan otot

sendiri dapat digunakan sebagai beban

jantung. Semua otot rangka

latihan (Berger, 1962; Capen, 1963).

dalam

Untuk

mengembangkan

kekuatan otot kaki melalui latihan beban, salah satu bentuk latihannya adalah squat yang dapat berupa Half Squat

maupun

Quarter

Squat

(Karpovich, 1959). Latihan bertujuan untuk melatih otot-otot tungkai atas seperti femoris,

gluteus

maximus,

semi

tendinosus,

biceps semi

membranosis dan otot-otot tungkai bawah

yaitu

gastrocnemius

dan

soleus. Sasaran latihan adalah untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan daya ledak terutama dalam olahraga sepak bola. Penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu kecepatan menendang daya ledak otot tungkai latihan half squat, serta latihan quarter squat. 1. Struktur dan Kontraksi Otot a). Struktur Otot

tubuh

terbentuk

dari

sejumlah serabut-serabut otot yang bergaris tengah antara 10 sampai 100 mikron; panjangnya dapat melebihi 30 cm (Astrand, 1986). Tiap-tiap serabut otot dapat dirinci menjadi myofibril, serabut

otot,

otot

tendon.Myofibril

dan

merupakan

bagian terkecil dari serabut otot yang terdiri dari filamen miosin dan aktin. Myofibril terdiri dari unit kontraktil yang disebut sarcomer

tersusun

sebagai

sebuah rantai. Setiap serabut otot dikelilingi oleh jaringan ikat yang

disebut

Kumpulan

endomisium. serabut

otot

dihubungkan dengan satu ikatan yang disebut fasikuli, kumpulan fasikuli pengikat

bersama

jaringan dinamakan

Pada prinsipnya otot dibagi

perimysium. Seluruh jaringan

menjadi tiga macam yaitu otot

yang diikat dalam epimysium

polos, otot jantung dan otot

pada ujung-ujungnya diikat oleh 339

tendon yang kemudian disebut

oxidative glycolitic (FOG),

otot.

twitch glycolitic (FG) dan slow twitch oxidative

b). Jenis Serabut Otot

(1976),

fast

(SO). Costill

mengklasifikasikan

Dalam tubuh manusia terutama

serabut otot menjadi tiga macam,

otot rangka terdapat dua jenis

yaitu

serabut otot yaitu otot yang lebih

oxidative), tipe IIa

kuat bekerja secara anaerobik dan

oxidative) dan tipe IIb ( fast

otot yang kurang kuat bekerja

twitch glycolitic).

secara

aerobik.

Kedua

jenis

tipe

I

(slow

twitch

(fast twitch

c). Mekanisme Kontraksi Otot

serabut ini mempunyai perbedaan maupun

Kontraksi otot terjadi setelah otot

kimiawi, termasuk tegangan yang

menerima rangsangan pada syaraf

timbul

motoris atau rangsangan langsung

sifat-sifat

mekanis

selama

maksimum, kontraksi Serabut

kontraksi

daya enzim

otot

tahan

dan

metabolisme. yang

aerobik

dinamakan tipe I, otot merah, serabut lambat, serabut oksidatif lambat ( slow twitch fibers : ST).

pada otot tersebut. Pada keadaan fisiologis

rangsangan

melalui

syaraf motoris yang berasal dari susunan syaraf pusat (SSP) atau sumsum tulang belakang melalui syaraf

eferen.

Impuls

tersebut

Sedang serabut otot anaerobik dinamakan tipe II, otot putih, serabut otot cepat (fast twitch fibers : FT) atau otot glikolisis

dipindahkan dari syaraf ke syaraf lain

yang

akhirnya

mencapai

neuromuscular junction (motor end

cepat (fast twitch glycolitic : FG)

plate), yang akhirnya mengeluar-

(Soekarman, 1987).Pada serabut

kan

tipe II, masih dibagi lagi menjadi

acetylcholin.

dua macam, yaitu tipe IIa dan tipe

meningkatkan elastisitas membran

IIb.

muscle fiber (sarcolemma), terjadi

Armstrong

(1977),

neurotransmitter

mengklasifikasikan serabut otot

potensial

menjadi tiga, yaitu fast twitch

muscle

yaitu

Acetylcholin

aksi fiber.

pada

akan

membran

Potensial

aksi 340

selanjutnya disebarkan ke seluruh

kalsium

dinding sel (sarcolemma) maupun

tropomiosin.

T-Tubule terjadi arus listrik yang

fungsional, sistem syaraf berperan

menjalar

T-Tubule

sebagai pengendali dan sistem otot

mengakibatkan lepasnya ion-ion

sebagai pelaksana (Guyton, 1991).

kalsium dari sisterna. Ion kalsium

Otot akan berkontraksi lebih kuat

berdifusi masuk ke filamen yang

bila diberikan regangan segera

terdekat,

karena

sebelum

mempunyai

afinitas

melalui

troponin (pengaruh

dan

protein Dalam

1989).

Sedangkan

kontraksi

otot

kalsium

panjang

awal

terjadi

ikatan

hubungan

berkontraksi

ikatan) yang kuat terhadap ion maka

troponin-

(Pyke, kekuatan

tergantung otot

dari

(panjang

diantara keduanya. Ikatan yang

sarkomer) sebelum berkontraksi

terjadi

(Guyton,

membuat

tropomiosin

1991).

Kecepatan

bergerak masuk ke celah aktin,

kontraksi otot akan diatur oleh

mengakibatkan active site terbuka

kecepatan motor unit dari salah

dan menyebabkan kepala miosin

satu fast twitch fiber atau slow

menempel pada activesite actin.

twitch fiber (Petrovsky, 1979)

Activesite terbuka menyebabkan terjadinya

crossbridge,

maka

terjadi pergeseran filamen aktin

2. Kecepatan Kecepatan diperlukan dalam cabangcabang olahraga dengan berbagai

terhadap filamen miosin, sehingga

macam bentuk misalnya kecepatan

satu sama lainnya saling tumpang

tinggi

tindih. Sarcomer mengecil, jarak

kecepatan memukul dan bereaksi

antara 2 Z line memendek maka

pada olahraga tinju, karate, pencak

otot berkontraksi, peristiwa ini

silat; kecepatan berlari dan bereaksi

disebut sliding filamen. Secara

pada olahraga permainan sepakbola,

ringkas

bola

kontraksi

otot

terjadi

pada

voli,

olahraga

tenis,

otomotif;

bulutangkis;

karena pergeseran filamen aktin

begitupula dalam cabang atletik

terhadap

tidak lepas dari unsur kecepatan

filamen

miosin

yang

dikendalikan oleh interaksi ion

terutama

lari

cepat.

Kirkendal, 341

Gruber

dan

mengatakan

Johnson bahwa

(1987)

kecepatan

3. Daya Ledak a) Pengertian Daya Ledak

sebagai jarak persatuan waktu, yaitu

Daya ledak dapat dinyatakan

kecepatan diukur dengan satuan

sebagai kekuatan eksplosif dan

jarak dibagi dengan satuan waktu.

banyak dibutuhkan oleh cabang-

*) Faktor-Faktor yang Mempe-

cabang

ngaruhi Kecepatan

dominan kontraksi otot cepat

Koordinasi neuromuscular menentu-

dan kuat, kedua unsur ini saling

kan frekwensi gerakan pada suatu

berpengaruh. Otot yang kuat

aplikasi kekuatan yang maksimal

mempunyai daya ledak yang

menurut respon pada kerja terhadap sinyal-siyal

syaraf.

Koordinasi

neuromuscular ini akan lebih efektif bila ditunjang oleh adanya power,

olahraga

yang

pre-

besar hampir dapat dipastikan mempunyai nilai kekuatan yang besar (Pyke, 1980).

elastisitas otot, mobilitas dan teknik lari dengan ruang gerak yang luas dan adanya relaksasi otot-otot antagonis, terutama pada saat mencapai titik

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Ledak Kirkendall (1980) mengemukakan bahwa daya ledak adalah

ruang gerak yang terluas.

hasil bagi dari dua komponen Proses Mobilitas Syaraf

Kekuatan Kecepatan Dan Daya Kecepatan

yaitu kekuatan dan kecepatan yang dirumuskan ;

KECEPATAN Rangsangan Teknik Olahraga

P=FxV Daya ledak (P) adalah hasil

Kontraksi Relaksasi Kemauan

perkalian antara kekuatan (F) dengan kecepatan (V). Hal ini

Kelentukan Otot

menunjang pendapat (Annarino, Kapasitas Kontraksi Dan Peregangan Otot

1976) yang menyatakan dengan meningkatkan kecepatan

Koordinasi Otot antara Sinergis dan Antagonis Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan (Nossek, 1982)

kekuatan

otot

dan

diharapkan

adanya peningkatan kemampuan daya ledak. 342

berulang-ulang dapat mengatasi

4. Latihan

beban

a). Latihan Fisik Perkembangan yang

kondisi

menyeluruh

penting

oleh

fisik

sangatlah

karena

tanpa

yang

dihadapi

atau

diberikan. d). Efek Latihan Beberapa perubahan yang terjadi

kondisi fisik yang baik atlit

setelah melakukan latihan yaitu

tidak

mengikuti

perubahan otot, perubahan sistem

dengan

jantung-paru, tulang, tendon dan

akan

dapat

latihan-latihan

sempurna. Latihan merupakan

ligamen,

suatu proses yang sistematis,

persendian, penurunan tekanan

dalam mempersiapkan olahraga-

darah

wan

peningkatan HDL dan penurunan

pada

tingkat

penampilannya,

tertinggi dilakukan

secara berulang-ulang dengan

tulang

sistole

rawan

dan

dan

diastole,

LDL. e). Latihan Kecepatan

beban yang semakin meningkat

Latihan

kecepatan

bertujuan

(Nossek, 1982).

untuk mendapatkan waktu yang

b). Tujuan Latihan

singkat dalam suatu aktivitas

Latihan merupakan suatu proses

yang dilakukan. Kecepatan kerja

kegiatan yang sistematis dalam

dapat ditentukan oleh kecepatan

waktu yang relatif lama makin

gerak yang tinggi (Jarver, 1989).

meningkat dan meningkatkan potensi individu yang bertujuan membentuk

fungsi

psikologi

f). Latihan Daya Ledak Latihan

daya

ledak

bertujuan

untuk mendapatkan kekuatan yang

yang fisiologi manusia untuk

maksimal

memenuhi persyaratan tugas.

singkat, sehingga menjadi suatu hasil yang maksimal. Misalnya

c). Prinsip-Prinsip Latihan

lompat,tendangan,

Beban Pada

dalam waktu yang

dasarnya

latihan

beban

dilaksanakan untuk meningkatkan kekuatan

otot, peningkatan ini

apabila otot dirangsang secara

pukulan,

dan

lain-lain. g). Latihan Squat Latihan squat adalah jenis latihan beban

untuk

meningkatkan

/ 343

mengembangkan

kekuatan

ter-

utama pada otot-otot kaki, dan

latihan half squat dan latihan quarter squat.

beban adalah sebagai dasar pokok latihan. Latihan squat ini dilakukan dengan cara membebani organ

METODE PENELITIAN Metode

tubuh dengan suatu barbel dengan

penelitian

yang

intensitas, set, frekuensi dan lama

digunakan dalam penelitian ini adalah

latihannya

metode deskriptif sedangkan jenis

dapat

menimbulkan

suatu efek latihan yaitu berupa

penelitian

peningkatan kekuatan, daya ledak

eksperimen murni karena ada tiga

serta daya tahan otot.

prinsip

Tujuan utama latihan squat adalah untuk mengembangkan / me ningkatkan kekuatan, daya ledak dan daya tahan, terutama otot-otot

spinae

harmsting,

erector

(Soekarman,

1987).

Dengan latihan squat, kemampuan meningkat terutama dalam kegiatan yang melibatkan gerakan yang kurang / tidak komplek seperti

yang

digunakan

terpenuhi

yaitu

yaitu

randomisasi, replikasi, dan adanya kelompok / perlakuan kontrol atau banding (Zaenuddin, 1988). Rancangan

kaki seperti quadricep, gluteus maximus,

yang

penelitian

yang

digunakan adalah The Pretest-Posttest Control Group Design (Zaenuddin, 1988). Populasi

penelitian

adalah

Mahasiswa Putra JPOK FKIP UNS. Sedangkan sampel penelitian adalah

vertical jump, standing broad jump,

mahasiswa putra semester II pada

dan lain-lain. Dengan meningkat-

Tahun Ajaran 1995/1996 JPOK-FKIP

kan kekuatan, daya ledak dan daya

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

tahan otot, kemampuan fisik akan

Jumlah sampel sebesar 90 orang coba.

bertambah secara umum.

Pembagian ke dalam 3 kelompok

Jadi apabila disimpulkan untuk

didapatkan dari studi pendahuluan dan

melatih kecepatan menendang dan

diolah dengan rumus Higgin, sehingga

daya ledak dapat dilatih dengan

didapat tiap kelompok 30 orang coba.

344

- Kecepatan menendang dengan

1. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan

Photo Gate Meter

adalah random sampling dan untuk

- Daya ledak otot tungkai dengan

membagi tiga kelompok digunakan Mtached Subject Design Ordinal Pairing (Sutrisno Dalam

Hadi, 1990).

menentukan

Vertical Jump 4. Sumber Data Data penelitian ini bersumber dari

kelompok

hasil tes kecepatan menendang

eksperimen 1, 2 dan kelompok

dengan menggunakan Photo Gate

kontrol ditentukan dengan random

Meter dan tes daya ledak otot

dan dengan cara undian

tungkai gerakan meloncat vertical jump menggunakan papan vertical



dari Verducci.

(Higgins, 1985)

5. Instrumen Penelitian - Photo

2. Teknik Pengumpulan Data Data

dalam

penelitian

ini

dikumpulkan dengan tes. Adapun tes

kecepatan

menendang

dengan

yang

gerakan

menggunakan

Gate

Meter

dengan

ketelitian 1/1000 detik - Stop Watch (lap memory 10 CASIO) - Metronom (YAMAHA)

Photo Gate Meter. Tes dilakukan 3

- Papan berskala (Verducci)

kali yaitu : Pretest, Posttest 1 dan

- Anthropometer (TSUTSUMI’S

Posttest 2. Sedangkan tes daya ledak otot tungkai dengan gerakan meloncat

yang

menggunakan

MARTIN) - Timbangan Health-Scale (MicWic)

papan vertical jump dari Verducci.

- Barbel merk Olympic

Tes dilaksanakan 3 kali yaitu :

- Meteran baja (power lock)

Pretest, Posttest 1 dan Posttest 2. 3. Jenis Data

6. Analisis Data Untuk

menguji pada

hipotesis penelitian

yang

Dalam penelitian ini jenis data

diajukan

ini

variabel-variabelnya dapat diidenti-

digunakan teknik anava, anova dan

fikasi sebagai berikut :

uji “t” dengan taraf signifikansi

345

5%, hasil perhitungan dilakukan

dari pretest

ke posttest 1 dan

dengan bantuan komputer.

posttest 2 pada kelompok 2 lebih baik daripada kelompok 1. Dengan

HASIL PENELITIAN Dari

demikian hipotesis yang dikemu-

penelitian yang telah

dilaksanakan, didapatkan

data-data

kakan terbukti yaitu bahwa quarter squat dapat meningkatkan kecepat-

prestest, posttest 1 dan poststest 2 dari

an menendang lebih baik daripada

variabel-variabel

yang

diperlukan

latihan half squat. Lebih baiknya

masing-masing

kelompok

peningkatan kemampuan kecepatan

sampel yaitu kelompok eksperimen I

menendang tersebut karena adanya

diberi latihan half squat, kelompok

adaptasi dari otot-otot terhadap

eksperimen II diberi latihan quarter

latihan yang diberikan, selain itu

squat dan kelompok kontrol tanpa

peningkatan kemampuan otot ini

diberi

dimungkinkan

pada

perlakuan.

Kemudian

data

karena

adanya

diolah dengan analisis statistik yaitu

perbaikan sistem dan fungsi organ

dengan Anava dan Uji t-test.

tubuh serta peningkatan efisiensi kerja terutama pada otot-otot yang

PEMBAHASAN

terlibat. 1. Umur,

tinggi

badan,

panjang

tungkai dan berat badan Pencatatan

umur,

(O’Shea,1982”45;

Radcliffe,1985;18).

Selain

itu

dimungkinkan pada waktu latihan pengukuran

tinggi badan dan panjang tungkai dilakukan satu kali yaitu pada awal

quarter squat dengan beban otototot pada kaki untuk gerakan menendang lebih sering terangsang

penelitian. Variabel usia, tinggi badan, panjang tungkai dan berat badan tidak berpengaruh secara bermakna pada hasil penelitian.

hasil

yang

sering

meningkatkan

terangsang

akan

kemampuannya,

dengan demikian mempengaruhi

2. Kecepatan menendang Berdasarkan

oleh gerakan tersebut, karena otot

analisis,

peningkatan kecepatan menendang

kemampuan kecepatan menendang (Kirkley & Goodbody,1978:39) 346

3. Daya ledak otot tungkai Berdasarkan peningkatan

hasil daya

tungkai analisis

ledak

otot

dengan

latihan

berulang-ulang,

seperti

squat

bebas

dengan

yang latihan

(Nossek,

tungkai dari pretest ke posttest 1

1982:277). Selain itu dimungkin-

dan posttest 2 pada kelompok 2

kan pada waktu latihan quarter

lebih baik daripada kelompok 1.

squat gerakannya lebih kontinyu

Dengan demikian hipotesis yang

daripada latihan half squat.

dikemukakan terbukti, yaitu bahwa latihan

quarter

meningkatkan

squat

daya

dapat

ledak

otot

KESIMPULAN Berdasarkan

tungkai lebih baik daripada latihan

penelitian dan

half

disimpulkan

squat.

peningkatan

Lebih daya

baiknya

ledak

otot

analisis

hasil

pembahasan

dapat

bahwa:

(1)

Latihan

quarter squat dapat meningkatkan

tungkai tersebut karena adanya

kecepatan

latihan yang berulang-ulang dari

daripada latihan half squat. (2)Latihan

bagian tertentu, dimana salah satu

quarter squat dapat meningkatkan

cara

daya ledak otot tungkai lebih baik

untuk

kemampuan

daya

meningkatkan ledak

otot

daripada

menendang

latihan

lebih

half

baik

squat

DAFTAR PUSTAKA Bompa, T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. Kendall/Hant : IOWA of University. __________. 1999. Periodization Theory and Methodology of Training. Kendall/Hant : Human Kinetics.. Fox, E.L., Bowers, R.W. & Foss, M.L. 1992. The Physiological Basis for Exercise and Sport. Dubuque: WCB Brown Benchmark Publisher. M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Effhar & Dahara Prize Offset. Nosseck J. 1984. General Theory of Training. Lagos : Pan African Press. 347

Pate R., Clenaghan M.B. & Rotella R. 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan, alih bahasa Kasiyo Dwijowinoto. Semarang: IKIP Semarang Press. Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman, L.R., Telford, R.R. & Jarver, J. 1991. Better Coaching . Australia : Australian Coaching Council Incorporated Rushall, B.S. & Pyke, F.S. 1992. Training for Sport and Fitness. Canberra : The Macmillan Company of Australia PTY LTD. Tangkudung, J. 2006. Kepelatihan Olahraga, Pembinaan Prestasi Olahraga. Jakarta: Penerbit Cerdas Jaya.

448