ASESMEN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD KELAS AWAL I ...

49 downloads 2903 Views 301KB Size Report
Dalam kaitannya dengan pembelajaran tematik di kelas awal SD, sangat penting ... 1. Dalam percobaan ini, bedakan pertumbuhan yang terjadi di tempat gelap ...
ASESMEN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD KELAS AWAL ___________________________________________________________________ I.

Pendahuluan Sesuai dengan aturan Standar Proses Pendidikan Nasional (Permen No. 41 tahun 2007), tugas utama guru professional adalah melakukan perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melaksanakan asesmen. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan data siswa baik yang dilakukan selama proses pembelajaran, maupun terhadap hasil belajar. Data-data yang dikumpulkan tersebut selanjutnya dianalisis dan hasil analisis tersebut berfungsi sebagai balikan terhadap pembelajaran, maupun sebagai bahan pengambilan keputusan terhadap status siswa. Dalam KTSP diamanatkan digunakannya asesmen berbasis kelas, yaitu praktik asesmen

di kelas (ABK) yang dilakukan oleh guru dalam rangka memperoleh balikan terhadap pembelajaran. ABK menunjuk pada penggunaan berbagai metode dan prosedur asesmen yang disesuaikan dengan kondisi rill di sekolah dalam mencapai SK dan KD. Dalam rangka memperoleh informasi yang akurat mengenai kompetensi yang telah dicapai anak, maka perlu digunakan berbagai alat asesmen, baik tes maupun non-tes. Dalam kaitannya dengan pembelajaran tematik di kelas awal SD, sangat penting diperhatikan bahwa hakikat pembelajaran masih bersifat holistik, dalam arti, bahwa tidak ada batas yang jelas antar mata pelajaran. Pembelajaran dilakukan berdasarkan tema, sebagi pengikat hubungan antar materi yang ingin diajarkan. Namun demikian, guru seyogyanya sangat memahami, apa yang sedang dipelajari siswa melalui suatu tema tertentu, dan dapat memilahnya menjadi data mata pelajaran. Hal ini penting mengingat sistem pelaporan di SD berdasarkan mata pelajaran. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas awal, asesmen yang dapat digunakan adalah tes dan non tes. Untuk jenis tes, guru lebih banyak menggunakan paper-annd-pen test, yaitu tes tertulis, baik objektif maupun esai. Namun, perlu diingat bahwa siswa kelas awal belumlah mampu membaca dan menulis dengan baik, oleh karena itu, tes tertulis perlu dikurangi

penggunaannya. Juga penggunaan tes-tes objektif seperti pilihan ganda mestinya tidak digunakan secara berlebihan. Hal ini menyangkut pelatihan dan pengembangan cara berfikir anak. Tes-tes objektif yang memberikana pilihan jawaban, menuntut siswa hanya memilih dari jawaban yang disediakan tersebut. Pilihan tersebut sangat terbatas dan hanya menyangkut kemampuan kognitif saja, padahal, sejak dini siswa hendaknya dilatih mengungkapkan buah pikirannya baik secara tertulis maupun perbuatan. Tes-tes objektif tidak mampu member kesempatan tersebut. Oleh karena itu, di kelas awal, guru disarankan untuk menggunakan asesmen alternatif yang termasuk dalam asesmen non tes. Satu hal lagi yang patut menjadi pedoman guru dalam melakukan asesmen adalah bahwa karena siswa kelas awal memiliki karakteristik belajar secara konkrit bukan abstrak, maka asesmen alternatif yang dipilih guru hendaknya adalah asesmen otentik. Asesmen otentik adalah asesmen nyata, riil, dan secara langsung bermakna bagi diri siswa. Sebagai contoh, guru mengases penampilan siswa saat bermain egrang, menyanyikan lagu, merangkai vas bunga, mengamati perubahan kecebong menjadi katak, dan sebagainya. Asesmen terhadap hal-hal riil tersebut sangat mampu member gambaran nyata tentang keadaan siswa, dan pada saat yang bersamaan memberikan pengalaman langsung pada anak. Ingatlah bahwa dunia anak adalah konkrit, dan akan menjadi beban bagi mereka jika pembelajaran dilakukan secara abstrak dimana guru menggambarkan pengetahuan tersebut hanya dengan kata-kata. Beberapa jenis asesmen alternatif dan otentik yang relevan digunakan di SD kelas awal adalah: 1. Asesmen kinerja (Perfomance assessment). 2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Questioning). 3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion). 4. Proyek dan investigasi 5. Portofolio dan jurnal 6. Wawancara (interview) dan konferensi 7. Evaluasi diri oleh siswa 8. Tes buatan siswa Berikut diuraikan beberapa dari jenis asesmen di atas.

Dari daftar di atas, tampak bahwa terdapat banyak cara untuk mengases peserta didik. Guru memilih jenis asesmen mana yang akan digunakan tergantung pada tujuan asesmen.

1. Observasi dan mengajukan Pertanyaan Teknik penilaian observasi dan mengajukan pertanyaan sebenarnya bukanlah hal baru. Di dalam kelas tingkah laku siswa dan kinerja dalam mengerjakan tugas-tugas ilmiah mungkin telah observasi, dan guru juga sering bertanya pada siswa. Observasi atau pengamatan adalah suatu cara untuk mengamati proses belajar siswa.

LEMBAR OBSERVASI Beri tanda cek! Siswa

Mengerjakan

Tidak

Tugas

mengerjakan

Catatan guru

tugas Ayu Damar Dst…

Ceklis Pengamatan Beri tanda cek pada aspek yang muncul! NO.

Nama Siswa

1.

Ayu

2.

Damar

3.

Dst…….

Kerjasama

Respek

Inisiatif

Pengajukan pertanyaan selama membuka pelajaran dengan topik baru, demikian juga ketika mereview materi yang telah diajarkan sebelumnya. Melalui pertanyaan kita dapat mengetahui bagaimana siswa berpikir dan sekaligus dapat mengetahui kemampuan siswa berkomunikasi. Dengan mengamati, mendengarkan, mengajukan pertanyaan yang benar dan mengevaluasi respon siswa, akan memberikan informasi bagaimana siswa membuat hubungan dari apa yang mereka ketahui. Contoh pertanyaan untuk pemecahan masalah : 1. Jelaskan masalah yang kamu hadapi ? 2. Apakah masalah tersebut menarik bagimu ? 3. Bagaimana cara kamu memecahkan masalah tersebut ? 4. Apakah membuat gambar atau sketsa dapat membantu memecahkan masalah tersebut ? 5. Jelaskan tahap-tahap yang akan kamu ikuti dalam memecahkan masalah !

Contoh pertanyaan penalaran dalam pengamatan : 1. Dalam percobaan ini, bedakan pertumbuhan yang terjadi di tempat gelap dan terang ! 2. Bagaimana kamu menjelaskan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan ? 3. Mengapa pertumbuhan di tempat gelap lebih cepat dari pada di tempat terang ? Jelaskan jawaban kamu dengan meberikan alasan ? 4. Apa yang dapat kamu simpulkan dari pengamatan kecambah ini ?

Berikut ini adalah beberapa petunjuk yang perlu diikuti (Hibbard. 2000) 1. Buatlah daftar pertanyaan . 2. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk menjawab pertanyaan Anda . 3. Beri kesempatan kepada siswa untuk membuat catatan, dan Tanyakan pertanyaan Anda untuk mengklarifikasi permaslahan yang ditanyakan. 4. Catatlah jawaban siswa pada format yang terorganisasi. 5. Buatlah kesimpulan tentang jawaban siswa.

2. Jurnal Jurnal belajar adalah catatan siswa tentang apa yang telah dipelajarinya. Jurnal dapat digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipelajari, seperti misalnya perasaan siswa terhadap pelajaran, kesulitan yang dialami, atau keberhasilan di dalam memecahkan masalah atau topic tertentu atau berbagai macam catatan lain, komentar yang dibuat oleh siswa. Membuat jurnal adalah cara yang paling baik untuk siswa berpraktik dan meningkatkan kemampuan menulis karena jurnal membantu siswa memiliki sikap selalu menuliskan apa yang dikerjakan. Keuntungan menggunakan jurnal adalah manakala siswa belajar secara independen, maka jurnal sangat membantu dalam mengembangkan kemampuan refleksi dan introspeksi. Menggunakan jurnal sangat kondusif untuk melatih berpikir tentang mengapa sesuatu dilakukan. Di dalam jurnal dapat digunakan untuk menulis pernyataan, kesuksesan, pemikiran, maupun rasa frustasi. Menggunakan jurnal dapat memperoleh informasi tentang sejarah siswa ketika belajar secara independen. Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengisi jurnal antara lain: 1. Memulai pertemuan di kelas atau memulai diskusi 2. Meringkas pembelajaran 3. Interupsi/memfokuskan kembali diskusi kelas 4. Menanyakan persetujuan atas suatu pertanyaan 5. Mendiskusikan bagaimana pembelajaran hari ini terkait dengan topik-topik lain 6. Merespon suatu tugas 7. Meningkatkan konsentrasi siswa 8. Mencek kesiapan/pendapat siswa 9. Mencatat hasil kerja laboratorium Dalam jurnal belajar, siswa dapat mengisinya berupa hal-hal sebagai berikut : 1. Gambar atau sketsa dengan komentar 2. Pertanyaan yang ingin ditanyakan siswa beserta upaya awal untuk menjawab pertanyaan tersebut

3. Hasil pengamatan secara rinci 4. Pertanyaan “Andaikan……?” yang ditanyakan siswa pada awal merencanakan suatu eksperimen 5. Sketsa dan catatan mengenai model-model dan temuan-temuan 6. Peta pikiran yang dibuat siswa 7. Pemikiran tentang apa yang menarik dan menyenangkan dalam kelas 8. Pemikiran mengenai apa masalah/topik yang sulit dan bagaimana memecahkan masalah/mengatasi kesulitan 9. Catatan mengenai materi sains yang menarik dalam berita di koran atau televisi Selanjutnya, yang perlu anda pikirkan yaitu bagaimana cara menilai jurnal belajar siswa sesuai dengan daftar aspek-aspek jurnal yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru berdasarkan kesepakatan dengan siswa. Isi jurnal dapat dirancang guru bersama siswa, demikian juga dengan rubrik penilaiannya. Berikut contoh format penilaian proses belajar dengan menggunakan jurnal belajar. Format Penilaian Proses Belajar dengan Menggunakan Jurnal Belajar

No

Elemen yang dinilai

Skor maksimal

1

Semua aspek disampaikan/ditulis lengkap

10

2

Penulisan dengan kalimat yang jelas dan lengkap

10

3

Penyampaian ide secara jelas

10

4

Pertanyaan dikemukakan dengan rinci

10

5

Hasil pengamatan atau pemikiran diungkapkan 10 dengan jelas

6

Penyampaian refleksi menggambarkan pemikiran 10 kemajuan belajar

7

Mengomentari pembelajaran dengan benar

10

8

Penyimpulan materi pembelajaran dengan baik dan 10 benar

9

Ilustrasi penyampaian materi dengan menarik

10

Secara

10

keseluruhan lengkap, sistematis, dan 10

Penilaian Siswa

Guru

menarik Jumlah

100

3. Projek dan Investigasi Kegiatan projek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa dalam pemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang dengan kegiatan yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek dapat melibatkan siswa secara aktif dan menemukan situasi baru yang dapat mendorong siswa menemukan suatu masalah sehingga dapat menuntut mereka merumuskan hipotesis yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Untuk sekolah tingkat dasar melalui projek juga menyediakan peluang bagi siswa untuk mengekplorasi ide-ide ilmiah dengan menggunakan materi fisik atau teknologi baru. Siswa dapat diarahkan untuk melakukan investigasi permasalahan yang ada di sekitar kehidupan siswa baik lingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa. Projek yang diberikan dalam konten(isi) pemecahan masalah, dapat digunakan siswa untuk melakukan ekplorasi belajar dan berfikir tantangan ide yang mengembangkan pemahaman mereka dalam berbagai area isi kurikulum. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kamampuan mengaplikasikan, kamampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu : a. Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. b. Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dengan memepertimbangkan tahap pengetahuan, pamahaman dan keterampilan dalam pembelajaran c. Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik Teknik penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperyi penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data dan menyiapkan laporan tertulis.

Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrument penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian projek, misalnya penelitian sederhana tentangdampak limbah terhadap kesehatan, pementasan drama, dan sebagainya.

4. Asesmen Diri Asesmen diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas criteria atau acuan yang telah disiapkan. Tujuan utama dari penilaian diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar. Meskipun demikian, hasil penilaian diri dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan nilai. Peran penilaian diri menjadi penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke siswa yang didasarkan pada konsep belajar mandiri. Ada beberapa jenis penilaian diri, di antaranya : a. Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung pada saat atau setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran. b. Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang untuk memberikan penilaian secara keseluruhan. c. Penilaian Sosio-Afektif, yaotu penilaian terhadap unsure-unsur afektif atau emosional. Misalnya. Peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.

Penggunaan teknik ini dapat member dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain : a. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri. b. Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan instrospeksi diriterhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

c. Dapat mendorong membiasakan dan melatih peserta didik untuk berbuta jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penialaian.

Ada kecenderungan peserta didik akan menilai diri terlalu tinggi dan subyektif. Karena itu, penilaian diri dilakukan berdasarkan criteria yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a. Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri b. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai c. Menentikan criteria penilaian yang akan digunakan d. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek atau skala penilaian. e. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri f. Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif g. Lakukan tindakan lanjutanm antara lain guru memberikan balikan tertulis, guru dan siswa membahas bersama proses dan hasil penilaian. Asesmen diri merupakan suatu model yang menghubungkan antara hakikat penilaian diri dengan hasil belajar siswa. Apabila siswa merancang sendiri tujuan kemampuannya, maka ia memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Keuntungan lainnya adalah member kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam proses asesmen. Bila asesmen dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, maka fokus berpindah dari member tes menjadi memebantu siswa memehami tujuan pengalaman belajar dan kriteria keberhasilan. Selain itu hasil studi mengatakan bahwa melalui penilaian diri memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi social dengan teman sejawat mulai dari siswa berkemampuan rendah sampai tinggi. Ada hubungan positif antara kebutuhan dan prestasi siswa dan hal ini sangat tampak apabila guru menggunakan teknik belajar kooperatif. Karena dalam pembelajaran kooperatif menuntut siswa dapat berinteraksi bersama teman sejawat. Oleh karena itu dalam penilaian diri terdapat tiga proses regulasi diri yaitu : a. Siswa melakukan observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja yang relevan denga tujuan dan standar keberhasilan

b. Siswa mempertimbangkan sendiri dan menentukan tujuan khusus dan umum yang akan dicapai c. Siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian tujuan, dan menghayati keberhasilan/kemajuan sebagau bahan refleksi diri.

Tabel 5.3 Lembar Evaluasi Diri Siswa No

Aspek yang dinilai

Penilaian Siswa

1

Kemampuan mengikuti pelajaran

2

Kejujuran

3

Kemampuan merefleksikan diri

4

Mengidentifikasikan kemajuan diri

5

Mendeskripsikan hasil belajar

Guru

5.PERFORMANCE ASSESSMENT/ASESMEN KINERJA : asesmen kinerja adalah pengamatan terhadap kemampuan/kompetensi siswa dalam bentuk unjuk kerja. Contoh unjuk kerja siswa yang dapat diases dengan asesmen kinerja adalah:  Penyajian lisan : keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, membaca nyaring, bercerita.  Pemecahan masalah dalam kelompok.  Partisipasi dalam diskusi.  Menari.  Memainkan alat musik.  Olah Raga.  Menggunakan alat lab

 Bermain Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen perbuatan (unjuk kerja). Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang dilakukan oleh siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang siswa. Menurut Hibbard (1995) tugas-tugas kinerja menghendaki (1) penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainya, (2) budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah, (3) literasi sains (penampakan ketidakbutaan ilmiah). Asesmen kinerja (Performance) pada dasarnya adalah asesmen autentik karena dalam asesmen siswa dituntut untuk mendemontrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan keterampilan dalam menyelesaikan beberapa tugas menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata (NSTA, 2002). Agar mendapatkan alat evaluasi yang valid tugas-tugas kinerja harus memiliki criteria berikut (Nur, 2001) (1) memusatkan pada elemen-elemen pengajaran yang penting . (2) sesuai dengan isi kurikulum yang diacu, (3) mengintegrasikan informasi, konsep, ketermpilan, dan kebiasaan kerja, (4) melibatkan siswa, (5) mengaktifkan kemauan siswa untuk bekerja, (6) layak dan pantas untuk seluruh siswa, (7) ada keseimbangan antara kerj akelompok dan kerja individu (8) tersetruktur dengan baik untuk memudahkan pemahaman, (9) memiliki proses dan produk yang autentik , (10) memasukan penilaian diri, (11) memungkinkan umpan balik dari orang lain.

Langkah-langkah Implementasi Asesmen Kinerja Dalam menerapkan asesmen kinerja Anda perlu memperhatikan beberapa tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja yang baik antara lain : a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemapuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik;

c. Usahakan untuk membuat criteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas; d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemapuan siswa yang harus diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan; e. Urutkan criteria kemampuan yang akan diukur berdarkan urutan yang dapat diamati; f. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan criteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain dilapangan.

Metode dan Contoh Menilai “Penilaian Kinerja” Kriteria performansi merupakan indicator unjuk kerja yang baik dan tetap dalam sebuah tugas tentukan dahulu proses, produk atau keduanya karena inimenentukan criteria yang dibuat. Berikut contoh criteria yang menunjukan ketermpilan siswa mwngukur volume air menggunakan gelas ukur. 1. 2. 3. 4. 5.

Cara meletakkan gelas ukur Cara menuangkan air Cara menambahkan volume air Cara mebaca ukuran/volume air Cara mencatat hasil pengukuran

Setelah menentukan kriteria seperti di atas, selanjunya dibuat penskoran dengan menggunakan rublik. Rublik adalah suatu pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) siswa dalam mengerjakan tugas. Rublik juga digunakan untuk menilai pekerjaan siswa. Apabila dua orang guru atau lebih sedang menilai jenis pekerjaan yang sama, maka penggunaan rublik yang sama membantu mereka memandang produk itu dengan cara yang sama. Guru dari tingkat kelas berbeda atau dari mata pelajaran berbeda pengajaran dan belajar dari tingkat ke tingkat dan dari mata ke mata pelajaran. Cara melakukan penilaian dengan menggunakan rublik. Ada bebrapa cara unutk menilai tingakt kemahiran siswa yaitu :

1. Rublik dengan daftar cek (checklist) Berikan tanda untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan siswa!

1. Meletakkan gelas ukur di atas tempat yang datar, 2. Skala menghadap pengamat ( ………… ) 3. Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai akhir mencapai 100 ml,

(

………… ) penuangan dihentikan 4. Menambah volume air setetes demi setetes mengunakan pipe ( ………… ) sampai mencapai 100 ml 5. Membaca air di dalam gelas ukur dengan posisi sejajar mata ( ………… ) 6. Mencapaia hasil pengukuran dengan benar

( ………… )

2. Rublik dengan skala penilaian (rating scale) Jika guru mengembangkan rublik skala penilaian, amaka guru menunjukan beberapa derajat standar yang telah dicapai. Pada halaman diberikan contoh penggunaan skala penilaian untuk menilai ketermpilan siswa dengan menggunakan rublik.

Contoh Tugas: Ukurlah volume air sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur Panduan untuk melatih siswa dan penilaian kinerja mengukuran volume menggunakan gelas ukur . No . 1

Skor Aspek yang dinilai 4 Gelas ukur diletakkan di atas

tempat yang datar, skala

menghadap pengamat 2

Menuangkan air ke dalam geals ukur sampai hamper

3

2

1

mencapai 100ml , penuangan dihentikan 3

Volume air ditambah setetes demi setetes menggunakan pipet samapai mencapai 100ml

4

Permukaan air didalam gelas dibaca dengan posisi sejajar mata

5

Hasil pengukuran dicatat dengan benar

Berilah skor : 4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat 3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tetapi lama 2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah 1 bila dilakukan tapi tidak selesai (0 bila tidak ada usaha sama sekali) Penilaian dengan “rating scale” dikenal ada tiga jenis, yaitu : (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive scale. Contoh ketiga “rating scale” diatas dapat dilihat pada table berikut. Intrumen Penilaian Berpidato dengan Menggunakan Numerical Rating Scale Nama : ……………………………………………………………………. Petunjuk : Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor 1. Bila siswa melakukan 2. Bila kadang-kadang 3. Bila jarang, dan 4. Bila tidak pernah I Ekpresi Fisik (physical Expression) A. Berdiri tegak melihat pada penonton 1 2 3 4 B. Merubah ekpresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan 1 2 3 4

Intrumen Penilaian Berpidator dengan Menggunakan Grafic Rating Scale Nama : ……………………………………………………………………. Petunjuk : Tulislah X pada garis dimaan kempuan siswa terampil pada waktu berpidato ! I.

Ekspresi Fisik (Physical Expression) A. Berdiri tegak melihat pada penonton

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

B. Merubah ekpresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

Dalam pembelajaran tematik, asesmen otentik merupakan asesmen yang paling tepat. Pelaksanaan asesmen pembelajaran tematik lebih menekankan pada asesmen proses, sehingga pelaksanaan asesmen terintegrasi dengan pembelajaran. Karena itu, rubrik asesmen tematik harus memasukkan indikator-indikator hasil belajar sebagai aspek-aspek asesmen. Contoh Rubrik untuk Penilaian Tematik RUBRIK PENILAIAN TEMATIK No.

Aspek yang

Deskripsi Aspek

dinilai 1.

Kelancaran

Lancar, kecepatan baik dan memperhatikan jeda, tidak tersendat-sendat.

Skor

2.

Ketepatan

Pengucapan dan intonasi tepat

3.

Ekspresi

Ekspresi wajah, tubuh, dan suara sesuai dengan cerita dan karakter dalam cerita

4.

Kelengkapan Sesuai dengan kelengkapan yang dipersyaratkan

dst Skor maksimal: 100

REKAP NILAI KINERJA PENAMPILAN BERCERITA NO.

NAMA SISWA

1.

Ayu

2.

Damar

3,

Dst……..

ASPEK 1

ASPEK 2

ASPEK 3

JUMLAH

6.Asesmen Portofolio Asesmen portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan kemampuan siswa melalui portofolionya, dimana pengumpulan informasi tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu, untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap status siswa. Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu (1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2) kualitas hasil (outcome), (3) bukti-bukti otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, (4) kerjasama siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, (5) penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran.

Model Asesmen Portofolio Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan O’Malley (1994). Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis dan Pelaporan. (a). Perencanaan (1) Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan) (2) Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen. (3) Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. (4) Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik. (5) Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian. (b). Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran) (1) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa. (2) Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya. (3) Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal. (4) Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri) (4) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri (c). Analisis dan pelaporan (1) Mengumpulkan folder (2) Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi

(3) Memadukan berbagai informasi yang ada (4) Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati (5) Melaporkan hasil asesmen

REFERENSI Marhaeni, A. A. I. N. (2006). Menggunakan Asesmen Otentik dalam Pembelajaran. Makalah disampaikan dalam pelatihan pembelajaran bagi guru-guru SMA Negeri 1 Denpasar tanggal 19 Agustus 2006 Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of Students, 2nd Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall.

Poerwanti, E. dkk. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.