BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lansia 2.1.1. Definisi Lansia Usia ...

31 downloads 86 Views 564KB Size Report
Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No.13 Tahun 1998 ... Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan Usia.
 

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia 2.1.1. Definisi Lansia Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlansung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Lebih rinci, batasan penduduk lansia dapat dilihat dari aspek-aspek biologi, ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu (Notoadmodjo, 2007): a. Aspek Biologi Penduduk lansia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan seiring meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Proses penuaan berbeda dengan ‘pikun’ (senile dementia) yaitu perilaku aneh atau sifat pelupa dari seseorang di usia tua. Pikun merupakan akibat dari tidak berfungsinya beberapa organ otak, yang dikenal dengan penyakit Alzheimer.

Universitas Sumatera Utara

 

b. Aspek Ekonomi Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas rendah. c. Aspek Sosial Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Di masyarakat tradisional di Asia, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat. d. Aspek Umur Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur adalah yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia lanjut. Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No.13 Tahun 1998 adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan Usia Lanjut, Departemen Kesehatan membuat pengelompokan seperti di bawah ini (Notoadmodjo, 2007): a. Kelompok Pertengahan Umur Kelompok usia dalam masa verilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun). b. Kelompok Usia Lanjut Dini Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun). c. Kelompok Usia Lanjut Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas).

Universitas Sumatera Utara

 

d. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007): a. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun b. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun c. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun d. Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun 2.1.2. Perubahan Fisiologik Tubuh pada Lansia Tingkat perubahan organ tubuh dan fungsinya diklasifikasikan kepada beberapa bagian, yaitu (Yatim, 2004), : 1. Tetap stabil. Seperti denyut nadi dalam istirahat tetap seperti masih usia muda dan perubahan perilaku psikososial paling sedikit berubah, terutama apabila diamati secara berkelompok. 2. Perubahan yang menjelma menjadi penyakit. Contohnya, menurunnya hormon testoteron dalam darah. 3. Perubahan yang terjadi sebagai penyeimbang, seperti berkurangnya frekuensi denyut jantung, selalu diimbangi dengan peningkatan jumlah darah yang dipompakan keluar dari jantung. 4. Perubahan sekuler. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kadar kolesterol dalam darah pada usia muda akan berangsur-angsur menurun sesuai dengan pertambahan usia. 5. Perubahan intrinsik. Misalnya, pada lansia terjadi penurunan ureum keratinin klearens. 2.1.3. Kebutuhan Hidup Lansia Penduduk lansia juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan makanan yang mengandung gizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin

Universitas Sumatera Utara

 

dan sebagainya diperlukan oleh lansia agar dapat mandiri. Menurut pendapat Maslow dalam Suhartini (2004), kebutuhan manusia meliputi : 1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. 2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan kemandirian dan sebagainya 3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya 4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan 5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

2.1.4. Problema Usia Lanjut Saat Ini Dari hasil penilitian menunjukkan bahwa panjangnya angka harapan hidup penduduk usia lanjut perempuan berhubungan dengan pengaruh hormonal pada wanita usia reproduktif dimana hormon estrogen mempunyai peranan sebagai pelindung yang menyebabkan angka harapan hidup waktu lahir untuk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Namun, pada laki-laki peranan estrogen sangat sedikit dan juga mempunyai beban kerja fisik yang lebih berat selain perilaku merokok dan kebiasaan makan yang kurang berimbang. Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini membuat jumlah lansia semakin meningkat. Ini menimbulkan permasalahan tersendiri yang menyangkut aspek kesehatan dan kesejahteraan mereka (Notoadmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

 

Aspek kesehatan pada lansia ditandai dengan adanya perubahan faali akibat proses menua meliputi: (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usila, Depkes, 2005) 1. Gangguan penglihatan, yang biasanya disebabkan oleh degenerasi makular senilis, katarak dan glaukoma. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:  a. Degenerasi makular senilis Penyebab penyakit ini belum diketahui namun dapat dicetuskan oleh ransangan cahaya berlebihan. Kelainan ini mengakibatkan distorsi visual, penglihatan menjadi kabur serta menjadi kabur serta dapat timbul distorsi persepsi visual. b. Katarak Katarak pada lansia dapat diakibatkan oleh pengobatan steroid yang lama, trauma maupun radiasi. Bila tidak ditemukan penyebabnya, biasanya disebut idiopatik akibat proses menua. c. Glaukoma Peningkatan tekanan dalam bola mata dapat terjadi secara akut maupun mendadak. Gejalanya adalah kabur penglihatan disertai nyeri, pusing, muntah dan kemerahan pada mata. 2. Gangguan pendengaran, gangguan ini meliputi presbiskusis dan gangguan komunikasi. a. Presbiskusis Gangguan pendengaran pada lansia disebut presbiskusis. Laki-laki umumnya lebih sering menderita presbiskusis daripada perempuan. b. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi dapat timbul akibat pembicaraan terjadi dalam interferensi karena terganggu suara lain, sumber suara mengalami distorsi dan kondisi akustik ruangan yang tidak sempurna seperti ruang pertemuan yang berbanding mudah memantulkan suara.

Universitas Sumatera Utara

 

3. Perubahan komposisi tubuh Dengan bertambahnya usia maka massa bebas lemak berkurang 6,3% berat badan per dekade seiring dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air mengalami penurunan sebesar 2,5% per dekade. 4. Saluran cerna Dengan bertambahnya usia maka jumlah jumlah gigi berangsur-angsur berkurang karena tanggal atau ekstraksi atas indikasi tertentu. Ketidaklengkapan alat cerna mekanik tertentu mengurangi kenyaman makan serta membatasi jenis makanan yang dapat dimakan. Produksi air liur dengan berbagai enzim yang terkandung di dalamnya juga mengalami penurunan. Selain mengurangi kenyamanan makan, kondisi mulut yang kering juga mengurangi kelancaran saat makan. 5. Hepar Hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia 80 tahun ke atas, sehingga obat-obatan yang memerlukan proses metabolisme pada organ ini harus ditentukan dosisnya secara saksama agar para lansia terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan. 6. Ginjal Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui air seni. Darah masuk ke ginjal kemudian disaring oleh unit terkecil ginjal yang disebut nefron. Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% per dekade mulai usia 35 tahun. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui air seni termasuk sisa obatobatan. 7. Perubahan kardiovaskular Perubahan pada jantung dapat terlihat dari bertambahnya jaringan kolagen, ukuran miokard bertambah, jumlah miokard berkurang, dan jumlah air jaringan berkurang. Selain itu, akan terjadi pula penurunan jumlah sel-sel pacu jantung

Universitas Sumatera Utara

 

serta berkas His dan Purkinje. Keadaan tersebut akan mengakibatkan menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi miokard disertai memanjangnya waktu pengisian diastolik. Hasil akhirnya adalah berkurangnya fraksi ejeksi sampai 1020%. 8. Sistem pernafasan Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan penambahan usia. Sendi-sendi tulang iga akan menjadi kaku. Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar ±0,2 liter/dekade serta berkurangnya kapasitas vital. Sistem pertahanan yang terdiri atas gerak bulu getar, leukosit, dan antibodi serta refleks batuk akan menurun. Hal tersebut menyebabkan warga usia lebih rentan terhadap infeksi. 8. Sistem hormonal Produksi testosterone dan sperma menurun mulai usia 45 tahun tetapi tidak mencapai titik nadir. Pada usia 70 tahun, seorang laki-laki masih memiliki libido dan mampu melakukan kopulasi. Pada wanita, karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah maka kadar estrogen akan sangat menurun setelah menopause. Keadaan ini menyebabkan dinding rahim dan saluran kemih menjadi kering. Pada wanita yang sering melahirkan keadaan di atas akan memperbesar kemungkinan terjadinya inkontenensia. 10. Sistem muskuloskeletal Dengan bertambahnya usia maka jelas terhadap sendi dan sistem muskuloskeletal semakin banyak. Sebagai resporepreparatif maka dapat terjadi pembentukan tulang baru, penebalan selaput sendi dan firosin. Ruang lingkup gerak sendi yang berkurang dapat diperberat pula dengan tendon yang semakin kaku.

Universitas Sumatera Utara

 

2.2. Personal Hygiene 2.2.1. Konsep Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.  Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).  

2.2.2. Tujuan Personal Hygiene Antara tujuan dari personal hygiene adalah (Tarwoto, 2004): 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4. Mencegah penyakit 5. Menciptakan keindahan 6. Meningkatkan rasa percaya diri 2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah (Tarwoto, 2004): 1. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

Universitas Sumatera Utara

 

3. Status sosial-ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kaki. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, shampoo, dan lain-lain. 7. Kondisi fisik Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.2.4. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene Antara dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene adalah ( Tarwoto, 2004): 1. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah muculnya kutu pada rambut, nafas berbau, bau badan yang tidak enak, infeksi pada saluran kemih, terkumpulnya kotoran dalam telinga, pinworms, dan athletes foot.

Universitas Sumatera Utara

 

2. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. 2.2.5. Hal-Hal yang Mencakup Personal Hygiene 2.2.5.1. Mandi Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh (Stassi, 2005). Kita seharusnya mandi dua kali sehari. Alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita. Urutannya adalah sebagai berikut (Irianto, 2007): a. Seluruh tubuh kita cuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh kita siram bersih-bersih. b. Seluruh tubuh kita gosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Kita keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih dari kaki. Pada lansia, mandi biasanya dilakukan 2 kali sehari atau lebih sesuai selera, dengan air dingin atau air hangat. Diusahakan agar satu kali mandi tidak di bawah pancuran atau konsensional , tetapi merendam diri di bak mandi yang akan memberi kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran tubuh. Penting juga membersihkan alat kelamin dan kulit antara dubur dan alat kelamin (perineum). Gosokan dimulai dari sisi alat kelamin ke arah dubur. Bagi wanita, puting payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Setelah selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga telinga, lipatan-lipatan kulit dan celah-celah jari kaki untuk menghindarkan timbulnya infeksi jamur, juga pada semua lipatan-lipatan kulit lainnya (Setiabudhi, 2002)

Universitas Sumatera Utara

 

2.2.5.2. Perawatan mulut dan gigi Mulut yang bersih adalah penting kepada kesejahteraan fisikal dan mental seseorang. Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi, 2005). Maka adalah penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya 2 kali sehari dan sangatlah dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas kita makan (Sharma, 2007). Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteroporosis dan periodontitis pada lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini sering tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan. Caries timbul antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel pada gigi oleh kuman yang lambat laun mengakibatkan lobang pada enamel gigi dan bila tidak ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf gigi karena infeksi. Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam, gigi perlu dibersihkan, yaitu kumurkumur dengan air atau teh tanpa gula (Setiabudhi, 2002). Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya mundur. Sebaliknya yang giginya sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keraskeras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).

2.2.5.3. Perawatan rambut Menyikat rambut bukan hanya dapat menjadikan penampilan diri kita lebih menarik, bahkan turut dapat membersihkan rambut kita daripada kekotoran

Universitas Sumatera Utara

 

dan debu, mencegah kekusutan rambut, dan dapat meransang sirkulasi kulit kepala. Rambut harus dirawat supaya tetap bersih dan rapi. Rambut itu berlemak dan kotoran debu mudah melekat pada rambut. Lemak dan kotoran pada rambut membusuk dalam waktu 24 jam. Oleh karena itu, kita harus mencuci rambut dan kulit kepala atau keramas setiap kali kita mandi. Dengan begitu, hilanglah semua kotoran yang melekat dan pori-pori kulit kepala akan terbuka, kemudian dikeringkan supaya rambut terasa segar dan sehat kembali (Irianto, 2007). Kerontokan rambut sering terjadi pada lanjut usia. Jumlah rambut rata-rata adalah lebih dari 100.000 helai yang 80% bersifat aktif tumbuh dan sisanya 20% berada dalam stadium tidak aktif. Pada lansia, rambut di permukaan badan dan ekstrimitas lambat laun menghilang. Rambut membutuhkan perawatan yang baik dan teratur, terutama pada wanita. Agar tidak mengalami banyak kerontokan, antara lain karena kurangnya sanitasi atau adanya infeksi jamur yang lazim disebut ketombe. Rata-rata 50-100 helai rambut dapar rontok dalam masa sehari. Oleh itu, rambut sebaik-baiknya perlu dicuci dengan shampoo yang mengandung anti-ketombe yang cocok. Cuci rambut sebaiknya dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu (Setiabudhi, 2002).

2.2.5.4. Perawatan kuku kaki dan tangan. Menggunting dan membersihkan kuku dan kaki secara teratur dapat mencegah masalah kuku.Waktu yang paling sesuai untuk melakukan perawatan kuku dan kaki adalah selepas mandi. Kuku tangan haruslah dibersihkan setiap hari. Pada lipatan antara kuku dan kulit serta di bawah ujung kuku terdapat kotoran yang menyangkut. Hal ini sudah tentu akan menyebabkan banyak kuman dan telur cacing parasit yang terselit di situ. Maka, ujung kuku hendaknya dipotong pendek, lalu dibersihkan. Hal ini tidak berbeda dengan kaki. Kita melangkahkan kaki ke mana-mana. Banyak kotoran yang ikut dengan kaki kita. Oleh karena itu, kita hendaklah selalu mencuci kaki kita bersih-besih, terutamanya sebelum tidur. Kuku kaki juga seharusnya dipotong pendek dan dibersihkan secara teratur (Irianto, 2007).

Universitas Sumatera Utara

 

Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan pada kuku yaitu pertumbuhan kuku menjadi lebih lambat, permukaan tidak mengilat tetapi menjadi bergaris dan mudah pecah karena agak keropos. Warnanya bisa berubah menjadi kuning atau opaque. Kuku bisa menjadi lembek terutama kuku kaki akan menjadi lebih tebal dan kaku serta sering ujung kuku kiri dan kanan menusuk masuk ke jaringan disekitarnya (ungus incarnatus). Pengguntingan dilakukan setelah kuku direndam dalam air hangat selama 5-10 menit karena pemanasan membuat kuku menjadi lembek dan mudah digunting (Setiabudhi, 2002).

2.2.5.5. Cuci tangan Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalunya tangan kita akan lansung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman (Irianto, 2007). Selain itu,tangan juga adalah salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat penyakit ke tubuh manusia melalui perantara tangan. Tangan manusia yang kotor karena menyentuh feses mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat dengan mata telanjang sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada saat yang penting. Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada 5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 40%. Cuci tangan pakai sabun

Universitas Sumatera Utara

 

dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung. Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut (National Campaign for Handwashing with Soap, 2007): 1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari. 2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir. 3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.

2.2.5.6. Pakaian harus bersih Pakaian yang kotor akan menghalang seseorang untuk merasa segar dan sehat walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan memuakkan. Kita perlu menukar pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan. Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).

2.3. Perilaku

2.3.1. Definisi Perilaku Jika dilihat dari aspek biologis, perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai aktivitas yang dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain (Soekidjo, 2005). Menurut seorang ahli psikologi, Skiner (1938), beliau mensimpulkan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (ransangan dari

Universitas Sumatera Utara

 

luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus  Organisme  Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" (stimulus-organisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu (Notoadmodjo, 2005): a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons yang relatif tetap. Responden respons juga mencakup perilaku emosional. b.

Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” tersebut dapat dibagikan kepada dua, yaitu: a. Perilaku tertutup (Covert behavior) Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior". 2.2.2. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku Perilaku pada seseorang individu itu terdiri dari dua faktor utama yaitu stimulus yang merupakan faktor eksternal seperti faktor linkungan, baik linkungan fisik, maupun non-fisik dan respons yang merupakan faktor internal atau faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, di mana seseorang tersebut berada. Perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi,

Universitas Sumatera Utara

 

fantasi, sugesti, dan sebagainya merupakan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar. Kesimpulannya, terdapat 3 cabang ilmu yang membentuk perilaku seseorang itu yaitu ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoadmodjo, 2005).

2.2.3. Perilaku Kesehatan Respons seseorang terhadap stimulus atau objek-objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit adalah merupakan suatu perilaku kesehatan( healthy behavior ). Jika dipandang dari sudut yang lain, perilaku kesehatan itu sebenarnya meliputi semua aktivitas seseorang, baik yang dapat diamati( observable) maupun yang tidak dapat diamati( unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyenbuhan apabila sakit. Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Notoadmodjo, 2005): 1. Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, sering disebut dengan perilaku sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). 2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang untuk memperoleh penyembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Tempatnya, yaitu tempat yang memiliki fasilitas kesehatan baik moden (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan sebagainya) dan tradisional (dukun, sinshe, paranormal).

Universitas Sumatera Utara

 

Menurut Becker (1979), beliau membedakan perilaku kesehatan menjadi tiga, yaitu: 1. Perilaku sehat (healthy behavior) Perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain: a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. c. Tidak

merokok

serta

meminum

minuman

keras

serta

menggunakan narkoba. d. Istirahat yang cukup. e. Pengendalian atau manajemen stress. f. Perilaku atau gaya hidup positif. 2. Perilaku sakit ( Illness behavior) Perilaku dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Tindakan yang muncul pada orang sakit atau anaknya sakit adalah: a.

Didiamkan saja, dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari.

b.

Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatment) dengan 2 cara yaitu cara tradisional dan cara modern. c.

Mencarai penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas

pelayanan kesehatan. 3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) Becker mengatakan hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit antara lain; a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan. c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien

Universitas Sumatera Utara

 

d. Tidak

melakukan

sesuatu

yang

merugikan

bagi

proses

pnyembuhannya. e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya 2.3.4. Domain Perilaku Menurut Benyamin Bloom (1908), terdapat 3 domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ahli pendidikan di Indonesia kemudian menterjemahkan ketiga domain ini ke dalam cipta, rasa, dan karsa, atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak. Untuk kepentingan pendidikan praktis, 3 tingkat ranah perilaku telah dikembangkan sebagai berikut (Notoadmodjo, 2005): 1. Pengetahuan (knowledge) Terdapat intensitas yang berbeda-beda pada setiap pengetahuan sesorang terhadap objek. Umumnya, tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu; a. Tahu (know) Tahu diartikanhanya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension) Memahami sesutu objek bukan sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-kompenen yang terdapat dalam sebuah masalah atau obkek yang diketahui. Hal ini sampai pada pembuatan bagan terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

Universitas Sumatera Utara

 

e. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam masyarakat. 2. Sikap (Attitude) Campbell (1950) mendefinisikan sikap dengan sederhana, yakni :" An individual's attitude is syndrome of response consistency with regard to object." Maka, dapat disimpulkan di sini bahwa sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Berbeda dengan Newcomb, beliau menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954) pula mengatakan bahwa terdapat 3 komponen pokok pada sikap yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, dan kecenderungan untuk bertindak. 3. Tindakan atau Praktik (Practice) Untuk terbentuknya tindakan, diperlukan faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan dapat dibagi kepada 3 tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu: a. Praktik terpimpin (guide response) Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. b. Praktik secara mekanisme (mechanism) Subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis.

Universitas Sumatera Utara

 

c. Adapsi (adoption) Tindakan yang sudah berkembang, tidak sekedar rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas.

Universitas Sumatera Utara