BAB I

22 downloads 130 Views 76KB Size Report
Pengaruh globalisasi dan masyarakat multikultural tersebut ... Bali terhadap bahasa Bali sebagai salah satu identitas budayanya. Hal ini sangat ... belajar bahasa asing (Inggris) dari pada bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Demikian pula ...
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi melanda tata kehidupan sosial masyarakat Bali dewasa ini. Hampir semua lini dalam kehidupan masyarakat Bali dipengaruhi oleh perkembangan global yang sulit untuk dikendalikan. Perkembangan global, pada satu sisi mendorong perubahan, perkembangan masyarakat ke arah yang lebih baik dan mapan. Misalnya, perkembangan teknologi komunikasi dapat mempermudah relasi dalam masyarakat. Hal ini terlihat dalam produksi alat-alat komunikasi yang canggih, seperti telepon genggam (hand phone), televisi (TV) dan internet. Pada sisi lain, perkembangan global membawa masyarakat ke arah yang negatif. Misalnya, egois, apatis, dan menampilkan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah masyarakat Bali. Masyarakat Bali yang dimaksud dalam konteks ini adalah masyarakat Bali yang sudah heterogen dalam artian sudah berbaur dengan etnis-etnis lainnya. Gaya hidup seperti di atas sangat dominan dalam praktik hidup masyarakat Bali di Kota Denpasar saat ini. Kota Denpasar sebagai salah satu kota pariwisata Indonesia bagian tengah mengalami perubahan dalam tata cara kehidupan masyarakat

Bali.

Masyarakat Bali dikenal sebagai masyarakat homogen dari segi adat-istiadat, bahasa Bali, budaya, dan agama. Dalam konteks ini masyarakat Bali secara umum dikenal sebagai masyarakat yang melestarikan warisan budaya leluhurnya. Citra masyarakat Bali seperti di atas sudah tidak sesuai lagi dengan gaya hidup masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Kota Denpasar merupakan tempat orang mengadu nasib. Keberagaman latar belakang budaya tersebut menjadikan masyarakat

2 Kota Denpasar sebagai masyarakat multikultural. Pengaruh globalisasi dan masyarakat multikultural tersebut mempengaruhi kesadaran, sikap dan tindakan sebagian masyarakat Bali terhadap bahasa Bali sebagai salah satu identitas budayanya. Hal ini sangat tampak dalam fenomena kurangnya penggunaan bahasa Bali dalam komunikasi masyarakat Bali di Kota Denpasar. Orang sebaliknya cenderung mengikuti gaya hidup impor sebagai akibat dari Kota Denpasar merupakan pusat pariwisata, selain itu, masyarakat Bali di Kota Denpasar hampir sebagian besar menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing daripada menggunakan bahasa Bali (Suarjana, 2008 : 8). Hal ini tampak dalam lingkup pergaulan masyarakat multikultural di Kota Denpasar baik di lingkungan kerja maupun keluarga, dominan menggunakan bahasa Indonesia, bahkan terkadang menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa Bali, bahasa Indonesia dengan bahasa asing daripada menggunakan bahasa Bali yang utuh. Misalnya, seorang pemimpin dalam masyarakat (Banjar) memberikan pengumuman kepada warga dengan mengatakan ”Bapak, Ibu yang terhormat, sebentar malam ada meeting.” Pemimpin rapat di Banjar juga sering membuka rapat dengan menggunakan bahasa Indonesia seperti ”Mari kita mulai rapat kita malam ini.” Setelah selasai pemimpin menutup pertemuan dengan mengatakan, ”Bapak dan Ibu serta warga yang hadir, suksma nggih atas kehadirannya dalam rapat kita malam ini.” Kemauan anak-anak menggunakan bahasa Bali dalam pergaulannya sangat kurang, bahkan dalam kehidupan keluarga, orangtua jarang mengarahkan anaknya menggunakan bahasa Bali, dan bangga apabila anaknya fasih berbahasa Indonesia atau bahasa asing sejak usia dini. Di lingkungan pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak

3 (TK), Sekolah Dasar (SD), sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi, lebih dominan belajar bahasa asing (Inggris) dari pada bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Demikian pula interaksi sosial di tempat umum juga mengurangi ruang gerak penggunaan bahasa Bali dengan bermunculan pusat belanja yang dahulunya disebut pasar merupakan interaksi warga masyarakat, sekarang telah berganti menjadi pasar modern (swalayan) yang tidak memberi peluang

terjadinya interaksi dalam bentuk

komunikasi verbal, bahkan antara pembeli dan penjual/pemilik barang dagangan pun tidak terjadi interaksi sosial karena menggunakan sistem komunikasi mesin, seperti komputer dan sejenisnya. Pemberian nama permukiman, pusat belanja, merek dagang, dan iklan juga memperbesar peluang penggunaan bahasa asing di Kota Denpasar (Sugono, 2007: 162). Dengan demikian penggunaan bahasa Bali di Kota Denpasar mengalami pergeseran dan penurunan drastis. Kemajemukan latar belakang budaya masyarakat Kota Denpasar merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk menguasai lebih dari satu bahasa, seperti dijelaskan oleh Fasold (1984: 213) dalam bukunya The Sociolingustics of Society, bahwa di dalam masyarakat aneka bahasa sangat mungkin terjadi situasi diglosik. Dalam situasi seperti itu, kemungkinan besar beberapa bahasa terlibat di dalamnya dan ada kemungkinan setiap warga menjadi dwibahasawan, baik secara aktif maupun pasif. Karena dalam repertoarnya terdapat beberapa bahasa, warga dapat melakukan pilihan bahasa. Dalam situasi diglosia yang baik, tiap-tiap bahasa mempunyai ranah pemakaiannya. Namun, jika bahasa yang satu merambah ke ranah penggunaan bahasa lainnya, terjadi diglosia yang bocor. Akibatnya bahasa tersebut terdesak atau tergeser, sehingga terjadi pergeseran bahasa. Jika terjadi pergeseran bahasa secara terus menerus

4 akan menyebabkan kepunahan bahasa tersebut. Akan tetapi, apabila tiap-tiap bahasa bertahan pada posisi ranah masing-masing, hal yang terjadi adalah kebertahanan bahasa. Lebih lanjut Suarjana (2008: 15) mengatakan bahwa dewasa ini ada gejala semakin terpinggirkannya bahasa Bali dalam tatanan keseharian hidup masyarakat Bali, terutama di kalangan menengah ke atas dan generasi mudanya. Hal ini teridentifikasi karena adanya sikap orang Bali sebagai penutur bahasa Bali yang kurang positif. Selain itu juga ditengarai bahwa bahasa Bali tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan penuturnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, terutama pada aspek ekonomisnya. Karena jika hanya dengan menguasai bahasa Bali tidak dapat memberikan nilai tambah apalagi meningkatkan taraf hidup (Sancaya, 2004 : 209). Bertolak dari uraian di atas walaupun bahasa Bali merupakan ciri penting untuk menentukkan identitas keetnikan suatu kelompok, nampaknya bahasa Bali tidak selalu dapat dipertahankan namun bukan berarti bahasa Bali harus ditinggalkan begitu saja. Bahasa Bali justru harus didayagunakan agar budaya yang adi luhung tidak tercerabut dari akarnya. Dalam menghadapi guncangan perubahan sosial yang begitu cepat dan kuat,

pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar

merupakan upaya yang relevan untuk mempertahankan bahasa Bali sebagai salah satu warisan leluhur sejak dahulu kala.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

5 1)

Bagaimanakah upaya–upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat

multikultural di Kota Denpasar? 2)

Apakah faktor-faktor penunjang dan penghambat upaya-upaya pemertahanan

bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar? 3)

Apakah dampak dan makna pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat

multikultural di Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua tujuan yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum akan mengedepankan tentang penelitian sebagai upaya menggali informasi yang berkaitan dengan pemertahan bahasa Bali. Tujuan khusus akan memaparkan bahwa penelitian ini sebagai upaya untuk mengetahui, mengkritisi, memahami dan menginterpretasi upaya, faktor, dampak dan makna pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural Kota Denpasar. Kedua bagian tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1.3.1

Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi, mengetahui

faktor-faktor pemertahanan bahasa Bali serta mengungkapkan upaya pemertahanan bahasa Bali sebagai bahasa etnis Bali yang hidup di tengah-tengah masyarakat multikultural dengan latar belakang beraneka bahasa khususnya yang ada di Kota Denpasar.

6 1.3.2

Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1)

Untuk mengetahui dan mengkritisi upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali

dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. 2)

Untuk

memahami

dan

mengklasifikasi

faktor-faktor

penunjang

dan

penghambat pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. 3)

Untuk memahami serta menginterpretasi dampak dan makna pemertahanan

bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis seperti di bawah ini.

1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi pengembangan khazanah keilmuan khususnya dalam bidang bahasa Bali. Di samping itu melalui penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan minat kalangan akademisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang bahasa Bali.

1.4.2 Manfaat Praktis

7 1)

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan

bagi masyarakat, kelompok masyarakat yang peduli akan bahasa Bali agar lebih gigih memperjuangkan bahasa Bali yang saat ini keberadaannya mengalami keguncangan oleh arus globalisasi. 2)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

kepada pemerintah, atau kepada penentu kebijakan dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh bahasa Bali seperti pada dewasa ini.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi pemertahanan bahasa Bali. Pemertahanan Bahasa Bali yang menjadi objek penelitian difokuskan pada hal-hal sebagai berikut. (1) Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali mencakup beberapa hal berikut. Penggunaan bahasa Bali dalam lingkup keluarga, pasar tradisional, kegiatan keagamaan, kegiatan adat, pementasan kesenian dan kebijakan pemerintah. (2) Faktor penunjang dan penghambat pemertahanan bahasa Bali mencakup beberapa hal berikut. (a). Faktor penunjang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Cakupan di dalamnya adalah rubrik Bali Orti dalam Bali Post, Majalah Bali Aga, program Orti Bali dalam Bali TV, Program siaran Radio Genta Bali. (b). Faktor penghambat pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Cakupan di dalamnya adalah Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP) Bali Post, keterbatasan sumber bacaan berbahasa Bali

8 dalam majalah Bali Aga, pilihan bahasa dalam iklan Bali TV, dominasi usia dewasa dalam target pendengar siaran Radio Genta. (3) Dampak dan makna pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Dampak pemertahanan bahasa Bali adalah marginalisasi sastra daerah Bali, dualisme dalam masyarakat, komersialisasi budaya, kekurangmahiran berbahasa Bali. Maknanya adalah penguatan solidaritas, pembentuk sikap dan perilaku dalam hidup bermasyarakat, pemotivasi spiritual, pelestarian bahasa Bali sebagai bahasa ibu, penyadaran identitas etnik, semangat kepahlawanan dalam memperjuangkan eksistensi bahasa Bali. Ketiga aspek yang akan dianalisis secara deskriptif-kualitatif dan interpretatif. Hal ini berarti bahwa data dan informasi dianalisis dalam bentuk penjelasan dan uraian, serta penafsiran berdasarkan pendapat para pakar serta teori yang diangkat dalam pembahasan. Untuk mempertajam analisis juga mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman (SWOT) yang berkenaan dengan objek penelitian yakni pemertahanan bahasa Bali. Pemunculan unsur SWOT disesuaikan dengan konteks permasalahannya. Artinya keempat unsur SWOT

tidak mutlak muncul dalam setiap masalah yang dibahas,

misalnya unsur kekuatan dan peluang hanya muncul dalam pembahasan upaya serta faktor penunjang pemertahanan bahasa Bali; demikian juga, unsur kelemahan serta ancaman akan muncul dalam pembahasan tentang faktor penghambat serta dampak pemertahanan bahasa Bali.