BAB II TINJAUAN PUSTAKA

71 downloads 232 Views 71KB Size Report
TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori. 1. Lansia. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua  ...
8  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Lansia Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2006). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu dekade (Notoatmodjo, 2007). Batasan usia lanjut menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meliputi (Notoatmodjo, 2007) : a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun. b. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-74 tahun. c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun. d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

8

9  

2. Teori proses menua (Maryam, 2008) Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual. a. Teori biologi Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori radikal bebas, dan teori rantai silang. b. Teori psikologi Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan

usia.

Perubahan

psikologis

yang

terjadi

dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. c. Teori sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social excange theory), theori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory). d. Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

10  

3. Tidur Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan atau suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (Perry& Potter, 2005). 4. Siklu tidur Seseorang tertidur biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM (non rapid eye movement) dan satu periode dari tidur REM (rapid eye movement). Pola siklus berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Tahap 1 : NREM a. Tahap meliputi paling dangkal dari tidur. b. Tahap berakhir beberapa menit. c. Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme. d. Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara. e. Ketika terbangun seseorang merasa seperti telah melamun. Tahap 2 : NREM a. Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara. b. Kemajuan relaksasi. c. Untuk terbangun masih relatif mudah.

11  

d. Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban. Tahap 3 : NREM a. Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam. b. Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak. c. Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap beraturan. Tahap 4 : NREM a. Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam. b. Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur. Tidur REM a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. b. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur. c. Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat. d. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur.

5. Gangguan tidur pada lansia Sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur, gangguan tidur mempengaruhi kualitas hidup. Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan-perubahan yang khas yang membedakannya dengan orang-orang yang lebih muda. Perubahan-

12  

perubahan tersebut mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur yang lebih dalam juga menurun (Stanley& Beare, 2006). Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam. Seorang lansia yang terbangun lebih sering di malam hari dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur. Akan tetapi, pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa muda (Reynolds dalam Perry dan Potter, 2005) 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, faktor fisiologis,faktor psikologi dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Diantaranya yaitu (Perry& Potter, 2005) : a. Penyakit fisik Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan kesulitan tidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa.

13  

b. Obat-obatan Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping yang umum. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali memberi banyak masalah dari pada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stresor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius. c. Gaya hidup Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja bergantian berputar (misalnya 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) sering kali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. d. Stress emosional Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menggangu tidur. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali

mengarah

frustasi

apabila

tidak

tidur.

Stres

juga

menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras utuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut akan menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. e. Lingkungan Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur.

14  

f. Latihan fisik dan kelelahan Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stres membuat sulit tidur. g. Asupan makanan dan kalori Makan besar, berat dan berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang menggangu tidur. Kafein dan alkohol yang dikomsumsi pada malam hari mempunyai efek produksiinsomnia. Alergi makanan juga dapat menyebabkan insomnia. 7. Insomnia a. Pengertian Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur (Hidayat, 2006). Susilo dan Wulandari (2011) menjelaskan bahwa penyakit insomnia adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama tidur malam hari. Insomnia dapat didefinisikan juga sebagai suatu persepsi seseorang yang terus merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk. Walaupun orang tersebur

15  

sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup. Ini akan mengakibatkan perasaan yang tidak bugar setelah terbangun dari tidur. b. Jenis-jenis insomnia Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: (1) Initial insomnia merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur. (2) Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari. (3) Terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa maupun stres (Hidayat, 2006). c. Etiologi Insomnia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling banyak menjadi penyebab insomnia adalah masalah psikologi. Hal yang paling penting dalam penanganan insomnia adalah melihat latar belakang penderita dan riwayat kesehatanya. Berikut adalah beberapa faktor yang merupakan penyebab insomnia (Susilo &Wulandari, 2011): (1) Faktor Psikologi Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyebab dari insomnia kronis. Tingkat tuntutan yang tinggi atau keinginan yang tidak tercapai, hingga berita-berita kegagalan sering memicu terjadinya insomnia transient. Orang-orang yang memiliki

16  

masalah-masalah stres, sering kali mengalami insomnia. Untuk penanganan insomnia jenis ini, yang harus diselesaikan terlebih dahulu

adalah

problem

yang

membuatnya

stres.

Setelah

masalahnya diselesaikan, biasanya insomnia juga akan sembuh dengan sendirinya. (2) Problem Psikiatri Depresi paling sering ditemukan di kehidupan masa kini. Banyak pola hidup instan yang memicu depresi. Tuntutan prestasi yang semakin tinggi dan gaya hidup yang tidak sehat, semakin membuat orang terus-menerus berlomba menjadi yang terbaik. Mereka tidak peduli keadaan dan kondisi masing-masing demi tercapainya prestasi tersebut. Mereka bahkan tanpa sadar sering tidak peduli pada kesehatannya. Akibatnya, semakin banyak orang yang terus-menerus berpikir. Apabila sudah demikian, mereka akan mengalami gangguan tidur. Jika mereka sering bangun lebih pagi dari biasanya pada kondisi yang tidak diinginkan, itu merupakan gejala paling umum dari awal depresi. Selain itu, perasaan cemas yang berlebihan, neorosa (gangguan jiwa), dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.Untuk mengatasi gangguan tidur seperti ini, yang paling penting dalam penangananya adalah menyelesaikan masalah-masalah yang membebani pikiranya.

17  

Datanglah kepada ahlinya, minta nasihat bagaimana penyelesaian yang terbaik. Bermusyawarahlah dengan orang-orang kepercayaan. (3) Sakit Fisik Pada saat seseorang mengalami sakit fisik, sebenarnya proses metabolisme dan kinerja di dalam tubuh tidak berjalan normal atau terjadi gangguan. Banyak orang yang sakit, otomatis tidak dapat tidur dengan nyenyak dan sering kurang tidur. Itulah sebabnya, dalam banyak proses penyembuhan penyakit, di dalam obatnya juga terdapat unsur “obat tidur” dalam kadar tertentu. Ini bertujuan agar orang yang sakit tersebut dapat beristirahat penuh dengan tidur.Sesak napas pada orang yang terserang asma maupun flu yang menyebabkan hidung tersumbat dapat menyebabkan gangguan tidur. Selama penyebab fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan tetap terjadi. (4) Faktor Lingkungan Lingkungan memegang peranan besar terhadap terjadinya insomnia seseorang. Lingkungan yang bising, seperti lingkungan lintasan pesawat terbang, lintasan kereta api, pabrik dengan mesinmesin yang terus beroperasi sepanjang malam atau suara TV yang keras dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.Jika terpaksa harus tinggal di lingkungan yang bising dan berisik seperti itu, usahakan memasang kedap suara atau tidur dengan memasang penutup

18  

telinga. Dengan demikian, kebisingan dapat sedikit dikurangi atau sekalian pindah ke tempat tinggal yang lebih nyaman. (5) Gaya Hidup Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu munculnya insomnia. Kebiasaan mengonsumsi alkohol, rokok, kopi (kafein), obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur. Jika kondisinya seperti ini, penderita insomnia harus menyelesaikan dulu masalahnya, baru akan dapat tidur dengan nyenyak.Sebisa mungkin hindari mengonsumsi alkohol sebelum tidur. Ini akan membuat badan terus-menerus terjaga dan tidak bisa tidur. Demikian pula rokok, kopi, dan beberapa makanan atau minuman yang mengandung kafein. Semuanya berfungsi untuk membuat badan tetap terjaga sepanjang malam. Akibatnya, tidur akan semakin sulit didapatkan. (6) Tidur Siang Berlebihan Banyak orang terbiasa dengan tidur siang setiap harinya. Mungkin mereka memang memerlukan istirahat total sekitar 10-30 menit dengan tidur siang. Hal ini bisa disebut normal atau wajar. Mungkin karena kelelahan bekerja sehingga butuh waktu tidur siang sejenak. Akan tetapi, ada banyak orang yang tidak berukuran dalam tidur. Mereka tidur berlebihan di siang hari sehingga akhirnya mereka mengalami kesulitan tidur pada malam hari. Jika penyebabnya seperti ini, solusi untuk menyelesaikan insomnia di

19  

malam hari sangatlah mudah. Batasi diri untuk tidak tidur di siang hari atau tidur secukupnya. Aturlah pola tidur agar dapat tidur di malam hari. Pergunakan waktu di siang hari untuk sungguhsungguh bekerja dan beraktivitas. Penyebab gangguan tidur pada lansia secara umum adalah kesulitan mempertahankan tidur (sleep onset problem), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem), bangun terlalu pagi (early morning awakening). d. Tanda-tanda dan gejala insomnia (Faridah, 2008) : (1) Sukar untuk tidur (2) Tidur yang tidak nyenyak dan sering terganggu (3) Terbangun di awal pagi kemudian sukar untuk menyambung tidur semula (4) Terasa letih atau mengantuk di waktu siang menyebabkan kerap tidur di siang hari 8. Senam Otak a.

Pengertian senam otak Senam otak atau brain gym adalah belajar dengan keseluruhan otak melalui gerakan “repatterning” (pembaharuan pola) dan aktivitas yang memungkinkan orang bisa menguasai bagian otak yang semula tidak dikuasainya (Dennison, 2006). Senam otak merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat menarik keluar

20  

tingkat konsentrasi otak, dan juga sebagai jalan keluar bagi bagianbagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal (Widianti& Proverawati, 2010). Sejak tahun 2001 sudah ditemukan senam otak yang bisa mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak. Senam otak ini ditemukan dr Paul Dennison, ahli senam otak dari lembaga Educational Kinesiology Amerika Serikat. Otak terbagi menjadi dua, otak belahan kanan dan otak belahan kiri. Otak kanan berfungsi untuk intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif, melihat keseluruhan, dan ekspresi badan. Sedangkan otak belahan kiri bertugas untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu, dan hal-hal rinci. Senam otak dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan senam otak melalui pembaharuan pola gerakan tertentu utuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Dengan tertutupnya bagian-bagian otak maka dapat mengakibatkan seseorang sulit untuk belajar. Orang yang akan mengalami belajar, bila berusaha sangat keras akan mengakibatkan stres pada otak, sehingga mekanisme integrasi otak melemah dan bagian-bagian otak tertentu kurang berfungsi. Informasi yang diterima otak bagian belakang menjadi sulit untuk diekspresikan, sehingga orang merasa kurang berhasil dan stress akan mengakibatkan semangat belajar dan bekerja menjadi berkurang. Brain gym dapat menujang kemampuan belajar dan bekerja, hal ini

21  

dapat diketahui melalui tes otot untuk mengetahui hambatanhambatan pada tubuh yang berpengaruh pada kemampuan belajar dan daya tangkap. Brain gym membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup dan terhambat sehingga kegiatan belajar atau bekerja dapat berlangsung dengan menggunakan seluruh otak (whole brain). Akibatnya, stres emosional berkurang dan pikiran lebih jernih. Hubungan antar manusia dan suasana belajar/bekerja lebih rileks dan senang.Senam otak (brain gym) juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat. Orang akan menjadi lebih semangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien, selain itu badan akan terasa lebih sehat karena tingkat stres mengalami penurunan. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh mudah jatuh sakit, pikun, dan frustasi. Meski demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk bekerja. b.

Manfaat senam otak Senam otak dapat dilakukan segala umur, baik lansia, bayi, anak autus, remaja, maupun orang dewasa. Banyak manfaat yang diperoleh dari brain gym. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,

22  

kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berpikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh (Widianti dan Proverawati, 2010). c.

Ragam Gerakan Senam Otak (Dennison, 2009) (1) Gerakan Silang (Cross Crawl) Kaki dan tangan digerakan secara berlawanan ke depan, samping atau belakang. (2) 8 Tidur (Lazy 8’s) Buatlah angka 8 tidur tiga kali tiap tangan, kemudian tiga kali dengan kedua tangan. (3) Coretan Ganda (Double Doodle) Dengan cara menggambar dengan kedua tangan yang sama. Seperti menggambar persegi, segitiga atau lingkaran. (4) Putaran Leher (Neck Rolls) Dengan cara menundukan kepala ke depan, dan pelan-pelan putar leher dari ke sisi yang lainya. (5) Mengaktifkan Tangan (Arm Activation) Dengan cara meluruskan tangan ke atas. Lakukan secara bergantian dengan tangan yang satunya.

23  

(6) Pompa Betis (Calf Pump) Dengan cara memajukan badan ke depan dan buang napas, pelanpelan tekan telapak kaki belakang ke lantai, kemudian angkat tumit ke atas sambil ambil napas dalam. (7) Luncuran Gravitasi (Gravity Glider) Dengan cara menundukan badan dengan tangan ke depan bawah, buang napas waktu turun dan ambil napas waktu naik. (8) Sakelar Otak (Brain Button) Dengan cara menyentuh pusar dan tangan yang satu memijat sisi kiri dan kanan tulang tengah, tepat di dua lekukan tulang selangka. (9) Tombol Imbang (Balance Button) Sentuhkan dua jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang telinga sementara tangan satunya lagi menyentuh pusar secara bergantian kanan dan kiri. (10) Menguap Berenergi (Energi yawn) Bukalah mulut seperti hendak menguap, kemudian pijat otot-otot disekitar persendian rahang dan dilanjutkan dengan menguap dengan bersuara untuk melemaskan otot-otot tersebut. (11) Kait Relaks (Hook-Ups) Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan saling menggenggam kemudian tarik tangan ke arah pusar dan

24  

terus ke depan dada. Pejamkan mata adn saat menarik napas, lidah ditempelkan

ke

langit-langit

mulut

dan

lepaskan

saat

menghembuskan napas. d.

Tujuan senam otak Menurut Sapardjiman (2007) tujuan senam otak adalah 1) untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar atau bekerja berlangsung menggunakan seluruh otak (whole brain), 2) mengurangi stress emosional dan pikiran lebih jernih, 3) menjadikan orang lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien, 4) kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, 5) hubungan antar manusia dan suasana belajar/bekerja lebih rileks dan senang.

9. Teori Faye Abdellah Model konsep Faye Abdellah dalam Hidayat (2008) difokuskan dalam pemberian asuhan keperawatan bagi manusia, pada intinya adalah memberikan kebutuhan secara fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual bagi para pasien maupun keluarga. Sehingga perawat perlu pendekatan dengan hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan dan perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi perawat dapat secara umum

merumuskan

kebutuhan

manusia

dalam

empat

kategori,

diantaranya kenyamanan, kebersihan dan keamanan, keseimbangan fisiologis. Dari empat kebutuhan tersebut dikembangkan menjadi 21

25  

kebutuhan atau masalah keperawatan diantaranya mempertahankan aktifitas, latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal. B. Kerangka Teori Penelitian

Faktor yang mempengaruhi tidur : Teori Abdellah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Penyakit fisik Obat-obatan Gaya hidup Stres emosional Lingkungan Latihan fisik dan kelelahan Asupan makanan dan kalori

Lansia

Tidur

Pemberian asuhan keperwatan bagi seluruh manusia baik kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual baik klien maupun keluarga.

Insomnia

Tidak ada gangguan

Senam otak

Masalah keperawatan : Mempertahankan aktifitas, latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal.

Ringan Berat Sangat berat

Keterangan : Bercetak tebal (diteliti) Gambar 2.1 Modifikasi Teori Abdellah dalam Hidayat (2008), Perry& Potter (2005).

26  

C. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen

Variabel Dependen

Senam Otak

Tingkat Insomnia

Skala Insomnia

Skala Insomnia

Sebelum Intervensi

Sesudah Intervensi

Senam Otak

Dibandingkan

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah senam otak berpengaruh terhadap tingkat insomnia di Posyandu Lansia Desa Kalicupak Lor Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Ha

: Ada pengaruh senam otak terhadap tingkat insomnia pada lansia.

Ho

: Tidak ada pengaruh senam otak terhadap tingkat insomnia pada lansia.