BAB III METODOLOGI PENELITIAN

66 downloads 748 Views 159KB Size Report
tindakan dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan ... Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2007: 16).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1. Waktu penelitian selama 4 bulan dalam semester genap tahun pelajaran 2011-2012 dari bulan Januari 2012 sampai dengan April 2012. Tabel 2.1. Jadwal Penelitian Bulan Ke No.

Kegiatan

1.

Persiapan dan Perijinan

2.

Pra Survey

3.

Penyusunan Instrumen

4.

Pengumpulan data

5.

Analisis Data

6.

Penyusunan Draf

7.

Penyempurnaan Laporan

1

2

3

4

B. Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X-5 di MAN Purwokerto 1. Jumlah subyek penelitian sebanyak 36, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Karakterisitik siswa X-5 yang cepat tanggap dan mudah beradaptasi, serta peneliti pernah mengajar siswa X-5 sehingga telah mengenal siswa

X-5 dengan baik menjadi bahan pertimbangan peneliti memilih kelas X-5 sebagai subyek penelitian. C. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pemilihan pendekatan ini karena jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK, dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas (Suharsimi Arikunto, 2007: 2). Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang diterangkan sebagai berikut. a.

b. c.

Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Arikunto, 2007: 2-3). Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2)

tindakan dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (ibid., hal. 34). Menurut Wina Sanjaya (2009: 26), penelitian tindakan kelas (PTK) diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan menurut Hopkins (Rochiati Wiriaatmadja, 2007: 11) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memehami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan

PTK mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan penelitian yang lain, diantaranya, yaitu: masalah yang diangkat adalah masalah yang dihadapi oleh guru di kelas dan adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (SuharsimiArikunto, 2007: 109). Dalam melaksanakan PTK harus mengacu pada desain penelitian yang telah dirancang sesuai dengan prosedur penelitian yang berlaku. Fungsinya sebagai patokan untuk mengetahui bentuk penerapan Quantum Teaching sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1.

D. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas proses pelaksanaannya dilakukan secara bersiklus. Prosedur penelitian tindakan kelas dilakukan dengan empat tahapan yang lazim dilalui (Suharsimi Arikunto, 2007: 16-20), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2007: 16) Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaaan

Pelaksanaan

Refleksi

SIKLUS II Pengamatan ?

1) Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Adapun beberapa tahap perencanaan perbaikan sebagai berikut. a.

Mempersiapkan dan merancang media pembelajaran

b.

Mempersiapkan perangkat pembelajaran, seperti: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran 2) Membuat alat peraga dan media pembelajaran 3) Membuat rancangan penilaian

c.

Mempersiapkan lembar observasi Kriteria untuk menentukan bahwa pembelajaran dengan penggunaan model

Quantum Teaching telah berhasil memecahkan masalah yang sedang diupayakan pemecahannya dilakukan secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas dapat dilihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran seperti tingkat motivasi, keceriaan, keantusiasan dalam mengikuti pelajaran, hal ini dapat dilihat dari pengamatan ataupun dengan melakukan wawancara dengan para siswa yang berdasarkan pertimbangan tertentu. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara melakukan tes. Keberhasilan individual ditetapkan jika siswa mengalami ketuntasan belajar di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal ini yang perlu diingat adalah bahwa tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha dan menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. 3) Pengamatan (Observing) Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran terjadi bersamaan waktunya dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi, dan lain-lain (Suharsimi Arikunto, 2007: 78). Instrumen yang umum dipakai adalah a. soal tes, kuis, b. lembar observasi, dan c. catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak

dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi. Pengamatan yang dilakukan meliputi: pemberian tugas, presentasi, keberanian siswa untuk tampil di depan kelas, dan tingkat keantusiasan serta tanggapan siswa terhadap penerapan model Quantum Teaching. 4) Refleksi Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2007: 80). Berdasarkan hasil analisis, peneliti melakukan refleksi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah kriteria yang ditetapkan tercapai atau belum. Jika telah berhasil maka siklus boleh berhenti, tetapi jika belum maka peneliti harus mengulang siklus lagi dan seterusnya sampai sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

E. Sumber Data dan Jenis Data Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah siswasiswi kelas X-5 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1, di mana siswa-siswi tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu a collaborative effort and or participatives (ibid., hal. 35). Data penelitian ini mencakup: 1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre-test), hasil diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan (post-test). 2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas siswa.

3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada saat pembelajaran sejarah berlangsung. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, angket, pencatatan lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan Model Quantum Teaching pada bidang studi Sejarah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwokerto 1. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi pre-test dan post-test.

F. Instrumen Penelitian Dalam pelaksanaan pengumpulan data diperlukan instrumen pengumpulan data yang tepat. Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti cukup rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian (Lexy J. Moleong, 2002: 121). Hal senada juga diungkapkan oleh Margono (Nurul Zuriah, 2006: 168) yang menyatakan bahwa pada umumnya penelitian akan berhasil dengan baik apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah penelitian) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Menurut Arikunto (Nurul Zuriah, 2006: 169), secara umum penyusunan instrumen pengumpul data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1.

Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.

2.

Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.

3.

Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.

4.

Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.

5.

Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

6.

Melengkapi instrumen dengan (pedoman atau instruksi) dan kata pengantar.

G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah peningkatkan prestasi belajar siswa. Dari aspek kognitif, diharapkan 85% siswa akan tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan Mengajar) jika mendapat nilai 70. Tabel 3.1. berdasarkan pada perumusan identifikasi masalah dan indikator keberhasilan adalah sebagai berikut:

Identifikasi Masalah 

Indikator Keberhasilan  

¾ Kemampuan siswa

dalam melakukan pembelajaran Quantum Teaching kurang baik. 

¾ Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran sejarah ¾ Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran Quantum Teaching kurang mendukung.

¾ Kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran Quantum Teaching baik. Ukuran baik dilihat dari: 9 Siswa aktif berprestasi 9 Siswa mudah memahami dan mengembangkan materi sejarah. 9 Prestasi siswa meningkat ¾ Siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah. ¾ Respon siswa terhadap penerapan perangkat dan model pembelajaran Quantum Teaching meningkat.

Hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa untuk ketiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) pada akhir pelajaran (Nana Sudjana, 1990: 32-33) adalah sebagai berikut.

Kognitif

Tabel 3.2. Hasil Belajar yang diharapkan Afektif Psikomotorik

¾ Menguasai ¾ Kemauan untuk materi sejarah menerima yang telah pelajaran dari diajarkan. guru. ¾ Memahami ¾ Perhatian siswa konsep terhadap apa yang sejarah. dijelaskan oleh guru. ¾ Peningkatan ¾ Penghargaan siswa nilai terhadap guru. akademik siswa. ¾ Hasrat untuk bertanya kepada guru. ¾ Kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut. ¾ Kemauan untuk menerapkan hasil belajar ¾ Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya.

¾ Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan mempersiapkan kebutuhan belajar ¾ Keinginan untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru. ¾ Sopan, ramah, dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan pelajaran. ¾ Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum jelas. ¾ Ke perpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari, atau segera membentuk kelompok untuk diskusi. ¾ Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperoleh atau menggunakannya untuk praktik kehidupannya. ¾ Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru, dan bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata

pelajaran yang diajarkannya.

H. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 146), observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Sedangkan menurut Margono (1997: 158), observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan perilaku siswa selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan pedoman observasi kegiatan pembelajaran, catatan lapangan, dan foto. Dengan tujuan memperoleh data tentang proses penerapan model Quantum Teaching pada pelajaran sejarah. 2. Tes Menurut Margono (1997: 170) tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Tes ini berupa tes pemahaman sejarah. Tes ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan pemahaman sejarah serta adanya peningkatan prestasi belajar siswa sesudah diberi tindakan pada setiap siklusnya. Tujuan diadakannya tes untuk siswa adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti dan memahami isi pelajaran selama proses pembelajaran. Tes dilaksanakan dua kali setiap siklusnya, yaitu: a.

Pre-test adalah tes yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diberikan.

b.

Post-test adalah tes yang diberikan setelah guru selesai menyampaikan materi pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi yang telah dipelajari. Jenis tes adalah tes formatif dengan bentuknya berupa multi choice atau pilihan

ganda dari 10 pertanyaan. Tiap pertanyaan menggunakan 4 option (a, b, c dan d). Cara menskor untuk bentuk tes multi choice atau pilihan ganda ini adalah untuk jawaban benar

diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban salah diberi skor 0 (nol) Untuk menghitung skor terakhir dari tes yang berbentuk multi choice atau pilihan ganda dipergunakan rumus correction for guessing/system denda (M. Ngalim Purwanto, 1984: 71) sebagai berikut: S = ∑R - ∑W n–1 Keterangan: S

= skor yang dicari

∑R

= jumlah soal yang dijawab benar

∑W

= jumlah soal yang dijawab salah

n

= jumlah option (alternative jawaban tiap soal)

1

= bilangan tetap

3. Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 149), dokumentasi dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dokumen tidak kalah penting dengan model-model lain karena dalam dokumentasi untuk mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,dan catatan harian. Dokumentasi yang dilakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui kegiatan siswa kelas X-5 MAN Purwokerto 1 selama penelitian berlangsung.

I.

Teknik Analisis Data Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat kualitatif maka dalam menganalisis data harus menggunakan analisis data kualitatif. Menurut Margono (Nurul Zuriah, 2006: 217) analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan kurun waktunya, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data. Prosedur analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber, yaitu wawancara, pengalaman yang telah dituliskan dalam catatan lapangan,

dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya (Lexy J. Moleong, 2000: 190). Menurut Wina Sanjaya (2009: 106-107) analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu, 1) reduksi data, 2) mendeskripsikan data, dan 3) membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, meliputi tiga unsur yaitu reduksi data, mendeskripsikan data dan membuat kesimpulan. Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas. 1.

Reduksi data Reduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Mereduksi data terkumpul dari hasil pekerjaan atau jawaban-jawaban siswa hasil wawancara dan catatan lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan. Adapun informasi yang diperoleh diarahkan pada data tentang observasi siswa dari penerapan model Quantum Teaching dalam pembelajaran sejarah, hal tersebut meliputi: a.

Kesenangan dan keantusiasan siswa terhadap penggunaan model Quantum Teaching dalam pembelajaran Sejarah.

b.

Ketepatan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

c.

Keberanian siswa dalam memberi komentar terhadap persoalan faktual disertai alasan yang logis dan santun bahasa.

2.

Mendeskripsikan data Mendeskripsikan data sehingga data yang telah diorganisir jadi bermakna. Mendeskripsikan data bisa dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam bentuk tabel. Mendeskripsikan data dilakukan dengan cara menganalisis data hasil reduksi yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui evaluasi. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan memberikan predikat pada variabel yang diteliti sesuai

dengan kondisi sebenarnya. Hasil analisis pada siklus I digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya. Semua data yang telah terkumpul dihitung dan dianalisis dengan rumus sebagai berikut: a.

Teknik analisis data untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Untuk menganalisis prestasi belajar siswa setelah proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan post-test berupa soal tes tertulis pada akhir pertemuan. Hasil tes diberi skor angka dan dimasukkan pada tabel, kemudian dicari skor rata-rata di dalam satu kelas. Setelah itu dihitung angka persentase yang dicapai siswa. Rumus untuk menghitung nilai siswa adalah: S = R x 100

N Keterangan: S = nilai yang diharapkan R= jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N= skor maksimum dari tes tersebut (M. Ngalim Purwanto, 2011: 112). Adapun penggolongan rentang nilai akhir adalah sebagai berikut: 80 ke atas

: baik sekali

66-79

: baik

56-65

: cukup

46-55

: kurang

45 ke bawah

: gagal (Sudijono, 2008: 35)

Rumus menghitung nilai rata-rata siswa dalam satu kelas adalah

x ΣX     

        N Keterangan:

x

= Nilai rata-rata

ΣX

= Jumlah seluruh skor

N

= Banyaknya subyek yaitu siswa (Sudjana, 2010: 109)

Rumus ketuntasan belajar siswa: KB = T x 100 Tt Keterangan: KB = Ketuntasan belajar siswa: T = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 Tt = Jumlah seluruh siswa b.

Teknik analisis untuk aktivitas siswa dan guru Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran Quantum Teaching. Lembar observasi ini berupa skala bertingkat dengan kriteria sebagai berikut: ¾ Penskoran dalam observasi aktivitas siswa Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik Skor 3 untuk aktivitas yang dilakukan dengan baik Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang Adapun penyusunan pedoman penskorannya adalah sebagai berikut: Jumlah butir item aktivitas yang diamati 9 (sesuai dengan jumlah item aktivitas yang diamati) dengan menggunakan 4 skala sehingga skor maksimal seluruh item adalah 36 dan jumlah skor minimal adalah 9. Rentang skala kriteria aktivitas individu sebagai berikut: 0–8

= aktivitas siswa kurang

9 – 18

= aktivitas siswa cukup

19 – 26 = aktivitas siswa baik 27 – 36 = aktivitas siswa sangat baik (Safari, 2005: 103) Untuk menganalisis lembar observasi siswa secara klasikal pada akhir setiap kegiatan pembelajaran digunakan analisis persentase dengan rumus: NP = R x 100% SM

Keterangan: NP

= Nilai persen yang dicari

R

= Skor mentah yang diperoleh siswa

SM

= Skor maksimum

100

= Bilangan tetap (Purwanto, 2010: 102)

Kriteria penilaian observasi siswa 0% ≤ rata-rata ≤ 25%

: aktivitas siswa kurang

25% < rata-rata ≤ 50% : aktivitas siswa cukup 50% < rata-rata ≤ 75% : aktivitas siswa baik 75% < rata-rata ≤ 100% : aktivitas siswa sangat baik (Safari, 2005: 103) Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Quantum Teaching. Lembar observasi ini berupa skala bertingkat dengan kriteria sebagai berikut: ¾

Penskoran dalam observasi aktivitas guru Skor 4 untuk aktivitas yang dilakukan dengan sangat baik Skor 3 untuk aktivitas yang dilakukan dengan baik Skor 2 untuk aktivitas yang dilakukan dengan cukup Skor 1 untuk aktivitas yang dilakukan dengan kurang Adapun penyusunan pedoman penskorannya adalah sebagai berikut: Jumlah

butir item aktivitas yang diamati adalah 10 dengan menggunakan 4 skala sehingga skor maksimal seluruh item adalah 40 dan jumlah skor minimalnya 10. Untuk menganalisis lembar observasi guru pada akhir setiap kegiatan pembelajaran digunakan analisis persentase dengan rumus: Rumus rata-rata = pertemuan1 + pertemuan2 2 NP = R x 100% SM Keterangan : NP

= Nilai persen yang dicari

R

= Skor mentah yang diperoleh guru

SM

= Skor maksimum

100

= Bilangan tetap (M. Ngalim Purwanto, 2010: 102).

Kriteria penilaian observasi aktivitas guru: 0% ≤ rata-rata ≤ 25%

: pengelolaan pembelajaran kurang

25% < rata-rata ≤ 50% : pengelolaan pembelajaran cukup 50% < rata-rata ≤ 75% : pengelolaan pembelajaran baik 75% < rata-rata ≤ 100% : pengelolaan pembelajaran sangat baik (Safari, 2005: 103) 3.

Membuat simpulan Membuat simpulan berdasarkan deskripsi data. Dalam proses penelitian menganalisis dan menginterpretasi data merupakan langkah yang sangat penting, sebab data yang terkumpul tidak akan berarti apa-apa tanpa dianalisis dan diberi makna melalui interpretasi data. Proses interpretasi data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) diarahkan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian (Wina Sanjaya, 2009: 107).