bab iv gagasan kontekstual kurikulum pendidikan ips-sd

9 downloads 39966 Views 762KB Size Report
dikembangkan di dalam P IPS-SD, agar siswa mampu membangun sendiri .... diberlakukan untuk kelas 3 s.d 6, sedangkan kelas 1-2 tetap menggunakan ...
BAB IV GAGASAN KONTEKSTUAL KURIKULUM PENDIDIKAN IPS-SD

Dalam bab ini akan disajikan hasil-hasil atau temuan lapangan, baik yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan siswa dan guru, observasi partisipan di dalam dan luar kelas, maupun hasil analisis konten dokumen tentang . (1) kompetensi atau kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dan perlu dikembangkan di dalam P IPS-SD, agar siswa mampu membangun sendiri struktur konstruksi pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakannya dalam latar kehidupan pribadi dan sosikultural; (2) pola pengorganisasian dan struktur isi kurikuler PIPS-SD yang cocok dan mendukung tercapainya kemampuan siswa untuk membangun sendiri struktur konstruksi pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakannya dalam latar kehidupan pribadi dan sosiokultural; (3) pola penataan lingkungan kelas pembelajaran PIPS-SD yang dibutuhkan bagi terciptanya keragaman cara dan proses belajar siswa, dan kemampuan siswa membangun sendiri struktur konstruksi pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakannya dalam latar kehidupan pribadi dan sosiokultural. Penyajian hasil-hasil temuan lapangan di dalam bab ini, menggunakan pola penyajian "tematik", yang menurut Bogdan & Biklen (1990:230) lazim digunakan dalam sistem penulisan akademik, terutama disertasi. Akan tetapi, pada hal-hal tertentu juga disajikan dalam bentuk tesis-tesis argumentatif atau topik. Hal ini dimaksudkan agar penyajian tidak monolitik, mampu memahamkan dan meyakinkan pembaca, dan bisa mengungkap makna-makna secara lebih kaya dan variatif. A. Konteks Penelitian SDN. Lawangan Daya II (Lada II), termasuk salah satu SD negeri tertua di kabupaten Pamekasan. Didirikan tahun 1958 dengan nama Sekolah Rakyat Manten il. Kemudian berubah menjadi Sekolah Rakyat Pamekasan VI, sebagai sekolah rakyat terakhir di kabupaten Pamekasan. Sejak didirikan hingga sekarang. SDN. Lada II teiah mengalami sebanyak 6 (enam) kali pergantian kepala sekolah, dan dua kali di antaranya dipimpin oleh seorang perempuan, termasuk kepala sekolah yang sekarang (Hj. Sundari, Ama.Pd). 81

Kini, SDN Lada 11 berada di wilayah kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Pademawu, dan merupakan salah satu "SD Inti" yang membawahi tujuh "SD Imbas" se Daerah Kerja (Daker) II, Gugus VII. Di SD ini pula terdapat Pusat Kegiatan Guru (PKG) yang merupakan tempat promosi dan demonstrasi berbagai hasil karya profesional para guru di Daker tersebut, walaupun selama penelitian ini dilakukan, aktivitas yang intensif dilakukan hanyalah pertemuan rutin bulanan delapan orang kepala SD yang terhimpun di dalam Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan 50 orang guru kelas dan 15 orang guru matapelajaran (penjas dan Pend. Agama) yang terhimpun di dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) se wilayan Daker II, Gugus Vil Kec. Pademawu. Secara geografis, lokasi SD Lada U memang strategis, berdekatan dengan kantor Dinas Pajak dan terminal lama (untuk kendaraan colt taksi). Tepat di depannya—sebelah timur-, membentang sebuah jalan besar kota jurusan ke wilayah kab. Pamekasan bagian utara-Pakong, Waru, dan Pasean—sekolah berada di sebelah barat jalan raya. Kondisi belajar-mengajar di sekolah seringkali terganggu oleh suara mobil dan kendaraan lain yang melintas di depan sekolah setiap waktu/harinya. Sekolah ini juga merupakan satu-satunya SD negeri di kab. Pamekasan yang gedungnya berlantai dua. Menurut informasi salah seorang guru, ini bisa terjadi karena kepala sekolahnya-ibu Hj. Sundari, Ama.Pd.-sebelum dia menjadi kepala sekolah dan mengajar di sana, adalah anggota fraksi TNI-Polri di DPRD kab. Pamekasan, sehingga dia memiliki akses langsung dengan pemerintah kabupaten waktu itu. Di samping itu, karena di lokasi itu pula, terdapat SDN. Lawangan Daya i. Jadi dua SD satu halaman. SDN. Lada i I menempati gedung bertingkat yang sebelah utara, sedangkan SDN. Lada l menempati gedung bertingkat yang sebelah selatan. SDN. Lada II (dan juga Lada I) merupakan sekolah yang banyak memiliki prestasi, baik di tingkat kecamatan, kabupaten. Bahkan, hingga ke tingkat propinsi dan nasional. Dari lomba olahraga, mengarang, bidang studi, dan lainnya. Ini terlihat dari banyaknya piala dan piagam penghargaan yang terdapat di lemari kaca di ruang kepala sekolah. Sewaktu peneliti berada di lapangan, terlihat para guru juga sedang melakukan pembinaan bagi para siswa yang akan disertakat di dalam lomba matapelajaran di tingkat kabupaten, dan sekali waktu peneliti pun diminta memberikan pembinaan untuk siswa yang akan disertakan dalam lomba matapelajaran di tingkat kecamatan dan kabupaten. Karena prestasi itu pula, 82

Kedua SO tersebut menjadi salah satu sekolah dasar negeri yang banyak diminati oleh masyarakat Pamekasan. Jumlah siswa perkelas rata-rata 40 lebih, kelas besar, dan terlihat agak sesak. Kondisi ini, sering menyebabkan guru kesal dan merasa kewalahan di dalam mengelola kelas. Setiap tahunnya masyarakat/orang tua yang mendaftarkan anaknya ke SO ini cukup banyak, rerata antara 70-8C orang calon siswa baru. Hingga peneliti mengakhiri penelitian ini, jumlah calon siswa baru sudah mencapai 13Can anak. Memang dirasa ada masalah dengan besarnya jumlah calon siswa baru yang sudah mendaftar. Di satu sisi, minat dan kepercayaan masyarakat/orang tua terhadap sekolah ini perlu direspon dengan menerima anak-anak mereka. Tetapi di sisi lain, terbatasnya ruang kelas (7 ruang) tentu tidak memungkinkan untuk menerima mereka semua, di samping kuota yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan kecamatan/kabupaten.

Dari informasi

kepala sekolah diperoleh

keterangan, rencananya mulai tahun pelajaran mendatang akan dibuka kelas paralel untuk kelas I, dan juga kelas unggulan. Jumlah guru seluruhnya 12 orang (termasuk kepala sekolah). Di antara para guru tersebut, dua orang masih berstatus sebagai "Guru Kontrak" lulusan D2 • PGSD, satu orang "Guru Sukwan" lulusan Ponpes Al-Amin Parenduan Sumenep yang diberi tugas membantu mengajar bahasa Inggris. Selain itu, ada dua orang mantan kepala SD yang baru dikembalikan ke tugas semula sebagai guru, karena masa jabatannya sudah lebih dari 12 tahun, dan dimutasi ke sekolah tersebut, selang beberapa lama setetah peneliti di sekolah. Untuk mengantisipasi kelebihan guru tersebut, kepala sekolah mengambil kebijakan dengan cara menerapkan sistem guru "sem/ bidang studi/matapelajaran', bukan sistem *guru kelas" sebagaimana telah ditetapkan oleh aturan yang berlaku. Dikatakan "semi guru bidang studi", karena ada guru yang memegang 1 bidang studi tertentu saja, ada pula guru yang merangkap 2-3 bidang studi. Selain itu, karena penunjukan seorang guru dalam suatu bidang studi/matapelajaran tertentu, bukan karena keahlian atau profesionalitas seorang guru di bidang studi tersebut sesuai dengan ijazah

kependidikan

yang

dimiliki,

melainkan

berdasarkan

hasil-hasil

penataran/pelatihan guru untuk suatu bidang studi tertentu. Sistem tersebut hanya diberlakukan untuk kelas 3 s.d 6, sedangkan kelas 1-2 tetap menggunakan sistem "guru kelas". Untuk tanggungjawab pengadministrasian masing-masing kelas tersebut, ditunjuk semacam "wali kelas" seperti di SLTP/SMU. 83

Penerapan sistem "semi bidang studi/matapelajaran" ini, sebenarnya bukan hanya kali ini saja, tetapi beberapa tahun sebelumnya sudah pernah diterapkan. Hanya saja, alasannya waktu itu adalah karena "kekurangan guru". Jadi, untuk mengatasinya, maka sejumlah guru secara bersama-sama membina kelas-kelas yang tidak tersedia guru keiasnya, dengan cara memberikan kepada guru tugas untuk mengajarkan 1-2 bidang studi tertentu. Dengan strategi demikian, masalah kekurangan guru kelas, dan kelancaran aktivitas pembelajaran di kelas tersebut tetap teratasi. Akan tetapi, atas perintah Dirjen Dikdas yang pernah berkunjung ke SD Lada t/ll, penerapan sistem guru bidang studi dihapus, dan kembali ke sistem guru kelas seperti biasanya. Akan tetapi, sejak dua tahun terakhir sistem guru kelas kembali digantikan dengan sistem "semi bidang studi/matapelajaran" hingga kini, karena kelebihan guru. Dalam pandangan peneliti, penerapan sistem pembelajaran seperti itu, baik karena kekurangan atau kelebihan guru, awalnya dipahami dari sisi "manajemen guru". Sebab, dengan adanya kekurangan guru berarti pula "harus" ada kelas-kelas yang tidak memiliki guru kelas. Sebaliknya bila kelebihan guru bisa dipastikan pula akan ada guru yang tidak memegang kelas, dan juga tidak akan mengajar. sementara",

Penerapan sistem seperti itu, dipandang dengan

catatan

bahwa

guru

tetap

sebagai "pemecahan harus

mendapatkan

penataran/pelatihan yang memadai untuk matapelajaran-matapelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Akan tetapi, dalam suatu audiensi dengan seorang gum baru mantan kepala SD yang menanyakan pendapat peneliti tentang kebenaran penerapan sistem "semi bidang studi/matapelajaran" dilihat dari sisi teori, karena dilihat dari sisi yuridis-formal tentu tidak bisa dibenarkan. Peneliti katakan waktu itu, bahwa secara teoretik, menurut teori psikologi anak, seorang siswa SD itu cara berpikirnya menyeluruh, terpadu. Artinya, ketika siswa mempelajari sesuatu, dia tidak mampu memilah-milah mana yang IPS, mana yang IPA, matematika, PPKn, dsb. Akan tetapi, kata peneliti, bahwa masalahnya sebenarnya bukan terletak penerapan sistem guru matapelajarannya, tetapi lebih pada persoalan sejauh mana seorang guru matapelajaran mampu menghubungkan atau mengaitkan materi yang sedang diajarkan (saya sebut saja IPS) dengan aspek-aspek yang lain seperti aspek ke-IPA-an, matematika, PPKn, dsb. Sejauh hal itu bisa dilakukan oleh seorang guru matapelajaran, menurut pendapat saya tidak masalah bila di SD menerapkan sistem guru matapelajaran". 84

Sebaliknya, bahwa kalaupun menerapkan sistem guru kelas, di mana seorang guru mengajarkan seluruh matapelajaran di SD (selain olahraga, kertakes, dan agama),

sejauh yang

bersangkutan

tidak

mencoba

menghubungkan atau

mengaitkan materi suatu matapelajaran yang sedang diajarkan dengan aspekaspek yang lain seperti aspek ke-IPA, matematika, PPKn, dsb. maka juga akan menimbulkan masalah dan tidaK tepat untuk siswa SD. Ketika jawaban itu dikemukakan, waktu itu peneliti ingat pada konsep baru dalam pembelajaran, yaitu sistem "Pembelajaran TerpadW. Guru tadi memahami alasan peneliti, dan setuju. Hanya saja, untuk kelas-kelas rendah, seperti kelas 1-2, penerapan sistem guru kelas merupakan suatu keniscayaan, karena di kelas-kelas awal/rendah seperti itu adanya seorang "sosok/figur" yang perlu diteladani masih sangat diperlukan. Ini juga dibenarkan oleh guru yang memang mangajar di kelas-kelas awal/rendah. Apakah dengan penerapan sistem semi guru matapelajaran tersebut, berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa, hingga kini belum dilakukan pengkajian dan penilaian secara menyeluruh dari pihak sekoiah. Dari beberapa guru dan kepala sekolah, diperoleh keterangan bahwa sejak penerapan sistem semi

guru

matapelajaran

prestasi

belajar

siswa

secara

keseluruhan

memperlihatkan adanya peningkatan. Akan tetapi, dari data "Target Pencapaian" (TP) dan "Daya Serap Kurikulum" (DSK), serta "Nilai Ebtanas Mumr (NEM) (tabel 1 dan 2) yang diperoleh dari papan data yang terdapat di ruang guru, menyajikan fakta yang agak berbeda dari pengakuan guru dan kepala sekolah di atas. Dari data tersebut, diketahui bahwa rerata DSK enam matapelajaran dari kelas I s.d VI cenderung "menurun" pada setiap jenjang kelasnya, baik pada semester J maupun semester H. Pada semester I ke semester II DSK keenam matapelajaran yang didata memang terlihat ada "peningkatan". Namun, bila dilihat dari tingkat ketuntasan belajar (minimal 75%)

hanya sejumlah matapelajaran

tertentu saja yang bisa mencapainya, lebih banyak matapelajaran yang masih belum memenuhi target ketuntasan belajar. Dari data TP dan DSK tersebut, juga terlihat bahwa pada semester I TP dan DSK lima matapelajaran di kelas IV, dan TP dan DSK tiga matapelajaran di kelas VI tidak sampai 100%. Fenomena tarsebut menarik untuk dicermati lebih jauh. berdasarkan keterangan dari salah seorang guru, fenomena tersebut terkait erat dengan Penerimaan Siswa Baru (SPSB) untuk Lada U pada tahun ajaran 1997-1998 s.d 1999-2000. Ketika itu, kepala SD Lada II yang sekarang masih 85

berstatus sebagai gurj SD Lada I dan menjadi Ketua PSB untuk SD Lada I dan Lada II. Sebagai ketua PSB waktu itu, dia memilih para calon siswa untuk SD Lada yang berlatar belakang sosiat-ekonomi menengah ke atas, sedangkan untuk calon siswa SD Lada II dipilihkan dari kalangan bawah. Akibatnya, seperti dikatakan guru tersebut, tingkat kemampuan dan prestasi para siswa yang sekarang sudah duduk di kelas IV s.d kelas VI berada di bawah tingkat kemampuan dan prestasi siswa yang sekarang duduk di kelas I s.d III. Tabel 1 "Target Pencapaian" (TP) dan "Daya Serap Kurikulum" (DSK) kelas I s.d VI Tahun Pelajaran 2002-2003 (dalam %) s M

1

KELAS MP

m

TP

DS

TP

os

PAI S

100

71

100

PPKn

100

75

100

74

81

100

70

100

MAT

100

72

100

IPA

100

*

100

IPS

100

-

100

73

72

TP 90

os 76

100

63

100

69

100

66

71

100

-

-

TP

VI TP

DS

100

os 66

100

78

76

100

64

100

75

90

67

100

64

100

74

62

85

40

100

49

95

59

100

70

90

60

100

64

95

67

100

65

95

60

100

47

95

66

67.2

712

PAIS

100

75

100

75

100

PPKn

100

76

fOO

78

BI

100

75

100

MAT

100

74

IPA

100

IPS

100

Rata

V

(V

DS 74

Rata

U

n

1 TP 100

63.2

69.8

62.3

75

100

78

100

68

100

60

100

70

100

76

100

65

100



70

100

TA

100

70

* OG

85

"1M

75

100

75

100

65

90

60

100

55

100

60

-

190

-

100

75

100

65

100

65

100

70

-

100

-

100

70

100

65

100

55

100

70

75.S

74.5

t

V

70.8

69.3

65.5

71.2

Sumber Papan data SDN Lada 2 Perbedaan tersebut disebabkan karena sejak tahun pelajaran 2000-2001 dia sudah menjadi kepala SD Lada II. Sejak itu sistem pembagian siswa bam baik untuk SD Lada I maupun SD Lada II berubah sama sekali, di mana calon siswa baru baik yang orang tuanya berlatar ekonomi-sosial kelas menengah-ke-atas dan menengah-ke-bawah dibagi rata untuk kedua SD Lada, sehingga tingkat kemampuan dan prestasi siswa SD Lada W kelas l s.d 111 lebih baik dari siswa kelas IV s.d VI. Sekalipun pendapat guru tersebut perlu dikaji lebih jauh mengenai 86

adanya hubungan yang signifikan antara kelas ekonomi-sosial dengan pfestasi belajar siswa,

akan tetapi dari audiensi dengan beberapa orang feisvva',

mendukung pendapat guru bahwa para siswa yang sekarang duduk di kelas \V s.d sekarang, umumnya memang orang tua siswa berlatar belakang sosial-ekoilonli rendah (tukang becak, wiraswasta, sopir, dll). Tabel 2 "Nilai Ebtanas Murni" (NEM) Kelas VI Tahun Pelajaran 1999-2003 TBpt ow» 00-01 01-02 0J-05 R*»

MM eeo B 00 eio 6,80 V 47

PPVn Mn 7.40 6.80 7.00 s.ra 875

Fflln Mtk 8.7« SS .O 7.40 8 80 7.W" "9.84 .O 7 W 9D 7.B7 9.31

Bt Mm a.oo 5.80 e.07 5.90 6.44

R»t» (M 7.30 7.95 7.45 7 68

Wak »80 S 70 0 69 9.80 9 57

IPA M» 780 560 3.69 3.40 5.1 J

Met FOrt* Mtft MUI 878 10 7.60 7.40 10 7.60 e.«9 7 80 3 60 8.50 9.80 3.40 7.34 94C «.47

Rit* 8.75 B.7S 5.05 «.10 e.09

Mak 880 630 7 90 1000 «71

ff>S Un 5 70 400 570 3 40 305

R»ta 783