BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Gapoktan Silih Asih ...

48 downloads 402 Views 304KB Size Report
56. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Profil Gapoktan Silih Asih. 4.1.1 Keadaan Umum Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih terletak di kampung ...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Gapoktan Silih Asih 4.1.1 Keadaan Umum Gapoktan Silih Asih Gapoktan Silih Asih terletak di kampung Ciburuy Rt 02 Rw 02, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 16470. Gapoktan ini terdiri dari enam kelompok tani yaitu Kelompok Tani Silih Asih I, Silih Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti dan Lisung Kiwari. Gapoktan ini Berdiri pada 20 Desember 2002 yang diketuai oleh Bapak Haji Ahmad Zakaria dengan luas lahan 79 Ha dan jumlah anggota 124 orang. Fasilitas yang dimiliki Gapoktan Silih Asih diantaranya adalah saung (tempat berkumpulnya petani dan tempat diskusi), kursi belajar, meja, white board, papan pengumuman, papan hasil produksi padi, koperasi, traktor, kantor PPL, ruang penginapan, tempat penggilingan, peternakan domba, kolam ikan (untuk pembibitan ikan nila, ikan mas dan lele), pembuatan kompos, pembuatan sekam bakar, trasher, lantai jemur, warnet dan pembuatan pelet ikan Gapoktan Silih Asih bekerjasama dengan Lembaga Pertanian Sehat dalam memasarkan berasnya, beras yang dikenal dengan beras SAE adalah produk unggulan yang diproduksi di Gapoktan Silih Asih. Dalam bidang perikanan produk yang diunggulkan adalah bibit ikan mas, ikan nila dan lele.

56

57

4.1.2 Visi dan Misi Gapoktan Silih Asih Visi dan Misi Gapoktan Silih Asih masih dalam bentuk tersirat belum memiliki visi dan misi yang tertulis. Visi dari Gapoktan Silih Asih adalah ingin tersenyum bersama baik pengurus, petani dan semua yang terlibat di Gapoktan Silih Asih. Misi Gapoktan adalah mengubah brand image petani dari tradisional menjadi petani modern yang bisa menjadi manager dalam usaha taninya sendiri. Dilihat dari kegiatan yang sudah dilaksanakan di Gapoktan Silih Asih langkah untuk mencapai tujuan sudah terarah, perubahan kearah pencapaian visi dan misi gapoktan dimulai dari diterapkannya sistem pertanian semi organik yang ramah lingkungan pada tahun 2004, Motto Gapoktan Silih Asih adalah we are small and better. Makna dari motto tersebut adalah meskipun berangkat dari usaha tani yang berskala kecil namun mereka bisa lebih baik dibandingkan kelompok lainnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya sekolah lapang, pelatihan, penelitian, program magang, Agri Training Camp (ATC) dan lainnya. Pelatihan yang dilakukan tidak hanya untuk peserta yang berasal dari dalam negeri, namun ada juga pelatihan yang dilakukan untuk peserta yang berasal dari luar negeri. Pelatihan yang dilakukan biasanya pelatihan tentang pertanian sehat yang ramah lingkungan, pembuatan pupuk Organic Fertilizer (OFER), pembuatan Nematoda Patogen Serangga (NPS), sampai dengan budidaya ikan mas, nila dan lele.

58

4.1.3 Lokasi dan Letak Geografis Gapoktan Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Silih Asih yang berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy memiliki iklim yang cukup sejuk dikarenakan berada dikaki gunung salak. Desa Ciburuy terletak pada ketinggian 1300 m diatas permukaan laut. Suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa Ciburuy berkisar antara 230 – 320 Celcius dan memiliki curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 3000-4000 mm. Desa Ciburuy memiliki luas wilayah sebesar 160 Ha, terdiri dari lahan darat seluas 73 Ha dan lahan pertanian seluas 87 Ha. Penggunaan lahan pertanian di Desa Ciburuy digunakan untuk persawahan dengan komoditas utama yang diusahakan petani adalah padi sawah sehat sebesar 90% atau seluas 78,3 Ha. Sisanya dimanfaatkan untuk budidaya peternakan dan ikan air tawar serta penangkaran benih padi. Pemanfaatan lahan darat di Desa Ciburuy digunakan untuk pemukiman, fasilitas publik, sekolah dan bangunan-bangunan usaha seperti lahan prosesing beras SAE, lantai penjemuran serta lahan usaha pembuatan pupuk kompos OFER. Luas Wilayah Desa Ciburuy adalah 160 Ha dengan menggunakan luas sawah 79 Ha, taman seluas 0,03 Ha, pemukiman atau perumahan umum seluas 50 Ha, perkantoran seluas 6 Ha, tanah wakaf 0,1 Ha, bangunan umum 15 Ha, kolam 0,3 Ha, perubahan penggunaan tanah 8,8 Ha dan luas prasarana umum lainnya 0,08 Ha.

59

Berdasarkan luas wilayah, daerah Ciburuy potensi untuk lahan pertanian khususnya padi. Batas wilayah desa Ciburuy adalah : Sebelah Utara

: Desa Ciadeg

Sebelah Selatan

: Desa Cigombong

Sebelah Timur

: Desa Srogol

Sebelah Barat

: Desa Cisalada

Jarak desa dengan ibukota Kabupaten atau Kota adalah 50 km, lama jarak tempuh ke Ibukota kabupaten dengan kendaraan bermotor dapat ditempuh dengan waktu 2 jam dan jarak dengan ibukota provinsi 165 Km. Lama jarak tempuh ke ibukota provinsi dengan kendaraan bermotor dapat ditempuh dengan waktu 5 jam.

4.1.4 Sejarah Gapoktan Pada tahun 1978, terdapat 53 orang petani melakukan musyawarah dibalai desa dengan dihadiri oleh kepala desa, KCD Perikanan dan Peternakan Cijeruk, Kepala BPP Pamoyanan Kecamatan Cijeruk untuk membentuk suatu kelompok tani dan akhirnya terbentuklah Kelompok Silih Asih yang beranggotakan 56 petani. Awalnya Silih Asih masih menggunakan sistem pertanian konvensional yaitu pertanian yang masih banyak menggunakan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida yang penggunaannya bisa menyebabkan penurunan kualitas tanah. Berangkat dari adanya issue go organic dan pencemaran lingkungan pada tahun 2001, Ketua Silih Asih bapak H. Ahmad Zakaria dan bapak Edi Darma mencoba mencanangkan program pertanian semi organic di Silih Asih. Awalnya

60

program ini hanya program percobaan yang dilakukan namun karena pandangan Ketua Silih Asih sudah ke arah market oriented dan sadar akan pertanian kedepan tidak hanya bisa mengandalkan kearifan lokal, maka mulailah dirumuskan bagian mana dari tanam sampai panen yang bisa di reduce cost-nya sampai minimum atau bahkan 0 (tidak menggunakan atau bisa di lewat). Setelah menganalisis ternyata hal yang paling bisa dikurangi adalah penggunaan pestisida kimia yang memang memberikan beban lebih bagi petani dan memang pestisida tidak bersifat menambah hasil produksi, fungsinya hanya sebagai penjaga agar produksi tidak turun. Terlebih dengan banyaknya bahan substitusi dari alam yang bisa dijadikan pestisida nabati sebagai bahan pengganti pestisida kimia yang dapat meracuni tanah. Kegitan yang dilakukan di tahun 2001 yaitu memulai perubahan cara bertani dari menggunakan bahan kimia yang banyak dikurangi hinga hanya menggunakan sekitar 20% dari pupuk kimia sebelumnya, ditambah dengan hasil pengomposan sisa panen di sawah. Penggunaan pestisida kimiapun diganti dengan pestisida nabati yang dibuat dari bahan alami yang diperkenalkan oleh ketua kelompok dan penyuluh pada anggota silih asih. Program pertanian semi organic yang dilakukan kelompok Silih Asih mulai terlihat memberikan hasil yang cukup baik, hal ini membuat ketua kelompok tani Silih Asih berinisiatif memasarkan produknya dalam skala besar ke pasar modern. Akhirnya Ketua kelompok Silih Asih mulai bermitra dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS) dibawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Duafa Republika.

61

Kerjasama tersebut memberikan banyak keuntungan terutama untuk Silih Asih yang baru memulai produksi beras sehat, selain itu dengan melaksanakan kemitraan anggota kelompok tidak perlu memikirkan kemana mereka akan memasarkan hasil produksi mereka dikarenakan seluruhnya ditampung oleh LPS. Namun untuk meyakinkan LPS, Silih Asih harus menjaga kualitas yang dihasilkan dan mempertahankan jumlah produksi sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Kerjasama yang dilakukan oleh Silih Asih membuat permintaan akan beras sehat semakin tinggi. Akhirnya didirikanlah gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang diberinama Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari 11 kelompok tani di desa ciburuy yang bergerak dibidang usaha tani padi bebas pestisida yang digarap oleh 6 kelompok tani dan sisanya bergerak pada bidang perikanan serta benih padi. Pada tahun 2003, Gapoktan Silih Asih dan LPS menyewa lahan seluas 3 hektar yang dikelola oleh para petani duafa yang beranggotakan 10 orang untuk pengembangan gapoktan tersebut serta merupakan langkah untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pada tahun 2004 bertambah menjadi 40 Ha dengan beranggotakan 149 tenaga kerja. Pembinaan dilakukan agar gapoktan Silih Asih dapat menjadi gapoktan yang mandiri, tiga tahun seelah pembinaan dilakukan gapoktan Silih Asih menjadi gapoktan yang mandiri hingga saat ini.

62

4.1.5 Lingkup Kegiatan Produksi Komoditi unggulan dari Gapoktan Silih Asih adalah beras (Beras SAE, Gemar dan Lisung Kiwari), benih ikan (ikan lele, mas dan nila), benih padi, pupuk organik yang diberinama pupuk OFER, ternak, jamur tiram dan sayur. Komoditas yang paling diunggulkan adalah Beras SAE, beras SAE merupakan beras yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan, beras SAE bebas Residu pestisida golongan Organoklorin, organophospate, karbanet dan Pirotoid. Beras SAE (Sehat Aman Enak) dinyatakan bebas pestisida berdasarkan uji laboratorium BB Biogen Bogor No.080/LB/VII/2006. Merek terdaftar No. DOO 2007005776 Dinas Kesehatan Bogor P-IRT No. 215320119. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki warna nasi yang putih, pulen dan wangi. Gapoktan Silih Asih terdiri dari KKT Lisung Kiwari yang menangani bagian pemasaran dan keuangan, P4S Silih Asih (Pusat Penelitian Pertanian Pedesaan Swadaya) yang menangani bagian SDM, UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alsintan) yang menangani bagian produksi dan P3A Mitra Cai (Perkumpulan Petani Pemakai Air) yang menangani bagian distribusi. Dengan adanya KKT Lisung Kiwari, P4S Silih Asih, UPJA dan P3A Mitra Cai dapat saling membantu kegiatan di masing-masing bidang sehingga hasilnyapun terarah dan berjalan sesuai peraturan Gapoktan Silih Asih juga melakukan kemitraan dengan Gapoktan lain yang berada pada kecamatan cigombong, caringin dan cijeruk yang berada di Kabupaten Bogor yaitu Gapoktan Harapan Maju, Muara Jaya, Dukuh Jaya, Dewi Sri, Wanti Asih, Mekar Sejahtera, Tumeeka, Bersaudarah, dan Hurip Jaya.

63

Dengan melakukan kemitraan pada gapoktan silih asih mempererat tali persaudaraan dan ingin menjaga kesinambungan akan bahan baku.

4.2 Peran Penyuluh di Gapoktan Tabel 7. Penyuluh dan Kegiatan yang dilakukan di Gapoktan Silih Asih Penyuluh

Kegiatan yang dilakukan

Swakarsa

            

PPL

      

Peran Penyuluh

Menampung masalah yang ada di Organisator dan Edukator petani Membantu petani memecahkan masalah Melakukan pengaturan jadwal kegiatan gapoktan maupun P4S Memberikan bimbingan pada petani Memperkenalkan inovasi baru Memberikan materi penyuluhan Melakukan penguatan koperasi Menunjuk ketua koperasi Membuat list inovasi yang telah diterapkan Memotivasi petani Merekap ulang kegiatan yang dilakukan di Silih Asih Merencanakan kegiatan pertemuan untuk petani Melaksanakan standar prosedur pertanian sehat Membuat gambaran struktur Administrator oranisasi Pembuatan laporan-laporan Merapihkan draft gapoktan Memanage surat-surat yang masuk Menyusun profil gapoktan Mencari inovasi baru yang telah diterapkan atau masih berbentuk wacana Menyusun administrasi gapoktan

64

Penyuluh yang ada di Gapoktan Silih Asih terbagi menjadi dua, Penyuluh Swakarsa dan Penyuluh Pertanian Lapangan. Kedua penyuluh ini memiliki peran yang berbeda, penyuluh swakarsa bapak Edi Darma merupakan salah satu pencetus pertanian semi organik yang digagas bersama kontak tani sedangkan penyuluh pertanian lapangan Ibu Eka merupakan salah satu staff bagian administrasi di dalam Gapoktan Silih Asih. Keduanya memiliki peran yang berbeda untuk petani, Penyuluh swakarsa memiliki peran sebagai Edukator dan Organisator sedangkan PPL lebih berperan sebagai Administrator di Gapoktan Silih Asih. Karakter penyuluh swakarsa adalah seseorang yang low profile dan cukup sibuk dengan kegiatan diluar Gapoktan. Bapak Edi yang merupakan salah satu penyuluh teladan nasional memiliki kedekatan dengan petani-petani di kelompok Silih Asih, karakter beliau yang low profile membuat petani merasa nyaman memberikan pertanyaan terkait masalah usaha taninya. Kedekatan antara penyuluh dan petani ini dijalin dengan melakukan pendekatan kelompok, namun pendekatan kelompok tidak cukup, penyuluh juga harus melakukan pendekatan individu dengan cara mengobrol dengan petani, menanyakan masalah yang dialami petani, melakukan kunjungan ke rumah dan lainnya. Hal ini dilakukan agar penyuluh dapat mengenal karakter petani. Penyuluh bukanlah orang yang lebih pintar dibandingkan dengan petani, tetapi penyuluh adalah orang yang ingin berkembang bersama petani, oleh karena itu bekerja dengan hati dan pendekatan dengan kejujuran merupakan hal yang harus diperhatikan ketika melaksanakan pendekatan individu.

65

Dalam pengenalan inovasi penyuluh swakarsa awalnya melihat issue yang ada di tahun 2001 yaitu adanya issue go organic. Melihat peluang tersebut beliau langsung membaca Standar Operasional Prosedur (SOP) dari petanian organik tersebut, maka mulai dirumuskan program pertanian yang ramah lingkungan termasuk komponen inovasi yang akan dipergunakan. Setelah membaca SOP tentang pertanian organik, terlihatlah peran penyuluh sebagai organisator di gapoktan. Organisator adalah seseorang yang mampu membina dan menjalankan tugas dan fingsi suatu lembaga dengan baik yang sesuai dengan peranan lembaga tersebut. Analisa pertama yang dilakukan adalah sebelum melaksanakan pertanian organik, Gapoktan harus memiliki kelembagaan yang kuat karena inovasi tidak akan bisa diterapkan dengan baik apabila kelembagaan internal Gapoktan masih kurang baik. Dibentuklah koperasi yang bertujuan untuk mempermudah petani memperoleh pupuk, memperoleh bibit yang bermutu, memasarkan hasil dan sebagai sarana untuk peminjaman modal untuk usaha tani. Penguatan koperasi diharapkan dapat menyelesaikan masalah klasik yang terjadi di tingkat petani seperti masalah permodalan, pemenuhan bibit, pupuk mahal sampai pada mata rantai pemasaran yang panjang. Koperasi yang ada di Silih Asih dibentuk untuk menyelesaikan masalah tersebut, sehingga petani tidak sulit mencari kebutuhan usaha taninya. Kebutuhan untuk pemenuhan bibit telah seluruhnya teratasi dengan adanya koperasi, bahkan sebelum dijual ke petani benih tersebut diuji terlebih dahulu di laboratorim untuk memastikan benih dapat menghasilkan produksi yang maksimal.

66

Penguatan kelembagaan gapoktan terutama koperasi dilakukan hingga tahun 2005. Di tahun yang sama koperasi Gapoktan Silih Asih sudah berbadan usaha dan hingga saat ini telah memperoleh berbagai penghargaan mulai dari koperasi terbaik tingkat kabupaten, provinsi sampai tingkat nasional. Koperasi Silih Asih juga memfasilitasi peminjaman modal, penyewaan traktor, penyediaan saprotan sampai penampung hasil panen petani. Hal ini dirasakan mempermudah petani untuk pemenuhan kebutuhannya, harga menjadi relatif stabil dan petani setelah panen tidak perlu bingung menjual kemana karena seluruhnya sudah ditampung koperasi. Sistem peminjaman modal di koperasi Silih Asih bahkan hanya berbunga 1 % perbulan, bunga yang termasuk kecil ini membuat banyak petani lebih memilih melakukan pinjaman di koperasi dibandingkan ke bank ataupun ke tempat lainnya. Keberhasilan tidak hanya dalam penguatan koperasi, dalam hal adopsi inovasi sistem pertanian sehat digagas oleh penyuluh swakarsa dan kontak tani di Silih Asih. Setelah menentukan komponen-komponen inovasi yang sudah dapat diterapkan dengan mudah di kelompok, selanjutnya penyuluh melihat komponen inovasi mana dalam yang bisa menaikan hasil produksi dan komponen inovasi mana yang bisa di reduce costnya. Akhirnya diputuskan bahwa penggunaan pestisida kimia adalah bagian yang tidak akan digunakan karena penggunaan pestisida kimia akhirnya dapat menjadi racun bagi organisme yang mendukung pertumbuhan tanaman, selain itu pestisida kimia dapat merusak kandungan dalam tanah sehingga tanah menjadi tidak produktif.

67

Pestisida kimiapun diganti oleh pestisida nabati yang bisa dibuat sendiri oleh para petani atau dibeli di koperasi, penyuluhan tentang pembuatan pestisida nabatipun dirasa sukses karena outputnya petani sudah dapat membuat pestisida nabati sendiri. Terlihat peran penyuluh dalam mengedukasi petani, diterapkannya langsung inovasi yang disampaikan oleh penyuluh dikarenakan telah adanya bukti yang real dari penyuluh dengan ikut melakukan usaha tani yang ramah lingkungan. Selain itu pendekatan dan kedekatan penyuluh dengan petani menjadi salah satu faktor yang mempercepat adanya respon petani akan suatu inovasi yang akan diterapkan. Bimbingan yang dilakukan setelah diadopsinya suatu inovasi merupakan salah satu contoh penyuluh tidak hanya memberikan suatu inovasi yang baru namun penyuluh tetap melakukan monitoring dan bimbingan apabila ada kesulitan saat petani telah mencoba mengadopsi suatu inovasi. Peran penyuluh Swakarsa sangat dominan dalam penguatan kelembagaan (organisator) dan memperkenalkan inovasi baru yang dapat diterapkan petani (Edukator). Sesuai dengan fungsinya penguatan gapoktan memberikan kelebihan yang sulit ditemukan di gapoktan lainnya, kelebihan ini mencakup keseluruhan proses usaha tani yang dilakukan petani, dengan adanya penguatan dalam kelembagaan koperasi petani tidak sulit untuk memperoleh kebutuhan bertani sampai dengan kemudahan dalam memasarkan hasil pertanian. Karakter penyuluh swakarsa yang low profile membuat petani tidak segan saat mengajukan pertanyaan, menanyakan inovasi sampai ke menceritakan masalah yang dialami petani. Terlebih dengan penyuluh swakarsa yang juga melaksanakan usaha tani yang ramah lingkungan, kepercayaan petani akan inovasi yang diterapkan akan

68

semakin tinggi dikarenakan mereka melihat langsung contoh real yang ada di lapangan terkait inovasi yang diterapkan. Berbeda dengan bapak Edi, penyuluh pertanian lapangan di gapoktan silih asih masih belum banyak berperan dalam gapoktan maupun dalam pemberian informasi tentang inovasi, PPL di Silih Asih saat ini berperan sebagai administrator dalam internal gapoktan. Tugas yang dilakukan hampir sama dengan tugas seorang sekretaris diantaranya menyusun file-file yang berhubungan dengan gapoktan, pembuatan struktur organisasi, memanage surat yang masuk untuk gapoktan, sampai dengan mengatur administrasi di internal gapoktan. Perannya belum terlihat jelas dalam hal pemberian pengetahuan pada petani hingga saat ini. Peran sebagai Administrator ini diberikan karena PPL di Silih Asih memang memiliki kemampuan yang baik dalam hal administrasi, terbukti dengan dibuatnya ruangan khusus untuk PPL dalam memanage file-file gapoktan yang berfungsi juga sebagai warnet saat ini. PPL yang ada di Silih Asih saat ini belum terlalu dekat dengan petani, selain dikarenakan baru bergabung dengan Gapoktan banyak petani yang tidak menanyakan masalah usaha taninya dikarenakan PPL tidak melakukan usaha tani.

69

4.3 Peran Kontak tani Tabel 8. Kontak tani dan kegiatan yang dilakukan di Silih Asih Peran

Kegiatan yang dilakukan

Kontak tani

Klasifikasi Peran

Melaksanakan bimbingan untuk  Wahana anggota Kerjasama, wahana kelas  Memberikan pengetahuan akan belajar mengajar inovasi baru dan kelompok  Menerapkan teknologi baru sebagai unit dalam usaha tani produksi  Menguji inovasi yang diperkenalkan  Merencanakan pertemuan  Menjalin kerjasama dengan pihak lain  Memotivasi petani  Mengajar peserta pelatihan  Merumuskan kesepakatan bersama  Memberikan tugas untuk tiap ketua kelompok tani Kontak tani adalah orang yang dipercaya sebagai seseorang yang 

kompeten dalam mengelola dan menyebarkan informasi kepada anggotaanggotanya, kontak tani biasanya merupakan ketua kelompok tani atau gapoktan yang ditunjuk sebagai leader dalam membimbing anggotanya. Kontak tani yang ada di gapoktan Silih Asih merupakan salah satu Kontak Tani Nasional Andalan dalam bidang pertanian dan perikanan. Beliau adalah Bapak H. Ahmad Zakaria, meskipun memasuki usia beliau sudah 80 tahun tetapi beliau masih memiliki jiwa yang sangat muda. Bapak H. Zaka memulai usaha bertaninya dari tahun 1973 dan menjadi kelompok dari tahun 1978 hingga saat ini. Adanya issue go organic di tahun 2001 membuat beliau ingin menerapkan pertanian dengan sistem ramah lingkungan

70

dalam kelompok taninya. Perumusanpun dilakukan bersama penyuluh untuk menentukan bagaimana cara tani mulai dari awal dan akhir, termasuk didalamnya komponen inovasi mana yang bisa dipergunakan untuk kelompok agar kelompok dapat mengadopsi dan tidak membebankan anggota pula. Komponen inovasi yang coba diterapkan merupakan gabungan dari sistem-sistem terdahulu, saat awal dicoba oleh beliau hasilnya cukup baik dan oleh karena itu dimulailah pertanian sehat dengan melakukan pengurangan jumlah pupuk anorganik dan pertanian tanpa menggunakan pestisida kimia yang diganti oleh pestisida nabati. Hasil produksi Gapoktan Silih Asih berupa beras sehat yang sebelumnya dinamakan beras lisung kiwari menarik Lembaga Pertanian Sehat (LPS) untuk bekerja sama dengan Gapoktan Silih Asih, keadaan saat itu adalah Silih Asih memiliki pasokan beras dan LPS memiliki pasar untuk memasarkan hasil pertaniannya. Kerjasama diawali oleh disewanya 4 hektar tanah untuk dijadikan tempat bertani oleh kontak tani, produksinya semakin baik dengan dikenalkannya beberapa varietas baru yang memiliki ketahanan hama, penyakit dan hasil yang lebih baik. Saat itu yang menjadi target adalah pertanian semi organik yang sehat, baik sehat dalam konsumsi dan sehat pula tanahnya. Sampel tanah yang ada di tahun 2001 yang diteliti oleh beberapa dosen Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Pertanian Sehat mengandung kadar organik dalam tanah berkisar 1%. Kesadaran untuk mengembalikan kesuburan tanah terus dilakukan dengan mengurangi jumlah pupuk anorganik dan memperbanyak penggunaan pupuk kompos jerami yang dihasilkan dari hasil panen sebelumnya.

71

Petani harus menyadari dan memiliki pemahaman lain tentang tanah, tanah adalah media kehidupan bukan media tumbuh. Apabila petani bisa melihat perbedaannya maka akan banyak petani yang menjaga kesuburan tanah dengan tidak terus menerus memasukan racun kedalam tanah. Penggunaan pupuk anorganik yang tidak terlalu banyak sebenarnya merupakan langkah menjaga jumlah produksi agar selalu continue dipasarkan ke LPS. Standard yang diberikan LPS untuk penggunaan pupuk anorganik adalah 125 kg urea dan 75 kg TSP dalam 1 hektar tanah, sedangkan pupuk organik yang dibuat dari bekas hasil panen dan dikomposkan seluruhnya dikembalikan ke tanah. Keberhasilan mengendalikan jumlah produksi bahkan semakin tinggi membuat Lembaga Pertanian Sehat ingin bekerja sama lebih baik lagi, pada tahun 2004 LPS menyewa 40 hektar tanah untuk diberikan untuk bertani. Silih Asih saat itu diharuskan merekrut petani-petani muzahik (miskin namun produktif) untuk bergabung dan melakukan usaha tani dan memenuhi kebutuhan LPS. Kesulitan yang dirasakan ketika adanya program ini adalah dalam melakukan pemilihan petani mana saja yang bisa bergabung atau tidak, karena dalam peraturannya tidak ada jenis verifikasi yang khusus dan jenis bantuan ini bersifat gratis. Adanya program ini membuat Kontak tani membuat suatu klasifikasi tersendiri yang dibuat untuk mempermudah merekrut anggota yang berkisar 40 orang untuk bekerjasama memenuhi kebutuhan pasar saat itu. Klasifikasi petani muzahik yang akan dipilih diantaranya petani miskin, mau mematuhi aturan, produktif, memiliki komitmen, konsisten dan bisa bekerja sama dengan petani lainnya. Setelah melakukan seleksi pada banyak petani,

72

dilakukan persamaan tujuan, pengenalan aturan-aturan dan pengenalan inovasi yang akan digunakan dalam usaha tani di kelompok Silih Asih agar tetap menjaga kualitas dan kuantitas hasil panen dari setiap petani. Pengenalan varietas pertama yang digunakan adalah intani 2, varietas ini juga merupakan varietas yang direkomendasikan oleh LPS untuk ditanam di lahan seluas 40 hektar. Hasilnya sangat baik dan mulai tumbuh banyak kepercayaan bagi Silih Asih untuk menjadi gapoktan yang mandiri. Keberanian menjalin kerjasama dan menjamin pasokan yang press and continue adalah salah satu indikasi kontak tani adalah seseorang yang berjiwa wirausaha dan telah melaksanakan peran kelompok sebagai unit produksi dengan sangat baik, terbukti dengan adanya jalinan kerjasama dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat dompet duafa republika hingga saat ini. Dalam hal unit produksi kontak tani berhasil merumuskan dan menerapkan teknologi maju yang berorientasi pasar dengan adanya pertanian semi organik yang ramah lingkungan. Penerapan pertanian semi organik yang baru dilakukan belum genap satu tahun sudah berani di claim dengan memberi brand image “Padi Sehat”. Kontak tani memiliki pemahaman yang paling penting dari memasarkan adalah pandangan pertama, jika pandangan pertama sudah baik maka akan lebih mudah melanjutkan image yang telah dibuat. Kemudahanpun dibuktikan dengan mudahnya memasarkan, mengembangkan gapoktan, memperkenalkan gapoktan dan P4S ke daerah lain dan lainnya. Kekuatan gapoktanpun dimulai dengan Brand Image “Padi Sehat” yang merupakan campuran dari beberapa varietas padi yang berkualitas tinggi dan berlabel biru tanpa residu pestisida.

73

Peran Kontak tani di Silih Asih hampir semuanya terlaksana sesuai dengan prosedur yang diatur dalam tiga fungsi kelompok tani sebagai wahana kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.Dari hasil penelitian yang dilakukan, peran kontak tani dalam menciptakan kelompok tani sebagai wahana kelas belajar mengajar terlihat dari kontak tani yang telah menciptakan iklim dan kondisi lingkungan belajar yang sesuai dengan adanya ruang pertemuan (saung). Saung dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya petani baik dalam acara pertemuan maupun aktifitas belajar mengajar, dalam aktifitas belajar mengajar saung memiliki kelengkapan berupa kursi belajar, papan tulis dan meja yang dianggap cukup kondusif untuk melaksanakan kegiatannya. Kegiatan belajar mengajar ini rutin dilakukan dari tahun 2001, setelah Silih Asih menjadi mandiri dan dianggap pengetahuan petani sudah berkembang maka kegiatan belajar mengajar menjadi jarang dilakukan, namun apabila ada informasi tentang inovasi baru maka kontak tani menyampaikan pada setiap ketua kelompok tani untuk memusyawarahkan bersama anggotanya. Biasanya inovasi bersifat sistem penanaman dan varietas baru yang direkomendasikan oleh dinas pertanian atau Lembaga Pertanian Sehat. Informasi yang diberikan oleh masing-masing ketua kelompok tidak selamanya diterapkan dalam usaha tani anggotanya karena anggota kelompok memiliki pemahaman yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman usaha tani yang selama ini mereka lakukan. Fungsi kelompok tani sebagai unit produksi lainnya yaitu telah tercapai dengan adanya perumusan pola usaha tani yang menguntungkan berdasarkan teknologi terapan berorientasi pasar dan mudahnya

74

akses permodalan. Dalam bidang teknologi yang digunakan, Silih Asih sudah menggunakan teknologi yang cukup baik misalnya pembajakan dengan traktor, penggunaan pupuk Organic Fertilizer (OFER), adanya tempat penggilingan, pengepakkan beras SAE dan lainnya. Pola usaha tani yang digunakan adalah pola tanam tidak serempak namun press and continue, pemilihan penanaman tidak serempak dilakukan untuk menjaga stok beras selalu ada dan terpenuhi untuk dipasarkan ke LPS dan Supermarket di Jakarta. Sektor permodalanpun sudah dipermudah dengan didirikannya koperasi. Koperasi berfungsi sebagai tempat meminjam modal dan juga berfungsi sebagai tempat pembelian sarana usahatani seperti bibit, pupuk, pestisida nabati dan lainnya. Penguatan koperasi mempermudah petani memperoleh modal untuk melaksanakan usaha taninya dan mempermudah pula memasarkan produknya, karena seluruh hasilnya bisa dijual ke koperasi Silih Asih. Hasil baik yang diperoleh Silih Asih tidak luput pula dari keberhasilan menciptakan kelompok tani sebagai wahana kerjasama yang artinya kelompok merupakan tempat memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok. Hal ini terlihat dengan adanya pembagian tugas yang cukup jelas pada tiap-tiap anggota terutama yang berada dalam kepengurusan di Silih Asih.

75

4.4 Adopsi Inovasi SRI 1. Pengolahan Tanah yang Sehat Tabel 9. Penerapan Pengolahan Tanah yang Sehat di Silih Asih Komponen Inovasi Pengolahan Tanah model SRI

Jumlah Petani (orang) 40

Pengelolaan tanah yang tidak sesuai SRI Keterangan : Nilai maksimal untuk pengolahan tanah 10%

0

Model pengolahan tanah yang sehat ini diadopsi penuh (100%) oleh para petani di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II. Setiap proses mulai dari pembajakan, garuk, pembuatan parit dan pemupukan diadopsi bernilai masingmasing 2,5 %, apabila petani berhasil melakukan seluruh kegiatan secara penuh maka nilai yang akan diberikan adalah 10%. Pengolahan tanah yang sehat ini diadopsi penuh karena dalam prosesnya pengolahan tanah model SRI tidak berbeda dengan pengolahan tanah di pertanian konvensional. Pengolahan tanah yang dilakukan di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II hampir sama dengan pengolahan tanah yang dilakukan oleh pertanian pada umumnya. Pengolahan tanah dimulai dengan cara dibajak dengan menggunakan traktor ataupun kerbau, dalam penelitian yang dilakukan masih ada petani yang menggunakan cangkul dalam mengolah tanahnya. Penggunaan traktor, kerbau dan cangkul dalam kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II dapat dikelompokan sesuai dengan kelas tanah yang diolah oleh petaninya. Kelas tanah disini dibagi kedalam tiga bagian, tanah kelas I, tanah kelas II dan tanah kelas III.

76

Petani yang menggarap tanah kelas I dan kelas II kebanyakan menggunakan traktor untuk membajak tanahnya, sedangkan petani yang menggarap tanah kelas III tidak menggunakan traktor dan lebih memilih menggunakan kerbau atau dicangkul sendiri. Menurut petani yang menggarap tanah kelas III, alasan mereka tidak menggunakan traktor adalah kesulitan akses jalan ke sawah mereka ditambah dengan karakteristik tanah yang berlumpur dan agak dalam, sedangkan alasan petani menggunakan traktor di tanah kelas I dan kelas II karena jaraknya yang bisa diakses mudah, kontur tanahnya halus, dangkal dan memiliki kesuburan yang sangat tinggi. Adanya pembagian kelas tanah tidak menciptakan kecemburuan sosial diantara satu petani dengan petani lainnya, dikarenakan hasil panen yang diterima petani perkelasnya tidak berbeda sangat jauh. Proses setelah

tanah

dibajak selanjutnya

tanah

digaruk dengan

menggunakan traktor kembali atau dengan menggunakan alat penggaruk. Hampir sama dengan cara membajak, penggaruk banyak digunakan oleh petani yang menggarap tanah kelas III dan petani yang berusia diatas 85 tahun. Tanah yang telah dibajak dengan traktor biasanya segera diairi agar tidak kering, diakui para petani membajak dengan kerbau lebih baik hasilnya dibandingkan dengan traktor namun dirasa kurang efisien dalam hal waktu, biaya sewa kerbau dan tenaga kerja.

77

Kegiatan membajak, menggaruk, membuat parit dan menabur pupuk jerami yang telah dikomposkan biasanya dilakukan berkisar antara 1 – 2 minggu. Penggunaan pupuk jerami yang dikomposkan dilakukan oleh kelompok Silih Asih I dan II dilaksanakan semua anggota sampai Gapoktan mandiri, setelah mandiri kegiatan pengomposan jerami dengan menggunakan bioaktivator menjadi jarang dilakukan. Kegiatan pengomposan ini diganti dengan hanya menumpuk jerami disawah dan beberapa jerami ada yang dilangsung dibenamkan dalam tanah kembali. Jerami yang ditumpuk kemudian dibenamkan kembali ke tanah saat proses pembajakan mulai dilakukan, hal ini dirasa cukup oleh para petani dikarenakan proses composting jerami yang selama ini dilakukan mulai sulit dicari bioaktivatornya. Hasilnya tidak begitu berbeda antara menggunakan jerami yang dikomposkan dengan jerami yang ditumpuk sehingga petani lebih memilih cara yang lebih mudah dan tidak memakan biaya. Seperti halnya pertanian konvensional, pertanian dengan sistem SRI pun mengharuskan adanya pembuatan parit keliling. Parit digunakan mempermudah pengaturan air dalam sawah, pengaturan ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi sawah dengan kebutuhan tanaman padi misalnya saat dilakukan tandur, melakukan penyiangan dan saat panen. Beberapa anggota kelompok Silih Asih I dan II menggunakan sawah selain menanam padi juga sebagai pembibitan ikan (Mina Padi), hal ini dilakukan petani untuk menambah penghasilan sebelum sawah hanya dipergunakan untuk budidaya padi.

78

2. Penyiapan Benih yang Bermutu Tabel 10. Penerapan Penyiapan Benih yang Bermutu di Silih Asih Komponen Inovasi Jumlah Petani (orang) Penyiapan benih model SRI 8 (pengujian dan pemeraman) Penyiapan benih yang lebih 24 sederhana Tidak melakukan pengujian benih 8 Keterangan : Nilai maksimal yang diberikan untuk penyiapan benih 10% Dalam penyiapan benih yang bermutu diperlukan adanya pengujian benih. Pengujian benih yang dilakukan di Silih Asih I dan Silih Asih II terbagi menjadi 3 bagian penilaian yaitu, petani yang mengadopsi penuh model SRI (sesuai dengan cara yang direkomendasikan) diberi bobot nilai 10%, petani yang melakukan pengujian dengan lebih sederhana diberikan bobot nilai setengah dari nilai maksimum (5%) dan petani yang tidak melakukan pengujian mendapatkan nilai minimum. Dari ke tiga cara yang ada, kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II lebih banyak melakukan pengujian dengan cara yang sederhana dibandingkan dengan model pengujian benih SRI. Pengujian benih yang sederhana dilakukan karena petani di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II lebih menyukai hal yang simple dan tidak memerlukan banyak biaya. Selain itu banyaknya yang tidak mengadopsi pengujian benih model SRI ini dikarenakan kebiasaan petani yang melakukan proses pengujian benih dengan cara yang sederhana.

79

Penggunaan benih yang bermutu merupakan salah satu cara untuk memperoleh hasil yang terbaik. Selain benih yang telah berlabel biru (tersertifikasi) sistem SRI memiliki cara untuk menentukan apakah benih tersebut baik dan dapat menghasilkan produksi yang baik dengan melakukan pengujian pada benih. Pengujian pada benih ini dilakukan melalui perendaman benih dalam larutan air yang dicampur garam, namun sebelumnya masukan terlebih dahulu telur ayam atau bebek kedalam larutan tersebut. Telur yang telah dimasukan akan mengapung ke atas, setelah mengapung baru benih dimasukan kedalam larutan tersebut. Proses tersebut akan membuat beberapa benih naik ke atas dan hal tersebut mengindikasikan bahwa benih tersebut kurang baik untuk digunakan atau ditanam di sawah. Inovasi tentang cara pengujian benih sistem SRI berhasil dilakukan beberapa petani namun dengan cara yang lebih sederhana. Petani di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II lebih banyak melakukan pengujian benih dengan cara ditampi, memasukan benih kedalam bak yang sudah dicampur dengan garam dan ada pula yang melakukan pengujian dengan cara memasukan benih didalam karung kedalam kolam kecil yang biasanya ada di samping rumah petani. Proses pengujian ini dikenal dengan sebutan ngalembangkeun dalam bahasa sunda. Saat penelitian dilakukan, petani mengaku proses pengujian dengan cara yang sesuai dengan SRI dirasa cukup rumit ditambah dengan kebutuhan benih yang masih besar jumlahnya sehingga kadar jumlah garam dan telur yang digunakan masih belum diketahui. Uji yang sederhana sepeti kedua cara tersebut dirasa sudah cukup oleh sebagian besar petani, namun masih adapula yang tidak

80

melakukan pengujian benih sama sekali sebagian kecil petani ini merasa tidak perlu melakukan pengujian dikarenakan kepercayaan pada Gapoktan dan koperasi yang menjual benih tersebut. Fungsi Gapoktan dan koperasi sendiri tidak hanya ada dalam pengorganisasian dan penyediaan modal berupa uang tetapi sudah sampai kepada penyediaan saprotan sampai pemasaran produk hasil usaha tani kelompok. Selain itu beberapa informan mengatakan bahwa sebelumnya benih yang akan dijual sudah diuji dalam laboratorium sample benihnya. Pengujian sample benih di laboratorium sudah mengindikasikan bahwa benih yang dijual adalah benih yang akan menghasilkan produksi yang baik dan memiliki kualitas yang baik. Beberapa informasi yang diperoleh dari penelitian di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II, tingkat kehilangan hanya sekitar 5 – 10% dari keseluruhan benih yang akan ditanam. Keyakinan yang membuat sebagian kecil petani tidak melakukan pengujian dan langsung melakukan proses selanjutnya. Varietas yang digunakan hampir seluruhnya merupakan varietas yang direkomendasikan oleh kontak tani dan penyuluh diantaranya adalah IR 64, Pandan Wangi, Inpari 7, Inpari 9, Inpari 10, Inpari 13, Situ Bagendit, Mekongga, Ciherang dan varietas lainnya. Diantara seluruh anggota kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II hanya satu petani yang menggunakan varietas yang belum berlabel biru, menurut petani tersebut karena terbiasa menanam varietas tersebut dan sesuai dengan kondisi sawah yang kurang penyinaran matahari dikarenakan tertutup banyak pohon

81

bambu, beliau mengambil varietas banjar dan dirasa hasilnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan beliau dan keluarganya. 3. Membuat Persemaian Tabel 11. Penerapan Pembuatan Persemaian di Silih Asih Komponen Inovasi Jumlah Petani (orang) Persemaian model SRI (penggunaan 0 pipiti dan besek) Persemaian model konvensional 40 (semai langsung di sawah atau semai di darat) Keterangan : Nilai maksimum yang diberikan untuk persemaian adalah 20% Pemberian

bobot

nilai

untuk

masing-masing

komponen

inovasi

penggunaan benih yang bermutu adalah sebanyak 5%, komponen inovasi mencakup penggunaan besek dan pipiti, media semai, perawatan dan penyiraman. Tidak diadopsinya persemaian model SRI (penggunaan pipiti atau besek) lebih dikarenakan model SRI memerlukan ketelitian yang lebih, benih muda yang dicabut lebih rawan untuk rusak akarnya, sehingga hanya dua dari empat komponen inovasi yang akhirnya diadopsi oleh petani. Melakukan persemaian dalam SRI tidak sama dengan persemaian yang dilakukan

pertanian

konvensional.

Pertanian

dengan

sistem

SRI tidak

membutuhkan banyak benih sehingga persemaian bisa dilakukan dalam besek atau pipiti. Besek atau pipiti ini diisi oleh campuran tanah dan bahan organik yang lebih banyak, setelah dibuat media untuk persemaian benih ditabur jarang agar sewaktu akan memindahkan benih ke sawah benih tetap utuh baik akar maupun keeping bijinya.

82

Persemaian dengan cara ini pernah dicoba oleh kontak tani dan diperkenalkan pada para anggota, namun banyak yang merasa proses ini kurang sederhana dan sulit diadopsi petani. Kontak tani hingga saat inipun tidak menggunakan cara ini dan lebih memilih melakukan persemaian di sawah, kesulitan lainnya menurut kontak tani di Silih Asih persemaian benih dalam pipiti agak rawan rusak terutama saat mencabutnya dan apabila disimpan sembarang tempat. Keseluruhan petani tidak melakukan proses ini dikarenakan menurut petani proses ini tidak sederhana dan rumit, para petani lebih memilih melakukan persemaian langsung di sawah ataupun di darat (kebun). Tidak diadopsinya cara persemaian dengan menggunakan pipiti atau besek masih berhubungan pula dengan kebutuhan benih cukup banyak disetiap petani. Penggunaan piputi dan besek pada prinsipnya digunakan untuk mempermudah penanaman karena jumlah benih yang digunakanpun sedikit, sedangkan apabila penggunaan benih masih tinggi secara keseluruhan proses ini lebih banyak memakan waktu dan tempat. Persemaian benih padi baik secara konvensional atau dengan cara persemaian dengan pipiti pada prinsipnya memiliki persamaan dengan adanya perawatan dan penyiraman agar benih yang dihasilkan bisa ditanam dengan baik di sawah. Perawatan yang dilakukan dalam pipiti dimulai dengan disimpan di pekarangan dan disimpan di tempat yang teduh, diletakan di tempat yang aman dari gangguan hewan sampai pada penyiraman yang dilakukan setiap hari agar media tetap lembab.

83

4. Penanaman Benih Tabel 12. Penerapan Penanaman Benih di Silih Asih Komponen Inovasi Jumlah Petani (orang) Penanaman benih model SRI (tanam 0 tunggal, jarak tanam lebar dan tanam muda) Penanaman benih muda dan jarak 15 tanam yang lebar Penanaman dengan jarak tanam 10 yang lebar Penanaman tidak sesuai dengan 15 model SRI Keterangan : Nilai maksimum untuk penanaman model SRI adalah 15% Untuk penanaman model SRI, tidak ada petani yang melakukan secara utuh (100%). Setiap komponen inovasi (pengaturan jarak, benih muda dan tanam tunggal) memiliki bobot masing-masing sebanyak 5%. Sebanyak 15 orang petani telah melakukan adopsi model jarak tanam dan tanam muda SRI, 10 orang melakukan adopsi hanya pada jarak tanam yang lebih lebar dan 10 orang lainnya tidak melakukan penanaman benih model SRI. Kesulitan untuk melakukan tanam tunggal dikarenakan jumlah hama keong mas yang sangat banyak. Tanam tunggal apabila diterapkan akan menyulitkan petani terutama dalam proses penyulaman tanaman baru. Secara umum tahapan penanaman dengan metode SRI tidak jauh berbeda dengan metode konvensional, namun ada beberapa teknik khusus yang menjadi pembeda antara cara tanam metode SRI dengan metode lainnya. Penanaman dengan metode SRI dilakukan ketika berumur 7 – 10 hari setelah semai, benih ditanam tunggal, benih ditanam dangkal dan jarak tanam yang berkisar antara 25 x 25 – 35 x 35 cm. Penanaman satu bibit saja agar pembentukan bioreaktor tanaman

84

bisa utuh dan sempurna, selain itu hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Penanaman dalam jumlah banyak sering kali digunakan petani, alasannya agar setiap tanaman menghasilkan bulir padi dalam jumlah yang maksimal dan ukuran bulir yang sama, kenyataannya penanaman tunggal menghasilkan bulir padi yang lebih sempurna, berukuran sama dan matang serentak. Kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II saat ini belum bisa menerapkan sistem tanam tunggal, namun bukan dikarenakan alasan banyak tanaman menghasilkan jumlah banyak namun lebih dikarenakan faktor lingkungan yang tidak mendukung. Menurut banyak petani hampir dipastikan tanam muda model SRI (7-10 hari) dan satu lubang satu pohon (satu tanaman) tidak akan menghasilkan keuntungan bagi petani yang mengadopsi inovasi tersebut. Hal ini sangat beralasan dengan fakta banyaknya populasi hama keong mas diseluruh sawah blok Silih Asih I dan Silih Asih II, keong mas ini merupakan masalah utama mengapa tanam muda dan jumlah yang sedikit tidak mungkin diterapkan oleh para petani. Benih padi yang masih muda sangat disukai oleh keong mas, dari informasi yang diperoleh dari salah satu anggota kelompok Silih Asih I, beliau pernah mencoba menanam padi satu pohon satu lubang dengan jarak tanam 30 x 30 sekitar 1 hektar, pengujian yang dilakukan memang untuk mencoba kelebihan tanam satu lubang satu pohon. Hasilnya ternyata tanam muda dan tanam satu pohon satu lubang keseluruhan benihnya habis dalam tiga hari oleh keong, model SRI bahkan merekomendasikan hanya 1% dari keseluruhan jumlah benih untuk

85

penyulaman tanaman artinya sistem ini dapat diadopsi atau diterapkan di daerah tertentu saja. Penanaman muda dan tunggal sepertinya belum bisa dilakukan di lingkungan yang tidak mendukung seperti di Silih Asih, faktor hama keong yang sulit diberantas dan masih harus menggunakan metode manual (dipungut) satu per satu lalu dibuang ke tempat lain. Hal ini merupakan masalah utama di kelompok Silih Asih sehingga tidak bisa mengadopsi tanam muda dan tanam tunggal padahal keinginan para petani untuk melakukan inovasi ini telah ada. Menurut para petani menanam lebih dari satu lubang satu pohon hasilnya tetap beberapa akan dimakan oleh keong mas artinya jumlah yang lebih dari satu dilakukan untuk tetap mempertahankan jumlah panen mereka meskipun beberapa pohon dimakan oleh keong. Jumlah yang banyak ini terlihat dari keseluruhan jawaban dari petani yang menyatakan bahwa masalah utama usaha tani mereka adalah hama keong mas yang sulit diberantas oleh pestisida nabati, kesulitan tersebut membuat petani memilih menanam lebih dari satu pohon setiap lubang agar hasil panen tetap terjaga. Dalam hal jarak tanam, metode SRI merekomendasikan jarak yang lebar antara 25 x 25 , 30 x 30 atau 35 x 35. Jarak tanam yang direkomendasikan ini berdasarkan pemahaman jarak tanam menentukan produksi anakan, hal ini terjadi karena pembentukan ukuran bioreaktornya yang semakin leluasa sedangkan persaingan atas kebutuhan hidup tanaman semakin sedikit, baik nutrisi maupun cahaya matahari.

86

Jarak yang direkomendasikan model SRI ini dilakukan 62,5% petani yang ada di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II, selain jarak tanam yang direkomendasikan model SRI, jarak tanam yang digunakan adalah model legowo 1 dan legowo 2. Sistem legowo dan model SRI dilakukan untuk memperoleh hasil yang optimal dan mempermudah dalam hal penyiangan. Biasanya dalam pengaturan jarak tanam petani sudah tidak menggunakan alat bantu sebagai penentu jarak tanam, pengalaman petani yang bertahun-tahun mempermudah petani untuk menentukan jarak tanam.

5. Pemupukan Tabel 13. Penerapan Pemupukan di Silih Asih Komponen Inovasi Jumlah Petani (orang) Pemupukan model SRI (organik 8 keseluruhan) Pemupukan berimbang (organik dan 32 an-organik) Keterangan : Nilai maksimum pemupukan model SRI sebesar 15% Penilaian pada komponen inovasi pemupukan dibagi menjadi dua bagian yaitu, penggunaan pupuk organik tanpa kimia (bobot nilai 15%) dan penggunaan pupuk yang berimbang (bobot nilai 7,5%). Penggunaan pupuk yang berimbang dikarenakan masih banyaknya petani yang belum percaya diri untuk melakukan usahatani tanpa pupuk kimia, meskipun jumlahnya sudah dikurangi namun ketergantungan akan pupuk kimia tetap ada. Penggunaan pupuk kimia merupakan langkah untuk menjaga jumlah panen agar tetap memenuhi kebutuhan pasar, tuntutan menjaga pasokan yang press and continue membuat petani masih berpikir ulang untuk benar-benar tidak menggunakan pupuk kimia.

87

Model SRI dalam hal pemupukan tidak menggunakan pupuk dan bahan kimia sintetis seperti urea, TSP, KCL, ponska atau jenis lainnya. Upaya ini merupakan bagian untuk menjamin kesehatan hasil padi dan menghindari peracunan produk panen. Metode SRI Indonesia memiliki alasan yang lebih mendasar untuk tidak menggunakan bahan kimia sintetis karena senyawa aktif dari bahan sintetis tersebut bisa dengan mudah mengikat senyawa alami yang dikeluarkan tanaman, yang justru dilepaskan tanaman agar bisa berinteraksi dengan siklus kehidupan tanaman secara efektif. Penggunaan pupuk kimia akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan menurunkan produktivitas tanaman, penggunaan pupuk kimia diganti oleh penyemprotan larutan mol atau penggunaan pupuk kompos dan pupuk kandang. Penggunaan pupuk di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II masih terpaku dengan penggunaan pupuk kimia, namun beberapa petani telah dapat menerapkan pertanian yang hanya menggunakan kompos jerami sebagai pupuk. Sekitar 77,5 % petani masih menggunakan pupuk kimia dan sisanya telah berhasil mengadopsi model SRI dalam hal pemupukan. Kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II saat ini masih menggunakan pertanian semi organic dan inovasi yang belum diterapkan adalah penggunaan pupuk yang 100% pupuk organik. Ketika masih dalam bimbingan Lembaga Pertanian Sehat (LPS), standard yang ditentukan oleh LPS untuk Gapoktan adalah penggunaan pupuk kimia urea sebanyak 125 kg/ha dan pupuk TSP sebanyak 75 kg/ha.

88

Penggunaan pupuk kimia masih digunakan oleh beberapa anggota kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II, pemupukan dengan pupuk kimia masih diambang batas yang ditetapkan oleh LPS, pemupukan oleh kimia yang berlebihan

akan

menyebabkan

berkurangnya

kemampuan

tanah

untuk

menumbuhkan tanaman. Penggunaan pupuk kimia berlebihanpun tidak selamanya meningkatkan hasil namun bisa membuat penurunan hasil yang sangat tinggi, selain itu penggunaan pupuk yang berlebihan meningkatkan pula biaya usaha tani. Menurut kontak tani dan penyuluh yang ada di kelompok silih asih, penggunaan pupuk kimia asal tidak berlebihan menurut beliau tidak akan merusak kandungan tanah. Terbukti dengan sample tanah pada tahun 2004 mengandung unsur organik sebanyak 1% dan adanya kenaikan kandungan organik tanah menjadi 4% di tahun 2012 Bukti adanya pertambahan unsur organik dalam tanah membuktikan bahwa penambahan pupuk kimia yang tidak berlebihan dapat menjaga produksi agar tetap stabil, terjamin dan tidak mengurangi kadar organik dalam tanah. Hal inipun yang mendasari para petani masih menggunakan pupuk kima, meskipun sudah ada beberapa petani yang hanya menggunakan pupuk kompos jerami dan pupuk kandang. Pupuk kompos jerami dibuat dari campuran pupuk kandang dan jerami sisa panen padi yang disimpan di dalam saung kompos yang dicampur oleh bioaktifator, setelah itu dilakukan penjagaan suhu dengan cara di tutup oleh plastik hitam dan sesekali dilakukan penyiraman. Kompos bisa dipergunakan ketika sudah mulai berbau dan biasanya kompos langsung ditabur ke sawah setelah selesai proses tersebut.

89

Pengomposan di dalam saung dilakukan ketika masih dibawah LPS, namun karena kesulitan membawa kompos ke sawah yang letaknya jauh dari saung pembuatan kompos, petani ada juga yang melakukan pengomposan langsung di sawah. Hampir sama dengan metode yang dilakukan di saung kompos, jerami yang sudah dicacah dikumpulkan di salah satu sudut sawah lalu dibuat berlapis-lapis dan disemprot dengan larutan MOL decomposer. Langkah selanjutnya jerami ditutup oleh terpal agar tetap lembab dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Proses fermentasi ini berlangsung selama 15 hari dan selama waktu tersebut keadaan kompos harus tetap terjaga terutama kepadatan menyimpan kompos dan kelembabannya. 6. Pengelolaan Air Tabel 14. Penerapan Pengelolaan Air di Silih Asih Komponen Inovasi Jumlah Petani (orang) Pengelolaan Air model SRI (5 tahap 0 dan 4 kali penyiangan) Pengelolaan Air 4 tahap (3 kali 7 penyiangan) Pengelolaan Air 3 tahap (2 kali 31 penyiangan) Lainnya 2 Keterangan : Nilai maksimum untuk pengelolaan air model SRI adalah 10% Penilaian komponen inovasi pengelolaan air dibagi menjadi empat katagori, penilaian untuk tiap komponen inovasi sebesar 2%. Model SRI menentukan pengelolaan air sebanyak 5 tahap dan melakukan penyiangan sebanyak 4 kali, hal ini dilandasi oleh penyiangan dapat memperbaiki tanah sampai meningkatkan jumlah produksi dikarenakan persaingan yang renggang. Silih Asih I dan Silih Asih II masih melakukan penyiangan kurang dari empat

90

kali, dikarenakan penyiangan hanya dilakukan ketika petani merasa sudah banyak gulma yang tumbuh di sawah. Sehingga penyiangan yang dilakukan di Silih Asih relatif sedikit jumlahnya, penyiangan sebanyak dua kali dirasa cukup oleh petani, namun tidak menutup kemungkinan menlakukan penyiangan sebanyak tiga kali terutama pada saat musim hujan. Dalam hal pengolahan air, metode SRI hampir sama dengan pertanian konvensional

pada

umumnya.

Padi

bukan

tanaman

air

tetapi

dalam

pertumbuhannya membutuhkan air, artinya padi tidak selalu tergenangi airpun dapat hidup oleh karena itu pengaturan air dilakukan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan tumbuh padi di sawah. Air menggenang hanya saat penyiangan agar tanah lunak dan mudah dikerjakan, setelah itu tanah dibiarkan lembab. Kondisi lembab ini ditentukan oleh banyaknya bahan organik kompos dalam tanah yang member banyak bekas potongan kapoler tanaman sebagai ruang mikro penyimpanan air dan menjamin lancarnya pasokan udara. Tanah lembab berarti tidak tergenang air dan juga tidak kering, dalam kondisi lembab tanah akan memiliki kecukupan udara dan air sekaligus sehingga peran dan potongan melintang akar jenis padi dataran tinggi yang tumbuh dalam kondisi tidak tergenang fungsi akar akan lebih terjamin. Dalam hal ini, akar berfungsi sebagai pengambil dan penyampaian nutrisi atau sebagai sistem perpipaan mikro yang mendukung beroprasinya pabrik mikro tanaman. Oleh karena itu, apabila tanaman tergenang maka akan terjadi perubahan dan perusakan dalam jaringan akar yang dapat berakibat pada pembusukan akar.

91

Hampir sama dengan model SRI, petani di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II menggunakan cara yang sama yaitu sawah tidak selalu tergenang dan dibiarkan dalam keadaan macak-macak. Keadaan air yang macak-macak ini direkayasa petani karena petani memiliki pemahaman padi bukan tanaman air namun membutuhkan air untuk hidupnya. Keadaan macak-macak ini dibuat untuk mempermudah proses penyiangan, penyiangan di Kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II dilakukan pada 20 hari setelah tanam dan 40 hari setelah tanam. Setelah penyiangan dilakukan biasanya dilakukan pula pemupukan, pemupukan dilakukan dua kali sesuai dengan jumlah penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk membuang gulma yang ada di sawah sehingga pertumbuhan padi tidak terhambat, selain itu penyiangan bertujuan menjaga ketersediaan oksigen dalam tanah, memperbaiki pasokan udara dalam tanah, membantu tanah agar tetap gembur dan mengembalikan biomassa gulma sebagai nutrisi bagi tanaman padi. Pengaturan air dilakukan pula sebelum panen, 1 minggu sebelum panen sawah dikeringkan umur padi yang berkisar 100 – 125 hari membuat petani melakukan pengeringan sesuai dengan pengalaman terdahulu. Sebagai contoh pada varietas situ bagendit yang sebelumnya 105 hari dipanen, apabila ada petani yang menanam varietas yang sama informasi seminggu sebelum panen tersebut mudah tersebar. Penentuan pengeringan sawah dipermudah oleh informasi dari sesama petani, obrolan ringan di saung antar petani biasanya membicarakan kelebihan varietas yang ditanam, waktu tanam, jumlah panen dan masalah dalam usaha tani.

92

7. Pengendalian HPT Tabel 15. Penerapan Pengendalian HPT di Silih Asih Komponen Inovasi Jumlah Petani (orang) Pengendalian HPT model SRI 40 Pengendalian HPT model lainnya 0 Keterangan : Nilai maksimum pengendalian HPT model SRI 20% Inovasi pengendalian HPT dalam kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II telah sepenuhnya dilakukan sesuai dengan standar prosedur yang ada. Keberhasilan mengadopsi model ini dikarenakan telah tumbuhnya kesadaran petani untuk melakukan pertanian yang sehat dan seimbang, selain itu faktor kondisi alam yang sangat jarang hama dan penyakit membuat petani terus melakukan upaya bersinergi dengan alam. Pembuatan pestisida nabati yang mudah dibuat dan mudah diperoleh bahan bakunya membuat para petani mau mengadopsi inovasi tersebut. Pembobotan dilihat dari penggunaan pestisida nabati sebanyak 10 % dan penggunaan musuh alami sebanyak 10%. Dalam penggunaan musuh alami petani tidak perlu banyak melakukan upaya dikarenakan menjaga stabilitas alam sama dengan menjaga jumlah musuh alami dari hama yang ada di areal persawahan. Metode SRI cenderung mengoptimalkan fungsi bahan organik kompos menjadi generator ruang yang akan memicu aliran energi pada permukaan lahan. Fungsi ini akan menciptakan keseimbangan pada rantai makanan dalam ekosistem tersebut, artinya musuh-musuh alami akan memakan atau menghambat kehadiran yang dianggap sebagai hama tersebut. Menurut kontak tani Silih Asih, yang terpenting dalam pengendalian hama adalah adanya keseimbangan antara yang memakan dan dimakan di sawah, penggunaan pestisida kimia yang berlebihan

93

akan menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara hama dan predator alaminya dan membunuh banyak organisme yang baik untuk pertumbuhan tanaman terutama yang berada dalam tanah. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihanpun menurut beliau membuat hama memiliki antibodi yang lebih baik sehingga akhirnya akan sulit diberantas dan diminimalisir akibatnya. Seperti hama tomcat yang cukup meresahkan warga beberapa saat lalu, menurut kontak tani Silih Asih serangan tomcat diakibatkan tidak adanya makanan didalam sawah. Selama ini tomcat dikenal dengan predator wereng dan cukup banyak ditemukan di areal persawahan kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II, namun tidak ditemukan adanya gigitan tomcat pada petani bahkan warga sekitar. Penjagaan rantai makanan di dalam sawah perlu diperhatikan oleh petani, kembali kontak tani menegaskan bahwa tanah adalah media kehidupan bukan media tumbuh saja. Arti media kehidupan adalah di dalam tanah banyak organisme atau hewan yang hidup untuk membantu pertumbuhan tanaman, sebagai petani yang sangat membutuhkan hal tersebut seharusnya harus mampu menjaga kestabilan rantai makanan di sawah. Bahkan kontak tani sering mengingatkan pada seluruh anggotanya dengan perkataan “kita hidup dengan alam, harus bersinergi dengan alam. Mereka (hama, predator alami, dan mikroorganisme) memiliki peran masing-masing yang baik untuk petani. Biarkan mereka hidup, mereka juga butuh makan sama seperti petani, dijaga jumlahnya supaya tidak makan yang lainnya (padi)”.

94

Perkataan kontak tani selaras dengan penyuluh yang ada di kelompok Silih Asih, akhirnya dibuatlah model pertanian tanpa menggunakan pestisida kimia yang disebut dengan pertanian sehat. Sehat dalam konteks ini tidak hanya sehat dalam produknya namun sehat pula tanamannya, sehat tanahnya, sehat hama dan predator alaminya dan yang terakhir sehat dikonsumsi oleh manusia. Penggunaan pestisida nabati yang terbuat dari bahan alam akhirnya digunakan untuk mengurangi serangan hama pada tumbuhan, pestisida nabati ini diperkenalkan pada tahun 2004 dan sampai saat ini masih digunakan beberapa petani. Pestisida nabati ini banyak dibuat oleh petani dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar daerah penanaman padi mereka. Pestisida nabati yang sederhana dibuat dari daun sirsak, kacang babi dan sereh babi yang ditumbuk lalu dilarutkan dalam air sekitar 1 ember. Larutan tersebut kemudian disaring dan dicampur oleh sabun colek lalu dikocok agar tercampur, setelah selesai pestisida nabati bisa langsung digunakan. Menurut para petani di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II, penggunaan pestisida nabati yang paling efektif yaitu pada jam 2 – 4 sore hari dikarenakan pada jam tersebut biasanya hama menyerang tanaman. Pestisida nabati ini selain bisa dibuat sendiri oleh petani juga disediakan oleh koperasi sehingga apabila petani membutuhkan segera tidak perlu membuat terlebih dahulu bisa cukup dengan membelinya di koperasi.

95

Jumlah hama yang ada di areal persawahan Silih Asih I dan Silih Asih II diakui oleh para petani bervariasi dan petani hanya terpaku pada memberantas hama keong mas yang sangat sulit ditanggulangi. Kontak tani Silih Asih mengatakan bahwa pemberantasan hama keong mas ini sulit dilakukan dengan pestisida nabati dan masih harus menggunakan cara dipungut dan dibuang ke tempat lain. Hal ini sama dengan solusi seluruh petani yang ada di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II, menurut salah satu pembimbing lapangan di Silih Asih bapak Sukri, keong sulit diberantas karena sekali bertelur bisa menghasilkan banyak anak, apabila petani mengeringkan sawahnya keong bisa masuk kedalam tanah sawah yang lembab dan apabila kembali dilakukan pengairan keong kembali muncul ke permukaan sehingga pemungutan keong tidak seluruhnya bisa habis diberantas. Cara lain yang digunakan petani untuk mempermudah pemungutan keong mas adalah dengan cara menggunakan batang papaya yang disimpan di ujung petakan sawah, keong mas akan datang kearah batang tersebut ketika sudah diam dan memakan batang papaya barulah dipungut kembali, namun hal ini dirasa sama saja dengan cara biasa karena keong tidak seluruhnya datang ke batang papaya terutama yang berada di bagian tengah. Jumlah keong yang sangat banyak membuat para petani yang melakukan tanam muda (10-15) hari harus melakukan pemungutan setiap hari setidaknya sampai sudah tanaman padi sudah berbatang kuat.

96

Setidaknya petani memungut keong mas tiga ember dalam satu hari, biasanya dimasukan kedalam plastik lalu dibuang, beberapa petani ada yang memilih menggunakan keong muda sebagai pakan bebek dan sisanya dibuang ke sungai. Hama lain yang pernah menyerang adalah hama tikus dan burung yang pernah menyebabkan kerugian pada hampir seluruh petani tahun 1970an, namun hingga saat ini tidak pernah terjadi kembali serangan hama yang menyebabkan kerugian dalam jumlah banyak bagi petani. Berbeda dengan penyakit tanaman, penyakit yang menyerang padi di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II tergolong sedikit, hanya tiga petani yang padinya pernah terserang hama tungro (tutung di jero). Solusi yang dilakukan untuk penyakit ini adalah tanaman padi di injak atau dibuang, setelah proses pemanenan varietas yang sama tidak lagi digunakan oleh petani. Penggantian tanaman dari satu varietas ke varietas lainnya menurut petani merupakan solusi dari penyakit tungro, petani mengutarakan bahwa tidak semua varietas mungkin cocok di suatu areal persawahan, sehingga penggiliran tanaman bisa mengantisipasi datangnya penyakit seperti tungro. Hingga saat ini penyakit tungro hanya sedikit terlihat di areal persawahan Silih Asih I dan Silih Asih II, biasanya penyakit ini menyerang pada usia-usia pertengahan, gejalanya biasanya terlihat padi daunnya menguning, kering dan kerdil. Upaya yang dilakukan petani dengan mengganti varietas lain dan membuang tanaman yang terkena serangan merupakan langkah yang tepat sesuai dengan rekomendasi badan litbang pertanian.

97

Pertanian di kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II yang sudah tidak menggunakan pestisida kimia merupakan salah satu bukti bahwa kemajuan kelompok Silih Asih ke arah pertanian organik sudah terlihat. Diadopsinya penggunaan pestisida nabati bukan berarti penggunaannya sering dilakukan di areal persawahan kelompok Silih Asih I dan Silih Asih II, nyatanya petani banyak yang sama sekali tidak menggunakan pestisida baik nabati ataupun kimia dikarenakan lingkungan yang menurut para petani sangat mendukung untuk melakukan usaha tani. Para petani bahkan mengutarakan hanya keong mas yang menjadi masalah utama mereka, keong mas yang saat ini belum bisa ditangani oleh pestisida nabati ataupun kimia. Keadaan seperti inilah yang membuat penggunaan pestisida nabati sangat jarang dilakukan oleh petani untuk hama lainnya.