Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

66 downloads 175 Views 256KB Size Report
Ada tiga macam warna bulu itik Bali yang biasa ditemukan, yakni warna sumbian ... Itik Bali ada yang mempunyai ciri khas berupa jambul pada bagian.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka Di Indonesia itik dikenal sebagai hewan ternak sudah sejak ratusan tahun lalu. Itik bagi petani di Indonesia adalah jenis unggas yang lebih awal diternakkan secara ekonormis dibandingkan dengan ayam kampung. Itik termasuk dalam ordo Anseriformes, famili Anatidae. Dalam ordo ini terdapat berbagai unggas lain yang masuk dalam famili yang sama dengan itik. Mereka dibedakan berdasarkan klasifikasinya.(Amarullah,2003). Angsa digolongkan dalam genus Anser (subfamili Anserinae), manila atau entok dalam genus Cairina (subfamili Anatinae), dan belibis genus Dendrocygna (subfamili anserinae).Itik yang banyak diternakkan di Indonesia adalah spesies Anas domesticus. Spesies ini berasal dari jenis itik liar Anas sp., kecuali manila (Cairina moschata). Ada sebuah analisis yang menyatakan bahwa itik di Jawa dan Semenanjung Melayu atau itik di Indonesia termasuk jenis Indian runner (Anaspla_orhynchos).Bahwa itik Indian runner berasal dari India. Lebih kurang 80 tahun yang lalu beberapa saudagar Inggris membawa bibit itik dari Lombok, kemudian dikembangkan di Inggris. Kondisi serupa dijumpai pada itik peking asal Cina, yang saat ini sudah berkembang pesat di Inggris. Pesatnya perkembangan ini tidak lepas dari ketekunan memuliakannya (breeding). Sentra-sentra itik di Indonesia berada di kawasan pantai utara Pulau jawa (pantura), Magelang, Mojosari, Bali, dan Kalimantan Selatan menghasilkan itik petelur dan pedaging. Sayangnya tidak dibarengi dengan usaha pemuliaan (breeding). Sosok dan warna bulu itik di

Universitas Sumatera Utara

setiap sentra itu cukup beragam, misalnya itik Tegal bersosok lurus tegak dan itik alabio bentuk badannya agak miring (Murtidjo,2002). Data FAO (Food and Agriculture Organi.Zation) yang dikenal sebagai Domestic Animal Diversity Information System antara lain mencatat, Indonesia sedikitnya memiliki 15 jenis itik. Kelima belas jenis itik tersebut, secara morfologis, dapat dibedakan berdasarkan wilayah atau daerah tempat berkembangnya itik tersebut, sehingga muncul julukan itik alabio, itik bah, itik cirebon, itik tasikmalaya, itik tangerang, itik magelang, itik tegal, itik mojosari, itik medan, itik lombok, itik porsea dari Sumatera Utara, dan itik begagan dari Sumatera Selatan. (Linus Simanjuntak,2002).

a. Itik Bali Itik Bali sering dijuluki sebagai itik penguin. Sosoknya hampir sama dengan itik jawa, tetapi lehernya lebih pendek dan bagian belakang tubuhnya tidak begitu lebar. Warna bulunya lebih terang dibandingkan dengan itik Jawa. Ada tiga macam warna bulu itik Bali yang biasa ditemukan, yakni warna sumbian (menyerupai warna jerami padi), cemaning (kombinasi warna hitam dan putih), dan selam gulai (hitam seperti warna gula aren). Itik Bali ada yang mempunyai ciri khas berupa jambul pada bagian kepalanya. Biasa terdapat pada itik bali yang berwarna putih. Penampilan itik jambul cukup menarik, sehingga selain menjadi itik petelur, itik ini sering dimanfaatkan sebagai unggas bias. Produksi itik bali boleh dikatakan cukup baik. Dalam satu tahun bisa menghasilkan telur sekitar 150 butir. Pada umumnya, cangkang telur itik bali berwarna putih, tetapi ada pula yang

Universitas Sumatera Utara

berwarna kebiruan. Itik ini mulai berproduksi setelah berumur 6 bulan. penyebaran itik ini meliputi Bali dan Lombok (Samosir,2003).

b. Itik Magelang Itik magelang yang warna bulu dominannya adalah kecoklatan mempunyai nama lain, yakni itik kalung. Disebut itik kalung karena terdapat sekumpulan bulu yang berwarna putih melingkar di lehernya menyerupai kalung. Berdasarkan warna bulunya, itik yang berasal dari Magelang Tengah ini terdiri dari Sembilan jenis, yakni jenis jawa, bosokan, jarakan, pelikan, putihan, gambiran, wiroko, irengan, dan kalung. Dari kesembilan jenis itu, jenis itik kalung lebih dikenal. Hal ini disebabkan populasi itik kalung cukup banyak, warnanya seragam, dan produksi telurnya paling baik.Jenis itik magelang yang paling popular adalah itik kalung, karena warna bulunya seragam dan produksi telurnya paling baik. Warna bulu itik magelang pada umumnya kecokelatan dengan variasi dari cokelat muda hingga cokelat tua atau kehitaman. Pejantan kebanyakan berwarna cokelat mengilap dengan bulu di kepala dan lehernya hitam. Di ekornya terdapat bulu-bulu yang tumbuh mencuat ke atas dan tampak kompak menyatu. Paruhnya hitam panjang dan melebar ke samping. Bentuk badan terlihat langsing dan tegap. Jika berdiri seolah-olah membentuk sudut 60°. Sementara itu, itik betina memiliki kaki yang relatif lebih pendek dan berwarna kehitaman. Penyebaran itik magelang meliputi daerah dengan ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut. Lingkungan yang disukai itik magelang berupa daerah dekat persawahan yang biasanya banyak mengandung air dan protein hewani, seperti cacing dan siput. Itik ini mulai berproduksi saat berumur 6 bulan, dengan

Universitas Sumatera Utara

kemampuan produksi rata-rata 150 – 160 butir/ekor/tahun. Dilihat dari tingkat produktivitasnya, itik ini tergolong petelur yang potensial. Kerabang atau cangkang telur tebal dan berwarna hijau kebiruan. Kendall berbobot sekitar 1,62 kg, itik ini kurang pas dijadikan itik pedaging karena pertumbuhan berat badannya yang tergolong lambat (Shane,2003).

c. Itik Tegal Nama itik tegal sesuai dengan daerah pengembangannya, yakni di daerah Tegal, Jawa Tengah. Itik ini termasuk dalam kelompok itik jawa (Anas javanica). Penyebarannya meliputi wilayah Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Brebes, dan Tegal (Jawa Tengah); Cirebon, Indramayu, Subang, dan Karawang (Jawa Barat). Itik yang potensial sebagai petelur ini produktivitasnya cukup tinggi, yakni hingga 150 butir/ekor/tahun. Mulai bertelur pada umur 6 bulan, dengan masa bertelur produktif saat berumur 1-2 tahun. Warna kerabang atau cangkang telurnya hijau kebiruan. Itik ini sangat potensial sebagai petelur karena produktivitasnya cukup tinggi hingga 250 butir/ekor/tahun. Bentuk tubuh itik tegal menyerupai botol dengan leher panjang. Memiliki warna bulu beragam, cokelat kemerahan (lemahan), totol-totol cokelat (branjangan), hitam (irengan), cokelat kehitaman (blorong), coklat muda totol hitam (jarakan), dan putih (putihan). Itik tegal jenis branjangan paling banyak digembalakan, sedangkan yang paling banyak diternakkan adalah itik jenis lemahan atau sering juga dijuluki itik rambon (di Cirebon). Selain dimanfaatkan telurnya, itik regal apkiran yang telah tiga kali periode bertelur dipotong untuk dikonsumsi. Biasanya itik diapkir setelah

Universitas Sumatera Utara

berumur 3 tahun. Itik tegal tergolong itik tipe dwiguna, yakni sebagai itik podill sekaligus pedaging.

d. Itik Mojosari Itik mojosari berasal dari Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan jenis itik petelur yang cukup bagus. Telurnya sangat digemari konsumen karena rasanya cukup enak dan ukurannya relatif besar. Kerabang telurnya berwarna kehijauan. Produksi telurnya mencapai 180200 butir/ekor/tahun dengan berat telur sekitar 60 gram per butir. Itik yang termasuk itik jawa (Anasjavanica) ini pertama kali berproduksi pada umur 5,5 bulan. Namun, tingkat produksinya baru stabil setelah berumur 7 bulan. Sosok tubuh itik mojosari tinggi langsing menyerupai bentuk botol. Pada umumnya warna bulu itik mojosari cokelat kehitaman dengan paruh dan kaki berwarna hitam. Itik jantan memiliki ciri khas berupa beberapa bulu ekor melengkung ke atas. Itik ini banyak digembalakan dan diternakkan secara intensif, terutama di daerah Jawa Timur. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan WHO (World Health Organization), sampai 1999 Indonesia dikenal memiliki stok itik ketiga terbesar di dunia (sekitar 28,1 juta ekor) di bawah Cina (511,8 Pta ekor) dan Vietnam (sekitar 50 juta ekor). Pada tahun 1999 ketiga negara ini menempatkan Asia sebagai pemilik stok itik terbesar di dunia, yakni sekitar 670 juta ekor (setara dengan 2.041 juta ton daging) dari stok dunia yang mendekat angka 800 juta ekor. Eropa menempati urutan kedua, sekitar 68,4 juta ekor setara dengan 371,4 juta ton daging. Urutan ketiga adalah Amerika Latin, sekitar 20,8 juta ekor setara dengan 51,25 juta ton daging. Sementara itu, Afrika berada di urutan

Universitas Sumatera Utara

keempat, sekitar 15,7 juta ekor setara dengan 54,66 juta ton daging, dan Amerika Utara (termasuk AS) berada di urutan kelima, sekitar 7,6 juta ekor setara dengan 52 juta ton daging. Di Indonesia menu daging itik tampaknya masih belum begitu populer dibandingkan telur itik. Telur itik untuk konsumsi umumnya merupakan telur asin. Telur asin merupakan menu yang umum disajikan, dari warteg sampai hotel berbintang lima. Namun, daging itik sendiri justru agak sulit untuk ditawarkan ke konsumen sebagai makanan pengganti daging ayam. Seolah-olah daging itik dianggap sebagai menu yang kurang bergengsi dibandingkan dengan daging ayam. Karenanya, kebanyakan orang beternak itik hanya berorientasi pada telur (itik petelur), bukan pada dagingnya (itik pedaging). Sementara itu, itik yang dijual untuk keperluan pedaging kebanyakan itik petelur yang sudah berumur tua atau itik apkir. Padahal di pasar dunia, baik itik maupun entok masuk dalam hitungan sumber protein yang setara dengan ayam. Umumnya orang Indonesia enggan makan daging itik karena baunya yang lebih anyir, lebih keras, dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan daging ayam. Bau yang kurang sedap dari daging itik bersumber dari kandungan lemaknya, sedangkan kealotan dagingnya diakibatkan oleh diameter serabut ototnya yang relatif besar. Kelemahan sifat daging ini diperparah lagi dengan cara pemrosesan itik hidup menjadi karkas. Bagaimana bisa enak jika daging yang dimasak merupakan hasil pemotongan itik lokal yang memang berdaging tipis dan sudah berumur tua serta diolah tanpa memperdulikan kualitas dan sanitasi (Prawoto,2001). Berbeda dengan orang Indonesia, orang-orang etnis Cina justru sangat menyukai daging itik. Di Cina daratan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura menu

Universitas Sumatera Utara

itik panggang, itik rebus, dan itik asap selalu disajikan di setiap jamuan makan maupun di restoran. Popularitas menu daging itik ini kemudian menyebar ke Asia Tenggara, Eropa, Jepang, dan Amerika. Di hampir semua restoran chinese food di Eropa dan Amerika, dengan mudah didapatkan menu daging itik. Masyarakat Cina dikenal menomorsatukan daging itik daripada daging ayam. Di Negeri Tirai bambu itu, itik menjadi makanan tradisional utama yang erat kaitannya dengan masalah kebudayaan dan keagamaan sebagian besar penduduknya. Itik sebagai pedaging. Daging itik lokal belum sepopuler telurnya karena dianggap tidak bergengsi sementara itu, di beberapa kota besar di Indonesia, seperti di Jakarta, hampir di setiap ujung jalan dan gang bisa kita jumpai penjual daging ayam dan burung goreng. Para penjual ini selalu mengatakan bahwa dagangannya itu adalah daging burung belibis yang ditangkap di sawah-sawah di kawasan Karawang. Padahal yang dijual sebenarnya daging itik jantan yang digemukkan atau dibesarkan sampai umur 2-3 bulan. Daging itik jantan muda yang digoreng ini memang cukup lezat dan disukai. Jika penjual emperan selalu “menyembunyikan” keberadaan daging itik sebagai barang dagangannya, restoran-restoran kenamaan dan hotel berbintang justru mulai membanggakan menu itik panggang atau itik asapnya (Bambang,2001). Data mengenai jumlah populasi itik di Indonesia untuk kebutuhan konsumsi sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Populasi itik di Indonesia boleh saja dikatakan paling besar di kawasan Asia Tenggara. jumlah itik berdasarkan Statistik Peternakan 1999 tercatat sebesar 30.066.000 ekor. Populasi besar ini ternyata sampai sekarang baru mendatangkan manfaat yang jauh dari memadai bagi peternaknya. Peran unggas air, terutama itik,

Universitas Sumatera Utara

dalam pemenuhan kebutuhan akan daging unggas baru hanya mencapai 1,7%, sedangkan telurnya sebesar 18%. Kedudukan itik sebenarnya setara dengan sapi potong, kambing, domba, dan ayam kampung. Itik dianggap sebagai hewan ternak asli Indonesia yang sangat potensial menjadi somber tumpuan kehidupan masyarakat perdesaan. Unggas ini bisa sebagai komoditas utama dalam pemberdayaan peternak di perdesaan. Namun, sangat disayangkan, sampai saat ini peternak yang mengembangkan peternakan itik sulit untuk mendapatkan kucuran kredit dari pihak perbankan, sehingga mereka masih mengandalkan dananya

sendiri. (Kartika Widjaja,2003).

Landasan Teori Analisis ekonomi merupakan analisa system ekonomi pertanian yang mengacu pada pendapatan pertanian pada waktu panen. Anilisis ini mencakup budidaya pertanian,agribisnis modal, serta perdapatan keluarga. Suatu usaha dikatakan untung jika pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Sebaliknya jika diperoleh pendapatan lebih rendah daripada pengeluaran berarti usaha itu mengalami kerugian, pendapatan kotor suatu usaha didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu atau ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tersebut. Asumsi utama paradigma agribisnis bahwa semua tujuan aktivitas pertanian kita adalah profit oriented sangat menyesatkan. Masih sangat banyak petani kita yang hidup secara subsisten, dengan mengkonsumsi komoditi pertanian hasil produksi mereka sendiri. Mereka adalah petani-petani yang luas tanah dan sawahnya sangat kecil, atau buruh tani yang mendapat upah berupa

Universitas Sumatera Utara

pangan, seperti padi, jagung, ataupun ketela. Mencari keuntungan adalah wajar dalam usaha pertanian, namun hal itu tidak dapat dijadikan orientasi dalam setiap kegiatan usaha para petani. Petani kita pada umumnya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan, yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatan/kerigan) dalam kegiatan mereka. Seperti di awal tulisan, bertani bukan saja aktivitas ekonomi, melainkan sudah menjadi budaya hidup yang sarat dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal. Sehingga perencanaan terhadap perubahan kegiatan pertanian harus pula mempertimbangkan konsep dan dampak perubahan sosial-budaya yang akan terjadi. Seperti halnya industrialisasi yang tanpa didasari transformasi sosial terencana, telah menghasilkan dekadensi nilai moral, degradasi lingkungan, berkembangnya paham kapitalisme dan individualisme, ketimpangan ekonomi, dan marjinalisasi kaum petani dan buruh. Hal ini yang nampaknya tidak terlalu dikedepankan

dalam

pengembangan

paradigma

pendekatan

sistem

agribisnis..Tidak semua kegiatan pertanian dalam skala petani kecil dapat dibisniskan, seperti yang dilakukan oleh petani-petani (perusahaan) besar di luar negeri, yang memiliki tanah luas dan sistem nilai/budaya berbeda yang lain sekali dengan petani kita.(Prof. Dr. Mubyarto, 2003) Populasi itik di Indonesia sekitar 24 juta ekor yang tersebar luas diseluruh pelosok tanah air, dengan produksi telur sekitar 113 ribu dan daging sekitar 10 ribu ton. Propinsi Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timor, Kalimantan Selatan, D.I. Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat merupakan daerah sentra itik di Indonesia. Itik dipelihara terutama untuk produksi telurnya. Itik Alabio di Kalimantan Selatan juga banyak dikonsumsi

Universitas Sumatera Utara

dagingnya. Telur dan daging itik mengandung zat-zat penting bagi tubuh, seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Pada umumnya peternak itik di Deli Serdang mengenal dua jenis itik yaitu itik penghasil telur konsumsi, yang juga sering merangkap sebagai penghasil telur tetas contohnya adalah itik alabio, dan itik pedaging yang sering merangkap sebagai induk buatan untuk mengerami telur itik contohnya adalah itik serati dan entok. Itik Alabio berasal dari Amuntai, Kalimantan Selatan, sebagai itik petelur, itik alabio sudah tahu kualitasnya produksinya masa bertelur 8-10 bulan/tahun sampai mencapai umur 3,5 tahun, baru afkir. Produksi telurnya ratarata 275 butir per ekor/ tahun. Beratnya 56 – 70 gram/butir. (Wasito,dkk, 2007) Sejarah yang panjang sehingga itik Alabio ini sampai ke Sumatera karena pesanan dari daerah semakin meningkat dari tahun ketahun sehingga orang datang sendiri ke daerah itik ini berasal.

Ciri-ciri itik ini sangat unik yaitu : a. Sikap badan 45 derajat yang merupakan sikap antara itik pejalan dan itik Manila. b. Bentuk badan kekar , leher dan kepala paruh. c. Warna bulu dan kaki yang kuning mengarah ke orange. d. Warna bulu yang cendrung terang mengarah ke warna putih yang merupakan warna bulu itik Peking. (Linus Simanjuntak,2002)

Universitas Sumatera Utara

Usaha apapun yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Dalam hal ini termasuk pada usaha ternak itik. Suatu usaha dikatakan untung jika jumlah pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Sebaliknya jika perolehan pendapatan yang diperoleh lebih rendah daripada pengeluaran berarti usaha itu mengalami kerugian (Suratiyah, 2008). Pendapatan kotor suatu usaha didifinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu atau ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tersebut, sedangkan pendapatan bersih adalah pendapatan kotor usaha dikurangi total biaya, dimana biaya usaha adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu biasanya ditetapkan dalam dua belas bulan atau dapat dikatakan juga biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. Oleh karena itu maka, pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR-TC

Dimana : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995) Dari hasil pendapatan usaha ternak tersebut dapat diperoleh besar kontribusi terhadap pendapatan keluarga, dimana pendapatan keluarga dari

Universitas Sumatera Utara

usaha ternak adalah pendapatan bersih usaha ternak ditambah dengan nilai input bidang lain yang diusahakan sendiri oleh peternak.. Total pendapatan keluarga adalah pendapatan keluarga yang berasal dari usaha ternak itik dan non usaha ternak (Padi) yang diusahakan. Kontribusi pendapatan usaha ternak itik yaitu pendapatan yang diterima dari usaha ternak itik dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan usaha ternak itik

adalah pendapatan yang

diterima dari usaha ternak itik dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100%. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga. Dapat dilihat pada rumus dibawah ini:

Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Itik :

Pendapa tan Usaha Ternak Itik x 100 % Pendapa tan Kelu arg a

Kerangka Pemikiran Peternak itik merupakan orang yang mengusahakan ternak itik mulai dari pemeliharaan bibit hingga itik tersebut dewasa dan siap untuk dijual baik telur maupun daging itik. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas itik adalah sistem pemeliharaan usaha ternak yang digunakan oleh peternak. Meningkatnya permintaan telur membuat peluang usaha ternak itik semakin terbuka. Namun, peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para peternak. Umumnya para peternak itik di pedesaan masih mengelola usahanya secara tradisional. Misalnya seperti pengadaan bibit,

Universitas Sumatera Utara

pemberian pakan, dan sistem pemeliharaan belum banyak yang menggunakan teknologi modern. Bahkan, dalam usaha pemeliharaan ternak tersebut tanpa dilandasi ilmu pengetahuan yang memadai. Usaha ternak itik, sebenarnya memiliki peluang yang cukup besar untuk dipilih sebagai lapangan kerja, terutama karena melimpahnya limbah pertanian. Sampai sekarang pada umumnya usaha ternak itik masih banyak yang bersifat tradisional dan dilakukan sebagai usaha sampingan dengan kepemilikan itik sebanyak 12-25 ekor. Ditinjau dari segi ekonomis usaha ternak itik cukup menguntungkan petani-ternak. Sebab selain pertanian, tambahan keuntungan lainnya adalah dari hasil limbah ternak, yang cukup bermanfaat sebagai pupuk kandang. Di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar peternak itik

masih menjalankan usaha ternak itik secara

tradisional, tentu saja berbagai hal-hal di dalam usaha ternak dan pemeliharaan tersebut sangat berhubungan erat terhadap tingkat keberhasilan itik yang diusahakan. Dimana keberhasilan suatu peternakan sangat tergantung kepada tata laksana atau pemeliharaan yang dilakukan. Tanpa tata laksana yang teratur dan baik, produksi yang akan dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan suatu kerugian dan kehancuran yang cukup besar akan senantiasa mengancam. Bagi para peternak, pengetahuan yang baik akan pemeliharaan itik juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi yang dihasilkan, tentunya apabila hasil produksi usaha yang diperoleh sangat baik, maka akan baik pula pengaruhnya terhadap pendapatan yang diperoleh, sehingga diperkirakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

usaha ternak itik tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Secara skematis kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Peternak Itik

Masalah Upaya

Sistem Usaha Ternak : Sistem Usaha : • Input: Lahan,Ternak Modal, - Inputkerja Tenaga serta - Pemeliharaan Keahlian (pengetahuan)

Usaha Non Ternak Itik (Padi)

Usaha Ternak Itik

- Pemasaran • Sistem Pemeliharan Produksi

Pendapatan Usaha Ternak

Pendapatan Usaha Non Ternak Itik (Padi)

Pendapatan Keluarga

Gambar 1 . Skema kerangka pemikiran sistem usaha ternak itik dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga Keterangan : → : Menyatakan hubungan

METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara