Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

39 downloads 170 Views 377KB Size Report
Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam ... 16 paragraf 06 (Revisi 2007) , Aktiva tetap adalah Aktiva berwujud yang :.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Banyak defenisi aktiva tetap yang telah diberikan oleh para ahli akuntansi, namun dari keseluruhan defenisi yang diberikan mempunyai tujuan yang sama. PSAK No. 16 paragraf 06 (Revisi 2007) , Aktiva tetap adalah Aktiva berwujud yang : a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif b. Diharapkan untuk digunkan selama lebih dari satu periode.

Mulyadi (2001:591) mengemukakan ”Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Menurut Soemarso (2003 hal.20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual

Universitas Sumatera Utara

kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”. Warren (2005:492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen”. Dari penjelasan dan defenisi yang dikemukakan diatas, aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Mempunyai bentuk fisik b. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan c. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual d. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun) e. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.

2. Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain : a. Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi : 1) Aktiva Berwujud (Tangible Assets) Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisikserta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi enam bagian, antara lain :

Universitas Sumatera Utara

Tanah, bangunan, kendaraan, mesin, peralatan, inventaris dan lain sebagainya. 2) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets) Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari : Hak paten, hak cipta dan merek dagang, goodwill, dan lain sebagainya.

b. Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan : 1) Depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain 2) Undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah.

3. Perolehan Aktiva Tetap Beberapa cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap. Harga perolehan tersebut mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan.

Universitas Sumatera Utara

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masingmasing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut ini akan dibicarakan masing-masing perolehan. Menurut Zaki (2004:274) aktiva tetap diperoleh dengan cara : a. b. c. d. e. f.

Pembelian tunai Pembelian secara angsuran/kredit Pembelian dengan surat berharga Pertukaran atau tukar tambah Sumbangan pihak lain Dibangun sendiri

Ad. Pembelian dengan tunai Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran utnuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur. Contoh : Pada tanggal 01 Januari 2009, dibeli mesin dengan tunai sebesar Rp.5.000.000,-

biaya

pengangkutan

Rp.200.000,-

dan

biaya

pemasangan Rp.300.000,- maka akan dijurnal sebagai berikut : Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai Tanggal Uraian 01/Jan/20 Mesin 09 Kas

Ref.

Debit Rp. 5.500.000

Kredit Rp. 5.500.000

Ad. Membeli dengan angsuran/kredit

Universitas Sumatera Utara

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.

Contoh: PT. X membeli mesin seharga Rp. 5.000.000,- pada tanggal 1Feb 2009. Pembayaran pertama Rp. 2.000.000,- dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Des selama 3 tahun dengan bunga 12 % per tahun.

Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran Tgl.

Uraian

Ref.

Debit

Kredit

Universitas Sumatera Utara

1/Feb/ 2009

Mesin Hutang Usaha Kas

Rp. 5.000.000 Rp. 3..000.000 Rp. 2.000.000

Pembayaran I 31/Des Hutang Usaha Bunga / Kas 2009

Rp.1.000.000 Rp. 360.000

Pembayaran II 31/Des Hutang Usaha /2010 Bunga Kas

Rp.1000.000 Rp. 240.000

Pembayaran III 31/Des Hutang Usaha /2011 Bunga Kas

Rp.1.000.000 Rp. 120.000 Rp.1.120.000

Rp.1.360.000

Rp.1.240.000

Ad. Pembelian dengan surat berharga Dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat-surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar jumlah pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio. Contoh : PT.X menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa nominal @ Rp.10.000.000,- pada saat pertukar , harga pasar saham

Universitas Sumatera Utara

sebesar Rp.11.000,- per lembar. Pertukaran mesin dengan saham. maka jurnalnya adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan surat berharga Tgl.

Uraian

5/mar/ 2009

Mesin Saham Biasa Agio Saham Biasa

Ref Debit Kredit . Rp. 11.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 1.000.000

Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan mesin adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang dimaksudkan dengan harga pasar surat berharga adalah harga yang terjadi bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.

Ad. Pertukaran/Tukar tambah Laba atau rugi pertukaran dihitung dari selisih nilai buku aktiva tetap lama dengan harga pasar aktiva tetap lama. Nilai buku aktiva tetap lama diperoleh dari pengurangan antara harga perolehan aktiva lama dengan akumulasi penyusutannya. Kas yang dibayarkan untuk pembelian itu dihitung dari pengurangan antara harga pasar aktiva baru dengan harga pasar aktiva lama. 1) Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

Universitas Sumatera Utara

Pada pertukaran aktiva tetap yang sejenis, aktiva lama ditukar dengan aktiva baru yang mempunyai sifat dan fungsi yang sama. Jika dalam pertukaran diperoleh laba, maka laba tersebut tidak diakui (dicatat), tetapi mengurangi harga atau nilai aktiva tetap yang baru itu, sesuai yang dinyatakan Warren (2005:509) bahwa :“Keuntungan atas pertukaran aktiva tetap sejenis tidak diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Hal ini didasarkan teori bahwa pendapatan berasal dari produksi dan penjualan barang yang dibuat dengan memanfaatkan aktiva tetap, bukan dari pertukaran aktiva tetap yang sejenis”. Tetapi jika dalam pertukaran timbul kerugian, maka kerugian itu akan diakui dalam perkiraan rugi pertukaran aktiva tetap. Contoh: Tanggal 1 Juli 2009 perusahaan memperoleh peralatan baru yang harganya Rp. 75.000.000,- dengan cara ditukar dengan peralatan lama yang dibeli tanggal 1 Jan 2007 dengan harga perolehan Rp. 55.000.000, masa manfaat 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 5.000.000,- dan disusutkan dengan metode garis lurus. Pada saat pertukaran, nilai pasar aktiva lama sebesar Rp. 35.000.000,- dan kekurangannya dibayar dengan kas. Jurnal untuk mencatat penyusutan dari 1 Januari 2009 sampai dengan 1 Juli 2009 yaitu: Tabel 2.4 Jurnal Pertukaran aktiva sejenis

Universitas Sumatera Utara

Tgl 1/Jul/ 2009

Uraian

Ref

Beban Penyusutan

Debet

Kredit

Rp.5.000.000

Akum. Penyusutan peralatan

Rp.5.000.000

(Untuk mencatat penyusutan peralatan)

Maka jurnal untuk mencatat pertukaran aktiva tersebut: Tgl 1/Jul/ 2009

Uraian

Ref

Debet

Peralatan (baru

Rp.70.000.000

Akum. Penyusutan Peralata (lama)

Rp.25.000.000

Kredit

Peralatan (lama)

Rp.55.000.000

Kas

Rp.40.000.000

Perhitungan: Harga perolehan peralatan (lama)

Rp. 55.000.000,-

Akum. Penyusutan (1 Jan 07 – 1 Jul 09)

(Rp. 25.000.000,-)

Nilai buku peralatan (lama) Nilai pasar peralatan (lama) Laba pertukaran

Rp. 30.000.000,(Rp. 35.000.000,-) Rp. 5.000.000,-

*) Laba pertukaran Rp. 5.000.000,- akan langsung menguranginilai peralatan yang baru menjadi Rp. 70.000.000,- (Rp. 75.000.000 – Rp. 5.000.000). 2) Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis

Universitas Sumatera Utara

Pada pertukaran aktiva yang tidak sejenis, aktiva lama ditukar dengan aktiva baru yang tidak sama sifat dan fungsinya. Laba atau rugi pada pertukaran ini harus diakui.

Ad. Sumbangan dari pihak lain Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Kendatipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut. Dalam PSAK (2007) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”. Contoh : Pada tanggal 09 April 2009, diperoleh Tanah dan Bangunan dari sumbangan dengan nilai Rp.100.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah : Tabel 2.5 Jurnal Pemberian/sumbangan Tgl. 09/Apr/ 2009

Uraian Tanah Bangunan Modal Donasi

Ref.

Debit Kredit Rp. 100.000.00 Rp. 50.000.000 Rp. 150.000.000

Ad. Dibangun Sendiri

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan aktiva tetap dengan membuatnya sendiri antara laen : 1) Memanfaatkan fasilitas yang menganggur 2) Menekan biaya 3) Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik 4) Pihak yang tidak sanggup memenuhi pada saat diperlukan Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aktiva tetap tersebut hingga siap dipergunakan. Dalam persoalan aktiva yang dibangun sendiri ini ada tiga permasalahan : a. Biaya overhead yang dibebankan suatu produk terdiri dari : -

Bahan langsung

-

Upah langsung

-

Biaya tidak langsung

Penetuan jumlah biaya langsung dan upah langsung relative mudah karena perhitungannya mudah dan sejenis.sedangkan untuk menetukan biaya overhead akan timbul kesulitan karena biasanya ada biaya-biaya yang sama-sama dibayar atau dibebankan untuk semua kegiatan.

Universitas Sumatera Utara

Untuk menetapkan besarnya biaya overhead yang akan dibebankan terhadap produk yang dibangun sendiri itu ada dua cara yaitu : 1) Metode Incremental cost Dalam hal ini biaya operhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut. 2) Metode Proportional Dalam metode ini biaya yang dibebankan bukan saja kenaikan overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead tetap secara pro-rata untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan sendiri. b. Laba rugi dalam pembangunan Jika biaya pembangunan lebih rendah dari biaya apabila bangunan itu diborongkan maka pembebanan itu seolah-olah laba tetapi tidak boleh dianggap sebagai laba. Sedangkan jika sebaliknya maka harus dicatat sebagai rugi. Harga pokok dicatat sebesar berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut sesuai dengan metode diatas. c. Biaya bunga dalam masa pembangunan Bila aktiva tetap dibangun dengan menggunakan dana atau pinjaman dari luar perusahaan seperti Bank atau Lembaga Keuangan lainnya maka perusahaan diwajibkan untuk membayar

Universitas Sumatera Utara

bunga. Bunga dihitung dari penggunaan modal sendiri atau imput interest tidak boleh dicatat sebagai unsur harga pokok aktiva tetap.

4. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar aktiva tetap tersebut tetap dapat digunakan sebagaimana mestinya. Zaki (2004:272) mengemukakan bahwa pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengaan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi dua: a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure) adalah pengeluaranpengeluaran untuk meningkatkan manfaat aktiva untuk masa mendatang. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi). b. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure) adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat dalam rekening biaya. Contoh: Mesin giling dengan harga perolehan sebesar Rp. 408.500.000,00. Mesin giling tersebut memiliki masa manfaat 25 tahun dengan penyusutan pertahun sebesar Rp. 16.340.000,00. Perusahaan setiap

bulannya

mengeluarkan sejumlah biaya seperti biaya pergantian oli terhadap mesin giling tersebut sebesar Rp. 650.000,-. Pengeluaran ini masih merupakan pengeluaran penghasilan (revenue expenditure), karena jumlah biayanya relatif kecil dan merupakan pengeluaran rutin serta tidak menambah umur aktiva tetap tersebut. Maka dijurnal:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.17 Jurnal Pengeluaran Modal dan Pendapatan Tgl

Uraian Biaya Pemeliharaan Mesin Giling Kas (untuk mencatat biaya pemeliharaan mesin giling)

Ref

Debat

Kredit

Rp. 650.000 Rp. 650.000

Dengan adanya pemisahan kedua jenis pengeluaran itu menimbulkan masalah untuk menggolongkan pengeluaran mana yang dianggap sebagai pengeluaran penghasilan dan mana yang diaanggap sebagai pengeluaran modal. Selama suatu aktiva tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan, maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah pengeluaran untuk memelihara agar aktiva tetap yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dan tetap dalam kondisi yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya dalam operasi perusahaan. b. Penambahan Penambahan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk menambah, memperluas atau memperbesar kuantiti dari aktiva tetap. c. Perbaikan Perbaikan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi suatu aktiva tetap yang rusak agar aktiva tetap tersebut dapat bekerja secara normal kembali.

Universitas Sumatera Utara

d. Penggantian Penggantian adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti bagian yang rusak dari aktiva tetap. Biaya dari penggantian ini dapat dibebankan ke expenses atau dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva tetap. e. Penambahan nilai Penambahan

nilai

adalah pengeluaran

yang

dilakukan untuk

memperbaiki aktiva tetap (kemungkinan aktiva tersebut tidak dalam keadaan rusak) dengan maksud tidak hanya sekedar agar aktiva tetap tersebut dapat menjalankan fungsinya, melainkan juga untuk menambah nilai atau memperpanjang umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut.

5. Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan akan semakin berkurang kemapuannya untuk memberikan jasa dengan

berjalannya

waktu. Berbagai faktor dapat menyebabkan menurunnya kemempuan aktiva tetap misalnya kerusakan, keausan, perubahan teknologi, kapasitas aktiva tetap tidak sesuai lagi dengan berkembangnya perusahaan dan sebagainya. Ikatan Akuntansi Indonesia paragraf 06 (2007) menyatakan bahwa :

Universitas Sumatera Utara

”Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”. Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu : a. Faktor fisik Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca. b. Faktor fungsional Faktor fungsional terjadi karena : 1) Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi 2) Perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan 5) Kemajuan tegnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi. Adapun tujuan dari penyusutan aktiva tetap menurut Hongren (2002 : 509) yaitu :

“tujuan utama dari akuntasi penyusutan adalah untuk

menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya” Tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode menurut Warren (2005:497) yaitu: “(a) biaya awal aktiva tetap, (b) umur manfaat yang diperkirakan, dan (c) estimasi nilai pada akhir umur manfaat”.

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tetap tersebut. Metode-metode tersebut sebagai berikut : a. Berdasarkan waktu 1) Metode garis lurus (straight-line-depreciation) 2) Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): (a) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method) (b) Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda (declining/double declining-balance-method) b. Berdasarkan penggunaan : 1) Metode-jam-jasa (service-hour-method) 2) Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) c. Berdasarkan kriteria lainnya : 1) Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-compositemethod) 2) Metode-anuitas (annuity-method) 3) Sistem-persediaan (inventory-system)

a. Berdasarkan waktu 1) Metode garis lurus (straight-line-depreciation) Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode

(kecuali

ada

penyesuaian-penyesuaian).

Kelemahan

metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakinlama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu

Universitas Sumatera Utara

periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut. Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Penyusutan Garis Lurus =

Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur Manfaat dalam Tahun

Atau dalam Persentase =

100% = d% n

Penyusutan (D) = d% x (Biaya Akuisisi - Nilai Residu)

Contoh : PT X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut : Penyusutan Garis Lurus =

=

Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur Manfaat dalam Tahun

Rp. 20.000.000 - Rp.2.000.000 5

= Rp.3.600.000,-

Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus Thn. Harga Perolehan 1 2 3 4 5

Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000

Beban Penyusutan Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000

Akumulasi Penyusutan Rp. 3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp.10,800,000 Rp.14,400,000 Rp.18,000,000

Nilai Buku Rp. 6,400,000 Rp. 2,800,000 Rp. 9,200,000 Rp. 5,600,000 Rp. 2,000,000

Universitas Sumatera Utara

Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, penggunaan metode ini kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya.

2) Metode

pembebanan

menurun

(decreasingt-charge-

Tahun

(sum-of-the-year-digit

depreciation) (a) Metode-jumlah-angka method) Dalam metode ini beban penyusutan akan menurun secara tetap, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa jika ada. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan angka-angka itu. Jika suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : r=

(n + 1) (n + 1) = = 15 2 2

Universitas Sumatera Utara

atau dapat dihitung dengan cara lain yaitu : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15 Contoh : PT X membeli peralatan seharga Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residunya ditaksir sebesar Rp.2.000.000,Harga Perolehan

: Rp.20.000.000,-

Nilai Sisa

: (Rp. 2.000.000,-)

Nilai Buku

: Rp.18.000.000,-

Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun Thn

Dasar Penyusutan

Beban Penyusutan

Akumulasi Nilai Buku Penyusutan Rp.20,000,000

1 Rp.18,000,000 2 Rp.18,000,000 3 Rp.18,000,000 4 Rp.18,000,000 5 Rp.18,000,000

5/15 x Rp.18.000.000 =Rp.6,000,000 4/15 x Rp.18.000.000 =Rp.4,800,000 3/15 x Rp.18.000.000 =Rp.3,600,000 2/15 x Rp.18.000.000 =Rp.2,400,000 1/15 x Rp.18.000.000 =Rp.1,200,000

Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000

Universitas Sumatera Utara

(b) Metode-saldo-menurun / Saldo-menurun-ganda (declining / double declining – balance – method) Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutab dalam suatu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan menggunakan rumus : r = 1- n

s c

Keterangan : r = persentase per tahun s = nilai sisa n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan

Contoh : PT X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

r = 1- n

s c

r = 1- 5

Rp.2.000.000 Rp.20.000.000

r = 1 − 0,63 r = 37% (dibulatkan)

Tabel 2.9 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Akum. Penyusutan

Thn Beban Penyusutan 1 2 3 4 5

Nilai Buku

Rp.20,000,000 37% x Rp.20.000.000 = Rp.7.400.00 Rp.7.400.000 Rp.12.600.000 37% x Rp.12.600.000 = Rp.4.662.000 Rp.12.062.000 Rp.7.938.000 37% x Rp.7.938.000 = Rp.2.937.060 Rp..14.999.060 Rp.5.000.940 37% x Rp.5.000.940 = Rp.1.850.347,8 Rp..16.849.407,8 Rp.3.150.592,2 37% x Rp.3.150.592,2= Rp.1.165.719,11 Rp..6,431,175 Rp.1.984.873,08

Beban penyusutan yang dihitung dengan metode ini tiap periode akan semakin kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Metode ini tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa. Metode saldo menurun ganda Hampir

sama

dengan

metode

saldo

menurun.

Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan mengalikan dua persentase tarif penyusutan yang digunakan dalam menghitung penyusutan garis lurus tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu

Universitas Sumatera Utara

peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah 2(100%/5) = 40%. Contoh : PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dan penyusutan dapat dihitung sebagai berikut : Tabel 2.10 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda Nilai Buku Tarif Saldo Beban Akumulasi Thn Aktiva Awal Menurun Penyusutan Penyusutan Tahun Ganda 1 2 3 4 5

Rp.20,000,000 Rp.12,000,000 Rp. 7,200,000 Rp. 4,320,000 Rp. 2,592,000

40% 40% 40% 40% 40%

Rp.8,000,000 Rp. 8,000,000 Rp.4,800,000 Rp.12,800,000 Rp.2,880,000 Rp.15,680,000 Rp.1,728,000 Rp.17,408,000 Rp. 592,000 Rp.16,816,000

Nilai Buku Rp.20,000,000 Rp.12,000,000 Rp. 7,200,000 Rp. 4,320,000 Rp. 2,592,000 Rp. 2,000,000

b. Berdasarkan penggunaan 1) Metode-jam-jasa (service-hour-method) Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur manfaat aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. besarnya beban penyusutan menurut metode ini adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut :

Universitas Sumatera Utara

Penyusutan =

Harga Perolehan - Nilai Sisa Jumlah Jam Kerja

Contoh : PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi sebesar 500.000 jam. Beban penyusutan mesin per jam dapat dihitung sebagai berikut :

Penyusutan =

Rp.20.000.000 - Rp.1.500.000 = 37,-/ Jam 500.000 jam

Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 100.000 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100.000 jam x 37 jam = Rp.3.700.000,Tabel 2.11 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa Thn

1 2 3 4 5

Jam kerja I00,000 20,000 130,000 140,000 110,000

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Rp. 3,700,000 Rp. 740,000 Rp. 4,810,000 Rp. 5,180,000 Rp. 4,070,000

Rp. Rp. 1,850,000 Rp. Rp. 2,590,000 Rp. Rp. 7,400,000 Rp. Rp.12,580,000 Rp. Rp.16,650,000 Rp.

Nilai Buku 20,000,000 16,300,000 15,560,000 10,750,000 5,570,000 1,500,000

2) Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Jika pada metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar perhitungan maka pada metode jumlah unit produksi jumlah jam

Universitas Sumatera Utara

kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah :

Penyusutan =

Harga Perolehan - Nilai Sisa Output

Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah Total produksi tahun berjalan x besarnya penyusutan per unit. Contoh : PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,-

Taksiran produksi aktiva tersebut sebesar

1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut : Penyusutan =

Rp.20.000.000 - Rp.1.500.000 = Rp.18,5 / Unit 1.000.000 Unit

Jika pada hari pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18,5/unit = Rp.2.220.000,Tabel 2.12 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn

Unit

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku Rp.20,000,000

1 2 3 4 5

120,000 150,000 300,000 240,000 190,000

Rp. 2,220,000 Rp. 2,775,000 Rp. 5,550,000 Rp. 4,440,000 Rp.3,515,000

Rp. 1,850,000 Rp. 4,625,000 Rp.10,175,000 Rp.14,615,000 Rp.18,130,000

Rp.17,780,000 Rp.15,005,000 Rp. 9,455,000 Rp. 5,015,000 Rp. 1,500,000

Universitas Sumatera Utara

c. Berdasarkan Kriteria Lainnya 1) Metode-berdasarkan

jenis

dan

kelompok

(group-and-

composite-method) Metode ini menyusutkan aktiva tetap tidak secara per unitnya,

melainkan

secara

bersama.

Metode

kelompok

menyusutkan sekelompok aktiva yang sejenis, sedangkan metode jenis digunakan untuk menyusutkan sekelompok aktiva yang tidak sejenis.

Contoh penyusutan dengan metode kelompok: Dibeli 50 mesin seharga Rp. 100.000.000,- dengan umur rata-rata 5 tahun. Dari kelompok ini 20 mesin dihentikan pada akhir tahun keempat, 10 mesin pada tahun akhir tahun kelima dan sisanya pada akhir tahun keenam, maka: Penyusutan per tahun

= Rp. 100.000.000

: 50

5 = Rp. 400.000 per mesin

Tabel 2.13 Penyusutan Menurut Metode Kelompok ( j u t

Universitas Sumatera Utara

a ) Penyusutan Menurut Metode Kelompok Thn

Penyus utan 20%

Biaya Perolehan

1 2 3 4

20.000 20.000 20.000 20.000

Debet 100.000 -

5 6

12.000 8.000

-

Kredit

Akumulasi Penyusutan Debet

Kredit

Saldo

40.000

Saldo 100.000 100.000 100.000 100.000 60.000

40.000

20.000 20.000 20.000 20.000

20.000 40.000

40.000 -

20.000 12.000 40.000 8.000

20.000 40.000 60.000 40.000 . 32.000 -

(Rp) Nilai buku 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 8.000 -

Contoh penyusutan dengan metode jenis:

Tabel 2.14 Daftar Aktiva Menurut Metode Penyusutan Jenis Aktiva Harga Perolehan A B C D

Nilai Sisa

(RP.) H.Perolehan Taksiran Penyusutan disusutkan Umur pertahun

10.000.000 1.000.000 9.000.000 5.000.000 500.000 4.500.000 20.000.000 2.000.000 18.000.000 7.500.000 500.000 7.000.000 42.500.000 4.000.000 38.500.000 Penyusutan per tahun = Rp. 4.600.000 10.82% Rp. 42.500.000

10 5 10 7 x

900.000 900.000 1.800.000 1.000.000 4.600.000 100% =

Bila terjadi penjualan aktiva, maka akan dicatat debet kas dan kredit harga perolehan aktiva tersebut, sedangkan selisihnya akan

Universitas Sumatera Utara

dibebankan pada akumulasi penyusutan. Jadi, tidak ada pengakuan laba rugi penjualan aktiva. 2) Metode-anuitas (annuity-method) Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokanatau jasa yang akan diberikannya secara merata selama

umur

teknisnya.

Menurut

metode ini penyusutan

merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut :

Penyusutan =

Harga Perolehan - Present Value Nilai Sisa PVIFn,, i

Contoh : PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut Penyusutan =

Rp.1.600.000 - PVIF5,, 10 Rp.134.776 PVIF5,, 10

=

Rp.1.600.000 - Rp.134.776 x 0,1241842 7,581574

=

Rp.1.600.000 - Rp.83.668 7,581574

Universitas Sumatera Utara

= Rp.400.000

Melalui

perhitungan

diatas

diketahiu

bearnya

beban

penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. Iktisar beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.15 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas Implisit Akumulasi Akumulasi Thn Penyusutan Interest Penyusutan Nilai Buku Penyusutan Revenue 10% / Tahun 1 2 3 4 5

Rp. 400,000 Rp. 400,000 Rp. 400,000 Rp. 400,000 Rp. 400,000

Rp.160,000 Rp.136,000 Rp.109,600 Rp. 80,560 Rp. 48,616

Rp.240,000 Rp.264,000 Rp.290,400 Rp.319,440 Rp.351,384

Rp.1,600,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 Rp. 504,000 RP.1,096,000 Rp. 794,400 Rp. 805,600 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 Rp.1,465,224 Rp. 134,776

3) Sistem-Persediaan (inventory-system) Metode persediaan digunakan untuk menilai aktiva tetap yang bernilai kecil. Aktiva tetap akan dinilai pada setiap akhir

Universitas Sumatera Utara

periode akuntansi pada kondisinya yang sekarang, melalui persentase keusangan dari aktiva yang digunakan atau melalui penilaian pihak luar. Metode ini dinilai tidak sistematis dan rasional karena tidak ada seperangkat formula yang dipakai dan juga sulit untuk menentukan nilai sesungguhnya aktiva tetap pada akhir periode. Contoh : Pembelian aktiva tetap pada awal tahun 2000 adalah sebesar Rp. 1.200.000,- dan taksiran nilai aktiva tetap itu pada akhir tahun adalah Rp. 750.000,- maka penyusutannya adalah sebesar Rp. 450.000,- dan dijurnal: 6. Revaluasi aktiva Tetap Adakalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan tidak lagi menunjukkan nilai yang layak yaitu terlalu rendah atau terlalu tingginya nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva tersebut di pasaran yang disebabkan perkembangan moneter atau alasan lainnya, sehingga perlu dilakukan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi). Revaluasi ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya. Revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan oleh PSAK karena akuntansi menganut sistem pencatatan nilai historis. Namun bila diperkenankan, hal itu merupakan pengecualian. PSAK No. 16

Universitas Sumatera Utara

paragraf 08

(IAI:2007) menjelaskan tentang penilaian kembali atau

revaluasi aktiva tetap sebagai berikut: Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenaankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap. Menurut PSAK No. 16 paragraf 13 (IAI:2007), untuk aktiva tetap yang dinilai kembali harus mengungkapkan: a. b. c. d.

dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva; tanggal efektif penilaian kembali; nama penilai independen, bila ada; hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti; e. jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap; f. surplus penilaian kembali aktiva tetap.

Contoh 1: Perusahaan mempunyai sebidang tanah dengan harga perolehan Rp. 23.000.000,-, dinilai kembali berdasarkan nilai sekarang sebesar Rp. 40.000.000,-, maka dijurnal: Keterangan Tanah Modal-Penilaian Kembali

Debet

Kredit

Rp. 17.000.000 Rp. 17.000.000

Universitas Sumatera Utara

(untuk mencatat penilaian kembali tanah)

bila tanah dijual dengan harga Rp. 35.000.000,-, maka dijurnal: Keterangan

Debet

Kas

Rp. 35.000.000

Modal-Penilaian Kembali

Rp. 17.000.000

Kredit

Tanah

Rp. 40.000.000

Laba Penjualan Tanah

Rp. 12.000.000

(untuk mencatat penjualan tanah yang telah dinilai kembali)

Contoh 2: Peralatan yang harga perolehannya sebesar Rp. 10.000.000,-, umur ekonomis 8 tahun, sudah disusutkan 4 tahun, kemudian diturunkan nilainya menjadi Rp.3.000.000,-. Penyusutan tahunan untuk peralatan itu sebelum penurunan nilai adalah Rp. 1.250.000,- dihitung sebagai berikut: Penyusutan per tahun

= Rp. 10.000.000 8

= Rp. 1.250.000

Kerugian atas penurunan nilai peralatan adalah Rp. 2.000.000,- dihitung sebagai berikut: Harga perolehan peralatan Akumulasi penyusutan peralatan

Rp. 10.000.000 (Rp. 5.000.000)

(4 x Rp. 1.250.000)

Universitas Sumatera Utara

Nilai buku peralatan

Rp. 5.000.000

Nilai buku peralatan setelah penurunan

(Rp. 3.000.000)

Kerugian penurunan nilai

Rp. 2.000.000

Kerugian penurunan nilai peralatan ini dijurnal sebagai berikut: Keterangan

D

Akumulasi Penyusutan-Peralatan

Rp. 5.000.000

Kerugian Penurunan Nilai

Rp. 2.000.000

Peralatan

K

Rp. 7.000.000*)

(untuk mencatat kerugian akibat penurunan nilai aktiva tetap)

*) Harga perolehan peralatan setelah penurunan nilai yaitu sebesar Rp. 7.000.000 (Rp.10.000.000 – Rp. 3.000.000)

7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap Aktiva

tetap

perusahaan

dapat

dihentikan

operasinya

oleh

perusahaan baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan dan dilepaskan penggunaannya dapat disebabkan karena aktiva tetap tersebut sudah berakhir masa taksiran masa manfaatnya, aktiva tetap telah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi. .

Akibat yang timbul dari penghentian ataupun pelepasan aktiva tetap

ini adalah timbulnya kerugian atau keuntungan. PSAK No. 16 paragraf 69

Universitas Sumatera Utara

(IAI:2007) menyatakan, jumlah tercatat saat aktiva tetap dihentikan penggunaannya pada saat : a. Dilepaskan, atau b. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Sementara keuntungan dan kerugian yang timbul akibat pelepasan aktiva itu diakui dalam laporan laba rugi. Cara penghentian aktiva tetap diuraikan sebagai berikut : a. Penjualan 1) Penjualan sebelum habis masa manfaatnya, dalam hal ini ada tiga kemungkinan yang terjadi : -

Harga jual sama dengan nilai buku

-

Harga jual lebih besar dari nilai buku, maka selisi adalah keuntungan

-

Harga jual lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya adalah kerugian

2)

Penjualan dilakukan setelah masa manfaatnya habis, dalam hal ini

berapapun harga jual aktiva tetap perusahaan mendapat keuntungan karena nilai aktiva Uraian

Debet

Kas

Xxx

Akum. Penyusutan Aktiva Tetap

xxx

Aktiva Tetap

Kredit

xxx

Universitas Sumatera Utara

Laba Atas Penjualan

xxx

b. Diinvestasikan oleh perusahan Aktiva tetap dihentikan dari operasi perusahaan untuk diinvestasikan, aktiva tetap tersebut digolongkan pada investas Uraian

Debet

Investasi

Xxx

Akum. Penyusutan Aktiva

xxx

Kredit

Aktiva Tetap

xxx

c. Dinonaktifkan oleh perusahaan Aktiva tetap dihentikan pemakaiannya oleh perusahaan tetapi ditahan saja di perusahaan, dan aktiva ini digolongkan dalam aktiva lain-lain. Menghentikan pemakaian aktiva tetap yang semakin menurun. Uraian

Debet

Aktiva lain-lain

Xxx

Akum. Penyusutan Aktiva Tetap

xxx

Aktiva Tetap

Kredit

Xxx

d. Dibuang perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Dalam penghentian pemakaian aktiva tetapnya perusahaan dapat membuang aktiva tetapnya yang dianggap tidak memberikan manfaat lagi bagi perusahaan. Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan pada saat pembuangannya harus dilepaskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan dan mendebet akumulasi penyusutan. Jika ternyata ada selisih maka dicatat sebagai rugi. Uraian

Debet

Akum. Penyusutan Aktiva Tetaap

xxx

Rugi Atas Pelepasan Aktiva Tetap

xxx

Aktiva Teta

Kredit

xxx

8. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, neraca dan catatan atas laporan keuangan. Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi sebelah debet dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.

Universitas Sumatera Utara

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah : 1) “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global: 2) Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing; 3) Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.”

Biaya penyusutan merupakan perkiraan biaya yang pada akhir tahun akan ditutup keperkiraan sisa laba bersama-sama dengan perkiraan sementara lain. Perkiraan akumulasi penyusutan merupakan perkiraan tetap dan merupakan perkiraan kontrak dalam mencatat penyusutan dimaksudkan agar harga perolehan aktiva yang bersangkutan masih dapat disajikan apa adanya. Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat adalah :

Biya penyusutan

xxx

Akum. Penyusutan

xxx

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi sebelah debet dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Nilai Buku = Harga perolehan aktiva tetap - Akum. Penyusutan Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.

Tabel 2.19

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT. Asia Abdi Sumatera NERACA Per 31 Desember 200x (Rp) AKTIVA

PASIVA

Aktiva Lancar

Kewajiban

Aktiva Tetap Tanah Bangunan Mesin Inventaris

Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx

Total Aktiva Tetap

Rp. xxx

Ak. Penyusutan

Nilai Buku

Modal

(Rp. xxx) Rp. xxx

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil beberapa penelitian terdahulu. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu . perbedaan tersebut terdapat pada metode analisis deskriptif, hasil yang diperoleh merupakan kesimpulan yang bersifat relative. Sedangkangkan

Universitas Sumatera Utara

pada penelitian ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dimana hasil yang diperoleh menjadi lebih jelas dan teratur Tabel 2.20 Penelitian Terdahulu Peneliti

Judul Penelitian

Indah Sumanti (2007)

Analisis akuntansi penyusutan aktiva tetap pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Padang Brahrang

Sahnidar (2009)

Penerapan PSAK No.16 Terhadap Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Budi Daya Coklat Pada PTPN II (Persero) Kebun Maryke

Metode Analisi Deskriptif

Hasil Penelitian

Deskriptif

Penerapan PSAK No.16 pada PTPN II (Persero) Kebun Maryke telah sesuai dengan PSAK No.16

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Padang Brahrang mempunyai kebijakan yang tidak menyimpang dari penerapan PSAK NO.16 dan PSAK No. 17

Universitas Sumatera Utara