Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

22 downloads 266 Views 493KB Size Report
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional seperti ... bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar karena.
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, karena di sanalah tenaga kerja dididik dan dilatih. Apabila ingin memperbaiki sumber daya manusia (SDM) maka harus dilakukan pengembangan dan perbaikan dalam pendidikan. Pendidikan dipercaya belum mampu meningkatkan kualitas SDM, karena proses pembelajaran yang dialami peserta didik lebih bersifat proses mendengar, mencatat, dan mengingat, kurang pada proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan intelektual dan vokasional (Balfas, 2006). Proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional seperti melalui ceramah dan buku pelajaran dianggap kurang memberikan penjelasan yang konkret sehingga materi sulit untuk diterima dan kurang dapat menimbulkan ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa (Nugroho, 2006). Metode ceramah dan membaca buku pelajaran dikelompokkan Dale (1950) sebagai pengalaman belajar yang paling abstrak dibanding pengalaman belajar lainnya. Klasifikasi pengalaman belajar dari bentuk paling abstrak hingga yang paling kongkret itu dikenal dengan Dale's cone of experience. Pengalaman yang paling abstrak ialah pengalaman yang di dapat siswa melalui lambang kata (verbal), diikuti dengan pengalaman melalui simbol visual, pengalaman melalui radio, slide, gambar bergerak, pameran dan museum, karya wisata, demonstrasi, partisipasi drama,

5

Universitas Sumatera Utara

observasi, dan pengalaman langsung pada tingkat yang paling konkret. Dale (dalam Prinsip, 2006) menambahkan bahwa individu akan cenderung mengingat 10% dari apa yang ia baca, 20% dari apa yang ia dengar, 30% mengingat apa yang ia lihat dan dengar dan 70% dari apa yang ia katakan (dengan adanya partisipasi dalam diskusi atau presentasi) dan 90% dari apa yang ia katakan dan lakukan (melalui pengamatan langsung dan demonstrasi). Namun tidak selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan untuk memberikan siswa pengalaman langsung. Melihat pameran, atau karyawisata hanya dapat dilakukan beberapa kali. Maka untuk menyiasati agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak yakni pengalaman melalui simbol verbal, guru dapat menggunakan media yang dapat menampilkan gambar bergerak, hal ini memberikan pengalaman yang lebih konkret daripada metode ceramah, gambar, dan menggunakan radio (Dale, 1950). Salah satu media yang dapat menampilkan gambar bergerak adalah media video. Video yang dapat menghasilkan tayangan gambar bergerak sekaligus menghasilkan suara (Percival dan Ellington, 1988), sehingga diklasifikasikan pula sebagai media audio-visual. Lebih dari itu, tayangan dengan video dapat menampilkan format pembesaran gambar atau zoom, dapat mengendalikan penayangan seperti mempercepat, memperlambat, memperbesar, menghentikan tayangan, atau mengulang-ulang tayangan yang dianggap perlu. Hal ini menjadikan media video sebagai pilihan alat bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat dipergunakan setiap hari. Dale (dalam Arsyad, 2004) mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar karena

6

Universitas Sumatera Utara

melibatkan imajinasi, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sejalan dengan itu Santrock (2004) menyatakan bahwa tayangan video dapat menolong membuat variasi di kelas agar perhatian siswa terfokus pada pelajaran. Salah satu pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah adalah pelajaran biologi. Objek kajian biologi sangat luas, yakni segala hal yang berkaitan dengan kehidupan yang ada di permukaan bumi; dari struktur terkecil yakni sel, hingga makhluk yang menghuni bumi beserta ekosistemnya (Prawirohartono, 2004). Namun secara umum proses pembelajaran biologi masih disampaikan dengan metode konvensional. Sehingga sebagian siswa merasa kurang berminat mempelajarinya. Agar siswa lebih tertarik dalam mengkajinya, perlu adanya perubahan dalam metode pembelajaran, sehingga lebih atraktif dan aplikatif (Nugroho, 2006). Untuk mengenali dan mempelajari seluruh aspek kehidupan, tidaklah cukup hanya dengan menggunakan alat indera saja, tetapi perlu bantuan berbagai alat. Dengan bantuan berbagai alat atau teknologi, banyak hal yang selama ini dipandang sebagai rahasia alam, semakin terbuka dan semakin mudah dipahami (Prawirohartono, 2004). Dikarenakan objek kajian biologi yang sangat luas dan kongkret ini, guru membutuhkan bantuan media agar pelajaran biologi dapat diajarkan dengan lebih konkret (Hernawan, dalam Winataputra dkk, 2002). Melalui bantuan media pembelajaran audio-visual berupa video, siswa dimungkinkan untuk melihat suatu objek dalam keadaan bergerak dan bersuara. Proses metamorfosis yang biasanya dijelaskan dalam bentuk bagan atau gambar dapat disaksikan langsung melalui tayangan video dalam tempo yang lebih singkat dan menyeluruh, dapat dipercepat

7

Universitas Sumatera Utara

atau diperlambat apabila guru membutuhkan. Video dapat menayangkan sebuah intisari objek, dan memecahkan masalah dalam pengajaran sains yang dapat dihadirkan di kelas. Penggunaan video dianggap lebih efisien dibanding media lain dalam proses mengajar menyangkut bahan ajar sains seperti biologi (Dale, 1950). Keberadaan media pembelajaran khususnya media audio-visual dalam proses belajar mengajar biologi dianggap dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar (Dale dalam Arsyad, 2004). Melalui hasil survei yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa SMA Negeri di kota Medan telah memiliki media pembelajaran audio-visual, media video diletakkan di ruang laboratorium, sehingga dalam penggunaan laboratorium harus bergantian dengan kelas lain. Hingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan bantuan media video sesering mungkin. Padahal menurut Dale (1950), secara umum banyak materi dalam pelajaran biologi yang lebih baik jika disampaikan dengan bantuan media video. Salah satu SMA yang telah memiliki fasilitas video adalah SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan. Sekolah ini telah dilengkapi dengan VCD player dan televisi sebagai monitor pada setiap kelasnya. Sementara untuk materi pelajaran yang ditampilkan, sekolah ini memilki VCD pembelajaran sains yang dikeluarkan oleh PUSTEKKOM (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi) PENDIDIKAN DEPDIKNAS. VCD pembelajaran yang diterbitkan PUSTEKKOM telah disesuaikan dengan kurikulum nasional. Namun pada kenyataannya, penggunaan media video tersebut belum optimal. Para guru tetap mengajar secara verbalisasi tanpa menggunakan media

8

Universitas Sumatera Utara

pembelajaran tersebut. Menurut pengakuan salah seorang guru fisika, sejak pertengahan tahun 2006 setiap kelas telah dilengkapi televisi dan VCD player, namun hingga saat ini beliau belum pernah mengajar dengan bantuan media video tersebut dan tetap mengajar dengan metode konvensional. Beliau menambahkan bahwa penggunaan media video menimbulkan masalah kerepotan (komunikasi personal, 4 April 2007). Sementara itu, salah seorang guru biologi menyatakan bahwa siswa di sekolah tersebut secara umum kurang tertarik memperhatikan pelajaran. Bila proses mengajar dilakukan dengan bantuan media video, guru tersebut yakin perhatian perhatian siswa akan lebih terfokus, dan termotivasi untuk mendengarkan pengajaran. Namun, hingga saat ini meskipun pada tiap kelas telah terdapat fasilitas audio-visual tersebut, beliau belum pernah menggunakannya. Padahal, hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran biologi secara umum masih rendah dibandingkan dengan sekolah lain dimana guru biologi tersebut juga mengajar (komunikasi personal, 4 April 2007). Melalui survei selama beberapa hari di sekolah tersebut, peneliti menemukan bahwa proses mengajar secara umum masih menggunakan metode ceramah dengan bantuan media buku dan white board, keberadaan media pembelajaran audio-visual kerap tidak dipergunakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koesnandar (2003), beberapa alasan guru tidak menggunakan media adalah karena mereka beranggapan menggunakan media itu repot, memerlukan persiapan, guru tidak bisa mengoperasikan dengan lancar atau “gagap teknologi”, takut menggunakan peralatan elektronik, takut

9

Universitas Sumatera Utara

rusak karena salah pengoperasian. Sehingga guru ingin memilih beban seminimal mungkin. Juga adanya kecenderungan bagi guru untuk melakukan hal yang sederhana dalam pelaksanaan tugas mengajar, ini terbukti dengan penggunaan metode ceramah (lecture method) monoton yang paling populer di kalangan guru dan memilih menggunakan papan tulis daripada menggunakan media video (Miarso, 2004). Karena alasan-alasan tersebut media audio-visual yang telah disediakan tidak dipergunakan. Padahal sesungguhnya pemahaman materi pembelajaran akan lebih baik apabila dapat mencapai tingkat yang lebih konkret. Melibatkan media video dalam pengajaran dapat membantu siswa mengingat 50% materi yang disampaikan, sementara metode ceramah yang memberikan pengalaman belajar paling abstrak hanya membantu siswa mengingat sebanyak 20% (Prinsip, 2006). Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pengajaran dengan menggunakan media video jauh lebih baik daripada metode ceramah. Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap Hasil Belajar Biologi pada Siswa SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan.”

10

Universitas Sumatera Utara

I.B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap hasil belajar biologi.

I. C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan terutama dalam dalam bidang psikologi pendidikan mengenai dampak dari penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap hasil belajar.

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pembaca yaitu: a. Memberikan evaluasi hasil belajar kepada pihak sekolah pada proses pembelajaran yang menggunakan media video. b. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lanjutan tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran.

11

Universitas Sumatera Utara

I.D. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Berisikan uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian. Bab II : Berisikan teori-teori penyusunan variabel yang diteliti, hubungan antar variabel dan hipotesa penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah teori tentang hasil belajar yang mencakup: definisi, fungsi, jenis-jenis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Teori tentang media pembelajaran audio-visual meliputi: definisi, jenis-jenis, keuntungan dan keterbatasan media pembelajaran audio-visual, juga penerapannya dalam mata pelajaran biologi. Dalam bab ini juga dimuat hipotesa penelitian. Bab III : Metode Penelitian Berisikan identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, rancangan eksperimen, tehnik kontrol, populasi, alat ukur, prosedur eksperimen dan metode analisa data. Bab IV: Analisa Data dan Hasil Penelitian Berisikan deskripsi subjek penelitian, hasil utama penelitian dan hasil tambahan penelitian. Bab V: Kesimpulan, Diskusi dan Saran Berisikan kesimpulan dan diskusi mengenai hasil penelitian serta saransaran berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

12

Universitas Sumatera Utara