Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

23 downloads 60 Views 257KB Size Report
Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran siswa sebagai ... menyerah, memilih tugas yang mudah-mudah saja, dan mengerjakan tugas dengan.
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dan penting. Perlu maksudnya bahwa ilmu pengetahuan yang terkandung dalam pendidikan harus dimiliki oleh setiap orang, sedangkan penting maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu besar manfaatnya (Suryabrata, 2002). Pendidikan akan terlaksana dengan baik jika unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu guru dan siswa bekerja dengan baik. Siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, siswa memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran siswa sebagai subjek pembinaan. Jadi, siswa adalah ”kunci” yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif (Djamarah, 2000). Menurut Santrock (2004) salah satu hal yang penting bagi siswa dalam proses belajar yaitu motivasi. Motivasi adalah sesuatu yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Melalui motivasi, seorang siswa dapat mencapai prestasi yang diinginkan. Menurut McClelland dan Atkinson (dalam Djiwandono, 2002), motivasi yang paling penting dalam pendidikan adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menentukan

seseorang untuk berjuang mencapai kesuksesan. Weiner (dalam

Universitas Sumatera Utara

Santrock, 2004) juga menyatakan bahwa individu yang termotivasi untuk mencapai prestasi, memiliki harapan untuk sukses. Jika mereka gagal, mereka akan berusaha lebih keras lagi sampai sukses. McClelland (dalam Djaali, 2008), mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar keunggulan atau keahlian. Sementara itu, Heckhausen (dalam Djaali, 2008) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah (Fitri, 2009). Sebaliknya seseorang yang memiliki motivasi berprestasi rendah, walaupun memiliki inteligensi tinggi tetapi prestasi yang akan dicapainya rendah. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah kurangnya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya (Djaali, 2008). Dalam kenyataannya seperti yang dikemukakan oleh Maharani (2009), motivasi berprestasi siswa masih jauh dari yang diharapkan. Siswa-siswi mudah

Universitas Sumatera Utara

menyerah, memilih tugas yang mudah-mudah saja, dan mengerjakan tugas dengan harapan mendapatkan hadiah baik itu uang maupun barang lainnya. Hal senada juga diutarakan oleh dua orang guru Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Islamiyah Sunggal, mereka mengatakan bahwa siswa-siswi mudah mengeluh ketika diberikan tugas, tidak inovatif dalam mengerjakan tugas, dan mengerjakan tugas yang tergolong mudah-mudah saja. Berikut adalah kutipan wawancaranya : “Keadaan siswa-siswi?...Ya... Disini rata-rata siswa-siswi setiap diberikan tugas, langsung berespon tidak bisa padahal belum dicoba untuk dikerjakan” (SR, komunikasi personal, 27 April 2010)

“Ya gimana ya, karena saya mengajar matematika, jika penyelesaiannya udah berbeda dengan yang saya ajarkan, siswa-siswi cenderung untuk tidak mau lagi mengerjakan dan tidak ingin mencoba penyelesaian yang lain dan jika diberikan tugas yang sedikit lebih sulit, tidak mau mengerjakan” (AR, komunikasi personal, 27 April 2010)

Hal ini juga ditambah dengan hasil wawancara peneliti dengan siswa-siswi Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Islamiyah Sunggal. Siswa-siswi mengatakan bahwa tugas yang diberikan terlalu sulit, tidak inovatif dalam mengerjakan tugas, dan mengharapkan imbalan. Berikut adalah kutipan wawancaranya : “Tugas ya kak? Lebih sering ga ngerjain kak. Saya lebih suka memilih yang mudah-mudah saja kak” (JN, komunikasi personal, 27 April 2010) “Sebenarnya kak, mau ngerjain tugas, tetapi kalo sudah berbeda dengan contoh yang diberikan, bingung kak jadinya, terakhir ga jadi ”(IR, komunikasi personal, 27 April 2010) “Kalau saya kak, ada guru yang memang menjanjikan hadiah, kalo tugas dari guru itu kak, saya mau ngerjainnya kak, walaupun terkadang nyontek juga dari teman-teman” (MD, komunikasi personal, 27 April 2010) Menurut Sofyan Djauhari yang menjabat sebagai Kakandepag Kabupaten Madiun, motivasi berprestasi yang rendah ini banyak terjadi di Madrasah Aliyah

Universitas Sumatera Utara

khususnya Swasta. Hal ini ditandai dengan tingkat kelulusan siswa di Kabupaten Madiun yang cukup memprihatinkan. Dari 652 siswa MA peserta UNAS tahun 2008, sebanyak 57 siswa dinyatakan tidak lulus. Dari jumlah itu, 56 diantaranya siswa MA swasta. Sisanya yang 1 siswa berasal dari MA Negeri (”Kualitas Pendidikan”, 2008). Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Firdaus yang menjabat sebagai Direktur Pendidikan Madrasah Departemen Agama, bahwa kualitas pendidikan Madrasah Aliyah (MA) selama ini masih rendah. Sekitar 91 persen Madrasah Aliyah (MA) yang ada di Indonesia dikelola oleh swasta dan rata-rata kualitasnya masih rendah. (”Puluhan Siswa”, 2008). Menurut Petri (2001) prestasi yang dicapai siswa khususnya kelulusan berkaitan erat dengan motivasi berprestasi. Siswa yang tidak memiliki motivasi berprestasi tidak terdorong untuk melakukan yang terbaik demi kelulusannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi sebagaimana dijelaskan oleh McClelland (dalam Sukadji, 2001). Faktor pertama adalah harapan orang tua terhadap anaknya. Orang tua yang mengharapkan anaknya bekerja keras untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian tugas. Selanjutnya, faktor yang kedua adalah pengalaman anak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Variasi tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang dipelajari pada masa kanakkanak awal melalui interaksi dengan orang tua maupun figur lain. Faktor ketiga adalah latar belakang budaya tempat anak dibesarkan. Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif, dan kompetitif, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang

Universitas Sumatera Utara

tinggi. Faktor keempat adalah lingkungan tempat proses belajar berlangsung dan faktor terakhir adalah peniruan tingkah laku (modelling) anak terhadap figur lain. Figur yang paling utama bagi siswa adalah keluarga. Orangtua sebagai pengendali keluarga, memegang peranan dalam membentuk hubungan keluarga dengan anak-anak mereka. Orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, mengenal keadaan diri anak, dan sebagai tempat aman bagi anak untuk berbagi masalah, informasi, dan berbagi kasih sayang (Andayani & Koentjoro, 2004) Lamb (1990) menjelaskan bahwa dalam konteks keluarga, ibu dan ayah mempunyai peran yang berbeda namun saling mendukung. Peran ibu selama ini didefinisikan begitu lengkap, sedangkan peran ayah kurang diperhatikan. Hal ini menunjuk adanya kecenderungan anggapan bahwa ayah hanyalah pencari nafkah dalam keluarga. Yacub (2005) mengemukakan bahwa masyarakat kurang menyadari peran ayah yang sebenarnya yaitu selain mencari nafkah, ayah juga memiliki peran yang lebih besar berkaitan dengan proses pengasuhan dan pendidikan anak. Peran ayah menjadi lebih dominan mengingat banyak ibu yang semula sebagai ibu rumah tangga kini menjadi wanita karir/bekerja sehingga kesempatan, perhatian, dan perlakuannya terhadap anak menjadi berkurang. Konsekuensinya semula ayah di samping tetap berkonsentrasi sebagai tulang punggung ekonomi keluarga dituntut juga berperan dalam pendidikan anaknya (Aswandi, 2007). Peneliti juga melakukan wawancara terhadap dua orang siswa MAS Islamiyah Sunggal dan menemukan bahwa peran ayah dalam pendidikan secara materi tidak

Universitas Sumatera Utara

mengalami masalah tetapi sebagai pengarah perkembangan anak, peran ayah kurang

memberikan

kontribusinya

disebabkan

karena

kesibukan

yang

dihadapinya sehari-hari sebagai tulang punggung keluarga. Berikut kutipan wawancaranya : ”...ayah itu terlalu sibuk dengan kerjaannya, sampe ga peduli dengan keadaannya anaknya. Ayah itu taunya aku tuh ya sekolah, padahal aku sebenarnya juga jarang masuk....” (JN, komunikasi personal, 21 Juni 2010). ”...ayah saya jarang di rumah kak karena kerjanya di luar daerah. Kalo ayah saya pulang, biasa-biasa ja karena ayah juga ga pernah cerita-cerita apalagi tanya-tanya tentang sekolah .....” (IR, komunikasi personal, 21 Juni 2010)

Pendapat lain yang berbeda diutarakan terhadap siswi MAS Islamiyah Sunggal disebutkan dimana responden adalah anak perempuan bungsu dari empat bersaudara dan tergolong dari keluarga mampu. Responden tidak hanya bisa bertukar pikiran serta mendapat dukungan dari ibu dan saudara-saudaranya, tapi juga dari ayah. Menurut responden, ayahnya adalah ayah yang sangat perhatian dalam setiap perkembangannya, sering memberi nasehat serta pandangan-pandangan dalam hidup terutama dalam hal pendidikan. Walaupun menurutnya ayahnya sangat sibuk, tapi tetap saja menanyakan kegiatan responden terutama disekolah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut: ...”bapak perhatian kali sama aku kak, terutama masalah sekolah. Kalau pulang kerja, biarpun kayaknya bapak dah capek kali, tapi tetep aja tanya tentang sekolah aku, ya tentang PR aku, masalah di sekolah dan kegiatan aku di sekolah…”. (FT, komunikasi personal, 21 Juni 2010). Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya walaupun ayah berperan dalam hal pemenuhan materi, tapi sebenarnya ayah juga dibutuhkan sebagai pengarah dalam hal perkembangan anak-anaknya ke arah yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Bloir (2002) peran ayah penting dalam perkembangan anak untuk menumbuhkan motivasi meraih prestasi di bidang akademik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian National Parent Teacher Association (dalam Slameto, 2003), yang menyatakan bahwa peran ayah dalam pendidikan anak sangat krusial. Mereka yang ayahnya turut aktif dalam pendamping belajar akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi, kehadiran sekolah lebih tertib, aktif mengikuti berbagai kegiatan, dan bersikap lebih positif terhadap sekolah. Penelitian lainnya yang pernah dilakukan di AS terhadap 15.000 remaja tahun 1984 menunjukkan jika bahwa peran ayah dalam pendidikan anak berkurang atau tak dilakukan, maka timbul beberapa hal negatif seperti peningkatan jumlah anak putri belasan tahun hamil tanpa menikah, kriminalitas yang dilakukan oleh anakanak, dan patologi psiko-sosial (Dougherty, 2002). Lebih lanjut ditemukan juga bahwa absennya peranan ayah jauh lebih signifikan dampak negatifnya bagi anak (seperti di atas) dibanding absennya peran ibu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian US Departemen of Justice pada tahun 1988 bahwa ketiadaan peran ayah dalam pendidikan anak menjadi prediktor yang paling signifikan bagi tindak kriminal dan kekerasan anak-anaknya. Sebaliknya, ditemukan bahwa, jika ayah dalam keluarga berperan dalam pendidikan anaknya, akan meningkatkan prestasi belajarnya, pengembangan potensi keteguhan perkawinannya kelak setelah dewasa/berkeluarga (Evans, 1999) Keterlibatan pengasuhan ayah pada perkembangan anak dapat membentuk persepsi tersendiri oleh anak pada peran ayah. Samustasi (dalam Rivai, 1995) mengatakan bahwa persepsi individu terhadap suatu hal mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

bagaimana individu itu berperilaku pada objek yang dipersepsikan. Jika individu memiliki persepsi positif terhadap suatu hal maka individu itu berperilaku positif dan mendekati objek tersebut. Jika individu memiliki persepsi negatif terhadap suatu hal maka individu itu berperilaku negatif dan menjauhi objek tersebut. Menurut Goldstein (dalam Andayani & Koentjoro, 2004), keterlibatan ayah tersebut membuat anak dapat mengerti apa yang terjadi disekitarnya, anak merasa diterima, dihargai, dan dibutuhkan sebagai anggota keluarga

Hal ini sejalan

dengan pendapat Slameto (2003) bahwa keterlibatan ayah sangat mempengaruhi proses perkembangan anak, dimana ayah yang memberikan perhatian dan dukungan pada anak akan memberikan perasaan diterima, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri, sehingga proses perkembangan anak tersebut dapat berjalan dengan baik. Menurut Dubowitz (2001) anak yang merasakan dukungan dari ayah atau merasa ayahnya makin dekat maka perkembangan anak tersebut akan makin baik, apapun jenis kelaminnya. Dengan kata lain, anak akan mempersepsikan peran ayah yang bermula dari perasaan diterima yang diberikan oleh ayah secara optimal akan terbentuk dengan baik. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap peran ayah dengan motivasi berprestasi siswa Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Islamiyah Sunggal.

B. RUMUSAN MASALAH

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini ingin melihat adakah hubungan antara persepsi terhadap peran ayah dengan motivasi berprestasi siswa di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Islamiyah Sunggal?

C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi terhadap peran ayah dengan motivasi berprestasi siswa di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Islamiyah Sunggal.

D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang

psikologi, khususnya psikologi pendidikan, mengenai persepsi terhadap peran ayah dan motivasi berprestasi siswa, serta memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya.

2.

Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu:

a. Bagi sekolah : Dapat memberikan informasi tentang motivasi berprestasi siswa sehingga dapat dimanfaatkan untuk merencanakan program-program pengembangan dan peningkatan peran orangtua dalam pendidikan anak-anak mereka.

Universitas Sumatera Utara

b. Bagi orangtua : Dapat memberikan informasi tentang persepsi siswa terhadap peran ayahnya sehingga dapat menjadi gambaran dan evaluasi bagi orangtua sehingga diharapkan orangtua dapat meningkatkan perannyaserta dapat memberikan informasi tentang motivasi berprestasi anak sehingga dapat menjadi gambaran dan evaluasi orangtua terhadap anaknya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian serta manfaat penelitian. Bab II : Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang dimuat adalah teori tentang motivasi berprestasi dan teori tentang persepsi terhadap peran ayah. Dalam bab ini juga memuat tentang hipotesa penelitian. Bab III : Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional dari persepsi terhadap peran ayah dan motivasi berprestasi, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, uji validitas, uji

Universitas Sumatera Utara

daya beda dan reliabilitas alat ukur, metode analisa data serta hasil uji coba alat ukur penelitian. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil penelitian yang meliputi kategorisasi data penelitian, hasil uji asumsi meliputi uji normalitas dan linieritas, hasil utama penelitian, dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan dibab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga akan memuat saran penyempurnaan penelitian berikutnya

Universitas Sumatera Utara