Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

10 downloads 140 Views 269KB Size Report
dalamnya terdiri lagi dari percabangan seni musik, tarian, dan teater. (b). .... juga sudah menerbitkan buku yang berjudul 'Raja Tebalek' yang berisi lebih dari.
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Ada berbagai macam cabang karya seni. Diantaranya karya seni sastra, seni musik, seni tari, seni drama, dan seni pahat/ukir. Seni sebagai sebuah karya yang diciptakan manusia yang dapat menghasilkan rasa indah bagi penikmatnya. Seni dapat berubah bentuk serta dapat saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Murgianto (1995), kajian-kajian keilmuan mengenai seni terbagi kedalam rumpun-rumpun seni, diantaranya : (a). Seni pertunjukan, yang di dalamnya terdiri lagi dari percabangan seni musik, tarian, dan teater. (b). Seni visual atau seni tampak, yang terdiri dari seni murmi, seni patung, kerajinan atau kriya, seni lukis, desain grafis, desain interior dan eksterior, reklame, dan lain-lain. (c). Seni media rekam, yang terdiri dari televisi, radio, komputer, internet, dan lainlain. 1 Sebagai sebuah seni pertunjukan teater merupakan kegiatan kesenian yang dipentaskan bebas dan tidak terikat dengan adanya naskah atau tidak adanya naskah. Teater tidak sama dengan drama karena drama yang mengangkat naskah secara utuh. (Sepintas Drama dan Pementasannya oleh A.R.Qamar).2 2

1

2

Lihat Murgianto, Kajian Keilmuan Seni, Jakarta 1995 Lihat A.R. Qomar, Sepintas Drama dan Pementasannya, Medan 2004.

Universitas Sumatera Utara

Kata teater berasal dari bahsa Yunani purba yaitu Theatron yang artinya Gelanggang. Gelanggang dimana diadakan pertunjukan. Teater tumbuh dan berkembang hingga sekarang sejak ribuan tahun silam, dan dengan sendirinya berbeda pula pada setiap zaman dan demikian pula aliran terater tersebut. Seni pertunjukan teater merupakan seni yang bersifat kolektif, kompleks, dan rumit. Dalam teater terdapat berbagai macam unsur seni, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni lukis, seni peran (keaktoran), tata cahaya, tata busana. Karena itu lah mengapa teater dianggap sebagai seni yang bersifat kompleks dan rumit. Dalam pertunjukan teater, musik (tata musik) merupakan salah satu unsur yang menjadikan teater itu sebagai karya seni yang kompleks dan kolektif atau fine art. Musik merupakan bagian pendukung dari teater yang melengkapi dan sangat bermanfaat. Tanpa adanya musik, sebuah pementasan teater tetap akan berjalan tetapi tidak maksimal. Musik berperan sebagai pendukung suasana dan menegaskan lakon. Musik bertujuan menciptakan efek suara yang melengkapi sebuah adegan dalam naskah, seperti suara burung, suara hujan, halilintar, irama lucu, irama sedih, irama riang, dll. Dalam pementasan teater O, penggarapan musik selalu menggunakan peralatan musik yang seadanya seperti gitar, keyboard, simbal, senar drum, djimbe, dan alat perkusi lain yang mudah di dapat. Penggarapan musik teater O juga sangat sederhana dan selalu dikemas dengan konsep yang disesuaikan dengan naskah yang telah diterima pemain musik. Jumlah personil dalam penggarapan musik tetaer O terdiri dari satu orang pimpinan

Universitas Sumatera Utara

musik dan lima orang personil atau lebih, tergantung berapa banyak alat musik yang digunakan. Setiap pemain musik yang terlibat dalam penggarapan musik teater O selalu bebas untuk menumpahkan idenya dalam penggarapan, dan menerima saran dan arahan dari sutradara.

1.2 Alasan Pemilihan Judul Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan pengamatan tentang musik teater karena; Pertama, kurangnya referensi ilmiah tentang musik teater sehingga penulis ingin melakukan kajian ilmiah sebagai referensi agar dapat digunakan untuk kebutuhan pendidikan seni di Indonesia khusunya seni pertunjukan teater. Kedua, penulis tertarik untuk melihat apa peran musik dan bagaimana penggunaan musik dalam sebuah pementasan teater. Ketiga, sebagai persyaratan untuk mencapai strata satu (sarjana). Oleh karena itu penulis berniat menyusun skripsi dengan judul “PERAN DAN PENGGUNAAN MUSIK DALAM PERTUNJUKAN TEATER ‘O’ YANG BERJUDUL RAHWANA Karya ilmiah ini akan menjelaskan apa peran musik dalam pertunjukan teater dan bagaimana penggunaan musik tersebut dalam pertunjukan teater dengan Teater ‘O’ Universitas Sumatera Utara sebagai sampel dalam melakukan penelitian. Penulis memilih judul Rahwana karena naskah Rahwana adalah naskah yang dipentaskan teater O dalam festival teater yang diadakan oleh Dewan Kesnian Medan dan teater O menjadi juara pertama dalam festival ini.

Universitas Sumatera Utara

Rahwana dalam pementasan ini tidak sama dengan rahwana dalam cerita Ramayana dimana Rahwana digambarkan sebagai dewa dengan sepuluh kepala, menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena punya sepuluh kepala ia diberi nama "Dasamukha" (bermuka sepuluh), "Dasagriva" (berleher sepuluh) dan "Dasakanta" ( berkerongkongan sepuluh). Ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan yang tak terbatas. Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar. Tokoh Rahwana dalam pementasan ini merupakan sosok manusia yang tampan, baik hati, romantis, dan mencintai Shinta meski Rahwana tahu kalau takdir tidak akan menyatukan cinta Rahwan dan Shinta. Karena shinta sudah ditakdirkan menjadi milik Rama. Dalam cerita Rahwana oleh teater ‘O’ ini, Shinta tidak benar-benar di culik oleh Rahwana, melainkan Shinta yang meminta agar Rahwana membawa Shinta lari dan menjadikannya permai suri. Menurut Yusrianto Nasution selaku sutradara naskah Rahwana yang dipentaskan teater ‘O’ berbeda dengan cerita Rahwana dalam kisah ramayana karena cerita ramayana adalah dongeng yang tidak diketahui benar atau tisaknya kejadian tersebut. 3 Penulis juga memilih beberapa informan kunci yang menjadi nara sumber yaitu Yusrianto Nasution sebagai Sutradara, Kent Sihombing sebagai pimpinan penggarapan musik. Rudolf Sitorus Bembeng Sunset yang sering menggarap musik

3

Wawancara dengan Yusrianto Nasution, Selaku Sutradara Pertunjukan Rahwana, Taggal 27 Juni 2011 di Kantin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

dalam pementasan Teater O dan aktor-aktor yang terlibat dalam pementasan Rahwana ini. Penulis mengangkat teater ‘O’ karena teater ‘O’ merupakan salah satu teater kampus yang masih eksis sejak berdirinya tahun 1991 hingga sekarang. Teater ‘O’ juga sudah menerbitkan buku yang berjudul ‘Raja Tebalek’ yang berisi lebih dari tiga puluh kumpulan naskah yang sudah di pentaskan oleh teater ‘O’.

1.3 Pokok Permasalahan Penulis berpendapat bahwa musik sebagai hasil ciptaan sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kebudayaan. Musik juga memiliki peranan dan kedudukan serta fungsi dalam kebudayaan maupun aspek lainnya termasuk teater. Penulis juga membatasi kajian yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini. Pertama, bagaimana kedudukan musik dalam sebuah pertunjukan teater. Kedua, bagaimana musik digunakan dalam sebuah pertunjukan teater, khusunya pertunnjukan oleh teater ‘O’. 1.3.1 Konsep Berdasarkan judul tulisan ini, penulis mendefenisikan peran musik dan penggunaan musik sebagai acuan dan konsep dasar dalam melakukan penelitian dan pengamatan dalam pertunjukan teater. Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Jadi istilah peran musik berarti musik memiliki kedudukan yang jelas ketika musik tersebut di aplikasikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggunaan berarti proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu, pemakaian. Jika dikaitkan dengan musik, penggunaan musik berarti bagaimana menggunakan musik dalam sebuah konteks. Jadi peran dan penggunaan musik dalam dalam pertunjukan teater berarti bagaimana kedudukan musik dalam pertunjukan teater dan bagaimana pula musik tersebut digunakan. Berdasarkan defenisi diatas, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kedudukan musik dalam pertunjukan teater dan bagaimana musik tersebut digunakan dalam pertunjukan teater. Penulis melakukan penelitian dengan meneliti dokumentasi hasil pementasan teater O yang berjudul Rahwana berupa video pementasan, naskah dan mewawancarai sutradara, penggarap musik dan aktor-aktor dalam pementasan tersebut.

1.3.2 Pendekatan Ilmiah dan Teori Ilmu pengetahuan adalah satu disiplin ilmu yang mempunyai tahap-tahap dan prosedur tertentu yang sering disebut denganpendekatan ilmiah, diantaranya : 4 a. Rasionalisme

4

Lihat Skripsi Sarjana Nanda Sukma, Makna dan Simbol Tatoo Pada Komunitas Punk Di Yogyakarta, Universitas Negri Yogyakarta, 2009

Universitas Sumatera Utara

b. Empirisme c. Determinisme d. Hipotesis dan Pembuktian e. Asumsi atau pendapat f. Pengamatan g. Penelitian

Teori memiliki peran penting dalam pendekatan ilmiah. Ilmuan dibekali teori sebagai acuan dasar bagaimana mencari dan mengolah data sehingga didapati hasil yang absah dan akurat. Menurut March Mark ada 7 pengertian teori : 5 a. Teori adalah sebuah rancangan dan sistimpikiran b. Prinsip atau penerapan ilmu pengetahuan c. Abstrak dan gambaran umum d. Rangkaian hipotesis untukmenangani berbagai fenomena e. Hipotesis yang mengarahkan seseorang f. Dalam matematika adalah theorem yang menghasilkanpandangan sistematik dari berbagai subjek g. Ilmu pengetahuan tentang komposisi musik

Teori yang penulis gunakan dalam mengkaji seni pertunjukan adalah pendekatan semiotika dalam usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan

5

Lihat Dari Skripsi Sarjana Rudi, Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara, 2006

Universitas Sumatera Utara

dan dikomunikasikan melalui sistim symbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Pendekatan ini biasanya digunakan dalam mengkaji teater, musik dan pertunjukan seni rupa, diambil dari berbagai disiplin dan dikembangkan sendiri. Bahasa dilihat sebagai system yang membuat lambing bahasa itu terdiri dari imaji bunyi atau sound image, yang berhubungan dengahn konsep, dan setiap bahasa mempunyai lambing bunyi tersendiri. Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini adala Ferdinand Sawsure dan Charles Sondus Pierce sebagai bapak semiotika. Dalam bukunya The Antropologi of Musik (1964 :45-48) Alan P Merriam menegaskan tentang enam objek studi Etnomusikologi, yaitu: (1) instrumen, (2) teks dan lagu, (3) asal-usul dan klasifikasi musik, (4) peranan dan kedudukan pemain musik, (5) fungsi musik terhadap aspek lainnya, (6) musik sebagai hasil dari ciptaan. 6 Dari ke enam objek diatas, penulis hanya menggunakan 4 onjek studi didalam penelitian ini yaitu kajian tentang instrumen, peran dan kedudukan pemain musik, fungsi musik terhadap aspek lainnya, dan musik sebagai hasil ciptaan. Menurut Qureshi (1988:135-136) menyatakan bahwa analisis proses pertunjukan yang mana dalam proses pertunjukan aspek yang mendasar terdiri dari ketegasan perilaku dari semua partisipan, musisi, dan penonton, yang semua bersama-sama berinteraksi dalam pertunjukan.

7

6

LIhat Alan P. Merriam, The Antropology Of Musiks (1964 : 45-48)

7

Lihat Regina B. Qureshi Musik Of Indian And Pakistan, Cambridge University, England 1986

Universitas Sumatera Utara

Teori menurut Hilton Siger (dalam MSPI, 1996:164-165) juga menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir, (3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan dan, (7) kesempatan untuk mempertunjukannya. 8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan penulis adalah : 1. Melihat bagaimana musik digunakan dalam pertunjukan teater. 2. Melihat sejauh mana musik berperan dalam pertunjukan teater dan bagaimana pertunjukan teater tanpa ada iringan musik. 3. Untuk menganalisa musik dalam pertunjukan teater.

1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat tulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa fungsi musik dalam sebuah pementasan teater sehingga sehingga menjadi sebuah seni pertunjukan yang kolektif dan kompleks. 2. Untuk mengetahui peran musik dalam sebuah pementasan teater.

8

Lihat Skirpsi Sarjana Rudi, Etnomusikologi Unoversitas Sumatera Utara, 2006

Universitas Sumatera Utara

1.5 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian penulis mengacu pada pendapat Nettl (1964:62) yang mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Penulis juga melakukan penelitian dokumentasi berupa video dan naskah serta hasil dokumentasi pementasan Rahwana. 9 1.5.1 Studi Kepustakaan Untuk mencari informasi yang berhubungan dan mendukung dalam tulisan ini serta dapat dijadikan sebagai landasan dalam penelitian, penulis melakukan studi kepustakaan. Ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan yang berguna untuk melengkapi hal-hal yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan. Sumber bacaan dapat berupa hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain, misalnya majalah, koran, buku, skripsi sarjana, dan lain-lain.

1.5.2 Kerja Lapangan Dalam kerja lapangan penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu sebuah metodologi penelitian yang mencakup pandangan-pandangan falsafi mengenai displin inquiry dan mengenai realitas obyek studi dalam ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku (Sanapiah, 1990:1). 10

9

Lihat Bruno Netl, Theory and Method in Etnomusikology. New York, The Free Press, 1964 Lihat Sanapiah, Ilmu Manajemen, Diktat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2004 10

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan metode kualitatif di dalam penelitian kasus dan lapangan sangat tepat untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini. Karena lokasi penelitian adalah lokasi latihan dalam mempersiapkan pertunjukan teater, sehingga penulis dapat melihat secara langsung penciptaan sebuah pertunjukan teater sebagai karya seni yang kompleks. Penelitian kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data/informan yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek/bidang

kehidupan

tertentu

pada

objeknya.

Penelitian

ini

tidak

mempersoalkan sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif (Hadari dan Mimi Martini 1994:176). 11 Penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung di tempat latihan. Dimulai dari latihan rutin hingga pertunjukan selesai dipentaskan. Mengumpulkan data, baik dari hasil wawancara dengan seniman-seniman teater yang pernah menggarap musik teater di kota medan. Khususnya penggarap musik dalam setiap pementasan teater ‘O’.

1.5.2.1 Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara atau peneliti kepada narasumber, jawaban responden atau nara sumber akan

11

Lihat Hadari dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, Universitas Gajah Mada1994

Universitas Sumatera Utara

dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder) (Soehartono, 1995:67).12 Ada dua metode wawancara yang digunakan penulis yaitu : Pertama wawancara terfokus yang artinya wawancara yang difokuskan hanya kepada penggarap atau piñata musik dalam pertunjukan teater dan sutradara sebagai nara sumber inti. Kedua, wawancara bebas yang artinya wawancara yang dilakukan bebas dengan setiap seniman teater baik itu sutradara, pimpinan produksi, aktor dan aktris dan setiap orang yang berkecimpung di dunia teater. Penulis terlebih dahulu menetapkan informan kunci yang dapat memberikan informasi yang mendukung tulisan, sebelum melakukan wawancara. Penulis tidak terfokus pada satu informan saja tetapi juga mencari informan lain yang berkecimpung di dunia teater. 1.5.2.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang ditetapkan penulis adalah Jl. Universitas No 19 gedung pagelaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan karena beberapa faktor seperti : 1. Gedung Pagelaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara merupakan sekretariat Teater ‘O’. 2. Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara adalah lokasi latihan teater ‘O’ dalam mempersiapkan pertunjukan teater.

12

Lihat, Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, Bandung, Remaja Rosdak 1995

Universitas Sumatera Utara

3. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah tempat berkumpulnya anggota dan keluarga besar Teater ‘O’, karena hampir keseluruhan anggota teater ‘O’ adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

1.5.3 Kerja Laboratorium Pada tahap akhir penulis melakukan kerja laboratorium, yaitu tahap pengolahan data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, buku, majalah maupun internet dan dirangkum untuk menjawab pokok permasalahan dalam tulisan ini. Dalam kerja laboratorium penulis melakukan penelitian dengan mengamati video, naskah, dan hasil wawancara dari informan kunci dan informan pangkal.

Universitas Sumatera Utara