Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

28 downloads 209 Views 403KB Size Report
begitu komik merupakan salah satu genre sastra, dan komik juga termasuk ... Komik buatan Jepang ini dikenal dengan sebutan manga. .... Hentai 変体/ Ecchi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang kemajuan teknologinya cukup memukau, dan sangat jitu meniru serta memanfaatkan peluang produk-produk industri. Di antaranya; industri motor, komputer, mobil, dan lain-lain. Tidak berhenti sampai di situ, Jepang juga merambah dunia sastra. Lebih tepatnya lagi, komik. Marcell Boneff (2002: 27), mengatakan bahwa komik sangat erat hubungannya dengan budaya suatu bangsa. Lebih lanjut dia menjabarkan Komik sebagai alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas. Dan sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pemikiran imajinatif ke dalam bentuk-bentuk dan struktur-struktur bahasa (Tarigan, 1995: 3). Dengan begitu komik merupakan salah satu genre sastra, dan komik juga termasuk ke dalam genre sastra populer. Komik buatan Jepang ini dikenal dengan sebutan manga. Manga merupakan salah satu sumber kekayaan yang cukup berpengaruh bagi perekonomian Jepang. Manga tidak sekedar komik yang asal jadi. Gambar yang disajikan di dalamnya cukup beragam dan mampu menarik perhatian banyak orang. Melalui proses perjalanan sejarahnya yang cukup panjang, komik buatan Jepang ini telah menemukan jati dirinya dengan kekhasannya yang telah diakui oleh banyak orang sebagai sesuatu milik Jepang. Manga sekarang ini menjadi primadona untuk bacaan anak-anak dan remaja, khususnya di Asia.

Universitas Sumatera Utara

Manga (漫画) yang telah berkembang sedemikian rupa itu, terdiri dari dua kanji yaitu, 漫 (man) dan 画 (ga). Dilihat dari Kamus Kanji Modern (Nelson: 2002), 漫 (man) diartikan sebagai ‘suatu hal yang lucu’, dan 画 (ga) artinya ‘gambar’. Ketika digabung, manga diartikan sebagai suatu gambar yang lucu. Dari pemahaman itu komik dipilih sebagai padanan kata manga dalam Bahasa Indonesia. Melalui manga, dunia buku cerita anak di Jepang terus berkembang. Sejalan dengan jumlah anak-anak di Jepang yang cukup tinggi, mempengaruhi jumlah permintaan akan buku, lalu berlanjut ke industri penerbitan (seperti yang disampaikan Tadai Matsui, seorang Presiden International Institute For Children’s Leteratur, Osaka). Pengaruh manga telah menyebar di Asia Timur dan ke tenggara, dari China hingga ke Indonesia. Penjualan pertahunnya mencapai ratusan juta dolar. Sekarang, magga telah menjadi salah satu kiblat komik dunia. Layaknya artis yang keeksistensiannya di dunia entertainment sering tidak terlepas dari para penggemarnya, begitu juga dengan perkembangan manga yang telah menyebar luas ke hampir seluruh plosok bumi ini, juga tak terlepas dari para pecintanya, khususnya para pecinta komik di Jepang. Kemunculan manga di Jepang ini, disambut baik oleh masyarakatnya. Terbukti dari antusiasme masyarakat Jepang terhadap manga itu sendiri yang telah melahirkan beberapa bentuk lain sebagai tanda apresiasi kecintaan mereka terhadapa manga. Salah satu wujud nyata tanda cinta itu adalah lahirnya genre manga, doujinshi. Manga doujinshi adalah sebutan untuk manga yang dibuat oleh para fans manga.

Universitas Sumatera Utara

Di awal tahun 1990-an Indonesia dibanjiri oleh manga. Hingga sekarang, dunia anak-anak dan remaja Indonesia banyak menganal manga. Hal ini terlihat jelas dari data hasil survei komik yang dilakukan oleh litbang Kompas (Atyas, http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-67338.html). Dari situ dihasilkan data yang mengindikasikan sebagian besar peminat manga adalah mereka yang berusia kurang dari 25 tahun. Dalam data ini juga manga dibagi menjadi 6 jenis, yaitu; humor, petualangan, humor sejarah, misteri, ditektif, silat/ superhero, dan romantisme. Di beberapa toko buku terkemuka di Indonesia, manga mendominasi. Bahkan manga mengalahkan komik terjemahan lainnya, termasuk yang berasal dari Indonesia sendiri. Komposisi penjualan komik menurut Ramadhan (kepala seksi buku di salah satu toko buku), mencakup 90% manga dan sisanya komik anak negeri. Sekitar 1200 – 3200 manga terjual setiap bulannya. Bila dipersenkan, total komik yang terjual hampir 80% dari jumlah keseluruhannya adalah manga. Setiap bulannya pihak M&C memproduksi sekitar 420.000 eksemplar manga. Dari data tersebut, menandakan tingginya minat anak Indonesia terhadap manga. Kegemaran anak Indonesia akan manga ini terus berkembang, hingga sekarang muncul istilah Japanese Maniak yang melanda anak Indonesia itu sendiri. Kini manga dihayati oleh anak Indonesia sebagai bagian dari Indonesia. Bahkan, beberapa orang dari mereka tidak menyebut komik buatan Jepang dengan sebutan komik lagi. Mereka menyebutnya dengan manga, untuk membedakannya dengan komik terjemahan lainnya. Para pecinta manga dengan jumlah komunitas yang tidak sedikit telah menyebar di Jakarta, Surabaya, Medan, Lampung, Bandung, Yogyakarta dan

Universitas Sumatera Utara

kota-kota lainnya. Budaya Jepang terus berlanjut melanda para remaja Indonesia hingga saat ini. Di beberapa sekolah tingat menengah atas di Indonesia sudah pernah ada yang menyelenggarakan pekan budaya Jepang. Salah satunya SMA Negeri 2 Medan. Lebih jelasnya, penelitian ini adalah “Analisis Minat Siswa SMAN 2 Medan Terhadapa komik Jepang/ Manga”. SMA Negeri 2, Medan adalah salah satu SMA di bawah naungan pemerintah yang ada di kota Medan. Siswa yang diterima di SMA Negeri pada umumnya merupakan anak dari warga yang berkebangsaan Indonesia asli. Kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Maka dari itu, dapat dipastikan pola berpikir/ sudut pandang siswa SMA Negeri 2 masih sangat dipengaruhi oleh budaya Indonesia asli. Penelitian ini mencoba mengaitkan suatu karya sastra dengan salah satu unsur di luar karya sastra. Unsur yang dimaksud adalah pembaca.

1.2. Perumusan Masalah Kesukaan masyarakat Indonesia akan komik yang menurut Roger Sabin adalah istilah kisah bergambar yang dicetak ini bukanlah suatu hal yang baru. Bahkan sudah ada pada masa ketika Indonesia belum merdeka. Tetapi, tampaknya dunia perkomikan Indonesia kurang mampu mengikuti perkembangan selera masyarakat. Sehingga perlahan-lahan komik Indonesia kehilangan penggemarnya. Dunia perkomikan Indonesiapun mengalami mati suri. Hingga sekitar tahun 1990an masuklah komik-komik terjemahan. Salah satunya, komik terjemahan dari

Universitas Sumatera Utara

Jepang. Tampaknya komik dari negeri sakura ini cukup dapat membius para generasi muda Indonesia yang juga telah menjadi penggemar komik. Kegemaran akan komik yang berasal dari negeri matahari terbit ini telah menjadi tren di kalangan remaja Indonesia. Tren ini telah menyebar hampir ke seluruh daerah di Indonesia, termasuk di Medan, Sumatera Utara sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki jumlah komunitas pecinta manga yang cukup besar. Di Medan, trend membaca komik lebih kentara pada kalangan anak SMA. Anak-anak usia SMA tergolong ke dalam usia remaja. Untuk itu penelitian ini mencoba mengetahui bagaimana minat Siswa SMA Negeri 2 Medan terhadap manga. Permasalahan itu dapat diuraikan dalam beberapa pertanyaan berikut: 1. Sejauh mana pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Medan tentang Jepang? 2. Sejauh mana minat Siswa SMA Negeri 2 Medan terhadap manga? 3. Mengapa Siswa SMA Negeri 2 Medan menyukai manga? 4. Bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari kegemaran akan manga itu oleh Siswa SMA Negeri 2 Medan yang gemar membaca manga?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Kata komik sering diidentikkan dengan anak-anak. Begitu juga dengan komik Jepang/ manga. Manga, awalnya dimunculkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan bacaan untuk anak-anak. Will Eisner dalam Mustaqim (http://...mari-membaca-komik...) menjabarkan komik sebagai tatanan gambar

Universitas Sumatera Utara

yang disertai balon kata yang berurutan, di mana di dalamnya terdapat seni merangkaikan adegan. Komik sebagai salah satu karya sastra disampaikan dalam banyak cara. Dilihat dari cara penyajian suatu komik, komik dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut (Krisnaresa, ...kjournal.multiply.com...): 1. Kartun/ karikatur (cartoon) 2. Komik potongan (comic strip) 3. Buku komik (comic book) •

Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)



Komik Majalah (Comic Magazine)



Komik Novel Grapis (Graphic Novel)

4. Komik Tahunan (Comic Annual) 5. Album Komik (Comic Album) 6. Komik online (Web Comic) 7. Buku instruksi dalam bentuk komik (Instructional Comic) 8. Rangkaian ilustrasi (storyboard) 9. Komik ringan (comic simple) 10. Perencanaan dalam pikiran (planing on mind) Perjalanan dunia per-manga-an sudah sangat berkembang. Dan bila dihitung jumlah manga yang telah beredar, sudah tak terhitung lagi banyaknya. Dari sekian banyak manga yang telah beredar selain di Jepang itu sendiri, manga dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (diperoleh dari beberapa sumber data), yaitu: 1.Kodomo/ 子供

Universitas Sumatera Utara

2.Shoujo/ bishoujo.少女

美少女

3.Shounen/ bishounen.少年

美少年

4.Redisu. 5.Seinen/ Jousei.青年 上製 6.Alternatif. 7.Doujinshi.同人誌 8.Gag. 9.Jidaimojo.時代物 10. Mecha. 11. Suiri. 12. Lolicon. 13. Shota-con. 14. Hentai

変体/ Ecchi. Genre ini dibagi lagi ke dalam 2 kelompo, yaitu;

a. Yaoi/ Shonen-ai 少年愛(homo) b. Yuri/ Shoujo-ai 少女愛(lesbian) 15. Eroguro. 16. Futanari/ 二形 17. Kemono/ 獣 18. Game based.

Universitas Sumatera Utara

19. Science fiction. 20. Moe. 21. Progressive. 22. Maho shoujo. 23. Manga OEL Kesemua jenis manga yang tersebut di atas, bisa kita temukan di Indonesia. Dan itu juga telah menjadi konsumsi masyarakat beberapa tahun belakangan ini. Hal ini sangat kentara di kalangan remaja. Salah satunya, di kalangan pelajar SMA. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah siswa SMA Negeri 2, Medan. Sebelum menganalisis ‘Minat Siswa SMA Negeri 2 Medan Terhadap Komik Jepang (Manga)’, perlu diketahui beberapa hal berikut: 1. Pengertian manga. 2. Sejarah singkat perkembangan manga hingga penyebarannya sampai ke Indonesia. 3. Jenis-jenis manga. 4. Ciri khas manga. 5. Bentuk apresiasi terhadap manga.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka Komik dalam Bahasa Jepang diistilahkan dengan manga (漫画). Manga memang memiliki kekhasannya sendiri, tapi maknanya secara mendasar tidak

Universitas Sumatera Utara

jauh berbeda dengan komik dari negara di luar Jepang. Kata komik itu sendiri bila dilihat dari Bahasa Belanda, berasal dari kata ‘komiek’ yang artinya ‘pelawak’. Dan bila dilihat dari bahasa Yunani, kata komik berasal dari kata ‘komikos’ dengan kata dasar ‘kosmos’, yang artinya ‘bersukaria’ atau ‘bercanda’. Karena itu komik sering dekat dengan hal-hal yang bersifat lucu, yang ditampilkan dalam bentuk gambar yang tidak proporsional, tetapi mengena. Terdapat banyak ahli dan pengamat komik. Para ahli dan pengamat itu, memiliki pengertiannya sendiri-sendiri tentang komik. 1. Will Eisner dalam Mustaqim (http://...mari-membaca-komik...) seorang komikus veteran Amerika menjabarkan komik sebagai tatanan gambar yang disertai balon kata yang berurutan, di mana di dalamnya terdapat seni merangkaikan adegan. Komik dapat dikatakan sebagai novel grafis. Komik juga dipandang sebagai karya sastra generasi baru yang populer. Lebih lanjut lagi, komik dijabarkan sebagai seni sekuensial, yang memiliki urutan dalam mengungkapkan gagasannya. 2. Arswendo

Atmowiloto

dalam

Angkat

(http://re-searchengines/art05-

72.html) yang juga akrab dipanggil Zam Nuldyn, seorang cergamis kota Medan komik adalah cerita bergambar. Komik berperan media ekspresi yang dipengaruhi oleh kebudayaan. 3. Marcell Boneff (2008: 156) menyimpulkan bahwa komik sangat erat hubungannya dengan budaya suatu bangsa. Komik adalah alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas. Komik dapat

Universitas Sumatera Utara

dipandang sebagai sebuah representasi realitas sosial, politik dan ideologi yang tumbuh dalam masyarakat pada zamannya. 4. Scott McCloud (2001: 149) mendefinisikan komik sebagai gambar yang menyampaikan informasi yang menghasilkan respon yang esterik pada para penikmatnya. Komik juga merupakan imaji-imaji yang berderet, kemudian berdamping dalam suatu urutan/ sekuen, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan respon artistik bagi yang membaca. 5. Roger Sabin dalam Adhi (Sejarah Komik dan Manga. http://komi kami.blogspot.com...) salah seorang peneliti komik mengatakan, bahwa komik merupakan istilah kisah bergambar yang dicetak. 6. Malte Dahrendorf dalam Mustaqim (http://...mari-membaca-komik...), menjabarkan komik sebagai benda yang berupa gambar yang secara masal merupakan kisah bertekanan gerak dan tindakan yang diceritakan dalam gambar yang diurutkan dengan daftar dan jenis yang khas. 7. Mochtar lubis dalam Mustaqim (http://...mari-membaca-komik...), salah seorang sastrawan indonesia mengatakan komik sebagai salah satu alat komunikasi massa yang memberi pendidikan untuk semua kalangan usia. Kesemua pendapat para ahli tentang komik yang mereka jabarkan dengan kata yang berbeda itu, dinilai sejalan dan saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya.

1.4.2. Kerangka Teori Sebagai rancangan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, kerangka teori merupakan salah satu unsur dalam prosedur penelitian

Universitas Sumatera Utara

yang tak kalah pentingnya dengan hal yang menjadi fokus dalam suatu penelitian. Dalam hal ini semua teori-teori yang akan ditampilkan mengacu kepada objek yang dibahas ataupun dijelaskan secara terperinci. Dimana penjelasan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan dalam suatu penelitian. Penelitian ini mengambil manga yang adalah harmoni antara apa yang terlihat (panel) dan yang tidak terlihat (ruang antarpanel/ gutter), dimana dengan imajinasi pembaca membantu gambar diam menjadi hidup ini sebagai objeknya. Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya manga adalah salah satu genre karya sastra. Karya sastra itu dihubungkan dengan pembaca karya sastra itu sendiri. Maka dalam hal ini teori sastra atau pendekatan sastra yang digunakan adalah pendekatan pragmatis. Ratna (2004: 69) dalam bukunya yang berjudul ‘Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra’, mengatakan bahwa pendekatan ini menjadikan pembaca sebagai pusat perhatiannya. Pembaca menjadi subjek dan karya sastra menjadi objeknya. Pendekatan ini didukung oleh pendapat Mukarovsky dalam Ratna (2004: 71), yang mengatakan bahwa stagnasi strukturalisme memerlukan indikator lain yaitu pembaca, sebagai pemicu proses estetis. Pendekatan pragmatis digunakan dalam penelitian yang mempertimbang kan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Lebih jelasnya lagi melalui pendekatan ini dapat diketahui bagaimana tanggapan masyarakat tertentu terhadap suatu karya sastra. Masyarakat tertentu yang dimaksud adalah siswa SMA Negeri 2, Medan. Pada umumnya siswa SMA usianya berkisar 15 – 18 tahun. Usia ini termasuk dalam golongan kelompok usia remaja. Masa remaja ini merupakan suatu periode peralihan dari anak menjadi dewasa dalam kehidupan manusia. Hal ini dipenuhi

Universitas Sumatera Utara

dengan ketidakpastian. Sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku psikologi perkembangan karangan Prof. Dr. F. J. Monks dkk, dimana di situ dikatakan bahwa remaja tidak mempunyai tempat yang jelas. Dalam buku ini juga remaja dibagi dalam tiga fase perkembangan, yaitu: 1. Kelompok usia 12 – 15 tahun., yang dikatakan sebagai masa remaja awal. 2. Kelompok usia 15 – 18 tahun., yang dikatakan sebagai masa remaja tengah. 3. Kelompok usia 18 – 21 tahun., yang dikatakan sebagai masa remaja akhir. Dari batasan usia yang telah ditetapkan di atas, dapat diketahui bahwa siswa SMA berada dalam kelompok kedua, yaitu kelompok remaja tengah. Lalu yang menghubungkan manga sebagai suatu karya sastra dengan masyarakat pembacanya (siswa SMA Negeri 2 Medan) adalah minat. Ada beberapa teori yang diberikan oleh para ahli terhadap minat. Dari beberapa teori itu yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori minat menurut Asher, Tiffin, dan Knight dalam Bintang Bangsaku (http://bawana.wordpress.com/ 2008/04/24/minat/). Mereka mengartikan minat sebagai sikap atau kondisi psikologis yang ditandai dengan pemusataan perhatian terhadap masalah-masalah atau aktivitas tertentu atau sebagai kecenderungan untuk memahami suatu pengalaman dan akan selalu diulang. Lebih lanjut minat juga diartikan sebagai suatu perasaan senang yang dihasilkan dari adanya perhatian khusus terhadap sesuatu atau aktivitas tertentu. Masih dari sumber yang sama, hal ini senada dengan pendapat Lukas dan Britt, dimana minat bukan sekedar suatu proses mekanik dari perhatian karena di dalamnya tercakup masalah peresaan (feeling).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa teori yang telah dijabarkan di atas dinilai dapat digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ‘Analisis Minat Siswa SMA Negeri 2, Medan Terhadap Manga’.

1.5. Tujuan dan Manfaat 1.5.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ‘Analisi Minat Siswa SMAN 2 Medan manga’, yaitu: 1. Mengetahui tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Medan tentang Jepang. 2. Mengetahui pola minat siswa SMA Negeri 2 Medan terhadap manga. 3. Mengetahui alasan Siswa SMA Negeri 2 Medan mengapa mereka menyukai manga. 4. Mengtahui efek yang ditimbulkan dari membaca manga terhadap siswa SMA Negeri 2 Medan itu sendiri.

1.5.2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ‘Analisis Minat Siswa SMAN 2 Medan manga’ adalah sebagai berikut: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang budaya dan sastra Jepang melalui dunia perkomikan Jepang. 2. Memberikan wawasan tentang pengaruh budaya Jepang.

Universitas Sumatera Utara

1.6. Metode Penelitian Bidang kajian penelitian ini erat kaitannya dengan disiplin ilmu sastra dan kebudayaan. Di mana salah satu unsur dari penelitian ini adalah manga/ komik sebagai salah satu genre sastra yang menurut Scott McCloud (2001: 149) dapat dipandang sebagai sebuah representasi realitas sosial, politik dan ideologi yang tumbuh dalam masyarakat pada zamannya. Hal seperti itu termasuk ke dalam kajian ilmu sosial. Penelitian sosial juga pada umumnya, berjenis penelitian kualitatif. Banyak penelitian sosial mengacu pada penelitian deskriptif (Mukhtar, 2000: 84). Dan metode penelitian deskriptif ini juga dinilai sesuai digunakan untuk penelitian ‘Analisis Minat Siswa SMAN 2 Medan terhadap manga’ ini. Penelitian

deskriptif

merupakan

penelitian

yang

dimaksudkan

untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu variabel atau tema, gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2000: 15). Dalam penelitian ini keadaan yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan adalah keadaan subjek, yaitu keadaan siswa SMAN 2 Medan hubungannya dengan hal minat mereka terhadap manga. Penelitian deskriptif terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari bagaimana proses penelitian itu sendiri berlangsung/ dilakukan. Dalam hal ini, dari judul penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian deskriptif ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif field research (penelitian lapangan). Lapangan yang dimaksud itu adalah SMAN 2 yang beralamat di Jl. Karang sari no.435, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian lapangan ini biasanya tidak hanya mengandalkan data-data dokumentasi dari

Universitas Sumatera Utara

perpustakaan maupun data yang didapatkan secara on line (internet). Penelitian ini juga memerlukan responden sebagai salah satu sumber informasi. Untuk itu, penelitian tentang ‘Minat Siswa SMAN 2 Medan terhadap komik jepang (manga)’ ini menggunakan angket sebagai salah satu instrumen untuk berkomunikasi dengan responden. Kaitannya dengan angket, penelitian ini memerlukan papolasi. Populasi adalah jumlah keseluruhan koresponden yang berada dalam satu ruang lingkup yang sama. Di mana ruang lingkup tersebut merupakan satu kesatuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, jumlah keseluruhan koresponden ada sebanyak 1385 orang. Jumlah ini tergolong besar, dan bila dilakukan penelitian populasi, dinilai kurang efisien dalam pemanfaatan waktu. Oleh karena itu, penelitian akan dilakukan hanya kepada sebagian populasi yang diambil sebagai sampel. Jumlah sampel didapat dengan mengunakan rumus Taro Yamane (http://72.14.235.132/search?q=....)

N = Jumlah Populasi. n = Jumlah Sampel d = Toleransi Kemungkinan Salah Memilih Sampel. (untuk penelitian non-exact, ditetapkan sebesar 5%) Dik: N = 1385 d = 5% Dit: n? Dij: n = N/ 1 + (N x d2) = 525/ 1 + (525 x 5%2)

Universitas Sumatera Utara

= 150 n = 150 orang Adapun teknik pengambilan sampel di sini, menggunakan teknik random. Sebelum dilakukan pemelihan secara acak, keseluhan populasi akan disusun sedemikian rupa. Kemudian dipilihlah sebanyak 150 orang dari 525 orang secara acak, sehingga akan diperoleh sampel dengan jumlah antara koresponden pria dan wanita yang seimbang. Penelitian yang menggunakan kuesioner kebanyakan menghasilkan datadata yang berisi angka-angka yang dirangkaikan sedemikian rupa hingga tercipta suatu data statistik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Maka, walaupun akan ada data statistik yang akan dihasilkan, data statistik tersebut akan disajikan juga dalam bentuk yang sederhana. Tidak serumit data statistik yang biasanya dihasilkan dan disajikan dari suatu penelitian kuantitatif.

Universitas Sumatera Utara