Chapter I.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

10 downloads 128 Views 267KB Size Report
pertunjukan musik dangdut yang dianggap sebagai musik “musik nasional” karena dangdut tidak ... Dangdut yang merupakan salah satu musik popular telah.
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pertunjukan musik yang berkembang pada masa sekarang ini ialah pertunjukan musik dangdut yang dianggap sebagai musik “musik nasional” karena dangdut tidak menampilkan sifat kesukuan atau kedaerahan (Yampolsky, 1997). Istilah dangdut mulai popular pada tahun 1970-an karena sebelumnya dangdut lebih dikenal sebagai “musik Melayu” atau “orkes Melayu tradisional”. Kata dangdut itu sendiri adalah onomatopoeia dari gendang tabla yang khas dalam musik tradisional India (Takari, 2001). Dangdut yang merupakan salah satu musik popular telah mengalami kemajuan seiring dengan penerimaannya di masyarakat. Kemajuan yang sangat besar terjadi pada tahun 2000-an, dimana dangdut menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat media cetak, terus-menerus membicarakan soal dangdut. Media massa pun terus menayangkan program dangdut, antara lain: “Goyang In (Indosiar)”, 3 in1 (SCTV)”, “Digoda (Trans TV)”. Pada tahun 2003, muncul seorang penyanyi dangdut yang membawa banyak perubahan pada musik dangdut itu sendiri. Dia adalah Ainur Rokhimah atau yang dikenal dengan nama Inul Daratista. Inul dianggap berhasil menaikkan citra dangdut bahkan sampai ke mancanegara. Dangdut yang sebelumnya sering diejek sebagai musik “kacang goreng” pada tahun 1970-an dan diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin telah berubah menjadi bentuk hiburan yang sangat disukai

7

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, lewat survey media massa dan media cetak yang penulis lakukan, perempuan yang lahir di Pasuruan Jawa Timur, 21 Januari 1979 ini, memulai karir panggungnya sebagai penyanyi dangdut pada acara-acara rakyat di daerah Pasuruan Jawa Timur. Awalnya ayahnya tidak setuju dengan keputusannya untuk menyanyi, namun dengan tekad kuat serta ingin membantu perekonomian keluarga, dia tetap maju. Sebelum terjun total ke dunia dangdut, Inul lebih suka membawakan lagu-lagu Rock daripada dangdut, karena background ini jugalah, Inul lebih suka menyanyikan lagu-lagu dangdut yang diaransemen ulang menggunakan gaya musik Rock. 1 Lagu dangdut dengan aransemen musik Rock tentu berbeda dengan lagu-lagu Rock yang dinyanyikan oleh musisi Rock itu sendiri saperti misalnya Jamrud, Rif, Boomerang. Sama halnya dengan lagu-lagu yang berirama cepat yang sering dinyanyikan Inul, antara lain: Poco-poco, Goyang dombret, Jaipong, aksi panggungnya juga sangat menarik. Aksi panggungnya ini dikenal dengan istilah “Goyang Ngebor”. 2 Kata ngebor ini dikaitkan dengan gaya Inul menggerakkan pinggulnya berputar ke kiri, ke kanan searah dengan jarum jam atau sebaliknya, naik dan turun, ada yang terpesona dan ada pula yang terperanjat, goyangnya inilah yang dinilai erotis dan

1

Istilah Rock menurut kamus berarti “Batu”, batu adalah suatu benda “Keras”, dari sini kemudian musik rock diartikan sebagai musik keras, selanjutnya berkembang, dan muncullah istilah “Musik Cadas” dan “Musik Metal”, dinamika musik rock menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, hal ini terbukti dengan munculnya beragam aliran baru yang muncul. Dimulai dengan Rock and Roll pada decade 1950-an, kemudian era acid rock, psychedelic rock, hard rock, dan heavy rock pada decade 1960-an lalu era heavy metal, Jazz Rock, Punk Rock, Art Rock, Bach Rock pada 1970-an dan era power speed metal, grindroce, gruange dan alternative Rock pada decade 1980-an sampai pada awal tahun 1990-an (Joko S. Gombloh: 60-62). 2 Goyang pinggulnya pada awalnya disebut oleh Eko Patrio “kayak ngebor aja” kini menjadi http://www.tokohindonesia.com/selebriti/artis/inuljulukan goyang ngebor. Sumber: daratista/index.shtiml.

8

Universitas Sumatera Utara

mengumbar sensualitas oleh orang-orang yang tidak mendukung Inul. Aksi panggung inilah yang membuat Inul sangat terkenal sekaligus menciptakan pro dan kontra di seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya di kalangan musisi dangdut Indonesia tetapi terus meluas mencakup kalangan politikus, rohaniawan, mahasiswa, buruh dan sebagainya. Kehadirannya di dunia dangdut Indonesia telah menciptakan ribuan penggemar setia, baik di desa maupun di kota. Kepopulerannya bahkan sampai mancanegara. Namun yang perlu dicatat, kritikan paling tajam berasal dari pihak MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan para musisi dangdut yang tergabung dalam PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia) yang diketahui oleh Rhoma Irama. MUI menganggap bahwa goyang Inul itu haram dan merendahkan moral bangsa. Benarkah demikian? Sementara itu musisi dangdut senior menuduh Inul membawa kembali citra dangdut ke level rendah. Benarkah demikian? Atau semua ha ini hanyalah karena media massa dan media cetak yang membesar-besarkan kasus Inul? Para musisi dan rohaniawan tersebut di atas melarang Inul untuk tetap tampil dengan goyangnya itu. Inul dianggap telah melakukan pornoaksi di setiap pertunjukannya. Konsekuensi dari pertunjukan yang menuai kontroversi ini khususnya larangan-larangan yang bersifat membatasi tata/gaya penampilan panggung Inul. Para musisi dan Rohaniawan ini menyatakan akan meminta pihak berwajib untuk mengambil tindakan dan tidak akan segan-segan mencekal langkah

9

Universitas Sumatera Utara

Inul apabila ia tetap melakukan goyang ngebor ini. 3 Mereka juga meminta pemerintah untuk segera mengeluarkan RUU anti pornografi dan pornoaksi untuk mencegah semakin maraknya kasus seperti Inul, serta berbagai bentuk kemaksiatan. Banyak yang menghujat, banyak pula yang memuja. Bagi komunitas penggemar Inul yang disebut Inulitas, FBI (Fans Berat Inul) dan Open (Organisasi Pendukung Inul), Inul dianggap telah mampu menaikkan citra dangdut bahkan sampai mancanegara. Shinta Nuriyah, aktifis perempuan dan mantan Ibu Negara mengaku terhibur dengan goyang Inul yang dianggap fenomena baru. Lebih lanjut Shinta menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang boleh melarang orang lai mengembangkan kreatifitas pribadi. Sementara itu Irma Hutabarat, seorang aktifis perempuan dan presenter

mengatakan bahwa orang-orang

yang kontra pada Inul jangan

mencampuradukkan antara agama dan budaya, karena menurut Irma masih banyak tarian tradisional di Indonesia yang lebih erotis dan sensual baik gerakan maupun busananya. 4 Mantan Presiden Republik Indonesia sekaligus budayawan KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) berpendapat bahwa setiap orang harus menghormati cara seniman berekspresi. 5 Segala bentuk pro dan kontra inilah yang semakin menambah kepopuleran Inul Daratista. Banyak orang yang kemudian menyebutnya sebagai tokoh yang

3 4

Prasetya Eka, Dan Inul pun Berurai Air Mata (Swara Cantika: No. 91, 2003), p. 14-19. Helen Sari, Tokoh Perempuan Bicara Tentang Goyang Inul (Kartini: No. 2087. 2003), p. 12-

15. 5

http://www.tokohindonesia.com/selebriti/artis/inul-daratista/idenx.shtml.

10

Universitas Sumatera Utara

fenomena, benarkah demikian? Atau segala bentuk pemberitaan tentang Inul yang tiada henti ini hanyalah karena media massa dan media cetak melihat banyaknya peluang untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dari kasus Inul? Inul yang semula hanya penyanyi Tarkam 6 (antar kampong) telah menjadi penyanyi dangdut papan atas Indonesia. Kemunculannya kemudian diikuti oleh penyanyi-penyanyi dangdut lainnya yang berharap bisa sepopuler Inul. Mereka menggunakan cara Inul untuk mengkategorikan gaya goyangnya, antara lain: Annisa Bahar dengan goyang patah-patah, menggoyangkan pinggulnya searah jarum jam atau sebaliknya namun ada perhentian gerakan setiap beberapa saat dan dilanjutkan kembali. Begitu seterusnya sehingga disebut goyang patah-patah. Uut Permatasari dengan goyang kayang-kayang dimaksudkan karena kelenturan badan Uut saat dia membalikkan badannya ke belakang sampai tubuhnya melengkung seperti seorang Balerina. Ada juga Dewi Persik dengan goyang gergajinya, gayanya sama dengan goyang ngebor Inul, tapi ada perbedaan dalam gerakan tangan dimana tangannya digerakkan seperti saat sedang menggergaji. Mereka ternyata juga tenar meskipun tidak setenar Inul. Dari segi jumlah penggemar saja, mereka masih kalah jauh bila dibandingan dengan Inul yang disebutkan memiliki penggemar sebanyak atau mungkin lebih dari pendukung Presiden Megawati Soekarno Putri. Dari perspektif etnomusikologi, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada blantika musik dangdut Indonesia di sekitar tahun 2000-an dengan Inul beserta isu pro dan kontranya, sangat menarik minat penulis untuk meneliti dan mengkajinya lebih lanjut. 6

Hendri, Goyang Ngebor Inul Dicerca Tapi Disukai (DOR: No. 8, 2003), p. 19-23.

11

Universitas Sumatera Utara

1.2. Pokok Permasalahan Dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa pokok permasalahan utama, yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini, diantaranya: 1. Mengapa Inul menjadi fenomena di dalam perkembangan/dinamika musik dangdut Indonesia. 2. Benarkah gerakan Inul membawa citra dangdut kembali ke level rendah. 3. Benarkah Inul melakukan pornoaksi di atas panggung. 4. Bagaimana respon dan peran media terhadap kasus Inul.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan mencari kesimpulan mengenai objek yang diteliti yaitu: perkembangan musik dangdut Indonesia mencakup aspek struktur musik, tarian (koreografi), pertunjukan di atas panggung serta menjawab pokok permasalahan dalam bentuk pernyataan.

1.3.2 Manfaat Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui hubungan antara pertunjukan dangdut dengan aspek sosial masyarakat pendukungnya. 2. Sebagai bahan referensi tentang perkembangan musik dangdut.

12

Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai bahan referensi untuk peneliti berikutnya yang menaruh minat pada musik dangdut.

1.4 Konsep 1.4.1 Konsep Ada

beberapa konsep

dasar

yang

perlu

dijelaskan dalam rangka

penulisan/diskusi di dalam skripsi ini. Konsep merupakan defenisi singkat dari apa yang kita amati, konsep menentukan keberadaan variabel-variabel utama jika kita ingin menentukan adanya hubungan empiris. Konsep merupakan unsur pokok dalam penelitian (Merton, 1963: 89). Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis akan membahas mengenai musik dangdut dan perkembangannya di Indonesia dan bagaimana fenomena Inul itu sendiri. Kata “dangdut” merupakan peniruan bunyi gendang yaitu “dang” dan “dut”. Peniruan bunyi ini dalam istilah musik disebut onomatope yaitu pemberian nama dengan cara meniru bunyi yang dihasilkan. Dangdut adalah suatu ragam seni musik nusantara yang berasal dari musik etnis Melayu, yang di dalamnya mengandung unsur-unsur musik India, Arab (Timur Tengah). Dalam perkembanganya musik dangdut kemudian memasukkan unsur-unsur musik Barat seperti Rock’roll, Reggae, Disco, Rap, Cha-cha, Pop. Kemudian berbaur dengan musik etnis nusantara lainnya, seperti: Jawa, Sunda, Batak dan Minangkabau (Takari, 2001: 103).

13

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1995, ketika Indonesia merayakan pesta emas ulang tahun kemerdekaan Moerdiono, Menteri Sekretaris Negara waktu itu menyatakan bahwa dangdut adalah musik Indonesia. 7 Inul Daratista telah menjadi fenomea dangdut Indonesia. Adapun beberapa pengertian fenomena itu sendiri adalah sebagai berikut: 1. Hal-hal yang dapat disaksikan oleh panca indera atau gejala-gejala. 2. Hal-hal yang dapat disaksikan oleh panca indera dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiyah, sesuatu yang luar biasa, fakta, kenyataan. 3. Sesuatu yang tampak atau dirasakan sebagai penyebab terjadinya sesuatu, gejalagejala yang timbul, kejadian. 4. Penampakan realitas dalam kesadaran manusia, suatu fakta dan gejala-gejala peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah. Jadi fenomena itu sendiri adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indera dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Sesuatu yang luar biasa, fakta dan kenyataan. Inul adalah fenomena karena kehadirannya mampu menyita perhatian seluruh lapisan masyarakat. Namanya terus dibicarakan mulai dari pertama kemunculannya di dunia dangdut Indonesia. Apapun pemberitaan Inul, semuanya menjadi sorotan publik seluruh Indonesia mengenalnya. Kepopulerannya bahkan sampai ke mancanegara. Inul fenomena karena aksi panggung goyang ngebornya. Goyang yag 7

Simatupang Lono, Dangdut Spectacle (Gong: No. 53, 2003), p. 12-13.

14

Universitas Sumatera Utara

menciptakan ribuan penggemar di setiap daerah dan sekaligus dihina karena dianggap merendahkan moral bangsa. Goyang ngebor ini adalah ciri khas Inul, jadi tidak mungkin ia menghilangkan aksi panggungnya tersebut seperti yang diminta oleh pihak yang tidak setuju dia terus bergoyang. Dangdut tanpa goyang ibarat sayur tanpa garam. Satu perbedaan penting antara musik dangdut dengan musik nasional lainnya adalah bahwa dengdut merupakan musik untuk joget, baik bagi penggemar maupun bagi pemainnya sendiri (Yampolsky, 1997). Jadi menurut penulis Inul dan goyang ngebornya tidak dapat dipisahkan dan tentunya Inul sendiri tidak ingin bernasib seperti Evie Tamala, seorang penyanyi dangdut papan atas yang dilempari batu oleh penonton karena ia menolak bergoyang saat manggung. Aksi panggung Inul tersebut adalah bagian dari seri pertunjukan dimana pada masa kini pertunjukan rakyat, hiburan popular dan media elektronik secara budaya da artistik telah menjadi pertunjukan alternatif yang penting dan mempunyai pengaruh kuat di dalam pertunjukan harus ada pemain (performer) dan penonton (audience), dimana pada kasus Inul, dia telah berhasil membangun ikatan baik antara dirinya sebagai pemain dan penggemar sebagai penonton dalam pertunjukannya. Bagaimanapun terkenalnya Inul, dia tetap bersedia untuk manggup di kampong-kampung. Sikap tepo-selironya inilah yang juga mendukung kepopulerannya Inul disamping media massa yang memegang peranan utama, dan kasus Inul itu sendiri menjadi fenomena penting dalam perkembangan musik dangdut.

15

Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Teori yang Dipergunakan Dalam penelitian ini, penulis mempedomani pendapat-pendapat dari pakarpakar yang selanjutnya akan menjadi kerangka teori diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Todd Titon. Todd Titon didalam tulisan Keberagaman Sistem Musik Dunia menyatakan: “music is fluid, dynamic element of culture, and it changes to suit the expressive and emotional desires of humankind, the most changeable of the animal. Like all of expressive culture, music is peculiarly human adaption to life on planet earth. Each music culture is a particular adaption to particular circumstances. Ideas about music, social organization, repertories, and music’s material culture vary from on music-culture to the next, but it would be foolish to say that one musicculture was “better” than another. Why? Because such a judgement is based on criteria from inside a single music-culture. To call another music-culture’s music “primitive” improses one’s own standars on a group that does not recognize them. Such ethnocentrism has no place in the study of world music. Musik adalah sesuatu yang mengalir, ia merupakan element kebudayaan yang dinamis dan ia berubah serta mengadaptasi terhadap ekspresi dan emosi manusia. Kebudayaan musik dunia adalah sesuatu yang selau beradaptasi terhadap situasi tertentu. Ide/gagasan tentang musik, organisasi sosial musik, repertoar serta kebudayaan material musik dari suatu kebudayaan musik kebudayaan musik yang lain. Hal yang sama bahwa sistem musik dari suatu kebudayaan musik akan selalu berbeda dengan sistem musik dari kebudayaan musik lainnya. Adalah sesuatu yang kurang tepat jika mengatakan bahwa suatu kebudayaan musik atau suatu sistem

16

Universitas Sumatera Utara

musik lebih baik dan lebih unggul dari kebudayaan musik atau sistem musik yang lain. Mengapa? Sebab penilaian seperti itu hanya didasari dari penilaian sepihak saja. Ini disebut penilaian etnosentrik, suatu penilaian yang tidak punya tempat dalam konteks studi kebudayaan musik dunia. Keberagaman sistem musik dunia adalah cirri kebudayaan musik yang harus kita pelihara. Bila kita melihat kembali terhadap permasalahan pro dan kontra dalam kasus Inul, maka melaui tulisan tentang keberagaman musik dunia ini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kita tidak bisa mengkatagorikan sebuah kebudayan musik itu bernilai tinggi atau rendah. Ini berarti berdasarkan tulisan ini, tuduhan atau kritikan dari para musisi senior yang diwakili oleh Rhoma Irama yang mengatakan bahwa citra dangdut berada di level rendah kembali oleh karena pertunjukan panggung Inul adalah tidak sesuai karena Rhoma sendiri bukanlah orang yang mempunyai hak untuk menyatakan mengenai standar tinggi rendahnya musik dangdut, melainkan harus dinilai atau harus memperhatikan berbagai pendapat dari masyarakat pecinta musik dangdut itu sendiri. Kemudian tulisan mengenai teori etnosains. Teori ini mengaplikasikan pandangan dan konsep-konsep masyarakat pendukung kebudayaan yang diteliti. Teori ini mencoba merumuskan aturan-aturan cara berpikir yang melatar belakangi suatu kebudayaan. Pro dan kontra pada kasus Inul menjadi bentuk nyata atau gambaran yang jelas mengenai berbagai macam pandangan dan cara berpikir masyarakat Indonesia khususnya yang menyukai musik dangdut. Perbedaan pandangan antara kelompok pro kepada Inul dan yang kontra kepada Inul

17

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan masing-masing kelompok menganggap bahwa mereka benar. Masingmasing kelompok memiliki batasan-batasan atau standar mereka sendiri, sehingga menimbulkan pandangan baru di masyarakat. Selanjutnya, penulis mengkaitkan dangdut dengan musik populer, dangdut adalah bagian dari musik populer. Salah satu dari ciri-ciri musik populer adalah adanya strategi pasar; menawarkan unsur baru, penyanyi, gaya, lagu, aransemen, produksi dan menyoroti gaya hidup di penyanyi. Strategi pasar ini diharapkan dapat menjadi media untuk mencari uang (komersial) baik bagi pihak pelaksana maupun seniman (dangdut). Pelaksana disini menurut penulis adalah orang-orang yang mengambil keuntungan dari populeritas Inul. Pembahasan lebih jauh akan dibahas pada bab berikutnya.

1.5 Metode Pengumpulan Data Metode menyangkut masalah cara-kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi, maka penulis mempergunakan metode: studi kepustakaan dan observasi (pengamatan). 1.5.1 Studi Kepustakaan Literatur maupun sumber-sumber bacaan dapat dipakai untuk melengkapi apa yang kita butuhkan dalam penelitian. Melalui literatur dan sumber-sumber bacaan kita dapat mengetahui apa yang hendak diteliti, apakah yang harus dilakukan supaya diperoleh keterangan yang dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan dan

18

Universitas Sumatera Utara

pengertian mengenai sasaran peneliti. Sumber-sumber bacaan itu sendiri dapat berupa buku, majalah, bulletin, ensiklopedia dan lain-lain.

1.5.2 Observasi Pengamatan Pada kenyataannya saya tidak hanya membaca tapi juga melihat lewat pengamatan, saya menemukan jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan yang tidak saya temukan di literatur. Menurut Suparlan (1987: 43,45) peneliti yang menggunakan hal-hal sebagai metode pengamatan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1). Ruang dan tempat, 2). Pelaku, 3). Kegiatan, 4). Benda-benda atau alatalat, 5). Waktu, 6). Peristiwa, 7). Tujuan dan Perasaan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perkembangan musik dangdut dan perubahan-perubahan di dalamnya, maka penulis melakukan pengamatan tidak terlibat (observasi non partisipan) yang lebih mengacu pada pengamatan di media massa dan media cetak.

1.6 Metode Analisis Metode analisis ialah kerja yang dilakukan untuk mengambil, memeriksa atau meneliti data yang telah ada untuk dipaparkan, digambarkan atau disimpulkan hingga menghasilkan suatu pendapat, hukum atau dalil yang sesuai dengan keadaan sebenarnya (Soekanto: 1990: 48). Penulis juga memilih metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif mempunyai pengertian menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi penyebaran dari suatu gejala ke gejala lainnya dalam suatu

19

Universitas Sumatera Utara

masyarakat (Koentjaraningrat, 1990: 29). Penelitian kualitatif ialah memaparkan atau menggambarkan dengan kata-katang secara detail dan perolehan data bersumber dari ungkapan, catatan, atau tingkah laku masyarakat yang diteliti. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendekati perwujudan suatu gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia atas pola-pola (Gogdan, 1975: 4-5). Jadi yang dimaksud dengan metode Analisis deskriptif yang bersifat kualitatif ialah cara kerja yang dilakukan untuk meneliti data dan penyebarannya di dalam masyarakat yang dapat diperoleh dari ungkapan, catatan atau tingkah laku dan perwujudannya di dalam masyarakat, dan hanya dengan metode analisis inilah penulis menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada.

1.7 Kerja Laboratorium Kerja Laboratorium dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyeleksi data yang telah ada untuk dipergunakan dalam permasalahan tulisan.

1.8 Objek Penelitian Dalam tulisan ini penulis membahas mengenai perkembangan dangdut Nusantara dengan Inul Daratista sebagai objek penelitian. Perkembangannya juga dibatasi mulai tahun 1970 saat itulah dangdut pertama kali populer di Indonesia sampai tahun 2003; dimana kemunculan seorang penyanyi dangdut Inul Daratista membawa warna baru dalam musik dangdut dan mendobrak popularitas musik dangdut Indonesia. Dimana pembahasan ini bertujuan untuk mempersempit ruang lingkup peneliti dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

20

Universitas Sumatera Utara