Chapter l.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

24 downloads 27 Views 560KB Size Report
membuat karya tulis ilmiah tentang pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. 1.5. Hipotesis. Hipotesis ...
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata pada umumnya lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi, mengingat tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi masyarakat maupun daerah dan negara. Sejauh ini sebagian orang

belum

menyadari adanya kaitan antara pariwisata dengan Sosiologi. Namun harus diingat, selain menyangkut pengembangan ekonomi, pariwisata adalah sektor yang di dalamnya terdapat berbagai fenomena kemasyarakatan menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan, dan sebagainya yang merupakan objek kajian Sosiologi, dan pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting dalam pembangunan. Bahkan ketika terjadi kegiatan ekonomi yang sederhana seperti kegiatan jual-beli, komunikasi antara penjual dan pembeli adalah sebuah bentuk interaksi yang merupakan bagian dari kajian Sosiologi. Penjelasan secara nyata dapat dicontohkan sebagai berikut: Jika pariwisata merupakan sektor yang menghasilkan devisa, ini adalah bagian dari kajian ilmu ekonomi; penciptaan lapangan kerja pada daerah wisata, perubahan pola perilaku dan bergesernya nilai budaya masyarakat setempat dikarenakan berbaurnya masyarakat setempat dengan pendatang dari dalam maupun luar negeri, inilah kajian Sosiologisnya. Seperti kita ketahui, penerimaan devisa negara dari sektor minyak bumi dan gas akhir-akhir ini terus menurun, bahkan diperkirakan pada tahun 2012 ini, karena keterbatasan teknologi, komoditi migas secara ekonomis dianggap tidak lagi efisien sebagai penghasil devisa negara. Di sisi lain, ketahanan daya saing ekspor non-migas juga tidak dapat diandalkan karena cara berproduksi masih didominasi oleh teknologi rendah, sehingga kualitas produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing di pasar global. Investor asing tidak

Universitas Sumatera Utara

berminat menanamkan modalnya di Indonesia, selain karena keamanan yang labil, terlalu banyak pungli (pungutan liar) untuk memulai suatu bisnis di Indonesia. Upah buruh yang terus meningkat mengakibatkan harga produk tidak kuat bersaing di pasar internasional. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi yang dianggap pas untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satu sektor ekonomi yang dianggap cukup prospektif adalah pariwisata. Sektor ini diyakini tidak hanya sekedar mampu menjadi andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan, tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan. Berikut adalah grafik kunjungan wisatawan mancanegara bulanan tahun 2012.

(http://www.budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=110&id=1312/ diakses pada 12 Oktober 2012 pukul 00:40 wib). Tuktuk sebagai wilayah berpanorama danau dan desa, masih terbatas fasilitas pendukung transportasi. Sehingga berjalan kaki merupakan cara yang paling kerap untuk mencapai tempat yang cukup jauh, bukan hanya oleh wisatawan tetapi juga oleh penduduk lokal. Dapat dilihat wisatawan-wisatawan mancanegara yang ber-backpack (membawa ransel besar di punggungnya), ada yang membawa kamera, ada pula yang tidak membawa apa-apa, berjalan-jalan dengan santai sepanjang daerah ini. Ada yang beramai-ramai, berpasangan, dan bahkan sendiri. Selain berjalan kaki, kendaraan yang paling diminati ialah sepeda. Banyak

Universitas Sumatera Utara

yang bersepeda di daerah ini, walaupun kondisi jalan di daerah ini bukanlah jalan yang rata. Kebanyakan dari penduduk di daerah ini, terutama pemuda-pemudinya, bahasa utama yang dikuasai adalah bahasa daerah (Batak), dan bahasa keduanya adalah bahasa Inggris. Tidak hanya itu, banyak pula dari antara mereka yang menguasai bahasa Jerman, Prancis, atau bahasa asing lainnya. Hebatnya, rata-rata penduduk mempelajari bahasa asing tersebut secara otodidak. Mereka lahir dan dibesarkan di daerah wisata, memiliki orangtua yang juga sedikit banyak sudah menguasai bahasa asing, berada di lingkungan yang sudah umum menguasai bahasa asing, dan berbaur dengan banyak wisatawan asing yang bertamu ke daerah tersebut. Namun demikian, walaupun kebanyakan mereka memiliki kosa kata yang cukup luas, sangat luas, bahkan menguasai bahasa slank (bahasa Inggris sehari-hari) dengan cukup baik; hal yang sangat disayangkan adalah kebanyakan dari mereka hanya menguasai bahasa asing secara aktif, namun kurang atau bahkan tidak menguasai bahasa asing secara pasif (dalam hal penulisan, tata bahasa, dsb). Sebelum ada kegiatan pariwisata, karakter dan perilaku masyarakat cenderung mengikuti tradisi dan orientasi prilaku masyarakat Timur. Setelah wilayah Tuktuk menjadi daerah tujuan wisata yang telah banyak dikunjungi para wisatawan asing terutama dari Eropa dan Amerika, ada kesan tampilan dari masyarakat khususnya pemuda yang intens berinteraksi dengan para turis mengalami ‘infeksi’ misalnya berambut panjang (gondrong), mengenakan anting pada telinganya dan memakai kacamata hitam pada siang hari, terutama anak muda berprofesi sebagai tour guide. Dalam mengelola bisnis wisata, pendekatan yang dikembangkan oleh pengusaha lokal cenderung menggunakan metoda pemasaran lansung, dalam hal ini manakala ada wisatawan, terutama wisatawan asing yang sampai di

Tigaraja atau Ajibata, maka ada penawaran

penginapan dan jasa tour guiding (memandu wisata) terhadap para wisatawan dimana media pendukung wisata seperti brosur dan lainnya disampaikan langsung pula. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara

pemasaran objek dan daerah tujuan wisata dilakukan ketika para pemandu wisata lokal membawa wisatawan tersebut ke tempat-tempat hiburan, area pendakian (site hiking), atau sekedar berjalan-jalan dan menikmati suasana daerah pedesaan dan tepi Danau Toba yang masih sejuk. Berbagai pilihan jenis penginapan ditawarkan kepada wisatawan, dan semuanya kembali kepada keputusan wisatawan, jenis penginapan apa yang diinginkan; apakah yang sederhana, menengah atau mewah, namun wisatawan asing pada umumnya tidak mematok pilihan kepada penginapan yang mewah atau mahal. Mereka justru mencari penginapan yang tenang, dekat dengan bibir pantai atau danau, di mana pada malam hari mereka akan senang untuk melakukan kegiatan barbeque (memanggang daging di luar ruangan dengan alat pemanggang) dan minum beer (bir), vodka (vodka) atau wine (anggur) sambil menikmati suasana malam hari yang sejuk. Fasilitas penginapan diantaranya adalah shower (pancuran air mandi), water heater (pemanas air mandi), bath tub (bak mandi/ tempat berendam), restaurant (restoran), extra bed (tempat tidur tambahan), swimming pool (kolam renang), dsb. Tidak semua penginapan memiliki fasilitas ini. Beberapa diantaranya hanya memiliki shower dan water heater, atau hanya shower. Namun yang terpenting diantara semuanya adalah water heater, karena pada pagi dan malam hari, air mandi cenderung sangat dingin. Pada malam hari untuk hiburan, banyak kegiatan yang dapat dilakukan di daerah ini, seperti melakukan kegiatan barbeque, atau pergi ke tempat hiburan yang buka pada malam hari. Dua pub yang cukup terkenal di daerah ini adalah Roy’s pub dan Brando’s. Peneliti sendiri sudah pergi ke Roy’s pub. Tempat ini bukanlah discotheque, dan suasana di dalam pub tidaklah seperti suasana pada discotheque. Tidak ada disc jockey (DJ), namun tempat ini lebih seperti Tobasa batak song yang ada di Hotel Danau Toba International Medan. Waktu yang tepat untuk berada di pub ini adalah pukul 23:00 dan berakhir pada pukul 03:00. Ada bartender di tempat ini, namun tidak meracik minuman, melainkan lebih berfungsi sebagai

Universitas Sumatera Utara

waitress (pelayan) saja. Minuman atau makanan yang kita pesan, kita ingat sendiri dan kita bayar belakangan di kasir. Suasana di Roy’s pub ini cukup menarik. Pada saat kita masuk, kita disuguhkan dengan lukisan-lukisan, dan itu memang merupakan gallery lukis. Sampai di dalam pub, kita dapat melihat kursi dan meja yang terbuat dari kayu jati yang dengan sengaja masih tampak jelas berbentuk pohon yang dibelah serta divernis, dan pada dindingnya tergantung lukisan-lukisan. Kegiatan yang dapat dilakukan selama di pub ini adalah menikmati suguhan nyanyian dari penyanyi utama dan penyanyi tamu, yang menyanyikan lagu batak atau lagu barat, yang sebelumnya diawali dengan introduction yang menggunakan bahasa Inggris. Adapun mayoritas pengunjung pub ini adalah wisatawan mancanegara, dan adalah hal biasa melihat wisatawan mancanegara bersama tour guidenya berkencan di pub ini. Sisi lain yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ke daerah ini berasal dari segi sosial, yang mana Tuktuk mayoritas penduduknya berasal dari etnis Batak, yang dari sisi sosial, masih menganut tradisi menikahkan pariban (anak laki-laki dari adik/kakak perempuan ayah si anak perempuan), namun seiring dengan banyaknya wisatawan asing berkunjung ke daerah ini, sebagian masyarakat di daerah ini sudah berubah orientasinya, dalam artian lebih tertarik menikahkan anaknya dengan wisatawan asing, terutama yang berprospek baik, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini, salah satu alasannya adalah peningkatan ekonomi, yang juga berdampak pada pengembangan modal pembangunan penginapan yang mereka miliki. Demikian beberapa hal yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Tuktuk ini.

1.2. Perumusan Masalah Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan yang terjadi, sedangkan rumusan masalah adalah suatu

Universitas Sumatera Utara

pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian, terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah (Sugiyono 2008 : 35). Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah: a. Apakah terdapat pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perubahan perilaku pebisnis wisata lokal Tuktuk Siadong. b. Bagaimanakah

pola

adaptasi

yang

dilakukan

oleh

masyarakat

lokal

dalam

mengembangkan bisnis kepariwisataan di Tuktuk Siadong.

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a.

Untuk mengetahui pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perubahan perilaku pebisnis wisata lokal Tuktuk Siadong.

b.

Untuk menggambarkan pola adaptasi yang dikembangkan pebisnis wisata lokal Tuktuk Siadong dalam pengelolaan bisnis kepariwisataan yang ada.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah mengenai pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, untuk mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Sosiologi khususnya, serta dapat menjadi sumbangsih dan kontribusi bermanfaat bagi ilmu sosial, masyarakat maupun institusi pemerintahan.

Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan peneliti dalam

membuat karya tulis ilmiah tentang pengaruh kedatangan wisatawan asing terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat.

1.5. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2005 : 64) Hipotesis yang baik tidak berbentuk

dan

. Adapun hipotesis pada

penelitian ini ialah bahwa kedatangan wisatawan asing akan meningkatkan ekonomi masyarakat, dan sedikit banyak mengubah aspek sosial masyarakat.

1.6. Definisi Konsep Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan yang benar-benar nyata dari segi empiris dan bukan merupakan refleksi sempurna (Suyanto, 2005 : 49). Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wisatawan atau turis, adalah mereka yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia, melalui wikipedia. Sedangkan wisatawan asing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelancong yang datang dari luar negeri, yang dalam penelitian ini tidak dibatasi pada pelancong dari negara-negara tertentu, melainkan semua wisatawan yang datang dari luar Negara Indonesia b. Pariwisata atau turisme (tourism dalam bahasa Inggris) adalah suatu perjalanan yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. c. Bisnis, dalam Wikipedia merupakan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. d. Masyarakat, menurut Talcott Parsons (dalam Kamanto Sunarto, 2004:56) ialah suatu sistem sosial yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah masyarakat Tuktuk Siadong. e. Pedagang,

dalam

Wikipedia

adalah

orang

yang

melakukan perdagangan,

memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan. Pedagang dapat dikategorikan menjadi: 1. Pedagang grosir,beroperasi dalam distribusi antara produsen dan pedagang eceran. 2. Pedagang eceran, disebut juga pengecer, menjual produk komoditas langsung ke konsumen. Pemilik toko atau warung adalah pengecer.

f. Pengusaha (wirausahawan) dalam Wikipedia, menciptakan sebuah bisnis baru dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian untuk tujuan mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan mengidentifikasi peluang signifikan dan sumber daya yang diperlukan. Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) mendefinisikan wirausahawan sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan

Universitas Sumatera Utara

operasinya, serta memasarkannya. g. Pekerjaan lain-lain/ jasa: yang dimaksudkan di sini adalah profesi-profesi lain yang berhubungan dengan pariwisata, di luar pedagang dan pengusaha, serta pekerja-pekerja yang menjual jasa, seperti: tour guide, waiter (pramusaji), supir kendaraan sewaan, dll.

1.7. Kerangka Teori Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi, ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan, yang merumuskan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto, 1990 : 337) Sifat dan bentuk dari dampak sosial-budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pitana (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang ikut menentukan dampak sosial budaya tersebut adalah sebagai berikut: Jumlah wisatawan terhadap jumlah penduduk lokal; a. Objek dominan yang menjadi the tourist gaze (sajian wisata) dan kebutuhan wisatawan terkait dengan sajian tersebut; b. Sifat-sifat atraksi wisata yang disajikan, apakah alam, situs arkeologi, budaya kemasyarakatan, dan seterusnya; c. Struktur dan fungsi dari organisasi kepariwisataan di daerah tempat wisata;

Universitas Sumatera Utara

d. Perbedaan tingkat ekonomi dan perbedaan kebudayaan antara wisatawan dengan masyarakat lokal; e. Perbedaan kebudayaan wisatawan dengan masyarakat lokal; f. Tingkat otonomi (baik politik, geografis, dan sumberdaya) dari daerah tempat wisata; g. Laju/ kecepatan pertumbuhan pariwisata; h. Tingkat perkembangan pariwisata (apakah awal, atau sudah jenuh); i. Tingkat pembangunan ekonomi daerah tempat wisata; j. Struktur sosial masyarakat lokal; k. Tipe resort yang dikembangkan (open resort atau enclave resorts) l. Peranan

pariwisata

dalam

ekonomi

daerah

tempat

wisata.

(http://gratisbahankuliah.blogspot.com/2010/08/analisis-dampak-sosial-pariwisatadi.html diakses pada 09 Februari 2012 pukul 14:39 wib). Dilihat dari kacamata ekonomi makro, dampak positif pariwisata antara lain : a. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu penyediaan kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan (expectation) wisatawan. b. Dapat meningkatkan kesempatan kerja. Dengan dibangunnya hotel atau restoran, akan diperlukan tenaga kerja/ karyawan yang cukup banyak. c. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat. Sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relative cukup besar. d. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Setiap wisatawan berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10% sesuai Peraturan pemerintah yang berlaku. e. Dapat meningkatkan pendapatan nasional.

Universitas Sumatera Utara

f. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainnya. g. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca pariwisata mengalami surplus, dengan

sendirinya

akan

memperkuat

neraca

pembayaran

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/dampak-pariwisata-terhadapperekonomian-indonesia/ diakses pada 09 Februari 2012 pukul 21:17 wib).

Universitas Sumatera Utara

Secara teoritis, Cohen (dalam Pitana, 2009) mengelompokkan dampak sosial budaya pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu: a. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya; b. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat; c. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial; d. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata; e. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat; f. Dampak terhadap pola pembagian kerja; g. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial; h. Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan; i. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan j. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat. Dalam kehidupan keseharian, perubahan sosial dan kebudayaan sangat sulit ditemukan garis pemisahnya. Karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga walaupun secara teoritis dan analitis pemisahan antara pengertian kedua istilah tersebut dapat dirumuskan, namun di dalam kehidupan nyata, garis pemisah tersebut sulit dipertahankan. Yang jelas, perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya. (Soerjono Soekanto, 1990 : 342,343). Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu: a. Perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat (revolusi) b. Perubahan kecil dan perubahan besar

Universitas Sumatera Utara

c. Perubahan yang dikehendaki/ direncanakan (intended/ planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki/ tidak direncanakan (unintended/ unplanned change) Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan dibagi menjadi dua bagian yaitu yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan yang berasal dari luar masyarakat. Adapun sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri ialah: a. Bertambah atau berkurangnya penduduk b. Penemuan-penemuan baru c. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri Sedangkan sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat ialah: a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia b. Peperangan dengan negara lain c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan adalah: a. Kontak dengan kebudayaan lain b. Sistem pendidikan yang maju c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang e. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka f. Penduduk yang heterogen g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu h. Orientasi ke masa depan i. Nilai bahwa manusia harus memperbaiki taraf hidupnya Sedangkan faktor-faktor yang menghalangi terjadinya proses perubahan adalah:

Universitas Sumatera Utara

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional d. Adanya vested interests (kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat), dengan kata lain ada pihak-pihak tertentu yang enggan melepaskan kedudukannya e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi f. Prasangka/ sikap yang tertutup terhadap hal-hal baru/ asing g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis h. Adat/ kebiasaan, mencakup kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian yang sukar diubah i. Nilai bahwa pada hakekatnya hidup ini buruk dan tidak mungkin diperbaiki Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial, biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) yang didasarkan pada perencanaan, jadi juga merupakan intended atau planned change yang biasa dinamakan sosial planning. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan, oleh karena prosesnya meliputi bidang-bidang yang sangat luas, menyangkut proses disorganisasi, problemaproblema sosial, konflik antar kelompok hambatan-hambatan terhadap perubahan dan sebagainya. Dalam penerimaan dan penolakan modernisasi yang paling berpengaruh terutama adalah sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru serta kesepadanannya dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Ada kemungkinan bahwa modernisasi bertentangan dengan kebudayaan yang ada atau memerlukan pola-pola baru yang belum ada. Kecuali itu, ada kemungkinan bahwa unsur-unsur tertentu dari modernisasi tidak hanya menambahi, namun menggantikan unsur-unsur yang lama. Syarat-syarat suatu modernisasi ialah:

Universitas Sumatera Utara

a. Scientific thinking (cara berpikir yang ilmiah) yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat. Hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dan baik. b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang kontinu agar tidak tertinggal. d. Penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap, karena banyak sangkut pautnya dengan belief system (kepercayaan) masyarakat. e. Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. f.

Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan sosial planning (perencanaan sosial). Apabila itu tidak dilakukan, maka perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatankekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto, 1990 : 333-393) Perspektif teori modernisasi klasik menyoroti bahwa negara dunia ketiga

merupakan negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya, sementara negaranegara barat dilihat sebagai negara modern, berbeda dengan Dove dalam kajiannya tentang pembangunan di Indonesia, menyatakan bahwa budaya tradisional merupakan sesuatu yang dinamis atau selalu mengalami perubahan, di mana budaya tradisional juga

Universitas Sumatera Utara

terkait dengan perubahan ekonomi, sosial dan politik; oleh karena itu menurutnya budaya tradisional tidak mengganggu proses pembangunan, justru menjadi faktor penunjang pembangunan. (Suwarsono dan Alvin Y. So, 2006 : 62).

Universitas Sumatera Utara

1.8. Operasional Variabel Defenisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian kuantitatif secara umum, terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independen), dan variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini, yang menjadi hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Gaya berpakaian Gaya berbicara

Keberadaan wisatawan

Cara berpikir Gaya konsumsi Pendapatan masyarakat Muncul kegiatan wirausaha

Identifikasi oleh masyarakat lokal terhadap wisatawan asing dll.

Bagan Alur Hubungan Antar Variabel X (Bebas) Dan Variabel Y (Terikat) : Keberadaan wisatawan asing

Perkembangan bisnis pariwisata masyarakat di Tuktuk Siadong

(X)

(Y)

Universitas Sumatera Utara

Keberadaan wisatawan asing (X) = Lama menetap = Perilaku konsumsi, apakah hemat atau boros = Bahasa yang dibawa = Sikap terhadap lingkungan alam, terhadap manusia, apakah mengagumi, dan memelihara atau justru bertindak semena-mena tanpa bertanggung jawab, misalnya melakukan pengerusakan lingkungan = Gaya berpakaian

Perkembangan bisnis pariwisata masyarakat di Tuktuk Siadong (Y) = Pendapatan masyarakat = jika boros, akan banyak sektor usaha yang diuntungkan = terjadi pembelajaran bahasabahasa baru = Kondisi lingkungan yang membaik/ memburuk

= terjadi identifikasi gaya berpakaian oleh penduduk setempat terhadap turis yang berkunjung = terjadi pertukaran atau pertambahan budaya = membuka peluang munculnya usaha-usaha tour guiding dan jasa penyewaan kendaraan = terbentuknya kebiasaan berkencan dengan wisatawan mancanegara yang dipandu = Ketertarikan untuk menjalin hubungan dengan wisatawan mancanegara

= Interaksi dengan masyarakat setempat = Pola hidup, misalnya: wisatawan lebih memilih berjalan kaki, atau rental sepeda, atau rental motor, atau rental mobil = Jika berkencan dengan pasangan atau penduduk lokal, ke manakah tujuannya, misalnya pub = Status pernikahan

Keterangan : Kedatangan turis

(X)

=

variabel bebas

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat

(Y)

=

variabel terikat

Universitas Sumatera Utara