desain interior museum sepak bola indonesia di surakarta

110 downloads 6995 Views 4MB Size Report
guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior. Fakultas Sastra ... berjudul “Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia ” adalah benar-benar.
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA

TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh: HARUN ARROSYID C 0806013

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji Di hadapan Dewan Penguji

Disusun oleh : HARUN ARROSYID C 0806013

Pembimbing I

Pembimbing II

Anung B Studyanto, SSn, MT NIP. 19710816 200501 1 001

Mulyadi,SSn,M.Ds NIP. 19730702 200212 1 001

Mengetahui Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1001 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Selasa, Tanggal 18 Januari 2011

Penguji 1. Ketua

:

Drs. Ken Sunarko. M.Si NIP. 19511128 198303 1 001

2. Sekretaris :

Drs. IF. B. Sulistyono. Sk, MT.arch NIP. 19621125 199303 1 001

3. Pembimbing I :

( ............................... )

( ............................... )

Anung B Studyanto, SSn, MT NIP. 19710816 200501 1 001

( .............................. )

4. Pembimbing II : Mulyadi,SSn, M.Ds NIP. 19730702 200212 1 001

( ............................... )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1001

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Soedarno, M.A NIP. 19530314 198506 1001 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama

: Harun Arrosyid

NIM

: C0806013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia ” adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh.

Surakarta, 25 Januari 2011 Yang membuat pernyataan,

Harun Arrosyid NIM. C 0806013

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

“ “

Jangan pernah menyerah. “ (Penulis)

Doa Orang tua adalah salah satu kunci kesuksesan. “ (Penulis)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibu yang senantiasa tulus memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta perjuangannya untukku. 2. kakak-kakaku dan adiku yang selalu memotifasi supaya selalu semangat dalam mengerjakan TA ini. 3. Dosen pembimbing maupun dosen pengajar di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih untuk semua bimbingan dan nasehat yang telah diberikan kepada penulis. 4. Sahabat-sahabatku Interior 2006 yang selalu mengiringi langkahku dan menceriakan hariku selama 4.5 tahun ini. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior ”Museum sepak bola Indonesia” Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa. 3. Anung B Studyanto, SSn, MT selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas Akhir. 4. Mulyadi,SSn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir. 5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir. 6. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikannya Tugas akhir ini. 7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa, motifasi dan segalanya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

8. Kakak-kakaku dan adiku yang selalu memberi doa dan dorongan kepada penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 9. Sahabatku Interior 2006 (Erlin dan Fahmi yang dari awal bersama-sama dalam melaksanakan konsultasi dan awal-awal perjuangan saat mengerjakan tugas akhir), (Didik,Arkhi, yang telah banyak membantu penulis ketika persiapan pendadaran sampai selesai...terimakasih untuk semuanya teman berkat kalian pendadaran ku bisa berjalan lancar...!!!), (Ginar, Hafid, Putri, Inung, Hesti, Adek, Maya, Kartika, Rosi, Mbak Nita, Anik, Nanik, Nur ,Putu, Ari dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) terimakasih untuk semua kerjasama kita selama 4 tahun ini,kalian semua telah menerima penulis sebagai sahabat dan juga terimakasih untuk segala bantuannya selama ini. Terimakasih semuanya.........Bravo Interior 2006.... 10. Mas Brew’02, Mas Cimi’03, Mas ragil 03, Mas Thom’04, Agus’08 dan semua teman-teman yang telah membantu penulis dalam menempuh tugas akhir sampai selesai. Terimakasih untuk semua bantuannya. 11. Mas Candra yang selalu siap setiap waktu buat ngeplot. Terimakasih buat semua bantuanya . 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini. Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya, Amin. Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb Surakarta, Januari 2011 Penulis,

Harun Arrosyid C 0806013

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA Harun Arrosyid1, Anung B Studyanto, Ssn.MT2

Mulyadi, Ssn, M.Ds3

ABSTRAK Harun Arrosyid. C0806013 2011. Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta . Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. ” Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta merupakan judul dari proyek perencanaan interior ini. Suatu cara merencanakan ruangan yang dapat dijadikan wadah memamerkan,merawat dan menyimpan yang bersifat mendidik dan menghibur. Lokasi perencanaan ini berada di eks Karisidenan kota Surakarta yang tepatnya berada di kawasan Sriwedari. ” Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta ini dibatasi pada elemen interior terutama pada segi penataan ruang dan memusatkan perencanaan dan perancangan pada penempatan lay out, furniture dan mempertimbangkan pemilihan warna yang berkaitan dengan modern dan sesuai dengan tema. Dimana dari semua pertimbangan tersebut di fungsikan sebagai pengembangan dari ide dasar yang di tuangkan ke desain yang ingin di ciptakan pada ” Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta ini. Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana merancang interior Museum Sepak Bola Indonesia yang dapat merancang tema yang sesuai dengan gaya Modern selain itu merancang interior museum sebagai tempat pendidikan, dan hiburan. Tujuan dari karya ini adalah merencanakan museum sepak bola yang berada di Kota Solo yang ditujukan bagi masyarakat penggemar sepak bola yang belum memiliki tempat kusus untuk menampung,memamerkan koleksi persepak bolaan indonesia , oleh karena itu dengan adanya perancangan ini diharapkan dapat mewadahi kegiatan tersebut. Sasaran desain sebagai wadah berkumpul bagi para penggemar sepak bola di indonesi dan menambah ilmu mengenai maupun sejarah dari sepak bola terutama yang masuk ke Indonesia bagi para pengunjung yang datang. Perancangan interior Museum Sepak Bola Indonesia ini bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang sepak bola Indonesia. 1

Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C0806013 Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2 2

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….........

i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..........

ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...........

iii

PERNYATAAN …………………………………………………………............

iv

MOTTO ...............................................................................................................

v

PERSEMBAHAN………………………….........................................................

vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...........

vii

ABSTRAK ……………………………………………………………….............

ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..........

x

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….............

xv

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..........

xvii

DAFTAR SKEMA ……………………………………………………….............

xviii

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ………………………………………............

1

B. BATASAN MASALAH....................................................................

2

C. RUMUSAN MASALAH …….……………….……….....................

2

D. TUJUAN …………………………………….………………............

3

E. SASARAN ……………………………………………………...........

3

F. MANFAAT ………………...…………………………......................

4

G. SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN........................................

5

H. METODE DESAIN............................................................................

6

I. SISTEMATIKA PENULISAN............................................................

8

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II KAJIAN LITERATUR A. Pengertian Judul.......... …………………………………….............

10

B. Tinjauan Umum Museum ………….………...…............................

12

1. Pengertian Museum.................................................................

12

2. Sejarah Perkembangan Museum..............................................

12

a. Asal mula museum........................................................

12

b. Perkembangan Museum di Indonesia..........................

14

3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum..............................................

15

a. Tugas Museum...............................................................

15

b. Fungsi Museum..............................................................

15

4. Jenis Museum...............................................................................

16

a. Menurut koleksinya.........................................................

16

b. Menurut tingkatan...........................................................

16

c. Menurut Kedudukan Museum........................................

17

d. Menurut Penyelenggaraannya.........................................

17

5. Persyaratan Museum.....................................................................

18

C. TINJAUAN KHUSUS 1. Tinjauan Loby..............................................................................

23

a. Pengertian lobby.......................................................................

23

b. Fungsi lobby.............................................................................

24

c. Fasilitas lobby...........................................................................

24

2. Tinjauan Ruang Pamer.................................................................

25

a. Pengertian Ruang pamer...........................................................

25

b. Tipe ruang pamer......................................................................

25

c. Fasilitas Pendukung...................................................................

26

d. Tata ruang ................................................................................

27

3. Tinjauan Sirkulasi.........................................................................

28

a. Pengertian Sirkulasi...................................................................

28

b. Sirkulasi umum......................................................................... commit to user

29 29 31 32 33

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

c.Penerapan sirkulasi.....................................................................

29

d. Arus sirkulasi............................................................................

31

e. Sirkulasi koleksi.......................................................................

32

f. Sirkulasi khusus...........................................................................

33

g. Hubungan sirkulasi dengan ruang pamer..................................

34

h. Orientasi.....................................................................................

36

i. Pemilihan rute............................................................................

39

j. Alur lintasan...............................................................................

41

k. Kejenuhan terhadap objek..........................................................

42

l. Luas pergerakan manusia dalam ruang pamer ..........................

43

m. Penarikan perhatian...................................................................

44

4. Tinjauan organisasi ruang..............................................................

45

D. Komponen pembentuk ruang 1. Lantai..........................................................................................

47

2. Dinding......................................................................................

48

3. Ceiling.......................................................................................

49

E. Interior Sistem 1. Sistem Pencahayaan...................................................................

50

2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan.........................

53

3. Sistem Penghawaan...................................................................

59

4. Sistem Akustika.........................................................................

61

5. Sistem Keamanan......................................................................

63

6. Sistem display.............................................................................

68

7.Furniture.......................................................................................

74

8.Pertimbangan desain...................................................................

76

9.Tinjauan tentang sepak bola........................................................

80

10.Tinjauan tentang Solo.................................................................

91

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III. STUDY LAPANGAN A. Museum POLRI................................................................................

98

B. Taman Pintar.....................................................................................

99

C. FX Mall.............................................................................................

101

D. Museum sepak bola...........................................................................

104

BAB IV. PEMBAHASAN A. ANALISA EXISTING 1. Asumsi Lingkungan...................................................................

106

2. Asumsi lokasi............................................................................

106

3. Analisa interior..........................................................................

107

B. PROGRAMING 1. Status Kelembagaan..................................................................

108

2. Struktur Organisasi...................................................................

108

3. Sistem Operasional....................................................................

109

4. Program Kegiatan......................................................................

109

a. Kegiatan Museum................................................................

109

b. Kegiatan Manusia................................................................

109

5. Benda Koleksi............................................................................

112

6. Fasilitas Ruang...........................................................................

112

7. Besaran Ruang...........................................................................

113

8. Furniture.....................................................................................

114

9. Sistem organisasi ruang.............................................................

117

10. Program ruang...........................................................................

119

11. Sistem sirkulasi.........................................................................

121

12. Hubungan antar ruang...............................................................

122

13. Zoning dan Grouping................................................................

122

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

C. KONSEP DESAIN 1. Ide Dasar...................................................................................

124

2. Tema Desain...............................................................................

125

3. Aspek Suasana...........................................................................

126

4. Aspek Penataan Ruang/Layout..................................................

126

5. Pembentuk Ruang.......................................................................

128

a. Lantai....................................................................................

129

b. Dinding.................................................................................

130

c. Ceiling..................................................................................

130

6. Aspek bentuk dan warna............................................................

131

7. Interior Sistem...........................................................................

133

a. Pencahayaan.........................................................................

133

b. Akustik..................................................................................

134

c. Penghawaan..........................................................................

135

8. Sistem Keamanan.......................................................................

137

9. Aksesbilitas................................................................................

138

BAB. IV PENUTUP A. KESIMPULAN..............................................................................

139

B.

SARAN..........................................................................................

139

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

140

LAMPIRAN

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara cermat/mendetail.....................................................................

35

Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer..........................

38

Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer..................................................

39

Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer...................................................

39

Gambar II.5. Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya Alami untuk Penerangan dalam Vitrin....................................................

52

Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang..................

53

Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas ruangan...................................................................................................

55

Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang berfungsi sebagai pembagi cahaya.........................................................

55

Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.....

58

Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang vertikal...................................................................................................

57

Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D........................

58

Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh refleksi cahaya.......................................................................................

58

Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical........

59

Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal....

59

Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik.....................................................

68

Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical..............

69

Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati Materi Koleksi.........................................................................................

79

Gambar II.18. Penyajian Display Film........................................................................

72

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar II.19. Penyajian Display Komputer................................................................

72

Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu..................................

72

Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin....................................................................................

74

Gambar II.22 Logo PSSI..............................................................................................

89

Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno.......................................................

89

Gambar II.23 Peta Kota Solo......................................................................................

92

Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo..................................

93

Gambar III.1 Foto bagian depan.................................................................................

98

Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai...................................................................

98

Gambzr III.3 Foto Interior Museum............................................................................

99

Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif......................................................................

100

Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan.........................................................

101

Gambar III.6 Foto flooring FX mall...............................................................................

101

Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall.........................................................

102

Gambar III.8 Foto ceiling FX mall..............................................................................

103

Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior..................................................

104

Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior......................................................

105

Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1........................................................................

124

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer........................................................

28

Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi................................................................................................

33

Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer.....................................................

34

Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung............................................................

38

Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute.....................................................

38

Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute.......................................................

40

Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer.............................

41

Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung..........................................

43

Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer......................................

44

Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang...........................................................................

45

Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi ruang pamer...............................................................................................

46

Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang...............................................................................

53

Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta......................

112

Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta...............................................................................................

114

Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta...............................................................................................

115

Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta...............................................................................................

116

Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.............................................................................................. Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta.. Tabel

116 117

4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta...................................................................................................

118

Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta......................

118

Tabel IV.10 Program pendekatan Organisasi Ruang...................................................... commit to user

119

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung............................................................

121

Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta....................................................................................................

128

Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)......................................................

129

Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)...................................................

130

Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)............................................

131

Tabel IV.16 analisa bentuk.............................................................................................

131

Tabel IV.17 analisa sifat warna......................................................................................

132

Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.....................

137

Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan........................................

137

Tabel IV.20 Sistem keamanan.........................................................................................

138

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR SKEMA Skema I.1 Pola Pikir Desain............................................................................................

5

Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta.............................................................

21

Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah......................................................

22

Skema II.3 Struktur organisasi museum secara umum....................................................

22

Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum...............

31

Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum...........................................................

32

Skema IV.1 Struktur Organisasi......................................................................................

107

Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta...............................................................................

108

Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.............................................................

109

Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Sepak bola indonesia di Surakarta........................................................................

109

Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.......................................................................

109

Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta................................................................................................

110

Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.............................................................................

110

Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus...........................................

110

Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang..............................................................................

122

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan cabang olah raga yang paling populer di dunia saat ini. Sepak bola berasal dari daratan cina, dalam sebuah dokumen militer disebutkan, sejak tahun 206 SM, pada masa pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan sepak bola yang disebut Tsu Chu. Tsu mempunyai arti menerjang bola dengan kaki. Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya. Merekapun bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang. Seiring perkembanganya sepak bola terus berkembang hingga dikenal dengan sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya. Sepak bola masuk ke Indonesia dibawa oleh para penjajah dan pedagang yang berasal dari Cina. Seiring perkembangan zaman sepak bola di Indonesia sepak bola belum seperti di Eropa atau benua lainnya. Untuk di Indonesia, tim nasional Indonesia juga pernah merasakan puncak kejayaan di tahun 1938 dengan mengikuti putaran final piala dunia, tetapi di hanya sampai babak 1. Tahun 1950 Indonesia ikut olimpiade di Melbourne Australia. Setelah itu di era 90-an Indonesia mengalami kemunduran karena tidak ada regenerasi dalam tim nasional PSSI. Solo merupakan salah satu kota yang bersejarah dalam perkembangan Olah raga di Indonesia antara lain: Merupakan salah satu kota pendeklarasian PSSI tahun 1930.Pernah menjadi tempat Konggres olahraga pada Januari 1946 dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga Republik Indonesia (OORI).Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV atau pekan Olah Raga Cacat pada tahun 1986. commit to user

1

2 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari penjabaran diatas maka perlu dibangun sebuah tempat yang dapat memberikan penghargaan kepada insan sepak bola dan dapat memberikan pendidikan, pengetahuan dan hiburan tentang sepak bola yaitu Museum sepak bola Indonesia.

B. BATASAN MASALAH Dari penjabaran yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan perancangan interior museum sepak bola yang meliputi berbagai fasilitas. Untuk dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung yang sudah tentu mengutamakan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang, maka perancangan interior museum sepak bola dibatasi pada : 1. Membatasi pada perancangan interior ruang yang ruang pamer, lobby, dan sarana pendukung lainnya. 2. Perancangan interior yang diterapkan pada ruang-ruang utama yang berhubungan langsung dengan publik sebagai pengunjung.

C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior museum sepak bola sebagai sarana edukasi dan entertaimen yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung bangunan tersebut ? 2. Bagaimana mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola ? 3. Bagaimana merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas museum sepak bola yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan pengunjung secara maksimal ?

commit to user

3 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

D. TUJUAN Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka Museum Sebak Bola ini mempunyai tujuan : 1. Merencanakan dan merancang interior museum sepak bola sebagai sarana promosi, informasi, hiburan, pendidikan, dan kebudayaan yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung bangunan tersebut. 2. mengaplikasikan

tema

yang diambil

agar

sesuai

dan

dapat

memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola. 3. Merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas Museum Sepak Bola yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan pengunjung secara maksimal.

E. SASARAN 1. Sasaran pengunjung: Wisatawan umum (Nusantara dan Mancanegara) Pelajar dan Mahasiswa Penggemar sepak bola. 2. Sasaran perancangan desain: Memperhatikan dan menyelesaikan kebutuhan fungsional sesuai dengan aktifitas di dalam museum sepak bola. Memperhatikan dengan menyelesaikan kebutuhan fisik bangunan, dengan memperhatikan keamanan, pengamanan dan kenyamanan. Memperhatikan Museum Sepak Bola dan menyelesaikan kebutuhan estetis, menyangkut tema sebagai ungkapan citra dan karakter yang tercipta dari bentuk perencanaan dan perancangan interior museum sepak bola. Sarana penelitian bagi para penggemar sepak bola atau masyarakat yang berminat tentang sepak bola. Sarana pendidikan bagi masyarakat untuk mengetahui dan belajar memahami sepak bola dan sejarah sepak bola Indonesia. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

4 digilib.uns.ac.id

Sarana rekreatif bagi masyarakat untuk dapat melihat koleksi sepak bola Indonesia secara langsung dari dekat dengan terpenuhinya faktor keamanan dan kenyamanan.

F. MANFAAT 1. Bagi Penulis/ Desainer a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam “Museum Sepak Bola di Solo ”. b. Mendapatkan pengalaman untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior “Museum Sepak Bola di Solo” dengan menerapkan ide, gagasan serta analisa yang ada. 2. Bagi pesebak bola/ penggemar sepak bola a. Dapat memberikan inspirasi untuk lebih berprestasi lagi seperti para pemain sepak bola jaman dulu. b. Mengetahui sejarah perkembangan tim nasional Indonesia. 3. Bagi Dunia Akademik a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Museum Sepak Bola di Solo”. b. Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam dunia akademik. 4. Bagi Masyarakat a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Museum Sepak Bola di Solo”. b. Menjadi sebuah sarana hiburan yang mampu dijadikan tempat rekreasi, menjalin hubungan sesama komunitas, berbagi informasi dan pengalaman dikalangan penggemar sepak bola dan fans club yang ada di Indonesia. commit to user

5 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

G. Skema Pola Pikir. DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA

Studi Lapangan

Studi Literatur

Analisis

Konsep Desain

Norma Desain: 1.

Fungsi

2.

Bahan

3.

Teknik

4.

Estetik

Alternatif Desain

Skesta Desain

Desain Akhir

Skema I.1 Pola Pikir Desain

commit to user

6 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

H. Metode Desain 1. Permasalahan Desain Interior Museum Sepak Bola ini berdasarkan analisa permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan sehingga membutuhkan bahan pembanding/ referensi dalam rancangan Museum Sepak Bola di Surakarta. Perancangan ini membutuhkan pembanding dengan studi lapangan, studi literatur, dan browsing internet sehingga permasalahan dalam perancangan semakin jelas terlihat. Permasalahan dalam perancangan Museum Sepak Bola ini adalah penyediaan ruang-ruang terapi yang kondusif bagi pengunjung museum. Berdasar dari analisa permasalahan yang ada dikembangkan menjadi konsep desain yang didukung oleh aspek-aspeknya. 2. Bentuk Perancangan Desain menggunakan

Interior

Museum

pendekatan

Sepak

modern,

hal

Bola ini

di

Surakarta

dianalogkan

dari

perkembangan pesat sepak bola terjadi pada jaman modern. Pendekatan modern dirasa diperlukan karena bagi pengunjung dan pengelola Museum Sepak Bola hal yang simple, menarik, dan edukatif akan mempermudah pengunjung dapat menikmati dan mengelola sarana dan prasarana museum. Tetapi ruangan yang mereka gunakan harus memperhatikan kebutuhan mereka. Dari studi lapangan dan literatur dihasilkan analisa desain yang sesuai dengan ide gagasan yaitu menciptakan ruang-ruang museum yang nyaman, aman, menarik, dan edukatif tetapi tetap modern. Organisasi ruang menyesuaikan perancangan,

pencapaian

antar

ruang

mudah

dengan

mengenyampingkan interior system yang aman dan nyaman. 3. Lokasi Penelitian a. Museum POLRI di Jakarta b. Taman Pintar di Yogyakarta c. FX Mall di Jakartacommit to user

tidak

7 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Museum Sepak Bola di Inggris 4. Bentuk Penelitian Berdasarkan

permasalahan

yang

telah

diajukan

dalam

penelitian yang memerlukan data-data kualitatif maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif (uraian yang bersifat informatif dan tidak berbentuk angka). Bentuk ini mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif mempersyaratkan suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan objek yang sedang dipelajari.” (H.B Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010). 5. Sumber Data Sumber-sumber data yang digunakan adalah: 1) Data Primer Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung. 2) Data Sekunder Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan penelitian, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, majalah, internet. 6. Tehnik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data diperoleh melalui tehnik : 1) Wawancara Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya tidak terungkap secara fisik. Wawancara ini dilakukan dengan struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin memfokus

sehingga

informasi

yang

dikumpulkan

cukup

mendalam” ( H.B.Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010). 2) Observasi Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperancommit pasif. to Observasi ini dilakukan secara formal user

8 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi penelitian yang sesuai dengan daftar masalah. Observasi ini juga menggunakan alat bantu observasi seperti alat pencatat, kamera serta alat pendukung lainnya. 3) Kontek Analisa ( Analisa Dokumen ) Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi penelitian. 7. Metode pembahasan Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada 3 tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu : 1) Data reduction Yaitu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. 2) Data display Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan 3) Concluting Drawing Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi-proporsi (Sutopo HB, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).

I. SISTEMATIKA PENULISAN Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I

PENDAHULUAN Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, skema pola pikir dan metode desain, dan sistematika penulisan. commit to user

9 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN LITERATUR Mengemukakan hasil proses pengumpulan data dan studi literatur. Teori-teori ini kemudian digunakan sebagai dasar dan pedoman perancangan. yang meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan.

BAB III

STUDI LAPANGAN Data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan proyek interior yang akan dikerjakan sehingga menjadi pembanding dan acuan untuk merancang konsep desain. Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa dari konsep Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta

BAB IV

ANALISA DESAIN Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior.

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan Interior Museum Sepak Bola di Surakarta. B. Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II KAJIAN LITERATUR A. Pengertian Judul Pengertian judul perancangan dan perencanaan Museum Sepak Bola di Surakarta adalah sebagai berikut : Desain

: Proses, pembuatan, cara, merencanakan atau merancangkan (KamusBesar Bahasa Indonesia, 1995, hal : 741)

Interior

: Ruang dalam suatu bangunan (Ensiklopedia, 1989 :195)

Museum

: 1) Museum awalnya dikenal di Yunani. Museum berasal dari kata museion yang berarti sebuah gedung tempat pemujaan para muse, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi pelambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan pengetahuan ilmu dan kesenian. (Moh.Amir Sutaarga, Pedoman dan pengelolaan museum , 1983) 2) Adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk kepentingan umum, dengan tujuan untuk memelihara, menyelidiki

dan

memperbanyak

pada

umumnya,

khususnya memamerkan pada khalayak ramai guna penikmatan dan pendidikan, kumpulan-kumpulan objek dan barang-barang yang berharga bagi kebudayaan, koleksi barang-barang kesenian, sejarah, ilmiah dan teknologi, kebun raya, kebun binatang, akuarium, perpustakaan umum lembaga-lembaga arsip untuk umum yang mempunyai ruang pamer yang tetap akan dianggap museum pula (Moh Amir Sutaarga, Pedoman dan pengelolaan museum ,1983). Sepak bola

: 1) Merupakan salah satu cabang sepak bola yang di mainkan 2 tim setiap tim terdiri dari 11 pemain dan dipimpin 1 wasit dan commit to user (http://www.wikipedia.com)

10

2

hakim

garis

11 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya umur. (www.kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepakbola) Solo

: 1) Surakarta (juga disebut Solo atau Sala) adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di Indonesia,

Surakarta

merupakan

kota

peringkat

kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Kota ini dulu juga tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta di masa awal kemerdekaan. Posisi ini sekarang dihapuskan dan menjadi "daerah pembantu

gubernur".

Kota

Surakarta

memiliki

semboyan BERSERI yang merupakan akronim dari Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah. 2) Solo juga memiliki slogan pariwisata Solo the Spirit of Java yang diharapkan bisa membangun pandangan kota

Solo

sebagai

pusat

kebudayaan

Jawa.

(http://www.wikipedia.com) Jadi pengertian Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk kepentingan umum, dengan tujuan untuk memamerkan pada khalayak ramai guna penikmatan dan pendidikan tentang sepak bola, yang mana koleksi dari museum ini adalah koleksi dari pemerintah dan dari para mantan pemain atau para kolektor sepak bola yang ingin disampaikan oleh museum agar masyarakat commitoleh to user sepak bola lebih mudah dipahami masyarakat (pengunjung museum).

12 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B. Tinjauan Umum Museum 1.

Pengertian Museum Pengertian museum yang dikenal sekarang ini, awalnya dikenal di Yunani. Museum berasal dari kata “museion” sebuah gedung tempat pemujaan para “muse”, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi perlambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan ilmu pengetahuan dan kesenian. (Moh. Amir Sutaarga, 1987:7). Arti kata museum yang dapat dianggap resmi secara internasional adalah pengertian yang ditemukan oleh International Council of Museum (ICOM), yaitu badan dalam lingkungan UNESCO, seperti yang dibacakan dalam Statutes of ICOM, setelah sidang umumnya ke11, di Kopenhagen pada tahun 1974, yang mengungkapkan : “Museum” adalah lembaga yang bersifat badan hukum tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelayanannya kepada masyarakat tetapi untuk kemajuan masyarakat dan lingkungannya serta terbuka untuk umum. (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 23)

2.

Sejarah dan Perkembangan Museum a.

Asal Mula Museum Naluri manusia untuk melakukan pengumpulan benda-benda adalah merupakan hal yang lama (Collecting Instinct). Hal ini dapat dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa bahwa naluri ini sudah ada pada manusia Neanderthal di Eropa sejak 85.000 tahun yang lalu, dan bukti-bukti berupa koleksi kepingankepingan oker (jenis batuan berwarna) yang didapatkan didalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia Neanderthal ini. Kumpulan koleksi dari benda-benda aneh ini (Curiosities) dalam bidang permuseuman merupakan “Curio Cabinet” atau bentuk tata pamer yang tertua. Naluri pengumpulan benda aneh ini terus berlanjut, sehingga menjadikannya suatu bentuk pamer commit to user tersendiri

13 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Museum-museum pada permulaannya memang merupakan koleksi pribadi para bangsawan, para pangeran (Princces) serta pecinta seni budaya yang kaya raya dimana koleksinya merupakan cermin yang khusus menjadi minat dan perhatian orang-orang tersebut. Kumpulan koleksi ini jarang diperlihatkan kepada orangorang lain, dan hanya diperlihatkan pada sahabat dekat atau para relasi yang dipercaya untuk menunjukan kelebihannya, sehingga benda-benda tersebut merupakan “ajang prestise” dari pemiliknya. Dengan memiliki satu galeri yang besar atau curion cabinet yang luas, dapat meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh bendabenda tersebut dalam perjalanannya jauh ke negeri-negeri asing yang telah dilakukannya sendiri atau mereka yang memiliki kemampuan

untuk

mengirimi

utusan-utusan

guna

untuk

melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda-benda tersebut. Pada umumnya mereka menyimpan semua benda ini dalam sebuah “trophy room” (ruang khasanah) dan memamerkanya pada lemari-lemari khusus. Pameran seperti ini terus “membeku”, tidak berkembang merupakan pameran isi gudang istilah masa kini membeku dalam bentuk animasi peragaan sampai pada ahir tahun 1700. Mulai akhir abad ini para pemuka masyarakat mulai memikirkan bentuk peragaan yang dapat dilihat oleh masyarakat umum,

sehingga

benar-benar

dapat

dinikmati

serta

ada

manfaatnya. Bentuk peragaan beralih seperti bentuk peragaan barang etalase toko, di mulai pada abad ke-20 dan telah dicari bentuk peragaan yang lebih menarik yang dikaitkan dengan bentuk dunia pendidikan. Sejak itulah museum menjadi salah satu lambang commit to user kebudayaan, seni dan ilmu kedaulatan rakyat di bidang

14 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pengetahuan tidak lagi menjadi monopoli kaum bangsawan dan cendikiawan saja, melaikan sudah menjadi milik umum. Dalam perkembangan selanjutnya, museum juga munuju pada fungsi rekreasi yang lebih menonjol dari pada fungsi edukatif. (Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1993/1994 : 1) b.

Perkembangan Museum di Indonesia Sejarah pemerintahan

permuseuman Kolonial

di

Belanda

Indonesia

dimulai

mendirikan

ketika

Bataviaasch

Genoochop Van Kunstenan Wetenschappen (sekarang dikenal dengan Museum Nasional), di Batavia pada tanggal 24 April 1778. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan di bidang bahasa dan ilmu bumi. Selanjutnya berkembang dan banyak didirikan museum-museum lain, seperti: 1) Hartus Botanicus Bogorience pada tahun 1817, yang sekarang dikenal dengan Nama Kebun Raya Bogor. 2) Herbarium Bogorience pada tahun 1884. 3) Setedelijk Historisch Museum (Museum Empu Tantular) pada tahun 1922 di Surabaya. 4) Museum Bali di Denpasar pada tahun 1932. 5) Museum Sonoboedoyo di Yogyakarta pada tahun 1935. Setelah Indonesia merdeka para ilmuwan dan usahawan Belanda pulang kenegerinya, hal ini menyebabkan kondisi permuseuman di Indonesia mengalami kemunduran, sampai dengan akhirnya Indonesia masuk dewan museum International (ICOM), yang pada akhirnya mulai diadakan pembinaan museum.

commit to user

15 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.

Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum a. Tugas Museum Museum mempunyai tugas yaitu: 1)

Menghindari bangsa dari kemiskinan kebudayaan.

2)

Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.

3)

Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara massal.

4)

Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.

5)

Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke museum.

6)

Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah.

b. Fungsi Museum Museum mempunyai tujuan, yaitu: 1)

Tujuan Fungsional Memberi pengertian pada bangsa Indonesia melalui generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan Indonesia sangat agung juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.

2)

Tujuan Institusional Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang saling berpengaruh ialah: a) Kepentingan objek Memberikan tempat atau wadah untuk menyimpan serta melindungi benda-benda koleksi yang mempunyai nilai-nilai budaya dari kerusakan dan kepunahan yang disebabkan antara lain oleh iklim, alam, biologia dan manusia. commit to user

16 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Kepentingan umum Mengumpulkan

penemuan-penemuan

benda,

memelihara dari kerusakan, menyajikan benda-benda koleksi kepada masyarakat umum agar dapat: (1) Menarik hingga menimbulkan rasa bangga dan tanggung jawab. (2) Di pelajari dan menunjang ilmu pengetahuan. (Moh Amir Sutaarga, 1989: 26) 4.

Jenis Museum Jenis museum ada bermacam-macam dan dapat ditinjau dari berbagai sudut, baik itu menurut koleksinya, menurut kedudukannya maupun menurut status penyelenggaraannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta membagi jenis-jenis museum berdasarkan: a.

Menurut koleksinya jenis museum dapat dibagi dalam beberapa bagian, tetapi secara garis besar dibagi dalam : 1) Museum Umum, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. 2) Museum Khusus, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti dari material manusia atau kumpulannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

b.

Menurut tingkatnya, museum khusus dapat digolongkan atas: 1)

Museum Khusus Tingkat Nasional

2)

Museum Khusus Tingkat Regional

3)

Museum Khusus Tingkat Lokal

4)

Museum Situs

Adapun museum khusus ini dapat di klasifikasikan lagi commit to user menjadi 6 museum khusus:

17 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1)

Museum Ilmu-ilmu Hayat (Natural Hitory).

2)

Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and Tecnology).

c.

3)

Museum Ilmu Purbakala (Archeology).

4)

Museum Ilmu Antropologi dan Etnografi (Antropological).

5)

Museum Sejarah Seni Rupa (Art History).

6)

Museum Sejarah (Historical).

Menurut Kedudukan Museum dapat dibagi dalam 1)

Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

2)

Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh wilayah Provinsi dimana museum itu berada.

3)

Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum itu berada.

d.

Menurut Penyelenggaraannya, museum dapat dibagi menjadi : 1)

Museum Pemerintah, museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Museum ini juga dapat dibagi lagi dalam museum yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan oleh Pemerintah Daerah.

2)

Museum Swasta, ialah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.

commit to user

18 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5. Persyaratan Sebuah Museum Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah, sbb: a. Persyaratan Lokasi Museum 1) Lokasi harus Strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum. 2) Lokasi harus sehat, yang dimaksud sehat yaitu berada di daerah industri, tidak berada di daerah berawa atau berpasir dan elemen-elemen yang mempengaruhi lokasi, seperti kelembaban udara antara 55 – 65 % b. Persyaratan pembagian ruang Persyaratan ruang secara fungsional untuk museum minimal terdiri atas: 1) Bangunan Pokok, meliputi: a) Pameran Tetap b) Pameran Temporer c) Auditorium d) Kantor Administrasi dan Perpustakaan e) Laboratorium konservasi f) Storage 2) Bagian Penunjang, meliputi : a) Keamanan / pos jaga b) Ghif Shof dan Kafetaria c) Ticket box dan penitipan barang d) Lobby / ruang istirahat e) Toilet f) Tempat parkir, pertamanan, pagar c. Persyaratan koleksi museum Untuk meninjau pengertian koleksi dan objek museum tersebut oleh Amir Sutaarga dalam bukunya Museografi dan museologi memberi pengertian sebagai berikut: “Koleksi museum adalah sebagai objek museum ayng disimpulkan menurut commit to user ilmiah atau cabang-cabang ilmu sistematika dam metode-metode

19 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pengetahuan yang mempunyai kepentingan atas obyek yang terhimpun dalam koleksi tertentu”. Adapun istilah teknis yang dipergunakan oleh kalangan ahli museologi bagi koleksi museum adalah: 1) Natural materials, untuk segala benda yang masih murni, yang masih merupakan bagian dari lingkungan hidup. 2) Cultural material, atau benda-benda budaya, seperti archeologi, ethnographica, numismatika, heraldika, intinya segala macam buatan manusia, yang kadang-kadang disebut juga tangibel kultural properties, kekayaan dalam artian abstrak, yang sering diungkapkan dalam definisi tentang kebudayaan sebagai suatu sistem nilai, sistem gagasan, sistem ungkapan hidup, yang diajarkan dari generasi kegenerasi berikutnya (Moh Amir Sutaarga, 1989: 35). Adapun persyaratan koleksi museum, adalah: 1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetis). 2) Dapat diintensifikasikan mengenai wujudnya (morfologo), tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara histories dan geografis, genusnya (dalam orde biologi) atau priodenya dalam geologi khususnya untuk bendabenda sejarah dan teknologi. 3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya ( realita dan eksistensi) bagi penelitian ilmiah. 4) Dapat dijadikan suatu momen atau bakal jadi momen dalam sejarah alam dan budaya. 5) Benda asli (realita), replica atau reproduksi yang sah menurut persyaratan museum. Adapun jenis koleksi museum terdiri dari: 1) Etnogarafika, yaitu kumpulan banda-benda hasil budaya sukusuku bangsa. commit to user

20 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda sejarah. 3) Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkheologi. 4) Numismatika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga. 5) Naskah-naskah kuno. 6) Keramik asing. 7) Buku atau majalah antikuariat. 8) Karya seni atau seni kriya 9) Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap reproduksi yang dijadikan dokumentasi. 10) Diorama, yaitu gambar yang berbentuk tiga dimensi. 11) Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan maupun mineral. 12) Benda-benda wawasan nusantara, benda asli (realita) atau reflica yang mewakili sejarah alam budaya dari wilayah nusantara. 13) Reflika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya 14) Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun diperkecil. 15) Koleksi hasil abstraksi. Sedangkan Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi museum sbb: 1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi) 2) Social prestige collection (koleksi kepercayaan magis) 3) Magic collection (koleksi kepercayaan magis) 4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai sebuah pernyataan kesetiaan kelompok) 5) Collection

stimulating

curiosity

and

memancing keingintahuan dan pertanyaan) commit to user

inguire

(koleksi

21 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni yang memencing pengalaman emosional) (Moh Amir sutaarga, 1989: 77) Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan: 1) Penemuan / penggalian. 2) Pembelian. 3) Hadiah / hibah. 4) Titipan dari perorangan atau badan hokum. d. Persyaratan organisasi Agar fungsi museum dapat dioptimalkan dengan semaksimal mungkin untuk masyarakat, maka diperlukan adanya struktur organisasi museum, khusus di Indonesia di atur oleh Keputusan Presiden RI no. 45 tahun 1974 dan Keputusan Mentri P dan K no. 079/0/1975. Dari dua keputusan tersebut, kemudian lahirlah Direktorat Museum, yang terdiri atas dua unsur yaitu: unsur pembina adalah Direktorat Museum dan unsur objek pembinaan adalah museum-museum. Struktur Organisasi Museum ditetapkan berdasarkan keputusan menteri P dan K. BADAN PENDIRI BADAN PENASEHAT

BADAN PENGAWAS BADAN PENGURUS

MUSEUM Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1987: 37)

commit to user

22 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BADAN PEMERINTAH

BADAN PEMERINTAH TEKNIS PERMUSEUMAN

M,USEUM

M,USEUM

M,USEUM

M,USEUM

Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989: 40)

KEPALA KEPALA MUSEUM MUSEUM TATA USAHA DAN PERPUSTAKAAN

KURATOR KOLEKSI

KONSERVATOR PERPUSTAKAAN

PREPARATOR STUDIO

EDUKATOR PEMBIMBING EDUKATIF

Skema II.3 :Struktur organisasi museum secara umum Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989 : 43)

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut: 1) Pembidangan tata usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi ketertiban / keamanan, kepegawaian dan keuangan. 2) Pembidangan pengelolaan koleksi yang meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klsifikasi, kalatogisasi koleksi sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi. commit to user

23 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Pembinaan pengelolaan koleksi yang meliputi konservasi preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium koleksi 4) Pembidangan preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel reparasi. 5) Pembidangan bimbingan dan publikasi yang meliputi kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audiovisual. 6) Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi kegiatan penanganan kepustakaan/referensi. Setiap pembidangan tersebut diatas dipimpin oleh kepala yang bertanggung jawab kepada kepala museum. Susunan organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat kedudukan dan status museum.

C. Tinjauan Khusus Museum. 1. Tinjauan Lobby a. Pengertian Lobby Hall

atau

lobby

merupakan

ruang

kontrol

dalam

pengorganisasian ruang pada sebuah fasilitas umum, sehingga dalam perancangan harus cukup lapang, menarik, baik dari segi sistem interior maupun komponen pembentuk ruangnya. Penataan dan perlakuan pada dinding hall ini dibuat sedemikian rupa sehingga bila dipergunakan tidak terlihat kosong. Pencahayaannya merupakan perpaduan antara sinar matahari yang diperoleh dari media kaca dan ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaan yang mengikuti

tata

pencahayaan (Fred Lawson, 2000:commit 113). to user

pada

ruang

pamer

24 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Fungsi Lobby 1) Sebagai Fungsi Ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby dan tanpa harus pergi ke tempat lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya. 2) Sebagai Fungsi Sosial, yaitu lobby dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan di lobby agar pengunjung dapat saling berinteraksi dengan sesama pengunjung lain serta karyawan. 3) Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan informasi serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata. c. Fasilitas Lobby 1) Tersedianya ruang pengecekan dan meja informasi, ruang pengecekan berada di kanan pintu masuk, dekat pintu tetapi tidak menutupi lalu lintas. Meja informasi ada di kiri masuk, karakter meja ini tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya dapat digantikan dengan papan bulletin atau kalender peristiwa. 2) Tersedianya fasilitas telepon. 3) Tersedianya counter penjualan (bisa dilakukan di meja informasi) jika menjual kartu pos dapat disediakan meja untuk menulis. 4) Tersedianya pula tempat display buku dan barang – barang cetakan. 5) Tersedianya fasilitas pameran pendahuluan (menampung apa yang menarik dari museum), mungkin dalam minggu ini, susunannya harus tepat, menarik, tidak menghalangi jalan dan sirkulasi pengunjung. (Fred Lawson, 2000 : 114).

commit to user

25 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Tinjauan Ruang Pamer a)

Pengertian Ruang Pamer 1) Ruang Pamer (Show Room) Room Used For The Display Of Good Merchandise, artinya adalah ruangan yang dipergunakan untuk kepentingan pemajangan benda koleksi atau barang dagangan. (Ernest Neufrest, 1980 : 359). 2) Ruang

Pamer

merupakan

tempat

untuk

mewujudkan

komunikasi antara benda pamer dan pengunjung. Ruang Pamer dapat dianggap sebagai kunci pameran yang berbicara tentang kekayaan dari koleksi. (Hadisutjipto,1998: 34). b) Tipe Ruang Pamer Ruang pamer dibagi ke dalam dua jenis, yaitu : 1)

Ruang Pamer Sementara Untuk memamerkan materi pameran seperti lukisan, patung dan materi koleksi yang dapat dipindahkan atau diganti-ganti di lantai pameran utama, di lantai bawah dekat Lobby.

2)

Ruang Pamer Permanen, dibagi dua : (a) Ruang

Pameran

pengklasifikasian

Umum

(obyek

berdasarkan

dasar,

urutan

ruangan

pembuatan,

informasi tentang kain, pameran kerja). (b) Pameran Penelitian (obyek kecil). Skala dan proporsi ruang pamer berubah seiring dengan waktu. Ruangan dengan ukuran sedang paling lazim untuk bangunan-bangunan masa kini, sedangkan untuk bangunan dengan ruangan besar banyak ditunjukkan pada bangunan kuno. Tipe-tipe ruang pamer berdasar ukuran, yaitu : 1) Kamar Sederhana berukuran sedang merupakan bentuk yang paling lazim. 2) Aula dengan balkon, merupakan bentuk ruangan yang sudah commit to user lazim dan salah satu yang tertua.

26 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Aula Pengadilan (Ciere Story Hall) merupakan ruang yang paling umum dalam museum seni. 4) Galeri lukis terbuka (Sky Lighting Picture Galeri), merupakan tipe ruangan yang paling umum. 5) Koridor pertunjukan merupakan tipe ruang pamer yang sesungguhnya bukan ruangan, tetapi jalan. Dipergunakan untuk display supaya tidak tampak kosong. 6) Tipe ruangan yang bebas dibagi – bagi saat ada pameran, ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang dapat dibuka untuk cahaya alami. (Setyawan, 2001 : 35) c)

Fasilitas Pendukung Ruang Pamer 1) Ruang Kerja Teknis Administrasi Merupakan ruang yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pemrosesan bahan pustaka, administrasi, tata usaha, dsb. Ruang ini meliputi : (a) Ruang Sekretaris (b) Ruang Staff (c) Ruang Kepala dan Wakil Bagian (d) Ruang Administrasi (e) Ruang Arsip (f) Ruang Gudang 2) Ruang Khusus (a) Ruang Seminar (b) Cafetaria (c) Ruang Audio Visual (d) Ruang Konsultasi 3) Ruang Penunjang Teknis dan Operasional (a) Lobby (b) Lavatory (c) Ruang Pantry (d) Mushola commit to user

27 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(e) Storage (f) Refreshment Room (g) Ruang control listrik. (Mastini Harjoprakoso, 1991 : 5)

d) Tata Ruang 1) Area Pameran (a) Pengertian Pameran Pameran adalah suatu bentuk kegiatan promosi yang bertujuan

untuk

menstimulir/meningkatkan

penjualan

dengan

cara

memperlihatkan

omzet (display),

memperagakan (demo workshop) materi produk secara langsung kepada masyarakat atau konsumen. (William J Stanton, 1989). (b) Lay Out Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang pamer adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas. (1) Daya tarik utama dan sirkulasi utama. (2) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap aktivitas. (3) Kapasitas ruang, formasi antrian. (4) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan. (5) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan. (6) Keamanan dan perlindungan. Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif layout pada ruang pamer adalah sebagai berikut :

commit to user

28 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada pameran berskala besar.

Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana bagian tengah menjadi inti pameran dan dikelilingi

oleh

display

dengan

alur

tematik.

Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan rangkaian area display dalam rute tertentu.

Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik namun sirkulasinya bebas.

Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan tipe

display

dan

bangunan

yang

digunakan.

Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer (Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)

3. Tinjauan Tentang Sirkulasi a) Pengertian Sirkulasi Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak

yang

terjadi

dalam

ruang.

Sirkulasi

memberikan

kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan commit to user tersendiri (Pamudji Suptandar, 1999 : 4).

29 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang pamer) Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer, polanya berdasarkan lay out bangunan, namun ada kemungkinan tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Arah sirkulasi yang umum, pergerakannya ke arah kanan, karena bila arah pergerakan ke kiri, sering menimbulkan kebingungan. Penggunaan tangga sebagai penghubung antar lantai, serta untuk

memperlambat

diperhatikan

dalam

pergerakan

pengunjung.

penggunaan

tangga

ini

Yang

perlu

adalah

tidak

menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan bagi

penyandang

cacat

untuk

melaluinya

disamping

pula

kemudahan untuk memindahkan barang-barang. Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan tidak terpisah-pisah, seperti 2–3 tingkat dari vestibule ke lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer. Untuk penanggulangan kebakaran, sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat. Tangga harus mempunyai penerangan buatan yang cukup. Elevator

juga merupakan alternatif pilihan, pada umumnya

memiliki dua elevator. Sebagai alternatif pengganti tangga dan elevator, dapat dipergunakan jalur landai (ramp) dan eskalator yang banyak dipergunakan pada bangunan modern. c) Penerepan Sistem Sirkulasi pada Bangunan 1) Sirkulasi Eksternal Bangunan (a) Sistem Pencapaian Bangunan Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang to user mendukungcommit kondisi tersebut, pencapaian berputar juga

30 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut. (b) Pengolahan Sistem Eksternal Karena bangunan yang direncanakan merupakan bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site juga dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan service. 2) Sirkulasi Internal Bangunan (a) Sirkulasi Vertikal Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal juga ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi bencana.

Sirkulasi

ini

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga, eskalator dan lift. (b) Sirkulasi Horizontal (1) Sistem Memusat Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada diagram berikut : (2) Sistem Jalur Tunggal Sistem dengan menggunakan koridor sebagai penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan commit to user pada ruang-ruang pertemuan.

31 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d) Arus Sirkulasi Pengunjung

Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)

commit to user

32 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

e) Sirkulasi Koleksi A

B

C

Kolektor

Ruang

D

E

Ruang Penerimaan barang

Isolasi Karantina Ruang Reproduksi

Ruang Restorasi Ruang Sortir

REGISTRASI

Gudang/Storage

R.Pameran Temporer

Ruang Pameran Tetap

R.Ekspedisi Pameran/Keliling

Gedung Lain Museum Lain Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89)

commit to user

33 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f) Sirkulasi Khusus Pengunjung (Sirkulasi Ruang Pamer) Menurut D.A Robillard sirkulasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu : Tipe Sirkulasi

Langsung (straight), alur lintasan pengunjung di arahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi lainnya. Linier (linear), sirkulasi diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen, pengunjung biasanya memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area yang sama. Terbuka (Open), dalam hal ini tidak disertakan dinding display permanen di dalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan ruang pamer benar-benar menyatu. Ruang-ruang dari jenis pola terbuka ini cenderung simetris, dan jalanjalan masuk yang ada tidak dirancang untuk mempengaruhi orientasi perjalanan pengunjung. Memetar (Loop), partisi/dinding pembatas menjadi suatu yang dominan pada pola ini. Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarah pengunjung untuk mengintari pusat ruang tersebut, seperti courtyard, bukaan dan kelompok ruang lain. Membentuk cabang (branch, lobby-foyer), suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat yang kemudian menyebar menuju arah ruang pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi. Membentuk cabang (branch, gallery-lobby), membentuk cabang (branch, linear).

Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

commit to user

Gambar

34 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

g) Hubungan Sirkulasi dengan Ruang Pamer Beberapa pola keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi, Menurut D. A. Robillard antara lain : Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi

Gambar

Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room), pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutmya. Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (corridor to room) . Memungkinkan pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki suatu ruang pamer maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya. Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer (nave to room), di sini pengunjung dapat melihat secara langsung seluruh pintu ruang pamer, sehingga memudahkan pengunjung untuk memilih memasuki ruang pamer yang disukai. Sirkulasi terbuka (open), sirkulasi pengunjung menyatu dengan ruang pamer. Seluruh koleksi yang dapat dipajang dapat terlihat secara langsung oleh pengunjung dan pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat untuk memilih koleksi mana yang hendak diamati. Sirkulasi Linier, dalam suatu ruang pamer terdapat sirkulasi utama yang membentuk linier dan menembus ruang pamer tersebut.

Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982 : 47)

Pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik bergerak mengunjungi ruang pamer, antara lain : 1). Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik memasuki ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh penglaman yang berbeda

commit to user

35 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2). Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama, sehingga memudahkan pengunjung pada suatu ruang pamer untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama yang dirasakaan cepat. 3). Peta-peta dan tanda-tanda pada jalan masuk ruang pamer. 4). Pandangan keluar, memberikan suasana santai dan menciptakan kesan tetap adanya kedekatan dengan lingkungan luar. 5). Pembagian

ruang

dengan

memanfaatkan

kolom-kolom

bangunan. 6). Laurence Vail Colemen membahas tentang tingkah laku pengunjung dalam mengamati pameran. Ada yang mengamati benda yang sepintas saja, tetapi ada yang mengamati secara cermat dengan waktu yang relatif lama. Untuk itu diperlukan satu sistem yang sesuai dengaan tuntutan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mendalami melihat pameran tidak terganggu oleh pengunjung yang hanya melihat secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan ruangan yang lebih luas dan lebih banyak peralatannya.

Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara cermat/mendetail. Sumber : (Laurence Vail Coleman, 1990 : 148)

commit to user

36 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dalam buku Exhebition a Survey of International Design mengemukakan

ada

tujuh

cara

untuk

mengarahkan

gerak

pengunjung pameran, ketujuh cara tersebut adalah : 1). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana oleh tata pameran yang menerus dengan satu arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah. 2). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama. 3). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah. 4). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang disusun secara melingkar dengan satu atau dua arah pandang, serta mempunyai jalan masuk dan keluar yang sama. 5). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang bercabang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama. 6). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang saling berpotongan dan bercabang, serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama. h) Orientasi Pengunjung sangat membutuhkan penempatan tanda–tanda dan peta-peta pada titik–titik lintasan utama seperti tangga, elevator, escalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan, titik pertemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer.

commit to user

37 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

o

Terlalu banyak pilihan membingungkan pengunjung

o

Kebanyakan pengunjung bingung terhadap posisi arah di dalam ruang pamer seperti barat, timur, utara dan selatan Pengunjung menghendaki petunjuk arah untuk membantu mereka dalam menentukan arah. Kebanyakan pengunjung menemukan peta denah yang sulit untuk diikuti Kebanyakan pengunjung kembali mengikuti jalur semula selama mengunjungi ruang – ruang pamer Pengunjung menggunakan peta untuk mencapai semua tempat mengikuti petunjuk–petunjuk yang dianggap menunjukkan arah yang menyenangkan dan menetukan jalur khusus Pengunjung lebih cenderung tertarik dengan petunjuk arah daripada membaca peta. Pengunjung yang memanfaatkan buku pedoman, membaca petunjuk arah daan menanyakan kepada penjaga cenderung tinggal lebih lama daripada yang tidak sama sekali. Pengunjung yang tidak terarah cenderung cepat merasa bosan dan langsung cepat meninggalkan ruang pamer. Petunjuk yang tidak memadai merupakan penyebab utama timbulnya kelelahan pengunjung Alat petunjuk biasanya berupa peta dan denah, buku pedoman, tanda– tanda staf informasi dan isyarat– isyarat penting lainnya. Pengunjung memerlukan sistem orientasi fisik yang menunjukkan arah yang akan dikunjungi baik jenis koleksi maupun jalur pencapaian yang mudah dan cepat.

o o o o

o o

o

o

o

o

commit to user

38 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

o

o

Pengunjung mencari titik utama sebagai acuan arah seperti foyer, penyeberangan, pertemuan koridor dan lainnya. Beberapa pengunjung cenderung mengikuti suatu rangkaian sesuai maksud dari merancang ruang pamer

Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (Vocal Point), pemandangan (Vista), dan perubahan suasana. Selain itu harus menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan mudah dan cepat dapat memetakan ke dalam pemikirannya seluruh konfigurasi jalur – jalur yang ada di ruang pamer.

Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark, baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi.

commit to user

39 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Landmark dapat juga dijadikan pedoman dalam pencarian arah yang tepat, misalnya dalam ruang pamer tersebut di tengah dipasang materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of Interest), tentu tujuan utama pengunjung ke arah materi tersebut baru melihatlihat yang lain.

Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

i) Pemilihan Rute Pemilihan rute pengunjung lebih cenderung pada ruang yang memiliki fungsi pasti, seperti halnya berusaha mencari Lobby dan ruang pameran utama. Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat ke arah area dinding sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek commit to user di antara pintu masuk dan pintu keluar.

40 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id















Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

commit to user

Setelah memasuki ruang pamer kebanyakan pengunjung akan belok ke kiri membentuk rute pengamatan berlawanan dengan arah jarum jam. Faktor yang mempengaruhi pengunjung untuk belok ke kanan setelah memasuki ruang pamer adalah posisi pintu keluar ruang pamer, arah petunjuk pada pintu masuk jarak dinding dari pengunjung pada titik pintu masuk, ukuran luas ruangan galeri dan kebiasaan berjalan pengunjung. Faktor yang mempengaruhi pencarian sebuah rute adalah lokasi pintu masuk dan keluar, jalur dari pintu masuk ke pintu keluar yang dianggap dapat memberikan suatu hal – hal baru, landmark dan ruang pamer yang menarik, lebar dan keteraturan jalur yang dilalui Pengunjung tidak akan memasuki ruang pamer yang tidak memiliki pintu keluar atau yang pintu keluarnya tidak terlihat dengan jelas. Pengunjung cenderung melalui jalur yang searah dari pintu ke pintu. Kebanyakan pengunjung tidak memulai untuk memasuki ruang pamer secara sistematis (seperti lantai pertama, kedua dan ketiga).

41 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

j) Alur Lintasan Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak lintasan pengunjung kepada suasana yang lebih disenangi dalam memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi kualitas komunikasi yang dimaksudkan oleh pengunjung.  Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih sering dilakukan pengunjung daripada dari kiri ke kanan

 Pengelompokan sculpture, tempat duduk dan lainnya letaknya di tengah ruangan akan menggangu alur lintasan.

 Peletakan kelompokan koleksi benda di tengah ruang pamer cenderung mempercepat alur lintasan pengunjung.

 Ruang pamer yang memberikan pengontrolan terhadap alur lintasan pengunjung adalah lebih baik dibanding yang tanpa kontrol

Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

commit to user

42 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

k) Kejenuhan Terhadap Obyek dan Ruang Pamer Faktor kejenuhan pengunjung juga bisa diakibatkan oleh kejenuhan terhadap obyek dan ruang pamer (kemonotonan penataan obyek koleksi baik mengenai gayanya, periode, pengelompokan subyek dan lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya minat pengunjung memiliki keterkaitan dengan susunan pameran yaitu keragamannya, kekontrasan antara ruang-ruang pamer yang bersebelahan.







Pengunjung mengamati sedikit lama pada obyek yang diminati dan melewati banyak koleksi dan ruang pamer yang tidak diminati.



Pengunjung menambah kecepatan berjalannya bila tidak ada sesuatu yang menarik pada ruang pamer tersebut. Pengunjung tinggal lebih lama pada ruang pamer pertama dan pada ruang pamer selanjutnya.



commit to user

Kurangnya keragaman dan kekontrasan dalam rancangan ruang pamer (seperti pencahayaan, kontras spesial dan lainnya) akan memperpendek waktu pengamatan terhadap area pameran yang dilalui. Kurangnya keragaman dan kontras ini menyebabkan masalah kejenuhan pengunjung yang paling utama daripada kelelahan fisik setelah mengamati koleksi.

43 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id







Pengunjung tinggal memberikan perhatian secara luas kadangkala berhenti sejenak pada obyek tertentu dan melewatkan beberapa obyek yang tidak diminatinya Lamanya waktu yang dihabiskan di depan sebuah pameran dan jumlah obyek yang diminati semakin berkurang setelah memasuki ruang pamer. Di ruang pamer yang besar kemungkinan bahwa pengunjung akan mengamati beberapa obyek yang tersedia adalah lebih kecil daripada di ruang pamer kecil



Banyaknya obyek yang dipamerkan kadangkala sedikit waktu diluangkan pengunjung untuk mengamatinya daripada area yang memiliki obyek tidak terlalu banyak. Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

l) Luas Pergerakan dalam Ruang Pamer Luas pergerakan pengunjung ini lebih dipengaruhi oleh keinginan untuk mengamati benda yang belum pernah dilihatnya dan memasuki ruangan yang belum pernah dialaminya. Dari data hasil penelitian menyebutkan ada sejumlah variabel (seperti warna lantai dan dinding, lokasi pintu masuk dan pintu keluar, dan lainnya) dapat mempengaruhi luas pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer.

commit to user

44 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

 Pengunjung lebih banyak memanfaatkan area dinding sebelah kanan dibanding area sebelah kiri ruang pamer.

 Pengunjung lebih sedikit berjalan-jalan di ruang tersebut pintu keluar.

 Pengunjung cenderung lebih banyak berjalan-jalan di ruang pamer yang warna lantai, dinding dan atapnya yang sedikit lebih gelap bila dibandingkan dengan ruang pamer yang bewarna lebih terang.

 Pengunjung pria lebih banyak mengunjungi area pamer dibandingkan pengunjung wanita.  Pengumjung pria lebih banyak berjalanjalan di dalam ruang pamer.

 Pengunjung akan berlama-lama dan banyak berjalan-jalan dalam ruang pamer bila terpampang banyak informasi yang dibutuhkan pengunjung bila terdapat kekontrasan di dalam ruang pamer. Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

m) Penarik dan Pengalih Perhatian Penataan atau seluruh bagian ruang pamer juga sama pentingnya dengan obyek koleksi itu sendiri dilakukan untuk menghindari konflik antara obyek pameran dan keadaan sekitarnya, untuk memaksimalkan commitruang to userpamer agar dapat melakukan

45 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

komunikasi yang lebih baik dengan para pengunjung dari berbagai kalangan dan pengunjung yang hanya bersifat sementara.  Peletakan pintu ruang pamer (terutama pintu keluar) yang kurang tepat bisa menyebabkan pengunjung menuju pintu keluar tanpa memperhatikan obyek yang dipamerkan.  Terlalu jauhnya jarak tempuh terhadap obyek yang harus diamati pengunjung cenderung mengabaikannya dan langsung menuju pintu keluar.

 Pengunjung memberikan banyak perhatian kepada lingkungan yang belum pernah dikenal sebelumnya.  Ruang pamer yang cenderung monoton tidak banyak mendapat perhatian pengunjung Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

4. Tinjauan Organisasi Ruang Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan ruang klasifikasi hirarki ruang dan syarat-syarat penempatan pencahayaan atau pemandangan. Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut : a) Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan fungsi secara jamak. b) Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat dimanipulasikan. c) Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan menjadi suatu cluster fungsional atau dapat diulang dalam suatu urutan linier. d) Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan cahaya, ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar bangunan. commitfungsi to user e) Pemisahan sesuai dengan ruang dan mudah dijangkau.

46 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai berikut : No 1

2

Bentuk Organisasi Ruang Organisasi Ruang Tertutup

Organisasi Ruang Linier

Keterangan a. Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang-ruang di sekitarnya. b. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan ruang lainnya. c. Ruang sektar berbeda dengan ruang yang lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.

a. b. c. d.

3

Organisasi Ruang Secara Radial

a. b. c.

4

Organisasi Ruang Mengelompok

a.

b.

5

Organisasi Ruang Secara Grid

a. b. c.

Merupakan deretan ruang-ruang. Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang. Masing-masing ruang dihubungkan secara langsung Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan organisasi linier. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier mengarah keluar. Lengan radial dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.

Organisasi ini merupakan pengulangan dari bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukurannya, bentuk dan fungsi. Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi

Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi. Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak dijumpai pada interior ruang perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.

Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang to Bentuk user Ruang dan Susunannya,1991: 205) Sumber: (Francis D.K Ching,commit Arsitektur,

47 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

D. Komponen Pembentuk Ruang 1. Lantai a) Batasan pengertian lantai adalah : 1) Lantai merupakan bagian bangunan yang berada di bawah dan diinjak 2) Lantai permukaan bangunan di dalam ruang dimana orang berjalan. 3) Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dari ruang dimana aktivitas manusia dilakukan di atasnya dan mempunyai sifat/fungsi ruang. 4) Sebagai pembagi ruang antar tingkat satu dengan tingkat berikutnya. (Pamudji Suptandar, 1994 : 27) b) Persyaratan lantai, adalah : 1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya. 2) Mudah dibersihkan. 3) Kedap suara. 4) Tahan terhadap kelembaban. 5) Memberikan rasa hangat pada kaki, dsb Lantai ruang pamer seharusnya tidak licin dan ekonomis dalam pemasangan atau perawatannya. Perlu diingat warna permukaan yang mengkilat akan memantulkan cahaya, permukaan yang terlalu gelap akan menyerap cahaya dan akan mengkontraskan kecemerlangan yang akan mempengaruhi penglihatan, demikian pula jika permukaannya terlalui terang. (Pamudji Suptandar, 1999 :132) Lantai harus sedikit lebih gelap daripada dinding (faktor refleksi difusi) kurang lebih 30 %. Sebagai contoh linoleum coklat (12 %) terlalui gelap, marmer putih (50 %) terlalu terang., contohnya adalah jenis Teraso warna abu-abu atau terang, atau kayu yang dicat warna hangat.

commit to user

48 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Dinding a) Fungsi dinding dalam bangunan, antara lain : (1) Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah. (2) Untuk menyokong atau menopang balok, lantai dan langit-langit. (3) Sebagai penyekat atau pembagi ruang. (4) Sebagai pelindung api dari bahaya kebakaran. (5) Sebagai latar belakang dari benda dalam ruangan. (6) Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang. (7) menimbulkan kesan luas, tinggi atau sempit pada ruangan. b) Persyaratan Dinding, adalah : (1) Keras dan Kuat, Cukup tahan getaran dan tidak retak. (2) Tahan terhadap panas dan dingin. (3) Tidak tepengaruh dengan alam dan tahan lama. (4) Warna tidak berubah. (5) Tahan terhadap AC. (6) Tahan terhadap air dan kelembaban. (7) Kedap Suara. (8) Mudah dalam pemeliharaannya. (9) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang. Partisi

hendaknya

seringan

mungkin,

untuk

membuat

fleksibilitas penyusunan. Pada ruang pamer, dinding yang rendah (dibawah 2 m) mempunyai

tingkat

kerusakan

yang

tinggi

akibat

gesekan/tekanan/tumbukan. Oleh karena itu biasanya disusun dengan konstruksi beton halus yang dapat dicat sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk bagian atasnya dapat menggunakan sistem panel atau lembaran yang

memenuhi

syarat

keamanan

dan

mempunyai

penyerapan suara yang tinggi. (Fred Lawson. 2000 :111)

commit to user

tingkat

49 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Beberapa cara peletakan materi koleksi yang terletak di dinding adalah menggunakan: (1) Dinding galeri kayu dilapisi pabrik. (2) Rel Gantung. (3) Draperis (sebagai latar belakang obyek yang berdiri bebas).

3. Ceiling a) Bentuk dan fungsi langit-langit, antara lain : (1) Penampilan dari langit-langit bias bervariasi, misalnya dengan penurunan, bergelombang dan sebagainya. (2) Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas ruang. (3) Tinggi rendah langit-langit bisa memberikan kesan luas dan sempitnya ruang. (4) Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan sistem ruang. b) Persyaratan langit-langit, adalah : (1) Mudah pemeliharaannya. (2) Meredam suara/akustik. (3) Menunjang aspek dekoratif. (4) Tahan terhadap kelembaban. (5) Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu. (6) Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu. (7) Pemasangan harus disesuaikan dengan sistem pencahayaan atau penghawaan baik secara alami maupun buatan. Pada ruang pamer, agar dapat menarik pegunjung dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan memberi kesan mewah. (Pamudji Suptandar, 1999 : 132) Khusus untuk ruang pamer yang menggunakan pencahayaan buatan memerlukan ketinggian antara 12–14 kaki. Apabila commit to user adalah antara 18–19 kaki. diterapkan penggunaan “skylight”

50 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sedangkan apabila diterapkan keduanya (mixed lighting), ketinggian langit-langit

dapat

bervariasi.

Dari

aspek

konstruksi

harus

dipertimbangkan penempatan ducting udara, sirkuit lampu serta segi keamanannya karena mungkin terdapat berbagai peralatan elektrik, AC, lampu, dll.

E. Sistem Interior 1. Pencahayaan Cahaya terang adalah persyaratan untuk penglihatan manusia, karena dalam kegelapan total kita tidak dapat melihat apa-apa. Namun dalam terang yang berlebihan kita tidak tahan juga kesilauannya, maka perlu suatu daerah maksimum dan minimum untuk bisa melihat sehat dan nikmat” (Y.B. Mangunwijaya,1997 : 211). Jenis pencahayaan menurut Sumbernya ada dua, yaitu : a. Sistem Pencahayaan Alami Sistem pencahayaan alami ini merupakan sistem yang sangat sederhana, yaitu dengan mengandalkan cahaya matahari pada siang hari. Sifat dari sistem pencahayaan alami ini antara lain : 1) Cahaya alami siang tidak continue. 2) Cahaya matahari dapat merusak sebagian benda – benda koleksi ruang pamer, karena tingkat iluminasinya, dan komposisi spectrum cahaya. Cahaya campuran, yaitu sebagian dari cahaya matahari dan sebagian dari cahaya lampu yang biasa dipakai saat siang hari. Namun yang banyak adalah lampu, karena bagaimanapun bentuk ruangannya, selalu ada lampu yang mendukung. Ruang pamer saat ini lebih menekankan lampu buatan di ruang pamer sehingga tidak mengherankan bila ruangan itu begitu tertutup dari sinar matahari. Jendela merupakan alat tradisional untuk membiarkan udara dan cahaya masuk ke dalam ruangan, tetapi bagi ruang pamer jendela commit to user ini sangat terbatas kegunaannya, karena diganti oleh AC dan lampu

51 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

buatan. Jendela di ruang pamer beralih fungsi sebagai tempat pengunjung dapat melihat ke luar dan membuat suasana baru dengan perpaduan lampu buatan dan terang sinar matahari. Namun jendela ini sering menyilaukan dan memantulkan cahaya terutama jendela yang biasa kita lihat. Jendela dapat diletakkan tinggi di atas batas mata (kurang lebih 8 kaki dari lantai). Jenis ini tepat jika obyeknya tidak lebih dari 5 kaki. Adapula yang memakai ribbon-window (jendela pita) terutama yang beratap rendah. Monitor lentera persegi yang besar di atas ruangan dan dibentuk

dengan

mengambil

bagian

tengah

langit–langit

menaikkannya untuk jendela. (1) Pencahayaan sudut (Corner Lighting) paling berguna bagi ruang berukuran sedang, hanya perlu satu jendela di dekat sisi ujung dinding panjang. Obyek display diberi lampu buatan sesuai dengan sifat obyek. (2) Pencahayaan ujung (End Lighting) cahaya siang masuk pada ujung ruangan melalui dinding pendek. Jendela ini memerlukan tirai (Venetion Blind) untuk mengatur masuknya cahaya alami. Dinding yang ada akan lebih luas untuk display. Untuk mengatasi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang pamer terlebih dahulu dipantulkan terhadap bidang dinding yang sudah dicat dengan sinc oxide atau titanium trioxide. Dengan cara seperti itu cahaya yang masuk akan diserap kadar radiasi ultravioletnya oleh bidang dinding yang sudah dicat. Cahaya yang dipantulkan ke dalam ruang pamer atau vitrin sebagai alat pamer, hanyalah cahaya yang dapat dilihat dan tidak mengandung kadar ultra violet lagi. Hal ini untuk melindungi koleksi yang rentan seperti yang terbuat dari kertas, tekstil dan benda yang berwarna karena dicat akan terlindung dari bahaya kerusakan akibat commit to user sinar alami.

52 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.5 Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya Alami untuk Penerangan dalam Vitrin. Sumber : (M. Brawe, 1981 : 174)

b. Sistem Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan yang sering digunakan dapat dibagi dua macam, yaitu: 1) Lampu Fluoresensi di sini proses pengubahan energi listrik menjadi energi cahaya yang berlangsung dalam suatu gas dalam tingkat atom, dan tidak disertai oleh penghasilan energi panas, biasanya lampu ini berbentuk pipa. 2) Lampu pijar yang terangnya datang dari benda kawat yang panas, dimana sebagian energi berubah menjadi energi panas dan sebagian menampakkan diri sebagai energi cahaya. Disini energi cahaya timbul dari energi listrik yang berlangsung pada tingkat molekul dan disertai pengeluaran energi panas. Pencahayaan buatan dengan kualitas terbaik dengan indeks penampakan warna minimal 90, suhu warna kurang lebih 4000 Kelvin. Untuk itu dapat digunakan sebagai pencahayaan umum, lampu-lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus. Meskipun pemakaian lampu “menghidupkan“ benda yang sedang dipamerkan, tapi berpengaruh buruk pada meteri koleksi di ruang penyimpanan dalam jangka waktu yang panjang. Bila pencahayaan ini memang diperlukan, maka pemakaian filter yang menyerap radiasi sinar ultra violet sangat disarankan, sehingga diperoleh cahaya dengan intensitas commit to usersebesar + 1000 foot candles saja.

53 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Intensitas sebesar inilah yang terbaik bagi benda – benda yang mudah rusak oleh pengaruh cahaya. OBYEK Benda – benda yang tidak sensitive terhadap cahaya antara lain : Logam, batu, kaca, keramik, barang perhiasan (batu-batu intan, berlian, dan sebagainya), tulang. Benda-benda yang sensitive terhadap cahaya, lukisan, lukisa dinding, kulit, tanduk Benda-benda yang sangat sensitive terhadap cahaya, tekstil, pakaian, seragam, lukisan cat air, lukisan tempera, printing, dan drawing, naskah, benda-benda etnografi dan yang sejenis dengan itu.

MAX ILUMINASI Bebas dari ukuran cahaya

150 LUX

50 LUX

Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi ruang pamer Sumber : (VJ. Herman, 1981 : 72)

2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan a) Pencahayaan Buatan Umum Berfungsi untuk menerangi seluruh ruang bagi kegiatan Ruang Pamer. Ada empat macam sistem pencahayaan secara umum, yaitu : 1) Sistem Pencahayaan Langsung. 2) Sistem Pencahayaan Semi Langsung. 3) Sistem Pencahayaan Semi Tak Langsung. 4) Sistem Pencahayaan Tak Langsung

Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang Sumber : (John E Flyn &commit Segel, 1970 : 141) to user

54 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampu buatan langsung, digunakan untuk penerangan obyek, diantaranya : 1) Instalasi loteng (Attic Instalation). Lampu dengan reflector ini diletakkan di bawah kaca atap. Lampu pijar ditempatkan di empat baris paralel dengan empat dinding. 2) Kaca atap buatan/palsu (False Skylight). Alat untuk mendapat efek kaca atap tanpa penggunaan kaca atap. Mengurangi pembukaan atap. Lebih baik dan ekonomis daripada kaca atap. 3) Spotlight. 4) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau banyak lampu pijar. Sinarnya ke bawah dan yang diterangi bisa sempit atau luas. Lampu ini akan membentuk bayangan hias di lantai. 5) Atap Hias (Louvered Ceiling). Atap gantung terbuat dari lembaran metal atau plastik yang berwujud persegi, bersilang– silang. Lampunya secara tidak langsung akan menyinari ruangan tanpa menyilaukan. 6) Lampu palung (Trough Lights). Baik yang terbuka maupun lensa penutup. Dengan lensa biasa palung harus dimiringkan untuk mengarahkan cahaya. Sistem ini lazim dipakai di Galery. 7) Lampu Troffer adalah panel cahaya yang diletakkan tinggi di langit–langit. Untuk ruang pamer, panel ini ditutup oleh lensa langsung khusus yang menempatkan cahaya di sudut dinding atau tempat lain yang diinginkan. 8) Lampu Polarisasi, masih terbatas, mengurangi silau, akan menolong penglihatan. 9) Lampu

Kasus

(Cases

Lighting),

bentuk

umum

dalam

pencahayaan obyek langsung. Lampu buatan tidak langsung, untuk ruang bukan langsung obyek: 1) Lampu terpasang gantung (suspended fixture) jenis ini tidak commit to user langsung atau semi tidak langsung menggunakan lampu pijar.

55 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampu ini menjaga mata dari kesilauan dengan mengarahkan cahaya

ke

langit-langit.

Bayang-bayang

yang

tidak

menyenangkan di langit-langit dikurangi dengan penggunaan alat-alat lain yang memantulkan sedikit cahaya ke bagian luar peralatan yang sudah terpasang itu. 2) Lampu ke atas tersembunyi (concealed uplights) digunakan untuk mencurahkan cahaya ke langit-langit dari atas kotak, layar atau barang lain. Jenis portable lampu ini tidak tepat dipakai di ruang pamer tapi dapat dipakai di lobby.

Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas ruangan. Sumber: (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 : 20)

3) Teluk lampu (lighting cases) dengan tempat kecil horizontal di dinding yang menyembunyikan sumber cahaya sangat efektif untuk pencahayaan tidak langsung, cocok untuk ruang sedang atau besar (aula) 4) Panel Lampu (lighting panels) papan yang diangkat terbuka dengan lampu palung yang tersembunyi di tepinya. Panel langitlangitnya berbentuk variatif (bulat, persegi, bujur sangkar atau bebas)

Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang berfungsi sebagai pembagi cahaya. commit to user Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 :18)

56 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Pencahayaan Buatan Khusus Pencahayaan khusus adalah pencahayaan yang ditujukan terhadap benda pamer museum.

Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan. Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 : 20)

Pencahayaan harus disesuaikan dengan sifat benda, yang dalam hal ini dapat dibagi menjadi : (1) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua dimensi. (2) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi. Penerapan pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Untuk benda pamer pada bidang vertikal. Peletakan benda pamer pada bidang vertikal, sebaiknya sumber cahayanya memiliki sudut 30 derajat dari bidang tempat pemasangan benda pamer tersebut. (2) Untuk benda pamer pada bidang horizontal Benda pamer yang terletak pada bidang horizontal, sebaiknya peletakan pencahayaan ada di luar daerah refleksi. Hal ini disebabkan oleh sering terjadinya kesilauan yang mengganggu pengunjung.

commit to user

57 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.10. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan. Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineer Society, 1970 : 20)

(3) Untuk mengatasi timbulnya kesilauan perlu dibuat daerah gelap pada langit-langit atau lantai yang berada pada benda pamer tersebut. Hal ini berguna untuk menyerap pantulan yang terjadi.

Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang vertikal. Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970:20)

Untuk pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Untuk benda pamer pada kotak terbuka. Benda pamer yang terletak pada kotak tanpa penutup, dibutuhkan peletakan sumber cahaya dengan tingkat iluminasinya yang tinggi dengan tujuan untuk menonjolkan benda pamer serta menghilangkan bayangan. Salah satu cara yang tepat dalam hal ini adalah dengan dua buah lampu sorot dengan sudut 30 derajat dari titik pusat benda. Namun apabila ingin mendapatkan efek cahaya yang istimewa dapat dicoba dengan mengubah-ubah letak sumber pencahayaannya. commit to user

58 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D Sumber : (M Brawe, 1981 : 175)

(2) Untuk benda pamer dalam kotak kaca Benda pamer dalam kotak kaca harus menghindari penyilauan. Hal ini karena sifat kaca yang menimbulkan refleksi, menyebabkan pengamat menjadi silau. Untuk mengatasi refleksi pada bidang kaca ada tiga cara, yaitu : (a) Peletakan bidang kaca dengan arah vertikal. Refleksi dapat diatasi dengan memberikan latar belakang yang gelap atau menggunakan lampu yang tersembunyi di bawah ambalan.

Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh refleksi cahaya Sumber : (M Brawe, 1981 : 176)

(b) Peletakan bidang kaca miring ke arah vertikal. Untuk peletakan bidang kaca dengan arah miring ke arah vertikal, refleksinya dapat diatasi dengan meletakkan lampu yang dilengkapi penutup di bagian dalam kotak (pada bagian atas) dan meletakkan cermin di bagian bawah kotak. commit to user

59 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 : 21)

(c) Peletakan bidang kaca miring ke arah horisontal

Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal

Sistem Penyerapan Cahaya, dibagi menjadi : 1) Difusi, cahaya alami diserap dengan kaca difusi untuk mengurangi silau dan juga menyebarkan pemantulan khususnya dari langit – langit dan dinding 2) Layar (screening) dengan tirai ,kre (venetian blinde), diafragma. Sulit bila jendela tinggi tapi dapat diatasi dengan kre (venetian blinde)

3. Penghawaan a. Penghawaan alami Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (Natural). Dalam buku “Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan“ dikatakan bahwa, bila harus menggunakan sistem penghawaan alami commit to user di dalam suatu ruangan, maka harus diperhatikan ventilasi horizontal

60 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang terbuka secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang dipergunakan itu sesuai dengan kebutuhan. (YB. Mangunwijaya, 1997 : 148). Untuk Indonesia secara umum, tingkat suhu udara yang cocok dalam ruangan penyimpanan adalah antara 20oC dan 24oC, sedangkan tingkat kelembaban antara 45% dan 60%. Penggunaan AC tidak dianjurkan untuk menggunakan ventilasi yang baik sehingga suhu di dalam dan di luar gedung tetap sama. Dengan ventilasi saja, dapat terjadi tingkat kelembaban di dalam ruangan menjadi tingkat kelembaban relatif di dalam ruang penyimpanan, dapat digunakan alat dehumidifier.

DAERAH UDARA MATI

Gambar II.14. Kemungkinan yang terjadi pada sistem vertical silang Sumber : (Y.B Mangunwijaya, 1997 : 149)

Atau untuk menyerap kelembaban yang terjadi di dalam lemari, rak atau peti penyimpanan, penggunaan silica gel sangat membantu. Dapat juga dengan pemakaian polyethylene. Untuk mencegah terjadinya goresan pada benda koleksi, disarankann agar bendabenda

tersebut

sebelum

dibungkus

dengan

lembaran

tipis

polyethelene lebih dahulu diantari dengan anyaman kapas (cotton webbing) Apabila suhu di dalam ruang penyimpanan ruang terlalu tinggi dan udara terlalu kering, dapat dikurangi dengan pemakaian alat humidifer. commit to user

61 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sedangkan untuk mengurangi pencemaran yaitu menyaring debu gas yang dihasilkan zat-zat kimia, debu garam yang dibawa air laut, menggunakan airlocks. Pemakaian airlocks ini sangat membantu kebersihan ruangan gedung secara keseluruhan. (IGN. Soekono,1996 : 23) b. Penghawaan Buatan Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia. Sistem penghawaan buatan yang umum digunakan dalam sebuah ruang pamer adalah : 1) Sistem Heating atau Radiator, fungsinya untuk meninggikan suhu dengan cara sistem pemanasan air. Sistem ini biasa digunakan di daerah yang beriklim sub tropis. 2) Air Conditioning (AC), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan temperatur, kelembaban, aliran udara dan untuk menjaga kualitas udara yang betul dan terpelihara. Sistem penggunaan AC ini pada umumnya dipakai pada daerah yang beriklim tropis. 4. Akustik Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi yang ditimbulkan oleh suara baik dari dalam maupun dari luar bangunan ruang pamer. Gangguan bunyi khususnya pada suatu ruang pamer, biasanya berasal dari faktor kebisingan dari luar (berupa keramaian kendaraan pada jalur transportasi atau areal parkir) serta faktor dari dalam ruang itu sendiri (Karena aktivitas/kegiatan yang berlangsung di dalamnya seperti bunyi langkah kaki dan pembicaraan pengunjung atau bunyi yang ditimbulkan

oleh

perangkat

sound

system

pada

ruang

audiovisual/auditorium serta materi koleksi peragaan pada ruang pamer yang menggunakan efek sound system). Isolasi bunyi merupakan cara untuk menanggulangi gangguan bunyi dengan pengurangan atau pemisahan dari yang lain sehingga to user terjadi penyerapan dan commit pemantulan bunyi. Pemakaian material interior

62 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pada unsur pembentuk ruang (lantai, dinding dan ceiling) sangat berpengaruh. Selain itu tingkat kekuatan bunyi perlu diatur untuk mengurangi kebisingan dalam ruang. Klasifikasi bahan penyerap diantaranya yaitu : a. Bahan berpori Karakteristik dari bahan berpori : 1) Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibanding rendah. 2) Efisiensi akustiknya membaik dengan bertambah tebalnya lapisan penahan dan bertambah jarak dari lapisan penahan. Contoh : papan serat (fiber board), mineral wools, selimut isolasi (semacam jaringan dengan pori-pori saling berhubungan), plester lembut (soft plester). b. Panel Penyerap Tiap bahan kedap suara yang dipasang, akan berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel tersebut yang akan menyerap energi bunyi yang datang dan mengubahnya menjadi energi panas. Karakteristik dari penyerap panel, yaitu merupakan penyerap bunyi yang efisien pada frekuensi rendah. Contoh : panel kayu (hard board), plastic board, langit–langit plesteran yang digantung, gypsum board, lantai kayu/panggung, pelat logam. c. Resonator Rongga (helm oltz) Resonator rongga udara terdiri dari sejumlah udara tetutup yang dibatasi oleh dinding tegar yang dihubungkan oleh lubang/celah sempit ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat. Karakteristik dari resonator rongga yaitu menyerap energi bunyi maksimal pada frekuensi rendah yang sempit. Contoh : Resonator rongga individual (balok beton standar, soundblox),

resonator berlubang commit to user

(lembaran

asbestos

semen,

63 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

hardboard mesonite, lembaran baja/aluminium polos), resonator celah (batasan beton berongga khusus, rusuk/slat kayu) Selain

itu,

penggunaan

bahan-bahan

akustik

dalam

perancangan interior, juga memultifungsikan bahan antara fungsi penyerapan bunyi sekaligus penyelesaian interior. Oleh karena itu, pemilihan bahan-bahan dengan petimbanganpertimbangan di luar segi akustik juga perlu diperhatikan, diantaranya : 1) Penampilan bahan (ukuran tepi, warna, sambungan) 2) Daya tahan terhadap kebakaran, kelembaban, temperatur dan kondensasi ruang. 3) Biaya dan kemudahan instalasi. 4) Mudah dalam perawatannya. 5) Kesatuan dengan elemen-elemen ruang (pintu, jendela dan lighting). 6) Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan dan goresan) 7) Pemantulan cahaya dan ketebalan/berat. 5. Sistem Keamanan Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa usaha melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan pengunjung ruang pamer dari kerusakan dan gangguan yang disebabkan oleh bencana alam dan ulah manusia dalam bentuk pencurian, perampokan, kebakaran, vandalisme atau tangan-tangan jahil, konflik politik, kerusuhan, banjir, gempa bumi dan sebagainya. (IGN Soekono, 1996 : 3) Tujuan pengamanan ruang pamer adalah terciptanya suatu ruang pamer yang utuh, lengkap dan tenteram dimana pengunjung, staf ruang pamer yang terdiri dari kurator, educator, preparatory, konservator serta tenaga administrasi meseum merasa tenang selama berada di dalam museum. commit to user

64 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sifat pengamanan ruang pamer statis ditujukan khusus kepada pengunjung ruang pamer, yaitu mengawasi para pengunjung yang sedang melihat pameran di ruang pameran. Pengamanan ruang pamer yang kedua bersifat dinamis atau mobil (keliling) tugasnya melakukan pemeriksaan keliling ke ruangan-ruangan, pameran tetap, pameran temporer, auditorium, ruang administrasi, ruang kuratorial, ruang preparasi, ruang edukasi, ruang konservasi dan laboratorium serta kompleks ruang pamer dimana terdapat koleksi – koleksi yang terbuka, ketika ruang pamer akan dibuka, ruang pamer sedang dibuka, ruang pamer menjelang tutup serta pada malam hari. Ada beberapa faktor unsur pengamanan ruang pamer yang perlu diperhatikan antara lain : a) Aspek Manusia, meliputi : 1) Pengunjung ruang pamer yang datang dengan tujuan yang berbeda. Ada pengunjung ruang pamer yang memanfaatkan untuk mengadakan studi dan penelitian, ada sekedar untuk berekreasi dengan keluarga, tetapi ada juga yang memanfaatkan untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barangbarang koleksi yang ada di ruang pamer. 2) Beberapa kebiasaan pengunjung yang secara iseng mengotori, membuat corat-coret di dinding tembok dan pagar atau merusak taman, membuang sampah dan kotoran dengan sembarangan. b) Aspek Fisik bangunan, meliputi : 1) Bahan-bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak disimpan di tempat yang baik dan aman. 2) Pintu jendela dan lemari-lemari koleksi tidak dipasang dengan kunci-kunci yang baik dan kuat. 3) Memilih dan menentukan bahan-bahan bangunan yang tidak mudah terbakar oleh api. 4) Dan lain-lain. commit to user

65 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c) Aspek Peralatan dan Sarana, meliputi : 1) Belum tersedianya alat pemadam api, sehingga bila timbul bahaya kebakaran sudah tidak tertolong lagi. 2) Pada umumnya saluran air dari hidran (wall and freezing hydrant). Tidak mudah diperoleh, karena hanya pada gedung yang ada di kota besar saja yang sudah ada jaringan saluran dari PDAM. Cara pengamanan benda-benda koleksi dapat dilakukan dengan cara: a. Pengamanan Umum Melalui Tata Kerja dan Tata Ruang. Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi ini maka perlu ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat diantara para petugas. Adapun tugas-tugas itu antara lain : 1) Memeriksa ruang-ruang penyimpanan secara rutin/berkala. 2) Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh fasilitas penyimpanan. 3) Membuat peraturan yang ketat. Dalam

perencanaan

sebuah

gedung

harus

diperhatikan

hubungan antara ruang-ruang penyimpanan dan bagian gedung lainnya agar tidak memudahkan terjadi pencurian atau perusakan. b. Pengamanan Terhadap Pencurian dan Perusakan. Ada dua jenis alat pengamanan untuk maksud ini. Dan alat tersebut sebaiknya dipakai diseluruh bangunan, antara lain adalah : 1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection System) Beberapa kekhawatiran dan kerusakan benda koleksi yang disebabkan oleh pengunjung juga mepengaruhi perancangan furniture, diantaranya: a) Vandalisme Kebiasaan vandalisme ini banyak terjadi karena keisengan dan kurangnya kesadaran akan ada benda-benda commit to user

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada nilainilai kebudayaan bangsa. b) Touch Complex (penyakit ingin meraba) Umumnya orang tidak puas melihat saja, mereka masih penasaran apabila tidak meraba banda-benda koleksi yang dilihatnya. 2) Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection System) Bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata sistem parameter gagal berfungsi, misalnya bila pelaku kriminal telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Contohnya yang paling sederhana dari jenis ini ialah kunci. Interior protection system diantaranya adalah: a) Saklar magnetic (magnetic contac switch). b) Pita kertas logam (metal foil tape). c) Sensor pemberitahuan/pencegah bila kaca pecah (glass breaking sensor). d) Kamera pemantau (photo electronic eyes). e) Pendeteksi getaran (vibration detectors). f) Pemberitahuan/peringatan getaran (internal vibration sensor). g) Alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door control). h) Pengubah sinar infra merah (passive infra-red) c. Pengamanan Terhadap Kebakaran. Ruangan perlu memiliki pintu-pintu api. Juga dapat pula digunakan dinding-dinding khusus. Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat. Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat dinding dan commit to user pintu.

67 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan ruang pamer terbagi dua : 1) Ruangan-ruangan dimana air untuk memadamkan api dapat juga merusak seperti halnya api itu sendiri. (Contoh : Ruang Pamer, Ruang Kuratorial, Ruang Penyimpanan) 2) Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius. (Contoh : Bengkel mekanik, penyimpanan barang persediaan peralatan, peti). Ruang yang disebutkan pertama sebaiknya tidak menggunakan air sebagai pemadam tapi CO2 yang dapat dipasang otomatis ataupun portable. Basement adalah ruang yang biasa menggunakan instalasi air sebagai pengamanan kebakaran. Ruangan di atasnya bisa diawasi manual atau dengan sistem deteksi. Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal yaitu: 1) Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi terhadap perubahan suhu. 2) Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran. Mengenai alat pemadam kebakaran yang dapat dipilih dibawah ini: 1) Sistem penyemprotan (sprinkle system) 2) Sistem pemadam dengan gas (gas system) 3) Tabung pemadam api (portable fire extinguisher) Untuk ruang penyimpanan koleksi seperti ini, maka portble fire extinguisher, yaitu dari jenis dry chemical extinguisher kiranya paling menguntungkan, karena tepung residu yang ditinggalkan tidak merusak semua jenis benda. (IGN Soekono, 1996 : 15).

commit to user

68 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6. Sistem Display a. Faktor yang Mempengaruhi 1) Benda koleksi Sistem display pada museum menyangkut beberapa hal, yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada suatu pameran dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu : a) Ukuran barang detail kritisnya. b) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras sekitarnya. c) Penerangan dan kecerahan benda tersebut. d) Warna cahaya yang menerangi benda itu. e) Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya, 197:24). 2) Medan Penglihatan Manusia Secara

geometris

medan

penglihatan

pada

mata

dipengaruhi anatomi tubuh manusia. Gerakan kepala yang wajar adalah 30 derajat ke atas dan ke bawah, gerakan ke samping kanan maupun kiri adalah 45 derajat. medan pengamatan dipengaruhi jarak pandang agar pengunjung dapat melihat dengan seksama secara keseluruhan.

Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik Sumber: (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 1979 : 195)

commit to user

69 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical Sumber : (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati Materi Koleksi Sumber : (Julius Panero Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Garis pandang baku berada pada garis horizontal 0 derajat, tapi pada kenyataanya garis pandang alami berada di bawah garis horizontal dan sedikit beragam dan tergantung pada masingmasing orang. Saat berdiri garis pandang normal berada pada 10o, saat duduk 15o, saat rileks 30odan 38o di bawah garis horizontal. Keterbatasan jarak pandang mata manusia berupa batas pandangan mata manusia tanpa menggerakkan bola matanya (Polychromatic). Batas pandangan itu dalam bidang vertikal dan horisontal. Batas pandangan mata manusia normal yaitu: a) Vertikal

: - max.50 , min 27 di atas sumbu mata - max 40 , min 10 di bawah sumbu mata

b) Horizontal :- max 79 di bawah sumbu mata Gerakan kepala pada garis horizontal, tersusun berdasar rotasi leher dan gerak sekitar 45o kekiri dan kanan, dapat dicapai commit to user tanpa kesulitan oleh semua orang.

70 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Cara penyajian materi koleksi : a) Berdasarkan Bentuk Penyajian (wadah materi koleksi yang ditampilkan) dibagi menjadi 4, yaitu: 1) Bentuk sistem panel (Panel System) Panel, terdiri dari panel dinding, panel transparan, panel elektroli. Biasa digunakan untuk benda 2D, misal : gambar, bagan grafik, lukisan, dan foto. 2) Sistem Pedestal (Alas Koleksi) Pedestal/alas koleksi, terdiri dari sistem box standar dan sistem box khusus. Biasa digunakan untuk penyajian benda 2D dan 3D, misal : foto, benda kecil yang berharga, benda dari kulit dan tekstil. 3) Sistem Vitrin 4) Sistem Diorama Penyajian

untuk

benda

3D,

diorama

suatu

peristiwa/kisah, diorama suatu tema pameran. dll b) Berdasarkan aspek aksentualisasi materi yang ditampilkan. Aksentualisasi dari materi yang ditampilkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, hal ini dimaksudkan agar : 1) Benda/materi koleksi dapat sebagai point of interest. 2) Aspek estetika lebih ditonjolkan pada materi koleksi sehingga menambah daya tarik pengamat. 3) Persepsi dan penghayatan komunikasi dapat lebih detail dan teliti. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan : 1) Perbedaan tinggi lantai (split level) Penyajian untuk benda 3D, peralatan, miniatur, replika, patung. 2) Sistem Mezanin Dipakai pada ruang pamer yang multi level to user terjadinya interaksi pengamat sehingga commit memungkinkan

71 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dari ruang atas dengan materi koleksi di ruang bawah untuk penyajian untuk benda 3D, peralatan, miniatur, replika patung, dll. Aksentualisasi yang ditampilkan mengurangi

penggunaan

sekat

dinding

sehingga

kebebasan ruang gerak terbentuk. 3) Memasukkan dalam dinding dengan Dekorasi Mural Penyajian untuk benda 2D dan 3D yang berkaitan dengan dekoratif mural. Aksentualisasi yang ditampilkan ; -

Materi koleksi diperagakan pada lubang yang terfokus.

-

Aksentualisasi menunjukkan materi koleksi lebih menonjol

4) Split Level Plafon/Langit – langit Penyajian untuk benda 3D, Aksentualisasi yang ditampilkan : -

Penurunan ceiling pada materi koleksi dengan fokus penerangan dapat meningkatkan daya tarik obyek pamer.

-

Materi koleksi sebagai pusat utama.

c) Berdasarkan Faktor Teknologi Penggunaan teknologi modern sangat mendukung fungsi dan suasana yang ingin ditampilkan. Hal ini akan menimbulkan persepsi pengamatan yang lebih detail dan teliti. 1) Sistem Display Film/Sinematografi Penyajian berupa teater film/multi media yang menggambarkan suatu peristiwa/kisah yang sesuai dengan tema ruang pamernya. commit to user

72 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.18. Penyajian Display Film Sumber : (Fred Lawson, 2000 : 111)

2) Sistem Display Komputer/Monitor TV Penyajian menggunakan program komputer baik dengan sistem layar lebar atau tidak.

Gambar II.19. Penyajian Display Komputer Sumber: (Fred Lawson, 2000 : 111)

3) Sistem Display Remote Control dan Tata Lampu Penyajian materi dapat berupa materi koleksi 2D dan 3D dengan dilengkapi tombol pengatur.

TV LAYAR LEBAR

CONTROL PROGRAMING

Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu (Sumber : Fred Lawson, 2000 : 112)

4) Sistem Materi Koleksi Berputar Penyajian berupa materi 3D dengan ukuran kecil dan sedang (0,5 m² - 3,0 m²) serta persyaratan berat maksimum 150 kg commit to user

73 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d) Berdasarkan Kronologis Yaitu koleksi yang dipamerkan disusun dari yang muda usianya. e) Persyaratan Media Display Koleksi Persyaratan-persyaratan dalam perencanaan pembuatan vitrin sebagai berikut : 1) Keamanan benda koleksi harus terjamin. 2) Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya. 3) Pengaturan cahaya dalam vitrin tidak boleh mengganggu koleksi maupun menyilaukan pengunjung. 4) Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan dinding. Menurut jenisnya, vitrin terbagi atas : (a) Vitrin Dinding Vitrin dinding adalah vitrin yang diletakkan berhimpit dengan dinding. Pandangan hanya dari sisi samping kanan, kiri dan dari depan. (b) Vitrin Tengah. Vitrin tengah adalah vitrin yang diletakkan berada di tengah ruangan. Arah pandang dari sisi depan, belakang dan samping kanan maupun kiri. (c) Vitrin Sudut Vitrin sudut adalah vitrin yang diletakkan di sudut ruangan dan hanya dapat dilihat dari arah depan. (d) Vitrin lantai Vitrin lantai adalah vitrin yang diletakkan di lantai mendatar ke bawah pandangan mata kita. commit to user

74 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(e) Vitrin Tiang Vitrin Tiang adalah vitrin yang letaknya di seputar tiang atau kolom, vitrin ini juga termasuk golongan vitrin tengah.

Gambar II.16. Vitrin Sudut Sumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 40)

Gambar II.17. Vitrin tengah Sumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 37)

Gambar II.18. dinding Sumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 43)

Gambar II.19. Vitrin Lantai Sumber : (Depdikbud, 1994 : 45)

Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin (Sumber : Depdikbud 1993/1994)

Menurut bentuknya vitrin terbagi atas dua macam yaitu: (a) Vitrin Tunggal Vitrin berdiri sendiri dalam satu fungsi. (b) Vitrin Ganda Vitrin yang mempunyai dua fungsi, yaitu; selain untuk memajang benda koleksi yang dipamerkan, juga berguna

untuk

menyimpan

benda

yang

tidak

dipamerkan (baik di atas maupun di bawahnya)

F.

Furniture Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : 1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja. 2. Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu berada (built-in). Contohnya : rak, lemari yang menyatu dengan dinding, tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai. commit to user

75 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti dibawah ini : 1. Sifat Peletakan. Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas. 2. Ukuran. Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan besaran ruang dan kebutuhan dalam penggunaan. 3. Bentuk. a) Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang maksimal. b) Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu tema tertentu. c) Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu kepentingan. Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini : 1. Penentuan daerah aktif dan pasif. 1. Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas (flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya. 2. Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk. 2. Bentuk Kegiatan. Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan furniture.

commit to user

76 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Ukuran Gerak. Ukuran gerak dimaksudkan untuk memperhitungkan ruang/jarak yang dibutuhkan oleh sikap gerak/kegiatan manusia. (Drs. Ken Soenarko. 1999 : 6-9)

G. Pertimbangan Desain 1. Bentuk Ciri – ciri visual bentuk yaitu : a) Wujud adalah ciri-ciri pokok yang mewujudkan bentuk. Wujud ialah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan dan sisi suatu bentuk. b) Dimensi adalah panjang, lebar dan tinggi, dimensi-dimensi ini memerlukan proporsinya, adapun skalanya ditentukan oleh ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain di sekelilingnya. c) Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. d) Tekstur

adalah

karakter

permukaan

suatu

bentuk,

tekstur

mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaaan bentuk tersebut. e) Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar arah mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya. f) Inersia visual adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita. (D.K Ching, 1996 : 50) 2. Unsur-Unsur Desain Beberapa unsur dasar di dalam desain, meliputi unsur visual (yang dapat dilihat) maupun yang tidak terlihat tetapi dapat dirasakan adalah garis, nada, warna, tekstur, ruang, ritme, aksen, tension, arah dan commit ukuran. (Arfial A.H, 1993 : 3) to user

77 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Unsur-unsur yang melebur dalam desain membentuk satu kesatuan atau unity. Kesatuan bentuk diperoleh pula dari pertimbangan: a) Proporsi

adalah

hubungan

antara

ukuran

bagian

terhadap

keseluruhan, antara bagian yang satu dengan yang lain. b) Keseimbangan adalah suatu kondisi atau kesan berat, tekanan, tegangan, sehingga memberi kesan kestabilaan, tenang dan seimbang. c) Irama diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud dan warna secara teratur atau harmonis. d) Emphasis atau tekanan suatu bentuk yang mendapat perhatian atau tingkat kekuatan tertentu atau penonjolan bagian tertentu. 3. Warna Warna adalah satu hal yang sangat vital, hubungan ini dikarenakan warna membawa misi untuk masing-masing ruang dan benda tentang keberadaannya. a) Pemahaman Sifat Warna terhadap cahaya menurut ilmu Fisika Adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan benda tersebut. Benda yang memantulkan semua panjang gelombang terlihat putih, benda yang sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam. Dispersi terjadi apabila sinar matahari melalui prisma kaca yang berbentuk spektrum dan kecepatan menjalarnya tergantung pada panjang gelombangnya. Warna utama dari cahaya atau spektrum adalah biru, kuning dan merah dengan kombinasi-kombinasi yang dapat membentuk segala warna. b) Pemahaman Warna menurut ilmu Bahan Adalah sembarang zat tertentu yang memberikan warna. Pigmen memberikan warna pada tumbuh-tumbuhan, hewan, juga pada cat, plastik dan barang produksi lainnya kecuali pada tekstil yang menggunakan istilah zat celup untuk mewarnainya. Suatu to user menghisap beberapa panjang pigmen berwarna commit khas karena

78 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

gelombang sinar dan memantulkan yang lain. Pigmen banyak digunakan dalam industri, misalnya plastik, tinta karet dan lenolum. c) Pemahaman Warna secara Psikologis Sebagai bagian dari unsur desain, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari ruang tersebut. menurut Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut . Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur bahwa warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda. Sifat dan pengaruh warna : a) Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi). b) Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya, kesulitan dsb. c) Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik. d) Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan (berkuasa), aktif dan vital (hidup). commit to user

79 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

e) Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan sesuatu. f) Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan. g) Hijau,

mempunyai

sifat

keseimbangan

dan

selaras,

membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru. (Henry Dreyfuss, Symbol Sourcebook. 1972 , J. Linschoten dan Drs. Mansyur, Pengantar Ilmu Jiwa Fenomenologi. 1983). Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi : a) Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb. b) Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam. Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna. 4. Elemen Estetis Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-benda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah bukti jelas hunian. Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa : 1). Manfaat

: alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.

2). Incidental

: Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur commit to user

80 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3). Dekoratif

: benda seni dan tanaman. (Francis DK Ching, 1996:

272-275). 5. Tema Tema dalam perancangan Desain Interior merupakan hal yang penting, tema dapat menimbulkan suatu suasana dan membentuk karakter ruangan tertentu. Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan dapat

memenuhi

tuntutan

kegiatan

dan

fungsi

ruang

yang

sesungguhnya.

H. Tinjauan Tentang Sepak bola. a. Sejarah sepak bola dunia Menurut Bill Muray, dalam bukunya The World Game :a history of soccer,sepak bola sudah di mainkan Sejak awal masehi.saat itu orang-oarang di era mesir kuno sudah mengenal permainan membawa dan menendang bola yang dibuat dari bantalan kain linen. sejarah yunani kuno juga mencatat ada sebuah permainan yang disebut episcuro,permainan menggunakan bola.bukti itu tergambar pada reliefrelief di dinding museum yang melukiskan anak muda memegang bola bulat dan memainkanya dengan paha Sepak bola juga disebut-sebut berasal dari daratan cina.dalam sebuah dokumen militer disebutkan,Sejas tahun 206 SM,pada masa pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan sepak bola yang disebut Tsu Chu.Tsu mempunyai arti menerjang bola dengan kaki.Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya.merekapun bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang.

commit to user

81 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Sejarah sepak bola modern Sepak bola modern yang kita kenal sekarang diakui oleh berbagai pihak berasal dari Inggris. Sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya. Pada tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di dunia, dengan nama Sheffield Football Club. Klub sepak bola ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah yang memainkan permainan sepak bola. Pada saat yang sama, tepatnya tahun 1863, berdiri badan asosiasi sepak bola di Inggris, dengan nama Football Association (FA). Pada saat itu badan inilah yang mengeluarkan peraturan dasar permainan sepak bola, sehingga sepak bola menjadi terorganisir. Pada tahun 1886 terbentuk badan yang mengeluarkan peraturan sepak bola modern di dunia, dengan nama International Football Association Board (IFAB). IFAB terbentuk setelah adanya pertemuan antara FA dengan Scottish Football Association, Football Association of Wales, dan Irish Football Association di Manchester, Inggris. Hingga saat ini IFAB adalah badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada permainan sepak bola, mulai dari peraturan dasar hingga peraturan yang menyangkutteknik

permainan

serta

perpindahan

pemain.

Tidak adanya badan yang mengatur permainan sepak bola di dunia internasional membuat perkembangan olah raga ini agak terhambat. Disadari oleh para pelaku sepak bola bahwa penting untuk membentuk sebuah organisasi yang membawahi dan mengatur permainan sepak bola secara global. Karena itu pada tanggal 21 Mei 1904 dibentuk sebuah badan sepak bola internasional di Perancis dengan nama Fédération Internatinale de Football Association (FIFA). Meskipun tebentuk di Perancis, namun kantor pusat dari FIFA terdapat di Zurich, Swiss. Sedangkan presiden pertama FIFA adalah Robert Guérin.

commit to user

82 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sejak FIFA terbentuk, perkembangan sepak bola di dunia pun semakin pesat. Hal ini karena salah satu tugas utama dari FIFA adalah melakukan promosi dan sosialisasi tentang sepak bola ke berbagai belahan dunia. Perkembangan sepak bola yang pesat di dunia ini dapat dilihat dari banyaknya negara yang masuk menjadi anggota FIFA. Hingga saat ini sudah lebih dari 200 negara yang masuk menjadi anggota FIFA. c. Sejarah sepak bola eropa Berawal dari ide Sekretaris Federasi Sepakbola Prancis (FFF) Henri Delaunay pada akhir dekade 1920-an. Kala itu, ia melihat kutub sepakbola dunia terbagi dua. Yakni, Eropa dan Amerika Latin. Ia telah melihat ada kepincangan di antara dua kutub itu, di mana negara Amerika Latin terlalu kuat bagi Eropa. Uruguay meraih medali emas di Olimpiade 1924 dan 1928. Bahkan, Uruguay ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia I tahun 1930 sebagai penghormatan atas prestasinya. .

Untuk mengimbangi prestasi Uruguay dan negara Amerika Latin

lainnya, Delauney ingin memperbanyak frekuensi pertandingan di Eropa. Caranya dengan menggelar kejuaraan antarnegara. Sayang, ide Delauney diabaikan UEFA (Uni Sepakbola Eropa). UEFA malah menggelar kejuaraan antarklub Eropa yang kelak dikenal sebagai Liga Champions,

Piala

UEFA

dan

Piala

Winners

mulai

1954.

Keputusan itu memukul Delauney sehingga pria kelahiran Paris 15 Juni 1905 itu jatuh sakit dan meninggal dunia pada November 1955. Hal ini membuat para pengurus UEFA tersentak. Dalam kongres UEFA 1957, barulah ide Delauney itu disetujui. Kongres juga memutuskan Prancis sebagai tuan rumah Piala Eropa 1960 sekaligus menghormati Delauney. Sebagai tuan rumah, Prancis langsung lolos ke putaran final. Babak penyisihan diikuti 17 negara. Dari kualifikasi itu loloslah Yugoslavia, Cekoslowakia, Uni Soviet. Di putaran final, Uni Soviet mengalahkan Cekoslowakia 3-0, sedangkan Yugoslavia mengalahkan commit to user

83 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tuan rumah Prancis 5-4. Dengan demikian, Uni Soviet jumpa Yugoslavia di final Dalam partai final yang dimainkan di Stade de Frances, Paris, Yugoslavia unggul lebih dulu melalui Milan Galic. Keunggulan ini berlangsung cukup lama sehingga banyak yang mengira Yugoslavia bakal juara dan Soviet “habis”. Namun, beberapa menit sebelum pertandingan usai, Slava Metreveli menyamakan kedudukan menjadi 11. Pertandingan diperpanjang 2 x 15 menit. Saat itulah, sundulan Viktor Ponedelnik membuyarkan harapan Yugoslavia dan mengantarkan Soviet juara. Mungkin dari alam sana, si pemilik ide, Henri Delauney berkata,” Regardez C’est fantastique! C’est magnifique!” Lihatlah, betapa

fantastis,

betapa

menariknya.

Jumlah peserta Piala Eropa II, yang berlangsung di Spanyol, 1964, membengkak dari 17 negara menjadi 29 negara. Pembengkakan ini antara lain ditandai masuk masuknya Inggris dan Italia dalam kancah perhelatan akbar se-Eropa ini. Namun, formatnya sama, putaran final hanya diikuti empat tim. Di final di Stadion Santiago Bernabeu, yang salah satu penontonnya adalah diktator Spanyol, Jendral Franco, tuan rumah

mengalahkan

Uni

Soviet.

Spanyol

pun

juara.

Italia menjadi tuan rumah Piala Eropa ketiga pada 1968. Italia jumpa Yugoslavia pada partai final di Roma. Kedudukan tetap 1-1 kendati sudah dilakukan perpanjangan waktu. Pertandingan dilanjutkan dua hari kemudian, Italia mengalahkan Yugoslavia 2-0. Karena pesertanya makin banyak, formatnya diubah. Setiap peserta harus menjadi juara dan

runner

up

grup

terlebih

dahulu

untuk

lolos

final.

Italia, yang menjadi runner up di Piala Dunia 1970 setelah dikalahkan Brasil, difavoritkan bakal menjuarai Piala Eropa 1972 di Belgia. Namun, ternyata penampilan Italia di bawah standar dan tersingkir. Jerman Barat yang ditangani Helmut Schoen menjadi juara dengan mengalahkan Uni Soviet 3-0 di final. Materi pemain Jerman commit to user waktu itu antara lain Franz Beckenbauer, Paul Breitner, Uli Hoeness,

84 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gunter Netzer dan Gerd Mueller yang dua tahun kemudian menjadi juara Piala Dunia 1974 dengan meredam “total football” Belanda 2-1 di final. Piala Eropa 1976 untuk pertama kalinya digelar di negara Blok Timur, Yugoslavia. Jerman Barat terlalu tanggung bagi lawanlawannya. Tanpa hambatan yang berarti, Der Panzer melenggang ke final. Pasukan Schoen jumpa Cekoslowakia. Der Panzer sempat tertinggal 0-2, tapi kemudian Dieter Muller dan Bernd Holsenbein menyamakan 2-2. Cekoslowakia menang lewat adu penalti, yang ditentukan

oleh

tendangan

Antonin

Panenka.

Keberhasilan

Cekoslowakia mengubah peta sepakbola Eropa yang selama ini didominasi Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, Uni Soviet dan Yugoslavia. Salah satu pemain Cekoslowakia adalah Joseph Masopust, yang

kemudian

sempat

menjadi

pelatih

nasional

PSSI.

Piala Eropa pun makin gemerlap, bahkan disebut-sebut sebagai Piala Dunia Mini. Jumlah peserta Piala Eropa 1980 menjadi dua kali lipat dari 17 negara yang ikut Piala Eropa pertama. Piala Eropa 1980 dimenangi Jerman yang mengalahkan Belanda 2-1 di final. Gol penentu kemenangan Jerman dicetak “mesin giling” Horst Hrubesch.Empat tahun berikutnya, Piala Eropa 1984, adalah zaman keemasan Michel Platini, Alain Giresse, Jean Tigana dan Luis Fernandez yang dijuluki “Le Carre Magique” atau segi empat ajaib. Platini, yang juga bintang di Juventus, mencetak satu gol dan mengantarkan Prancis juara Piala Eropa

1984

dengan

mengalahkan

Spanyol

2-0

di

final.

Peta kekuatan bergeser ke Belanda empat tahun kemudian. Trio Belanda yang sehari-hari merumput di AC Milan: Frank Rijkard, Ruud Gullit dan Marco van Basten terlalu sulit untuk dibendung. Mereka mengantarkan Belanda juara Eropa 1988, dengan mengalahkan Uni Soviet di final. Salah satu gol Belanda dicetak Van Basten dengan tendangan voli sudut sempit dan gagal diblok kiper Rinat Dessayev. Gol to user dalam sejarah Piala Eropa. ini dianggap sebagai commit gol terindah

85 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jumlah peserta Piala Eropa 1992 semakin banyak. Hal ini disebabkan pecahnya Uni Soviet menjadi Rusia, Ukraina, Georgia, Kazakhstan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan dan sebagainya. Kala itu, Yugoslavia juga sedang berada di ambang perpecahan. Akibatnya, Yugoslavia dikenai sanksi internasional oleh PBB. Sanksi itu berbuntut ke UEFA, di mana Yugoslavia dilarang ikut walaupun lolos kualifikasi Denmark yang berposisi sebagai tim peringkat ketiga di babak kualifikasi, otomatis naik ke peringkat kedua dan lolos ke putaran final. Inilah kejutan terbesar sepanjang sejarah, Denmark yang tampil tanpa beban, melaju ke final dan mengalahkan Jerman. Orang pun makin percaya

bahwa

Denmark

memang

“dinamit”.

Peserta Piala Eropa 2000 di Belgia dan Belanda makin banyak setelah Yugoslavia juga pecah menjadi negara-negara kecil seperti Kroasia, Serbia, Montenegro, Serbia Herzegovina, Slovenia, Macedonia dan sebagainya. Situasi ini menguntungkan negara-negara raksasa sepakbola. Sebab, sejak itu peta kekuatan sepakbola Eropa sepertinya kembali ke jalur semula. Piala Eropa 1996 dijuarai Jerman, Piala Eropa 2000 dijuarai Prancis yang baru saja juara dunia 1998. Baru pada 2004 terjadi lagi kejutan ketika tim underdog,yunani menjadi juaranya Sepakbola adalah sebuah misteri yang jawabannya hanya ditemukan pada hari pertandingan. Sepakbola adalah sebuah misteri yang jawabannya hanya ditemukan pada hari pertandingan. d. Perkembangan sepak bola di Asia Beralih ke asia perkembangan sepak bola di asia tidak seperti di eropa walaupun sepak bola berasal dari China.Perkembangan sepak bola di asia cukup lamban hal ini dapat dilihat dari ke ikut sertaan negara-negara asia dalam piala dunia,ini terbukti belum ada negara di asia belum pernah menjadi juara dunia. bahkan kompetisi di asia belum bisa bersaing dengan kompetisi eropa.Hal ini terjadi karena sepak bola to user di asia dulu bukan olahcommit raga yang terpopuler di asia,sekitar beberapa

86 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tahun belakangan ini setelah piala dunia 2002 di Korea dan Japan sepak bola asia semakin berkembang karena ternyata sepak bola asia tidak tertinggal jauh dari eropa,Hal ini dilihat dari prestasi korea yang lolos ke semifinal dengan mengalahkan italia.Dan membuat negara lain di asia ingin menyaingi prestasi tersebut Sejarah berkembangnya sepak bola di indonesia dibawa oleh kaum penjajah.hal ini terbukti indonesia pernah mengikuti piala dunia pada tahun 1938 dan tidak terlepas pula peran dari PSSI(Persatuan sepak bola seluruh Indonesia) e. Sejarah PSSI (Persatuan sepak bola seluruh Indonesia) PSSI dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Sebagai organisasi olahraga yang lahir pada masa penjajahan Belanda, kelahiran PSSI ada kaitannya dengan upaya politik untuk menentang penjajahan. Apabila mau meneliti dan menganalisa lebih lanjut saat-saat sebelum, selama, dan sesudah kelahirannya hingga 5 tahun pasca proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, terlihat jelas bahwa PSSI lahir dibidani oleh muatan politis, baik secara langsung maupun tidak, untuk menentang

penjajahan

dengan

strategi

menyemai

benih-benih

nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia yang ikut bergabung. PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut. commit to user

87 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butirbutir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin rajin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diamdiam untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang. Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpulah wakil dari VIJ

(Sjamsoedin,

mahasiswa

RHS),

BIVB

-

Bandoengsche

Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan Sepakbola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan commit tountuk user mendirikan PSSI, singkatan dari tersebut, diambillah keputusan

88 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya.dan perkembangan sepak bola Indonesia mengalami system periodesasi Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria, yang hingga kini menjadi satusatunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Indonesia, meski merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar.tim nasional indonesia penah dijuluki macan asia pada tahun 50,60,70n Pada tahun 50n di olimpiade Melbourne australia tim nasional indonesia berhasil menahan uni soviet 0-0 dan pemain bintang pada saat itu adalah Ramang dan dilatih oleh Tony Pogacnik yang menemukan bakat Ramang Pada tanggal 26 februari 1976 di Stadion Senayan Jakarta ,tim nasional berhadapan dengan korea utara di final penyisihan indonesia hampir saja meraih tiket ke olimpiade 1972 andai Suab Rizal dapat mencetak gol dari penalti dan akhirnya indonesia kalah adu penalti dengan

skor

4-5dengan

fomasi

soentoro(penyerang)Abdul

pemain

kadir(kiri

Sutjipto luar)jakop

sihasale(penyerang)M.basri(kanan dalam) iswadi idris(kanan luar)Sinyo aliando(kiri dalam)Surya lesmana(gelandang kiri)Mulyadi (gelandang kanan)Anwar

ujang(gelandang

tengah)Yuswardi

(bek)Sunarto

(bek)Ronny pasla(kiper) setelah itu muncul nama-nama generasi emas berikutnya

di

antaranya

Junaidi

Abdulah,Andi

lala,Rony

patinasaranidan banyak lagi Di Era 80n PSSI prestasinya cukup menggembirakan saat Asian commit to user semifinal sebelumnya dalam Games di Seoul dengan menembus

89 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kulifikasi piala dunia 1986 indonesia nyaris lolos ke putaran final karena kalah 0-4 dari Korsel.Prestasi lain ,juara SEA Ganes di Jakarta tahun1987 mengalahkan malaysia 1-0. Memasuki era 90n tim nasional hanya merasakan sekali gelar menjadi juara SEA Games di Manila.Setelah itu tak pernah lagi menjadi juara dengan materi pemain binaan dari Italia atau yang biasa disebut dengan PSSI Primavera diantarnnya kuniawan dwi yulianto,Bima sakti,Kurnia sandi dan banyak lagi Di tahun 2000 atau abad 21 prestasi tim nasional melorot tajam hanya mendapatkan piala kemerdekaan di tahun 2008 dan itupun setelah Saudi Arabia tidak mau bertanding dan prestasi individu Bambang pamungkas yang menjadi pencetak gol terbanyak.

Gambar II.22 Logo PSSI

Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno

Nama Stadion: Stadion Utama Gelora Bung Karno Dibangun : 1962 Kapasitas : 110.000 Penonton (Duduk Semua & Beratap) commit to user

90 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Rekor di Piala Dunia 1930 - Tidak ikut 1934 - Tidak ikut 1938 - Babak ke-1 (sebagai Hindia Belanda) 1950 - Mengundurkan diri 1954 - Tidak ikut 1958 - Mengundurkan diri selama kualifikasi 1962 - Mengundurkan diri 1966 - Tidak ikut 1970 - Tidak ikut 1974 hingga 2010 - Tidak lolos

Rekor di Piala Asia 1956 hingga 1964 - Tidak ikut 1968 hingga 1992 - Tidak lolos 1996 - Babak ke-1 2000 - Babak ke-1 2004 - Babak ke-1 2007 - Babak ke-1

commit to user

91 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

H. Tinjauan Tentang Kota Solo 1. Sejarah Kota Solo Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan dimulai pembangunan Keraton Mataram sebagai ganti keraton di Kartasura yang hancur akibat pemberontakan orang-orang Tionghoa melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II yang bertahta di Kartasura pada tahun 1742. Pemberontakan ini bahkan mengakibatkan PB II menyingkir ke Ponorogo. Dengan bantuan VOC, pemberontakan dapat ditumpas dan Kartasura direbut kembali, tapi keraton sudah hancur dan dianggap "tercemar".

Sunan

Pakubuwana

II

kemudian

memerintahkan

Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah keraton baru di Surakarta (menurut pihak tertentu, nama asli adalah "Salakarta"), 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, di desa Sala di tepi Bengawan Solo. Pembangunan kraton baru ini menurut catatan menggunakan bahan kayu jati dari kawasan hutan didekat Wonogiri (Alas Kethu) dan kayunya dihanyutkan melalui sungai. Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya PB III. Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta, dengan rajanya Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono (HB) I). Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755, dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu dibangun. Perjanjian Salatiga 1757 memperluas wilayah kota Solo, dengan diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada pihak Pangeran Sambernyawa (Mangkunagara I). Sejak saat itu, Solo merupakan kota dengan dua sistem administrasi, yang berlaku hingga 1946, pada masa commit to user Perang Kemerdekaan Republik Indonesia. (www.wikipedia.org)

92 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Keadaan Geografis Kota Solo Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau hampir sama tingginya dengan permukaan sungai Bengawan Solo. Selain Bengawan Solo dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe, Kali Anyar dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo. Kota Surakarta terletak diantara: 110 45’ 15”- 110 45’35” Bujur Timur, 70 36’ - 70 56’ Lintang Selatan. Batas Wilayah Kota Solo yakni di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

(Sumber : www.surakarta.go.id.) Gambar II.23 Peta Kota Solo

Keadaan Cuaca Kota Solo yakni suhu udara maksimum 32,4 C dan suhu udara minimum 21,6 C sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4 knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas. (www.surakarta.go.id)

commit to user

93 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

7

9

10

6 5

4

8

2 3

1

Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo. (Sumber : RUTRK Surakarta)

Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) tahun 19932013, Kota Surakarta dibagi dalam 10 SWP (Sub Pembangunan Wilayah), yaitu: a) Pucang Sawit, meliputi Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan, Sangkrah, Kampung Sewu, dan Semanggi b) Kampung Baru, meliputi Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Dinoprajan. c) Gajahan, meliputi Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, Pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu dan Jogosuran. d) Sriwedari, meliputi Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen. e) Sondakan, meliputi Pajang, Laweyan, dan Sondakan. f) Jajar, meliputi Jajar, Karang Asem, dan Kerten. g) Sumber, meliputi Sumber dan Banyuanyar. h) Jebres, meliputi Jebres dan Tegalharjo. i) Kadipiro, meliputi Kadipiro dan Nusukan. j) Mojosongo. commit to user

94 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Keadaan Demografi Kota Solo Kota Solo mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Sex ratio nya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduk sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000 yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan sebanyak 83.708 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Dalam bidang pendidikan, Kota Solo mempunyai 2 Perguruan Tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta.. Keberadaan pendidikan tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Solo telah memiliki lembaga pendidikan tinggi yang relatif lengkap, sehingga cukup layak untuk disebut sebagai kota pendidikan juga. Aset tersebut merupakan sarana dan prasarana yang penting bagi penyediaan sumber daya manusia terdidik di Kota Solo. 4. Solo sebagai kota olah raga Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dalam bulan Januari 1947, bertempat di Balai Pertemuan Hadipraja Solo(Surakarta) berkumpullah para pemimpin olahraga dari seluruh wilayah Republik Indonesia dalam Usaha menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk menggerakkan olahraga secara teratur. Pertemuan tersebut terkenal sebagai Kongres olahraga pertama yang diselenggarakan dalam Negara Republik Indonesia Merdeka. Kongres tersebut dipimpin oleh almarhum dr.Abdul Rachman Saleh, salah seorang tokoh olahraga terkemuka. Kongres ini telah melahirkan dua organisasi dengan nama satu Persatuan Olahraga Republik Indonesia disingkat dengan PORi. Dengan didirikannya PORI tadi, maka Republik Indonesia adalah telah memiliki suatu organisasi commit sedang to user organisasi olahraga bernama olahraga tingkat nasional,

95 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Geerakan olahraga disingkat Gelora yang dipimpin oleh Sri Paku Alam VIII, telah meleburkan diri dengan PORI tersebut. Tujuan

PORI

kecuali

memperatukan

gerakan-gerakan

keolahragaan di Tanah Air adalah juga sebagai organisasi untuk memperkuat kesatuan bangsa guna mempertahankan Negara Republik Indonesia yang telah diproklamirkan tanggal 17 Agutus 1945. Dalam Rangka keinginan untuk ikut serta daam Olympic Games XIV Di London, yang diselenggarakan dalam tahun 1948, maka dipandang perlu adanya suatu organisasi khusus yang mendapat tugas menyelenggarakan hubungan dengan Komite Olimpiade Internasional dan

yang

memenuhi

ketentuan-ketentuan

Komite

Olimpiade

Internasional tersebut. Dan unuk itu dibentuklah organisasi Olahraga organisasi Olahraga Kedua yang bernama Komite Olimpiade Republik Indonesia yang berkedudukan di yogyakarta dan diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang merupakan organisasi keolahragaan yang memenuhi ketentuan dimaksud. Dengan demikian terdapatlah dua organisasi yang mengurus /membina keolahragaan di Indonesia pada masa itu,yaitu: 1. Persatuan Olahraga Republik Indonesia Disingkat PORI yang mendapat tugas khusus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan olahraga dalam negeri. 2. Komite Olimpiade Republik Indonesia disingkat KORI yang mendapat tugas menyelenggarakn hubungan dengan Komite Olimpiade Internasional Dan Federasi-Federasi olahraga Internasional lainnya. Untuk mewujudkan keinginan guna ikut serta dalam Olympic Games XIV diLondon tersebut.KORI mengadakan persiapan-persiapan yang menyusun delegasinya. Namun karena adanya serbuan tentara Belanda ke wilayah Republik ndonesia yang dikenal dengan nama Agresi Belanda I, maka semua potensi dikerahkan untuk menghadapi commithingga to user semua soal-soal keolahragaan serbuan Belanda tersebut

96 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

khususnya persiapan untuk mengikuti Olmpiade XIV terpaksa tidak dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya . Baru setelah adanya persetujuan Renville pada tanggal 13 Januari 1948, kegiatan-kegiatan keolahragaan itu dapat dihidupkan kembali. Akan tetapi karena persiapan untuk memilih atlit-atlit tidak dapat dilakukan berhubung waktunya yang sangat sempit serta pula adanya macam-macam kesulitan lainnya, maka cita-cita untuk ikut dalam olimpiade XIV di London tidak dapat diwujudkan. Atas dasar inilah, timbul gagasan untuk menghidupkan kembali Pekan olah raga yang dilakukan oleh ISI (ikatan sport indonesia)pada tahun 1938 di Solo. Insyaf akan pentingnya olahraga untuk perjuangan dan pembangunan negara , maka pekan Olahraga yang akan dihidupkan kembali itu harus didasarkan kepada tujuan yang luas , yaitu bukan saja untuk meningkatkan prestasi olahraga, tetapi juga dimaksudkan untuk kepentingan politik baik ke dalam maupun ke luar negeri. Ke dalam negeri dimaksudkan ntuk membina integrasi bangsa, sedang ke luar negeri digunakan untuk mewujudkan bahwa bangsa Indonesia mampu meakukan suatu pekerjaan besar di tengah-tengah kesulitan negara akibat rongrongan kaum penjajah Belanda pada waktu itu, yang penyelenggaraannya dengan menggunakan seluruh potensi masyarakat. Dan dengan kesepakatan bersama dari para olahragawan Indonesia maka penylenggaraan PON akan dilaksanakan dimaksudkan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui sarana olahraga, dengan konep dasar sebagaimana telah ada yaitu adanya 1)Pembukaan; 2)Penyelenggaraan Pertandingan; dan Perlombaan serta 3)Penutupan (Tim IT Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia © 2008)

commit to user

97 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sebagai catatan bahwa kota Surakarta pernah menjadi tempat berbagai peristiwa penting olah raga penting antara lain: a) Merupakan salah satu kota pendeklarasian PSSI tahun 1930 b) Pernah menjadi tempat Konggres olahraga pada Januari 1946 dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga Republik Indonesia (OORI). c) Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV atau pekan Olah Raga Cacat pada tahun 1986. Berdasarkan

RUTRKI

1993-2013

kota

Solo

memiliki

kesempatan dalam strategi penyediaan fasilitas berskala nasional maupun internasional (www.surakarta.go.id)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III STUDI LAPANGAN

A. MUSEUM POLRI Museum ini berada di daerah Blok M, Jakarta Selatan. Merupakan museum modern yang menggunakan teknologi dalam penyajian materi koleksi. Yaitu pada media informasi yang memberi informasi tentang materi – materi yang ada di tiap ruag masing – masing lantai. 1. Waktu Operasional : Buka pada hari Selasa hingga Minggu pada pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. 2. Dokumentasi

Gambar III.1 Foto bagian depan Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai Sumber : dokumentasi pribadi

commit to user

98

99 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambzr III.3 Foto Interior Museum Sumber : dokumentasi pribadi

B. TAMAN PINTAR 1. Alamat : Jl. Panembahan Senopati No. 1-3 Yogyakarta INDONESIA 55122 telp: +62-274-583631, 583713 fax: +62-274-583664 Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan kreasi

dalam

suasana

yang

menyenangkan

dengan

moto

“mencerdaskan dan menyenangkan”. 2. Waktu Operasional : Setiap hari Selasa hingga Minggu pukul 09.00 - 16.00 WIB (Hari Senin Tutup). 3. Fasilitas: - Alat peraga iptek interaktif commit to user - ruang pameran dan audiovisual

100 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

- Food court - Mushola - Toko suvenir - Pusat Informasi 4. Dokumentasi display yang interaktif

Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif Sumber : dokumentasi pribadi

commit to user

101 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C. FX MALL Sebuah bangunan komersial di Jakarta Selatan yang menggunakan pendekatan gaya Modern pada interiornya. -

Foto Dokumentasi

Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan Dokumetasi pribadi

Gambar III.6 Foto flooring FX mall Dokumentasi Pribadi

commit to user

102 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall Dokumentasi Pribadi

commit to user

103 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar III.8 Foto ceiling FX mall Dokumentasi Pribadi

commit to user

104 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

D. Museum Sepak Bola Bertempat di Kota Preston, ada sebuah museum tentang sejarah nasional sepakbola Inggris. Museum ini berada di samping stadion tertua di Inggris yaitu Deepdale Stadium. Alasannya adalah Preston yang memiliki klub sepakbola Preston North End adalah juara 2x Liga Inggris pertama kali (Liga Profesional Dunia) yaitu pada tahun 1888-1889 dan 1889-1890.

Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior Sumber : internet

Beberapa foto tentang sejarah sepakbola Inggris dan film pendek dari keseluruhan museum ini.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

105 digilib.uns.ac.id

Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior Sumber : internet

Kaos timnas Inggris terbuat dari wol di pertandingan sepakbola pertama kalinya antar negara. Inggris vs Skotlandia tahun 1872.

Simulator elektronik untuk tendangan penalti. Disini kita bisa melihat kekuatan tendangan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV ANALISA DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA

A. Analisa Eksisting 1. Asumsi Lingkungan Lokasi museum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Lokasi museum harus strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum b. Lokasi museum harus sehat, pengertiannya yaitu : 1) Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi polusi udara maupun pencemaran lainnya. 2) Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah rawa maupun tanah yang berpasir disamping didukung pula oleh elemen elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi tersebut, seperti misalnya kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan antara 55% sampai 65%. 3) Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional. 4) Memiliki daya tarik wisata yang tinggi, sehingga menarik banyak pengunjung untuk datang ke lokasi tersebut. 2. Asumsi Lokasi Dalam menentukan pemilihan lokasi perancangan yang tepat perlu adanya berbagai pertimbangan baik secara fisik maupun secara ekologis, yang tentunya ini sangat berpengaruh terhadap minat pengunjung. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut, antara lain: a. Lokasinya tidak jauh dari Stadion Sriwedari,Markas Persis Solo . b. Lokasi tersebut mempunyai akses yang tinggi terhadap fasilitas kepariwisataan, seperti hotel, mall dan tempat perdagangan. c. Lokasi tersebut mempunyai akses terhadap fasilitas dan sarana penunjang operasional. d. Lokasi tersebut merupakan salah satu tempat konsentrasi publik sehingga mudah untuk dijangkau.commit to user

106

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 107

Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut,

maka dapat

ditentukan lokasi proyek Desin Interior Museum Sepak Bola Indonesia yaitu berada di kawasan Slamet Riyadi . Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut : a. Jalan Slamet Riyadi merupakan pusat keramaian malam maupun jalan utama kota Solo. b. Tidak jauh dengan Stadion bersejarah Sriwedari. c. Dekat dengan pusat perbelanjaan, yakni Solo Grandmall. d. Merupakan salah satu titik konsentrasi massa di kota Solo 3. Analisa Interior Urutan akses masuk museum sebagai berikut : a. Area Penerima 1) Lobby 2) Area resepsionis dan informasi 3) Area penitipan barang 4) Ruang introduksi b. Area Edukasi dan Rekreasi 1) Ruang Pamer tetap 2) Ruang Audio visual dan Ruang Auditorium dan Seminar 3) Library c. Area service 1) Counter souvenir 2) Lavatory Mushola 3) Mushola d. Area Private 1) Ruang Pengelola 2) Ruang Konservasi (restorasi) Dalam penerapan ruang pamer dibagi menjadi dua, yaitu: a. Ruang pamer tetap museum sejarah, ruang berdiri sendiri dalam satu fungsi. Dasar pertimbangan:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 107

1) Penyajian materi koleksi yang harus didisplay secara runtut, sesuai dengan kronologisnya. 2) Materi display lebih bersifat pemanen, karena ditujukan lebih kepada kajian sejarah. b. Ruang pamer temporer, berdiri menjadi satu fungsi dengan ruang auditorium. Dasar pertimbangan : 1) Kegiatan pameran bersifat temporer, bukan merupakan kegiatan utama sebuah museum sepak bola ini. 2) Ruang auditorium memiliki frekuensi penggunaan yang tidak tetap, sehingga akan lebih efisien jika dalam satu ruangan mempunyai dua fungsi yang tidak saling mengganggu. B. Programing 1. Status Kelembagaan Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta ini merupakan museum yang dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata Kota Surakarta. 2. Struktur Organisasi KEPALA MUSEUM

SUB BAG TATA USAHA

SEKSI PAMERAN

SUB KELOMPOK

DAN EDUKASI

JABATAN FUNGSIONAL

Skema IV.1 Struktur Organisasi

commit to user

SEKSI KOLEKSI DAN PERAWATAN

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 108

3. Sistem Operasional Waktu operasional Museum Musik Rock Indonesia adalah : a. Hari Selasa - Jum’at

: pukul 08.00 – 16.00 WIB

b. Hari Sabtu dan Minggu/Libur

: pukul 08.00 – 17.00 WIB

4. Program Kegiatan a. Program kegiatan Museum 1) Kegiatan pengelolaan museum yang meliputi kegiatan menjalankan dan mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada di dalam museum agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. 2) Kegiatan pendidikan (edukatif), bimbingan dan penyebarluasan informasi melalui sarana pameran, pemutaran film, perpustakaan, penelitian, dan sebagainya. 3) Kegiatan

pendukung,

antara

lain

yaitu

kegiatan

merawat,

memperbaiki dan mendokumentasi materi koleksi dan sarana pendukungnya. 4) Kegiatan servis, yaitu semua kegiatan pelayanan baik pada pengunjung maupun pada gedung itu sendiri. Kegiatan tersebut antara lain : menjaga keamanan gedung, menjaga kebersihan gedung, memberi pelayanan dalam bidang logistik dan sebagainya. b. Pola Kegiatan Manusia 1) Kegiatan Pengelola a) Pengelola Administrasi

Datang/Pulang

Kantor /

ME/SE

Adminstrasi

Rapat,diskusi, pertemuan

- Musholla - Lavatory - Kafetaria Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 109

b) Pengelola Perawatan dan Dokumentasi Rapat,diskusi, pertemuan - R. Penerimaan Barang Datang/Pulang ME/SE

Kantor/ Administrasi

- R. Koleksi - Konservasi - R. Preparasi - Storage

- Musholla - Lavatory - Kafetaria Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi Museum Sepak bola indonesia di Surakarta. .

c) Pengelola Bimbingan dan Edukasi Rapat,diskusi, pertemuan Datang/Pulang ME/SE

Kantor / Adminstrasi

- R. Pamer - R. Audio Visual - R.Serbaguna - Perpustakaan

- Musholla - Lavatory Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

d) Pengelola Persiapan Pameran Rapat,diskusi, pertemuan Datang/Pulang ME/SE

Kantor / Adminstrasi - Musholla - Lavatory - Kafetaria

- R. Informasi - R. Data - R. Kontrol / Jaga - Loket Tiket - R. Penitipan Barang - Gudang - Toko Souvenir

Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak commit user bola Indonesia di to Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 110

e) Kegiatan Servis Datang/Pulang SE

Merawat dan menjaga gedung/

- R. Informasi - R. Kontrol/ Jaga - Loket Tiket - Storage - Toko Souvenir

bangunan

- Musholla - Lavatory - Kafetaria

Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.

2) Kegiatan Pengunjung Museum a) Wisatawan Umum Datang/Pulang ME

Membeli Tiket - Melihat pameran - Melihat pemutaran film/audiovisual - Membaca buku/ perpustakaan - Ke mushola - Ke lavatory - Istirahat

Menitipkan barang

Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.

b) Pelajar dan Mahasiswa serta Peneliti (wisatawan khusus) Datang/Pulang ME

Membeli Tiket

R.Informasi

Menitipkan barang -

Melakukan penelitian/ R. konservasi & Storage Melihat pemutaran film/audiovisual Membaca buku/ perpustakaan Mushola Lavatory Istirahat

commit to user

Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus

R.Tamu/ R.Tunggu

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 111

5. Benda Koleksi Materi (benda) koleksi yang akan di pamerkan antara lain : a. Kostum b. Majalah, koran, poster, fotografi dan dokumen c. Perangkat pertandingan. d. Film, video clip, dan dokumentasi. e. Oral historis f. Patung g. Tropi dan Medali Pengelompokan : a. Menurut kronologis (sesuai perkembangan sejarahnya) b. Menurut bentuk 2D (lukisan,photo,poster) dan 3D (patung, miniature) c. Menurut ukuran (besar – kecil sesuai standard NAD) d. Menurut tingkat sensitivitas material(standard NAD).

6. Fasilitas Ruang Fasilitas dan Program Ruang ZONA Penerimaan

Bimbingan dan Edukasi

Pengelola

KEGIATAN Menerima pengunjung R. tamu/R.tunggu Menjual tiket Memberi informasi Penitipan barang Menjaga keamanan gedung Pameran tetap Pameran temporer Pemutaran film/audiovisual - Membaca - Seminar

RUANG Lobby / hall

Pengelolaan

R. Administrasi R. Kantor/staf R. Security Kontrol R. Konservasi R. Persiapan pamer R.Cleaning Service Gudang Lavatory Mushola

-

Service

Kebersihan Penyimpanan Ke kamar kecil Sholat commit to Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang

user

SIFAT RUANG

Publik

R. Pamer Lobby R. Audiovisual

Semi publik

Library auditorium

Privat

Servis

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 112

7. Besaran Ruang a. Lobby ( ruang pamer Temporer) ruang Loket tiket

kapasitas 2 orang

standard Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

luasan 3,42 m² x 2 = 6,84 m²

sumber NAD

Ruang informasi

2 orang

Diperlukan ruang 315 cm x 180 cm = 4,725 m²

4,725 m² x 2 = 9,45 m²

NAD

Toko souvenir

1 ruang

Diperlukan ruang 500 cm x 600 cm = 30 m²

30 m² x 1 = 30 m²

NAD

Ruang tunggu dan sirkulasi

1 ruang

Diperlukan ruang 10 m x 9 m = 90 m²

90 m² x 1 = 90 m²

TSS

Lavatory

2 ruang

Diperlukan ruang 120 cm x 120 cm = 1,44 m²

24 m² x 2 = 48 m²

TSS

Telepon umum

2 unit

1,44 m² x 2 = 2,88 m²

NAD

Total minimun ruang yang dibutuhkan

187,17 m²

b. Ruang pamer ruang R. Introduksi

kapasitas 15 orang

standard Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

luasan 3,42 m² x 20 = 68,4 m²

sumber NAD

R.Pamer Pengertian Sepak Bola

8 orang

Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

3,42 m² x 8 = 27,36 m²

NAD

R.sepak Bola Dunia

18 orang

3,42 m² x 18 = 61,56 m²

NAD

R.Pamer Dekade 60an

8 orang

Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m² Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

3,42 m² x 8 = 27,36 m²

NAD

38-

R.Pamer Dekade 70an

35 orang

Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

3,42 m² x 35 = 119,7 m²

NAD

R.Pamer Dekade 80an

10 orang

Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

3,42 m² x 10 = 34,2 m²

NAD

R.Pamer Dekade 90an

40 orang

Diperlukan ruang commit to =user 180 cm x 180 cm 3,42 m²

3,42 m² x 40 = 136,8 m²

NAD

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 113

R.Pamer Dekade 00an

35 orang

Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

3,42 m² x 35 = 119,7 m²

NAD

R.Pamer Hall of Fame

30 orang

Diperlukan ruang 180 cm x 180 cm = 3,42 m²

3,42 m² x 30 = 102,6 m²

NAD

R.Interval 1

10 orang

Diperlukan ruang 90 cm x 90 cm = 1,8 m²

1,8 m² x 10 = 18 m²

NAD

R.Interval 2

10 orang

Diperlukan ruang 90 cm x 90 cm = 1,8 m²

1,8 m² x 10 = 18 m²

NAD

R.Interval 3

20 orang

Diperlukan ruang 90 cm x 90 cm = 1,8 m² Total minimun ruang yang dibutuhkan

1,8 m² x 20 = 36 m²

NAD

769,68 m²

Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

Besaran ruang direncnakan disesuaikan menurut kebutuhan dan standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari : - NAD

: Neufert Architect Data

- TSS

: Time Saver Standart for Buildings Type, Joseph de Chiara

- DM

: Dimensi Manusia & Ruang Interior

- Analisa kebutuhan ruang 8. Furniture a. Analisa Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di dalam Museum Sepak Bola Indonesia secara umum adalah: 1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan tema ruangan, dengan bentuk yang lebih fleksibel, tidak kaku dan cenderung atraktif. 2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia (ergonomic). 3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas di dalam Museum (compatible). 4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam ruang

museum

dan memberikan commit to user penggunannya(savety)

kenyamanan

bagi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 114

5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi museum

dan memberikan efek psikologis bagi para penggunanya

(positive effect)

b. Dimensi Diambil total ukuran rata –rata kebutuhan aktifitas. 1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan Pelaku Pimpinan - Kepala Museum - Wakil - Sekretaris - Kabag. Umum - Kabag.Teknis Operasional Administrasi

Humas & Pemasaran

Kegiatan

Fasilitas

Dimensi

- Rapat/ Pertemuan - Kerja

- Meja & kursi rapat - Meja & kursi kerja - Meja computer - Lemari cabinet - Meja & kursi tamu - Rak buku

150 x 250 x 75 100 x 80 x 75 60 x 80 x 75 80 x 40 x 180 150 x 150 x 45 100 x 40 x 180

- Kerja - Pengarsipan data

- Meja & kusi kerja - Meja computer - Lemari /loker - Rak buku

100 x 80 x 75 60 x 80 x 75 80 x 40 x 180 100 x 40 x 180

- Kerja - Meja&kursi kerja - Berhub. dgn dlm & - Meja komp luar. (instansi - Lemari cabinet &masyarakat) - Loker - Rak Buku

100 x 80 x 75 60 x 80 x 75 80 x 40 x 180 100 x 40 x 180

- Kerja - Meja&kursi kerja - Pembukuan Keluar - Meja komp & Masuk Keuangan - Lemari cabinet - Loker - Rak Buku

100 x 80 x 75 60 x 80 x 75 80 x 40 x 180 100 x 40 x 180

- Koordinasi Staf - Menjaga, merawat, operasional bangunan.

- Meja & kursi kerja - Meja komp - Lemari cabinet - Loker - Rak Buku

100 x 80 x 75 60 x 80 x 75 80 x 40 x 180 100 x 40 x 180

- Meja & kursi kerja - Meja komp - Cabinet - Loker - Rak Buku

100 x 80 x 75 60 x 80 x 75 80 x 40 x 180 100 x 40 x 180

Keuangan

Operasional Bangunan & Service

Bimbingan & - Kerja edukasi - Kabid bimb & edukasi

Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan to dimensi commit user furnitur Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 115

2) Kelompok Kegiatan Bimbingan dan Edukasi Pelaku Pengunjung

Kegiatan Fasilitas Dimensi - Melihat pemutaran - Kursi pengunjung 50 x 45 x 90 film - Meja computer 60 x 80 x 75 - Melihat informasi - Meja & kursi baca 100 x 80 x 75 dalam computer - Stage - Membaca buku - Mengikuti seminar Pengelola - Mengontrol - Meja & kursi kerja 100 x 80 x 75 pemutaran film - Lemari/cabinet 80 x 40 x 180 - Mengelola buku- Lemari peralatan 100 x 40 x 180 buku - Rak buku 60 x 80 x 75 - Mengatur acara - Meja computer seminar Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

3) Kelompok Kegiatan Penunjang dan Service Pelaku

Kegiatan

Fasilitas dan furniture - Meja, kursi kerja - Cabinet

Dimensi 150 x 200 x 75 80 40 x 180

Pengelolaan Pengelola

- Koordinasi Kerja TU & Administrasi

Divisi Dokumentasi, perawatan & persiapan Pameran

- Mendokumentasikan - Menerima & mengolah koleksi - Menyimpan koleksi sementara - Menyimpan alat perbaikan koleksi & alat pamer - Medokumentasi koleksi

-

Kursi kerja Lemari peralatan Lemari cabinet Meja gambar Lemari simpan koleksi

40 x 40 x 90 150 x 60 x 180 80 x 40 180 80 x 100 x 75 300 x 60 x 200

- Koordinasi - Pengamanan - Membersihkan

- Meja, kursi kerja - Rak penyimpanan

150 x 200 x 75 60 x 80 x 180

Service - Pengelola - Keamanan - Cleaning service - Teknisi mesin & listrik

- Kegiatan mechanical & electrical - Mengelola - Instalasi listrik Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di Surakarta

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 116

4) Kelompok Kegiatan Penerimaan Pelaku Pengunjung

Pengelola

Kegiatan - Datang/ pulang - Persiapan/ menunggu - Membeli tiket masuk - Menelpon - Mencari informasi - Menitipkan barang - Masuk - Datang/ Pulang - Menerima Tamu

Fasilitas - Loket tiket - Box telephone - Lemari/rak penitipan barang.

Dimensi 200 x 150 150 x 150 200 x 40 x 180 50 x 200 x 180

- Meja resepsionis 200 x60 x 100 & informasi - Kursi kerja 40 x 40 x 45 - Lemari/rak 80 x 40 x 180 penitipan barang. Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

9. Sistem Organisasi Ruang Sebagai pertimbangan dalam pemilihan organisasi ruang yang selaras dengan fungsi dan sasaran desain Museum Sepak Bola Indonesia , dengan pertimbangan tema dan ide pemikiran desain meliputi : a. Pengelompokan jenis koleksi dan penyajian b. Pengelompokan fungsi ruang c. Tingkat efisiensi sirkulasi d. Kebutuhan pencapaian e. Interior sistem f. Ruang gerak yang cukup g. Tingkat efisiensi ruang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 118

Analisa Alternatif Organisasi Ruang Bentuk Organisasi Ruang Organisasi Ruang Tertutup

Keterangan Analisa pertama, penataan ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia dengan memilih sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang-ruang di sekitarnya,. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi berbeda dengan ruang lainnya. Kelebihan pada tingkat efisiensi ruang dan aksibilitas ruang sedangkan kekurangan pada pengelompokan fungsi ruang dan arah pandang.

Organisasi Ruang Linier

Analisa kedua, penataaan ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia dibentuk dengan deretan ruang, Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang, ruang dihubungkan secara langsung Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi yang berfungsi penting seperti ruang pamer diletakkan pada urutan pertama Kelebihan pada pengelompokan fungsi ruang san sirkulasi lebih sederhana. Kekurangan pada tingkat efisiensi ruang dan arah pandangnya, memungkinkan terjadi persilangan sirkulasi jika penataan tidak runtut. Pemisahan atau batasan ruang terlalu vulgar , mungkin terkesan kaku Organisasi Ruang Secara Analisa ketiga, penataaan ruang pada Museum Sepak Radial Bola Indonesia menggunakan kombinasi dari organisasi yang terpusat dan organisasi linier. Beberapa fungsi ruang terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier mengarah keluar atau sebaliknya, lengan radial dapat berbeda satu sama lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang. Kelebihan ruang dapat diatur sesuai kebutuhan dan fungsi, pemisahan zoning grouping lebih mudah, penentuan arah sirkulasi lebih effektif Kekurangan kemungkinan jalur sirkulasi berjarak lebih jauh Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.

Hasil Analisa bentuk organisasi Ruang Pertimbangan

Penilaian Alt. 1 Alt. 2 Tingkat efisiensi ruang Pengelompokan fungsi ruang + + Aksesbilitas + Arah pandang + + Tabel 4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.

Dari analisis di atas, secara umum penerapan organisasi ruang dan keruntutan penyajian yang menjadi pertimbangan, maka organisasi ruang commit to user yang terpilih adalah organisasi ruang linier.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 119

10. Program ruang ZONA Penerimaan

Bimbingan Edukasi

&

Pengelola

KEGIATAN Menerima pengunjung (ticketing) Memberi informasi Pameran temporer Pameran tetap Membaca Melihat film dokumenter Pengelolaan

RUANG Lobby / hall

SIFAT RUANG Publik

R. Pamer r.audio visual R. Auditorium Perpustakaan R. Kantor/staff R. konservasi

publik

Privat & semi Privat

Kebersihan R. Cleaning Service Penyimpanan Gudang Ke kamar kecil Lavatory Sholat Mushola Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta. Service

Service

Analisa Pendekatan Perencanaan Ruang No. 1.

Ruang Lobby

Pertimbangan Keterbukaan

Menarik Perhatian Orientasi Publik

2.

Receptionist/ + informasi

Arah Sirkulasi Penerima Tamu

First Eye Cather dalam ruang

3.

Cloakroom/ Tempat Penitipan Barang

Keamanan

Kapasitas

5.

R. Sirkulasi

Kemudahan

commit to user

Analisa Pemecahan Membuat batasan maya antarruang yang berorientasi pada lobby. Meciptakan elemen estetik pada bagian-bagian lobby. Luas ruang yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu tinggi. Berada pada area lobby yang ditempatkan searah dengan sirkulasi pengunjung. Receptionist sebagai tempat pertama yang dilalui pengunjung memiliki daya tarik untuk memikat pengunjung lainnya. Background dengan logo atau simbol Museum Penitipan barang diterima oleh 2 orang petugas yang akan menempatkannya pada locker yang tersedia dan pengunjung mendapatkan nomor locker. Ukuran locker bervariasi dan penempatan barang disesuaiakan berdasarkan besar kecilnya ukuran. Penempatan meja sirkulasi berada pada ruang transisi antar-ruang lobby dan ruang koleksi sehingga sirkulasi dapat

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 120

Keamanan

6.

R. Koleksi 

ruang pamer tetap



r. pamer temporer



perpustakaan (koleksi buku)

Kapasitas

Perlindungan terhadap material koleksi

Sistem Pelayanan

Layout

Tabel IV.10 Program pendekatan Organisasi Ruang

commit to user

berjalan lancar sekaligus memudahkan petugas untuk mengembalikan ke ruang koleksi. Penempatan meja sirkulasi menunjang keamanan koleksi tanpa sepengetahuan petugas dengan adanya sensor pada tempat keluar masuknya pengunjung. Kapasitas ruang disesuakan dengan banyaknya koleksi dan memungkinkan adanya penambahan koleksi dengan besarnya ruang dan rak-rak yang movable. Ruang koleksi ditempatkan pada tempat dengan resiko kerusakan koleksi rendah, yaitu jauh dari sinar matahari, memiliki tingkat kelembaban tinggi. Suhu ruangan yang dapat mengubah kimia bahan pustaka. Furnitur didesain dengan bahan tahan serangga, awet, dan dihindarkan dari jangkauan sinar matahari langsung. Pada library Sistem pelayanan menggunakan sistem pelayanan terbuka (open access), dimana penunjung dapat langsung memilih dan mengambil bahan pustaka yang diinginkan. Sedangkan pada sistem pelayanan tertutup (closed access), dapat dilakukan dengan permintaan secara online pada meja masingmasing pengunjung yang selanjutnya akan diantarkan kemudian oleh petugas museum. layout diterapkan untuk memudahkan menjangkau wilaya-wilayah lainnya seperti ruang baca, ruang diskusi dan lainnya.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 121

11. Sistem Sirkulasi Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global , yaitu : Sirkulasi horizontal

Gambar

Squential Circulation (linier) Linier (linear), sirkuasi diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen, pengunjung atau berbeda membentuk satu jalur memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area yang sama. Random Circulation Pengunjung pada umumnya merasa lebih nyaman dengan memilih sendiri jalur yang ingin dikunjungi dan menikmati karya seni dari ruang tersebut, ruang yang dibentuk tanpa adanya batasan – batasan dinding pemisah Linier baercabang Sirkulasi pengunjung tidak terganggu, pembagian koleksi jelas dan pengunjung bebas memilih

Keterkaitan sirkulasi dan ruang yang dipakai

Gambar

Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room), pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutmya. Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (corridor to room). Memungkinkan pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki suatu ruang pamer maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.

Sirkulasi vertikal

keterangan

Kelebihan : ramp 1. Memperlambat arus gerak sirkulasi, sehingga pengunjung dapat lebih lama menghayati koleksi yang dipamerkan. 2. Memberikan nilai lebih bagi koleksi yang ditampilkan. 3. Memberikan suasana yang tidak tangga membosankan / monoton bagi pengunjung Kekurangan : Kemungkinan pengunjung lebih cepat lelah Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 122

12. Hubungan Antar Ruang Proses penentuan pola hubungan antar ruang bertujuan untuk mendapatkan hubungan dan pola organisasi baik secara makro maupun mikro, yang didasarkan pada hasil analisis adalah sebagai berikut :

Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang

13. Zoning dan Grouping Dalam penentuan zoning dan grouping pada Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta, terdapat beberapa pertimbangan antara lain : a. Pertimbangan umum : 1) Pencapaian sirkulasi dari pengelola, pengunjung dan materi koleksi yang baik dan terarah 2) Menghindari sirkulasi silang pada tiap ruang. 3) Menciptakan hubungan antar ruang saling terkait dan aksesibilitasnya terarah b. Pertimbangan khusus : 1) Kelompok kegiatan a) Kelompok penggemar sepak bola : Pemain, pelajar atau mahasiswa, supporter , kolektor dan masyarakat umum. b) Kelompok diskusi dan mediator : pengamat musik/musisi dengan pelajar, mahasiswa, pengelola terhadap pengunjung dan materi koleksi, kurator dengan musisi, wartawan terhadap masyarakat umum. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 123

c) Kelompok ”intelektual audience” : mahasiswa atau pelajar, musisi, kolektor, pengamat Sepak Bola. 2) Jenis kegiatan a) Menikmati materi koleksi (sejarah perkembangan sepak bola indonesia dari awal hingga sekarang) b) Pendidikan informal (diskusi atau seminar) c) Wacana tentang Sepak bola secara literatural (biografi Pemain, perjalanan tim nasional,hingga peraturan sepak bola). 3) Formasi kegiatan Bersifat linier searah pada display materi koleksi yang diatur sesuai dengan pola kebutuhan fungsi dan kenyamanan ruang. a) Tuntutan : dapat menikmati materi koleksi dengan posisi yang nyaman tanpa saling mengganggu antara aktivitas keduanya. b) Persyaratan : ruang memenuhi kebutuhan untuk sirkulasi dan aktivitas museum c) Tujuan : pembagian dan penempatan ruang dapat berfungsi secara maksimal sesuai kebutuhan pemakai. Penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat kegiatan dan kegunaan ruang terhadap site dalam museum. Dengan dasar pertimbangan tersebut, kriteria ruang dalam museum terbagi dalam beberapa zona sebagai berikut : 1) Zona Publik Merupakan pengelompokan ruang yang berhubungan dengan kepentingan umum dan dapat dijangkau oleh semua pengunjung dan dapat dengan mudah dicapai dari luar bangunan yaitu ruang fasilitas penunjang. 2) Zona Semi Publik Merupakan pengelompokan ruang yang dapat digunakan oleh publik maupun oleh personalia termasuk zona ini sebagian besar ditempati oleh fasilitas personalia dan sebagian fasilitas pengunjung yang memungkinkan interaksi antar pengunjung dengan personalia commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 124

3) Zona Privat Merupakan pengelompokan ruang yang hanya di gunakan oleh staf dan karyawan museum dan tertutup untuk umum, yang termasuk di dalamnya adalah fasilitas pengelola. 4) Zona Servis Merupakan pengelompokan ruang sebagai area pelayanan yang menunjang segala kegiatan dalam museum dan digunakan oleh pengunjung (umum) maupun oleh personalia

ZONING

GROUPING

Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1

C. Konsep Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta 1. Ide Dasar Ide gagasan pada perancangan kali ini berawal dari keberadaan museum saat ini yang kebanyakan kurang representatif dan kurang komunikatif dalam menampilkan benda-benda koleksinya. Informasi yang dimiliki hanya disajikan melalui media visual saja, yaitu dengan tulisan, gambar atau diorama. Hal ini membuat museum menjadi tempat yang membosankan dan kurang menarik untuk dikunjungi. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi, karena dalamcommit museum menyajikan sejarah, informasi, ilmu to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 125

pengetahuan yang sangat banyak dan bermanfaat, selain juga sebagai tempat rekreasi. Dengan perancangan ini diharapkan dapat memberikan citra baru pada museum, secara visual bahwa museum dapat dikemas modern dan lebih multifungsi yaitu benar-benar bisa menjadi tempat edukasi yang rekreatif. Dengan desain yang tepat dan penerapan tema yang sesuai dengan karakter sepak bola, museum ini akan menjadi tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, selain dapat menceritakan runtutan perkembangan dan hal – hal yang berhubungan dengan sepak bola indonesia, juga merupakan tempat rekreasi yang menyenangkan. Sistem display didukung oleh kemajuan teknologi saat ini, akan menyajikan materi koleksi dengan keterangan yang lebih mudah diakses secara privat. Antara lain dengan peggunaan electronic guide yang disertai ear phone akan menggatikan tugas seorang guide. Dengan pemberian kode pada setiap display materi koleksi sebagai kode akses untuk mendapatkan keterangan dari electronic guide tersebut, sehingga pengunjung dapat menikmati materi koleksi dari media visual sekaligus audio, unsur privasi akan lebih terasa saat tiap pengunjung. Selain itu, hal yang belum dijumpai pada museum yang sudah ada adalah sistem display yang interaktif, yang mengajak pengunjung untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan materi koleksi. Hal ini akan sangat menarik bagi pengunjung, karena pengunjung akan dapat ikut merasakan suasana pertandingan dan dapat memahami permainan sepak bola itu sendiri. 2. Tema Tema dalam Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia adalah ”Indonesian Football dengan pendekatan gaya modern. Pertimbangan pengambilan tema merupakan usaha untuk memberikan kedekatan suasana interior ruang dan materi koleksi. Sepak bola di indonesia mempunyai banyak ciri permainan di setiap daerah.Hal itu kemudian dilebur menjadi satu dalam tim nasional Indonesia yang mempunyai karakter yang keras,cepat, atraktif, yang akan diaplikasikan pada seluruh bagian museum dari lobby, ruang commit user dari museum. Melalui penataan pamer di tiap dekade hingga akantokeluar

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 126

layout yang tidak monoton, bentuk ruang yang dinsmis, hingga bentuk furniture yang berkarakter atraktif, dengan penataan yang formatif. Ada beberapa hal sebagai pertimbangan pengambilan arah pendekatan modern, yang pertama sepak bola mulai dikenal luas pada era modern, sehingga membutuhkan suasana yang nyaman pula untuk mendukung kegiatan tersebut, dan dengan gaya modern, suasana yang nyaman akan tercapai, sehingga dapat menjadi tempat yang nyaman bagi pengunjung museum. Yang kedua,sepak bola indonesia sendiri mepunyai karakter yang, keras,cepat, atraktif dan terus berkembang, Yang ketiga, berhubungan dengan tujuan museum yang edukatif dan rekreatif, gaya dekonstruksi dapat menyajikan materi koleksi (edukasi) dengan suasana informal. Penciptaan suasana tiap ruang pamer dekade, disesuaikan dengan karakter dekade masing – masing. 3. Aspek Suasana dan Karakter Ruang Suasana yang di ambil dari Desain Museum Sepak Bola Indonesia, ini mengambil unsur yang ada dalam sepak bola. Unsur yang diangkat adalah seperti stadion yang kemudian diaplikasikan pada ruang pamer.Kemudian penataan display menggunakan formasi yang digunakan tim nasional indonesia pada tahun 1938 yang saat itu berlaga di Piala Dunia. Sehingga

atmosfer

yang

diterapkan

merupakan

bentuk

penerjemahan lagu yang di aplikasikan langsung terhadap ruang interior.

4. Aspek Penataan Ruang/ Lay Out a. Pertimbangan Untuk mendapatkan bentuk organisasi ruang yang selaras dengan fungsi ruang dan kemudahan aksesnya, maka harus memilki kriteria sebagai berikut : 1) Pengelompokan

massa

berdasarkan

kelompok

kegiatan

diwadahi. 2) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup. commit userkebutuhan pencapaiannya. 3) Pengelompokan fungsi ruangtodan

yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 127

4) Hierarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya. 5) Pencahayaan dan perlindungan terhadap koleksi 6) Arah pandang atau view. b. Penataan Ruang 1) Analisa Umum Berdasarkan pertimbangan di atas, maka organisasi ruang secara keseluruhan yang sesuai dengan sifat dan karakter Museum Sepak Bola Indonesia adalah organisasi cluster (berkelompok). Dengan sistem organisasi ruang cluster (berkelompok), maka pengelompokan ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia Indonesia ini didasarkan pada zona tiap ruang. Kelompok zona publik yang meliputi fasilitas-fasilitas lobby dan ruang pamer, zona privat pada ruang pengelola semi publik pada ruang restorasi dan servis yang meliputi fasilitas penunjang museum yaitu ruang perpustakaan, coffe shop, counter souvenir dan ruang penunjang lainnya. 2) Analisa Khusus a) Ruang pamer tetap Pengolahan dititikberatkan pada garis, bidang dan volume yang digunakan untuk menghadirkan ruang imajiner di dalam ruang pemer tetap sesuai dengan pemecahan masalah dalam tema, sehingga ruang pamer tetap tidak berkesan terbuka secara mutlak. Membuat sebuah pola dengan enclose garis dan bidang sebagai suatu cara membentuk ruang

imajiner sebagai ruang

display dan koridor sebagai jalur sirkulasi

yang saling

berhubungan (continue). b) Lobby Memakai pola penataan ruang terbuka, akan membuat ruang terkesan luas. Lobby akan dipisahkan dengan pembatas imajiner yang akan memisahkan area – area dengan fungsi yang berbeda. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 128

c. Sistem Display Sistem Penyajian materi koleksi pada Museum Sepak Bola Indonesia ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi literatur, yaitu : Alternatif tata pameran

Artistic / Estetik

Analisis Kelebihan Koleksi yang dipamerkan terdiri dari koleksi yang tampilannya baik dan menarik. Hal ini dapat memotivasi banyak pengunjung untuk melihatnya Kekurangan : Sulitnya mendapat rentetan citra dari sebuah pagelaran dan seolah-olah benda-benda yang dipresentasikan berdiri sendiri-sendiri.

Kelebihan : Mempermudah penghayatan pengunjung dalam memahami benda koleksi yang dipamerkan Kekurangan : Evokatif / romantik Memerlukan area pamer yang luas karena untuk menyajikan satu atau dua buah koleksi, diperlukan pembentukan suasana yang mendukung koleksi. Sistem penyajian ini dapat dilihat pada sistemdisplay diorama maupun minirama. Kelebihan : Informasi yang ingin disampaikan akan jelas dan mudah dipahami oleh pengunjung , karena susunan koleksi yang disajikan runtut (mempunyai jalan cerita) dan terkonsep Tematis / Intlektual / edukatif Kekurangan : dapat mengakibatkan benda-benda yang dipilih agak kurang menarik, karena bisa saja benda-benda yang menarik, tidak sesuai dengan konseptual dengan jalan cerita yang mendukung pameran tersebut. Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta

Dari hasil analisis di atas maka sistem penyajian koleksi di Museum Spak Bola Indonesia di Surakarta dipilih dari perpaduan antara penyajian dengan sistem artistik tapi tematis/intelektual dan edukatif. 5. Aspek Pembentuk Ruang Komponen pembentuk ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia di Serakarta, ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi literatur, yaitu : commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 129

a. Lantai 1) Analisa umum -

Lantai harus mudah dalam perawatan (low maintenace) dan penggantian bahan.

-

Lantai pada ruangan yang membutuhkan tingkat ketenangan lebih tinggi harus mampu meredam sumber bising seperti bunyi langkah kaki dan suara bising lainnya.

-

Lantai harus tahan bahan kimia dan mikroorganisme.

-

Lantai pada ruangan yang memerlukan tingkat konsentrasi tinggi, hendaknya tidak menggunakan banyak warna sehingga dapat mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamya, khususnya pada ruang staff dan karyawan.

-

Lantai harus mampu menjadi penunjuk arah dan mempertegas batas ruang yang ada.

-

Lantai harus mempunyai sistem pendukung seperti rongga untuk penempatan jaringan kabel dan lain sebagainya.

2) Analisa Khusus Ruang

LOBBY

Kriteria Analisis  Kuat menahan beban dan gesek  Tidak licin  Menarik dan berkesan mewah  Memiliki bermacam warna  Mudah dlm perawatan dan pembersihan  Mendukung suasana tema interior

Alternatif Bahan  Granit  Granito  Keramik  Rumput sintetis

 Kuat menahan beban  Granito dan gesek  Keramik  Tidak licin  Granito  Menarik  Rumput R.  warna sintetis PAMER  Mudah dlm perawatan dan pembersihan  Mendukung suasana commit to user tema interior Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)

Keterangan Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk memperjelas fungsi dan sirkulasi ruang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 130

b. Dinding 1) Analisa umum -

Dinding harus melindungi bagian dalam bangunan dari sinar matahari.

-

Dinding harus bersifat isolator yang mengalangi kalor yang datang dari luar bangunan.

-

Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu dengan ruang lainnya.

-

Dinding merupakan pembatas yang mempertegas fungsi ruang.

-

Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun luar ruangan.

2) Analisa Khusus Ruang

Kriteria Analisis tahan lama tahan gesekan tahan air tembus pandang (dapat digunakan LOBBY sebagai view) - tidak mudah kotor - mudah perawatan dan pembersihan - alternatif warna dan motif yang beragam - Mendukung suasana tema interior - tahan gesekan, tahan air - tidak mudah kotor R. PAMER - mudah perawatan dan pembersihan - alternatif warna dan motif yang beragam - Mendukung suasana tema interior Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding) -

Alternatif Bahan - Kaca - Panel alumunium dengan berbagai finishing

- Dnding plester - Panel alumunium dengan berbagai finishing - Dinding kaca

c. Langit-langit 1) Analisa Umum -

Ceilling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical Electrical).

-

Ceilling sebagai peredam dan pemantul suara

-

Ceilling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya.

-

Ceilling mampu memperkuat instalasi pencahayaan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 131

-

Ceilling harus memiliki ketinggian yang cukup sehingga tidak berkesan menekan.

2) Analisa Khusus Ruang LOBBY

R. PAMER

Kriteria Analisis - Multi fungsi dengan akustik dan membantu sitem pencahayaan alami - Menarik dan mendukung tema interior - Kaya desain, motif dan warna - Tahan panas dan mudah dalam perawatan - Multi fungsi dengan akustik dan membantu sitem pencahayaan alami - Menarik dan mendukung tema interior - Kaya desain, motif dan warna - Tahan panas dan mudah dalam perawatan

-

Alternatif Bahan Gypsumboard Panel kayu Fiber accrilyc

- Gypsumboard - Fiber - acrilyc

- Dapat menyerap bunyi Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)

6. Aspek Bentuk dan warna a. Analisa pemilihan bentuk dan warna Dasar-dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan warna perancangan interior Museum sepak bola di Indonesia adalah: 1) Analisa Bentuk Bujur Sangkar

-

Suatu bentuk yang murni dan rasional. Bersifat Statis dan netral. Tidak menpunyai arah tertentu.

Segitiga

-

Merupakan bentuk yang sangat stabil dan kokoh. Besifat dinamis.

-

Suatu bentuk yang terpusat ke arah dalam. Bersifat stabil dan dinamis. Memperkuat sifat sebagai poros. Mempunyai pandangan ke segala arah. Merupakan bentuk yang tidak stabil Bersifat dinamis Bebas dan cenderung atraktif

Lingkaran

Asimetri

commit to user Tabel IV.16 analisa bentuk

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 132

Bentuk yang diterapkan dalam Museum ini yaitu bentuk bulat, asimetris dan, kotak dimana bentuk tersebut sesuai dengan karakter sepak bola serta dapat mendukung penciptaan karakter dan suasana ruang yang sesuai tema. 2) Analisa sifat Warna : Warna yang akan diterapkan dalam Museum ini antara lain : 1. Merah : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus dan feminim (pink), memberi semangat, dramatis, memberi ruangan berkesan kecil dan objek berkesan besar.(pada lis furnitur sebagai aksen juga pada r. pamer sebagai penciptaan suasana) 2. Oranye : Hangat, akrab, ringan, happy, efektif sebagai aksen pada ruangan dan menghangatkan ruangan yang berkesan dingin. (pada r. pamer sebagai penciptaan suasana) 3. Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif, menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan membosankan bila terlalu banyak digunakan. (pada r. pamer sebagai penciptaan suasana) 4. Biru : Mencerminkan perasaan yang kuat baik itu senang ataupun benci, atraktif, berat, menekan, terbuka, pasif, dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan temperatur atau suhu badan, membuat objek berkesan lebih kecil, dan membuat warna terang terlihat kontras. (pada ruang interval sebagi kontras dari r. pamer) 5. Abu-abu : Tenang, netral, tidak menyilaukan bila dipadukan dengan warna lain, dapat membawa keberuntungan, namun juga bisa berkesan tidak menyenangkan. (pada hampir di seluruh r. pamer sebagai penetral) 6. Hitam : Menggugah, menekan, kekuatan, serius, gengsi, ketakutan, dramatis bila dipadukan dengan warna putih dan metalik tone, mengurangi cahaya dan bayangan. (pada r. pamer sebagai aksen) 7. Putih : Suci, kesederhanaan, ketulusan, bersih, namun juga bisa berarti kosong, dan membosankan, memantulkan cahaya dengan kuat. (pada hampir di seluruh bagian museum sebagai penyeimbang dari warna yang lain) Tabel IV.17 analisa sifat warna

Penerapan warna dalam museum ini didominasi warna merah putih dan hijau. Pada tiap ruangan dalam museum ini, penerapan warna disesuaikan dengan karakter warna tim nasional indonesia di tiap dekade, yaitu pada ruang pamer sepak bola dunia hingga ruang pamer dekade 00-an didominasi warna Merah Putih dan hijau sebagai aksen. Pada ruang klub liga indonesia didominasi warna Primer .Pada ruang pamer Hall of Fame yang didominasi warna hitam karena dapat mendukung penonjolan materi pamer.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 133

7. Interior Sistem a. Analisa umum 1) Sistem Pencahayaan a) Dasar Pertimbangan (1) Tidak menimbulkan sinar ultra-violet yang dapat merusak koleksi karya. (2) Tidak menimbulkan mata lelah. (3) Dapat mempertegas ruang dan benda. (4) Disesuaikan dengan kegiatan yang ada di dalam museum. (5) Memberikan kontribusi pada penampilan eksternal dan internal. (6) Tidak meningkatkan suhu ruangan. b) Analisa Sistem Pencahayaan (1) Cahaya Alami (Natural Lighting) Pencahayaan alami didapatkan dari ceiling, sedangkan untuk

menanggulangi

pencahayaan

yang

berlebihan

digunakan twinlight (poly carbonat), acrilyc blur atau vertical blind pada daerah masuk cahaya metahari dan pada dinding diberi lapisan sinc oxide atau titanium trioxide. (2) Cahaya Buatan (Artificial Lighting) Pencahayaan buatan dilakukan dengan pemasangan lampu TL sebagai penerangan umum. c) Teknik Pencahayaan (1) Teknik pencahayaan pada dinding : -

Backlight, sumber cahaya disembunyikan pada panel dinding, berfungsi lebih kepada estetis.

(2) Teknik pencahayaan pada plafond : -

Cove, merupakan tipe pencahayaan tidak langsung, dimana proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu dipantulkan ke arah plafond. Teknik pencahayaan ini commit to userdan ruang lounge library. diterapkan pada lobby,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 134

-

Ceilling Mounted light, adalah teknik penempatan lampu di dalam plafond untuk mengurangi udara panas dan mengurangi efek kerusakan terhadap koleksi untuk menciptakan ruangan yang terang.

-

Cornices, adalah type valance yang melekat pada plafond, dimana seluruh cahayanya langsung dipancarkan ke bawah menerangi bagian ruang koleksi digunakan pada ruang pemer karya 3D (patung).

2) Sistem Akustik a) Dasar Pertimbangan (1) Sistem akustik mampu menyerap energi dan gelombang bunyi yang dapat menimbulkan kebisingan. (2) Sistem akustik harus dapat mengurangi tingkat kebisingan yang berasal dari dalam dan luar ruangan. b) Penerapan Sistem Akustik (1) Sistem pengorganisasian ruang yang harus dijauhkan dari sumber bising terutama yang berasal dari keramaian lalu lintas dan sumber bising lainnya yang berasal dari luar ruangan. (2) Penggunaan bahan-bahan ringan dan berongga seperti panel plywood, gypsum board, fiber dan lain-lain yang diterapkan pada ruang museum khusunya ruang pamer tetap dan quiete room pada lounge library. (3) Pengguaan bahan karpet pada sebagian besar ruang lounge library

untuk mereduksi bising yang berasal dari langkah

kaki, gesekan kursi dan lain sebagainya. 3) Sound system Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar music ke seluruh bagian ruang publik kecuali pada quiteroom ruang perpustakaan. Selain itu, sound system digunakan juga sebagai alat informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada commit to user pihak pengunjung museum.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 135

4) Sistem Penghawaan a) Dasar Pertimbangan (1) Sistem penghawaan mengendalikan tingkat kelembaban dan suhu dalam ruang. (2) Sistem penghawaan dapat mengendalikan dan mengatur suhu ruangan agar sesuai dengan kondisi lingkungan. (3) Pengendalian suhu dan kelembaban dengan alat pengatur penghawaan akan mengurangi serangan jamur dan serangga, serta menambah secara nyata unsur kimia kertas dari serangan asam yang lengket. (4) Penghawaan ruang perpustakaan harus mempunyai cukup ventilasi lainnya sehingga pertukaran udara dapat terjamin. b) Penerapan Sistem Penghawaan (1) Penghawaan dilakukan dengan menggunakan Air Conditioner (AC) Window dan Split. (2) Penggunaan exhaust untuk menyerap udara dalam keluar ruang.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 136

b. Analisa khusus

Lobby

RUANG

CAPAIAN KEBUTUHAN Pencahayaan (uk. Ilum 50 -100 lux) : Merata Tidak menimbulkan panas Berfungsi sebagai penunjuk arah Mengandung unsur decorative Sifat Fleksibilitas pada ruang pamer temporer dalam pemasangan karena sifatnya yang berubahubah

ALTERNATIF SISTEM INTERIOR Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui pintu dan jendela Sistem buatan : Penggunaan lampu tabung fluorescent berefisiensi tinggi dengan sistem difused lighting, pemakaian armature. Dengan pencahayaan langit (down light), Fleksibilitas menggunakan track lampu spot dinding (wall lamp), dan setempat (spot light). Fleksibilitas dicapai dengan pemakaian rel penyambungan dengan stop contact.

Penghawaan : Nyaman / standart

sistem alami :

Akustik : Mendukung fungsi ruang 

Area pamer



corniches lighting, pencahayaan distribusi langsung dengan sumber cahaya ditempatkan secara jelas pada langit-langit dan direfleksikan ke bawah. Recessed in ceiling, yaitu pencahayaaan distribusi langsung dengan sumber cahaya yang ditempatkan secara tersembunyi masuk ke dalam langitlangit.

Pencahayaan (uk ilum 50-100 lux) : Merata Penciptan efek khusus untuk menonjolkan materi Tidak menimbulkan silau dan panas Penghawaan : user Meratacommit dan to nyaman (kestabilan kelembaban

udara masuk melalui pintu dan ventilasi sistem buatan : dengan menggunakan AC Diterapkan melalui pemakaian material pada komponen pembentuk ruang. Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan dengan kaca, dan logam melalui ceiling dan floor. Kerusakan materi diatasi dengan menyerap kadar radiasi UV melalui pemantulan pada bidang yang dicat dengan sinc oxide atau titanium trioxide Sistem buatan : Pencahayaan umum dicapai dengan penggunaan luminous ceiling, lampu tunggal, lampu flourecent Pencahayaan khusus dicapai dengan menggunakan spotlight, wall lamp, lampu dengan efek warna, misalnya; Lampu fluorescent jenis colour matching/nor light Lampu pijar dalam armature dengan filter warna. Panas yang ditimbulkan lampu diatasi dengan pemverian lubang ventilasi yang cukup pada etalase/ Sistem display lainya. Sistem alami : Dengan kisi-kisi didinding yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 137

udara dalam meredam panas

ruang),

apabila diperlukan dapat dibuka dan ditutup Sistem buatan : Dengan menggunakan AC jenis central untuk menetralisir panas

Akustik : Tidak merusak materi Diterapkan melalui pamer, material komponen Mendukung fungsi ruang. ruang. Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

pemakaian pembentuk

8. Sistem Keamanan Cara pengamanan benda-benda koleksi dilakukan dengan cara: a) Pengamanan Umum. Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi dilakukan oleh para petugas keamanan. b) Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan. Ruang Lobby

T a b

Kriteria Analisis Dapat bekerja secara otomatis. Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian. Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.

e l

Ruang 4 Pamer . 1 9

Dapat bekerja secara otomatis. Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian. Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.

Alternatif Bahan CCTV (Close Circuit Television) Memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan, yang rekaman ini nantinya dapat diputar kembali untuk keperluan (sebagai bukti dalam suatu kasus) Heavy duty door contact Sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi atau logam. Alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya. Shock sensor /vibrationsensor CCTV (Close Circuit Television) Heavy duty door contact Shock sensor / vibration sensor

Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 138

c) Pengamanan terhadap kebakaran Ruang Lobby (ruang pamer temporer)

Ruang Pamer tetap

Kriteria Analisis

Alternatif Bahan

dapat mendeteksi api dan bekerja secara otomatis. dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang luas. dapat dengan segera memadamkan api yang besar.

Pendeteksi panas (thermal detector). Sprinkle Emergency lighting and fixture

dapat diletakkan di ruang mana saja. dapat mendeteksi api dan bekerja, secara otomatis. dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang luas. dapat dengan segera memadamkan api yang besar. dapat diletakkan di ruang mana saja. tidak merusak koleksi karya

Multipurpose dry – cremical extinguisher Pendeteksi asap (smoke detector). Multipurpose dry – cremical extinguisher Emergency lighting and fixture

Tabel IV.20 Sistem keamanan

9. Aksesbilitas a) Akses masuk museum menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp untuk penyandang cacat. b) Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor. Untuk ramp minimal lebar 25 inc (63,5 cm) sesuai standard (Chairbound people, Barrier free design,1977)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan Mempelajari dari uraian – uraian yang tertulis dari bab sebelumnya penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Museum Sepak Bola diharapkan mampu memberikan pendidikan dan hiburan kepada masyarakat sehingga mampu memberikan inspirasi untuk memajukan sepak bola Indonesia 2. Dalam desain ini menerapkan konsep modern, dimana konsep tersebut dirasa sesuai dengan perkembangan sepak bola saat ini. B. Saran Pada dasarnya keberhasilan desain dapat ditinjau dari : 1. Desain yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai 2. Penggunaan bahan dan material yang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan 3. Tema yang mendukung perancangan 4. Tercapainya hasil yang baik dari segi estetis Untuk itu perlu partisipasi dari semua masyarakat untuk menciptakan keberhasilan desain.

commit to user

139