Download File

76 downloads 9090 Views 3MB Size Report
siswa secara berkelompok membuat “rumah idaman” ..... sediakan dari kertas karton ukuran plano dan ..... sebagai bahan membuat miniatur sekolah dan.
Menggunakan Internet untuk Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Inggris dan Menggunakan TIK Teguh Sudjatmika, M.Pd, Distrik Fasilitator Nganjuk, Jawa Timur

S

aya mengembangkan pembelajaran dengan materi dari internet supaya siswa dapat mengetahui pemanfaatan internet yang positif selain untuk chatting dan hiburan saja. Berikut ini adalah pengalaman saya dalam menyajikan Standar Kompetensi berbicara yaitu mengungkapkan makna dalam teks lisan monolog pendek sederhana berbentuk Recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Saya mengawali proses pembelajaran dengan tanya jawab tentang pengalaman para siswa (kelas VIII) yang baru saja mengikuti kegiatan Study Tour ke Candi Borobudur. Masing-masing kelompok menjawab pertanyaan secara singkat dalam Bahasa Inggris. Kegiatan tanya jawab selama 10 menit ini untuk menggali pengalaman siswa. Setelah itu, saya memulai kegiatan inti, Brainstorming, Saya tampilkan di layar monitor kejadian kecelakaan pesawat terbang di Amerika. Saya memulai cerita tentang kejadian tersebut berdasarkan informasi dari internet. Selain itu, saya juga menampilkan beberapa gambar yang terkait dengan kosakata kunci dalam teks yang saya rencanakan akan dibuat oleh siswa. Berikutnya, saya membagikan print out gambar tersebut ke masing-masing kelompok. Dari gambar-gambar tersebut masing-masing kelompok diminta untuk mencari kosakata berupa kata benda, kata sifat, dan kata kerja terkait dengan gambar tersebut. Pada kegiatan ini masing-masing kelompok terlihat antusias untuk menulis ke papan untuk melaksanakan tugas tersebut. Setelah penggalian kosakata dirasa cukup, saya

18

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

meminta para siswa untuk membuat kalimat Simple Past Tense tentang hal-hal yang terdapat dalam print out tadi. Awalnya contoh-contoh kalimat tersebut disampaikan secara lisan. Semua kelompok diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ideidenya. Setelah itu kalimat-kalimat yang diungkapkan secara lisan tersebut ditulis di papan tulis. Berdasarkan beberapa contoh kalimat yang dibuat oleh peserta didik saya menerangkan pola kalimat past tense dan penggunaannya. Setelah itu masingmasing kelompok saya minta untuk menulis beberapa kalimat lagi tentang gambar dalam print out tadi. Saya berkeliling untuk memberikan input perbaikan. Setelah itu saya memberi tugas pada masing-masing siswa untuk mengunduh (download) peristiwaperistiwa sosial maupun bencana alam dari internet dan membuat kalimat dalam past tense tentang peristiwa tersebut. Tugas ini dilakukan di luar kelas. Hasil yang diperoleh disimpan di dalam Flash Disc atau CD.

Pada pertemuan berikutnya, siswa menyajikan hasil karyanya. Dengan tugas ini, siswa bisa terampil mengoperasikan komputer dan memanfaatkan media internet sebagai sumber bahan pengetahuan. Selama pembelajaran saya membuat catatan tentang masing-masing peserta didik sebagai masukan dalam proses penilaian kelas. Hasil dari tugas ini juga digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang baru saja disampaikan.

Siswa berdiskusi tentang sebuah peristiwa.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

19

Setiap kelompok bekerja dengan satu unit computer untuk menyusun naskah drama

Smart Cards for A Smart Solution Giyanto, Guru SMPN 1 Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah

P

ada saat Pembelajaran kita sering mendapatkan siswa yang tidak memiliki perbendaharaan kosa kata utamanya kata kerja yang memadai. Hal itu membuat siswa tidak bisa aktif terlibat dalam kegiatan speaking. Sebagian besar anak diam karena memang kosa kata yang ingin digunakan untuk bercakap atau berbicara tidak memadai. Saya sering bertanya pada diri sendiri bagaimana caranya supaya saya bisa memberikan strategi dengan lebih efektif dan efisien.

20

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Berikut ini salah satu cara yang berhasil saya lakukan untuk memfasilitasi siswa berbicara, yaitu dengan menggunakan smart cards. Cara ini bisa melatih siswa bisa menceritakan pengalaman (teks recount). Berikut adalah langkah yang saya lakukan: 1. Kelas dibagi dalam kelompok kecil 4 orang. 2. Setiap anggota kelompok di beri 5 hingga 10 kartu (bisa memanfaatkan kartu remi yang ditempeli kertal HVS yang telah berisi kata tertentu). 3. Setiap kelompok diberikan topic/kategori misalnya: camping, daily activities, hobbies, holidays, picnics, travels, sports, dsb. 4. Siswa menuliskan when, who, with whom, where, what for. 5. Siswa membuat minimal 5 kegiatan (menggunakan kata kerja bentuk kedua) yang bisa dihubungkan dengan topik yang diberikan. 6. Siswa menuliskan kesan tentang kegiatan yang diceritakan.

Smart Card 1 Camping

Smart Card II Holiday

Last Sunday/ My classmate/I/

Last holiday/ My family/I/

Lawu camp site/ fun campi

Kuta beach/ spend weekend

Set up

Swam

Took

played

Cooked

built

Played

sunbathed

Sang

rode

Danced

ate

Ate Tired/excited

happy/impressed

7. Saya memberikan model/ contoh bagaimanamenggunakan kartu itu, misalnya sebagai berikut: Last Sunday, My classmates and I went to Lawu campsite.We got there to have fun camping. First, we set up the tents together. Secondly, the boys took water from the river near the campsite. Then, the girls cooked rice and other food for lunch. After that, some boys played guitar and the other students sang songs and danced. Finally, we ate lunch together.We felt tired but excited. 8. Siswa kemudian dalam kelompok berlatih melakukan monolog sesuai dengan contoh yang saya berikan. Setelah semua siap, siswa tampil didepan kelas menyampaikan karyanya. Semua siswa terlibat aktif mulai dari persiapan hingga penampilan di depan kelas dan merasa senang karena merasa bisa.

Guru aktif mendampingi dalam pembelajaran.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

21

Simulation Board Game untuk Atasi Siswa yang Pasif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Supartinah,S.Pd, Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Karanganyar, Jawa Tengah

P

embelajaran kooperatif menjadi alternatif bagi guru untuk menciptakan pembelajaran PAKEM/CTL. Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa kendala yang dihadapi guru. Kendala tersebut antara lain adalah belum aktifnya semua siswa dalam kegiatan kelompok, meskipun mereka duduk dalam satu kelompok dan belum terjadinya proses belajar yang maksimal dalam kegiatan

Salah satu cara yang saya gunakan untuk mengatasi hal di kelas saya khususnya untuk Speaking, lebih spesifik lagi untuk pembelajaran ungkapan ASKING FOR AND GIVING INFORMATION adalah dengan menggunakan SIMULATION dengan media SIMULATION BOARD. Media ini dapat dibuat sendiri oleh guru. Bahan yang dibutuhkan semua terdiri dari bahan bekas, antara lain: 1.Papan Simulasi (Simulation Board) terbuat dari kardus bekas, ukuran kira kira 30 x 30 cm, dibungkus kertas bekas kalender supaya nampak terang. Papan Simulasi ditempeli dengan tema yang digunakan pada kegiatan Speaking. 2.Kartu-kartu pertanyaan yang terbuat dari kertas buffalo yang berisi daftar pertanyaan. 3.(Dice), yang kalau tidak ada bisa dibuat sendiri dari karet penghapus bekas. 4.kancing bermacam warna atau bentuk yang diambil dari baju bekas untuk digunakan sebagai TOKEN (gacuk/ gicuk).

Guru aktif mendampingi dalam kegiatan simulasi.

22

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Cara penggunaan media tersebut tidak terlalu sulit, yaitu: 1. Mengajarkan ekspresi asking for dan giving information seperti biasanya. 2. Membagikan papan simulasi dan perlengkapannya (kartu pertanyaan, dadu, dan kancing baju) 3. Menentukan pemain pertama. 4. Pemain pertama melempar dadu. 5. Sesuai dengan dadu tersebut, siswa melangkahkan TOKEN nya pada kotak topik, menutup kartu pertanyaan. Siswa lain secara bergantian memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut. Siswa tersebut menjawab pertanyaan. 6. Setelah pemain pertama selesai, dilanjutkan dengan pemain kedua, ketiga, dan seterusnya. 7. Demikian seterusnya, sampai waktu yang dikehendaki habis.

Sebagai variasi permainan, selain kotak topik saya berikan juga kotak tanda tanya. Maksudnya, ketika siswa mendapatkan kotak tanda tanya, siswa lain memintanya untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan IMPERATIVE SENTENCE, karena pada pelajaran sebelumnya siswa sudah mengenal imperative Sentence. Selain mengatasi masalah ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran, Simulation Board ini juga menjawab permasalahan guru dalam menciptakan media pembelajaran yang sederhana dan murah namun bermanfaat efektif.

Media simulation board game.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

23

Siswa mengerjakan quiz tebak gambar secara berkelompok (gambar atas dan bawah)

Mengarang dalam Bahasa Inggris, Siapa Takut? Sri Hartatik, S.Pd, Guru MTs NU Al Hidayah Kudus, Jawa Tengah

M

engarang belum menjadi budaya dan minat bagi siswa MTs NU Al Hidayah, Kudus terutama mengarang dalam bahasa Inggris. Mengapa hal itu bisa terjadi? Ada tiga alasan untuk menjawab permasalahan tersebut. Pertama, siswa tidak terbiasa mengekspresikan pengalaman dan pendapat melalui tulisan. Kedua, siswa belum mampu mengungkapkan gagasan. Ketiga, vocabulary yang dimiliki siswa terbatas. Untuk menjawab permasalahan tersebut, ketika siswa belajar menulis descriptive text untuk kelas 7 semester 2 saya menggunakan pembelajaran berkelompok (Cooperative Learning) dengan kegiatan belajar yang disusun bertahap dari pemberian input hingga tahap yang lebih produktif, yaitu mengarang. Pembelajaran diawali dengan pemberian kuis tebak gambar. Tahapan ini dimaksudkan untuk memberi bekal. Guru menunjukkan gambar orang dengan menyampaikan ciri-ciri fisik dalam Bahasa Inggris. Siswa diminta untuk menebak siapakah orang yang dimaksud dalam ciri-ciri tersebut. Siswa yang sering menjawab dengan benar akan mendapatkan hadiah tepuk tangan dari seluruh siswa di kelas. Selanjutnya, siswa secara berkelompok menjodohkan ciri-ciri fisik seseorang dengan gambar yang sesuai. Setelah menguasai beberapa vocabulary yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, tiap kelompok kemudian diminta untuk membuat descriptive text berdasarkan gambar.

24

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Secara bergiliran, setiap siswa dalam kelompok dipandu ketua kelompok diminta untuk memberikan ide berupa kalimat yang berhubungan dengan gambar, minimal satu. Para anggota kelompok membantu teman yang kesulitan membuat kalimat. Usai tugas berkelompok, siswa diminta untuk kunjung karya antar kelompok untuk membandingkan pekerjaan mereka dengan milik kelompok lain. Aktivitas terakhir, siswa diminta untuk membuat descriptive text yang bertema, My Mother secara individual. Hasil pengamatan terhadap pembelajaran berkelompok (cooperative learning) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan dan keberanian siswa untuk mengembangkan gagasan. Kelompok memungkinkan siswa saling membelajarkan dan kegiatan yang disusun bertahap membantu siswa untuk mampu menyelesaikan tugas akhir, yaitu mengarang secara individual. Setiap tahap dalam kegiatan ini memberi input pada langkah berikutnya dan memperkuat apa yang telah dipelajari sebelumnya. Selain itu, pola pembelajaran ini juga melatih kecakapan interpersonal antar siswa yang positif dalam menyelesaikan setiap lembar kerja yang diberikan.

Belajar Speaking dengan

“My Ideal Home” Andreas Sutrasno, Guru SMPN 2 Jiken, Blora, Jawa Tengah

U

ntuk membuat siswa menikmati pembelajaran speaking, dan dengan demikian melakukan komunikasi lisan dengan serius, saya merancang sebuah pembelajaran speaking yang melibatkan karya dan imajinasi siswa. Saya meminta siswa secara berkelompok membuat “rumah idaman” dengan alat dan bahan yang sudah mereka siapkan. Siswa bebas menentukan bentuk dan model rumah yang mereka ciptakan sesuai imajinasi, seperti jumlah kamar, isi kamar, warna dinding rumah, dsb. Usai mengerjakan, siswa secara berkelompok diminta secara bergilir mempresentasikan rumah idaman mereka di hadapan kelompok siswa yang lain. Sebelum presentasi, siswa membahas apa yang akan diterangkan pada kelompok lain. Mereka membahas bagaimana mendeskripsikan rumah idaman mereka dalam bahasa Inggris dan berlatih menyajikan dalam kelompok sendiri terlebih dahulu, misalnya: This is our ideal house.We have two rooms. ;This is our dinning room; We have one garage; dsb. Di dalam kelompok sendiri mereka bergilir saling mendeskripsikan rumah yang

mereka buat. Selama siswa berdiskusi, saya berkeliling untuk memberikan input dan mengamati kinerja mereka. Setelah siap, kelompok bergantian menyajikan di depan kelas. Setiap anggota kelompok harus berbicara sehingga tidak ada ketua yang mewakili presentasi kelompok. Dalam setiap presentasi, kelompok lain memberikan komentar/ saran mengenai kalimat atau kata yang digunakan dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, dalam sebagian besar tahap pembelajaran semua siswa aktif mendeskripsikan hasil proyek mereka atau memberi masukan / pendapat tentang hasil kerja kelompok lain. Selama siswa melakukan presentasi, saya melakukan penilaian melalui pengamatan. Penilaian tidak ditentukan dari media belajar yang dibuat tetapi dari hasil kosakata dan kalimat yang digunakan, atau kekayaan deskripsi yang dihasilkan. Guru juga memberikan penilaian kepada siswa lain yang memberikan komentar/ saran.

Sebuah rumah idaman karya sebuah kelompok.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

25

Menggunakan Kertas Berwarna dan Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Agus Adib Lutfi, S.Pd, Guru SMPN 1 Jepara, Jawa Tengah

G

agasan menggunakan media “Coloured & Picture Paper” bermula dari masih banyaknya siswa yang membuat kesalahan dalam menulis teks deskriptif sederhana sesuai dengan KD yang dikembangkan di kelasVII A yang saya ajar. Kesalahan tersebut sebagian besar adalah Grammar (tata bahasa), seperti kesesuaian subyek dan kata kerjanya (Subject and verb agreement), maupun perlu tidaknya penggunaan be ( is, am, are ) dan spelling pada kalimat-kalimat tertentu pada tulisan karya siswa. Kerancuan penggunaan be dan verb simple present tense juga masih banyak dijumpai. Tentu tidak mungkin memperbaiki semua kesalahan tersebut dalam waktu singkat. Karena itu saya fokus terlebih dahulu pada kemampuan siswa membedakan dan membuat kalimat nominal (yang menggunakan be sebagai finite) atau kalimat verbal (yang menggunakan verb sebagai finite) .

Untuk mengurangi tingkat kesalahan pada sisi grammar, penulis membuat potongan kertas yang berwarna-warni yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan struktur kalimat tertentu; misalnya untuk pengembangan kalimat-kalimat nominal (yang menggunakan be sebagai finite dalam kalimatnya), kata-kata tersebut dituliskan di atas potongan kertas asturo berwarna pink, sedangkan kata-kata untuk pengembangan kalimat-kalimat verbal (yang menggunakan Verb sebagai Finite dalam kalimatnya) dituliskan di atas potongan kertas asturo berwarna hijau. Siswa berlatih menyusun potongan-potongan kata menjadi kalimat yang benar dengan memperhatikan warna kartu kata-kata tersebut.

Hal lain yang mendorong penggunaan media tersebut adalah kondisi belajar siswa di kelas yang masih cenderung individualistik, kurang mau kerja sama, dan terlihat pasif. Indikasi bahwa kelas pasif adalah ketika siswa diberi tugas yang “agak menantang” mereka cenderung hanya membuka kamus secara individu tanpa ada suasana saling kerja sama walaupun sudah dianjurkan. Untuk mengatasi masalah di kelas VIIA SMP N 1 Jepara semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 tersebut saya menggunakan media “Coloured & Picture Paper” untuk mengembangkan KD menulis teks deskriptif. Media “Coloured & Picture Paper” Media “Coloured & Picture Paper” adalah satu jenis media yang terbuat dari potongan kertas berisi gambar-gambar berupa foto-foto Public Figure seperti artis, selebritis, olahragawan, politisi, maupun gambar lain seperti bintang idola siswa yang diambil/ dipotong dari koran atau majalah. yang berfungsi sebagai alat untuk merangsang (stimuli) kreativitas siswa agar bisa mendeskripsikan gambar/ foto tersebut. Gambar/ foto tersebut ditempel di sepotong kertas berwarna seperti kertas asturo warna hijau. Gambar ini untuk mengembangkan kosakata (Vocabulary) siswa.

26

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Kalimat nominal SUBYEK Kalimat verbal

SUBYEK

BE

PELENGKAP

VERB

PELENGKAP

Dengan cara dan media tersebut, kelas saya akhirnya berubah dari kelas pasif ke kelas yang aktif, gaduh produktif karena siswa saling bekerja sama dalam kelompoknya dengan memanfaatkan media tersebut. Keriuhan itu menandakan proses belajar bermakna dengan mampu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris siswa dalam membuat teks teks dekriptif dengan akurasi grammar yang lebih baik.

Hasil karya siswa yang telah dinilai dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran yang difasilitasi Pak Agus. Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

27

Media T-Cards yang digunakan Bu Sri dalam pembelajaran.

“T-Cards”:

Media Murah untuk Belajar Writing dan Speaking Dra. Sri Hari, Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Karangtengah Demak, Jawa Tengah

E

nglish is a monster”. Kalimat itu sering didengar guru bahasa Inggris dari murid-muridnya. Lebihlebih untuk writing and speaking skills.Tetapi keikutsertaan saya di program DBE3 telah memotivasi dan menginspirasi saya dan teman-teman guru di SMPN 1Karangtengah untuk mengkreasi berbagai model pembelajaran dengan media yang terjangkau. Saya mengkreasi “T-CARD” suatu model Pembelajaran yang murah, multi fungsi, tapi bisa membawa atmosfir ceria bagi siswa dan perlahan mengubah statement English is a monster menjadi English is challenging and interesting. T-card adalah kartu kata berdesain yang bertuliskan kata kunci tertentu yang berhubungan dengan binatang. Kartu ini dibuat dari kardus mie instan, kalender bekas, gambar dan beberapa kartu nama kosong yang dibentuk mirip huruf “T”yang dimasukkan dalan kotak bekas tempat amplop. T-card didesain semenarik mungkin untuk menumbuhkan rasa penasaran siswa dan merangsang siswa untuk mengeksplorasi kemampuan speaking dan writing untuk teks report. Kegiatan belajar menggunakan kartu ini saya sebut Shopping for T-Cards. Cara ‘bermainnya’ adalah sebagai berikut:

28

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

A. Media: · 5 buah amplop untuk 5 kelompok · 50 lembar T-card (kartu kata berdesain) yang bertuliskan kata kunci tertentu yang berhubungan dengan binatang · 50 lembar kertas Post It · 5 buah gambar binatang · 5 buah papan kardus dengan pocket design (diberi garis dan diiris pada garis tersebut untuk menyelipkan T-card/kartu kata ) B. Cara Kerja : Tahap Pertama: Preparation 1. Isi 5 buah amplop masing-masing dengan 1 buah gambar binatang tertentu dan beberapa T-card bertuliskan kata - kata kunci yang berhubungan dengan binatang secara acak 2. Bagi kelas menjadi lima kelompok. Berikan pada tiap kelompok 1amplop berisi 1 gambar dan beberapa Tcard bertuliskan kata kunci dari binatang yang mau ditulis (kata kunci masih acak dan belum mengarah pada gambar binatang yang mau ditulis). 3. Selipkan beberapa T-card dari amplop nomor 1 ke papan kardus label 1. Amplop nomor 2 ke papan kardus label 2, dan seterusnya (jumlah papan kardus sesuai dengan jumlah kelompok).

Tahap Kedua: shopping forT-Cards 4. Setelah 5 gambar diselipkan dan semua T-card masuk ke pocket papan kardus label 1 sampai 5, siswa mulai belanja kartu, dengan cara : kelompok 1 Belanja/ shopping T-card ke kelompok yang lain sesuai dengan gambar yang dimiliki kelompoknya dan T-card yang bertuliskan kata kunci yang dibutuhkan/yang sesuai dengan gambar milik kelompok 1. Demikian juga kelompok yang lain (saling berkunjung untuk saling belanja T-card). 5. T-card kata kunci hasil belanja yang sudah sesuai dengan gambar binatang milik sendiri dimasukkan ke dalam pocket papan kardus milik kelompoknya sendiri. 6. Selesai melakukan kegiatan shopping for cards, siswa membuat satu kalimat dari satu kata kunci yang tertulis pada T-card tersebut pada post it paper dan menempelkannya disebelah kanan T card yang dibuat kalimat. Demikian seterusnya sampai semua T-card dibuat menjadi kalimat. 7. Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk menyusun kalimat-kalimat pada post it paper tersebut menjadi paragraf yang padu yang kemudian disusun menjadi Text Report. Kegiatan ini diikuti sharing karya.Karya dipajang untuk saling dinikmati.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

29

Menaklukan UN dengan Service Learning Supartinah M.Pd., Guru SMPN 1 Karanganyar, Jawa Tengah



Jangan omong doang” selalu terngiang usai menjadi Fasilitator Nasional DBE 3 tahun 2001. Berkat pelatihan DBE 3, saya jadi memahami ‘Service Learning’ yang kemudian saya pelajari dan praktekkan di kelas untuk menaklukkan ujian nasional (UN). ‘Service Learning’ adalah pembelajaran melalui pelayanan. Istilah ini banyak dipakai dan diterapkan di Amerika. Penerapan pembelajaran melalui pelayanan dikenal dengan nama Learning by Teaching. Salah satunya, siswa memfasilitasi pembelajaran untuk orang lain, terutama di level bawah. Untuk bisa memfasilitasi dengan baik, tentunya mereka harus menguasai materi. Di sinilah muncul hubungan yang saling menguntungkan. Misalnya, siswa kelas 9 mendapat keuntungan berupa penguasaan materi, siswa kelas 7 mendapat pembelajaran yang menyenangkan. Cara melaksanakan pembelajaran ini sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang 2. Setiap kelompok diberi materi yang harus dipakai untuk memfasilitasi pembelajaran. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dasar pembagian materi bisa jenis teks (description, recount, narrative, procedure, report dan short functional text). 3. Siswa bekerja dalam kelompok merancang pembelajaran yang akan mereka sampaikan. 4. Siswa melakukan presentasi secara bergantian. Guru berperan sebagai fasilitator, terutama mendampingi saat persiapan. Dari penelitian sederhana yang saya lakukan, ternyata hasilnya cukup memuaskan seperti nampak dalam tabel berikut yang menunjukkan peningkatan nilai ujicoba UN dan nilai UN.

test rerata

30

uji coba UN I (B)

uji coba UN 2 (AI)

uji coba UN 3 (A2)

uji coba UN 4 (A3)

UN

6,16

6,61

7,36

8,13

8,70

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Tes B adalah tes uji coba UN sebelum kegiatan dilakukan. Rerata nilai uji coba tersebut adalah 6,16. Ada 3 siswa yang tidak lulus sesuai dengan standar kelulusan UN. Tes A adalah tes setelah kegiatan berlangsung. Tes A1 diberikan setelah tahap I. Tes A2 diberikan setelah tahap II. Tes A3 diberikan setelah tahap III. Hasil tes A1 menunjukkan, masih ada 1 siswa yang belum lulus, sedangkan nilai rerata tes A1 adalah 6,61. Tes A2 menunjukkan semua siswa lulus, dengan nilai rerata 7,36. Tes A3 menunjukkan semua siswa lulus, dengan nilai rerata 8,13. Nilai terakhir adalah nilai UN. Semua siswa lulus dengan nilai rerata untuk paralel sekolah adalah 8,63. Nilai rerata UN kelas IX Akselerasi (kelas dimana dilaksanakan kegiatan Service Learning adalah 8,70. Ini berarti nilai rerata Ujian Nasional kelas IX akselerasi lebih tinggi dibanding nilai rerata keseluruhan. Jumlah siswa yang mendapat nilai 10 ada 4 siswa(17,39% )sedangkan jumlah nilai 10 secara keseluruhan adalah 7 siswa (dari 8 kelas). Pada tahun 2009, saya melakukan penelitian yang sama dengan tujuan meningkatkan kemampuan speaking siswa. Hasilnya, selain kemampuan speaking siswa meningkat, saya meraih juara III Lomba Karya Ilmiah Inovasi pembelajaran tingkat provinsi. Jadi, mari tunjukkan bahwa service learning bukan sekedar lip service belaka.

Tahap Persiapan, siswa menyusun langkah – langkah pembelajaran

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

31

Speaking Through The Vocamino Game Herdianto Karem, S.Pd, Guru SMPN 6 Palopo, Sulawesi Selatan

S

iswa takut salah, kurang kosakata, kurang percaya diri, dan tidak tertarik berbahasa Inggris membuat saya tertantang untuk selalu mengkreasi pembelajaran yang menarik siswa. Saya kemudian membuat permainan yang saya beri nama Vocamino. Istilah ini singkatan dari gabungan kata Inggris Vocabulary dan kata Indonesia Domino. Tujuan saya adalah dengan Vocamino game ini saya memfasilitasi siswa berlatih berbahasa Inggris sambil bermain dengan menggunakan kosakata yang baru didapatkannya. Medianya terbuat dari kartu domino, yang bagian depan mata dominonya di buka lalu dilapisi kertas BC lux warna yang sudah ditulisi katakata atau frase dari materi pokok pembelajaran. Game ini saya gunakan untuk mencapai KD 4.1: “Mengungkapkan tindak makna tutur fungsional pendek sangat sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar,” dan khususnya saat menyajikan materi teks fungsional seperti, Instruction dan Shopping List. Cara menggunakannya: (1) Siswa dibagi kelompok dengan enam orang anggota; (2) Setiap kelompok memainkan 24 kartu vocamino, terdiri dari 12 kartu kata Inggris dan 12 lainnya adalah artinya. Kelompok kata dan frase (Instruction dan Shopping list) di kartu vocamino berbeda di setiap kelompok; (3) Enam siswa di setiap kelompok masing-masing memegang empat kartu, dua kata Inggris dan 2 kata Indonesia (arti leksikal). Mereka secara bergiliran searah jarum jam menurunkan / meletakkan kartu di atas meja; (4) Mengikuti aturan main, yaitu: (a) semua komunikasi saat bermain harus dengan bahasa Inggris. (b) kartu kata Inggris dan kata Indonesia diturunkan secara berbalasan, layaknya main domino. Tapi, yang lebih penting adalah siswa mengucapkan dengan jelas kata Inggris yang diturunkannya; (c) anggota sesama

Kartu kata bahasa Inggris dan kartu padanannya

32

kelompok berkewajiban membetulkan pengucapan kata yang salah oleh temannya. Dan (5) Di akhir permainan, wakil setiap kelompok tampil merangkai kata (khusus kata-kata dari materi Shopping List) menjadi kalimat dengan menggunakan tabel isian model papan catur pembentuk kalimat. Tabel ini saya sediakan dari kertas karton ukuran plano dan tempelkan di whiteboard. (lihat gambar di bawah) Saya mengelola waktu 2x 40 menit untuk pembelajaran ini. Saya memfasilitasi permainan vocamino ini 10 menit per kelompok, khususnya membantu siswa berkomunikasi langsung dengan teman kelompoknya, mengoreksi pronunciation yang salah, dan menuntun siswa merangkai serta membacakan kalimat-kalimat yang disusunnya. Membantu mereka menggunakan kalimat dan frase yang dibutuhkan dalam permainan ini, antara lain: Is it my turn or yours now?; I’m looking for the meaning of this word; Here is the meaning; O.K; sorry, pronunce it correctly; you’re right, dan ungkapan lainnya. Setelah pembelajaran ini, saya mendapatkan siswa saya mampu dan percaya diri berkomunikasi singkat dan sederhana dengan teman-temannya.

Merangkai kata dengan chart model papan catur

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Beberapa rangkaian kata hasil kerja kelompok.

Belajar Bahasa Inggris Melalui Rambu Lalu Lintas Diah Wulansari, Distrik Fasilitator Sampang, Jawa Timur

M

odel pembelajaran aktif dari DBE3 telah banyak membantu guru-guru untuk membuka kreativitasnya dalam mengajar dikelas. Dengan pendekatan kontekstual guru tidak lagi terpaku pada buku pegangan saja. Lingkungan sekitar pun dapat kita gunakan. Seperti yang saya terapkan di SMPN 1 Camplong ini.

Kerjasama dalam kelompok dan individu sangat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas. Saya juga dapat melihat siswa dapat berinteraksi dengan polisipolisi tersebut dan melakukan tanya jawab seputar tugas yang mereka terima dari guru. Hal tersebut berdampak positif kepada siswa. Mereka tidak takut lagi menghadapi polisi dan mereka dengan mudah memahami materi yang diberikan oleh guru pengajar.

Sejak mengenal DBE3, semua hal dapat digunakan untuk mengajar. Seperti pengalaman saya waktu mengajar materi Notices (peringatan). Pada waktu mengajarkan materi ini, saya mengajak siswa untuk keluar kelas dan bertatap muka dengan polisi yang sedang bertugas di depan sekolah. Saya mengajak siswa untuk mengenali rambu-rambu lalu lintas dengan cara memberi mereka tugas untuk mewarnai rambu-rambu lalu lintas pada lembar kerja yang belum ada warnanya sekaligus menerangkan apa makna dari rambu-rambu tersebut. Dalam lembar kerja tersebut juga terdapat istilah-istilah rambu –rambu lalu lintas tersebut dalam bahasa Inggris. Siswa berdiskusi untuk memahami makna rambu dan memasangkanya dengan istilah dalam bahasa Inggris. Selanjutnya siswa menebak warna yang tepat untuk gambar rambu yang masih hitam putih. Terakhir, siswa melakukan wawancara dengan polisi untuk mengetahui kebenarannya.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

33

Bermedia Dadu dan Kartu Merangkai Kalimat dalam Bahasa Inggris Abdussubhan Jayani, Guru SMPN 2 Rangkasbitung, dan Cucu Laelasari, Guru SMPN 4 Subang, Lebak, Jawa Barat

S

etiap kelompok bermain dengan satu dadu. Semua anggota kelompok memegang kartu masing-masing. Setiap muka dadu bertuliskan kata kerja yang berbeda. Setiap kartu bertuliskan kata benda dalam Bahasa Inggris di satu sisi dan terjemahannya di sisi lain. Tulisan pada dadu dan kartu itu dibuat sendiri oleh siswa sebelum permainan. Target kegiatan ini adalah setiap siswa mampu menyusun sepuluh kalimat perintah dengan merangkai kata kerja yang muncul di muka dadu dengan kata benda yang ada pada kartu masingmasing. Ketika sudah menemukan kalimat sempurna, siswa diberi kesempatan untuk berbagi dengan teman-teman, dengan cara mengucapkan kalimat hasil karyanya, dan meminta sumbang saran temannya bila terdapat kekeliruan. Tantangannya, tentu saja tidak setiap kata kerja pada dadu itu cocok dirangkai menjadi kalimat dengan kata benda yang ada di kartu. Misalnya, bila dadu muncul dengan kata ’eat’ dan kartu bertuliskan ’ball’, tentu

34

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

saja tidak cocok dibuat kalimat. Dan inilah saat-saat para siswa terbahak-bahak ketika menyadari arti kalimat yang terangkai dari kedua kata itu ternyata janggal dan lucu. Siswa juga bisa bergerak keluar ruang kelas untuk mencari inspirasi demi menyusun kalimat yang menarik. Sungguh ini merupakan sebuah game pembelajaran sederhana yang efektif dan menyenangkan. “Aku jadi berani bicara dalam bahasa Inggris dengan permainan ini,” kata Neli, siswa MTsN Lohbener, Indramayu. “Seneng banget aku bisa bikin banyak kalimat dengan cepat,” ujar Syafi’i sumringah.

Ayo, Giliranmu Berbicara Suyono, S.Ag, Guru MTsN Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

M

engantri rupanya tidak cuma berguna di loket bus. Di MTs N Batang Angkola, mengantri bisa membuat siswa mampu meminta dan mengajukan pendapat dalam bahasa Inggris. Pak Suyono memulai pembelajaran dengan motivasi. Ia bersemangat menyakinkan siswanya bahwa pembelajaran yang mereka terima akan berlangsung menyenangkan. Pak Suyono meminta siswa bernyanyi dan bertepuk tangan. Pak Suyono kemudian membagikan LK. LK terdiri dari tiga pertanyaan: 1) What do you think about our school?; 2) What do you think about about our library; 3) What do you like or don't you like about our library? Siswa diminta mengerjakan LK secara berkelompok. Setelah LK berhasil dikerjakan, Pak Suyono meminta siswa bermain di luar kelas. Ia meminta siswa membetuk lingkaran di lapangan sekolah yang berpasir. Setiap lingkaran terdiri dari enam orang siswa. Di tengah lingkaran itu, seorang siswa berdiri.

Ia bertugas untuk mengajukan ketiga pertanyaan dan siswa lain menjawab pertanyaan. Proses ini dilakukan secara bergantian. Berikutnya, Pak Suyono memilih tiga siswa secara acak. Siswa itu akan ditugasi memberi pertanyaan yang sama kepada siswa. Siswa lainnya, membentuk tiga barisan. Mereka harus mengantri! Satu persatu siswa diminta menghadap lalu diberi pertanyaan. Siswa yang berhasil menjawab, diperbolehkan keluar barisan dan bergantian menggantikan posisi 3 siswa yang bertanya tadi. Tiga siswa yang digantikan masuk ke dalam barisan untuk menjawab pertanyaan juga. Siswa yang gagal harus kembali kebarisan. Di dalam barisan si siswa mempersiapkan diri untuk ditanya kembali. Ia terus mengulangi pertanyaan sampai bisa. Menurut Pak Suyono, variasi kegiatan dengan cara ini membantu siswa untuk berlatih bicara dalam bahasa Inggris. ”Cara ini membuat siswa harus mengucapkan lebih dari tiga kata. Siswa bisa berkomunikasi secara sederhana,” tukas pak Suyono.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

35

Suasana proses pembelajaran yang difasilitasi bu Hanik.

Pintar Menggambarkan dengan FoCoPreTion dan Parikan Hanik Shofia, S.Pd, Guru SMPN 2 Klego, Boyolali, Jawa Tengah

Y

ang saya maksud dengan menggambarkan di sini adalah menggambarkan benda dengan kata-kata secara tertulis, atau berkomunikasi dengan menggunakan teks deskriptif. Kemampuan murid saya dalam hal tersebut masih belum memuaskan saya. Menurut pengamatan saya hal itu karena kosa kata siswa minim, begitu pula dengan keterlibatan dan keaktifan mereka dalam proses belajar mengajar. Saya mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan strategi yang saya sebut Focopretion. Focopretion adalah akronim dari fo: word formation, co: collaboration, pre: presentation, ion: confirmation. Dalam Fo, atau word formation, saya membimbing siswa menemukan, mengeksplorasi kata-kata terkait dengan salah satu objek /benda, misalnya kucing. Kata terkait kucing diantaranya: moustache, sharp sight, long tail, mammal, dan lain-lain.Tahap ini sangat membantu siswa mendapat input bahasa. Fo itu dikerjakan melalui Co atau Collaboration yang artinya bekerjasama siswa berdiskusi sehingga semua siswa aktif ambil bagian sebelum hasil kerja disajikan dalam Pre atau Presentation melalui karya kunjung antar kelompok. Setelah tahap ini dilampaui dengan baik,

36

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

kelompok mengerjakan tugas menjawab pertanyaan bacaan. Pertanyaan telah saya susun sedemikian rupa sehingga jawaban yang ditulis merupakan 'retelling' dari teks yang dibaca. Jawaban kemudian saling ditukarkan lagi untuk mendapatkan input (confirmation). Setelah itu siswa saya minta menyusun jawaban tersebut secara runtut menjadi sebuah paragraf padu. Tahap confirmation berikutnya, yaitu saya bersama-sama siswa memilih tiga karya kelompok terbaik sehingga setiap kelompok bisa membandingkan karya mereka dengan karya terbaik tersebut. Setelah itu, pada pertemuan selanjutnya saya terangkan sebentar apa makna ’parikan’. Siswa kemudian saya minta untuk membuat parikan sesuai tema secara berkelompok. Ketika mereka bekerja saya berkeliling membantu mereka. Kadang pada kelompok tertentu yang mengalami kesulitan saya bantu mereka untuk bersama menyelesaikan parikan mereka. Pada tahap berikutnya, parikan-parikan itu dipajang dan siswa saling membaca. parikan= pantun

Jurus Sakti Buku Saku “English In Practice” Indah Ekiyanti Listiyaningsih, Guru MTsN Klaten, Jawa Tengah

K

ompetensi speaking tidak bisa dicapai dengan mengandalkan pertemuan di kelas saja. Untuk itu saya mengembangkan program tugas terstruktur berupa “Buku Saku: English in Practice” . Buku saku tersebut berisi Ungkapan-ungkapan dan kosa kata bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari dan teruatama ungkapan yang dipakai selama proses kegiatan belajar mengajar baik di dalam lingkungan madrasah ataupun di luar madrasah. Contoh dari isi buku saku tersebut seperti Greeting, In the Classroom, In the Teacher Office, In the Mosque, dan sebagainya. Buku ini ternyata sangat membantu kemampuan speaking siswa. Buku saku tersebut tidak di cetak tetapi dibuat sendiri oleh siswa dengan menuliskan semua ungkapan dan kosakata baru yang mereka temukan. Siswa juga diminta untuk menuliskan artinya. Jika yang dicantumkan berupa kosa kata maka siswa harus menuliskan transcript cara mengucapkannya. Siswa diwajibkan hafal dengan apa yang telah mereka tulis di Buku Saku dan dapat menggunakannya dalam percakapan dan komunikasi sehari-hari. Setiap bulan siswa mengumpulkan buku saku tersebut untuk pengontrolan pencapaian tujuan belajar. Untuk itu saya juga menyiapkan kriteria pencapaian tujuan dalam sebuah instrumen penilaian.

Tugas berupa buku saku ini ternyata menginspirasi dan memotivasi anak-anak untuk belajar yag lebih baik. Mereka dapat menuangkan potensi kretifitasnya dalam buku saku tersebut secara maksimal. Selain itu, dengan tugas Buku Saku tersebut, saya dapat membangun beberapa karakter penting seperti kemandirian dan tanggung jawab pribadi dalam belajar serta kedisiplinan. Pembiasaan ini menumbuhkan rasa suka dan nyaman dalam belajar Bahasa Inggris di kelas saya. Rasa suka tersebut juga saya tanamkan lewat yel yel yang selalu kami ucapkan ketika mengawali kegiatan pembelajaran. Jika saya atau siswa berteriak,” English……”, maka yang lain akan menyahut,” I like it. I love it.” Itulah sedikit pengalaman saya dalam memfasilitasi siswa belajar lebih bermakna bagi siswa dan pada saat yang sama membangun karakter penting siswa.

Praktik speaking sehari-hari di sekolah.

1.Buku Saku yang dibuat siswa

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

37

Meningkatkan Kosentrasi dan Interaksi Siswa dengan Tayangan Video Rohbiyah, Guru SMPN 2 Cilegon, Jawa Barat

S

ebagai guru bahasa Inggris, saya merasa paling senang menyaksikan interaksi antar siswa yang dilakukan dalam bahasa inggris. Karena itu saya selalu berusaha merancang kegiatan pembelajaran yang ‘memaksa’ siswa untuk saling menyatakan pendapat dan mendengar pendapat orang lain, misalnya dengan kegiatan presentasi. Sayangnya, pada kegiatan presentasi banyak siswa yang tidak cukup tekun mendengarkan kelompok lain. Nah, ternyata tayangan video bisa membantu sisw yang kurang tekun untuk berkonsentrasi mendengar paparan kelompok lain. Berikut ini adalah pengalaman saya.

38

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Pembelajaran dilakukan di kelas VII di SMPN 2 Cilegon Banten dalam 3 kali pertemuan dengan tujuan akhir yaitu siswa mampu menerangkan prosedur pembuatan makanan / minuman secara lisan. Proyek pembuatan video dilaksanakan selama satu minggu di luar jam sekolah. Pembelajaran saya mulai dengan memberikan siswa kesempatan untuk mengeksplorasi teks berbentuk prosedur secara berkelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 4 orang. Eksplorasi dilakukan melalui kegiatan membaca pemahaman yang terdiri atas beberapa sub kegiatan, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang gagasan dalam bacaan, ciri-ciri kebahasaan dan ciri-ciri retorik teks prosedur. Siswa juga berlatih membuat imperative sentences. Semua kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memberikan language inputs, tahap yang harus dilalui sebelum masuk ke kegiatan berikutnya, yaitu menyampaikan gagasan secara lisan (speaking).

Saya minta siswa memikirkan prosedur membuat makanan dan minuman yang sederhana tapi unik, sehingga tidak sekedar menulis tentang cara membuat teh manis, misalnya, untuk disampaikan pada temannya secara lisan. Siswa berkelompok menyusun draf tentang cara membuat makanan minuman unik. Dalam proses ini saya memberikan input perbaikan. Setelah draf selesai siswa saya minta untuk mempraktikkan resep makanan atau minuman mereka dengan setiap langkah diucapkan nyaring dan direkam dengan kamera video sekolah. Saya minta mereka membayangkan diri sebagai chef terkenal dan acara ditayangkan di TV.

berinteraksi dalam bahasa Inggris yang kadang bercampur dengan bahasa Indonesia diselingi canda saling meledek. Memang, pembelajaran terasa asyik karena serasa menonton film dengan bintang teman-teman sendiri.

Gambar-gambar berikut menunjukkan saat para siswa mempresentasikan tayangan video hasil karya mereka.

Di kelas, rekaman video ini dipresentasikan secara bergiliran. Kelompok penyaji siap menjawab pertanyaan dan kelompok penonton memberikan pertanyaan, masukan, komentar. Luar biasa. Dengan video ini semua siswa, termasuk para siswa yang biasanya sulit berkosentrasi mendengarkan paparan teman memberikan perhatian penuh pada presentasi semua kelompok. Siswa sangat aktif

Tayangan video dalam pembelajaran ternyata dapat memicu konsentrasi dan interaksi siswa.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

39

Bertahap untuk Hasil yang Lebih Bagus Khumi Laila, Guru SMPN 1 Prigen, Pasuruan, Jawa Timur

Tahapan pembelajaran yang dikelola dengan baik akan memberikan keberhasilan belajar yang besar.

B

ahasa Inggris adalah bahasa yang betul-betul asing bagi siswa saya di Prigen. Karena itu penting untuk mendisain tahapan pembelajaran yang runtut yang tiap langkah memberikan input bagi langkah berikutnya sehingga siswa akhirnya mampu menciptakan teks atau berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Saya mendapatkan inspirasi dari tahapan BKOF (Building Knowledge of the Field), MOT (Modelling of the Text), JCOT (Joint Construction of the text), dan ICOT (Independent Construction of the Text). Tahapan yang baik memberikan keberhasilan yang besar. Berikut ini adalah salah satu pembelajaran yang saya lakukan untuk membangun kompetensi menulis pengalaman pribadi (Teks recount). Namun dalam pembelajaran ini siswa saya masih hanya sampai pada tahap JCOT dan belum sampai pada tahap memproduksi teks recount secara independen. Dalam tahap ini siswa masih diberi bekal pengalaman atau materi yang akan digunakan dalam menulis teks recount baik itu berupa struktur atau grammar maupun contoh teks recount.

40

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Pada tahap apersepsi sayamemberi beberapa pertanyaan kepada siswa tentang kegiatan siswa pada liburan lalu. Misalnya, “What did you do last holiday?”, “Where did you go?”. Jawaban siswa sangat bervariasi terhadap pertanyaan ini. Ada yang menjawab “at home”, “sleeping”, “watching TV”. Ada juga yang menjawab dengan kalimat lengkap seperti “I go to my grandmother”, “I go to Jakarta”, “I go to Telaga Sewu”. Saya menampung semua pendapat siswa dan tidak lupa memberikan reward berupa pujian “good, ok, right” kepada siswa yang memberi respon. Setelah itu saya menulis salah satu kalimat yang diucapkan siswa, I go to Telaga Sewu, di papan tulis dan bertanya pada siswa tentang penggunan kata kerja dalam kalimat itu. Akhirnya beberapa siswa mulai angkat tangan dan mengemukakan pendapat bahwa verb yang ada di kalimat tersebut harus diganti dengan verb 2. Berangkat dari jawaban siswa tersebut saya memberikan penjelasan kepada siswa tentang penggunaan simple past dalam kalimat yang akan digunakan untuk menulis teks recount. Selanjutnya siswa dibagi dalam 10 kelompok untuk mengerjakan LKS . Pada kegiatan kelompok yang pertama ini siswa mengerjakan latihan dengan mengisi 10 kalimat rumpang dengn kata kerja yang sudah tersedia yang semuanya masih dalam bentuk verb 1. Untuk mengisikannya ke dalam kalimat, selain siswa harus mengetahui artinya juga harus mengubahnya menjadi verb 2. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok menukar hasil pekerjaannya dengan kelompok lain. Bersama-sama siswa saya mendiskusikan jawaban mereka dengan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menjawab. Kegiatan berikutnya, saya minta siswa untuk mengurutkan serangkaian gambar menjadi suatu cerita yang kronologis. Namun gambar tidak akan bermakna untuk pembelajaran bahasa Inggris jika tidak memberikan language inputs. Karena itu siswa membuat cerita sesuai dengan kata-kata yang sudah tersedia pada setiap gambar tersebut. Makna kata terwakili oleh gambar. Siswa

membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata kerja yang disediakan dan mengubahnya menjadi Verb 2. Ternyata kegiatan yang kedua ini sangat menarik bagi siswa. Mereka menikmati dan tertantang untuk menyelesaikannya. Setelah selesai mengerjakan, seorang perwakilan dari tiap kelompok maju ke depan dan menuliskan hasil diskusinya di papan tulis. Semua kelompok mempunyai kesempatan untuk menuliskan hasil pekerjaannya. Saya membimbing siswa untuk memberikan masukan pada pekerjaan kelompok lain melalui pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan. Pada tahap selanjutnya siswa kembali pada posisi duduk seper ti semula. Untuk variasi pembelajaran, saya putarkan lagu yang berjudul “Yesterday”. Lagu ini dipilih karena dinilai sesuai dengan materi yang dibahas dalam pembelajaran ini. Siswa tidak hanya santai mendengarkan lagu saja, tapi mereka harus melengkapi teks lagu (rumpang) yang sudah ada di lembar kerja. Untuk mempermudah mereka dalam melengkapi teks lagu tersebut, disediakan pilihan kata-kata yang semuanya adalah Verb. Setelah 3 kali lagu diputar, guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan mereka.Ternyata hampir semua siswa melengkapi teks lagu tersebut dengan benar. Dengan demikian, lagu ini berfungsi menguatkan pengetahuan siswa tentang past tense. Dengan pengetahuan ini tingkat akurasi siswa dalam menulis bisa ditingkatkan. Sebagai penguat dan sarana berlatih, saya minta siswa untuk menuliskan ulang cerita yang tadi mereka buat secara berkelompok. Retelling ini sengaja saya pilih karena mempermudah siswa mengerjakan tugas tapi pada saat yang sama bisa mengaktifkan dan menguatkan kosa kata yang baru mereka dapatkan dari kegiatan menulis berkelompok. Kesimpulan saya, pembelajaran yang tiap tahap dirancang untuk saling mengisi membuat pembelajaran bahasa Inggris mudah dicerna siswa.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

41

Making a School Miniature: Belajar Bahasa Inggris dengan Greget Haddika, Guru SMPN 4 Baranti, Sidrap, Sulawesi Selatan

K

egiatan membaca teks yang diikuti dengan menjawab pertanyaan pemahaman (comprehension questions) sudah sering dilakukan di kelas saya. Siswa melakukan kegiatan itu biasanya tanpa greget. Karena saya ingin greget itu hadir, maka pertanyaan pemahaman itu saya ganti dengan kegiatan semacam ‘proyek’ yang hanya bisa diselesaikan kalau siswa paham isi bacaan yang mereka baca. Salah satu yang telah saya lakukan adalah meminta siswa membuat ‘school miniature’ berdasarkan teks prosedur yang mereka baca, dan setelah itu mempresentasikan hasil proyek mereka. Dan ternyata, dengan cara itu siswa ‘lupa waktu’, ‘ngotot’ berusaha keras memahami bacaan supaya proyek mereka bisa berhasil, dan sangat bergairah mempresentasikan karya mereka. Greget hadir (The zest for learning was there), langkah-langkah pembelajaran mengalir lancar mengikuti langkah pembelajaran ICARE: introduction, connection, application, reflection, dan extension; dan terjadi penggabungan pembelajaran teks prosedur dan deskripsi secara alamiah. Proses pembelajaran dimulai dengan Introduction (I). Pada tahap ini membahas singkat pentingnya menggunakan bahasa dengan jelas untuk menerangkan sebuah objek. Kadang di lingkungan kita ada orang menanyakan bagaimana cara membuat sesuatu atau menanyakan letak/posisi suatu obyek. Cara menerangkan hal tersebut diakomodasi dalam materi speaking, jenis teks procedure dan descriptive. Diskusi diteruskan dengan tanya jawab tentang yang dimaksud dengan miniature. Dalam diskusi awal singkat ini saya terapkan think pair share supaya ’communication traffic’ tidak berpusat pada saya. Kegiatan berikutnya adalah tahap Connection (C). Siswa mendapatkan Lembar Kerja yang memuat bahan pembelajaran berupa teks prosedur pembuatan miniatur yang diikuti dengan vocabulary exercises. Siswa mengerjakan tugas dalam LK secara berpasangan dan kemudian dicocokkan bersama dengan bimbingan guru.

42

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

Kegiatan berikutnya adalah Application. Setelah sebelumnya siswa memahami sebagian besar kosa kata, berikutnya setiap kelompok membuat miniatur bangunan berdasarkan prosedur yang tersebut dalam LK. Kegiatan membaca pemahaman ini dilakukan dalam kelompok. Nampak sekali siswa berusaha keras bekerja sama menemukan makna tiap kalimat. Tiap kelompok menghasilkan 4 miniature bangunan. Dalam teks itu dijelaskan juga bagaimana mereka harus mengatur menjadi miniatur sekolah lengkap dan membuat pelengkapnya yaitu tiang bendera, lapangan basket, atau volley. Dalam kegiatan ini saya memanfaatkan potongan-potongan gabus untuk dimanfaatkan sebagai bahan membuat miniatur sekolah dan kalender bekas untuk kapling meletakkan miniatur bangunan-bangunan tersebut. Setiap bangunan harus diberi nama dalam bahasa Inggris. Setelah miniatur selesai, setiap siswa berlatih menerangkan dalam bahasa Inggris apa yang mereka kerjakan tersebut, sesuai text structure dalam procedure text. Mereka menjelaskan objek yang akan dibuat (goal), bahan-bahan yang diperlukan (materials) dan langkah-langkah (steps). Mereka juga mendeskripsikan obyek miniatur mereka. Setiap anggota kelompok bergantian melakukan hal tersebut dan anggota kelompok membantu jika teman mereka menemui kesulitan. Siswa ternyata menyukai kegiatan ini. Saya berkeliling untuk membantu dan memonitoring, Dengan presentasi dalam kelompok, tiap anggota kelompok telah mendapatkan kesempatan untuk presentasi. Ini penting, supaya presentasi tidak hanya dilakukan siswa-siswa tertentu saja. Selain itu karena dalam kelompok kecil dan dalam suasana kerja sama tidak ada siswa yang enggan melakukannya. Presentasi dalam kelompok kemudian dilanjutkan dengan presentasi tingkat kelas,

Sebagai kegiatan penutup adalah refleksi. Semua siswa menyatakan bahwa mereka senang dan asyik belajar dan ingin kegiatan semacam diulangi lagi. Pada kegiatan extenstion, siswa mendapat PR yang dikerjakan secara individu. Siswa memilih dari dua topik berikut: “How to make a cake”, atau “How to make a kite”. Hasil writing mereka akan dibahas pada 2 minggu berikutnya.

Suasana proses pembelajaran yang difasilitasi Pak Haddika.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Inggris

43