Download - Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia ...

178 downloads 1613 Views 62KB Size Report
memberikan dampak pada berubahnya pola gaya hidup pada remaja masa kini. ... belakangi gaya hidup hedonis yang kini diusung oleh remaja pada saat ini. ..... Abrar, A.Z, 1996, Televisi dan Nilai Hidup Pemirsanya, Yogyakarta : Makalah.
BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON DRAMA REMAJA TERHADAP GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah Fenomena maraknya sinetron remaja belakangan ini di televisi memberikan dampak pada berubahnya pola gaya hidup pada remaja masa kini. Remaja masa kini cenderung mengidolakan para artis yang bermain dalam sinetron, sayangnya sinetron-sinetron yang marak ini cenderung mengajarkan gaya hidup hedonis. Oleh karena itu sinetron-sinetron ini diduga melatar belakangi gaya hidup hedonis yang kini diusung oleh remaja pada saat ini. Dalam dunia modern, komunikasi masyarakat didominasi oleh media massa dan media yang paling mendominasi aspek komunikasi modern saat ini adalah televisi. Berkembangnya teknologi komunikasi masyarakat diikuti juga dengan pertumbuhan industri pertelevisian yang kini telah merambah ke seluruh pelosok negeri. Sayangnya dengan posisi televisi yang sedemikian krusial, saat ini justru memprihatinan karena banyak sekali stasiun televisi lebih menekankan aspek hiburan dan mengabaikan aspek edukasi. Masing–masing industri pertelevisian bersaing untuk mendongkrak rating dan jumlah penonton. Mereka berlomba untuk menyuguhkan berbagai macam tayangan salah satunya adalah sinetron, tanpa menghiraukan apakah tayangan tersebut layak untuk dikonsumsi baik dari segi

tayangan maupun jam tayang. Banyak sekali tayangan yang kontradiktif dengan realita ini disinyalir menyebabkan masyarakat terhalusinasi dan cenderung untuk berpihak pada mimpi ketimbang realitas tadi, ini pula yang menyebabkan banyak dari remaja yang mulai menggusung gaya hidup hedonis yang di suguhkan sinetron-sinetron kini sebagai trend remaja. televisi membawa perubahan pada masyarakat, perkembangan informasi pun semakin cepat, semua ini membawa banyak dampak bagi masyarakat. Salah satunya adalah berubahnya norma sosial di masyarakat. Mengakibatkan perubahan-perubahan nilai-nilai pola hidup masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam industri hiburan. Namun sangat disayangkan banyak tayangan televisi yang tidak mendidik seperti sinetron–sinetron yang banyak mengadaptasi budaya luar yang cenderung hedonis dan bertentangan dengan norma sosial, agama dan budaya. Sinetron yang baik adalah sinetron yang didalamnya terkandung muatan edukasi, bersifat mendidik dan berdasarkan kehidupan nyata sehari-hari, contohnya sinetron keluarga cemara. (www.Republika.co.id). Tayangan sinetron konsumsi orang dewasa yang sangat tidak pantas ditonton oleh seluruh anggota keluarga terutama anak–anak ditayangkan pada jam–jam yang tidak seharusnya. Banyak dari tayangan ini yang menampilkan dan mengajarkan gaya hidup hedonis yang diadaptasi dari budaya barat serta adegan vulgar, hedonis dan tidak mendidik, khususnya untuk anak–anak dan remaja. Maraknya sinetron sebagai tayangan yang menyesatkan sehingga berimplikasi terhadap perilaku, gaya hidup hedonis, dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks yang dilakukan remaja.

Pengaruh sinetron sebagai penyebab perilaku hedonis pada remaja menyebabkan perilaku gaya hidup yang tidak sehat dikalangan remaja. Diakui atau tidak, film sedikit banyak akan mempengaruhi pola pikir. Karena

apa

yang

dilihat

akan

terekam

dalam

memori

otak.

Menurut survey, bila otak sering menerima pesan yang sama bertubi-tubi, maka lama kelamaan secara tidak sadar akan menerima hal itu sebagai suatu kebenaran, walaupun sebenarnya hal itu benar–benar salah (www. Republika.co.id). Dengan melihat pengaruh positif dan negatif sinetron tersebut, masyarakat tetapi perlu waspada terhadap dampak-dampak negatif sinetron. Bahaya sinetron, pengaruh negatif sinetron dan ragam dampak negatif lainnya layak diwaspadai, terutama tertuju pada kelompok masyarakat yang banyak dipengaruhi norma-norma dan nilai kelompok.

Berdasarkan uraian diatas,

penelitian ini mencoba mengambil responden remaja sehingga akan tampak apakah sikap hedonis pada remaja berkaitan dengan intensitas menonton sinetron tayangan televisi 1. Gaya Hidup Gaya hidup merupakan suatu mode kehidupan sehari–hari individu yang dinyatakan dalam bentuk aktifitas, minat dan opini. Aktifitas dalam hal tersebut diartikan sebagai cara individu mempergunakan waktunya. Minat diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan sehingga individu tersebut memperhatikan. Opini dimaksudkan sebagai apa yang individu tersebut pikirkan tentang diri individu tersebut dan dunianya (Assael, 1996). Lebih lanjut, dalam penelitian sebelumnya ketiga komponen tersebut lebih dikenal dengan istilah

Activity, Interest dan Opinion yang disingkat sebagai AIO. Ketiga komponen tersebut merupakan penjabaran kerangka sikap, minat dan opini berdasarkan penelitian dari Wells dan Tigert (Susianto, 1993). Dalam penekanan yang lain gaya hidup juga didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen (Engel, dkk, 1992). Wells dan Tigert (Susianto, 1993) mengembangkan tehnik pengukuran gaya hidup melalui pengembangan sistem AIO yang mendasarkan pada kegiatan minat dan opini. Ke tiga aspek tersebut dapat diturunkan lebih detail menjadi dimensi–dimensi utama. Selanjutnya untuk memudahkan pelaksanaan maka ke tiga aspek tersebut didefinisikan lebih detail. Definisi dari ke tiga aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Minat. Adalah tingkat kesenangan yang timbul secara khusus dan membuat orang tersebut memperhatikan terhadap obyek, peristiwa atau topik tertentu obyek peristiwa atau topik tersebut dapat meliputi keluarga, rumah, perkerjaan, komunitas, rekreasi, mode, media dan prestasi. b. Aktivitas. Merupakan tindakan nyata yang dapat diamati seperti bercakap-cakap, belanja, berpergian, kegiatan sosial, hiburan dan olah raga. Dalam

pengukuran ini aktifitas lebih ditujukan kepada alasan-alasan untuk melakukan tindakan tersebut. c. Opini Adalah respon seseorang secara lisan atau tulisan terhadap stimulus yang muncul. Stimulus atau situasi tersebut dapat berupa isu sosial, produk, masa yang akan datang, komunitas, olah raga dan hiburan. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup yang unik yang dinyatakan dalam aktivitas, minat dan opini sebagai pencerminan dari kepribadian, motivasi, hasil belajar dan kelas sosial. 2. Hedonis Hedonisme

adalah

pandangan

hidup

yang

menganggap

bahwa

kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988). Pengertian gaya hidup hedonis menurut Susianto (1993) adalah pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang-barang mahal untuk memenuhi kesenangannya dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Adapun karakteristik dari individu yang memiliki gaya hidup hedonis adalah remaja yang cenderung impusif, lebih irasional, cenderung follower dan mudah dibujuk secara emosional (Surindo, 1995) selain itu Susianto (1993) menyebutkan ciri-ciri remaja yang selalu menyelesaikan masalah bila mengalami kesulitan dengan keluar rumah yaitu dengan cara bermain. Adanya kecenderungan gaya hidup hedonis remaja dibuktikan oleh penelitian Coleman (dalam Hamalik,

1995) tentang dominan budaya anak muda seperti senang berdansa atau senang berpesta, punya mobil, disenangi teman-teman, senang hura-hura dan lain sebagainya selain dalam hal mata pelajaran. Selain penelitian tersebut berdasarkan pengamatan di gejala sosial pada saat ini (Susanto, 2001), trend gaya hidup café banyak digemari oleh banyak kalangan khususnya remaja. Kafe tenda yang dikemas secara atraktif dan inovatif sudah memberikan citra sebagai tempat prestisius. Berdasarkan uraian dari pengertian gaya hidup hedonis diatas, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan gaya hidup hedonis adalah suatu pola perilaku yang dapat diketahui dari aktivitas,minat maupun pendapat seseorang yang selalu melakukan pada kesenangan hidup. 3. Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja Intensitas dalam kehidupan sehari-hari menggambarkan tingkat atau ukuran (tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, 1998). Selanjutnya, dalam kamus Bahasa Inggris intensitas di istilahkan dengan intensity, diartikan dengan kehebatan (hebat,kuat) (Echols & Shadily, 1997). Azhwar (1998) mengartikan intensitas sebagai kekeuatan atau kedalaman sikap terhadap sesuatu. Sementara Dahrendorf (dalam Zamroni,1992) menyatakan bahwa intensitas adalah sebuah istilah yang terkait dengan “pengeluaran energi” atau banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu tertentu. Sinetron merupakan kependekan dari sinema elektronik. Selanjutnya, dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, sinema sendiri mempunyai arti gambar hidup atau film. Sedangkan elektronik yang berasal dari kata elektronika

dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah cabang ilmu Fisika yang berhubungan dengan pembuatan aktivitas, dan efek-efek dari elektron dalam gerakan dalam tabung kosong, tabung berisi gas, semi konduktor, dan peralatanperalan lainnya. Dari pengertian di atas sinetron sendiri merupakan gambar hidup atau film yang muncul dari peralatan elektronis yakni televisi Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sinetron drama remaja adalah sinema elektronik yang mengkisahkan kehidupan remaja dalam kesehariannya dan permasalahan hidupnya.

BAB II Metode Penelitian A.

Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah remaja tengah yang berusia 15-18, siswa remaja sekolah menengah umum (SMU), yakni siswa SMU 91 Jakarta Timur kelas dua. Subyek ditentukan oleh pihak sekolah, sesuai persyaratan subyek. Subyek adalah remaja pendidikan kelas dua SMU. Subyek sengaja dipilih remaja dengan alasan sebagai berikut ini : 1. Remaja merupakan salah satu subkultur masyarakat yang banyak menonton acara-acara televisi sehingga berpotensi terkena pengaruh sinetron. 2. Remaja pada kenyataannya menjadi sasaran rating sinetron yang potensial 3. Remaja memiliki sikap dan perilaku gaya hidup hedonis. B.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini melibatkan beberapa jenis data yang dikumpulkan yaitu : 1. Skala Intensitas Menonton. Untuk mengukur intensitas menonton tayangan televisi berisi budaya hedonis yang dilakukan oleh remaja diungkap dengan skala. Tayangan yang mengandung hedonisme dalam penelitian terdiri dari sinetron drama remaja yang ditayangkan di stasiun televisi.

Skala intensitas menonton terdiri dari dua aspek yaitu aspek frekuensi menonton dan aspek jumlah dari sinetron drama remaja yang ditonton. Skala intensitas menonton terdiri dari sepuluh aitem yang terdiri dari dua aspek yaitu frekuensi menonton dan jumlah sinetron drama remaja yang ditonton. Aitem skala tersebut disusun dalam model Likert terdiri dari tiga alternatif jawaban yang tersedia. Setiap aitem diberi nilai satu sampai tiga, yaitu (a = 3), (b = 2), (c = 1). Tabel 1 Blue Print Skala Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja Aspek Nomor butir jumlah Frekuensi menonton a) Berapa kali dalam periode waktu tertentu 1,4 2 b) Berapa waktu yang dihabiskan 3,5,6,8,9,10 6 Jumlah judul sinetron yang 7,2 2 ditonton Jumlah 10 10 2. Skala Gaya Hidup Hedonis Alasan menggunakan metode skala yaitu :1) subyek merupakan orang yang paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri. 2) pernyataan subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3) interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti sama dengan yang dimaksudkan peneliti (Hadi, 1986). Angket yang digunakan untuk mengungkap gaya hidup hedonis yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Plummer (dalam Susianto,1994). Aitem-aitem angket gaya hidup hedonis terdiri dari 40 aitem terdiri dari tiga aspek yaitu ; aktivitas, minat, dan opini. Angket gaya hidup hedonis

disusun dalam model likert yang telah dimodifikasi sehingga hanya terdiri dari 4 alternatif jawaban yang tersedia, terdiri dari pernyataan Favorable yaitu, SS ( Sangat Setuju) = 4, S ( Setuju) = 3, TS ( Tidak Setuju) = 2, STS ( Sangat Tidak Setuju) = 1, sedangkan pernyataan unfavorable yaitu, STS (Sangat Tidak Setuju) = 4, TS ( Tidak Setuju) = 3, S( Setuju) = 2, SS (Sangat Setuju) = 1. Aspek-aspek dari skala gaya hidup hedonis seperti yang terlihat dalam table di bawah ini : Tabel 2 Blue Print Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja Aspek Favorable Unfavorable Aktivitas 4,15,20,24,27,32,33 3.6 Minat 1,7,8,9,10,13,16,17,21,25,34,35,37 2,5 Opini 12,14,18,19,22,26,28,29,31,36,38,39,40 11,23,30 Total 33 7

C.

Jumlah 9 15 13 40

Metode Analisis Data

Tehnik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja dengan kecenderungan gaya hidup hedonis adalah tehnik korelasi product moment dari Karl Pearson. Tehnik ini dilakukan dengan menggunakan seri program statistik (SPS-11.00), Versi IBM/IN, For Windows.

BAB III Hasil Penelitian Data pelengkap mengenai deskripsi subyek penelitian adalah mengenai kategorisasi intensitas menonton sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis dan kategorisasi gaya hidup hedonis. Dalam deskripsi data penelitian terdapat gambaran yang penting mengenai keadaan subyek penelitian dan memperkuat hasil analisis statistik untuk pengukuran hipotesis (Azwar, 1993). Kategorisasi intensitas menonton sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis dan kategorisasi gaya hidup hedonis dibagi menjadi 3 bagian. Penentuan batasan untuk menetapkan kategorisasi tersebut menggunakan kriteria sebagai berikut : 1) Tinggi/Positif 2) Sedang/Netral 3) Rendah/Negatif Keterangan:

= X ? ? + 1,0 s = ? – 1,0 s ? X ? ? + 1,0 s = X ? ? – 1,0 s

? = mean hipotetik ? = standar deviasi a) Skala Intensitas Menonton Sinetron Drama Remaja Penjabaran penggunaan kriteria diatas untuk Skala intensitas menonton sinetron drama remaja adalah sebagai berikut : Tabel 6 Deskripsi Statistik Data Penelitian Intensitas Menonton Hipotetik Empirik Variabel X min X max Mean X min Xmax Intensitas 10 30 20 10,00 30,00 Menonton

Mean 19,89

SD 7,15

Keterangan: ?

Hipotetik X min X max Mean

?

= jumlah aitem x skor minimal = jumlah aitem x skor maksimal = X min + X max 2

Empirik Nilai X min, X max, mean, dan SD empirik dapat dilihat pada output hasil

analisis SPSS 11.00 for windows. Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala Intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja maka subjek penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga kategori, seperti pada tabel berikut ini: Tabel 7 Kategorisasi Data Intensitas Menonoton Tayangan Sinetron Drama Remaja No Kategorisasi Norma Jumlah Subyek Persen 1 Rendah 20 30,30 % X ? 16,67 2 Sedang 26 39,40 % 16,67 ? X ? 23,33 3 Tinggi 20 30,30 % X ? 23,33 Keterangan: ? = (10x 3) + (10 x 1) 2 = 20 s = (10 x 3) – (10 x 1) 6 = 3,33 Dari tabel diatas, didapati bahwa subjek penelitian ini berada dalam kategori sedang dengan rentang 16,67 = x ? 23,33 untuk sedang. Ini berarti intensitas menonton tayangan sinetron subyek tidak berperan sangat tinggi. b) Skala Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja

c) Penentuan batasan untuk menetapkan kategorisasi

menggunakan kriteria

sebagai berikut : 1) Tinggi/Positif 2) Sedang/Netral 3) Rendah/Negatif Keterangan:

= X ? ? + 1,0 s = ? – 1,0 s ? X ? ? + 1,0 s = X ? ? – 1,0 s

? = mean hipotetik ? = standar deviasi Penjabaran penggunaan kriteria diatas untuk Skala Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja adalah sebagai berikut : Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Penelitian Gaya Hidup Hedonis Hipotetik Empirik Variabel X min X max Mean X min Xmax Gaya Hidup 32 128 80 41,00 118,00 Hedonis Keterangan: ?

85,01

SD 19,20

Hipotetik X min X max Mean

?

Mean

= jumlah aitem x skor minimal = jumlah aitem x skor maksimal = X min + X ma 2

Empirik Nilai X min, X max, mean, dan SD empirik dapat dilihat pada output hasil

analisis SPSS 11.00 for windows. Berdasarkan sebaran empirik dari skor Skala Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja maka subjek penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 9 Kategorisasi Data Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja No Kategorisasi Norma Jumlah Subyek 1 Rendah 7 X ? 53,33 2 Sedang 47 53,33? X ? 106,67 3 Tinggi 12 X ? 106,67

Persen 10,61 % 71,21 % 18,18 %

Keterangan: ? = (32x 4) + (32x 1) 2 = 80 s = (32 x 4) – (32 x 1) 6 =26,67 Dari tabel di atas, diketahui subjek pada penelitian ini termasuk dalam kategori sedang/netral dengan rentang 53,33 = X < 106,67. Artinya, bahwa para subyek ini tidak memiliki gaya hidup hedonis secara ekstrim positif dan ekstrim negatif. 1. Uji Asumsi Uji asumsi yang diperlukan sebagai syarat untuk menentukan uji hipotesis adalah uji normalitas dan uji linearitas. Uji

asumsi dilakukan dengan

menggunakan SPSS 11.00 For Windows. a)

Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada variabel Intesitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja dan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja dengan menggunakan tehnik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 11.00 for windows. Data dikatakan normal apabila nilai p > 0,05. Dari hasil analisis diperoleh sebaran skor variabel Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama

Remaja adalah (KS-Z =1, 292 ; p =0,071) hasil yang diperoleh p > 0,05 maka dinyatakan normal, dan untuk variabel Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja adalah (KS- Z = 0,970 ; p = . 0,304) hasil yang diperoleh p > 0,05 maka dinyatakan normal. b)

Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel prediktor dan variabel kriterium. Dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja terhadap gaya hidup hedonis. Dari uji linearitas dapat diketahui berapa besar arti taraf penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak berarti maka hubungan antara variabel prediktor dan variabel kriterium dianggap linear. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tehnik means linearity dari program SPSS 11.00 for windows. Data dikatakan linear apabila p linearity < 0,05 dan p deviation from linearity > 0,05. Dari hasil analisis diperoleh hasil yang linear dengan nilai F= 79,957 (p linearity = 0,000 dan p deviation from linearity = 0,904).

2. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi product moment dari Pearson. Hasil product moment menunjukan adanya hubungan yang sangat signifikan antara Intesitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja yaitu dengan r sebesar 0,765 dengan p= 0,00 , p 0,01 maka hasil yang didapat sangat signifikan. Hipotesis yang diajukan terbukti bahwa ada hubungan yang positif antara intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja terhadap gaya hidup hedonis pada remaja, artinya semakin tinggi intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja maka akan semakin tinggi pula gaya hidup hedonis pada remaja begitu pula sebaliknnya. Sesuai dengan teori (Fine, dkk dalam Santrock, 2003) jumlah waktu yang dihabiskan untuk suatu kegiatan merupakan indikator pentingnya kegiatan tersebut. Dalam penelitian ini maka frekuensi menonton merupakan indikator dari penting dari intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja. Pengaruh intensitas menonton dengan perilaku dan gaya hidup remaja juga diperkuat dengan hasil penelitian televisi dan seks. Dalam sebuah studi baru-baru ini, empat program TV yang paling digemari remaja adalah program-program yang

paling

banyak

mengandung

pesan-pesan

seksual

(Ward

dalam

Santrock,2003). Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi beberapa perilaku remaja. Dalam sebuah studi, mahasiswa yang sering menonton opera sabun (dengan tema seksual berat) menyebutkan perkiraan yang lebih tinggi mengenai jumlah hubungan perselingkuhan, yang menghasilkan anak haram, dan yang melakukan perceraian dibandingkan angka sebenarnya di dunia nyata, daripada yang tidak sering menontonnya (Buerkel-Rothfuss & Mayers dalam Santrock, 2003). Remaja yang sering menonton televisi kesulitan memisahkan dunia televisi

dengan dunia maya (Truglio dalam Santrock, 2003). Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor

kognitif dan

lingkungan. Jadi dengan seberapa besar atau seringnya individu melihat tayangan sinetron, akan terjadi proses peniruan atau Kehadiran televisi dalam kehidupan remaja merupakan suatu hal yang tak terhindarkan, yang perlu dicermati adalah bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku remaja, mengingat salah satu cara belajar remaja menurut teori belajar sosial adalah melalui peniruan. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku hedonis terjadi sama dengan perilaku manusia, yaitu melalui imitasi (Crider, 1983). Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja terhadap gaya hidup hedonis pada reamaja. B. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Hasil analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,765 dengan p sebesar 0,00 < p < 0,05 ). Hasil tersebut menunjukan ada hubungan yang positif yang signifikan antara intensitas menonton sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja. Hubungan yang positif yang signifikan di antara kedua variable tersbut mengindikasikan bahwa semakin tinggi intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis maka kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja akan tinggi pula. Sebaliknya jika intensitas menonton

tayangan sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis rendah maka kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja akan rendah juga. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran sebagai berikut. 1.

Saran kepada orang tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja yang memiliki intensitas tinggi

menonton tayangan sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis memiliki kecenderungan yang tinggi untuk berperilaku dengan gaya hidup hedonis. Sebaliknya jika remaja yang rendah intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis memeiliki kecenderungan yang rendah untuk berperilaku gaya hidup hedonis. Oleh karena itu disarankan kepada para orang tua untuk lebih memperhatikan jenis tayangan televisi yang sering ditonton oleh anak-anaknya. Hal ini tidak berarti harus melarang anak-anak untuk menoton tayangan televisi, melainkan dengan cara mendampinginya dan berkomunikasi dengan cara yang persuasif dan komunikatif, dalam menonton televisi. Sehingga anak-anak memahami dengan kesimpulan sendiri bahwa ada perilaku yang baik dan patut dicontoh ada juga perilaku yang yang tidak baik dantidak layak untuk dicontoh dalam tayangan televisi. 2.

Saran Kepada Para Remaja. Tugas utama seorang pelajar adalah belajar. Menonton televisi tidak dilarang

bagi seorang pelajar, asalkan dapat mengambil waktu secara bijaksana. Aktivitas menonton televisi boleh saja dilakukan setelah selesai mengerjakan pekerjaan

rumah ( PR ) dan persiapan lainnya yang akan dibawa ke sekolah esok hari tidak baik pula jika para remaja menonton televisi terlalu larut malam karena mingkin dapat mengganggu aktivitas di sekolah atau aktivitas lain di rumah. 3.

Saran Kepada Stasiun Televisi Televisi pada saat ini mempunyai pengaruh yang amat besar pada

masyarakat dan telah menjangkau hampir ke seluruh pelosok negeri. Oleh karena itu hendaknya stasiun televisi lebih bijaksana dan lebih selektif lagi dalam memilih jenis tayangan untuk disiarkan begitu pula dengan jam penayangannya. Karena masih banyak tayangan yang tidak mendidik serta ditayangan pada jam yang tidak tepat. Televisi juga diharapkan mampu memberikan tayangan televisi yang menghibur sekaligus memberikan pendidikan yang baik, tidak sekedar mengejar sukses rating dan komoditas pasar. 4.

Saran untuk peneliti selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti agar dapat mengembangkan lebih

banyak lagi kasus untuk diteliti seperti pengaruh telavisi terhadap gender dan strereotype rasial atau etnik.

DAFTAR PUSTAKA Abrar, A.Z, 1996, Televisi dan Nilai Hidup Pemirsanya, Yogyakarta : Makalah Diskusi Bulanan, Yayasan Insan Kamil tanggal 21 juni 1996. Adi Surya, Farkhan. 1999. Perbedaan Tingkat Konformitas Ditinjau Dari Gaya Hidup Pada Remaja. Psikologika nomor 7. Ajzen and fieshbien, 1975 . Belief, Atitude and Behaviour Intention, an introduction to social research. New York : Mac Millan company. Apollo . (2003). Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Televisi Berisi Kekerasan, Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga, Jenis Kelamin dan Tahap Perkembangan Dengan Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja. Tesis (Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi UGM. Atkinson , Rita L, Atkinson, Richard C. Smith, Edward E . smith , Daryl j . 2001 Pengantar Psikologi . jilid 1dan jilid 2 . Batam : interaksa Biagi , R,E. “(1990) . An Introduction To Mass Media. New York: Harper Collins Publishers. Inc. Baran, J, Stanley. 2004. Introduction To Mass Communication Media, Fourth Edition, New York : Mcgraw-Hill Companies Inc. Cole , L., 1963, Psychology Of Adolescence, fifth edition , New York : Holt, Rinehart and Wistan. Douvan , E., and Adelson , J., 1996, The Adolescence Experience, New York : John willey and Sons Echols, J.M & Shadily, H ( 1987 ) . Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : PT Gramedia

Enggel, J.F : Blacwell , R.D , Miniard , P .W., 1992. Consumer Behaviour. Second edition. Chicago : Dryden Press Enggel, J.F : Blackwell . R.D; Miniari . P .W . 1990 . Consumer Behaviour. Sixth edition. New York : Longman Inc. Furhmann , B.S. ( 1990). Adolesence second Edition Illinois : A. Division of Scott Foresman & Company.

Giles . David , 2003, Media Psychology. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.

Hamalik , O., 1995 . psikologi Remaja . Bandung : mandar Maju. Hurlock, E. B., 1973, Adolescence Development, Tokyo: Mc Graw Hill. Irwanto , elia , herman ., dan Kndou , J.W., 1989, psikologi Umum , Buku Panduan Mahasiswa, jkarta . Gramedia Jersild , A. T., 1963, The Psychology of Adolesence, New York : Mc Millan

Jenowitz , M., & Hirsch , P.M (1981) Reader in Public Opinion and Mass Comunication. Third Edition. New York : The Free Pass Kasali , R, 1998. Membidik Pasar Indonesia : segmentasi, tergetting. Dan postioning Jakarta : Gramedia. Martini, W., & Adiyanti , M.G (1992). Pengaruh Film Televisi Terhadap Tingkah Laku Agresif Anak. Jurnal Psikologi. 1, !-4. Murtiana, Harjanti . ( 2001). Hubungan Antara Motif Berafiliasi Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja. Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM. Partasari., W.D (1996). Pola Menonton Televisi Pada Anak Usia 10-13 Tahun di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Skripsi ( Tidak Diterbitkan ). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM. Rahmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Edisi revisi. Bandung :PT Remaja Rosdakarya. Ratna,W. (1999). Nonton Televisi dan Aktivitas Membaca pada Anak. Buletin Psikologi. 7,58-65 Rice , R.E. (1984). The New Media : Comunication Reaserch and Technology. Beverly Hills: Sage Publication Inc Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi . jilid 1 dan jilid 2 . jakarta : penerbit PT Indeks Santrock , J . W. 2003 . Adolescence. Edisi ke enam. Penerbit Erlangga

Susanto , A . B ., 2001 . Potret-potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta : kompas

Susianto, H. 1993. Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak Muda. Jurnal psikologi dan masyarakat vol 1dan no 1 hal 55.76. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Tucher, L.A. (1987) Televisions Teenegers, and Health, Journal of Youth and Adolescence. 16 (5). 415-425 Theresia, W (2000). Agar Anak Tidak Kecanduan Televisi. Http:// www. Pustekom.go.id / Antara Tv. Htm Walgito, Bimo . 2002 . Pengantar Psikologi Umum . Edisi ketiga . Yogyakarta . Andi ofset. Zamroni . (1992) . Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta : PT Tiarawacana. www. Republika .co.id / 9607 /20 /20 tv. Hl. Html

www. Kompas Cyber media. com