evaluasi perkembangan usahatani kakao di kabupaten tapanuli utara

126 downloads 672 Views 582KB Size Report
4) Ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani ... pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.
EVALUASI PERKEMBANGAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN TAPANULI UTARA (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

OLEH : SIMON K.V. NAPITUPULU 030304037 SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA TANAMAN KOPI DI KABUPATEN DAIRI (Studi Kasus : Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul dan Desa Bintang Kecamatan Sidikalang)

USULAN PENELITIAN

OLEH : MEIJONA SINAGA 030304001 SEP/AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. HIRAS M.L. TOBING Ketua

Ir. HASUDUNGAN BUTAR-BUTAR, MSi Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

RINGKASAN

SIMON KUMARA VARIANTO NAPITUPULU (030304034) dengan judul skripsi “ EVALUASI PERKEMBANGAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN TAPANULI UTARA“ Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Alasan pemilihan judul ini karena tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Di Sumatera Utara pada umumnya, dan Tapanuli Utara khususnya tanaman kakao kurang berkembang, dan masih kurang perhatian khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan usahatani kakao di daerah penelitian, dan mengetahui kelayakan usahatani kakao secara finansial di daerah penelitian. Untuk mencapai tujuan itu, maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut: 1) Perkembangan usahatani kakao selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan di daerah penelitian 2) Sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran) kakao di daerah penelitian mengalami perkembangan yang signifikan. 3) Secara finansial usahatani kakao layak untuk diusahakan di daerah penelitian. 4) Ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian 5) Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara purpossive, pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Simple Random Sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 30 sampel. Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari data yang diambil dari lapangan sesuai dengan kuesioner. Sedangkan data sekunder bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan BPS Kabupaten Tapanuli Utara, Monografi Desa, dan Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara dari tahun 2003-2007. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas tanam usahatani selama 5 tahun terakhir (2003-2007) di daerah penelitan mengalami kenaikan sebesar 73 ha atau sekitar 96,05%. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir (2003-2007) di daerah penelitian mengalami kenaikan sebesar 49,75 ton atau sekitar 92,23%. Perkembangan sub-sub sistem agribisnis (input produksi, pengolahan, pemasaran) mengalami peningkatan. Usahatani kakao di daerah penelitian layak diusahakan karena memiliki rata-rata nilai ROI sebesar 163%. Artinya dengan penggunaan modal 100%, maka usahatani memberikan keuntungan sebesar 163%. Masalahmasalah yang terjadi di daerah penelitian adalah serangan hama dan penyakit, harga kakao yang rendah dibandingkan dengan tempat lain, kurangnya pengetahuan petani dengan informasi pasar, transportasi yang tidak lancer karena jalan rusak, modal yang terbatas, tidak adanya lembaga yang menyatukan petani, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat petani. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebagai berikut : pemberantasan hama dan penyakit, berusaha meningkatkan harga dengan cara mengetahui informasi harga di pasaran dan membentuk kelompok tani, meminta bantuan pemerintah dan menggalakkan gotong royong untuk memeperbaiki jalan rusak, meminjam modal, menggalakkan penyuluhan kepada masyarakat Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa diharapkan kepada petani agar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana produksi dengan seefisien mungkin, agar hasil yang diperoleh maksimal, petani kakao perlu mengajukan kepada pemerintah untuk membentuk suatu lembaga misalnya KUD, Koperasi Pertanian, Kelompok Tani, Pemerintah sebaiknya memberikan bantuan kepada petani dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana produksi, modal, penyuluhan, dan perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai usahatani kakao yang belum dijelaskan pada penelitian ini.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

SIMON KUMARA VARIANTO NAPITUPULU, lahir pada 18 Desember 1986 di Medan, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara. Anak keempat dari empat bersaudara, dari Ayahanda Ir. B. Napitupulu (alm) dan Ibunda S br. Dairi. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1997, menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Immanuel Medan 2. Tahun 2000, menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Immanuel Medan. 3. Tahun 2003, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Immanuel Medan. 4. Tahun 2003, diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis melalui jalur SPMB. 5. Tahun 2007, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Beringin I, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. 6. Tahun 2008, melakukan penelitian di Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “EVALUASI PERKEMBANGAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN TAPANULI UTARA“ Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara..” Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.

Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, Msi, sebagai Ketua Komisi Pembimbing

2.

Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Anggota Komisi Pembimbing dan sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

3.

Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4.

Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5.

Rekan-rekan Mahasiswa SEP angkatan 2003, atas bantuan dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Ir. B. Napitupulu dan Ibunda S. Br. Dairi, kakanda Ir. Edward Napitupulu, Gordon Napitupulu dan Ade Melawaty, SEAK, atas segala perhatian dan kasih sayang, dukungan moril dan materil serta doa yang telah diberikan kepada penulis hingga saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan perhatiannya Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta kepentingan penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2009

Penulis

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

RINGKASAN ..............................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..............................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

ix

I.

PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Identifikasi Masalah ................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................

1 1 6 7 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN................................ 2.1. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 2.2. Landasan Teori ......................................................................... 2.3. Kerangka Pemikiran ................................................................. 2.4. Hipotesis Penelitian ..................................................................

8 8 13 16 19

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian........................................ 3.2. Metode Pengambilan Sampel ................................................... 3.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 3.4. Metode Analisis Data ............................................................... 3.5. Definisi Dan Batasan Operasional ............................................

20 20 21 21 22 24

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN .............................................. 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian......................................................

25 25

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

4.2. Karakteistik Petani sampel........................................................

32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 5.1. Hasil Penelitian......................................................................... 5.1.1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao selama 5 tahun terakhir ............................................ 5.1.2. Perkembangan Sub-sub Sistem Agribisnis ......................... 5.1.3. Kelayakan Usahatani Kakao Secara Finansial ..................... 5.1.4. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahatani kakao .................................................................. 5.1.5 Upaya-upaya yang diatasi untuk mengatasi masalah ...........

35 35

5.2. Pembahasan.............................................................................. 5.2.1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao selama 5 tahun terakhir ............................................ 5.2.2. Perkembangan Sub-sub Sistem Agribisnis ......................... 5.2.3. Kelayakan Usahatani Kakao Secara Finansial ..................... 5.2.4. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahatani kakao .................................................................. 5.2.5 Upaya-upaya yang diatasi untuk mengatasi masalah ...........

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 6.1. Kesimpulan .............................................................................. 6.2. Saran ........................................................................................

35 39 40 41 43 44 44 48 52 54 56

60 60 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Hal

1. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kakao Menurut Kecamatan Tahun 2006 ..............................................................................................

5

2. Luas Tanam, Produksi Usahatani Kakao di Kecamatan Adian Koting Tahun 2006...................................................................................

20

3. Luas Wilayah Menurut Jenis Pengguna Tanah Di Desa Pagaran Pisang Tahun 2006 ...................................................................................

26

4. Komposisi Penduduk Pagaran Pisang Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 ..............................................................................................

27

5. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut tahun 2007 ...............

28

6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan tahun 2007 ................

29

7. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian ............................

30

8. Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Pagaran Pisang tahun 2007 ............

31

9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pagaran Pisang tahun 2008 ..............

32

10. Luas Tanam usahatani tahun 2003-2007 di daerah penelitan....................

35

11. Produksi usahatani kakao tahun 2003-2007 di desa Pagaran Pisang dan Kecamatan Adian Koting ........................................................

37

12. Rata-rata dan Total Nilai Returns On Investments (ROI) Usahatani Kakao di Daerah Penelitian ......................................................

40

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

13. Rata-rata dan Total Nilai Returns On Investments (ROI) Usahatani Kakao di Daerah Penelitian ......................................................

53

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Hal

1. Gambar Tanaman Kakao ..........................................................................

8

2. Gambar Buah Kakao ................................................................................

9

3. Skema Kerangka Pemikiran .....................................................................

18

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah suatu realitas. Tetapi apakah kehidupan para petani menjadi semakin baik dari hari ke hari, merupakan suatu pertanyaan. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan para petani di negara-negara berkembang semakin sulit karena sebagian besar sumber kehidupan warga negara tergantung dari pertanian, maka kesulitan tersebut menjadi tantangan utama bagi negara juga (Pakpahan, 2004 hlm. 12). Sektor pertanian Indonesia, dewasa ini dan pada masa mendatang, masih akan menghadapi tantangan yang besar, terutama pada sub sektor non pangan utama, seperti hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan dan perhutanan. Persaingan yang ketat antar negara produsen komoditas komersial diduga akan semakin terjadi. Bukan mustahil, produsen komoditas pertanian Indonesia hanya akan menjadi penonton di rumahnya sendiri,

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

menyaksikan pergulatan para produsen agribisnis dari negara lain untuk merebut pasar dalam negeri yang sangat potensial (Gumbira, dkk, 2001 hlm. 16 ). Potensi sub sektor perkebunan untuk dijadikan andalan ekspor di masamasa mendatang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas perkebunan (Arifin, 2001 hlm. 77). Usahatani yang dijalankan petani adalah usahataninya membentuk suatu sistem yang khas, memadukan berbagai komoditas yang diintegrasikan dalam satu kesatuan usaha. Pola umum yang dibentuk dalam sistem usahatani adalah tanaman pangan, ternak, tanaman tahunan, dan atau kombinasi dari dua sampai tiga komoditas utama tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan disekitarnya (fisik, biologi, sosial budaya). Dari beberapa komoditas yang diusahakan petani terlihat ada komoditas yang diunggulkan atau diandalkan dalam perekonomian keluarga. Sehingga muncul penciri usahatani berbasis komoditas seperti usahatani berbasis kakao. Tanaman perkebunan seperti kakao menjadi andalan ekonomi petani di wilayah tersebut. Namun produksi dan produktivitas kakao masih tergolong rendah. Petani masih menjalankan usahatani kakao secara tradisional seperti tanpa pemberian pupuk, pengendalian OPT belum optimal dan pemeliharaan seperti pemangkasan belum dilaksanakan. Di lain pihak teknologi usahatani kakao sudah Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

banyak dihasilkan, namun penyebaran ke tingkat petani/pengguna belum optimal. Berdasarkan kondisi sistem usahatani demikian, maka teknologi yang dipilih adalah teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao, seperti pemangkasan, pemupukan, pengendalian OPT dan perangsang bunga/buah. Pemilihan teknologi ini disesuaikan dengan kondisi lapangan dan keinginan kelompok tani kooperator setelah diidentifikasi masalah dan pemecahan masalah dengan teknologi tersedia (Anonimous, 2008 hlm. 4). Mutu biji kakao sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan lain-lain. Namun yang paling menentukan adalah proses fermentasi biji kakao, sebab kegagalan pada proses fermentasi tidak dapat diperbaiki pada proses selanjutnya. Dalam fermentasi akan ditentukan cita rasa, kenampakan kakao, pengurangan rasa pahit, dan sepat pada biji. Demikian pula adanya mata rantai yang cukup panjang sebelum di ekspor, yang memungkinkan terjadinya pencampuran berbagai mutu biji kakao. Hal ini juga akan menurunkan mutu keseluruhan biji yang akan kita ekspor. Selanjutnya akan mengurangi daya saing kakao kita di luar negeri, bahkan tidak menutup kemingkinan ekspor kakao kita ditolak (Susanto, 1994 hlm. 72). Sumatera Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki perkebunan kakao rakyat dan pemerintah yang cukup luas, seperti di Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang,

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Langkat, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir dan Serdang Bedagai. Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah penghasil kakao. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan produksi kakao pada tahun 2003 sebesar 506,30 ton, pada tahun 2004 sebesar 520,17 ton, pada tahun 2005 sebesar 530,71 ton dan pada tahun 2006 sebesar 534,60 ton dan pada tahun 2007 sebesar 546,40ton. Dalam hal ini dapat dilihat terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 produksi kakao di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas tanaman yang cukup besar, dengan total luas tanaman menghasilkan sebesar 2.583,64 Ha, pada tahun 2006 memiliki luas 2.564,35 Ha, pada tahun 2005 memiliki luas 2.458,30 Ha, pada tahun 2004 memliki luas 2.369,00 Ha, dan pada tahun 2003 memiliki luas 2.084,00 Ha. Inilah mengapa diperlukan suatu strategi pengembangan yang baik agar perkembangan produksi kakao semakin baik, sehingga hasil produksi tidak mengalami kelebihan produksi dalam negeri, akan tetapi dapat menghasilkan pendapatan devisa dengan memasarkan ke luar negeri, dangan tujuan memperoleh devisa (BPS, 2008 hlm. 56). Sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian dari beberapa kegiatan subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, antara lain subsistem faktor input pertanian atau pengadaan sarana produksi pertanian, subsistem produksi pertanian atau budidaya pertanian/ usahatani, subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri hasil pertanian, subsistem pemasaran faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan, dan subsistem kelembagaan penunjang atau subsistem jasa (Anonimous, 2005 hlm. 2-3). Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Kegiatan kerjasama antara pemerintahan daerah Kabupaten Tapanuli Utara dengan HSF (Hanns Seidel Foundation) Republik Federal Jerman berlangsung mulai tahun 1998. Ini merupakan program kerjasama dalam pelestarian Danau Toba dan difokuskan kepada program pelestarian lingkungan hidup. Kegiatankegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan terhadap lingkungan hidup setempat, memberikan langkah-langkah yang nyata dalam

pelestarian

lingkungan

hidup

kepada

masyarakat

setempat

dan

meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pelatihan selama proyek percontohan (Anonimous, 2007 hlm. 2). Setelah pemekaran, Tapanuli Utara menjadi terdiri dari 15 kecamatan yang sebelumnya terdiri dari 24 kecamatan. Namun tidak secara keseluruhan memiliki perkebunan kakao. Berikut adalah tabel luas areal dan produksi kakao menurut kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara. Tabel 1. Tabel Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Kakao Menurut Kecamatan Pada Tahun 2006 No Kecamatan Luas Tanaman Produksi 1 Parmonangan 94,00 6,25 2 Adian Koting 786,00 195,53 3 Sipoholon 0,00 0,00 4 Tarutung 0,00 0,00 5 Siatas Barita 0,00 0,00 6 Pahae Julu 589,00 99,00 7 Pahae Jae 546,00 63,85 8 Purbatua 710,00 103,19 9 Simangumban 448,00 52,35 10 Pangaribuan 14,00 0,00 11 Garoga 100,00 0,00 12 Sipahutar 0,00 0,00 13 Sibrong-borong 0,00 0,00 14 Pagaran 0,00 0,00 15 Muara 0,00 0,00 Jumlah 3287,00 520,17 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara, 2007

Rata-rata Produksi 625,00 578,49 0,00 0,00 0,00 529,41 585,78 557,78 588,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 566,63

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa Kecamatan Adian Koting adalah salah satu kecamatan yang memiliki luas areal dan produksi tertinggi di Kabupaten Tapanuli Utara, dengan luas areal 786 ha. Adapun persentase luas lahan usahatani kakao kecamatan Adian Koting untuk kabupaten Tapanuli Utara adalah sebesar 23 %. Sedangkan produksi kakao di kecamatan Adian Koting sebesar 195,53 ton. Adapun persentase produksi kakao di kecamatan Adian Koting untuk kabupaten Tapanuli Utara adalah sebesar 37 %. Usahatani kakao di kecamatan Adian Koting merupakan daerah yang memiliki luas lahan dan produksi terbanyak di kabupaten Tapanuli Utara. Meskipun usahatani perkebunan kakao masih belum merata diusahakan di kabupaten Tapanuli Utara, perlu dianalisis, dievaluasi perkembangannya apakah usahatani tersebut layak diusahakan atau tidak. Untuk mengetahui apakah perkebunan kakao di kabupaten Tapanuli Utara layak dikembangkan atau tidak, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam, dengan menganalisis kondisi setiap faktor yang terkait dengan pengelolaan perkebunan kakao.

1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa hal yang menjadi permasalahan didalam pengembangan usaha tani kakao di daerah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perkembangan luas tanam dan produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian? 2. Bagaimana perkembangan sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran, lembaga penunjang) kakao di daerah penelitian? Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

3. Apakah usahatani kakao secara finansial layak diusahakan didaerah penelitian? 4. Apakah ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian? 5. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian?

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

1.3 Tujuan Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perkembangan luas tanam dan produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui perkembangan sub-sub agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran, lembaga penunjang) kakao di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui apakah usahatani kakao secara finansial layak diusahakan di daerah penelitian. 4. Untuk

mengetahui

masalah-masalah

yang

dihadapi

dalam

pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian. 5. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani kakao dalam menjalankan usahataninya. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak pengambil keputusan dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan usahatani kakao. 3. Sebagai

bahan

referensi

dan

studi

bagi

pihak-pihak

yang

membutuhkan.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman

Kakao

merupakan

tanaman

perkebunaan

berprospek

menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Berikut adalah taksonomi tanaman kakao: Divisio

: Spermatophyta

Klas

: Dycotiledon

Ordo

: Malvales

Famili

: Sterculiaceae

Genus

: Theobroma

Spesies

: Theobroma cacao L

(Soehardjo dkk., 1996 hlm. 53). Berikut adalah gambar tanaman kakao dan buah yang dihasilkannya:

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Gambar 1, Tanaman Kakao 8

Gambar 2. Buah Kakao

Pengembangan kakao di Indonesia sudah dilaksanakan cukup lama baik oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Dalam upaya meningkatkan produksi kakao sekaligus peningkatan pendapatan petani maupun masyarakat, pemerintah telah mengembangkan berbagai pola pengembangan perkebunan yang dibiayai dari APBN dan bantuan luar Negeri (BLN) antara lain melalui proyek-proyek pola Unit Pelayanan Pengembangan (UPP), Perkebunan Inti Rakyat (PIR) , Perkebunan Besar (PB) dan pola Swadaya. Untuk pengembangan agribisnis kakao kedepan, kegiatannya akan lebih banyak mengandalkan inisiatif petani melalui pola swadaya. Pemerintah diharapkan lebih berperan dalam upaya pengendalian hama PBKdan percepatan perluasan adopsi teknologi budidaya maju Untuk melaksanakan program pengembangan agribisnis kakao tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar yang mencakup kegiatan investasi peningkatan produktivitas kebun, biaya pengendalian hama PBK, investasi pengembangan sistem usahatani terpadu, dan pengenbangan industri hilir kakao serta pembangunan infrastruktur pendukunnya termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan hasil penelitian. Berikut ini akan diuraikan secara singkat berbagai kebutuhan biaya tersebut. Kebutuhan biaya untuk pengembangan Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

agribisnis kakao periode tahun 2005-2010 khusus untuk peningkatan produksi dengan target rehabilitas 2%/tahun, peremajaan 0,5%/tahun dan perluasan areal 2,5%/tahun diperkirakan mencapai Rp 3,87 triliun. Selanjutnya untuk periode 2010-2025 dengan target rehabilitas 3%/tahun, peremajaan 1%/tahun dan perluasan areal 1,5%/tahun diperlukan biaya mencapai Rp 12,85 triliun. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk rehabilitasi, peremajaan dan perluasan kebun kakao 2005-2025 mencapai Rp 16,72 triliun dengan (Deptan, 2005 hlm.37) Nilai ekspor kakao asal Sumatera Utara terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, mutu atau kualitas kakaonya masih belum terlalu baik. Masih banyak petani kakao di Sumatera Utara yang belum bisa menyeragamkan mutu sesuai standar permintaan luar negeri. Akibatnya, potongan harga untuk kakao asal Indonesia selalu lebih besar dibanding kakao dari negara lain. Bahkan kakao dari Indonesia lebih banyak menjadi campuran kakao asal Pantai Gading Afrika yang terkenal aromanya (Anonimous, 2007 hlm. 3) Penerapan sistem agribisnis akan memperkuat kedudukan masing-masing sub sistem agribisnis atau setiap bisnis dalam suatu sistem agribisnis. Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi dan realtif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 4,50 - 7,0 meter. Tinggi tanaman beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupan), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop atau cabang kipas atau fan. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004 hlm. 24). Pertumbuhan daun pada cabang kipas terjadi dengan terbentuknya “flush”. Setiap flush terbentuk daun akan bertambah 4-6 helai per cabang. Flush adalah kumpulan daun muda, pada saat mulai terbentuk sangat lunak dan lembut dengan warna hijau muda atau kemerahan sampai merah. Daun-daun ini lama kelamaan mengeras dan berwarna hijau; cabang tersebut “dorman” untuk sementara sampai terbentuknya flush kembali. Flush ini akan terbentuk berulang-ulang: yaitu satu tahun 4-5 kali dan pembentukan flush sangat dipengaruhi oleh berbagai factor lingkungan. Faktor-faktor tersebut adalah temperatur, hujan dan lamanya penyinaran. Pada periode “flush” seharusnya muncul, bila hujan tidak turun banyak flush tidak terbentuk. Hujan yang mendorong pembentukan daun bila flush sudah terbentuk (Soehardjo, dkk, 1996 hlm. 56 ). Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16-18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akan mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Jadi, makin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang. Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsure hara tertentu terutama unsure P. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan terbentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang (Susanto, 1994 hlm 75). Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Ekonomi petani ditopang oleh tiga hal yakni bagaimana alat produksi (tanah, air, bibit, dll), proses produksi (teknologi, pupuk, pengolahan tanah) dan kegiatan pasca produksi (distribusi dan pengolahan pasca panen) dimiliki dan dikelola secara hakiki oleh petani sendiri (Anonimous, 2006 hlm. 1) Selama ini, hasil tanaman kakao berupa biji kakao ada yang diolah tanpa fermentasi dan ada pula yang difermentasi. Karena harga jual yang tidak jauh berbeda dan fermentasi memakan waktu yang cukup lama, petani lebih cenderung mengolah hasilnya menjadi produk biji kering tanpa difermentasikan. Pengelolaan kakao ini menghasilkan hasil sampingan. Hasil sampingan ini tidak banyak diperhatikan oleh masyarakat dan cenderung dianggap sampah sehingga pada akhir proses fermentasi hasil sampingan ini dibuang begitu saja. Salah satu hasil sampingan yang diperoleh dari proses fermentasi kakao adalah limbah pulp. Cairan pulp adalah cairan yang diperoleh dari proses fermentasi biji kakao. Limbah ini mencapai sekitar 10 % dari berat basa biji (Quesnel, 1967) dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Limbah pulp ini dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang berguna dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Salah satu produk yang bisa dihasilkan dari limbah pulp ini adalah cuka. Cuka merupakan salah satu kebutuhan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan, seperti pemberi rasa pada asam pada makanan serta dalam industri makanan, asam cuka dapat digunakan sebagai penurun pH. Cuka yang selama ini dikenal di Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

masyarakat diperoleh dari fermentasi buah-buahan dan bahan-bahan yang lain. Limbah pulp yang selama ini tidak diperhatikan masyarakat ternyata dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan cuka alternatif. Selain bahan bakunya melimpah dapat juga memberi keuntungan bagi petani dan masyarakat dalam hal penciptaan lapangan kerja baru (Kamaruddi dan Sudirman, 2008 hlm. 1) 2.2 Landasan Teori Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penting yang secara hirstoris pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1951. Kemudian pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun 1975, yaitu setelah PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid (Sunanto,1992 hlm.89). Faktor iklim merupakan salah satu syarat utama pembudidayaan tanaman kakao. Tanaman kakao tumbuh di daerah yang berada pada 100 LU hingga 100 LS, namun dilihat dari penyebaran pertanaman kakao terdapat pada daerah antara 70 LU hingga 180 LS. Tampaknya penyebaran tanaman kakao erat kaitannya dengan penyebaran curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Oleh karena itu, Indonesia yang terletak diantara 50 LU dan 100 LS merupakan daerah pengembangan yang cocok. (Poedjiwidodo, 1996 hlm. 19). Pohon kakao mencapai tingkat produksi yang matang sesudah enam atau tujuh tahun, dan mulai berbuah sesudah 4-5 tahun. Ada banyak varietas hibrida yang berbuah dan mencapai tingkat kematangan lebih cepat dibandingkan dengan Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

varietas tradisional. Pohon terus menerus berbuah selama beberapa tahun, kadangkadang sebanyak 50-60 tahun, tetapi pada umumnya hasil buah turun sesudah umur kira-kira 20-25 tahun, atau lebih awal lagi kalau pohon tidak dipelihara dengan baik atau mengalami penyakit yang serius. Memang hasil sangat bergantung pada varietas yang dibudidayakan, usia pohon dan manajemen serta factor cuaca/ iklim dan lingkungan. Dalam keadaan yang normal, varietas tradisional yang dibudidayakan tanpa pupuk dapat menghasilkan antara 150 sampai dengan 500 kg kakao (biji kering = dry beans) per hektar, kuantitasnya sangat tergantung kepada usia pohon, sedangkan beberapa varietas hybrida baru dapat menghasilkan sampai jauh diatas 1000 kg pada tahap matang. Pernah dilaporkan bahwa beberapa varietas menghasilkan lebih dari 2500 kg dengan kondisi yang ideal (Cocoa, 1993 hlm. 83). Tanaman kakao diperkirakan akan mengalami puncak produksi pada umur tanaman memasuki tahun ke-10 sampai tahun ke-15, kemudian akan menurun pada tahun-tahun berikutnya. Hingga saat ini pengembangan jenis cokelat Indonesia sebagian besar ditujukan pada jenis Bulk/Hibrida. Jenis ini agak tahan lama dibandingkan jenis Fine/ Flavour Cacao. Hal ini untuk menunjang program pengembangan coklat di Indonesia (Tumpal, dkk, 2003 hlm 67). Studi kelayakan pada hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilakukan (Najiyanti dan Danarti, 2001 hlm. 92). Evaluasi dan monitoring pada usahatani kakao perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan perkembangan kakao pada umumnya di Sumatera Utara dan Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

khususnya di Tapanuli Utara mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan kurangnya peran banyak faktor, misalnya : minat petani kakao kurang untuk mengusahakan tanaman kakao, peran pemerintah kurang berfungsi dengan baik sebagai penentu kebijakan dan memberi stimulus bagi petani. Evaluasi dan monitoring untuk berbagai program yang telah dijalankan pemerintah itu perlu dilakukan, agar dapat melihat sejauh mana program-program tersebut berhasil. Pada usahatani kakao perlu juga dilihat bagaimana posisi usahatani tersebut di daerah penelitian. Untuk melihat posis tersebut perlu dilakukan suatu analisis kelayakan usahatani secara finansial. Kelayakan finansial suatu usahatani dinilai dengan menggunakan konsep nilai uang yang akan didapatkan dari usahatani tersebut pada nilai uang bersih pada saat ini (net present value, NVP) dengan menggunakan tingkat faktor terdiskon tertentu. Nilai NVP pada tingkat persentase sektor terdiskon tertentu yang memberikan nilai 0 dinamakan tingkat pengembalian internal (internal rate of return, IRR) proyek (Iyung, 2007 hlm. 102). Analisis kelayakan finansial dapat dianalisa dengan menghitung ROI, dimana: Laba bersih

x 100% Modal awal Suatu proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, dan ROI =

dinyatakan terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternatif, hanyalah bila hasilhasil yang diperoleh dari proyek tersebut dapat dibandingkan dengan sumbersumber yang diperlukan. Pengukuran ini dinamakan criteria investasi. Tiap criteria investasi didasarkan pada asumsi bahwa bagi masyarakat tingkat kepuasan Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

yang diperoleh pada saat ini adalah lebih besar daripada saat yang akan datang atau kebalikannya, disebut time preference (Gray dkk, 2002 hlm. 46). Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisa secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan. Analisa secara teknis akan dapat mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau tahap awal pelaksanaan (Gittinger, 1986 hlm. 49). Teknologi merupakan cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak manusia (Daniel, 2002 hlm. 110).

2.3 Kerangka Pemikiran Evaluasi dan monitoring perlu dilakukan untuk mengkaji apakah suatu proyek atau usaha layak atau tidak layak untuk dikembangkan dan apakah mampu memberikan profit dan benefit untuk daerah yang mengalami pengembangan tersebut. Namun pengembangan tersebut bukanlah hal yang mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Seperti usaha pertanian yang lainnya, kakao sebagai komoditi yang ingin dikembangkan di Tapanuli Utara juga harus memperhatikan alam, dalam hal ini kondisi iklim dan tanah apakah cocok dan sesuai dengan komoditi tersebut. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Sub-sub sistem agribisnis juga sangat erat hubungannya dengan perkembangan usahatani kakao, hal ini dilihat dari bagaimana kemampuan masing-masing sub sistem seperti sub sistem input produksi, budidaya, pengolahan, pemasaran dan lembaga penunjang yang tepat untuk pengembangan komoditi tersebut dengan memperhatikan faktor yang tersedia. Melalui pengolahan yang baik, tentu kakao tidak hanya dipasarkan dalam bentuk bahan mentah. Melalui proses tertentu maka biji kakao akan diolah ke bentuk yang lebih lanjut dan akan membuat semakin tinggi harga kakao di daerah penelitian yang hal ini tentu saja akan berdampak baik bagi petani kakao di daerah penelitian. Produk kakao tersebut juga membutuhkan pemasaran, hal ini membantu pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian. Masalah dan upaya mengatasi masalah tersebut merupakan bagian yang penting dalam pengembangan usahatani kakao di Kabupaten Tapanuli Utara, oleh karena itu perlu disiasati bagaimana mengelola masalah tersebut agar tidak menyulitkan pengembangan usahatani kakao tersebut Setiap bagian dari sub-sub sistem agribisnis memiliki peran untuk mengembangkan usahatani kakao sehingga dapat ditentukan kelayakan dari usahatani kakao di daerah penelitian apakah layak untuk diusahakan atau tidak.. Berikut adalah bagan skema kerangka pemikiran:

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

USAHATANI KAKAO Masalah-Masalah: 1. Serangan hama dan penyakit 2. Harga kakao yang relatif rendah 3. Kurangnya pengetahuan petani tentang informasi pasar 4. Transportasi yang tidak lancar 5. Modal yang terbatas 6. Tidak adanya lembaga yang menyatuka petani 7. Kurangnya penyuluhan pertanian

Perkembangan Usahatani Kakao 1.Produksi 2.Luas

SUB SISTEM AGRIBISNIS: - Input pertanian - Budidaya - Pengolahan - Pemasaran

Evaluasi 1.Produksi 2.Luas

Upaya

Layak

Tidak Layak

Keterangan bagan: = hubungan proses

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis Dari uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: 1) Perkembangan usahatani kakao selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan di daerah penelitian 2) Sub-sub sistem agribisnis (input, budidaya, pengolahan, pemasaran) kakao di daerah penelitian mengalami perkembangan yang signifikan. 3) Secara finansial usahatani kakao layak untuk diusahakan di daerah penelitian. 4) Ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian 5) Ada upaya-upaya

yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

dalam pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah Kecamatan Adian Koting yang ditentukan secara purposive, dengan pertimbangan data luas areal dan produksi kakao dari Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Adian Koting merupakan salah satu daerah yang terbesar untuk areal pertanaman kakao. Mudahnya aksesibilitas ke daerah penelitian juga menjadi acuan dalam penentuan daerah sampel penelitian. Tabel 2. No 1 2 3 4 5 6 7

Luas Tanam, Produksi Usahatani Kakao di kecamtan Adian Koting Desa/Kelurahan Luas Tanam (ha) Produksi (ton) Pagaran Lambung I 52,41 10,87 Sibalanga 52,41 10,78 Pagaran Lambung II 52,41 13,6 Pagaran Lambung III 88,46 25,00 Pagaran Pisang 88,47 25,86 Adian Koting 70,38 24,25 Dolok Nauli 52,41 10,99

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

8 9 10 11 12 13 14

Banuaji IV Banuaji I Banuaji II Pansur Batu Pardomuan Nauli Siantar Naipos-pos Pagaran Lambung IV Total

70,36 88,29 70,37 786,00

21,36 25,39 21,43 195,53

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa desa Pagaran Pisang merupakan daerah yang memiliki luas tanam usahatani kakao terluas, yaitu seluas 88,47 ha. Akan tetapi produksinya sebesar 25,86 ton.

3.2 Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani 20 Adian Koting. Adapun sampel dalam kakao di Desa Pagaran Pisang, Kecamatan penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani kakao yang mendapat program bantuan dari pemerintah. Penentuan jumlah (besar) sampel dan penetapan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Jumlah populasi petani sampel di daerah penelitian sebanyak 107 petani kakao. Besarnya sampel ini ditentukan secara purposive

yaitu sebanyak 30 orang. Adapun dasar

penentuannya 30 petani sampel yaitu sesuai dengan pendapat Wirantha, 2006; 233, mengatakan bahwa uji statistik dapat dilakukan dengan jumlah sampel kecil yaitu sebanyak 30 sampel, dengan tingkat homogenitas yang tinggi. Selain itu ada juga beberapa dasar yaitu untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya tanpa mengurangi tingkat akurasi dari penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani kakao di Kecamatan Adian Koting pedagang dan pengolah kakao di Kecamatan Adian Koting dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait: Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara, Kantor Kecamatan Adian Koting, serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data Data yang telah diperoleh, kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode analisa sebagai berikut: Identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan menganalisa perkembangan luas lahan dan produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir. Identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan menganalisis perkembangan sub-sub

agribisnis (input,

budidaya, pengolahan, pemasaran, lembaga penunjang) usahatani kakao di daerah penelitian selama 5 tahun terakhir. Identifikasi masalah 3, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan cara mengamati program-program yang telah dilaksanakan pemerintah Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengembangan usahatani kakao di daerah penelitian selama 5 tahun terakhir. Hipotesis 1, bagaimana kelayakan usahatani kakao secara finansial di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan: analisis kelayakan finansial yakni Return On Investment (ROI). Metode ROI menjelaskan variabel pengamatan berupa produksi, biaya produksi dan laba bersih pada tahun 20062007

Laba bersih ROI =

Modal Awal

X 100 %

Identifikasi masalah 5, masalah-masalah apa saja yang terjadi pada usahatani kakao di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan mengamati masalah yang dihadapi petani dalam berusahatani kakao. Identifikasi masalah 6, upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di daerah penelitian,

dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif dengan mengamati upaya-upaya apa saja yang dilakukan di dalam mengatasi masalah-masalah. 3.5 Definisi dan Batasan Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran penelitian ini, maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut: 1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman kakao sebagai sumber pendapatan utamanya dan merupakan pekerjaan utamanya.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

2. Perkebunan rakyat adalah suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan areal pengusahaannya dalam skala yang terbatas luasnya. 3. Usahatani kakao adalah suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang lahan usahatani kakao. 4. Sistem usahatani kakao adalah pola monokultur yaitu hanya menanam satu jenis komoditi yaitu tanaman kakao. 5. Input produksi adalah suatu masukan pengorbanan yang diberikan kepada tanaman agar dapat berproduksi yaitu terdiri dari lahan, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pupuk kandang dan herbisida. 6. Biaya produksi adalah jumlah yang dikorbankan selama proses produksi yang berlangsung dalam usahatani kakao yang dihitung dalam satuan rupiah. 7. Produksi kakao adalah hasil panen buah kakao yang merupakan biji kakao kering. 8. Penerimaan usahatani kakao adalah total produksi yang dihasilkan dalam usahatani kakao dikali dengan harga jual kakao tersebut, dihitung dalam satuan rupiah. 9. Pendapatan usahatani kakao adalah selisih antara total penerimaan usahatani kakao dengan total biaya produksi usahatani kakao.

3.6 Batasan Operasional 1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Adian Koting, Kabupaten Tapanuli Utara. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2008. 3. Modal awal usahatani kakao diasumsikan sama dengan total biaya produksi usahatani kakao.

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1.

Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapauli Utara a. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Pagaran Pisang berada di Kecamatan Adian Koting, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Adian Koting merupakan salah satu dari 15 kecamatan di kabupaten Tapanuli Utara, yang memiliki luas wilayah 502.90 km2. Desa Pagaran Pisang merupakan salah satu desa dari 14 desa Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

yang ada di kecamatan Adian Koting. Desa Pagaran Pisang memiliki topografi datar dengan kemiringan 0%-30%, dengan ketinggian antara 370 m-1500 m di atas permukaan laut. Desa Pagaran Pisang terletak + 2 km dari ibukota kecamatan Adian Koting dan + 28 km dari ibukota kabupaten Tapanuli Utara . Desa Pagaran Pisang memiliki luas wilayah sebesar 26.87 km2. Secara administratif Desa Pagaran Pisang mempunyai batas-batas sebagai berikut : -

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Parmonangan

-

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah

-

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung

b. Tata Guna Tanah Pola penggunaan tanah di Desa Pagaran Pisang memberikan gambaran bagaimana tingkat kemampuan dalam masyarakat untuk memanfaatkan alam 25 demi kesejahteraannya. Penggunaan tanah desa Pagaran Pisang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. No

Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah di desa Pagaran Pisang Tahun 2007 Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Sawah 2 Lahan Kering 3 Bangunan dan halaman sekitarnya 4 Lainnya Jumlah

101, 00 2.504, 00 76,00 6, 00 2.687, 00

3,76 93,19 2,83 0,22 100,00

Sumber : Monografi Desa Pagaran Pisang, 2007

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Tabel 3, dapat menjelaskan bahwa luas wilayah desa Pagaran Pisang adalah 2.687,00 ha. Penggunaan lahan yang terluas ada pada lahan kering, yakni 2.687,00 ha atau berkisar sekitar 93,19% dari total wilayah desa Pagaran Pisang, untuk lahan sawah yakni 101,00 ha (3,76%), sebagian besar lagi digunakan untuk bangunan dan halaman sekitar yakni 76,00 ha (2,83%), sebagian besar digunakan untuk lainnya.yakni 6,00 ha (0,22%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat. Dengan luas lahan kering yang besar, maka Desa Pagaran Pisang pada umumnya cocok untuk ditanami

tanaman kebun atau tanaman keras seperti

tanaman kakao dan tanaman kopi. c. Keadaan Penduduk Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Jumlah penduduk kecamatan Adian Koting tahun 2007 adalah 13.116,00 jiwa. Jumlah penduduk ini terdiri dari laki-laki sebanyak 6.574,00 jiwa, perempuan sebanyak 6.542,00 jiwa. Jumlah rumah tangga di kecamatan Adian Koting adalah 2.908 rumah tangga. Jumlah penduduk di desa Pagaran Pisang tahun 2007 adalah 1.235,00 jiwa, terdiri dari 636,00 jiwa laki-laki dan 599,00 jiwa perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur adalah sebagai berikut : Tabel 4.

No 1 2 3 4 5 6

Komposisi Penduduk Desa Pagaran Pisang Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 Umur (Tahun) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29

Jiwa 182 174 183 207 93 76

Jumlah Penduduk Persentase (%) 14,74 14,09 14,81 16,76 7,53 6,15

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

7 8 9 10 11 12 13 14

30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Jumlah

78 67 57 32 26 16 13 31 1.235

6,32 5,43 4,62 2,59 2,11 1,30 1,05 2,51 100,00

Sumber : Profil Desa Pagaran Pisang, 2007

Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Pagaran Pisang paling banyak pada umur /usia produktif 15-59 yaitu 652 (52,79%) jiwa, usia belum produktif yaitu 539 jiwa (43,64%) dan usia tidak produktif yaitu 44 jiwa (3,56%). Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut

Penduduk desa Pagaran Pisang menganut 3 (tiga) agama yaitu Islam, Kristen Protestan dan Katholik. Agama Kristen Protestan merupakan agama yang dominan dianut oleh penduduk desa Pagaran Pisang. Komposisi penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat lebih jelas pada tabel 5:

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut Tahun 2007 Jumlah Penduduk Jumlah (Jiwa) No Mata Pencaharian Jiwa Persentase % 1 Islam 262 21,43 2 Katholik 52 4,48 3 Kristen Protestan 921 74,89 1.235 100,00 Total Sumber : Profil Desa Pagaran Pisang, 2007

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Penduduk Desa Pagaran Pisang menganut agama Kristen Protestan sebesar 921 jiwa (74,89% dari total penduduk di desa Pagaran Pisang), agama Islam sebesar 262 jiwa (21,43% dari total penduduk Pagaran Pisang), dan agama Katholik sebesar 52 jiwa (4,48% dari total penduduk Pagaran Pisang).

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Sebagian besar penduduk Desa Pagaran Pisang telah mengenyam pendidikan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. berikut : Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jenjang Pendidikan Belum Sekolah Tidak Sekolah Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Diploma I-II Diploma III Sarjana (SI) Jumlah

Jumlah (Jiwa) 22 112 146 337 174 411 20 10 3 1.235

Persentase (%) 1,80 9,04 11,79 19,81 14,15 24,44 1,57 0,78 0,23 100,00

Sumber : Profil Desa Pagaran Pisang , 2007

Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan terbesar adalah terdapat pada tingkat SLTA, yaitu sebesar 24,44 % atau sebanyak 411 jiwa.

d. Sosial Ekonomi Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Pagaran Pisang adalah dalam bidang pertanian, akan tetapi ada juga yang berprofesi sebagai PNS,

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

karyawan swasta dan berdagang.Berikut ini komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 7: Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2007

No

Mata Pencaharian

1 2 3 4

Petani PNS/ABRI Industri/Jasa Lainnya Total Sumber : Profil Desa Pagaran Pisang, 2007

Jumlah Penduduk Jiwa 460 11 19 110 600

Jumlah (Jiwa) Persentase % 76,67 1,83 3,16 18,34 100,00

Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk di daerah penelitian mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Adapun besarnya persentasenya adalah 77,27 %. Sedangkan mata pencaharian yang terendah adalah sebagai PNS/ABRI, yaitu sebesar 1,83 %. e. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang tersedia di desa Pagaran Pisang terdiri dari sarana dan prasarana transportasi, sarana dan prasarana pertanian, sarana dan prasarana kesehatan, peribadatan dan olahraga. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8:

Tabel 8. Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Pagaran Pisang Tahun 2007 No

Sarana dan Prasarana

Jumlah

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

1

Sarana dan PrasaranaTransportasi a. Jalan - Jalan Aspal - Jalan Batu - Jalan Tanah

5 Km 4 Km 12 Km

b. Alat Tranportasi

2

- Bus Umum

4 Unit

- Truk Umum

2 Unit

- Angkutan Pedesaan

10 Unit

- Becak

15 Unit

Sarana dan Prasarana Pertanian 1 Unit -

Traktor Handtraktor Mesin Huller Gudang Tempat Penjemuran

3 Unit 5 Unit 2 Unit 6 Unit

3

4

Sarana dan Prasarana Pendidikan - SD Sederajat

2 Unit

- SLTP Sederajat

1 Unit

- SMU Sederajat

1 Unit

Sarana dan Prasarana Kesehatan -

Puskesmas Puskesmas Pembantu Poliklinik/Balai Pengobatan Posyandu Toko Obat Tenaga Medis Bidan

1 Unit 1 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit 5 Orang

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

2 Orang

5

Sarana dan Prasarana Peribadatan -

Gereja Kristen Protestan Gereja Katolik Mushola

3 Unit 1 Unit 2 Unit

6

Sarana dan Prasarana Olahraga -

Lapangan Sepak Bola Lapangan Badminton

1 Unit 1 Unit

Sumber: Profil Desa Pagaran Pisang, 2007

4.2.

Karakteristik Petani Sampel Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi tindakan, pola pikir, serta

wawasan yang dimilikinya. Karakteristik petani yang menjadi sampel pada daerah penelitian meliputi, umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani dan luas lahan usahatani. Karakteristik Petani sampel dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pagaran Pisang tahun 2008 No. Uraian Range Rataan 1

Umur (Tahun)

21-60

26,80

2

Tingkat Pendidikan (Tahun)

6-15

6,90

3

Pengalaman Bertani (Tahun)

6-10

7,23

4

Luas Lahan (Ha)

0.5-3

1,28

5

Jumlah Tanggungan (Jiwa)

2-6

4,13

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Sumber : Analisis Data Primer (lampiran 1) Dari tabel 8 dapat dijelaskan bahwa karakteristik petani sampel sebagai berikut : Umur Petani Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani dalam mengelolah usahataninya. Semakin tua umur petani kemampuan kerja cenderung menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Rata-rata umur petani sampel adalah 26,80 tahun, dengan range umur petani sampel antara 21-60 tahun. Dapat dilihat bahwa petani sampel masih tergolong muda, sehingga masih berpotensi untuk mengembangkan usahatani kakao. Tingkat Pendidikan Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan input dalam usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka semakin tinggi pula tingkat kemudahan petani untuk mengadopsi teknologi baru. Rata-rata tingkat pendidikan petani 6,9 tahun, dengan range antara 6-15 tahun. Dapat dilihat bahwa taraf pendidikan petani sampel adalah masih di tingkat tamatan Sekolah Dasar (SD). Hal ini berarti taraf pendidikan untuk menerima teknologi baru masih sulit untuk diterima di daerah penelitian. Hal ini dikarenakan bahwa pada umumnya adopsi teknologi berbanding lurus dengan tingkat pendidikan. Pengalaman Bertani Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi usahatani. Semaking tinggi tingkat pengalaman bertani maka semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata dari pengalaman bertani petani sampel 7,23 tahun, dengan range antara 6-10 tahun. Dapat dilihat dalam pengelolaan usahatani kakao petani sampel memiliki pengalaman bertani di atas nilai minimum dari range, artinya lebih besar dari nilai minimum range tersebut. Luas Lahan Rata-rata dari luas lahan petani sampel 1,28 ha, dengan range antara 0,5-3 ha. Dapat diketahui bahwa rata-rata kepemilikan luas lahan petani sampel di daerah penelitian lebih besar dari 1 ha. Jumlah Tanggungan Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel 4,13 jiwa, dengan range antara 2-6 jiwa. Dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah tanggungan petani sampel di daerah penelitian adalah masih sedang.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1. 1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao Selama 5 Tahun Terakhir 1. Perkembangan Luas Tanam 2003-2007 di Daerah Penelitian Perkembangan luas tanam usahatani kakao di daerah penelitian mengalami perubahan. Perubahan luas tanam usahatani kakao ini mengalami peningkatan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Peningkatan luas tanam ini dapat dilihat pada tabel 11 berikut : Tabel 10. Luas Tanam Usahatani Kakao Tahun 2003-2007 di Desa Pagaran Pisang Luas Tanam (ha) Tahun Pagaran Pisang

Perkembangan (%)

Adian Koting

Perkembangan (%)

2003

3

-

19

-

2004

71

2.666,67

448

2.257

2005

74

4,23

473

5,58

2006

76

2,70

486

2,75

2007

76

0

486

0

Rataan

668, 41

566,33

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Tabel 9, menjelaskan bahwa perkembangan luas tanam usahatani kakao di desa Pagaran Pisang kecamatan Adian Koting antara tahun 2003-2007 yaitu sebagai berikut: Persentase perkembangan luas tanam secara rata-rata tahun 2003-2007 di Pagaran Pisang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Adian koting Besarnya perkembangan persentase luas tanam secara rata di desa Pagaran Pisang adalah 668,41 % dan di kecamatan Adian Koting adalah 566,335. 35 Pada tahun 2003, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 3 ha. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 19 ha. Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 71 ha. Peningkatan luas tanam di desa Pagaran Pisang pada tahun 2004 adalah seluas 68 ha. Sedangkan untuk luas tanam kecamatan Adian Koting adalah seluas 448 ha. Peningkatan luas tanam kecamatan Adian Koting adalah seluas 427 ha. Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 74 ha. Peningkatan luas tanam usahatani kakao di desa Pagaran Pisang adalah seluas 3 ha. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam sebesar 473 ha. Kecamatan Adian Koting memiliki peningkatan luas tanam usahatani kakao seluas 25 ha. Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 76 ha. Peningkatan luas tanama usahatani kakao di desa Pagaran Pisang adalah seluas 2 ha. Sedangkan kecamatan Adian Koting memiliki luas Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

tanam sebesar 486 ha. Peningkatan luas tanam untuk kecamatan Adian Koting adalah seluas 13 ha. Pada tahun 2007, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao seluas 76 ha. Sedangkan kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam usahatani kakao seluas 486 ha. Pada tahun 2007, luas tanam usahatani kakao tidak mengalami peningkatan. 2. Perkembangan Produksi tahun 2003-2007 di Daerah Penelitian Produksi usahatani kakao di daerah penelitian juga mengalami perubahan. Perubahan yang tersebut adalah terjadinya peningkatan produksi dari tahun 2003-2007. Peningkatan perkembangan produksi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut : Tabel 11. Produksi Usahatani Kakao Tahun 2003-2007 di Desa Pagaran Pisang dan Adian Koting Produksi (ton) Tahun Pagaran Pisang Perkembangan Adian Koting Perkembangan (%) (%) 2003 4,20 28,00 2004

29,33

598,33

195,53

598,32

2005

53,42

82,13

338,25

75,55

2006

54,05

1,18

341,75

3,99

2007

54,05

0

341,75

0

Rataan

169,16

169,47

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Tabel 10, menjelaskan bahwa perkembangan produksi usahatani kakao di desa Pagaran Pisang dan kecamatan Adian Koting antara tahun 2003-2007 yaitu sebagai berikut: Secara rata-rata persentase perkembangan produksi kakao lebih tinggi di kecamatan Adian Koting dari pada di desa Pagaran Pisang. Persentase perkembangan produksi di kecamatan Adian Koting sebesar 169,47 % dan di desa Pagaran Pisang sebesar 169,16 %.

Pada tahun 2003, produksi usahatani kakao di desa Pagaran Pisang adalah sebanyak 4,20 ton, sedangkan untuk kecamatan Adian Koting adalah sebesar 28.00 ton. Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 29,33 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2004 adalah sebesar 25,13 ton. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi sebesar 195,53 ton. Peningkatan produksi untuk kecamatan Adian Koting adalah sebesar 167,53 ton. Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 53,42 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2005 adalah sebesar 24,09 ton. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani kakao sebesar 338,25 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2005 adalah sebesar 142,72 ton.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 54,05 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2006 adalah sebesar 0,63 ton. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani kakao sebesar 341,75 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2006 adalah 13,50 ton. Pada tahun 2007, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 54,05 ton. Sedangkan produksi di kecamatan Adian Koting sebesar 341,75 ton. Produksi ini dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 tidak ada mengalami perubahan.Di desa Pagaran Pisang dan Kecamatan Adian Koting tidak terjadi perkembangan produksi dari tahun 2006-2007.

5.1.2 Perkembangan Sub-sub Sitem Agribisnis ( input produksi, budidaya, pengelolaan, pemasaran) Perkembangan sub sistem agribisnis usahatani kakao di daerah penelitian ini terdiri dari beberapa hal yang dijelaskan. Hal-hal yang berkaitan dengan sub sistem agribisnis di dalam penelitian ini adalah input produksi yang digunakan, budidaya yang dilaksanakan, cara pengelolaan, dan cara pemasaran. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : •

Input Produksi Penggunaan input produksi pada usahatani kakao di daerah penelitian

adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk (TSP, KCl, Urea, Kandang), dan herbisida. •

Budidaya

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Suatu usahatani itu berhasil panen apabila dikelolah dengan baik, atau dengan kata lain dapat dikatakan

menggunakan teknik budidaya yang baik.

Budidaya tanaman kakao ini memiliki tahapan-tahapan, yaitu pembibitan dan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. •

Pengelolaan Pengelolaan kakao merupakan hal yang penting dilakukan. Hal ini

dikarenakan

mutu suatu kakao tergantung pada tahapan pengelolaan kakao.

Pengelolaan kakao yang baik akan menghasilkan mutu kakao yang bagus. Pengolahan kakao yang dibangun haruslah mampu menampung dan mengolah seluruh hasil kebunnya. Pengelolaan kakao ini dimulai dari bagaimana pemetikan atau pemanenan dari buah kakao, pengupasan buah kakao, penjemuran buah kakao. Pengelolaan juga memerlukan tenaga kerja, sarana dan prasarana (alat penjemuran, pisau, gudang pemeraman) Pengelolaan kakao di daerah penelitian masih bersifat manual. Petani sampel belum ada yang memakai mesin, misalnya mesin pemecah buah kakao. •

Pemasaran Pemasaran hasil kakao penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan,

karena pemasaran salah satu ujung tombak dari kegiatan agribisnis. Jika pemasaran hasil kakao dilakukan dengan baik, maka usahatani kakao akan menghasilkan keuntungan yang maksimal

5.1.3. Kelayakan Usahatani Kakao Secara Finansial

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Kelayakan usahatani kakao sangat perlu dilakukan. Hal in dikarenakan, dengan mengetahui kelayakan usahatani kakao, dapat dibuat suatu kesimpulan apakah usahatani kakao tersebut layak diusahakan atau sebaliknya, tidak layak diusahakan. Kelayakan usahatani kakao ini dianalisis dengan menggunakan metode Return On Investment (ROI). Adapun rumus dari ROI adalah sebagai berikut:

ROI =

Laba bersih Modal awal

X 100%

Kelayakan usahatani kakao di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini : Tabel 13. Rata-Rata ROI Usahatani Kakao di Daerah Penelitian Uraian Modal (Rp) Laba (Rp) ROI Total Rata-Rata

%

122.092.000,00

225.508.000,00

1,85

185

4.069.733,33

7.516.933,33

1,63

163

(lampiran 6)

Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa, kelayakan usahatani kakao secara total sebesar 1.85 (185%). Sedangkan untuk rata-rata usahatani tersebut memiliki nilai 5.1.4. Masalah-masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Kakao Setiap usahatani, apapun itu bentuknya selalu menghadapi masalahmasalah dalam pengembangannya. Begitu juga halnya dengan usahatani kakao di daerah penelitian terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi petani kakao. Masalah-masalah yang dihadapi dalam usahatani kakao adalah sebagai berikut: 1. Serangan hama dan penyakit, Serangan

yang sering dihadapi petani kakao adalah disebabkan oleh

hama. Hama yang menyerang tanaman kakao di daerah penelitian adalah Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

penggerek batang buah (PBK). Penggerek batang buah atau Conopomorpha cramerella menyerang buah kakao mulai dari muda sampai menjelang masak. 2. Harga Kakao yang lebih rendah dengan harga kakao dibandingkan dengan daerah lain. Harga kakao di daerah penelitian lebih rendah bila dibandingkan dengan harga di daerah lain seperti di kabupaten Asahan, dan langkat. Dalam penentuan harga posisi petani sangat lemah, petani tidak terlalu berperan dalam menentukan harga kakao, karena pedagang pengumpul dating sendiri ke daerah penelitian. 3. Kurangnya pengetahuan petani mengenai informasi pasar Petani kurang mengetahui bagaimana pasar, yakni mengenai harga kakao, posisi kakao itu sendiri di pasar. Petani hanya bisa menjual produk kakao kepada pedagang pengumpul, dimana harga kakao tersebut ditentukan oleh pedagang pengumpul. Harga yang ditentukan ini biasanya relatif murah. 4. Transportasi yang tidak lancar di daerah penelitian Masalah transportasi merupakan masalah yang penting di daerah penelitian. Baik masalah jalan rusak maupun pengangkutannya. Jalan rusak mengakibatkan pengagkutan sedikit yang mau datang. Sehingga ongkos transportasi menjadi mahal, yang menimbulkan biaya lebih besar lagi. 5. Kurangnya Modal Petani Kakao Petani di daerah penelitian memiliki modal yang terbatas. Sehingga usahatani kakao mereka tidak dilaksanakan secara optimal. 6. Tidak adanya lembaga yang dapat menyatukan petani

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Di daerah penelitian lembaga-lembaga seperti kelompok tani, KUD, Koperasi Pertanian tidak ada. Sehingga tidak ada lembaga yang mengayomi dan menyatukan petani dalam hal-hal yang berkaitan dengan usahatani mereka. 7. Kurang aktifnya penyuluhan pertanian terhadap petani. Masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian adalah kurangnya penyuluhan pertanian kurang aktif dilaksanakan.

5.1.5. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah dalam Usahatani Kakao Jika ada masalah-masalah yang dihadapi petani, maka akan ada upayaupaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada usahatani kakao.Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sebagai berikut : Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

1. Pemberantasan terhadap hama dan penyakit Pemberantasan hama dan penyakit yang dilakukan petani kakao di daerah penelitian adalah dengan cara mekanis dan kimiawi. 2. Berusaha meningkatkan harga dengan cara mengetahui informasi harga di pasar. 3. Berusaha meningkatkan informasi tentang harga dengan cara menyediakan sarana informasi harga di pasar . 4. Meminta bantuan kepada pemerintah dan menggalakkan kegiatan gotong royong dalam perbaikan jalan yang rusak 5. Meminjam modal kepada pihak pemerintah maupun swasta sebagai penambahan modal dalam usahatani kakao 6. Perlu dibentuknya lembaga masyarakat seperti KUD, Koperasi Pertanian dan Kelompok tani 7. pemerintah perlu menggalakkan penyuluhan mengenai pertanian kepada masyarakat.

5.2. Pembahasan 5.2.1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao Selama 5 Tahun Terakhir 1. Perkembangan Luas Tanam Usahatani Kakao 2003-2007

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lahan sebagai sumberdaya mempunyai dua fungsi yang berbeda, fungsi lahan adalah sebagai penyedia bagi kegiatan produksi suatu usahatani. Lahan juga berfungsi sebagai faktor input yang memiliki sifat fisik, kimia, dan biologis bagi tanaman. Untuk keperluan perencanaan dan evaluasi, lahan yang digunakan dalam proyek usahatani harus dinilai. Nilai lahan merupakan jasa penggunaan lahan. Status pengolahan lahan usahatani dibagi atas 3 golongan yakni, pemilikpenggarap, penyewa, dan penyakap. Jika pemilik usahatani merupakan pemilik dan penggarap lahan, kemudian lahan yang digunakan khusus dibeli untuk keperluan usahatani maka lahan tersebut perlu dinilai dari harga nilai belinya. Lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan pengolahan lahan yang baik. Pada umumnya nilai suatu lahan itu memiliki perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan harga lahan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Penguasaan luas tanam suatu lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi usahatani kakao. Penguasaan luas lahan di daerah penelitan adalah milik sendiri. Luas tanam dan produksi usahatani kakao mengalami perubahan tiap tahunnya di daerah penelitian. Dari tabel 11, dapat dijelaskan lebih rinci bahwa luas pertanaman dari tahun 2003-2007 sebagai berikut:

Pada tahun 2003, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 3 ha, dan untuk kecamatan Adian Koting sebesar 19 ha. Persentase perubahan luas tanam tidak dapat dihitung karena data luas tanam tahun 2002 tidak tersedia. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 74 ha. Peningkatan luas tanam dari tahun 2003-2004 adalah : 74 ha – 71 ha = 3 ha. Adapun persentasenya adalah : 3 ha / 74 ha x 100 % = 2.666,67 %. Kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam sebesar 448 ha. Peningkatan luas tanam untuk kecamatan Adian Koting adalah : 448 ha – 19 ha = 429 ha. Adapun persentase perkembang itu adalah 429 ha / 19 ha x 100 % = 2.257 %. Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 71 ha. Peningkatan luas tanam dari tahun 2003-2004 adalah : 71 ha – 3 ha = 68 ha. Adapun persentasenya adalah : 68 ha / 3 ha x 100 % = 4,23 %. Kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam sebesar 473 ha. Peningkatan luas tanam untuk kecamatan Adian Koting adalah : 473 ha – 448 ha = 25 ha. Adapun persentase perkembang itu adalah 25 ha / 448 ha x 100 % = 5,58 %. Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 76 ha. Peningkatan luas tanam dari tahun 2003-2004 adalah : 76 ha – 74 ha = 2 ha. Adapun persentasenya adalah : 2 ha / 74 ha x 100 % = 2,70 %. Kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam sebesar 486 ha. Peningkatan luas tanam untuk kecamatan Adian Koting adalah : 486 ha – 473 ha = 13 ha. Adapun persentase perkembangan itu adalah 13 ha / 473 ha x 100 % = 2,75 %. Pada tahun 2007, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 54,05 ton. Di desa Pagaran Pisang dan Kecamatan Adian Koting tidak terjadi perkembangan produksi dari tahun 2006-2007. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

2. Perkembangan Produksi Usahatani Kakao 2003-2007 Kegiatan produksi adalah suatu kegiatan ekonomi yang menghasilkan suatu produk dari suatu kegiatan. Kegiatan produksi usahatani kakao adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam usahatani kakao dalam menghasilkan suatu produk/hasil. Kegiatan produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi sperti luas lahan, tenaga kerja, dan modal. Untuk menghasilkan suatu hasil produksi diperlukan biaya produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tetap misalnya biaya sewa lahan, sedangkan biaya tidak tetap misalnya biaya tenaga kerja, biaya pupuk. Hasil produksi usahatani kakao di daerah penelitian ini diukur dengan satuan ton. Perkembangan hasil produksi usahatani kakao di daerah penelitian itu mengalami peningkatan dari tahun 2003-2007. Dari tabel 12, peningkatan hasil produksi usahatani kakao dari tahun 2003-2007 dapat dijelaskan sebagai berikut : Pada tahun 2003, produksi usahatani kakao di desa Pagaran Pisang sebanyak 4,20 ton, dan untuk kecamatan Adian Koting sebesar 28,00 ton. Persentase perubahan produksi di desa Pagaran Pisang dan kecamatan Adian Koting tidak dapat dihitung karena data luas tanam tahun 2002 tidak tersedia. Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 29,33 ton. Peningkatan produksi dari tahun 2003-2004 adalah : 29,33 ton

– 4,2 ton = 25,13 ton. Adapun persentasenya adalah :

25.13 ton / 4,2 ton x 100 % = 598,33 %. Kecamatan Adian Koting memiliki produksi sebesar 195,53 ton. Peningkatan produksi untuk kecamatan Adian

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Koting adalah : 195,53 ton – 28 ton = 167,53 ton. Adapun persentase perkembang itu adalah 167,53 ton / 28 ton x 100 % = 598,32 %. Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 53,42 ton. Peningkatan produksi dari tahun 2004-2005 adalah : 53,42 ton – 29,33 ton = 24,09 ton. Persentase perubahan produksi adalah 24.09 ton/ 29,33 ton x 100 % = 82,13 %. Kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani kakao sebesar 338,25 ton. Peningkatan produksi dari tahun 2004-2005 adalah : 338,25 ton – 195,53 ton = 142.72 ton. Adapun persentase perubahan produksi adalah 142,72 ton / 195,53 ton x 100% = 75,55 %. Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 54,05 ton. Peningkatan produksi dari tahun 2005-2006 adalah : 54,05 ton

– 53,42 ton = 0,63 ton. Persentase perubahan produksi adalah

0.63 ton/ 53,42 ton x 100 % = 1.18 %. Kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani kakao sebesar 341,75 ton. Peningkatan produksi dari tahun 2005-2006 adalah : 341,75 ton – 338.25 ton = 13.50 ton. Persentase perubahan produksi adalah 13.50 ton / 338.25 ton x 100 % = 3,99 %. Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 54,05 ton. Sedangkan produksi di kecamatan Adian Koting sebesar 341,75 ton. Produksi ini dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 tidak ada mengalami perubahan.Di desa Pagaran Pisang dan Kecamatan Adian Koting tidak terjadi perkembangan produksi dari tahun 2006-2007. Sehingga

persentase

produksi untuk tahun 2007 sebesar 0 %.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

5.2.2. Perkembangan Sub-sub Sitem Agribisnis ( input produksi, budidaya, pengelolaan, pemasaran) •

Input Produksi Penggunaan input produksi pada usahatani kakao di daerah penelitian

adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk (TSP, KCl, Urea, Kandang), dan herbisida. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana perkembangan penggunaan input produksi pada usahatani kakao yaitu : penggunaan luas lahan, penggunaan luas lahan pada usahatani kakao itu mengalami penurunan. Hal disebabkan karena, petani telah mengkonversi lahannya dengan komoditi tanaman lain, seperti cabai, jagung. Penggunaan bibit, penggunaan bibit berbanding lurus dengan luas lahan, artinya jika penggunaan luas lahan mengalami penurunan, maka penggunaan bibit juga mengalami penurunan. Penggunaan bibit di daerah penelitian sebanyak 700 batang per ha nya. Begitu juga halnya dengan penggunaan pupuk dan herbisida. Pemupukan pada dasarnya dilakukan untuk menambah unsure hara yang kurang atau tidak tersedia di dalam tanah. Umumnya, pemupukan tanaman kakao menggunakan jenis pupuk urea atau ZA sebagai unsur N, pupuk TSP sebagai unsur P, pupuk KCl sebagai unsur K, dan pupuk kompos atau kandang. Pupuk dilakukan dengan dosis yang tepat dan waktu yang tepat juga. Pemupukan yang dilakukan petani sudah tergolong baik, dan sudah memperhatikan faktor-faktor yang mendukung. Penggunaan pupuk pada tahun berjalan mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh harga pupuk yang naik. Jadi penggunaan pupuk dan herbisida juga mengalami penurunan. Perkembangan input produksi pada usahatani kakao di daerah penelitian mengalami penurunan. Penggunaan tenaga kerja, dalam usahatani kakao tenaga kerja dalam keluarga merupakan tenaga kerja Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

yang paling pokok, skala usahatani kakao rakyat tergantung pada luasan dimana suatu keluarga petani dapat mengelolanya. Tenaga kerja dalam keluarga sangat penting bagi usahatani, maka perlu perhatian khusus. Usahatani kakao juga menggunakan tenaga kerja luar keluarga, pada umumnya bekerja berdasarkan upah kerja harian ataupun upah kerja berdasarkan kontrak kerja untuk melakukan kegiatan tertentu (borongan). Kebutuhan tenaga kerja dengan mudah diketahui jumlahnya dari total kebutuhan tenaga kerja untuk seluruh kegiatan yang akan dilakukan, akan tetapi dalam memperkirakan ketersediaan tenaga kerja tidak semudah menetapkan kebutuhannya. Hal ini dikarenakan kualitas tenaga kerja yang tidak sama antara satu dengan yang lain. Dalam usahatani kakao, satuan tenaga kerja sisebut sebagai hari kerja pria. •

Budidaya Suatu usahatani itu berhasil panen apabila dikelolah dengan baik, atau

dengan kata lain dapat dikatakan

menggunakan teknik budidaya yang baik.

Budidaya tanaman kakao ini memiliki tahapan-tahapan, yaitu pembibitan dan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Pembibitan, penyediaan bibit kakao harus diikuti cara perawatannya, karena benih kakao merupakan biji rekalstiran yang cepat kehilangan daya tumbuhnya. Kebutuhan benih per ha nya di daerah penelitian sebanyak 1,100 batang dengan jarak tanam 3 x 3 m. Petani sampel menggunakan benih yang kulit arinya dikupas. Benih ini diperoleh dari Pemerintah dan ada juga yang dibeli dari pihak penangkal bibit kakao di kabupaten. Perkembangan pembibitan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan cara, mutu dan jumlah. Penanaman, waktu tanam kakao yang tepat Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

adalah pada musim hujan, yakni pada bulan agustus s/d novemper Jalur yang ditanami kakao terlebih dahulu di semprot dengan herbisida, dilakukan sebulan sebelum penanaman. Penanaman tanaman kakao di daerah penelitian sudah cukup baik, dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Pemeliharaan, pemeliharaan yang dilakukan

meliputi

kegiatan

pemangkasan,

pemupukan,

penyiangan.

Pemangkasan dilakukan agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat, pemupukan dilakukan harus ada unsure 4 tepat yakni tepat dosis, tepat waktu, tepat jenis dan tepat tebar. Waktu pemupukan ditentukan oleh faktor-faktor yang berpengaruh baik secara langsung dan tidak langsung terhadap ketersediaan unsur hara. Penyangan dilakukan secara manual dengan rotasi sekali dua minggu atau sekali dalam sebulan. Pemanenan, panen adalah kegiatan memetik buah matang, memecah, memisahkan biji dari hati dari sampah dan mengumpulkan di tempat pengumpulan hasil. Buah akan matang setelah 140-175 hari, pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan 167-205 hari. Rotasi panen dilakukan yang biasa dilakukan adalah 6/7.



Pengelolaan Pengolahan kakao yang dibangun haruslah mampu menampung dan

mengolah seluruh hasil kebunnya. Panen kakao bersifat musiman oleh karena itu titik kritis tanaman kakao berada pada panen puncak yaitu pada bulan oktober dan November. Buah yang dipanen haruslah yang sudah berganti warna kulit. Buah yang dipetik juga harus dipisahkan antar yang bagus dengan yang jelek. Di dalam Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

pengolahan hal-hal yang dilakukan adalah pemeraman, pemecahan buah, dan fermentasi. Pemeraman ini dilakukan selama 5-12 hari. Pemecahan buah dilakukan dengan pemukul kayu, dan pisau. Fermentasi dilakukan agar diperoleh biji kakao kering dengan mutu yang baik. Pengelolaan juga memerlukan tenaga kerja, sarana dan prasarana (alat penjemuran, pisau, gudang pemeraman) Pengelolaan kakao di daerah penelitian masih bersifat manual. Petani sampel belum ada yang memakai mesin, misalnya mesin pemecah buah kakao. •

Pemasaran Aspek lain dari mekanisme produksi pertanian adalah aspek pemasaran.

Pemasaran merupakan aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran. Saluran pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan dapat juga rumit. Hal ini tergantung dari macam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar. Pemasaran hasil kakao penting dilakukan, karena jika tidak dipasarkan dengan baik, maka suatu usahatani tidak akan mendapat keuntungan yang maksimal. Fungsi-fungsi

pemasaran

dilakukan

sesuai

dengan

kemampuan

pembiayaan yang akan dimiliki, akan melakukan fungsi pemasaran yang berbedabeda. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan petani kakao adalah fungsi penjualan, sortasi, pembelian. Pemasaran (penjualan) kakao di daerah penelitian sangat sederhana yaitu pedagang pengumpul mendatangi petani ataupun sebaliknya. Faktor harga sangat menentukan dalam penjualan, karena jika harga kakao rendah, petani sampel tidak memanen tanaman kakao walaupun tanaman tersebut sudah layak dipanen. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran yang terjadi meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, pungutan retribusi. Biaya pemasaran komoditi kakao di daerah penelitian cukup tinggi.

5.2.3. Kelayakan Usahatani Kakao Secara Finansial Sistem usahatani kakao adalah bagaimana memadukan faktor-faktor produksi untuk memperoleh suatu hasil dalam usahatani kakao. Usahatani yang baik adalah suatu usahatani yang layak. Layak atau tidak layaknya suatu usahatani dapat dianalis dengan beberapa formula, misalnya NPV, BCR, IRR, ROI, R/C. Analisi kelayakan usahatani kakao di daerah penelitian dianalisis dengan metode Returns On Investment (ROI). Suatu proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, dan dinyatakan terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternative, hanyalah bila hasil-hasil yang diperoleh dari proyek tersebut dapat dibandingkan dengan sumber-sumber yang diperlukan. Pengukuran ini dinamakan criteria investasi. Tiap criteria investasi didasarkan pada asumsi bahwa bagi masyarakat tingkat kepuasan yang diperoleh pada saat ini adalah lebih besar daripada saat yang akan datang atau kebalikannya, disebut time preference Metode ROI ini menjelaskan bagaimana produksi suatu usahatani tersebut, meliputi jumlah penerimaan, jumlah modal (dalam hal ini sama dengan biaya produksi), jumlah pendapatan (selisih antara penerimaan dengan biaya produksi). Usahatani kakao haruslah dilihat kelayakannya, apakah layak atau tidak layak dari segi ekonomi ataupun finansial. Adapun metode ROI ini menggunakan formula sebagai berikut : Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Laba Bersih ROI =

X 100% Modal Awal

Analisis ROI usahatani Kakao dapat dihitung, dimana total laba adalah Rp. 225.508.000, dan total modal adalah Rp. 122.092.000. Maka ROI dari usahatani kakao sebagai berikut:

225.508.000 ROI =

x 100% 122.092.000

= 185% Analisis ROI usahatani kakao dihitung secara rata-rata, jika diketahui ratarata laba Rp. 14,548,903 dan rata-rata modal Rp.7.876.903 adalah 7.516.933,33 ROI = x 100% 4.069.733,33 = 163% Kelayakan usahatani kakao di daerah peneliitaan dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini : Tabel 13. Rata-Rata ROI Usahatani Kakao di Daerah Penelitian Uraian Total Rata-Rata

Modal (Rp)

Laba (Rp)

ROI

%

122.092.000,00

225.508.000,00

1,85

185

4.069.733,33

7.516.933,33

1,63

163

(lampiran 6)

Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa, kelayakan usahatani kakao secara total sebesar 1,85 (185%). Artinya, dalam setiap penggunaan Rp. 1, maka usahatani kakao tersebut memberikan laba sebesar RP. 1,85. Sedangkan untuk rata-rata

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

usahatani tersebut memiliki nilai ROI sebesar 1,63 artinya setiap penggunaan modal sebesar Rp.1 , usahatani kakao memberikan keuntungan sebesar Rp. 1,63 . Dapat disimpulkan bahwa usahatani kakao layak diusahakan secara finansial di daerah penelitian. Sehingga hipotesis 1 diterima, bahwa usahatani kakao di daerah penelitian layak diusahakan.

5.2.4. Masalah-masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Kakao Ada beberapa permasalahan yang dihadapi petani kakao dalam melaksanakan usahatani kakao yaitu : 1. Serangan Hama dan Penyakit Tanaman kakao merupakan tanaman yang mudah diserang hama dan penyakit. Hama merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang disebabkan oleh serangga, tungau dan mamalia, yang kehadirannya sangat merugikan tanaman induk. Kelompok serangga yang sering menyerang tanaman kakao adalah jenis hama yang paling banyak menyerang. Sedangkan penyakit adalah organisme pengganggu tumbuhan yang disebabkan oleh mikroorganisme berupa jamur, atau virus yang beersifat merugikan. Masalah ini sulit diberantas oleh petani kakao di daerah penelitian. Beberapa hama dan penyakit yang dijumpai di daerah penelitian adalah sebagai berikut : Helopeltis sp,

Penggerek Batang

Kakao (PBK), Jamur akar Putih, Tikus dan Bajing. Penggerek batang buah ini menyerang buah-buah kakao mulai dari yang masih muda sampai menjelang masak. Serangan yang terjadi pada buah yang masih muda mengakibatkan kerusakan yang cukup berat, karena biji masih melekat dan akan melekan kuat Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

pada kulit buah sehingga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas buah kakao. Para petani sudah melakukan upaya-upaya pemberantasan hama dan penyakit dengan cara : pengasapa, dan pemanfaatan semut hitam. 2. Harga kakao yang rendah dibandingkan dengan tempat lain. Masalah dalam usahatani kakao juga terjadi pada harga. Masalah harga ini mencakup rendahnya harga jual dari buah kakao di daerah penelitian. Harga kakao di daerah penelitian lebih rendah dibandingkan dengan tempat lain seperti kabupaten Asahan. Dari lampiran 6, harga rata-rata kakao pada tahun 2007 adalah Rp. 11.000,-. Dalam penentuan harga posisi petani sangat lemah, petani tidak terlalu berperan dalam menentukan harga kakao, karena pedagang pengumpul dating sendiri ke daerah penelitian. Dengan demikian yang menentukan harga adalah pedagang pengumpul dengan harga beli yang rendah. Dengan rendahnya harga jual kakao maka petani menjadi lesuh dalam meningkatkan usahatani kakaonya itu. 3. Kurangnya pengetahuan petani dengan informasi pasar Petani kurang mengetahui bagaimana pasar, yakni mengenai harga kakao, posisi kakao itu sendiri di pasar. Petani hanya bisa menjual produk kakao kepada pedagang pengumpul, dimana harga kakao tersebut ditentukan oleh pedagang pengumpul. Harga yang ditentukan ini biasanya relatif murah. Petani harus mau menerima harga yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul. Masalah ini juga disebabkan karena sarana dan prasarana desa yang kurang memadai.

4. Transportasi yang tidak lancar karena jalan rusak Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Masalah transportasi merupakan masalah yang penting di daerah penelitian. Baik masalah jalan rusak maupun pengangkutannya. Jalan rusak mengakibatkan pengagkutan sedikit yang mau datang. Sehingga ongkos transportasi menjadi mahal, yang menimbulkan biaya lebih besar lagi. Untuk itu, perlu

diadakannya

kebijakan

infrastruktur

dari

pemerintah.

Kebijakan

infrastruktur adalah kebijakan yang menyangkut kegiatan pembangunan sarana transportasi dan pusat-pusat informasi.

5. Modal yang terbatas Petani di daerah penelitian memiliki modal yang terbatas. Sehingga usahatani kakao mereka tidak dilaksanakan secara optimal. Misalnya melakukan pemupukan hanya 1 kali dalam setahun, bahkan ada yang tidak melakukan pemupukan, padahal standarnya pemupukan pada tanaman kakao dilakukan 2 kali dalam setahun. 6. Tidak adanya lembaga yang menyatukan petani Di daerah penelitian lembaga-lembaga seperti kelompok tani, KUD, Koperasi Pertanian tidak ada. Sehingga tidak ada lembaga yang mengayomi dan menyatukan petani dalam hal-hal yang berkaitan dengan usahatani mereka. 7. Kurangnya Penyuluhan kepada masyarakat petani Akibat kurangnya penyuluhan kepada masyarakat tentang pertanian, maka masyarakat kurang paham akan bagaimana teknik budidaya yang benar, dan jumlah input produksi yang digunakan agar efisien. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

5.2.5. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah dalam Usahatani Kakao Untuk mengatasi masalah-masalah dalam usahatani kakao di daerah penelitian, maka diperlukan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Pemberantasan Hama dan Penyakit Upaya untuk menanggulangi hama dan penyakit khususnya hama penggerek batang kakao (PBK) perlu dilakukan berbagai cara yang merupakan satu paket penanggulangan yang penetuannya didasarkan pada tingkat serangan dan keadaan tanaman kakao. Pencegahan PBK dapat dilakukan dengan cara karantina domestik maupun internasional secara benar. Cara yang ditempuh adalah tidak memasukkan bahan tanaman kakao dari daerah yang terserang PBK. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit petani telah melakukan upaya dengan cara alami (hayati) yaitu dengan cara pengasapan dan pemanfaatan semut hitam. Pemanfaatan semut hitam banyak dilakukan, oleh karena itu perlu dikembangkan populasi jumlah semut hitam dengan cara membuat sarang yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun kakao. Akan tetapi, cara ini kurang efektif untuk

memberantas

hama

dan penyakit.

Untuk

mempermudah

pengendaliannya maka pengetahuan tentang gejala-gejala serangan perlu dipelajari, agar dapat melakukan pencegahan. Petani juga menggunakan cara kimiawi yaitu dengan cara menyemprotkan jamur Beauveria bassiana. Pengendalian dengan cara ini kurang baik, Karena efektifitanya tidak konsisten. Untuk itu diperlukan peran pemerintah untuk memberikan bimbingan, bantuan kepada petani tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh petani dalam melakukan

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

usahatani mereka. Baik dalam bentuk penyuluhan maupun selebaran-selebaran (brosur). 2. Berusaha meningkatkan harga dengan cara mengetahui informasi harga di pasar dan membentuk kelompok tani Aspek pasar diperlukan untuk melihat posisi suatu produk di pasar dalam konteks pertumbuhan, komposisi, distribusi dan persaingan. Salah satu yang dilakukan adalah dengan cara menganalisi pangsa pasar, dengan asumsi pasar tidak dalam perubahan. Adapun usaha-usaha yang dilakukan petani adalah dengan mencari informasi harga di pasaran baik dengan membaca, media televisi, pemerintah dan internet. Aspek pasar perlu juga Dan juga perlu membentuk kelompok petani agar para petani dapat bertukar pikiran dalam usahatani mereka. 3. Meminta bantuan pemerintah dan menggalakkan gotong royong untuk memeperbaiki jalan rusak Masalah infrastruktur tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau masyarakat saja, melainkan merupakan masalag kedua-duanya. Masalah inrastruktur ini sudah tidak asing lagi bagi petani di desa-desa. Pemerintah harus mengambil bagian dalam usaha perbaikan infrastruktur. Salah satu cara yang dilakukan adalah menambah alokasi dana umum atau khusus terhadap Dinas PU, baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan. Masyarakat juga tidak lepas dari masalah ini, karena masyarakat ini langsung berkenaan dengan masalah tersebut.

Masyarakat perlu meminta

bantuan kepada pemerintah setempat agar dilakukan upaya perbaikan jalan. Di

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

samping itu juga masyarakat harus aktif melakukan perbaikan sendiri misalnya dengan cara gotong royong.

4. Meminjam Modal Petani untuk mengatasi kekurangan modal harus melakukan upaya yaitu dengan cara meminjam modal. Petani meminjam modal bisa berasal dari bank, tetangga, keluarga (pribadi) dan koperasi, dengan bunga yang rendah. Dalam hal ini, juga diperlukan peran pemerintah yaitu mempermudah proses peminjaman ke Bank, memberikan bantuan kepada petani dalam bentuk sarana produksi maupun uang tunai.

5. Menggalakkan Penyuluhan Kepada Masyarakat Kegiatan penyuluhan pertanian sangat penting dilakukan mengingat produktifitas pertanian di Sumatera Utara pada umumnya, dan Kabupaten Tapanuli Utara khususnya adalah rendah. Peran penyuluh pertanian sangat berarti bagi petani dalam menyampaikan inovasi-inovasi baru kepada petani kakao,. Penyuluhan Pertanian harus lebih konsentrasi pada masalah-masalah yang benarbenar dihadapi petani. Untuk itu, Pemerintah perlu menggalakkan penyuluhan pertanian kepada masyarakat, baik dalam bentuk bimbingan, arahan, ajakan, maupun ajaran kepada petani, dimana inti dari semua kegiatan itu adalah menguntungkan petani.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 1. Luas tanam usahatani selama 5 tahun terakhir (2003-2007) di daerah penelitan mengalami kenaikan sebesar 73 ha atau sekitar 96,05%. 2. Produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir (2003-2007) di daerah penelitian mengalami kenaikan sebesar 49,75 ton atau sekitar 92,23%. 3. Perkembangan sub-sub sistem agribisnis (input produksi, pengolahan, pemasaran) mengalami peningkatan.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

4. Usahatani kakao di daerah penelitian layak diusahakan karena memiliki ratarata nilai ROI sebesar 163%. Artinya dengan penggunaan modal 100%, maka usahatani memberikan keuntungan sebesar 163%. 5. Masalah-masalah yang terjadi di daerah penelitian adalah serangan hama dan penyakit, harga kakao yang rendah dibandingkan dengan tempat lain, kurangnya pengetahuan petani dengan informasi pasar, transportasi yang tidak lancer karena jalan rusak, modal yang terbatas, tidak adanya lembaga yang menyatukan petani, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat petani 6. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebagai berikut : pemberantasan hama dan penyakit, berusaha meningkatkan harga dengan cara mengetahui informasi harga di pasaran dan membentuk kelompok tani, meminta bantuan pemerintah dan menggalakkan gotong royong untuk memeperbaiki jalan rusak, meminjam modal, menggalakkan penyuluhan kepada masyarakat

6.2. Saran 60 1. Diharapkan kepada petani agar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana produksi dengan seefisien mungkin, agar hasil yang diperoleh maksimal. 2. Petani Kakao perlu mengajukan kepada pemerintah untuk membentuk suatu lembaga misalnya KUD, Koperasi Pertanian, Kelompok Tani. 3. Pemerintah sebaiknya memberikan bantuan kepada petani dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana produksi, modal, penyuluhan.

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

4. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai usahatani kakao yang belum dijelaskan pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. Pengantar Ilmu Pertanian. IPB Press, Bogor, hlm. 2-3 Anonimous, 2006. Ekonomi Petani Indonesia. FSPI, Jakarta, hlm. 1 Anonimous, 2007. Ekspor Kakao Sumatera Utara. Indobic, Medan, hlm. 3 Anonimous, 2007. Kerjasama Peningkatan Komoditas Kakao. HSFIndo, Tarutung, hlm. 2 Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Anonimous, 2008. Prospek dan Arah Pengembangan agribisnis Kakao Final. Kompas, hlm. 4 . Arifin, Bustanul., 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga, Jakarta, hlm. 77 BPS, 2008. Sumatera Utara dalam Angka, BPS Propinsi Sumatera Utara, Medan, hlm.56 Cocoa., 1989. A Commodity in Crisis. London, hlm.83 Gittinger, J.P., 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI Press, Jakarta, hlm.49 Gray. C., 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI-Press, Jakarta, hlm. 46 Gumbira-sa’id, E dan A. Harizt, Intan., 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia, hlm.16 Kamaruddi, R dan Sudirman, A.N.I., Pengolahan Kakao. Litbangdasulsel, Makasar, hlm. 1 Najiyanti, S dan Danarti., 2001. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya, Jakarta, hlm. 92 Pakpahan, Agus., 2004. Petani Menggugat. Max Havelaar Indonesia Foundation. Jakarta, hlm. 98 Poedjiwidodo., 1996. Sambung Samping Kakao, Trubus Agriwidya, Yogyakarta, hlm. 19 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia., 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao . Agromedia Pustaka, hlm. 24

Soehardjo dkk., 1996. Kakao. PTPN IV. Bah Jambi, Pematang Siantar. hlm.53-56 Susanto.X.F., 1994. Tanaman Kakao. Budidaya dan pengolahan Hasil. Kanisius, Yogyakarta, hlm. 72-75 Tumpal, H.S dkk., 2003. Cokelat, pembudidayaan, pengolahan, pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta, hlm.67 Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian No.Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rataan

Luas Lahan (Ha) 1 0.7 0.6 1 1 0.8 0.5 1 1 1 1 1 0.5 0.8 1 1 0.8 1 1 1 1.5 2 2 2 2.5 3 1.2 3 1.5 2 38.4 1.28

Umur (Thn) 32 21 23 22 30 34 23 23 43 45 24 42 51 34 34 29 40 38 60 49 49 38 35 28 32 28 26 51 44 28 804 26.8

Jlh Tanggungan (Jiwa) 2 4 6 4 6 3 4 5 4 3 4 2 4 6 4 6 3 4 5 4 3 2 4 6 4 6 3 4 5 4 124 4.13

Pengalaman Bertani (Thn)

Pendidikan Terakhir (Thn) 7 6 6 6 6 6 6 7 6 7 7 6 7 7 8 7 6 6 7 8 10 9 7 8 9 7 9 9 8 9 217 7.23

6 6 12 12 12 6 9 9 6 6 12 6 9 15 12 12 9 12 6 9 9 15 12 12 9 12 6 9 9 12 207 6.9

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 2. Penggunaan Tenaga Kerja Petani Sampel per Tahun Luas Lahan (Thn) Pemupukan (HKP) Penyiangan (HKP) 1 12 24 0.7 8 15 0.6 6 14 1 10 25 1 12 22 0.8 9 18 0.5 5 10 1 10 22 1 9 23 1 10 24 1 9 20 1 19 20 0.5 6 12 0.8 8 16 1 10 24 1 10 24 0.8 9 18 1 11 22 1 12 25 1 12 24 1.5 16 30 2 22 38 2 20 35 2 20 36 2.5 24 42 3 28 56 1.2 14 26 3 30 50 1.5 18 32 2 20 34

Pemangkasan (HKP) 15 10 9 14 16 12 7 15 14 15 15 16 8 10 15 16 12 15 15 16 20 26 25 28 32 40 18 35 22 26

Pemeliharaan (HKP) 15 12 10 16 15 12 7 13 14 15 15 16 8 10 15 16 12 15 15 15 22 25 25 24 30 40 18 35 22 26

Panen (HKP) 24 18 16 22 24 20 10 23 20 23 22 20 12 18 22 20 20 20 25 24 34 44 42 40 50 60 26 65 36 44

Total (HKP) 90 63 55 87 89 71 39 83 80 87 81 91 46 62 86 86 71 83 92 91 122 155 147 148 178 224 102 215 130 150

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 3. Penggunaan Tenaga Kerja Petani per Ha per Tahun Luas Lahan (Thn) Pemupukan (HKP) Penyiangan (HKP) 1 12 24 0.7 11.43 21.43 0.6 10 23.33 1 10 25 1 12 22 0.8 11.25 22.5 0.5 10 20 1 10 22 1 9 23 1 10 24 1 9 20 1 19 20 0.5 12 24 0.8 10 20 1 10 24 1 10 24 0.8 11.25 22.5 1 11 22 1 12 25 1 12 24 1.5 10.67 20 2 11 19 2 10 17.5 2 10 18 2.5 9.6 16.8 3 9.33 18.67 1.2 11.67 21.67 3 10 16.67 1.5 12 21.33 2 10 17

Pemangkasan (HKP) 15 14.29 15 14 16 15 14 15 14 15 15 16 16 12.5 15 16 15 15 15 16 13.33 13 12.5 14 12.8 13.33 15 11.67 14.67 13

Pemeliharaan (HKP) 15 17.14 16.67 16 15 15 14 13 14 15 15 16 16 12.5 15 16 15 15 15 15 14.67 12.5 12.5 12 12 13.33 15 11.67 14.67 13

Panen (HKP) 24 25.71 26.67 22 24 25 20 23 20 23 22 20 24 22.5 22 20 25 20 25 24 22.67 22 21 20 20 20 21.67 21.67 24 22

Total (HKP) 90 90 91.67 87 89 88.75 78 83 80 87 81 91 92 77.5 86 86 88.75 83 92 91 81.33 77.5 73.5 74 71.2 74.67 85 71.67 86.67 75

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 4. Penggunaan Input Produksi dan Produksi Per Petani Sampel per Tahun Pupuk (kg) No. Sampel Luas Lahan Tenaga Kerja (HKP) Urea TSP KCl 1 1 90 150 350 240 2 0.7 63 50 200 100 3 0.6 55 50 50 50 4 1 87 100 300 200 5 1 89 100 250 150 6 0.8 71 100 200 100 7 0.5 39 50 50 50 8 1 83 100 300 150 9 1 80 50 200 100 10 1 87 100 250 150 11 1 81 100 300 150 12 1 91 100 200 100 13 0.5 46 50 100 50 14 0.8 62 100 250 150 15 1 86 100 300 150 16 1 86 100 300 100 17 0.8 71 100 300 100 18 1 83 100 200 150 19 1 92 100 300 200 20 1 91 100 300 250 21 1.5 122 200 450 300 22 2 155 200 400 300 23 2 147 150 300 200 24 2 148 100 100 100 25 2.5 178 250 450 300 26 3 224 300 600 400 27 1.2 102 150 400 200

Kandang 600 400 350 700 600 500 300 500 600 500 500 600 300 400 600 700 400 600 600 600 800 1,400 1,500 1,200 1,800 2,000 750

Herbisida (ltr) 6 4 2 5 5 4 2 5 6 5 5 6 2 4 5 5 4 5 6 5 8 10 12 10 14 16 6

Produksi 800 500 400 700 700 600 250 700 650 700 700 650 300 500 800 700 450 650 700 750 1,500 2,000 1,600 1,800 2,500 2,700 1,200

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

28 29 30 Total Rataan

3 1.5 2 38.4 1.28

215 130 150 3,104 200.26

200 150 150 3,650 235.48

750 400 500 9,050 583.87

300 200 200 5,190 334.84

1,800 1,000 1,000 23,600 1,52.58

15 10 12 204 13.16

3,000 1,300 1,800 31,600 2,038.71

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 5. Biaya Produksi Per Petani Sampel per Tahun Tenaga Kerja No. Sampel Luas Lahan (Rupiah) 1 1 1,800,000 2 0.7 1,260,000 3 0.6 1,100,000 4 1 1,540,000 5 1 1,780,000 6 0.8 1,420,000 7 0.5 780,000 8 1 1,660,000 9 1 1,660,000 10 1 1,740,000 11 1 1,620,000 12 1 1,820,000 13 0.5 920,000 14 0.8 1,240,000 15 1 1,720,000 16 1 1,720,000 17 0.8 1,420,000 18 1 1,660,000 19 1 1,840,000 20 1 1,820,000 21 1.5 2,440,000 22 2 3,100,000 23 2 2,940,000 24 2 2,960,000 25 2.5 3,560,000 26 3 4,480,000 27 1.2 2,040,000 28 3 4,300,000 29 1.5 2,600,000 30 2 3,000,000

Urea 240,000 80,000 80,000 160,000 160,000 160,000 80,000 160,000 80,000 160,000 160,000 160,000 80,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 160,000 320,000 320,000 240,000 160,000 400,000 480,000 240,000 320,000 240,000 240,000

Pupuk (Rupiah) TSP KCl 910,000 528,000 520,000 220,000 130,000 110,000 780,000 440,000 650,000 330,000 520,000 220,000 130,000 110,000 780,000 330,000 520,000 220,000 650,000 330,000 780,000 330,000 520,000 220,000 260,000 110,000 650,000 330,000 780,000 330,000 780,000 220,000 780,000 220,000 520,000 330,000 780,000 440,000 780,000 550,000 1,170,000 660,000 1,040,000 660,000 780,000 440,000 260,000 220,000 1,170,000 660,000 1,560,000 880,000 1,040,000 440,000 1,950,000 770,000 1,040,000 440,000 1,300,000 550,000

Kandang 300,000 200,000 175,000 350,000 300,000 250,000 150,000 250,000 300,000 250,000 250,000 300,000 150,000 200,000 300,000 350,000 200,000 300,000 300,000 300,000 400000 700,000 750,000 600,000 900,000 1,000,000 375,000 900,000 500,000 500,000

Herbisida (Rupiah) 216,000 144,000 72,000 180,000 180,000 144,000 72,000 180,000 216,000 180,000 180,000 216,000 72,000 144,000 180,000 180,000 144,000 180,000 216,000 180,000 288,000 360,000 432,000 360,000 504,000 576,000 216,000 540,000 360,000 432,000

Total 3,994,000 2,424,000 1,667,000 3,450,000 3,400,000 2,714,000 1,322,000 3,360,000 2,996,000 3,310,000 3,320,000 3,236,000 1,592,000 2,724,000 3,470,000 3,410,000 2,924,000 3,150,000 3,736,000 3,790,000 5,278,000 6,180,000 5,582,000 4,560,000 7,194,000 8,976,000 4,351,000 8,780,000 5,180,000 6,022,000

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 6. Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih Petani Sampel Per Petani Per Tahun No.Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rataan

Luas Lahan (Ha) 1 0.7 0.6 1 1 0.8 0.5 1 1 1 1 1 0.5 0.8 1 1 0.8 1 1 1 1.5 2 2 2 2.5 3 1.2 3 1.5 2 38.4 1.28

Produksi (kg) 800 500 400 700 700 600 250 700 650 700 700 650 300 500 800 700 450 650 700 750 1,500 2,000 1,600 1,800 2,500 2,700 1,200 3,000 1,300 1,800 31,600.00 2,038.71

Harga @ (Rp) 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 11,000 330,000.00 11,000.00

Penerimaan 8,800,000 5,500,000 4,400,000 7,700,000 7,700,000 6,600,000 2,750,000 7,700,000 7,150,000 7,700,000 7,700,000 7,150,000 3,300,000 5,500,000 8,800,000 7,700,000 4,950,000 7,150,000 7,700,000 8,250,000 16,500,000 22,000,000 17,600,000 19,800,000 27,500,000 29,700,000 13,200,000 33,000,000 14,300,000 19,800,000 347,600,000.00 11,586,666.67

Biaya Produksi 3,994,000 2,424,000 1,667,000 3,450,000 3,400,000 2,714,000 1,322,000 3,360,000 2,996,000 3,310,000 3,320,000 3,236,000 1,592,000 2,724,000 3,470,000 3,410,000 2,924,000 3,150,000 3,736,000 3,790,000 5,278,000 6,180,000 5,582,000 4,560,000 7,194,000 8,976,000 4,351,000 8,780,000 5,180,000 6,022,000 122,092,000.00 4,069,733.33

Pendapatan Bersih 4,806,000 3,076,000 2,733,000 4,250,000 4,300,000 3,886,000 1,428,000 4,340,000 4,154,000 4,390,000 4,380,000 3,914,000 1,708,000 2,776,000 5,330,000 4,290,000 2,026,000 4,000,000 3,964,000 4,460,000 11,222,000 15,820,000 12,018,000 15,240,000 20,306,000 20,724,000 8,849,000 24,220,000 9,120,000 13,778,000 225,508,000.00 7,516,933.33

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 7. ROI (Return On Investmen) Petani Sampel di Daerah Penelitian No.Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rataan

Luas Lahan (Ha) 1 0.7 0.6 1 1 0.8 0.5 1 1 1 1 1 0.5 0.8 1 1 0.8 1 1 1 1.5 2 2 2 2.5 3 1.2 3 1.5 2 38.4 1.28

Penerimaan (Rp) 8,800,000 5,500,000 4,400,000 7,700,000 7,700,000 6,600,000 2,750,000 7,700,000 7,150,000 7,700,000 7,700,000 7,150,000 3,300,000 5,500,000 8,800,000 7,700,000 4,950,000 7,150,000 7,700,000 8,250,000 16,500,000 22,000,000 17,600,000 19,800,000 27,500,000 29,700,000 13,200,000 33,000,000 14,300,000 19,800,000 347,600,000.00 11,586,666.67

Biaya Produksi/Modal (Rp) 3,994,000 2,424,000 1,667,000 3,450,000 3,400,000 2,714,000 1,322,000 3,360,000 2,996,000 3,310,000 3,320,000 3,236,000 1,592,000 2,724,000 3,470,000 3,410,000 2,924,000 3,150,000 3,736,000 3,790,000 5,278,000 6,180,000 5,582,000 4,560,000 7,194,000 8,976,000 4,351,000 8,780,000 5,180,000 6,022,000 122,092,000.00 4,069,733.33

Pendapatan Bersih (Rp) 4,806,000 3,076,000 2,733,000 4,250,000 4,300,000 3,886,000 1,428,000 4,340,000 4,154,000 4,390,000 4,380,000 3,914,000 1,708,000 2,776,000 5,330,000 4,290,000 2,026,000 4,000,000 3,964,000 4,460,000 11,222,000 15,820,000 12,018,000 15,240,000 20,306,000 20,724,000 8,849,000 24,220,000 9,120,000 13,778,000 225,508,000.00 7,516,933.33

ROI 1.20 1.27 1.64 1.23 1.26 1.43 1.08 1.29 1.39 1.33 1.32 1.21 1.07 1.02 1.54 1.26 0.69 1.27 1.06 1.18 2.13 2.56 2.15 3.34 2.82 2.31 2.03 2.76 1.76 2.29 48.89 1.63

Persentase (%) 120.00 127.00 164.00 123.00 126.00 143.00 108.00 129.00 139.00 133.00 132.00 121.00 107.00 102.00 154.00 126.00 69.00 127.00 106.00 118.00 213.00 256.00 215.00 334.00 282.00 231.00 203.00 276.00 176.00 229.00 4,889.00 163.00

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009