File : BAB II.pdf

67 downloads 368 Views 169KB Size Report
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang ... kerang hijau harus terlindung dari arus kencang, terhindar dari fluktuasi kadar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.

Logam Berat Timbal (Pb) Pengertian Timbal (Pb) Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam. Dalam bahasa ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai unsur atom (NA)82 dengan bobot atau berat atom (BA)207,2.[6]

2.

Sumber Timbal (Pb) Timbal merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Timbal sering kali digunakan dalam industri kimia seperti pembuatan baterai, industri pembuatan kabel listrik dan industri pewarnaan pada cat.[6]

3.

Sifat Logam Timbal (Pb) a. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. b. Tahan terhadap korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai coating c. Titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat C. d. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik. e.

Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-

logam biasa, kecuali emas dan mercuri 4.

Kegunaan Timbal (Pb) a. Digunakan dalam pembuatan kabel telepon b. Digunakan dalam baterai c. Sebagai pewarnaan cat d. Sebagai pengkilapan keramik dan bahan anti api e. Sebagai aditive untuk bahan bakar kendaraan [6]

5.

Logam Timbal (Pb) dalam kerang hijau Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang gemar dikonsumsi masyarakat. Ia hidup baik pada perairan dengan kisaran kedalaman 1-7 meter dan memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas antara 27-35 permil. Hidupnya di daerah pasang surut dengan menempel kuat dan bergerombol pada benda-benda keras. Lokasi yang baik untuk budi daya kerang hijau harus terlindung dari arus kencang, terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi, dasar perairan lumpur berpasir, dan jauh dari pengaruh sungai besar.Kawasan itu juga harus bebas pencemaran limbah industri logam berat seperti tembaga (Cu), merkuri (Hg), seng (Zn), kadmium (Cd), timah hitam (Pb), dan air raksa (Hg). Dari mekanisme penyerapan logam berat yang berasal dari limbah industri pada biota laut yaitu Lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa hasil produksi manusia atau yang lebih dikenal dengan limbah. Permasalahan limbah tersebut adalah hasil buangan industri yang berbahaya. Limbah yang dibuang dilaut ialah limbah industri yang berupa lumpur lunak (sludge). Lumpur lunak yang

berupa

limbah

tersebut

mengendap

didasar

laut,

sehingga

memungkinkan biota laut seperti kerang dapat terakumulasi logam berat yang berasal dari limbah tersebut. Apalagi kerang hijau habitatnya didalam lumpur membuat sistem digesti (pencernaan) banyak berhubungan dengan lumpur dan apabila logam berat ini masuk kedalam tubuh dapat membahayakan kesehatan terlebih khusus hasil pengendapan ini bisa menjadi racun di dalam tubuh manusia. Bila racun ini terserap oleh tulang maka pengendapan didalam tulang dapat berakibat osteoporosis.[1] Berdasarkan penelitian Zainal Arifin, Phd, alumnus doktor dari Canada bidang Ekotoksikologi, racun-racun ini dapat membuat sistem syaraf lemah, IQ turun dan berpengaruh ke tulang. Yang berbahaya, bila racun tadi terserap oleh tulang dan mengendap didalamnya. Hal ini terjadi akibat salah tangkap, Timbal yang masuk bisa dianggap kalsium dan diserap tulang.[7]

6.

Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan Efek Pb terhadap kesehatan terutama terhadap sistem haemotopoetic (sistem pembentukan darah), adalah menghambat sintesis hemoglobin dan memperpendek umur sel darah merah sehingga akan menyebabkan anemia. Pb juga menyebabkan gangguan metabolisme Fe dan sintesis globin dalam sel darah merah dan menghambat aktivitas berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis heme .[9] Anak yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias idiot. Pada orang dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan atau keguguran pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran, sel otak tidak bisa berkembang. Dampak Pb pada ibu hamil selain berpengaruh pada ibu juga pada embrio/ janin yang dikandungnya. Selain penyakit yang diderita ibu sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan juga bahan kimia atau obat-obatan, misalnya keracunan Pb organik dapat meningkatkan angka keguguran, kelahiran mati atau kelahiran prematur. [6] Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut : a. Efek terhadap terjadinya Anemia oleh Pb Secara biokimiawi, keracunan timah hitam dapat menyebabkan : 1)

Peningkatan produksi ALA (Amino Levulinic Acid) Timah

hitam

akan

menghambat

enzim

hemesintetase,

yang

mengakibatkan penurunan produksi heme. Penurunan produksi heme ini akan meningkatkan aktivitas ALA sintetase, dan akhirnya produksi ALA meningkat. Peningkatan produksi ALA ini dapat dilihat dari ekskresi ALA di urine. 2)

Peningkatan Protoporphirin Perubahan protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan adanya timah hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari protoporphirin IX yang dapat diketahui pada plasma dan feces.

3)

Peningkatan koproporphirin Akumulasi dari protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari koproporphirin

III.

Hal

ini

diketahui

dengan

didapatkannya

koproporphirin III pada urine dan feces. b. Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat) Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan Pb. Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 μg/dl dapat terjadi ensefalopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan oedema (adanya cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini disertai dengan menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala, vertigo (pusing berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi cepat), stupor (penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang. c. Ensefalopati Ensefalopati merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk dengan sindrom gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan kerusakan otak atau kematian. Paling sering dijumpai pada anak kecil atau orang yang mengkonsumsi makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko lebih besar terhadap paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan aktivitas metabolik interna Ensefalopati akut pada manusia sangat dipengaruhi oleh : 1) jumlah partikel Pb yang terhisap, 2) lama pemaparan, dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan : 1) perubahan perilaku mental, 2) Pelemahan pada daya ingat dan pada aktivitas untuk berkonsentrasi, 3) hyperirritabel (hal yang sangat mengganggu), 4) kegelisahan, 5) depresi, 6) sakit kepala, 7) vertigo dan tremor, ensefalopati akut berkembang hanya pada dosis yang besar dan

jarang terjadi pada level Pb dalam darah dibawah 100 μg/ 100 ml, pernah dilaporkan terjadi pada tingkat 70 μg/ 100ml. d. Pendengaran Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar Pb dalam darah 15 μg/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1 – 18 µg/dl menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-anak dan dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan penurunan pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang sensitif kadang-kadang didapatkan adanya efek yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara klinis efek tersebut tidak jelas sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi. e. Efek terhadap ginjal Keracunan berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan penyakit renal progresif dan tidak dapat disembuhkan. Ada beberapa laporan berisi interstisial nephritis kronis pada pekerja sering disertai dengan hasil yang fatal. Kebersihan suatu industri akan mengurangi jumlah dan besarnya komplikasi renal pekerja yang keracunan akan tetapi anak-anak yang menghirup Pb pada cat yang mengelupas dan konsumen yang mengkonsumsi makanan yang tercemar Pb tetap mempunyai resiko. Nephropati yang ditandai oleh gangguan fungsi ginjal progresif sering disertai hipertensi. Kerusakan ginjal berupa fibriosis interstitialis kronis, degenerasi tubuler, dan perubahan vaskuler pada arteri kecil dan arteriol. Ditemukan gambaran khas, yaitu penuhnya badan inklusi intranuklear pada sel dinding tubulus. Badan inklusi merupakan kompleks protein Pb yang kemudian di ekskresi melalui urine. Degenerasi tubulus proksimal mengakibatkan menurunnya reabsorbsi asam amino, glukosa, fosfat dan asam sitrat. Pada kasus yang berat dapat terjadi sindrom fanconi yaitu hiperamino uria (air kencing mengandung asam amino berlebihan),

glukosuria dan hipofosfat uria atau kadang-kadang hiperfosfat uria. Gangguan ginjal bersifat tidak menetap. Saturnine gout adalah sebuah konsekuensi pengurangan fungsi tubuler (ginjal tubulus glumerulus), Pb berpengaruh pada ekskresi urates. Maka meskipun angka formasi mereka normal, level asam uric disimpan dalam persendian, hampir menyerupai encok/ pegal. f. Efek terhadap sistem cardiovasculer Pada keracunan Pb akut beberapa pasien menderita colic yang disertai peningkatan tekanan darah. Kemungkinan timbulnya kerusakan miokard tidak dapat diabaikan. Perubahan elektro cardiografi dijumpai pada 70 % penderita dengan gejala umum berupa takikardia, disritmia atrium. g. Efek terhadap sistem reproduksi Telah diketahui bahwa Pb dapat menyebabkan gangguan reproduksi baik pada perempuan maupun pada laki-laki, Pb dapat menembus jaringan placenta sehingga menyebabkan kelainan pada janin. Peningkatan kasus infertil, abortus spontan, gangguan haid dan bayi lahir mati pada pekerja perempuan yang terpajan Pb telah dilaporkan sejak abad 19, walaupun demikian data mengenai dosis dan efek Pb terhadap fungsi reproduksi perempuan, sampai sekarang masih sedikit. Hubungan antara kadar Pb dalam darah dan kelainan yang diakibatkan terhadap kelainan reproduksi perempuan adalah 1)

Kadar

Pb

darah

10

μg/dl

dapat

mengakibatkan

gangguan

pertumbuhan. 2)

Kadar Pb darah 30 μg/dl mengakibatkan kelainan prematur.

3)

Kadar Pb darah 60 μg/dl mengakibatkan komplikasi kehamilan.

Senyawa teratogen termasuk Pb dapat menembus janin dan dapat mengganggu pertumbuhan mulai dari usia kehamilan pada minggu ke tiga hingga minggu ke 38. mulai minggu ke tiga hingga pertengahan minggu ke

enam dapat mengganggu pertumbuhan susunan saraf pusat atau central nervous system (CNS), pada pertengahan minggu ke tiga sampai minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan jantung, pada minggu ke empat hingga minggu ke delapan mengganggu pertumbuhan mata, lengan dan kaki, mulai pertengahan minggu ke enam sampai minggu ke delapan dapat mengganggu pertumbuhan gigi dan mulut, minggu ke sembilan mengganggu pertumbuhan tekak (langit-langit, mulai minggu ke tujuh sampai ke 12 menggangu pertumbuhan alat kelamin bagian luar dan mulai minggu ke empat sampai minggu ke 12 mengganggu pertumbuhan pendengaran. 7.

Pencegahan dan pengawasan paparan dan keracunan Beberapa program pencegahan harus didasarkan pada ketersediaannya fasilitas teknik yang memadai peraturan-peraturan yang tegas, pakaian pelindung yang efektif, dan pengawasan higienis dan biologi yang terus menerus. Pengawasan biologis biasanya didasarkan pada pengukuran reguler Pb pada urin, tingkat yang seharusnya dipertahankan dibawah 150 µg/l.

8.

Pengobatan a.

Keracunan Pb anorganik Pengobatan

simtomatik

keracunan

Pb

anorganik

adalah

segera

menghentikan pemaparan dan dengan terapi kelasi. Untuk keracunan yang berat, penggunaan kalsium denatrium EDTA secara infus intravena dalam dosis

kira-kira

8

mg/kg,

sedangkan

pada

anak-anak

dianjurkan

menggunakan dimerkaprol 2,5 mg/kg/dosis intramuskular. Succimer oral diakui untuk digunakan khusus keracunan Pb dalam darah dan urin, harus dimonitor sebagai suatu petunjuk terapi. Dengan tersedianya succimer maka penisilin tidak perlu digunakan. Pada pasien yang tidak ada gejala keracunan, tidak dianjurkan menggunakan zat kelator. Penggunaan profilaktik (pencegahan) zat kelator dikontraindikasikan pada pekerja yang terpapar Pb, karena dapat meningkatkan absorbsi logam dari saluran

pencernaan. Setelah terapi kelasi dihentikan fungsi kadar Pb dalam darah dan profirin harus diuji dan dianalisis untuk mengidentifikasi peningkatkan kembali kadar Pb karena Pb dimobilisasi dari tulang. b.

Keracunan Pb organik Pengobatan awal terdiri dari menghilangkan kontaminasi kulit dan pencegahan pemaparan lebih lanjut. Pengobatan kejang memerlukan penggunaan anti konvulsi secara bijaksana. [6]

B.

Kerang Hijau (Perna viridis) Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari masyarakat, memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam, dari 100 gram daging kerang hijau ini mengandung 100 kalori. [3] 1. Biologi Kerang Hijau ( Perna viridis) Kerang hijau termasuk binatang lunak (Mollusca) yang hidup ditaut, bercangkang dua (bivalve) berwama hijau. Insangnya berlapis-lapis (Lamelii branchia) dan berkaki kapak (Pelecypoda) serta memiliki benang byssus. Kerang hijau adalah plankton feeder, dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki dan benang byssus, hidup baik pada perairan dengan kisaran kedalaman 1 - 7 meter dan memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas antara 27-35 per mil.[3] Terdapat dalam jumlah yang berlimpah pada musimnya disepanjang pantai Indonesia yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Hidup di daerah pasang surut dan sub tidal, menempel kuat dan bergerombol pada benda-benda keras dengan menggunakan benang byssusnya. [3] 2. Reproduksi Kerang Hijau (Perna viridis)

Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau diocious, bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah banyak dan mikroskopik. Induk kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma dan sel telur kedalam air sehingga bercampur dan kemudian terjadi pembuahan, telur yang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam kemudian menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat yang masih bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/ spat tersebut menempel pada substrat dan akan menjadi kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 - 6 bulan kemudian. [3]

Gambar 2.1. Kerang hijau Sumber : http//www.oseanografi.lipi.go.id C.

Asam Sitrat dari Jeruk Nipis Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan. Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada

jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.[5] 1. Sifat fisika dan kimia Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.[5] 2. Kegunaan Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam sitrat sebagai zat aditif makanan (E number ) adalah E330. Garam sitrat dengan berbagai jenis logam digunakan untuk menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga dan obat-obatan. Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air

sadah, asam sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan menghilangkan ionion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat. Asam sitrat digunakan di dalam industri bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk keperluan tersebut, sementara asam sitrat tidak. Asam sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembunggelembung lemak. Dalam resep makanan, asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk.[5] 3. Keunggulan asam sitrat Asam sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional dan internasional utama. Senyawa ini secara alami terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan kelebihan asam sitrat dengan mudah dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh. Paparan terhadap asam sitrat kering ataupun larutan asam sitrat pekat dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. Pengenaan alat protektif (seperti sarung tangan atau kaca mata pelindung) perlu dilakukan saat menangani bahan-bahan tersebut. D.

Larutan Asam Sitrat (Jeruk Nipis) dan Penurunan Logam Berat Timbal (Pb) Asam sitrat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, seng, dan cadmium, yang membentuk gas hidrogen dan garamgaram sitrat (disebut logam sitrat). Logam sitrat juga dapat diperoleh dengan asam sitrat dengan suatu basa yang cocok.[5]

Asam jeruk nipis / asam sitrat adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam sitrat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin (termasuk Timbal (Pb) di dalamnya). Asam sitrat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sehingga sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam sitrat ini digunakan sebagai pelarut logam berat Timbal dalam kerang hijau. [5]

Sifat toksik logam Timbal terikat dalam gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil, hidroksil, dan fosfatil dari protein dan purin.[1] Toksisitas dan sifat letal logam berat Timbal (Pb) pada tubuh biota air dapat dihilangkan dengan penambahan larutan asam sitrat. Terjadinya reaksi antara zat pengikat logam (Asam jeruk nipis) dengan ion logam menyebabkan ion logam kehilangan sifat ionnya dan mengakibatkan logam berat tersebut kehilangan sebagian besar toksisitasnya. Rumus kimia asam sitrat atau asam jeruk nipis adalah C6H8O7 atau CH2(COOH)•COH(COOH)•CH2(COOH), Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.

Berdasarkan pernyataan di atas maka jelas penggunaan larutan asam jeruk nipis dapat diasumsikan memiliki daya pelarut yang cukup efektif terhadap logam berat Timbal, sehingga dapat menurunkan logam berat Timbal pada kerang hijau.[5]

E.

Kerangka Teori Berdasarkan teori di atas maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut : •

Limbah industri pencemar Pb : •

Air laut

Pertambang

an logam •

Baterai



Plastik

Kerang hijau Pb dalam kerang hijau

Perendaman dengan larutan asam jeruk nipis

Konsentrasi larutan asam jeruk nipis

Lama perendaman

Zat pengikat ion logam

Penurunan kadar Pb dalam kerang hijau

Sumber : 1,5,7 Gambar 2.2. Kerangka Teoritis F. Kerangka Konsep Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel terikat Variabel Bebas Penurunan kadar logam Konsentrasi Larutan asam jeruk nipis

berat Timbal (Pb) dalam

Lama perendaman

kerang hijau (Perna viridis) Variabel Kontrol Suhu *

A. Hipotesis a. Ada pengaruh konsentrasi larutan asam jeruk nipis 5%, 10%, dan 15% terhadap penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging kerang hijau. b. Ada pengaruh lama perendaman 30, 60, dan 90 menit terhadap penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging kerang hijau. c. Ada pengaruh interaksi konsentrasi larutan asam jeruk nipis dan lama perendaman terhadap penurunan kadar logam berat Timbal (Pb) pada daging kerang hijau.