fungsi dan peranan upacara adat perkawainan masyarakat melayu ...

14 downloads 1897 Views 92KB Size Report
B. Peranan Pantun dalam Acara Peminangan Masyarkat Melayu Deli. Sebelum acara .... Setelah juru bicara pihak laki-laki memperkenalkan diri kepada pihak.
FUNGSI DAN PERANAN UPACARA ADAT PERKAWAINAN MASYARAKAT MELAYU DELI RAMLAN DAMANIK Fakultas Sastra Jurusan Sastra Daerah Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Upacara perkawinan bagi masyarakat Melayu merupakan hal yang sangat sakral. Begitu sakral upacara ini sehingga merupakan bagian yang paling utama dalam ritus-ritus peralihan (rites of the passage). Hal ini seperti yang terlihat pada uraian berikut ini. A. Upacara Adat Perkawinan Masyarkat Melayu Deli Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat perkawinan yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu perkawinan. Adat istiadat perkawianan dalam suatu masyarkat berfungsi sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan upacara perkawinan. Dalam perkawinan merupakan salah satu tahap inimasi dalam daur kehidupan manusia yang sangat penting. Melalui perkawinan seseorang akan mengalami peruabahan status, yakni dari status bujangan menjadi berkeluarga, dengan demikian pasangan tersebut diakui dan diperlukan sebagai anggota penuh dalam masyarakat. Dalam sistem kekerabatan, perkawinan seseorang juga akan mempengaruhi sifat hubungan kekeluargaan, bahkan dapat pula menggeser hak serta kewajiban untuk sementara anggota kerabat lainnya. Misalnya seorang abang yang tadinya bertanggung jawab atas adiknya seorang gadis, tetapi dengan terjadinnya ikatan tali perkawianan maka hak dan kewajiban seorang abang sudah berpindah kepada suami sang adik. Setiap upacara perkawinan itu begitu penting baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota kekerabatan kedua belah pihak penganting. Sehingga dalam proses pelaksanaannya harus memperhatikan serangkaian aturan atau tata cara biasanya sudah ditentukan secara adat yang berdasarkan kepada hukum-hukum agama. Rangkaian penyelenggaraan proses perkawinan masyarakat Melayu khususnya masyarakat Melayu Deli terdiri dari beberapa tahap, mulai dari minang hingga pernikahan berlangsung. Sebuah perkawinan yang normal biasanya didahului dengan masa pertunangan/ikat janji antara pihak pria dengan pihak wanita yang lamanya sekitar satu tahun. Kemudian dilanjutkan dengan pernikahan atau peresmian. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan yang direstui kedua orang tua ataupun keluarga masing-masing pihak, biasanya dilaksanakan menurut tata cara atau adat istiadat perkawianan masyarakat Melayu Deli yang belandaskan kepada kaidah-kaidah ajaran agama Islam serta pengaruh tradisional. Masyarkat Melayu Deli mempunyai tata cara perkawinan terdiri dari 27 bagian yaitu: 1. Merintis 2. Risik kecil 3. Jamu sukat 4. Risil besar 5. Meminang 6. Naik emas 7. Ikat janji 8. Akad nikah 9. Malam berhinai curi

2002 digitized by USU digital library

1

10. Malam berhinai kecil 11. Malam berhinai besar 12. Mengantar pengantin laki-laki 13. Hempang pintu 14. Bersanding 15. Tepung tawar 16. Tepung tawar 17. Cemetuk 18. Makan nasi hadap-hadapan 19. Serah terima pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan 20. Mandi berdimbar 21. Sembah keliling 22. Malam bersatu 23. Naik halangan (naik lepas pantang) 24. Meminjam kedua pengantin oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan 25. Memulangkan kedua pengantin kembali oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga pengantin perempuan 26. Naik sembah besar 27. Pengantin pindah kerumah sendiri Pada zaman dahulu kedua puluh tujuh bagian adat istiadat perkawinan ini harus dilalui satu persatu. Tetapi pada zaman sekarang ini, sesuai dengan yang penulis amati dan teliti khususnya di kelurahan Titi Papan kecamatan Medan Deli, banyak terdapat penghilangan bagian-bagian tata cara perkawinan tersebut. Tata cara perkawinan yang dilaksanakan masyarakat Melayu Deli khususnya yang berada di kelurahan Titi Papan kecamatan Medan Deli disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga pengantin. Adapun tata cara perkawinan yang sering dilaksanakan masyarakat Melayu Deli khususnya di kelurahan Titi Papan pada zaman sekarang ini, yakni upacara-upacara sebelum pernikahan dan upacara-upacara dalam pelaksanaan peresmian. Upacara-upacara yang dilaksanakan sebelum pernikahan adalah merisik kecil dan meminang. Dalam acara peminangan dilaksanakan tiga upacara sekaligus yakni merisik resmi, meminang dan ikat janji. Dalam upacara-upacara yang diselenggarakan dalam pelaksanaan peresmian yakni acara penyambutan rombongan pengantin pria dengan pencak silat, hempang batang/buluh, tukar tepak tengah halaman, bertukar payung, perang bertih/bunga rampai, disambut dari persembahan, hempang pintu. Upacaraupacara ini dilakukan di luar rumah. Dan acra yang dilaksanakan di dalam rumah yakni pijak batu lagan, hempang kipas di pelaminan, bersanding, marhaban/doa, tepun tawar, makan nasi hadap-hadapan, penyerahan pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita. Upacara-upacara inilah yang sering dilaksanakan masyarakat Melayu Deli khususnya di Kelurahan Titi Papan kecamatan Medan Deli dalam upacara adat perkawinan pada zaman sekarang ini. B. Peranan Pantun dalam Acara Peminangan Masyarkat Melayu Deli Sebelum acara peminangan dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan acara merisik kecil, sifat pertemuan merisik kecil ini tidak resmi. Acara merisik kecil dilaksanakan apabila seorang pemuda berniat hendak meminang seorang gadis yang disuakainya atau atas pilihan orang tuanya. Menurut adat istiadat Melayu Deli diutuslah seorang atau dua orang yang dipercayai. Dalam adat Melayu Deli utusan ini dinamakan utusan penghubung atau bintara sabda. Acara merisik kecil sebenarnya dirahasiakan oleh pihak kelaurga yang meminang (pihak laki-laki), karena apabila maksudnya ditolak oleh pihak keluarga yang menerima pinangan (pihak perempuan), hal ini akan memerikan aib kepada keluarga yang bersangkutan.

2002 digitized by USU digital library

2

Dalam pelaksanaan merisik kecil ini boleh juga dilakukan oleh orang tua pemuda yang akan meminang tetapi terlebih dahulu sudah diketahui bahwa pinangan tersebut akan diterima oelh pihak perempuan. Hal-hal yang dibicarakan dalam merisik kecil adalah syarat-syarat yang berkenan dengan peminangan gadis tersebut seperti: a Mengenai mahar atau mas kawin b Mengenai uang kasih sayang. Uang kasih sayang ini merupakan bantuan dari pihak laki-laki untuk biaya pesta perkawinan. c Hak pengantin seperti isi kamar berupa lemari, tempat tidur dengan perlengkapannya, toilet dan sebagainya. d Pakaian sepersalinan, sebagai pemberian sipemuda kepada calon istrinya. e Kelangkahan, apabila seorang gadis yang dipinang mempunyai kakak baik lakilaki maupun perempuan yang belum dipinang. Maka kakak si gadis tersebut akan mendapat kelangkahan berupa pakaian sepersalinan. Menurut adat istiadat Melayu Deli kelangkahan ini merupakan suatu penghargaan dan menghormati sang kakak yang belum dipinang. Jika gadis yang akan dipinang tidak mempunyai kakak yang belum dipinang maka kelangkahan ini tidak ada. f Penentuan tanggal peminangan dan yang lainnya jika ada dianggap penting Dalam pertemuan yang akan resmi ini, kedua belah pihak masih boleh tawar menawar sampai tercapai kata sepakat. Dalam menetapkan syarat-syarat ini, utusan dari pihak laki-laki sudah tentu berpedoman kepada amanah yang diterimanya untuk disampaikan kepada keluarga laki-laki. Apabila syarat-syarat yang diminta pihak perempuan dapat dipenuhi oleh pihak laki-laki, selanjutnya dilaksanakan acara peminangan pada hari yang telah disepakati oleh kedua belah pihak keluarga. Pada hari yang telah disepakati oleh kedua belah pihak keluarga, rombongan pihak keluarga laki-laki (pihak laki-laki) datang kerumah pihak keluarga perempuan (pihak perempuan) dengan membawa tepak sirih yang telah diisi sirih tersusun rapi dan cembul-cembulnya diisi pinang, gambir atau kacu, kapur dan tembakau. Tepak sirih yang dibawa ke rumah kelaurga perempuan yakni sebuah tepak pembuka kata, sebuah tepak merisik, sebuah tepak meminang, sebuah tepak naik emas, sebuah tepak ikat janji. Jumlah tepak sirih yang dibawa sebanyak lima buah atau lebih disesuaikan dengan kedudukan atau kemampuan. Selain tepak sirih juga dibawa cincin sebagai tanda pengikat gadis yang dipinang atau sebagian sayarat-sayarat yang diminta oleh pihak perempuan seperti uang mahar, uang kasih sayang, pakaian sepersalinan dan kelangkahan. Di rumah pihak keluarga perempuan menanti tiga buah tepak yakni sebuah tepak pembuka kata, sebuah tepak meminang dan sebuah tepak ikat janji. Fungsi tepak sirih dalam acara peminangan menurut adat istiadat msyarakat Melayu Deli merupakan alat untuk mensahkan setiap yang dibuat. Setibanya rombongan pihak laki-laki di rumah perempuan semua perlengkapan acara adat yakni tepak yang dibawa dan tepak menanti beserta barang-barang perlengkapan yang dibawa rombongan pihak laki-laki diletakkan di sebuah hamparan dan upacara segera dimulai. Upacara dilaksanakan di atas sebuah hamparan yang sudah disediakan oleh ahli bait. Dalam acara peminangan masyarkat Melayu Deli pada zaman sekarang ini dilaksanakan tiga upacara sekaligus yakni merisik, meminang dan ikat janji dan upacara ini dipandu para telangkai. Pengertian telangkai menurut adat istiadat Melayu Deli adalah utusanahli bait pihak keluarga untuk menyampaikan maksud atau keinginan. Jumlah telangkai yang bertugas dalam acara peminangan sebanyak enam orang yakni tiga orang dari pihak laki-laki, satu orang bertugas sebagai juru bicara (juru sabda) dan dua orang bertugas sebagai pendamping juru bicara (bintara sabda) dan tiga orang dari pihak perempuan, satu orang bertugas sebagai juru bicara (juru sabda) dan dua orang bertugas sebagai pendamping juru bicara (bintara sanda). Juru bicara kedua belah pihak duduk berhadap-hadapan dan masing-masing juru bicara didampingi oleh bintara sabda, setelah kedua belah pihak telangkai

2002 digitized by USU digital library

3

duduk berhadapan, acara dibuka lebih dahulu oleh juru bicara pihak perempuan dengan menyorongkan sebuah tepak sirih (tepak sirih pembuka) kepada juru bicara pihak laki-laki sambil berkata: Sungai Deli airnya tenang Mengayuh biduk sambil berdendang Sungguh kami merasa senang Kami ucapkan selamat datang Diufuk cerah mentari pagi Bukan menyanjung bukan memuji Tiada usai kami menanti Kiranya tuan selamat sampai kemari Kemudian diucapkan salam: Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat datang kami ucapkan Mohon serta keberkahan dan kemampuan Kehadirat Allah kita tujukan Semoga pertemuan mendapat kesyukuran Menurut adat Resman Melayu Apabila kita kedatangan tamu Tepak sirih disorong selalu Begitu adat sejak dahulu Kapur dan gambir tembakau di dalam Pinang menghadap sirih menyembah Tertegun rasa hati di dalam Semoga tamu yang datang membawa tuah Sambil memegang tepak sirih untuk dihadadapkan kepada tamu, kemuidian juru bicara pihak perempuan (ahli bait) melanjutkan perkataannya. Tepak sirih kami persembahkan Sila nikmati dimakan Ujud beriring serta kiasan Setepak sirih sejuta pesan Setapak sirih penuh berisi Jika sudah tuan hamba rasai Seandai pahit usah dikeji Seumpama manis usah dipuji Seperti kata sebuah pantun : Ikan bilis ikan tenggiri Dimakan nenek puan dari malaka Silahkan makan sirih kami Sebagai obat pelepas dahaga Makna yang terdapat di dalam pantun pembuka kata tersebut adalah ucapan selamat datang dari tuan rumah kepada tamu yang telah sampai dengan selamat, tidak lupa mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta memanjatkan doa agar pertemuan yang dilaksanakan diberkati-Nya. Menurut adat istiadat masyarakat Melayu Deli tepak sirih diberikan sebagai tanda tuan rumah merasa bahagia dan berharap tamu yang datang membawa kabar baik, serta mempersilahkan juru bicara pihak laki-laki menyorongkan sebuah tepak pembuka kata yang telah dibuka,

2002 digitized by USU digital library

4

posisi tangkai sirih menuju juru bicara pihak perempuan sambil berkata seperti berikut ini: Ikan kakap hendak digulai Digulai lemak santan kelapa Mohon maaf majelis ramai Sambutlah salam dengan suara Mengucapkan salam: Assalam’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selain bersyukur kehadirat Tuhan Kami datang membawa pesan Salam takzim penuh keikhlasan Ari keluarga yang tidak jauh dari pangkalan Sungguh tuan hamba berlapang hati Menerima kami di rumah ahli bait yang bertuah ini Disongsong tepak penuh berisi Takjub pula rasa di hati Menang setapak laksana Hang Tuah Dengan Hang Jebal kawan berseru Disongsong tepak dihela sembah Demikian adat puak Melayu Dosorong tepak dihela sembah Mohon restu sanak keluarga Mohon disantap budiman bertuah Sekapur sirih pembuka kata Sambil menyorong tepak sirih dengan kedua belah tangan dan mempersilahkan juru pihak perempuan untuk memakan sirih tersebut. Makna yang terdapat di dalam pantun di atas untuk mengungkapkan fungsi tepak sirih menurut adat istiadat masyarakat Melayu Deli, selain berfungsi sebagai segel untuk mengesahkan suatu perjanjian, tepak sirih juga berfungsi sebagai alat komunikasi baik dalam kata maupun perbuatan dan tepak sirih disorongkan oleh pihak laki-laki sebagai tanda untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu. Usahalah tuan naik perahu Usaha tuan hamba berlagak latah Lambat laun orang pun tahu Bukan karena kemudi patah Patah galah dalam perdahu Bukan kami berlagak latah Kuasa Allah siapa yang tahu ? Kalau ada kaca di pintu Mari letakkan di dalam perahu Kalau sudah tekad tuan begitu Tanamlah, kausa Allah siapa yang tahu Maka yang di dalam pantun di atas adalah juru bicara pihak laki-laki memperkenalkan dirinya kepada ahli bait dan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang utusan yang diutus oleh keluarga Abdul Djalil bin Sulaiman. Untuk menyampaikan salam takzim beliau kepada ahli bait. Di samping itu ia juga membawa pesan dan amanah yang harus disampaikan menurut adat istiadat

2002 digitized by USU digital library

5

masyarakat Melayu Deli yakni dengan cara bepantun. Maksud dan amanah yang ingin disampaiakn adalah untuk mempererat tali silaturahmi antara kedua belah pihak kelaurga. Setelah juru bicara pihak laki-laki memperkenalkan diri kepada pihak perempua, selanjutnya diadakan acara merisik. Acara merisik dimulai oleh juru bicara pihak laki-laki untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya beserta rombongan untuk menanyakan apakah dari pihak perempuan bersedia menerima pinangan dari pihak laki-laki. Maksud dan tujuan tersebut disampaikan dengan menyorongkan tepak merisik sambil berpantun. Seperti pantun berikut ini : Kacang bukan sembarang kacang Kacang melilit di pohon mangga Kami datang, bukan sembarang datang Datang bertamu, ingin bertanya Birik-birik terbang berkawan Terbang tinggi di atas awan Tepak sirih kami persembahkan Ingin merisik bunga di taman Maksud dan tujuan yang disampaikan oleh juru bicara pihak laki-laki dijawab juru bicara pihak perempuan dengan suatu pantun nasehat suapaya pihak laki-laki tidak menyanyakan anak gadis ahli bait yang sudah dipinang orang dan tidak terjadi salah paham antara kedua belah pihak keluarga. Seperti pantun berikut : Birik-birik terbang berlima Terbang tinggi berkawan-kawan Tepak perisik belum kami terima Awas jangan terusik bunga larangan Kemudian juru bicara pihak laki-laki menguraikan keadaan jasmani dan rohani pemuda yang ingin melamar anak gadis ahli bait. Keadaan jasmani dan rohani si pemuda disampaikan dengan cara berpantun. Seperti kita lihat dalam pantun berikut ini: Yang pertama sekali Nabi Allah Adam Nenek manusia kafir dan Islam Mula asalnya di Darussalam Di tempa Jibril tanah segenggam Allah jadikan Adam seorang diri Tinggi di sungai sehari-hari Dilihatnya burung dua sejoli Inginlah Adam hendak beristri Tuan dan puan sekalian, kami mempunyai seekor kumbang si Pazly Anshari bin Abdul Djahil nama gerangan Kumbang kami telah dewasa Lazim disebut muda remaja Hasrat hatinya ingin terbang ke angkasa Kami takut kelak bala menimpa Lalu mufakatkan kami seluruh keluarga Maksud hendak mencari penawar bisa Yang kami risaukan

2002 digitized by USU digital library

6

Ianya selalu terbang Pergi pagi pulangnya petang Tapi percayalah datuk dan hadirin sekalian Ianya bukan si kumbang jalan Dan bukan pula dagang terbuang Ianya mempunyai tempat dan sarang Tapi lain pula keadaannya sekarang Hal-hal yang lalu banyak berkurang Kini ianya lebih banyak berdiam di sarang Hati kami ini susah dan bimbang Tidurnya tak nyenyak Makan tak kenyang Melihat ianya demikian Hati kami menjadi bimbang Kemudian kami tanyakan pada kumbang kami tersebut. Wahai kumbang mengapa Engkau susah dan selalu gelisah. Ia menjawab dengan tersipu-sipu dan berusahalah kami membawa kumbang kami tersebut untuk berobat dan melihat penyakit anak kami tersebut. Tetapi seperti kata pantun : Bukan dokter tak handalan Bukan dukun tak mujarab Kepada nujan pak Belalang sudah kami tanyakan Kiranya sekuntum bungalah yang menjadi penyebab Kumbang pernah melintas di tanam Terlihat mekarnya kuntum melati Terpaut wajah jadi impian Selalu terbawa di dalam mimpi Tidak ubahnya : Dentam dentum bunyi rabbana Badan kurus jiwa merana Berari sudah kena panah asmara Makan tak kenyang tidur pun tak lena Kami datang hendak menyatakan maksud Hati dari kumbang kami tersebut Kiranya kami ndak salah bertanya Tak salah ataupun sumbang Apakah bunga yang dirumahnya ini Sudah ada kumbang lain yang menyerinya ? Selanjutnya terjadi tanya jawab antara juru bicara kedua belah pihak keluarga untuk mengetahui siapa yang menjadi idaman pemuda yang meminang tersebut. Tanya jawab antara juru bicara kedua belah pihak keluarga dengan berpantun seperti berikut ini : Sungguh tuan hamba orang jauhari Pandai berkias pandai berperi Dari jauh datang kemari Kiranya ada yang hendak dicari Haluan menuju pulau Labuhan Pasang kajang di waktu pagi Walaupun kami tak pegang pedoman

2002 digitized by USU digital library

7

Jarang sesat kami kemari Sungguh ada bunga di taman Sudah ditilik dengan teliti Mana yang menjadi idaman Mawar merah atau melati Sebelum tuan melangkah maju Inginlah kami memberi tahu Bunga di tanam bukanlah satu Ada bunga mawar, melati dan bunga labu Bunga mawar Orang pintar, sukar berkelakar Sangat disesalkan sudah ada yang melamar Nun jauh dari Madaskar Bunga melati Orangnya rapi, pandai pula menggaji Sifatnya penggeli Tapi ianya nenek kami, hendak ? Bunga kami yang ketiga adalah bunga labu Sungguh cantik tidak berbau Orang pemalu, tapi taat kepada ayah ibu Cuma ia suka pula makan kue putu Biarpun semerbak wangi si bunga mawar Dan melati emnjadi bunga pujian Seandainya layu gugur terbuang Tak meninggal kesan Cantik-cantik si bunga labu Walaupun cantik tak berbau Tidak kami bimbang dan ragu Karena ianyalah kami ndak tuju Kemudian juru bicara pihak keluarga laki-laki menyerahkan tepak perisik kepada juru bicara pihak keluarga perempuan sebagai tanda anak gadis yang dimaksud memang berada di rumah ahli bait. Makna pantun yang terdapat di dalam acara merisik tersebut, bahwasanya menurut adat istiadat masyarakat Melayu Deli meminang anak menunjukkan betapa tingginya martabat seorang wanita. Dalam tata cara adat meminang yang pertama dilaksanakan adalah merisik, yakni menanyakan tentang siapa nama dan dari mana asal usulnya pemuda yang meminang dan siapa pula nama anak gadis ahli bait yang diinginkannya. Anak gadis yang akan dipinang si pemuda dalam acara merisik diibaratkan sebagai bunga labu jika gugur akan menghasilkan buah berbeda dengan bunga mawar dan melati apabila mekar terlihat indah tetapi setelah gugur tidak bersemi lagi. Setelah acara merisik selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara peminangan. Acara peminangan ini tidak sesulit seperti acara merisik. Meskipun demikian tepak sirih memingan disorongkan sambil berklata seperti berikut ini : Sungguh tuan hamba berlapang dada Pucuk dicinta ulam yang tiba Yang dicinta sudah berada

2002 digitized by USU digital library

8

Yang menanti sudah bersedia Kami disambut dengan gembira Disambut pula dengan adat dan lembaga Dihadiri sanak famili dan keluarga Kami ini bukalah Belanda meminta Diberi sejengkal ingin sehata Buka pula kami menghasak antara Tujuan kami Sekali melangkah dayung Dua tiga pulau terjangkau Sekali emmbuka pura Dua tiga hutang terbayar Dayung sudah diranghah Teluk dan lubuk sudah dilampaui Tanjung dan rantau sudah dihanyuti Biduk menggilir tangkahan menanti Tali terurai baik diikat Tempat bertambat Semoga selamat naik ke darat Nah Datuk, hendak meminanglah kami ini Kapak pinang tolong rebahkan betik ranun tengah halaman Tepak meminang kami persembahkan Ingin memetik bunga di taman Sebelum tepak meminang diterima dan dimakan oleh juru bicara pihak perempuan terlebih dahulu ia meminta bintara sabda kanan dan kiranya untuk membawa tepak yang diajukan juru bicara pihak laki-laki kepada orang tua atau wali anak gadis yang dipinang untuk mengadakan musyawarah apakah pinangan tersebut diterima atau tidak. Juru bicara pihak laki-laki diminta menunggu keputusan musyawarah tersebut. Permintaan ini disampaikan dengan berpantun. Seperti pantun berikut ini: Telangkai datang kami terima Sejak dahulu kami mufakat Andai ada kata bersama Sanak famili kaum kerabat Baru pinangan kita buat. Setelah bintara sabda yang diutus telah membawa kembali tepak meminang dari juru bicara pihak laki-laki dan mengatakan bahwa pinangan diterima apabila sanggup memenuhi syarat-syarat adat yang diajukan. Hal ini disampaikan kepada juru bicara pihak laki-laki dengan berpantun. Seperti pantun berikut ini : Bulat kata dek pakat Bulat air dek pembuluh Sanak famili kaum kerabat Seorangpun tak ada yang mengeluh

2002 digitized by USU digital library

9

Kalau hendak memakan betik Kupas kulit buang biji Kalau bunga kami hendak dipetik Penuhi syarat patuhi janji Jika pinangan hendak dibuat inginlah kami mengajukan syarat Seumpama beban dapat diangkat Apalagi doa famili kaum kerabat Pakai saja sila keempat kata musyawarah serta mufakat Walaupun liar dapat diikat Kemudian disebutkan syarat-syarat adat yang diminta pihak keluarga perempuan yakni : mahar atau mas kawin, perlengkapan kamar, pakaian seperssalinan, uang kasih sayang, kelengkapan kalau ada yang dilengkapi. Apabila pihak laki-laki mengatakan sanggup memenuhi syarat-syarat adat yang diminta, selanjutnya diadakan acara tukar tepak antara kedua belah pihak kelaurga sebagai tanda pinangan pihak laki-laki diterima. Maka pantun yang terdapat di dalam acara peminangan adalah pihak lakilaki mengatakan ingin melamar anak gadis yang berada di rumah ahli bait dan pinangan tersebut diterima apabila pihak laki-laki dapat memenuhi syarat-syarat adat yang diajukan oleh pihak perempuan. Syarat-syarat adat yang diajukan tersebut tidaklah berat karena dapat dimusyawarahkan untuk mencari jalan terbaik. Hal ini menunjukkan masyarkat Melayu Deli memutuskan segala sesuatu dengan musyawarah dan mufakat. Setelah selesai acara peminangan, acara selanjutnya yakni ikat janji dilaksanakan untuk membicarakan tentang pelunasan syarat-syarat adat yang diminta oleh pihak keluarga perempuan sebagai tanda bertunangan. Juga membicarakan tentang hari pernikahan dan peresmian. Pada acara ini juru bicara pihak laki-laki memberikan tepak naik emas, cincin tanda bertunangan dan sebagian syarat-syarat yang diminta pihak perempuan dalam acara peminangan. Sambil mengucapkan pantun seperti berikut ini: Tepak emas persembahan kami Sebagai tanda cincin diberi Bila masanya kami kemari Kalaupun hutang kami lunasi Kalaupun janji kami tetapi Selesai menyerahkan tepak naik emas, cincin tanda bertunangan dan sebagian syarat-syarat yang diminta pihak perempuan, selanjutnya masing-masing juru bicara dari pihak laki-laki dan pihak perempuan bertukar tepak ikat janji dan bersalaman sebagai tanda kedua belah pihak keluarga telah terikat dengan suatu perjanjian dan harus ditepati karena janji yang diucapkan dan diikrarkan pada acara ikat janji ini menurut adat istiadat Melayu Deli apabila diikrarkan ada saksi dan hukumannya. Apabila pihak perempuan yag mengingkari janji segala pemberian pihak laki-laki dikembalikan janji semua yang diberikan kepada pihak perempuan kepada seluruh hadirin yang hadir pada acara peminangan tersebut tanggal pernikahan dan peresmian sambil mengucapkan pantun seperti berikut ini : Jika tidak salah bilangan Menunggu bulan empat senama Semoga tidak ada halangan Datang tuan kami terima

2002 digitized by USU digital library

10

Maka pantun yang terdapat di dalam acara ikat janji adalah kedua belah pihak keluarga berjanji untuk menepati perjanjian yang duiucapkan dan diikrarkan. Acara ikat janji telah selesai dilaksanakan dan ditutup dengan doa. Dengan demikian selesai pula acara adat peminangan menurut adat istiadat Melayu Deli. C. Peranan Pantun dalam Acara Peresmian Masyarakat Melayu Deli Acara peresmian dilaksanakan untuk mempersatukan dua orang anak manusia pria dan wanita dalam suatu ikatan perkawinan menurut tata acara adat dan agama. Secara agama dilaksanakan acara akad nikah. Alad nikah penting dilaksanakan karena bersifat keagamaan sesuai dengan kepercayaan suku Melayu Deli yakni agama Islam. Acara akad nikah dilaksanakan menurut ajaran agama Islam dipimpin oleh tuan kadhi dan dua orang saksi kemudian pengantin laki-laki mengucapkan ijab kabul sebagai ayarat sah nikah yang dilaksanakan. Menurut tata cara adat perkawinan suku Melayu Deli, khususnya di kelurahan Titi Papan kecamatan Medan Deli, upacara-upacara yang sering dilaksanakan dalam acara penyambutan pengantin beserta rombongan dengan acara hempang batang/buluh, silat berlaga, tukar tepak di tengah halaman, bertukar payung, perang bertih/bunga rampai, disambut tari persembahan, hempang pintu, pijak batu lagan, hempang kipas di pelaminan, bersanding. Dilanjutkan dengan acara marhaban/doa, tepung tawar, makan nasi hadap-hadapan dan acara penyerahan pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan (serah terima pengantin). Perlengkapanperlengkapan adat yang harus disediakan dalam acara peresmian dari pihak pengantin laki-laki sebuah balai, tepak sirih, sebuah payung yang sudah dihias, bunga rampai dan enam buah uncang yang diisi dengan uang logam berfungsi sebagai kunci emas. Dari pihak pengantin perempuan perlengkapan-perlengkapan adat yang disediakan bambu atau dahan kelapa yang masih muda beserta daunnya, kain panjang, sebuah balai, tepak sirih, bunga rampai, batu di dalam sebuah talam yang ditaburi dengan bunga rampai dan sebuah payung yang sudah dihiasi. Sesuai dengan adat istiadat Melayu Deli pada hari peresmian kedua pengantin harus memakai pakaian adat Melayu yakni pakaian teluk belanga untuk pengantin laki-laki beserta semua perlengkapannya. Di pinggang sebelah kanan tersisip sebilah keris, di tangan kanannya emmegang sirih genggam yang terbuat dari karton atau sejenisnya berbentuk kerucut dibalut dengnan kain beludru atau kertas emas, di dalamnya diletakkan daun sirih yang telah diukir dan dua atau tiga tangkai bunga. Sedangkan pengantin perempuan memakai busana kebaya panjang dan bersanggul tegang atau bersanggul mahkota sesuai keinginan pengantin perempuan tersebut dan ditangan kanannya memegang sirih genggam. Setelah segala sesuatu siap, rombongan pengantin laki-laki berangkat menuju ke rumah pengantin perempuan. Kira-kira 100 atau 200 meter dari rumah pengantin perempuan, rombongan pengantin laki-laki berhenti sejenak untuk memberitahukan kepada pihak keluarga pengantin perempuan bahwa rombongan pengantin perempuan dapat mempersiapkan diri untuk melaksanakan acara penyambutan pengantin. Dalam acara penyambutan pengantin peragaannya dipimpin oleh para telangkai adat utusan dari pihak keluarga pengantin laki-laki dan perempuan. Peragaan acara yang sedang berlangsung disampaikan dengan menggunakan pantun untuk menyampaikan maksud dari kedua belah pihak pengantin dan menjelaskan kepada tamu yang hadir tentang upacara yang sedang berlangsung sehingga membuat suasana pesta emnjadi meriah. Ketika dilihat rombongan pengantin laki-laki telah emnuju rumah pengantin perempuan, mulailah telangkai adat yag bertugas sebagai juru bicara pihak keluarga pengantin perempuan menyambut rombongan pengantin laki-laki dengan pantun pembuka kata sebagai upacara selamat datang. Seperti pantun-pantun berikut ini: Diutusnya Muhammad rasul terbilang Bawa ajaran yang penuh terang benderang

2002 digitized by USU digital library

11

Hilanglah gelap terbitlah terang Selamatlah kita dari dahulu sampai sekarang dan masa yang akan datang Tuan dan Puan izinkan kami berucap kata Hajat baik serta mulia Bermacam-macam gaya bahasa yang sudah menjadi budaya bangsa Terutang pula dalam UUD’45 pasal 32 Dalam garis-garis besar haluan negara GBHN konon namannya Diungkapnya ulang sepintas lintas Terkenang kian ke masa silam Adat zaman bahari bermacam ragam adat negeri Tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas Adat budaya jadi tumpuan Pusaka datuk nenek dari zaman ke zaman itulah pula yang ia tinggalkan Nun jauh disana rombongan pengantin telah tiba dengan selamat Diiringi kaum kerfabat Sungguh seronok dilihat Bagaimana hati kita tak merasa bahagia Yang dinanti telah tiba Bukan main rasanya bahagia Wajib disambut dengan adat lemabaga Cempedak jambu tanaman kami Sungguh sarat dahan berubah Takkan Melayu hilang di bumi Demikian sumpah Hang Tuah Lubuk Pakam si rantau panjang Rantau panjang kampung nelayan Hidup berpaham puak Melayu Ajaran agama jadi amalan Makna yang terdapat di dalam pantun pembuka kata di atas adalah mengucapkan Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke jalan yang besar dan diridhoi oelh Allah SWT sehingga membawa keselamatan bagi umat manusia dari dunia sampai akhirat. Seraya meminta izi kepada tamu yang hadir dalam acara peresmian tersebut untuk memakai bahasa Melayu (pantun) yang sudah menjadi budaya bangsa Indonesia dalam melaksanakan upacara dan sebagai bangsa yang cinta dengan budaya bangsa berubah agar adat budaya Melayu Deli yang telah ada dari zaman dahulu sampai sekarang dilestarikan pemakaiannya. Ketika rombongan pengantin laki-laki sampai dengan selamat, rombongan tersebut disambut dengan adat istiadatr sampai dengan selamat, rombongan tersebut disambut dengan adat istiadat Melayu Deli sehingga adat Melayu Deli tidak hilang dari permukaan bumi. Hal ini sesuai dengan sumpah yang diikrarkan oleh laksamana Hang Tuah. Dalam kehidupan sehari-hari masayarakat Melayu Deli menyesuaikan adat istiadar yang belaku di masyarakat dengan ajaran agama Islam.

2002 digitized by USU digital library

12

Setelah pengantin laki-laki sampai di halaman rumah pengantin perempuan, dilaksanakan acara hempang batang/buluh. Jalan masuk ke rumak pengantin dihadang oleh dua orang pemuda yang memegang ujung kiri dan kanan dahan kelapa yang terlebih dahulu sudah dihiasi sebagai penghadang jalan masuk ke rumah pengantin perempuan. melihat jalan masuk ke rumah dihadang, terjadilah berbalas pantun antara utusan (juru bicara) kedua belah pihak pengatin. Seperti kita lihat dalam dialog-dialog pantun berikut ini : Kini payung telah terkembang Tinggal emnunggu angin yang datang Tak usah ragu tak usah bimbang Hanya memadu resam terbilang Hajat baik bukan menghadang Harap lewati si hempang batang Assalamu’ alaikum kami ucapkan Kepada tuan dan puan handai dan taulan Kami datang pengantin beserta segenap rombongan Tetapi kami heran mengapa pula jalan kami ada hadang-hadang Walaikum salam kami ucapkan Kepada pengantin berserta rombongan Syarat adat tolong sediakan Baru hempang batang kami singkirkan Lama sudah tegak berdiri Dengan pengantin beserta rombongan Apa syarat adat yang kami patuhi Supaya lekas emmpelai kami duduk di pelaminan Ujung Tanjung pekan Labuhan Simpang Dobi di Titi Papan Orang kampung ada berpesan Syarat adat tolong tunjukkan Tanjung Tiram di Batu Bara Lima laras letak istana sudah paham kami yang tuan minta Jangankan kunci emas setukan sudah kami bawa Juru bicara pengantin laki-laki memberikan kunci emas kepada penjaga hempang batang, kunci emas yang diberikan dilihat oelh para utusan pengantin perempuan untuk memastikan sesuai atau tidak syarat adat yang diminta. Kemudian rombongan pengantin laki-laki dipersilahkan untuk memasuki halaman rumah pengantin perempuan sambil berpantun : Di ufuk cerah mentari pagi Selasih diminum di petang hari Silahkan masuk ke halaman kami Masih banyak rintangan yang harus tuan lalui Makna pantun yang terdapat di dalam acara hempang batang di atas adalah utusan pihak pengantin perempuan tidak bermaksud menghadang jalan rombongan pengantin laki-laki. Acara hempang batang dilaksanakan sebagai salah satu acara adat istiadat masyarkat Melayu dalam acara penyambutan pengantin. Penghadang

2002 digitized by USU digital library

13

jalan dapat disingkirkan kepada penjaga . Setelah kunci emas diberikan rombongan pengantin laki-laki dipersilahkan untuk memasuki rumah pengantin perempuan. Acara hempang batang telah selesai dilaksanakan, selanjutnya rombongan pengantin laki-laki disambut dengan acara silat berlaga ini dilakuykan oleh pendekar-pendekar silat dari kedua belah pihak pengantin. Pendekar silat ini pengantin laki-laki melalui acara silat berlaga dengan membuka langkah disambut pendekar silat pihak pengantin perempuan. Pendekar silat pihak pengantin laki-laki menyerang untuk masuk dan pendekar silat pihak pengantin perempuan tidak emmberikan izin masuk ke halaman rumah. Di akhir silat, pendekar pihak pengantin perempuan setapak demi setapak mundur dan mempersilahkan rombongan pengantin laki-laki masuk ke halaman rumah pengantin perempuan. Dalam acara silat berlaga ketika para pendekar-pendekar silat sedang berlaga dimeriahkan dengan pantun yang dikumandangkan oelh juru bicara pihak pengantin perempuan. Seperti pantun berikut ini : Sungai payung namanya kampung Tempat lahirnya laksamana hang Tuah silat berlaga sambung menyambung Majelis penyambutan menjadi meriah Makna pantun dalam acara silat berlaga di atas adalah acara silat berlaga dilaksanakan untuk memeriahkan suasana penyambutan rombongan pengantin lakilaki. Setelah acara silat berlaga selesai dilaksanakan, selanjutnya dengan acara tukar tepak di tengah halaman. Tukar tepak di tengah halaman dilaksanakan oelh dua orang wanita utusan daru kedua belah pihak pengantin. Acara tukar tepak di tengah halaman dilaksanakan di atas tikar yang telah dibentangkan di halaman rumah pengantin perempuan. Kedua utusan pengantin laki-laki dan wanita duduk berhadapan, lalu keduannya saling bersalaman dan menukar tepak sirih yang dibawanya. Acara tukar tepak di tenagh halaman dimeriahkan dengan pantun yang dikumandangkan oelh juru bicara pihak pengantin perempuan. Tujuan pantun yang dikumandangkan supaya janagan terjadi perselisihan antara kedua belah pihak pengantin. Seperti apa yang dikatakan juru bicara pihak pengantin perempuan berikut ini : Keris kedah kelang malaka Bandar Serawak kotanya ramai Habis sudah silang sengketa Tukar tepak tanda berdamai Makna pantun yang terdapat di dalam acara tukar tepak di atas adalah acara tukar tepak dilaksanakan dalam acara penyambutan rombongan pengantin laki-laki sebagai tanda perdamaian dan mempererat tali persaudaraan antara kedua belah pihak keluarga pengantin. Acara tukar tepak telah selesai dilaksanakan, acara penyambutan rombongan pengantin laki-laki dilanjutkan dengan acara tukar payung antara kedua belah pihak pengantin. Acara tukar payung dilaksanakan untuk menyambut pengantin yang datang. Seperti kata pantun berikut ini : Digulung benang digulung tali Dirajut benang buat selendang Payung datang payung menanti Guna menyambut pengantin yang datang Makna pantun yang terdapat dalam acara tukar payung di atsa adalah acara menukar payung antara kedua belah pihak pengantin dilaksanakan untuk menyambut rombongan pengantin laki-laki.

2002 digitized by USU digital library

14

Selesai dilaksanakan acara tukar payung, rombongan pengantin laki-laki disambut dengan acara perang bertih/bunga rampai yang dilaksanakan oleh dua orang ibu-ibu dari kedua belah pihak penagntin. Acara perang bertih/bunga rampai rampai ini dimeriahkan dengan pantun yang dikumandangkan oleh juru bicara pihak pengantin perempuan. Pantun yang diucapkan seperti bunyi pantun berikut ini : Perang bertih dan bunga rampai Tiup seruling dendang di palu Majelis penyambutan menjadi ramai Karena tibanya pengantin baru Makna pantun yang terdapat di dalam acara perang bertih di atas menyambut rombongan penagntin laki-laki dengan menaburi bunga rampai. Setelah perang bertih/bunga rampai dilaksanakan, rombongan penagntin dipersilahkan mamasuki halaman rumah pengantin perempuan sambil dikumandangkan pantun sidiran untuk pengantin lak-laki. Seperti pantun berikut ini : Buah sentul buah rambutan Ulam pegaga tumbuh di taman Senyum simpu; pengantin berjalan Rasa nak cepak duduk di pelaminan Makna pantun diatas adalah pengantin laki-laki yang sedang berjalan tersenyum dan di dalam hatinya ingi cepat duduk di pelaminan. Di depan pintu masuk rumah pengantin perempuan, pengantin laki-laki disambut dengan tari persembahan, yang dilakukan oleh para penari-nari dari pihak penagntin perempuan. Dalam acara tari persembahan ini, pantun dikumandangkan oleh juru bicara pihak pengantin perempuan untuk memeriahkan acara tari persembahan yang sedang berlangsung. Pantun yang diucapkan seperti pantun berikut ini : Tari persembahan lembaga adat Untuk emnyambut tamu terhormat Silaturahmi bertambah erat Kedua mempelai selalu mufakat Makna yang terdapat di dalam pantun di atas adalah tari persembahan dilaksanakan untuk menyambut tamu yang dihormati, serta mempererat tali silaturahmi atau persaudaraan antara kedua belah pihak keluarga pengantin dan kedua pengantin selalu seiasekata dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Selesai tari persemabhan dipergelarkan oleh para penari dari pihak penagntin perempuan, selanjutnya dilaksanakan acara hempang pintu, pintu di jaga oleh dua pria 9pemuda) yang berdiri di kiri dan kanan pintu, masing-masing memegang ujung kain panjang yang direntangkan. Melihat pintu dihadang oleh kedua pemuda, terjadilah berbalas pantun antara juru bicara kedua belah pihak pengantin. Tentang maksud dan tujuan pihak keluarga pengantin perempuan menghadang pengantin laki-laki di depan pintu. Seperti kita lihat dalam dialog pantun antara bicara kedua belah pihak pengantin berikut ini : Kagum melihat kain terhalang beginikah adat resam melayu Hajat yang baik kami yang datang Mengapa pula ada hempang pintu Hempang pintu resam melayu Kain panjang dipegang erat Begitulah adat zaman dahulu Pintu dihempang menurut adat

2002 digitized by USU digital library

15

Kalau tuan hamba pergi ke Gundaling Cobalah makan si buah jeruk Tapi kita sudah berundang Apakah sudah dibawa penawar sejuk? Orang Melayu masak ketupat Berisi pulut bercampur santan Tapi kita sudah berunding Apakah kita kan sudah mufakat Masalah apa pula yag menjadi hambatan Simpang laras sudah berdiri Bukan satu tapi dua Kalau hendak masuk sediakan kunci Baru pintu kami buka Pisang emas masak setandan kami letakkan di atas meja Kunci emas akan kami berikan Tolong pintu segera dibuka. Sambil memberikan dua buah uncang kepada penjaga pintu. Juru bicara penagntin laki-laki emminta agar pintu segera dibuka, tetapi dijawab oleh juru bicara pihak pengantin perempua bahwa belum dapat dibuka karena ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi yakni jari tangan pengantin laki-laki harus terlihat berinai. Seperti yang terdapat dalam pantun berikut ini : Indah nian pulau kampai Nelayan mudik di hari senja Jari pengantin sudahlah berinai Merupakan adat pustaka Mendengarkan pantun yang diucapkan oleh juru bicara pihak pengantin perempuan, juru bicara pihak pengantin laki-laki emnajwab pertanyaan tersebut dengan pantun : Pasir putih pantainya landai Disiram ombak selat Malaka Jari pengantin sudahpun berinai Kalau tak percaya silahkan Periksa Juru bicara pihak pengantin laki-laki mempersilahkan memeriksa jari pengantin laki-laki, ketika terlihat oleh pihak keluarga pengantin perempuan bahwa jari pengantin laki-laki dipersilahkan masuk ke dalam rumah. Makna pantun yang terdapat dalam acara hempang pintu dia tas adalah pihak pengantin laki-laki mengatakan bahwa maksud kedatangan rombongan penagntin laki-laki adalah baik, tetapi mereka terkejut melihat pintu rumah pengantin perempuan ada penghalang. Acara hempang pintu dilaksanakan karena sudah menjadi adat istiadat masyarakat melayu Deli dari zaman dahulu. Pintu dapat dibuka apabila pihak keluarga pengantin lak-laki memberikan kunci emas sebagai syarat adat dan menunjukkan kepada juru bicara penagntin perempuan bahwa jari tangan pengantin laki-laki memakai inai. Acara hempang pintu telah selesai dilaksanakan, selanjutnya rombongan pengantin laki-laki dipersilahkan masuk ke rumah. Sebelum dilanjutkan dengan acara hempang kipas, pengantin laki-laki terlebih dahulu harus memijak batu lagan diiringi dengan pantun yang diucapkan oleh juru bicara pihak pengantin perempuan. Pantun yang diucapkan seperti pantun berikut ini :

2002 digitized by USU digital library

16

Batu lagan di dalam talam Hinjakkan kaki di atas batu (kaki kanan pengantin laki-laki memijak batu yang berada di dalam talam) Silahkan pengantin masuk ke dalam Sudah emnajdi anak menantu Makna pantun di atas sebagai tanda bahwa pengantin laki-laki sudah menjadi bagian keluarga pihak pengantin perempuan. Selesai dilaksanakan acara pijak batu lagan, dilanjutkan dengan acara sembah mertua yakni menyalami orang tua pengantin perempuan yang sudah menanti di depan pelaminan. Acara sembah mertua diiringi dengan pantun yang diucapkan oleh juru bicara pihak pengantin perempuan. Pantun yang diucapkan seperti pantun berikut ini : Bukan merbuk sembarang merbuk Merbuk bersarang di dalam tempua Bukan sembah sembarang sembah Sembah menantu untuk mertua Makna pantun di atas adalah pengantin laki-laki yang melayani orang tua pengantin perempuan sebagai tanda bahwa pengantin laki-laki sudah menjadi bagian dari pihak keluarga pengantin perempuan permpuan dan menghormati orang tua pengantin perempuan seperti orang tua kandungnya sendiri. Sampai di depan pelaminan pengantin laki-laki belum boleh duduk di atas pelaminan karena di depan pelaminan dijaga dua orang wanita yang berdiri disebelah kanan dan kiri pelaminan. Masing-masing memegang ujung kain panjang yang direntangkan. Acara ini disebut hempang kipas. Dalam acara ini para penjaga pelamianan menuntut agar syarat adat hempang kipas diberikan. Dalam acara ini terjadi tanya jawab (berbalas pantun antara jurubicara kedua belah pihak pengantin). Bertindak sebagai juru bicara dalam acara hempang kipas ini adalah dua orang ibu bidan (mak inang). Isinya tanya jawab antara juru bicara (mak inang ) kedua belah pihak pengantin tersebut seperti pantun-pantun berikut ini : Nenek Maharani pandai menari Pandai emnari serampang dua belas Hempang pintu sudah kami lalui Mengapa pula ada sihempang kipas hempang kipas hempang menanti Menurut adat zaman ke zaman Jika ndak masuk sediakan kunci Baru pengantin duduk di pelaminan Lamalah sudah tegak berdiri Denga pengantin serta rombongan Apa syarat sebagai kunci Kami tak tahu tolong tunjukkan sungai Deli di tanah Deli belikan emas di hari petang Bukan kunci sembarang kunci Kunci emas tolong sediakan Situasi bangsa indonesia sekarang ini mengalami krisis ekonomi (moneter) dan krisi kepercayaan, pantun di bawah ini disesuaikan dengan situasi bangsa Indonesia. Hari ini masak genjer

2002 digitized by USU digital library

17

Dimasak pula dengan ikan basah Zaman ini zaman moneter Jangan pula banyak bertingkah Pisang emas masak setandan Mari letakkan di atas meja Kunci emas kami berikan Hempang kipas tolong dibuka Sungguh enak semban tuka-tuka Di dalam lukah ikan paitan Sebagai pelunak ikan paitan Sebagai pelunak hati penjaga Itulah syarat yang kami mintakan Sambil mempersembahkan pengantin laki-laki duduk di pelaminan. Makna pantun yang terdapat di dalam acara hempang kipas tersebut adalaj juru bicara (mak inang) pengatin lak-laki mengatakan bahwa setelah hempang pintu dilalui oleh rombongan pengantin laki-laki, masih ada lagi hempang kipas. Pelamian dapat di buka apabila pihak keluarga pengantin laki-laki memberikan kunci sebagai syarat adat. Selesai upacara hempang kipas pengantin laki-laki dipersialhkan duduk di pelaminan. Pengantin laki-laki duduk disebelah kanan pengantin perempuan, kemudian bertukar sirih genggam. Pelaksanaan tukar sirih genggam ini dipimpin oleh bidan pengantin dan memeriahkan dengan pantun. Seperti yang diucapkan oleh juru bicara (mak inang) pengantin perempuan berukut ini : Sirih genggam bunga berkarang Sungguh indah mata mememandang Kalau dahulu terbayang-bayang Tapi sekarang ini tidak ada lagi yang menjadi penghalang boleh dipegangpegang. Makna pantun di atas sebagai suatu pernyataan bahwa sejak saat ini, sang suami berkewajiban memberi nafkah lahir dan batin kepada istrinya. Dan sang istri berkewajiabn melayani suaminya sebagai istri yang sah menurut ajaran agama Islam. Acara tukar sirih genggam selesai dilaksanakna, selanjutnya dilaksanakan acara marhaban dan disertai doa Tujuan acara marhaban untuk memanjakan puji syukur kehadirat Allah SWT dan mendoakan kedua pengantin hidup berbahagia dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Acara marhaban dan disertai doa merupakan salah satu tata cara adat istiadat masyarakat Melayu Deli yang bersendikan ajran agama Islam. Selesai marhaban dan doa dikumandangkan, selanjutnya dilaksanakan acara tepung tawar. Acara tepung tawar dikenal sebagai salah satu tradisi adat istiadat melayu terutama dalam adat istiadat Melayu Deli, acara tepung tawar dari sejak zaman dahulu sampai sekarang masih tetap dipakai atau diselenggarakan dalam acara perkawinan. Penampung tawaran dilaksanakan oleh kedua belah pihak keluarga pengantin. Tahap pertama yang menampung tawari pengantin adalah pihak keluarga pengantin perempuan kemudian dilanjutkan pihak kelurga pengantin lakilaki. Dalam acara tepung tawar ini diucapkan pantun-pantun nasihat oleh juru bicara pihak pengantin perempuan untuk mengatakan makna dan tujuan diadakan acara tepung tawar suapaya tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Makna dan

2002 digitized by USU digital library

18

tujuan diadakan acara tepung tawar seperti yang terdapat pada pantun-pantun berikut ini: Kain plekat coraknya asli Dibawa mandi di laut tawar Sudah mufakat sanak famili Maka dibuatlah acara si tepung tawar Sungguh indah resam Melayu Sudah menjadi pusaka lama Bukan mudah mencampur baur Antara adat dan agama Nuri dan tiung burung di belukar Getah menjerat kedua kakinya Hati-hati menepung tawar Salah niat syirik jadinya Sambil memanggil para penampung tawar, bait-bait pantun sebagai penggiring acara tepung tawar terus dikumandangkan supaya acara tepung tawar menajdi meriah. Pantun-pantun penggiring acara tepung tawar yang dikumandangkan oelh juru bicara pihak pengantin perempuan seperti pantun-pantun berikut ini : Tepung tawar lembaga adat Penggiring pengantin tetap selamat Dirinya damai sehat afiat Seia sekata selalu mufakat Bahan dipakai untuk tepung tawar Dibagi tiga bahagian besar Pengupah semanagt kemabli tegar Ujud semula sebagai penawar Beras kuning dan beras putih Padi direndang menjadi bertih Kasih sayang tiada terpilih Terbit dari hati yang bersih Limau purut dikerat-kerat Bercampur langir tanda sepakat Daun perinjis disimpan erat Tiada bercerai hingga kiamat Setelah selesai memanggil para penampung tawar, acara tepung tawar ini ditutup dengan pantun seperti berikut ini : Tepung tawar dirinjis-rinjis Pada mempelai dua sejoli Terima kasih kami kepada majelis Memberi restu kami kepada majelis Tepung tawar selesailah sudah Memenuhi lembaga adat pusaka Pada Illahi kita meminta Semoga mempelai bahagia Selamat sejahtera sepanjang masa

2002 digitized by USU digital library

19

Makna pantun yang terdapat di dalam acara tawar adalah acara tepung tawar di buat karena ada kata sepakat antara kedua belah pihak keluarga pengantin. Menurut sejarah acra tepung tawar merupakan warisan budaya Hindu tetapi setelah agama Isalam masuk ke Indonesia, dan dianut oleh masyarakat Melayu terutama Melayu Deli, maksud dan tujuan diadakan tepung tawar disesuaikan dengan ajaran agama Islam yakni alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan dalam acara tepung tawar dijaki dan dianalisiskan makna dan tujuannya agar tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Acara tepung tawar merupakan salah satu tradisi masyarakat Melayu Deli sebagai ungkapan doa restu dari kedua belah pihak kelaurga pengantin supaya pengantin selalu berbahagia dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Setelah selesai acara tepung tawar dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara makan nasi hadap-hadapan. Acara makan nasi hadap-hadapan dihadiri oleh perempuan (ibu-ibu) saja dari kedua belah pihak keluarga pengantin, sedangkan laki-laki menurut adat istiadat Melayu Deli tidak boleh ikut serta. Kedua pengantin dibawa kesuatu ruangan atau di depan pelaminan yang sudah terhidang hidangan nasi hadap-hadapan lengkap dengan lauk-pauk, kue, haluwa dan bunga-bunga yang berbuat dar manisan buah-buahan. Posisi yang biasa dilakukan dalam makan nasi hadapa-hadapan yakni kedua pengantin duduk berbaris empat persegi panjang. Dan di depan pengantin diletakkan sebuah pahar berisi empat nasi lemak atau nasi minyak, diatas nasi tersebut tertancap bunga yang terbuat dari manisan buahbuahan. Acara makan nasi hadap-hadapan ini dipimpin oleh wanita yang bertindak sebagai juru bicara dan di dalam adat Melayu Deli disebut mak inang ditambah dua orang pendamping pengantin dan setiap acara yag berhadap-hadapan dimulai dengan dikumandangkannya pantun berikut ini : Menurut adat resam Melayu Sudah teradat sejak dahulu Bila tepung tawar telah berlalu Nasi hadp-hadapan menanti pula Sanak keluarga duduk berkumpul Bersama juadah sudah diatur Kedua pengantin tersenyum simpul Melihat keluarga saling bertutur Nasi pengantin terhidang sudah Lauk pauknya kue dan haluwa Disusun rapi ditata indah Laksana taman bertabur bunga. Setelah pantun di atas dikumandangkan, juru bicara pihak pegantin perempuan (mak inang) memerintahkan kepada kedua pengantin untuk berebut bunga di atas nasi hadap-hadapan sebanyak tiga kali cabut dan bunga yang dicabut harus berlainan warna. Setelah acara emncabut bunga selesai, jur bicara pihak pengantin perempuan menyuruh kedua bidan pendaping untuk memusing tempat nasi hadap-hadapan sebanyak tiga kali dan mambasuh tangan kedua pengantin karena acara berebut ayam panggang segera dimualai. Acara berebut ayam panggang diiringi dengan pantun yang dikumandangkan mak inang untuk menyatakan maksud dan tujuan dari acara makan nasi hadap-hadapan tersebut. Sperti pantun berikut ini : Nasi dihidangkan mangkok bertalam Dihiasi dengan bunga-bungaan Nasi diisi seekor ayam

2002 digitized by USU digital library

20

Akan direbut dengan cetakan Setelah tangan dibasuh bersih Menunggu aba-aba bidan pengantin Dengan nama Tuhan Maha Pengasih Perebutan dimulai lahir dan batin Tangsan dibenam ke dalam nasi Mereka mencari kian kemari Ayam panggang tujuan di hati Hendak dikuasai seorang diri Keras-keras buah Malaka Beragam bentuk ke Melayu Bergegas tangan meraba-raba Ayam panggang hendak dituju Tetapi apa konon telah terjadi Suami tersentuh tangan sang istri Diremas mesra jari jemari Ayam panggang tak lagi peduli Bidan pengantin menjadi curiga Mengapa perebutan tak selesai juga Di dalam hati bidan tertawa Terbayang pengalaman di masa muda Medan dahulu bernama Deli Warganya ramah rukun berjiran Sibuk mempelai asyik mencari Siapa dulu dia mendapat Dialah menjadi pemimpin rumah tangga sejati Ketika ayam panggang yang direbut sudah diketahui siapa pemegangnya, diumumkan kepada hadirin yang hadir dengan berpantun-pantun, seperti pantun berikut ini : Nasi hadap-hadapan mengandung makna Lambang mufakat seia sekata Hasil rebutan diumumkan pula Kepada sidang majelis yang berbahagia Sang suami mendapat kepala Lambang pemimpin di rumah tangga Sang istri mendapat paha Lambang kesuburan yang mulia Mak inang memerintahkan kedua pengantin duduk berhadapan, untuk bersulang minum dan dan makan. Selanjutnya mak inang memberi aba-aba supaya acara bersulang dimulai sambil mengumandangkan pantun seperti berikut ini : Nasi hadap-hadapan mengandung arti Bagi pengantin muda bestari Bersuap-suapan suami istri Lambang kasih murni nan cinta

2002 digitized by USU digital library

21

Acara makan nasi hadap-hadapan ditutup dengan pantun seperti pantun berikut ini : Nasi hadap-hadapan selesailah sudah Merupakan lembang adat Melayu Majelis keluarga menjadi meriah Silaturahmi rukun hidup terpadu Makna pantun yang terdapat di dalam acara makan nasi hadap-hadapan di atas adalah apabila acara tepung tawar telah selesai dilaksanakan dilanjutkan dengan acara makan nasi hadap-hadapan. Acara makan nasi hadap-hadapan menimbulkan kesan silaturahmi bertambah erat antara kedua belah pihak keluarga pengantin sebab sebelum acara dimulai kedua belah pihak keluarga pengantin sudah memperkenalkan diri. Nasi hadap-hadapan yang terhidang diibaratkan seperti taman bunga yang indah. Setelah tangan pengantin dicuci bersih, acara mencari mustika terpendam(ayam panggang) dimulai dengan menyambut nama Allah SWT untuk dikuasai seorang diri tetapi apa yang terjadi ketika suami menyentuh tangan istrinya, mencari ayam panggang tidak selesai dan di dalam hati bidan pengantin tertawa karena terbayang pengalaman di masa muda. Pemenang merebut ayam panggang diumumkan kepada yang hadir di dalam acara tersebut. Apabila suami mendapat kepala ayam panggang melambangkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan apabila istrinya mendapat paha ayam melambangkan sebagai seorang ibu yang akan memberikan keturunan. Acara makan nasi hadaphadapan mengandung arti cinta kasih murni antara istri dan merupakan salah satu adat istiadat masyarkat Melayu Deli. Acara makan nasi hadap-hadapan telah selesai dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan acara serah terima pengantin laki-laki kepada pihak keluarga pengantin perempuan. Acara serah terima pengantin dilaksanakan sebelum rombongan yang mengantar pengantin laki-laki pulang. Pengantin duduk bersimpuh dan pengantin laki-laki duduk bersila, beralaskan permadani atau kain panjang di depan pelaminan. Acara serah pengantin ini dimulai oleh wakil pihak keluarga pengantin laki-laki untuk menyampaikan kata-kata serah terima. Kemudian kata penyerahan dari pihak keluarga pengantin laki-laki disambut oleh yang mewakili pihak keluarga pengentin perempuan. Kata-kata yang diucapkan dalam acara serah terima pegantin disampaikan dengan cara berpantun yakni untuk menyampaikan kata-kata nasihat atau petuah-petuah orang tua. Seperti pantun berikut ini : Selain daripada ucapan Syukur wahai Tuhan Dan terima kasih yang tiada hingganya Padamu wahai budiman Hutang wajib dibayar, janji wajib ditepati Maka pada hari ini kami datang menepati janji Mengantar anak kami pengantin laki-laki Untuk dipersandingkan dengan anak kami Nilawati Di rumah yang bertuah ini Maka selesailah sudah hutang kami Oleh sebab itu sekejab lagi kami akan memohon diri Tetapi, sebelum kami bergerak sila melangkah keluar Bendul pintu rumah yang bertuah ini Inginlah kami lebih dahulu menyerahkan anak kami Pengantin laki-laki

2002 digitized by USU digital library

22

Pada saat ini kami menyerahka anak kami, Fazly Anshari kepada tuan, karena mulai saat ini resmilah ianya menjadi anak bagi keluarga tuan di rumah ini. Dalam kata penyerahan ini inginlah kami menyatakan, bahwa anak kami Fazly Anshari Umur baru setahun jagung Darah biru setumpuk pinang Tegap tinggi, bukan pada dengan ilmu dihitung Tetapi karena dek lemak daging dan tulang Sebab itu jangan heran kalau ia : Belum paham resam-resi Belum mahir basa basi Belum fasih bertutur sapa Usahkan beradat berlembaga Anak kami Fazly Anshari Sekejab kagi kami akan kembali Tetapi engkau tinggal di sini Jangan bimbang jangan sangsi Karena engkau sudah menjadi anak dari keluarga di rumah yang bertuah ini Jangan engkau seperti : Merak khayangan Hanya pandai bersolek diri Hilir mudik ekor dikembangkan Mencari puji meminta puji Indah budi baik pererti Coba engkau lihat rumpun padi Kian berisi kian runduk ke bumi Tak bosan berbakti kepada insani Anaknda kedua pengantin baru, hidup berumah tangga tidaklah : Selamannya tenang seperti air di tempatnya Tetapi bak lautan Terkadang renang terkadang beriak bergelombang Bahkan badai ribut dan bertopan Terbang sekawan burung enggang Hinggap di dalam pohon kenari Hidup berumah tangga tegang menegang Silang sengketa jangan dicari Akhirnya : Padamu wahai jauhari Bolehkah kami menumpang tari Mudah-mudahan umur kita sama panjang Dilain kesempatan kita bertemu kembali

2002 digitized by USU digital library

23

Maka pantun-pantun yang terdapat di dalam acara serah terima pengantin di atas adalah ucapan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena acara peresmian dapat dilaksanakan. Untuk memenuhi janji yang diucapkan dan diikrarkan pada acara ikat janji, selesai hutang janji dibayar. Pada saat ini pengantin laki-laki diserahkan kepada keluarga pengantin perempuan dan resmi menjadi bagian keluarga di rumah ahli bait. Kemudian diucapkan kata-kata nasehat kepada kedua pengantin agar dapat menjalankan kehidupan berumah tangga yang penuh dengan rintangan dan godaan. Selesai acara serah terima pengantin dilaksanakan, selesai pulalah acara adat peresmian akan tetapi acara opesta diteruskan untuk menyambut tamu-tamu yang diundang.

DAFTAR PUSTAKA

2002 digitized by USU digital library

24

Admansyah, Tengku. 1987. Peranan Budaya Melayu Sebagai Sub Kultur Kebudayaan Nasional. Medan : Yayasan Karya Budaya Nasional. Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Bandung: Angkasa Aminuddin. 1993. Sekitar Masalah Sastra. Minang : Yayasan Asih, Asah, Asuh Damono, Soepardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Djajasudarman, T. Fatimah. 1993. Metode inguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung : Eresco. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta : Balai Pustaka Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 2. Jakarta : Erlangga. Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yokyakarta : Pustaka Pelajar. Hardjana, Andre. 1981. Kritik sastra. Jakarta : Gramedia. Ikram, Achdiati. 1989. Bunga Rampai Bahasa Intermasa.

Sastra dan Budaya. Jakarta :

Lubis, Mochar. 1997. Sastra dan Tekniknya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Panuti, Sudjiman. 1994. Filologi Melayu. Jakarta : Pustaka Jaya. Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa. Suprapto. 1991. Kumpulan Istilah Apressiasi Sastra Bahasa Indonesia. Surabaya : Indah. Subagyo, P. Joko. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Siregar, Ahmad Samin. 1994. Apresiasi Puisi. Medan : USU Press. Siregar, Ahmad Samin. 1994. Bunga Rampai Sastra Tradisi di Indonesia. Medan : USU Press. Sitorus, J. 1995. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Tarsito. Waluyo, Herman. J. 1994. Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastar. Surakarta : Sebelas Maret Universitas Press.

2002 digitized by USU digital library

25