Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya - Universitas ...

8 downloads 348 Views 913KB Size Report
1. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA. Pusaka 1 Jakarta. Amie Ristianti. Fakultas Psikologi.
Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. Amie Ristianti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Abstraksi Daftar pustaka 1983 - 2008 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswasiswi SMA Pusaka 1 Jakarta dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 150 responden. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan kuesioner. Untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya digunakan skala dukungan sosial yang berbentuk skala likert, yang disusun berdasarkan komponen dukungan sosial menurut Weiss (dalam Cutrona, 1994). Untuk mengukur identitas diri pada remaja digunakan skala identitas yang berbentuk skala likert, yang disusun berdasarkan komponen identitas diri menurut Rogow (dalam Rice, 1996). Uji validitas dan reliabilitas untuk skala dukungan sosial diketahui memiliki validitas korelasi total item antara 0,318 sampai dengan 0,644, dengan reliabilitas sebesar 0,932. Untuk skala identitas diri diketahui memiliki validitas korelasi total item antara 0,319 sampai dengan 0,541, dengan reliabilitas sebesar 0,930. Nilai normalitas untuk skala dukungan sosial pada Kolmogorov Smirnov sebesar 0,200 (p > 0,05) dan untuk skala identitas diri 0,200 (p > 0,05) sehingga dapat diketahui bahwa data dari kedua skala tersebut adalah normal. Linearitas yang diperoleh dari signifikansi anova untuk kedua skala sebesar 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat juga diketahui bahwa data dari kedua skala tersebut adalah linier. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji hubungan diketahui koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,565 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta diterima. Dengan demikian “terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. Kata Kunci : Dukungan Sosial Teman Sebaya, Identitas Diri.

1

PENDAHULUAN

1989)

juga

mengatakan

bahwa,

menjadi

Latar Belakang Masalah

seseorang berarti juga bahwa oleh rang lain dan manusia

masyarakat dirinya diakui sebagai ’seorang

dengan ciri khasnya masing-masing. Manusia

pribadi’, yang memiliki peranan yang jelas dan

tidak ada yang sama persis di dunia ini walaupun

berarti. Oleh karena itu individu tersebut akan

dengan saudara kembarnya sendiri. Manusia

berusaha membentuk identitas dirinya. Identitas

kembar memiliki wajah yang sama seperti

diri pada setiap individu dibentuk ketika individu

halnya kembar identik, namun kepribadian,

mulai memasuki masa remaja.

Tuhan

menciptakan

setiap

kemampuan dalam mengatur orientasi hidup dan

Menurut Santrock (2003), masa remaja

lain-lain pasti ada perbedaannya (Erikson dalam

adalah periode transisi, saat seorang individu

Cremers, 1989).

mengalami perubahan fisik dan psikologis dari

Waktu yang diperlukan manusia sebagai

kanak-kanak menjadi dewasa. Santrock (2003)

individu untuk dapat menyadari persamaan dan

juga mengatakan bahwa, pada masa transisi ini,

perbedaan dirinya dengan orang lain tidaklah

remaja dipandang dari dua sisi yang berlainan, di

singkat. Individu membutuhkan proses yang

satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang

panjang untuk dapat memahami siapa dirinya.

mandiri tanpa bantuan orang tuanya lagi namun

Menurut Cremers (1989), pertanyaan mengenai

di sisi lain remaja masih membutuhkan bantuan

”siapakah aku” seringkali muncul di dalam

dari orang tuanya. Hal ini terlihat dari hasil

proses pemahaman diri, namun untuk memberi

penelitian yang dilakukan Agustiani pada tahun

jawaban atas pertanyaan ”siapakah aku” sangat

2002 yang mengatakan bahwa, remaja masih

sulit, karena jawaban ’siapa aku’ ini berkaitan

menunjukkan ketergantungan terhadap orang tua

dengan identitas yang dimiliki oleh individu.

terutama jika dihadapkan pada masalah penting yang menyangkut kehidupannya.

Identitas, jelas diperlukan individu agar dapat menjalankan kehidupannya. Individu yang

Meskipun remaja masih bergantung pada

tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai

orang tuanya, namun intensitas ketergantungan

dirinya, akan lebih besar kemungkinannya hidup

tersebut telah berkurang dan remaja mulai

dalam

mendekatkan

ketidakpastian

serta

tidak

mampu

diri

pada

teman-teman

yang

menyadari keunggulan maupun kekurangan yang

memiliki rentang usia yang sebaya dengan

ada pada dirinya. Individu tersebut akan menjadi

dirinya. Remaja mulai belajar mengekspresikan

individu yang tidak percaya diri dan tidak

perasaan-perasaan dengan

memiliki kebanggaan pada

matang dan berusaha memperoleh kebebasan

dirinya

sendiri

cara

yang lebih

emosional dengan cara menggabungkan diri

(Gardner, 1992). 1989)

dengan teman sebayanya (Desmita, 2005). Hal

berusaha

senada dikemukakan oleh Mappiare (dalam

membenarkan penegasannya bahwa ’aku adalah

Manan, 1993) yang mengatakan bahwa, selain

seseorang’. Selanjutnya Erikson (dalam Cremers,

dengan orang tua, remaja dapat memenuhi

Erikson mengatakan

(dalam bahwa,

Cremers, individu

2

kebutuhan-kebutuhan dirinya melalui teman

dihadapkan pada suatu masalah. Hal tersebut

sebayanya.

dapat menimbulkan keyakinan pada diri remaja 2006)

bahwa apapun yang dilakukan oleh remaja akan

menegaskan bahwa kelompok teman sebaya

mendapatkan dukungan dari teman sebayanya.

merupakan dunia nyata remaja yang menyiapkan

Menurut Tarakanita (2001), dukungan sosial

tempat remaja menguji dirinya sendiri dan orang

yang bersumber dari teman sebaya dapat

lain. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan

membuat remaja memiliki kesempatan untuk

remaja merupakan keharusan, untuk itu seorang

melakukan berbagai hal yang belum pernah

remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik

mereka lakukan serta belajar mengambil peran

untuk memperoleh dukungan dari kelompok

yang baru dalam kehidupannya. Remaja mampu

teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan

menjalankan peran sosialnya di masayarakat

teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam

apabila

berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah

membentuk identitas dirinya.

Benimof

(dalam

Al-Mighwar,

remaja

tersebut

telah

berhasil

kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba

Identitas diri adalah perasaan-perasaan

berbagai hal yang baru serta saling mendukung

yang berasal dari apa yang individu pikirkan

satu sama lain (Cairns & Neckerman, 1988). Hal

mengenai dirinya dan apa yang individu pikir

senada dikemukakan oleh Tarakanita (2001)

orang lain pikirkan mengenai diri individu

yang mengatakan bahwa, teman sebaya selain

tersebut (Gardner, 1992). Individu yang sedang

merupakan

remaja

membentuk identitas diri adalah individu yang

mengenai berbagai macam hal, juga dapat

ingin menentukan siapakah dan apakah dirinya

memberikan kesempatan bagi remaja untuk

pada saat ini serta siapakah atau apakah yang

mengambil peran dan tanggung jawab yang baru

individu inginkan di masa yang akan datang.

sumber

referensi

bagi

Menurut Erikson (dalam Pudjijogyanti,

melalui pemberian dorongan (dukungan sosial). Dukungan sosial adalah bantuan yang

1988), perubahan psikologis dan tuntutan dari

diterima individu dari orang lain atau kelompok

lingkungan untuk dapat bersikap mandiri juga

di sekitarnya, dengan membuat penerima merasa

dialami oleh remaja. Hal inilah yang membuat

nyaman, dicintai dan dihargai (Sarafino, 1994).

remaja merasa perlu untuk mencari tahu tentang

Konsep operasional dari dukungan sosial adalah

siapa dirinya dan apa yang membedakan dirinya

perceived support (dukungan yang dirasakan),

dari orang lain. Pembentukan identitas diri yang

yang memiliki dua elemen dasar diantaranya

terjadi pada remaja merupakan salah satu cara

adalah persepsi bahwa ada sejumlah orang lain

untuk mengatasi kegoncangan yang dialami

dimana seseorang dapat mengandalkannya saat

setiap individu dalam melalui masa remajanya. Kegoncangan yang dialami oleh remaja

dibutuhkan dan derajat kepuasan terhadap

merupakan bagian dari krisis identitas

dukungan yang ada (Dimatteo, 2004).

yang

Melalui dua elemen dasar dari dukungan

harus dilewati dan diselesaikan (Junir, 1996).

yang dirasakan remaja yang diperoleh dari teman

Selanjutnya Junir (dalam Cremers, 1989) juga

sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang apabila

menyatakan, bahwa kesadaran dalam diri akan

3

kepastian jalan yang ditempuh dan keyakinan

membentuk identitas dirinya yang stabil akan

tentang pengakuan dari orang lain akan diperoleh

memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang

remaja apabila remaja mampu melewati dan

dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya

menyelesaikan

Sebaliknya,

dengan orang lain, menyadari kelebihan dan

apabila krisis gagal diatasi dan diakhiri dengan

kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap

baik maka selama masa dewasanya remaja

terhadap berbagai situasi, mampu mengantisipasi

tersebut akan mengalami kekaburan tentang

tantangan masa depan serta mengenal perannya

peranan dirinya dalam masyarakat, sehingga

dalam masyarakat. Oleh karena itu, dukungan

pada akhirnya remaja tersebut tidak mengetahui

sosial merupakan salah satu hal penting untuk

akan menjadi apa dirinya kelak dan siapakah

pembentukan identitas diri seorang remaja. Hal

dirinya dalam pengamatan orang lain (Erikson

ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan

dalam Cremers, 1989).

oleh Elleny (2007), bahwa dukungan sosial yang

krisis

identitas.

dapat

bersumber dari kelompok teman sebaya dapat

menyelesaikan krisis identitas dalam upaya

membantu remaja mengatasi krisis dalam upaya

membentuk identitas dirinya, remaja sangat

pencapaian identitas.

membutuhkan dukungan dari teman sebayanya.

Hilman

Oleh

karena

itu

untuk

(2002)

menjelaskan

bahwa,

Dirgagunarsa (1989) menyatakan bahwa, dari

dukungan dari teman sebaya membuat remaja

dukungan sosial yang didapat melaui teman

merasa memiliki teman senasib, teman untuk

sebayanya remaja dapat memperoleh timbal

berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan

balik atas apa yang remaja lakukan dalam

kegiatan kreatif sifatnya , saling menguatkan

lingkungan sosialnya sehingga remaja menjadi

bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih

tahu kelebihan dan kekurangan yang ada pada

baik dan memungkinkan remaja memperoleh

dirinya, selain itu remaja dapat memperoleh

rasa nyaman, aman serta rasa memiliki identitas

informasi-informasi penting terkait dengan hal

diri. Hilman (2002) juga memaparkan bahwa,

apa saja yang harus remaja lakukan agar remaja

dukungan teman sebaya biasanya terjadi dalam

mampu membentuk identitas dirinya.

interaksi sehari-hari remaja, misalnya melalui

Melalui informasi yang diperoleh melalui

hubungan akrab yang dijalin remaja bersama

teman sebaya dalam bentuk dukungan sosial,

teman sebayanya melalui suatu perkumpulan di

remaja dapat mengetahui dan mengerti mengenai

kehidupan

siapa dirinya, apakah yang remaja inginkan di

lingkungan sekolah.

harus

dijalankan

dalam

salah

satunya

ialah

Berbagai macam perkumpulan maupun

masa yang akan datang serta peran sosial apa yang

sosialnya,

organisasi terdapat di sekolah, salah satunya

kehidupan

sosialnya. Dalam hal ini remaja sudah mampu

melalui

membentuk identitas dirinya yang optimal.

(Pudjijogyanti,1988). Selanjutnya Pudjijogyanti

Senada dengan pernyataan yang dikemukakan

(1988) juga menyatakan bahwa, melalui ekstra

oleh Erikson (dalam Thornburg, 1982) yang

kulikuler, remaja dapat saling berinteraksi dan

menyatakan bahwa, remaja yang telah berhasil

saling mengakarabkan diri. Ditinjau dari sudut

4

kegiatan

ekstra

kulikuler

1. Manfaat Teoritis

perasaan saling berbagi dan pemberian dukungan melalui perkumpulan maupun organisasi yang

Penelitian

ini

ada di sekolah, maka penelitian ini menggunakan

memberikan sumbangan ilmiah bagi

sampel siswa-siswi SMA Pusaka 1 Jakarta.

perkembangan psikologi,

SMA Pusaka 1 Jakarta merupakan sekolah

diharapkan

kemajuan

dapat

ilmu

khususnya

psikologi

umum swasta yang terletak di Jl. Pahlawan

perkembangan dan memperkaya hasil

Revolusi No. 89 Pondok Bambu, menyediakan

penelitian yang telah ada. Hal ini

waktu yang cukup banyak bagi remaja siswa-

dilakukan

siswinya untuk dapat saling berinteraksi dengan

tambahan data empiris yang telah teruji

lingkungan sosial sekolahnya. Waktu untuk

secara

kegiatan belajar sekitar delapan jam setiap hari,

antara dukungan sosial teman sebaya

ditambah waktu untuk ekstra kulikuler setelah

dengan identitas diri pada remaja di

waktu belajar memberikan kesempatan bagi para

SMA Pusaka 1 Jakarta.

siswa-siswi

SMA

Pusaka

1

untuk

dapat

2.

dengan

ilmiah

cara

mengenai

memberi

hubungan

Manfaat Praktis

berinteraksi serta mengakrabkan diri melalui Hasil penelitian ini diharapkan

berbagai macam organisasi dan ekstra kulikuler

dapat memberi gambaran mengenai

yang ada. Di dalam organisasi sosial tersebut

peranan dukungan sosial teman sebaya

remaja bersama teman-temannya dapat saling

terhadap identitas diri remaja, sehingga

bertukar informasi, memberikan perhatian dan

diharapkan

saling memberikan dukungan sosial satu sama

para

remaja

dapat

menyadari arti dan makna pemberian

lain yang pada akhirnya dapat membantu dalam

dukungan sosial oleh kelompok teman

proses pembentukan identitas diri remaja.

sebayanya serta lebih

Dari uraian di atas, maka rumusan

meningkatkan

interaksi dengan teman sebayanya guna

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada

memperoleh

hubungan antara dukungan sosial teman sebaya

dukungan

tersebut,

sehingga dapat membantu remaja dalam

dengan identitas diri pada remaja di SMA

mencapai identitas diri yang optimal.

Pusaka 1 Jakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Penelitian

Identitas Diri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Pengertian Identitas Diri

hubungan antara dukungan sosial teman sebaya

Identitas diri merupakan kesadaran

dengan identitas diri pada remaja di SMA

individu untuk menempatkan diri dan

Pusaka 1 Jakarta.

memberikan arti pada dirinya dengan tepat di dalam konteks kehidupan (Zanden,

Manfaat Penelitian

1990).

Penelitian ini diharapkan memiliki 2 manfaat,

Desmita

(2005)

merumuskan

identitas diri sebagai suatu kesadaran akan

yaitu :

5

kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta

dengan memperhatikan kemampuan serta

keyakinan yang relatif stabil sepanjang

keterbatasan yang dimilki.

rentang

kehidupan,

berbagai

sekalipun

perubahan.

Pernyataan

Achieved identity akan menjadi inti

terjadi

pribadi

lain

individu

yang

telah

berhasil

menyebutkan bahwa identitas diri adalah

melewati proses dari kebingungan tentang

proses menjadi seorang yang unik dengan

siapa dirinya dan apa yang diinginkan dalam

peran yang penting dalam hidup (Erikson

hidupnya

(diffused),

dalam Papalia & Olds, 2001).

pilihan

dari

orang

mempertimbangkan

Dari beberapa pendapat ahli di atas

menerima

pilihan-

tua

tanpa

alternatif

lain

maka dapat disimpulkan bahwa identitas diri

(foreclosure), kemudian melakukan usaha

adalah

untuk

aktif dalam menghadapi krisis (moratorium)

menempatkan diri dan memberi arti pada

dan akhirnya dapat memahami pilihan yang

dirinya sebagai seorang pribadi yang unik,

realistik, membuat pilihan dan berperilaku

memiliki keyakinan yang relatif stabil, serta

sesuai dengan pilihannya tersebut (Marcia

memiliki peran penting dalam konteks

dalam Rice, 1990).

kesadaran

individu

kehidupan bermasyarakat. Komponen-komponen dalam Identitas Diri

Proses Pembentukan Identitas Diri 1996)

Yang termasuk ke dalam komponen

mengemukakan bahwa, individu yang telah

identitas menurut Rogow dkk (dalam Rice,

melalui masa krisis dan telah menetapakan

1996) adalah:

komitmen

a.

Marcia

di

(dalam

dalam

Rice,

hidupnya

berarti

Fisik (physical)

individu tersebut sudah mencapai identitas

Papalia & Olds (1988) mengemukakan

dirinya dengan optimal (achieved identity).

perkembangan fisik pada umumnya

Krisis menyangkut suatu masa dimana

ditandai oleh perkembangan:

secara aktif terlibat dalam proses pemilihan

1) Kelamin primer; yakni perkembangan

beberapa alternatif, sedangkan komitmen

pada

menyangkut

dalam

reproduksi baik remaja pria maupun

pemilihan yang diekspresikan oleh individu

wanita. Pada remaja pria misalnya

(Marcia dalam Rice, 1996).

perkembangan pada testes, penis,

suatu

ketetapan

telah

mengalami

krisis

kelamin

dan

alat-alat

scrotum, seminal vesides dan prostat

Individu dengan achieved identity berarti

alat

dan

glands.

Sedangkan

pada

remaja

krisis

wanita misalnya perkembangan pada

dilakukan dengan cara mengevaluasi secara

ovarium, tube falopi, uterus dan

hati-hati dan cermat berbagai alternatif dan

vagina.

pilihan yang tersedia. Individu membuat

2) Kelamin

menyelesaikannya.

Penyelesaian

perkembangan

sendiri kesimpulan dan keputusan yang tepat

6

sekunder; seperti

yakni perubahan

suara,

perubahan

kulit,

mandiri dan beroreientasi pada prestasi,

dan

sedangkan perempuan diharapkan untuk

tumbuhnya rambut-rambut halus.

lebih

Pada aspek perkembangan fisik

pengasuhan,

remaja juga ditandai dengan adanya

penghormatan, kurang mandiri, empati

perasaan puas dan tidak puas terhadap

dan

keadaan tubuhnya. Sebagaimana yang

(Papalia

dijelaskan oleh Gunn dkk (dalam

perkataan

Santrock, 2003) bahwa pada umumnya

menjadi seorang yang maskulin dan

remaja putri lebih kurang puas dengan

seorang perempuan diarahkan menjadi

keadaan tubuhnya, dikarenakan lemak

seorang feminin. Semua

tubuhnya bertambah, sedangkan remaja

terlepas

putra menjadi lebih puas mungkin

ditimbulkan dari proses mengamati

karena massa ototnya meningkat (Gross

orang-orang yang ada di sekitarnya,

dalam Santrock, 2003).

baik orang tua dan khususnya teman-

mempertahankan &

Olds,

lain,

hubungan

2001).

laki-laki

oleh

Dengan diarahkan

ini tidak

pengaruh

yang

teman sebaya.

Ketika remaja mampu melihat

Dalam

perbedaan dengan orang lain dalam hal

b.

memberikan

hubungannya

dengan

ciri kondisi fisiknya, remaja telah

pengaruh teman sebaya, terlihat mereka

mampu membentuk identitas dirinya.

dapat saling mengajarkan satu dengan

Peran jender

yang lainnya perilaku maskulin bagi merupakan

remaja laki-laki dan feminin bagi

deskripsi atau gambaran masyarakat

remaja perempuan (Santrock, 2003).

mengenai karakteristik, cara berpikir

Ketika

dan tingkah laku yang tepat untuk

membentuk suatu kepribadian (baik

dilakukan oleh seorang laki-laki atau

maskulin atau feminin) dalam diri dan

perempuan (Sarwono, 2007).

perilakunya maka remaja tersebut telah

Peran

jender

remaja

tersebut

telah

Bem (dalam Sarwono, 2007)

berhasil menentukan identitas dirinya

meyatakan ada dua macam manusia

sebagai seorang laki-laki atau seorang

ditinjau dari peran seksualnya:

perempuan. c.

1) Tipe maskulin, yaitu sifat kelaki-

Sosial (Social) Remaja dalam dunia sosialnya

lakiannya di atas rata-rata, sifat

berusaha untuk mencapai kedewasaan,

kewanitaannya kurang dari rata-rata. sifat

ia ingin melibatkan diri dalam berbagai

kewanitaannya di atas rata-rata, sifat

macam kegiatan dan berusaha semampu

kelaki-lakiannya kurang dari rata-

mungkin

rata.

pengakuan dari orang yang berada di

2) Tipe

feminin,

yaitu

yang

untuk

mendapatkan

Dalam kaitannya dengan identitas,

sekitarnya (Panudju & Umami, 1999).

laki-laki diharapkan untuk aktif, agresif,

Dengan mendapatkan pengakuan dari

7

d.

orang di sekitarnya, maka remaja

inginkan

tersebut telah

identitas

jalani untuk kehidupan di masa

dirinya yang diakui dalam masyarakat

depannya. Pada tahap ini pemikiran

tempat tinggalnya.

berubah dari yang kurang subjektif

Pemilihan Karir (vocational)

hingga pilihan karir yang lebih

membentuk

Menurut

Ginzberg

dan

sanggup

mereka

realistis.

(dalam

Santrock, 2003) individu akan melewati

Perkembangan karir berhubungan

tiga tahap dalam pemilihan karir antara

dengan perkembangan identitas dalam

lain:

masa

1) Tahap Fantasi (Fantasy Period):

Santrock 2003). Remaja yang lebih jauh

yakni pada tahun-tahun awal masuk

terlibat dalam proses pembentukan

sekolah, dimana pemilihan karir

identitas

lebih pada hal yang aktif dan

karirnya

menyenangkan serta tidak realistis.

berikut untuk mencapai tujuan jangka

Keputusan

pendek maupun jangka panjang mereka

diambil

secara

remaja

(Vondracek

lebih dan

dalam

sanggup

memilih

menentukan

langkah

(Raskin dalam Santrock, 2003).

emosional daripada praktis dan e.

berkisar dari anak-anak hingga

Moral dan Agama Pada aspek moral, remaja mulai

memasuki usia 11 tahun.

melihat

2) Tahap Tentatif (Tentative Period):

adanya

kejanggalan

dan

yakni pada masa remaja memasuki

ketidakseimbangan antara yang mereka

Sekolah Lanjutan (SMA), dimana

percayai dahulu dengan kenyataan yang

pemilihan karir sudah disesuaikan

ada disekitarnya. Perubahan inilah yang

dengan keinginan dan kemampuan

seringkali

yang ada dalam dirinya.

pemberontakan

mendasari

sikap

remaja

terhadap

3) Tahap Realistik (Realistic Period):

peraturan atau otoritas yang selama ini

yakni pada masa lulus dari Sekolah

diterimanya (Putri & Hadi, 2008). Oleh

Lanjutan (SMA), dimana remaja

karena itu masa remaja disebut sebagai

telah

masa pemberontakan, hal ini didukung

merencanakan

pendidikan

yang dapat menunjang karirnya.

oleh

Remaja memfokuskan diri pada

menyatakan bahwa remaja merupakan

satu bidang dan akhirnya memilih

masa mencari identitas diri, atau biasa

pekerjaan

karir

disebut dengan masa pemberontakan.

tersebut (seperti menjadi dokter

Pada masa pencarian identitas ini,

umum atau ahli bedah dalam karir

kebanyakan

kedokteran).

lain

waktu dengan teman sebayanya dimana

berpikir

mereka dapat merasa lebih bebas,

mereka

tertentu

dalam

Dengan

sudah

mulai

kata

teori

belajar

remaja

sosial

yang

menghabiskan

terbuka, bersemangat dan termotivasi.

bidang pekerjaan apa yang mereka

8

Salah satu moral yang penting

atau kemampuannya tersebut dapat

adalah agama. Agama menawarkan

diterima oleh masyarakat di lingkungan

perlindungan dan rasa aman, khususnya

tempat tinggalnya ataukah masyarakat

bagi remaja yang sedang mencari

tidak

eksistensi

dimilikinya.

dirinya

Wirawan,

(Adam

2007).

Dalam

dalam c.

kaitannya

menerima

keterampilan

yang

Struktural

dengan masa remaja sebagai masa

Hal ini terkait dengan perencanaan

mencari identitas diri, remaja berada

masa depan yang telah disusun oleh

pada

operasional

remaja, atau dengan kata lain remaja

tidak

telah

tahap

formal

pemikiran

dimana

mereka

lagi

mempersiapkan

kehidupan di

identitas

masa depannya. Namun bukan berarti

keagamaan dalam tingkah laku individu

tidak ada hambatan dalam menjalankan

namun

bukti

rencana masa depannya ini. Seringkali

keberadaan keyakinan dan pendirian

apa yang telah direncanakan tidak

dalam diri seseorang.

berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

melihat

perwujudan

lebih

memperhatikan

bisa jadi rencana tersebut mengalami suatu kemunduran (deficit structural)

Dimensi-dimensi Identitas Diri Menurut

Erikson

(dalam

atau bahkan bisa tidak sama sekali

Santrock,

terwujud.

2003) identitas melibatkan tujuh dimensi, d.

antara lain: a.

Genetik

Proses ini muncul dari identifikasi masa

Hal ini bekaitan dengan suatu sifat yang

kecil individu dengan orang dewasa

diwariskan

oleh

pada

yang kemudian dapat membentuk suatu

anaknya.

Orang

sangat

identitas yang baru di masa depannya

mempengaruhi sifat yang akan dimiliki

ataukah sebaliknya, proses identifikasi

anaknya di kemudian hari. Sifat inilah

tersebut

yang akan memberikan sesuatu yang

identitasnya

berbeda antara individu satu dengan

berpengaruh adalah pemberian peran

individu lainnya, terutama di dalam

dari masyarakat terhadap remaja.

orang

tua

tua

e.

menjalankan kehidupannya. b.

Dinamis

tidak

berpengaruh melainkan

pada yang

Subyekif atau berdasarkan Pengalaman

Adaptif

Individu yang mempunyai pengalaman

Identitas adalah penyesuaian remaja

akan berbeda dengan individu yang

mengenai

sama

keterampilan-keterampilan

sekali

belum

memiliki

khusus, dan bagaimana remaja tersebut

pengalaman. Hal ini dijelaskan oleh

dapat

diri

dengan

Erikson (dalam Santrock, 2003) bahwa

lingkungan

tempat

individu

menyesuaikan

masyarakat

di

pengalaman

tinggalnya. Sejauh mana keterampilan

9

yang

telah

sebelumnya,

memiliki individu

suatu

Pola asuh demokratis dikatakan dapat

Dengan

membantu berkembangnya identitas diri

adanya pengalaman maka akan banyak

yang lebih optimal, dikarenakan remaja

alternatif

yang

jadikan

dengan pola asuh demokratis dapat

pedoman

untuk

melangkah dengan

mengembangkan dan mengekspresikan

lebih yakin ke arah depan atau semakin

ide-idenya dengan orang tua sebagai

banyak pengalaman maka akan semakin

pengawas bukan sebagai pengekang

timbul antisipasi dalam melakukan

kebebasan.

tersebut

akan

merasakan

kepastian

dalam

dirinya.

dapat

kita

b.

berbagai hal yang belum kita ketahui

f.

secara pasti konsekuensinya.

Model identifikasi biasanya

Timbal balik Psikososial

orang yang sukses dalam hidupnya.

Erikson

(dalam

Santrock,

menekankan hubungan timbal balik

dengan

antara

identifikasinya

remaja

dengan

dunia

adalah

Individu memiliki suatu harapan bahwa

2003)

dan

menjadi

seperti

maka

model

dirinya

akan

masyarakat sosialnya. Perkembangan

meraih sukses yang sama sehingga

identitas tidak hanya terbentuk oleh diri

memotivasi individu untuk melakukan

kita

hal-hal yang dilakukan oleh model

sendiri

melainkan

melibatkan

tersebut.

hubungan dengan orang lain, komunitas c.

dan masyarakat. g.

Model Identifikasi

Individu yang berada pada lingkungan

Status Eksistensial Erikson

Homogenitas Lingkungan

(dalam

Santrock,

yang homogen cenderung lebih mudah

2003)

berpendapat bahwa remaja mencari arti

membentuk

dalam hidupnya sekaligus arti dari

dibandingkan dengan yang berada pada

hidup secara umum. Dalam hal ini

lingkungan heterogen. Individu yang

remaja ingin merasakan apa yang

berada pada lingkungan heterogen lebih

dinamakan dengan makna hidup, ingin

lama menghadapi krisis karena terlalu

diakui

banyak

keberadaanya

di

dalam

keterampilan

alternatif

yang

dirinya

ada

di

hadapannya.

masyarakat dengan peran sosial yang dijalankan serta

identitas

d.

yang

Perkembangan Kognisi Menurut

dimilikinya.

Papalia

&

Olds

(2001),

perkembangan kognisi masa remaja Faktor-faktor

yang

adalah

Mempengaruhi

individu

mampu

berpikir secara operasional formal dan

Identitas Diri Faktor-faktor mempengaruhi

bilamana

identitas

yang diri

dapat

lebih sistematis terhadap hal-hal yang

menurut

abstrak. Dalam tahap ini pola berpikir

Fuhrman (1990), adalah:

menjadi lebih fleksibel dan mampu

a.

melihat persoalan dari berbagai sudut

Pola Asuh

10

individu

untuk mengikuti standar kelompok.

cenderung lebih mempunyai komitmen

Sejak seorang remaja menjadi bagian

yang kuat dan konsisten.

dari kelompok teman sebaya tersebut,

Sifat Individu

identitas

Remaja memiliki sifat ingin tahu dan

(Thornburg, 1982).

keinginan untuk eksplorasi yang besar

Papalia & Olds (2001) mengemukakan

dimana

bahwa

pandang

e.

f.

g.

yang

hal

ini

dapat

membantu

dirinya

mulai

kelompok

terbentuk

teman

sebaya

pencapaian identitas.

merupakan sumber referensi utama bagi

Pengalaman Masa Kanak-kanak

remaja dalam hal persepsi dan sikap

Individu yang di masa kanak-kanak

yang berkaitan dengan gaya hidup.

telah berhasil menyelesaikan konflik-

Selanjutnya

konfliknya

mudah

2007) mengatakan bahwa, teman-teman

menyelesaikan krisis dalam mencapai

bagi remaja dapat menjadi sumber

identitas diri.

informasi

Pengalaman Kerja

bagaimana

cenderung lebih

Conger

dalam

misalnya cara

Shanti,

mengenai

berpakaian

yang

dapat

menarik, musik atau film apa yang

menstimuli pembentukan identitas diri.

bagus, dan sebagainya. Erikson (dalam

Individu menjadi lebih matang dengan

Sprinthall

menghadapi permasalahan yang ada di

mengemukakan

lingkungan kerjanya sehingga individu

menerima

mengetahui kelebihan atau kekurangan

kelompok teman sebaya. Pemberian

apa yang dimiliki untuk menghadapi

dukungan sosial dan penyediaan tempat

permasalahan tersebut.

untuk

Interaksi Sosial

membuat teman sebaya merupakan

Pengalaman

h.

berbeda,

Weigert

kerja

(1983)

individu

meyatakan

Collins,

yang

1995)

bahwa

dukungan

melakukan

bagian

bahwa

&

remaja

sosial

segala

penting

uji

dari

coba

dalam

pembentukan identitas diri.

individu akan mendapatkan identitas dirinya setelah melakukan interaksi dengan orang lain. Individu dapat

Dukungan Sosial

mengatakan segala

Pengertian Dukungan Sosial

sesuatu

tentang

Sarafino

dirinya, lingkungan di sekitarnya akan

i.

(1994)

menggambarkan

membantu membentuk identitas dirinya.

dukungan sosial sebagai suatu kenyamanan,

Individu harus berinteraksi jika ingin

perhatian, penghargaan ataupun bantuan

menjadi sesuatu.

yang diterima individu dari orang lain

Kelompok Teman Sebaya

maupun kelompok.

Kelompok teman sebaya merupakan

Dalam pengertian lain disebutkan

kelompok acuan bagi seorang anak

bahwa dukungan sosial adalah kehadiran

untuk mengidentifikasikan dirinya dan

orang lain yang dapat membuat individu

11

percaya bahwa dirinya dicintai, diperhatikan

terhadap individu serta pengungkapan

dan merupakan bagian dari kelompok sosial,

simpati. b.

yaitu keluarga, rekan kerja dan teman dekat (Casel dalam Sheridan&Radmacher, 1992).

Dukungan

Penghargaan

(Esteem

Support)

1999)

House (dalam Smet, 1994) menyatakan

mengemukakan, dukungan sosial sebagai

bahwa, dukungan penghargaan dapat

informasi dari orang lain yang menunjukan

diberikan melalui penghargaan atau

bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki

penilaian yang positif kepada individu,

harga diri dan dihargai serta merupakan

dorongan maju dan semangat atau

bagian

dan

persetujuan mengenai ide atau pendapat

senada

individu serta melakukan perbandingan

Siegel

dari

kewajiban

(dalam

Taylor,

jaringan

komunikasi

bersama.

Hal

secara positif terhadap orang lain.

dikemukakan oleh Thoits (dalam Rutter, c.

1993) yang menyatakan bahwa, dukungan

Dukungan Instrumental (Tangible or

sosial adalah derajat dimana kebutuhan

Instrumental Support)

dasar individu akan afeksi, persetujuan,

Mencakup bantuan langsung, seperti

kepemilikan dan keamanan didapat melalui

memberikan

interaksi dengan orang lain.

menolong dengan melakukan suatu

b.

merupakan ketersediaan sumber daya yang fisik

atau

tugas individu.

dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

kenyamanan

uang

pekerjaan guna menyelesaikan tugas-

Dari beberapa pendapat tokoh di atas

memberikan

pinjaman

dan

Dukungan

Informasi

(Informational

Support)

psikologis yang didapat melalui interaksi

Memberikan informasi, nasehat, sugesti

individu

sehingga

ataupun umpan balik mengenai apa

dicintai,

yang sebaiknya dilakukan oleh orang

individu

dengan

orang

tersebut

diperhatikan,

lain

merasa

dihargai

dan

lain yang membutuhkan.

merupakan c.

bagian dari kelompok sosial.

Dukungan Jaringan Sosial (Network Support) Jenis dukungan ini diberikan dengan

Bentuk-bentuk Dukungan Sosial House, dkk (dalam Sarafino, 1994)

cara membuat kondisi agar seseorang

mengemukakan beberapa bentuk dukungan

menjadi bagian dari suatu kelompok

sosial, antara lain:

yang memiliki persamaan minat dan

a.

Dukungan

Emosional

aktivitas sosial. Dukungan jaringan

(Emotional

Support)

sosial juga disebut sebagai dukungan

Dinyatakan dalam bentuk bantuan yang

persahabatan (Companioship Support)

memberikan

untuk

yang merupakan suatu interaksi sosial

kasih

yang positif dengan orang lain, yang

memberikan

dorongan kehangatan

dan

memungkinkan

sayang, memberikan perhatian, percaya

12

individu

dapat

b.

menghabiskan waktu dengan individu

Emotional Support 1) Reassurance

lain dalam suatu aktivitas sosial maupun

of

Worth

(Pengakuanpositif)

hiburan.

Dukungan sosial ini berbentuk Komponen-komponen Dukungan Sosial

pengakuan

Weiss

terhadap kemampuan dan kualitas

(dalam

Cutrona,

1994)

atau

penghargaan

mengemukakan adanya enam komponen

individu.

Dukungan

ini

akan

dukungan sosial yang disebut sebagai “The

membuat individu merasa dirinya

Social Provision Scale” dimana masing-

diterima dan dihargai. 2) Emotional Attachment (Kedekatan

masing komponen da[at berdiri sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan.

emosional)

Adapun komponen tersebut antara lain:

Dukungan

a.

Instrumental Support

pengekspresian dari kasih sayang,

1) Reliable Alliance (Ketergantungan

cinta, perhatian dan kepercayaan

dukungan

sosial

individu

diandalkan

lain

berupa

memberikan rasa aman kepada

ini,

individu yang menerima.

individu mendapat jaminan bahwa ada

ini

yang diterima individu, yang dapat

yang dapat diandalkan) Dalam

sosial

yang

bantuannya

dapat

3) Social

ketika

sosial)

Integration

(

Integrasi

ini

individu membutuhkan bantuan,

Dukungan

sosial

bantuan tersebut sifatnya nyata dan

memungkinkan

individu

langsung. Individu yang menerima

memperoleh

bantuan ini akan merasa tenang

suatu

karena individu menyadari ada

memungkinkannya untuk membagi

individu lain yang dapat diandalkan

minat, perhatian serta melakukan

untuk menolongnya bila individu

kegiatan

mengalami masalah dan kesulitan.

Dukungan

perasaan

memiliki

kelompok

secara

yang

bersama-sama.

semacam

memungkinkan

2) Guidance (Bimbingan)

untuk

ini individu

berupa

mendapatkan rasa aman, nyaman

nasehat, saran dan informasi yang

serta merasa memiliki dan dimiliki

diperlukan

dalam

memenuhi

dalam kelompok yang memiliki

kebutuhan

dan

mengatasi

persamaan minat.

Dukungan

sosial

permasalahan

ini

yang

4) Opportunity to Provide Nurturance

dihadapi.

(Kesempatan untuk mengasuh)

Dukungan ini juga dapat berupa feedback sesuatu

(umpan yang

balik)

telah

Suatu

atas

aspek

hubungan

dilakukan

penting

dalam

interpersonal

adalah

perasaan dibutuhkan oleh orang

individu.

13

lain.

Dukungan

memungkinkan

sosial

individu

hubungan

ini

interpersonal

memuaskan.

untuk

yang

Pengalaman

akan

memperoleh perasaan bahwa orang

pertukaran secara timbal balik ini

lain

membuat individu lebih percaya bahwa

tergantung

padanya

untuk

orang lain akan menyediakan bantuan.

memperoleh kesejahteraan.

Dukungan Sosial Teman Sebaya

Sumber Dukungan Sosial

Masa

Goetlieb (1983) menyatakan ada dua macam

remaja

merupakan

masa

hubungan dukungan sosial, yaitu hubungan

penyesuaian yang lebih dikenal dengan

professional yakni bersumber dari orang-

masa strom and stress, masa penuh gejolak

orang yang ahli di bidangnya, seperti

yang selalu ingin mencari identitas diri,

konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun

ingin selalu merasa diakui dan dihargai oleh

pengacara, serta hubungan non professional,

orang lain dalam kelompoknya (Yusnita,

yakni bersumber dari orang-orang terdekat

2004). Selanjutnya Yusnita (2004) juga

seperti teman, keluarga maupun relasi.

mengatakan bahwa, di masa pencarian identitas ini remaja seringkali dihadapkan

Faktor-faktor terbentuknya Dukungan

pada berbagai masalah menyangkut pilihan-

Sosial

pilihan penting yang akan menentukan 1986)

kehidupannya di masa yang akan datang.

mengemukakan bahwa sedikitnya ada tiga

Purnama (1998) membenarkan hal tersebut

faktor penting yang mendorong seseorang

dengan mengatakan bahwa, di masa ini

untuk memberikan dukungan yang positif,

remaja akan menghadapi berbagai macam

diantaranya:

persoalan

Myers

a.

(dalam

tidak

dapat

mereka

selesaikan sendiri tanpa adanya bimbingan

kesusahan orang lain dengan tujuan

dan dukungan dari orang-orang terdekatnya,

mengantisipasi emosi dan memotivasi

dalam hal ini teman sebayanya. Erikson

tingkah

(dalam

yaitu

laku

turut

untuk dan

mengurangi

Sprinthall

&

Collins,

1995)

mengemukakan bahwa remaja menerima

meningkatkan

kesejahteraan orang lain.

dukungan sosial dari kelompok teman

Norma dan nilai sosial, yang berguna

sebaya. Oleh karena itu, remaja berusaha

untuk

menggabungkan diri dengan teman-teman

membimbing individu untuk

menjalankan

kewajiban

sebayanya.

dalam

Hal

kehidupan. c.

yang

merasakan

Empati,

kesusahan

b.

Hobfoll,

Pertukaran

sosial,

yaitu

dengan

hubungan

ini

tujuan

dilakukan

untuk

remaja

mendapatkan

timbal balik perilaku sosial antara cinta,

pengakuan dan dukungan dari kelompok

pelayanan, informasi. Keseimbangan

teman

dalam pertukaran akan menghasilkan

dengan

14

sebayanya. teman

Melalui

sebaya

yang

berkumpul memiliki

kesamaan dalam berbagai hal tertentu,

teman sebaya juga dapat merupakan sumber

remaja dapat mengubah kebiasan-kebiasan

dukungan sosial yang penting bagi proses

hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal

pembentukan

yang baru serta saling mendukung satu sama

Pernyataan ini juga dipertegas oleh Erikson

lain (Cairns & Neckerman, 1988). Hal

(dalam Sprinthall & Collins, 1995) yang

senada dikemukakan oleh Tarakanita (2001)

mengatakan bahwa, pemberian dukungan

yang mengatakan bahwa, teman sebaya

sosial

selain merupakan sumber referensi bagi

melakukan segala uji coba membuat teman

remaja mengenai berbagai macam hal, juga

sebaya merupakan bagian yang penting

dapat memberikan kesempatan bagi remaja

dalam pembentukan identitas diri remaja.

dan

identitas

diri

penyediaan

remaja.

tempat

untuk

untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan

Remaja

(dukungan sosial).

Pengertian Remaja

Dukungan

sosial

yang

Menurut Papalia & Olds (2001), masa

dari

sebaya

dapat

remaja adalah masa transisi perkembangan

memberikan informasi terkait dengan hal

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

apa yang harus dilakukan remaja dalam

yang pada umumnya dimulai pada usia 12

upaya membentuk identitas dirinya., selain

atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir

itu dapat pula memberikan timbal balik atas

belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

bersumber

teman

Sprinthall

apa yang remaja lakukan dalam dalam

&

Collins

(1995)

kelompok dan lingkungan sosialnya serta

memberikan definisi tentang remaja sebagai

memberikan kesempatan bagi remaja untuk

transisi antara masa kanak-kanak dan masa

menguji coba berbagai macam peran dalam

dewasa yang terjadi secara bertahap, penuh

menyelesaikan

dengan ketidakpastian dan berbeda antara

krisis

guna

membentuk

individu yang satu dengan yang lainnya.

identitas diri yang optimal. Junir (dalam Cremers,

1989)

menyatakan

Ali & Asrori (dalam Monks dkk,

bahwa,

identitas diri akan timbul setelah krisis

2007)

diselesaikan dan diakhiri dengan baik.

sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas.

Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa

mengungkapkan

Mereka

sudah

bahwa

tidak

Remaja

termasuk

dukungan sosial dari teman sebaya dapat

golongan anak-anak tetapi belum juga di

memberikan

terima secara penuh untuk masuk ke

pengaruh

terhadap

pembentukan identitas diri pada remaja. Hal

golongan

ini sesuai dengan pendapat Sullivan (dalam

diantara anak- anak dan orang dewasa. Oleh

Manan, 1993) dan Johnson & Johnson

karena itu remaja sering kali di kenal dengan

(dalam Elleny, 2007) teman sebaya bagi

fase “mencari identitas diri” atau fase “topan

remaja mempunyai arti psikologis yang

dan badai”. Remaja masih belum mampu

penting, karena selain sebagai wadah diskusi

15

orang

dewasa.

Remaja

ada

menguasai

dan

memfungsikan

meningkatnya kesadaran diri remaja

secara

yang terwujud pada keyakinan mereka

maksimal fungsi fisik maupun psikisnya”. Dari beberapa definisi di atas dapat

bahwa orang lain memiliki perhatian

disimpulkan bahwa masa remaja adalah

sangat besar terhadap diri dan keunikan

masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

mereka (Santrock, 2003). c.

masa dewasa secara bertahap, yang dimulai

Ikatan

Kelompok

yang

Kuat

pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia

(Konformitas)

awal dua puluhan tahun dan pada masa ini

Konformitas muncul ketika individu

penuh dengan ketidakpastian yang berbeda

meniru sikap orang lain dikarenakan

antara individu satu dengan yang lainnya

adanya tekanan yang nyata maupun

karena pada masa ini individu mulai mencari

yang

identitas dirinya.

(Santrock, 2003). Konformitas terhadap

dibayangkan

oleh

mereka

tekanan teman sebaya pada remaja dapat berbentuk positif seperti misalnya

Ciri-ciri Remaja Beberapa

ciri-ciri

khusus

berpakaian seperti teman-temannya dan

remaja

menurut Dwimukti (2007) adalah:

ikut bersama teman-temannya dalam

a.

suatu

Perubahan Peranan

aktifitas

sosial

negatif

atau

Perubahan dari masa anak ke masa remaja

berbentuk

membawa perubahan pada diri seorang

perilaku merokok remaja dengan alasan

individu. Kalau pada masa anak ia berperan

agar

sebagai seorang individu yang bertingkah

kelompoknya (Camarena dkk dalam

laku dan bereaksi yang cenderung selalu

Santrock, 2003).

mereka

seperti

bahkan

diakui

di

misalnya

dalam

d. Krisis Identitas

bergantung dan dilindungi, maka pada masa remaja ia diharapkan untuk mampu berdiri

Krisis identitas merujuk pada saat masa

sendiri dan ia pun berkeinginan mandiri.

remaja ketika individu terlibat secara

Akan

aktif

tetapi

sebenarnya

ia

masih

dalam

pemilihan

alternatif

membutuhkan perlindungan dan tempat

pekerjaan atau kepercayaan (Erikson

bergantung dari orang tuanya dalam hal

dalam Alfian & Suminar. Hal ini

tertentu.

dijelaskan lebih lanjut oleh Marcia

b.

Daya Fantasi yang Berlebihan

(dalam Alfian & Suminar, 2003) di

Keterbatasan kemampuan yang ada

dalam kriteria pencapaian identitas,

pada diri remaja menyebabkan ia tidak

diantaranya identity achievement yakni

selalu

individu yang telah mengalami krisis

mampu

untuk

memenuhi

berbagai macam dorongan kebutuhan

pribadi

dirinya. Hal ini mendorong remaja

menurut pola pikirnya sendiri dengan

untuk

membuat

berpikir

secara

egosentris.

tetapi

telah

komitmen

diselesaikan

pribadi,

moratorium yakni terlihat pada individu

Egosentrisme remaja menggambarkan

16

yang sedang berupaya aktif menemukan

teman sebaya memiliki pengaruh penting

identitasnya namun belum membuat

terhadap pembentukan identitas diri remaja.

suatu komitmen atau paling tidak hanya

Kelompok

membuat beberapa komitmen yang

lingkungan sosial pertama dimana remaja

sifatnya sementara, foreclosure yakni

belajar untuk hidup bersama dengan orang

individu yang belum mengalami krisis

lain

identitas tetapi sudah ada komitmen

(Mu'tadin, 2002).

yang

teman

sebaya

bukan

angota

merupakan

keluarganya

serta identity-diffussion yakni individu

Hal tersebut senada dengan pendapat

yang belum mengalami suatu krisis

yang dikemukakan oleh Al-Mighwar (2006),

identitas dan belum pula ada suatu

bahwa kelompok teman sebaya memberikan

komitmen

dunia tempat remaja muda bisa melakukan

terhadap

suatu

bentuk

sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai

kepecayaan.

yang

berlaku

adalah

nilai-nilai

yang

Sosial

ditentukan oleh teman-teman seusianya.

Teman Sebaya Dengan Identitas Diri

Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan

Pada Remaja

remaja merupakan keharusan, untuk itu

Hubungan

Antara

Dukungan

seorang

Masa remaja merupakan masa yang

remaja

harus

mendapatkan

dan

penerimaan yang baik untuk memperoleh

kebimbangan serta ketidakstabilan di dalam

dukungan sosial dari kelompok teman

dirinya (Purnama, 1998). Pada masa ini

sebayanya.

penuh

dengan

kegoncangan

Dukungan

remaja mengalami perubahan drastis, baik

sosial

yang

didapatkan

dalam fisik, psikis maupun sosial. Purnama

remaja dari teman sebayanya dapat dapat

(1998) juga mengatakan bahwa, di masa ini

memberikan informasi terkait dengan hal

remaja akan menghadapi berbagai macam

apa yang harus dilakukan remaja dalam

persoalan

mereka

upaya membentuk identitas dirinya, selain

selesaikan sendiri tanpa adanya bimbingan

itu dapat pula memberikan timbal balik atas

dan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

apa yang remaja lakukan dalam dalam

Oleh

berusaha

kelompok dan lingkungan sosialnya serta

menggabungkan diri dengan teman-teman

memberikan kesempatan bagi remaja untuk

sebayanya.

menguji coba berbagai macam peran dalam

yang

karena

tidak

itu,

dapat

remaja

Hal ini dilakukan remaja dengan tujuan

menyelesaikan

krisis

guna

membentuk

dan

identitas diri yang optimal. Thoits (dalam

dukungan dari kelompok teman sebayanya

Rutter, 1993) menyatakan bahwa, dukungan

sehingga akan tercipta rasa aman, terutama

sosial adalah derajat dimana kebutuhan

ketika

suatu

dasar individu akan afeksi, persetujuan,

telah

kepemilikan dan keamanan didapat melalui

memperlihatkan bahwa dukungan sosial

interaksi dengan orang lain. Menurut Weiss

untuk

mendapatkan

remaja

masalah.

pengakuan

dihadapkan

Beberapa

pada

studi

17

(dalam Cutrona dkk, 1994), dukungan sosial

adalah empati, norma & nilai sosial dan

memiliki berberapa komponen salah satunya

pertukaran sosial. Empati merupakan faktor

adalah Reliable alliance (ketergantungan

utama dalam mempengaruhi pemberian

yang dapat diandalkan). Dalam dukungan

dukungan sosial. Misalnya, ketika kita

sosial ini, individu mendapat jaminan bahwa

memiliki seorang teman yang baru saja

ada individu lain yang dapat diandalkan

ditinggal pergi oleh orang tuanya, ketika

bantuannya ketika individu membutuhkan

remaja bercerita dan mengeluh tentang

bantuan, bantuan tersebut sifatnya nyata dan

kesedihan yang dirasakannya, kita seolah-

langsung, misalnya ketika remaja sedang

olah merasakan juga kesedihan yang teman

kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah

kita rasakan. Hal tersebut dinamakan dengan

yang rumit, maka remaja dapat bertanya

empati, dimana kita dapat memberikan

pada temannya yang lebih mengerti dan

dukungan

sosial

agar

temannya tersebut bersedia memberikan

dirasakan

tidak

berlarut-larut.

penjelasan mengenai materi pelajaran yang

demikian terlihat jelas bahwa teman sebaya

sulit

dapat memberikan dukungan sosial bagi diri

tersebut.

Sehingga

remaja

dapat

Dukungan

tersebut atas bantuan dari temannya. pendapat

yang

Dengan

remaja.

menyelesaikan tugas sekolah yang rumit

Berdasarkan

kesedihan

merupakan

yang

sosial

ketersediaan

teman teman

sebaya sebaya

dikemukakan oleh House, dkk (dalam

sebagai sumber daya yang memberikan

Sarafino, 1994) dukungan sosial memiliki

kenyamanan fisik dan psikologis yang

beberapa bentuk, salah satunya adalah

didapat melalui interaksi remaja dengan

dukungan emosional. Fungsi dari dukungan

teman sebaya sehingga remaja tersebut

emosional adalah, misalnya ketika seorang

merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan

teman sedang mengalami kesedihan, kita

merupakan bagian dari kelompok sosial. Hal

siap

bisa

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

menceritakan dan mengurangi kesedihannya

oleh Achir (dalam Manan, 1993) bahwa,

tersebut dengan cara menghiburnya. Dengan

remaja

begitu, teman yang mengalami kesedihan

apabila remaja berada di dalam suatu

tersebut akan merasa bahwa jika remaja

kelompok seusianya karena memperoleh

mengalami kesedihan, temannyalah yang

dukungan sosial dari teman sebayanya.

dapat menghilangkan kesedihannya. Secara

Manan (1993) juga mengatakan bahwa,

perlahan kondisi ini akan menimbulkan

remaja akan merasa menjadi lebih berarti

kedekatan interaksi yang akan menimbulkan

ketika remaja mendapatkan dukungan sosial

saling

dari

menjadi

percaya

tempat

di

antara

untuk

remaja

dan

seolah-olah

teman-teman

mendapat

dalam

kekuatan

kelompoknya.

Manan (1993) melanjutkan bahwa, dengan

kelompoknya. Faktor-faktor terbentuknya dukungan

dukungan yang remaja terima dari teman

sosial menurut Myers (dalam Hobfoll, 1986)

sebayanya, remaja akan merasa bahwa

18

keberadaan dan kemampuan dirinya diakui.

sebayanya

karena

Oleh karena itu, remaja menjadi tahu siapa

persamaan usia, cara berpikir dan pandangan

dan apa dirinya melalui dukungan yang ia

yang sama dalam berbagai hal (Santrock,

peroleh dari teman sebayanya, sehingga

2003). Rogow

dukungan sosial yang diterima oleh remaja

dkk

mereka

(dalam

memiliki

Rice,

1996)

dari teman sebayanya itu akan membawa

mengungkapakan beberapa komponen yang

pengaruh

mempengaruhi identitas diri remaja, salah

pada

pembentukan

identitas

satunya adalah sosial dan moral. Pada

dirinya.

komponen

Pembentukan identitas diri merupakan

sosial tersebut remaja bersama teman-

mengatakan bahwa identitas diri adalah

temannya dapat saling bertukar informasi,

kesadaran individu untuk menempatkan diri

memberikan

dan memberikan arti pada dirinya dengan

Kesadaran

dalam

konteks

manusia

dengan

dengan

tempat individu tersebut saat ini dan disaat

remaja

dalam

suatu

maka

remaja

akan

sosial

remaja mulai melihat adanya kejanggalan

dengan individuasi, salah satu tahapannya

dan ketidakseimbangan antara apa yang

yakni

ditanamkan oleh orang tua mereka dengan

ketika remaja menyadari perbedaan secara

kenyataan yang ada disekitarnya. Oleh

psikologis dengan orang tuanya. Kesadaran

karena itu intensitas ketergantungan remaja

ini sering membuatnya mempertanyakan dan

dengan orang tua semakin berkurang dan

menolak nilai-nilai dan nasehat-nasehat

remaja lebih mendekatkan diri dengan

orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan akal.

adanya

minat. Selanjutnya, pada komponen moral

proses pembentukan identitas dinamakan

masuk

integration

dalam kelompok yang memiliki persamaan

Menurut Josselson (dalam Desmita, 2005)

tersebut

social

memperoleh perasaan memiliki dan dimiliki

tersebut di dalam kehidupan bermasyarakat.

nasehat

komponen

organisasi

yang akan datang serta apa peran individu

Differensiasi

saling

(integrasi sosial) dari dukungan sosial, yakni

tentang siapa individu tersebut, dimana

differensiasi.

dan

Komponen sosial ini juga terkait dengan

memiliki

kesamaan dengan penilaian orang lain

yaitu

perhatian

memberikan dukungan sosial satu sama lain.

kehidupan.

tersebut

mencapai

suatu organisasi sosial. Di dalam organisasi

memasuki usia remaja. Zanden (1990)

di

untuk

kedewasaan remaja melibatkan diri dalam

tugas perkembangan utama individu ketika

tepat

sosial,

teman sebayanya. Bersama dengan teman

Remaja

sebayanya

meyakini kalau orang tua tidak dapat

dengan

merasakan apa yang ia alami karena

remaja menghabiskan waktu melakukan

berbagai

kegiatan

dimana mereka dapat merasa lebih bebas,

pemikiran orang tua yang berbeda dengan

terbuka,

pemikiran mereka dikarenakan perbedaan usia dan pandangan. Remaja meyakini yang dapat melakukan hal itu adalah teman

19

bersemangat

Komponen

moral

komponen

guidance

dan

juga

termotivasi.

terkait

dengan

(bimbingan)

dari

dukungan sosial, yakni dari kelompok teman

Melihat kondisi di atas, terlihat jelas

sebaya, remaja dapat memperoleh nasehat,

bahwa dukungan sosial dari teman sebaya

saran dan informasi yang diperlukan dalam

dapat

memenuhi

mengatasi

pembentukan identitas diri pada remaja. Hal

permasalahan yang dihadapi dalam upaya

ini sesuai dengan pendapat Sullivan (dalam

pembantukan identitas diri remaja.

Manan, 1993) dan Johnson & Johnson

kebutuhan

guna

memberikan

pengaruh

terhadap

Santrock,

(dalam Elleny, 2007) teman sebaya bagi

2003) identitas melibatkan tujuh dimensi,

remaja mempunyai arti psikologis yang

salah satunya adalah adaptif, yakni sejauh

penting, karena selain sebagai wadah diskusi

mana keterampilan atau kemampuannya

teman sebaya juga dapat merupakan sumber

tersebut dapat diterima oleh masyarakat di

dukungan sosial yang penting bagi proses

lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini terkait

pembentukan identitas diri remaja.

Menurut

Erikson

(dalam

Pemberian

pula dengan komponen reassurance of

dukungan

sosial

dan

worth (pengakuan positif), yaitu adanya

penyediaan tempat untuk melakukan segala

pengakuan

terhadap

uji coba membuat teman sebaya merupakan

individu.

bagian yang penting dalam pembentukan

Dukungan ini akan membuat remaja merasa

identitas diri remaja. Keakraban dengan cara

dirinya diterima dan dihargai, misalnya

membagi

remaja yang memiliki prestasi yang baik di

mempengaruhi identitas diri pada diri

sekolah, maka teman-temannya memberikan

individu menjadi tahu siapa, apa dan dimana

pujian atas prestasi yang diperolehnya.

tempat dirinya (Erikson dalam Papalia &

kemampuan

atau dan

penghargaan kualitas

pikiran

dan

perasaan

dapat

Olds, 1987).

Fuhrman (1990) mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi identitas diri remaja salah satunya adalah kelompok

Hipotesis

teman sebaya. Teman sebaya juga termasuk

Berdasarkan beberapa uraian dari teori-teori

sumber dukungan sosial yang bersumber

di atas, maka hipotesis yang penulis ajukan

dari hubungan non professional (Goetlieb,

adalah adanya hubungan antara dukungan

1983). Teman sebaya dianggap lebih mudah

sosial teman sebaya dengan identitas diri

memberikan pengertian, penampungan dan

pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.

dukungan bagi masalah-masalah pribadinya. Dari teman sebaya remaja sering merasa

METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini pendekatan yang

mendapat dukungan sosial karena perasaan senasib, oleh karena itulah pada umumnya

digunakan adalah kuantitatif

teman sebaya mendapat perhatian dan

hubungan

prioritas utama lebih dari perhatian dan

variabel dukungan sosial dan identitas diri

prioritas bagi keluarga (Achir dalam Manan,

digunakan kuesioner berbentuk skala Likert

1993).

yang disusun berdasarkan masing-masing

20

(korelasi).

Untuk

berupa uji mengukur

yang

Berdasarkan hasil analisis data dapat

digunakan untuk menganalisis data adalah

dilihat ada hubungan yang sangat signifikan

Teknik Korelasi Product Moment dari Karl

antara dukungan sosial teman sebaya dengan

Pearson.

identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1

komponennya.

Adapun

teknik

Subjek penelitian ini adalah siswa-siwi

Jakarta, karena koefisien korelasi adalah

kelas X1, X2, X3 dan kelas XI IPA

0,565 dengan tingkat signifikasi sebesar

sebanyak 150 respondent

0.000 (P < 0,01) sehingga dapat disimpulkan

yang diolah

menggunakan teknik Proportional Random

ada

Sampling. Jumlah sampel tersebut diperoleh

dukungan sosial teman sebaya dengan

dari

identitas diri remaja di SMA Pusaka 1

perhitungan

menggunakan

rumus

hubungan

yang

signifikan

antara

Jakarta

Slovin serta dipilih secara acak melalui undian.

Uji Asumsi HASIL PENELITIAN

Uji normalitas

Uji Validitas dan Reliabilitas

Dukungan Sosial Teman Sebaya memiliki skala

nilai signifikansi pada Kolmogorov Smirnov

Dukungan Sosial ada 60 item dan hasil

sebesar 0,200 (p > 0,05) dan variabel

analisis menunjukkan 56 Item valid dan 4

Identitas Diri sebesar 0,200 (p > 0,05).

item gugur. Korelasi skor item dengan skor

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

total item yang valid antara 0.318 – 0.644.

distribusi skor Dukungan Sosial Teman

Adapun jumlah item untuk angket skala

Sebaya dan distribusi skor Identitas Diri

Identitas Diri ada 60 item dan hasil analisis

pada sampel yang diambil adalah normal.

Jumlah

item

untuk

angket

menunjukkan 54 Item valid dan 6 item gugur. Korelasi skor item dengan skor total

Uji linearitas

item

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Uji realiabitas pada penelitian ini

sebesar 69.553 dengan signifikansi sebesar

dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach

0.000 (P < 0.05). Hal ini menunjukkan

dan diperoleh angka koefisien reliabilitas

bahwa hubungan antara dukungan sosial

0,932

teman sebaya dengan identitas diri linear.

pada

skala

Dukungan

Sosial,

sedangkan pada skala identitas dir sebesar 0,930. Pengujian reliabilitas ini dilakukan

Deskripsi data

dengan program SPSS versi 13,0 for

1) Dukungan Sosial Teman Sebaya

1. Jumlah item valid = 56

windows.

2. Rentang Min

= 1 x 56

= 56

Korelasi antara dukungan sosial teman

3. Rentang Max

= 4 x 56

= 224

sebaya dengan identitas diri

4. Jarak Sebaran

= 224 – 56 = 168

5. Standar Deviasi

= 168 / 6 = 28

21

6. Mean Hipotetik

= 56 x 2,5

= 140

ME < MH – 2SD = < 81: Sangat Rendah

Dibawah ini adalah pengkategorian

MH – 2SD < ME < MH – SD = 81 – 108:

Dukungan sosial Teman Sebaya

Rendah

ME < MH – 2SD = < 84 : Sangat Rendah

MH – SD < ME < MH + SD = 108 – 162:

MH – 2SD < ME < MH – SD = 84 – 112 :

Rata-rata

Rendah

MH + SD < ME < MH + 2SD = 162 – 189:

MH – SD < ME < MH + SD = 112 – 168 :

Tinggi

Rata-rata

ME > MH + 2SD = > 189 : Sangat Tinggi

MH + SD < ME < MH + 2SD = 168 – 196 : Tinggi

Bagan Perbandingan Mean Empirik dan

ME > MH + 2SD = > 196 : Sangat Tinggi

Mean Hipotetik Skala Identitas Diri

Bagan Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Skala Dukungan Sosial

Berdasarkan kurva distribusi normal diatas diketahui bahwa Identitas Diri pada subjek penelitian berada pada taraf tinggi.

Berdasarkan kurva distribusi normal diatas diketahui bahwa Dukungan Sosial Teman Sebaya yang diterima pada subjek penelitian

PEMBAHASAN Penelitian ini

berada pada taraf tinggi.

mengetahui

bertujuan

hubungan antara

untuk

dukungan

sosial teman sebaya dengan identitas diri 2) Identitas Diri

pada remaja. Berdasarkan hasil uji hipotesis

1. Jumlah item valid = 54

atau uji hubungan diketahui bahwa terdapat

2. Rentang Min

= 1 x 54

=54

hubungan yang sangat signifikan antara

3. Rentang Max

= 4 x 54

=216

dukungan sosial teman sebaya dengan

4. Jarak Sebaran

= 216 – 54 =162

identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1

5. Standar Deviasi

= 162 / 6 = 27

Jakarta.

6. Mean Hipotetik

= 54 x 2,5 = 135

Berdasarkan

Dibawah ini adalah pengkategorian

hasil

penelitian

diketahui bahwa hipotesis diterima, hal ini

Dukungan sosial Teman Sebaya

berarti terdapat hubungan yang sangat

22

signifikan antara dukungan sosial teman

coba berbagai peran yang ada di hadapannya

sebaya dengan identitas diri pada remaja.

sehingga akan kesulitan mengatasi krisis

Arah hubungan adalah positif yakni semakin

identitas. Apabila krisis gagal diatasi dan

tinggi dukungan sosial teman sebaya yang

diakhiri dengan baik maka selama masa

diterima atau dirasakan maka akan semakin

dewasanya remaja tersebut akan mengalami

optimal

dirinya,

kekaburan tentang peranan dirinya dalam

begitu pula sebaliknya apabila tingkat

masyarakat, sehingga pada akhirnya remaja

dukungan sosial teman sebaya rendah maka

tersebut tidak mengetahui akan menjadi apa

pembentukan identitas dirinya akan menjadi

dirinya kelak dan siapakah dirinya dalam

kurang optimal. Hal ini dikarenakan dengan

pengamatan orang lain (Erikson dalam

adanya dukungan sosial yang bersumber

Cremers, 1989).

pembentukan

identitas

memberikan

Kelompok teman sebaya merupakan

informasi terkait dengan hal apa yang harus

dunia nyata remaja yang menyiapkan tempat

dilakukan remaja dalam upaya membentuk

remaja menguji dirinya sendiri dan orang

identitas dirinya, selain itu dapat pula

lain. Kelompok teman sebaya memberikan

memberikan timbal balik atas apa yang

kesempatan

remaja lakukan dalam dalam kelompok dan

sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai

lingkungan sosialnya serta memberikan

yang

kesempatan bagi remaja untuk menguji coba

ditentukan oleh teman-teman seusianya.

berbagai macam peran dalam menyelesaikan

Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan

krisis guna membentuk identitas diri yang

remaja merupakan keharusan, untuk itu

optimal. Junir (dalam Cremers, 1989)

seorang

menyatakan bahwa, identitas diri akan

penerimaan yang baik untuk memperoleh

timbul

dukungan sosial dari kelompok teman

dari

teman

sebaya

setelah

dapat

krisis

diselesaikan

dan

remaja

berlaku

untuk

adalah

remaja

melakukan

nilai-nilai

harus

yang

mendapatkan

sebayanya.

diakhiri dengan baik. Selanjutnya Junir (dalam Cremers, 1989) juga mengatakan

Seperti halnya yang diungkapkan oleh

bahwa, identitas diri yang optimal dapat

Hilman (2002) yang menjelaskan bahwa,

menimbulkan kesadaran dan keyakinan akan

dukungan sosial dari teman sebaya membuat

kepastian

dan

remaja merasa memiliki teman senasib,

keyakinan tentang pengakuan dari orang

teman untuk berbagi minat yang sama, dapat

lain.

kurang

melaksanakan kegiatan kreatif sifatnya,

merasakan adanya dukungan sosial dari

saling menguatkan bahwa mereka dapat

teman

sedikit

berubah ke arah yang lebih baik dan

informasi yang diperoleh oleh remaja, tidak

memungkinkan remaja memperoleh rasa

dapat

nyaman, aman serta rasa memiliki identitas

jalan

yang

Sedangkan

sebayanya

memperoleh

ditempuh

remaja

akan

timbal

yang

lebih

balik

dari

kelompok dan lingkungan sosialnya, serta

diri.

memiliki sedikit kesempatan untuk menguji

penyediaan tempat untuk melakukan segala

23

Pemberian

dukungan

sosial

dan

uji coba membuat teman sebaya merupakan

adanya ekstra kulikuler dan organisasi sosial

bagian yang penting dalam pembentukan

(Pudjijogyanti, 1988). Di dalam organisasi

identitas

(1993)

sosial tersebut remaja bersama teman-

megatakan bahwa, dukungan sosial yang

temannya dapat saling bertukar informasi,

diterima remaja dari teman sebayanya akan

seperti memberikan informasi mengenai

membuat remaja merasa bahwa keberadaan

bagaimana menjaga penampilan agar tetap

dan kemampuan dirinya diakui. Keakraban

menarik atau informasi mengenai gaya

dengan cara membagi pikiran dan perasaan

berpakaian yang sedang popular saat ini,

dapat mempengaruhi identitas diri pada diri

selain itu dapat

individu menjadi tahu siapa, apa dan dimana

seperti ketika ada teman yang mengalami

tempat dirinya (Erikson dalam Papalia &

kesulitan dalam menyelesaikan administrasi

Olds, 1987). Oleh karena itu, terlihat jelas

sekolah

bahwa dukungan sosial dari teman sebaya

membantu memberikan pinjaman dalam

dapat

bentuk materi serta dapat saling memberikan

diri

remaja.

memberikan

Manan

pengaruh

terhadap

maka

memberikan perhatian,

teman

sebaya

dapat

dukungan sosial satu sama lain, seperti

pembentukan identitas diri remaja. Berdasarkan hasil perhitungan dan

selalu memberikan persetujuan terhadap

kurva distribusi normal dapat diketahui

apapun yang akan dilakukan oleh teman

bahwa dukungan sosial teman sebaya dan

sebayanya

identitas diri pada subjek penelitian berada

kemampuan yang dimiliki teman sebayanya

pada taraf tinggi. Hal ini kemungkinan

yang pada akhirnya dapat membantu dalam

dikarenakan oleh

proses pembentukan identitas diri remaja.

subjek penelitian yang

atau

pengakuan

terhadap

berada pada kelas X dan XI tersebut mampu menjalin hubungan akrab bersama teman sebayanya

melalui

organisasi

atau

suatu

Kesimpulan Berdasarkan

perkumpulan,

hasil

penelitian

dapat

yang

ditarik kesimpulan bahwa hipotesis dalam

tempat

penelitian ini diterima, hal ini berarti

berlangsungnya penelitian ini. Hal ini sesuai

terdapat hubungan positif yang sangat

dengan pernyataan yang dikemukakan oleh

signifikan antara dukungan sosial teman

Hilman (2002) bahwa, dukungan teman

sebaya dengan identitas diri pada remaja di

sebaya biasanya terjadi dalam interaksi

SMA Pusaka 1 Jakarta.

disediakan

sehari-hari

ekstra

oleh

remaja,

kulikuler

sekolah

misalnya

melalui

hubungan akrab yang dijalin remaja bersama

Saran

teman sebayanya melalui suatu perkumpulan

Saran untuk subjek penelitian

di kehidupan sosialnya, salah satunya ialah

Pada masa pencarian identitas diri ini

lingkungan sekolah. Sekolah menyediakan

remaja akan mengalami kebimbangan dalam

berbagai macam sarana agar para siswanya

menentukan

mampu berinteraksi lebih dekat, seperti

dijadikan tujuan hidupnya di masa yang

24

pilihan

mana

yang

akan

akan datang. Pada masa ini pula ikatan

Saran untuk penelitian lebih lanjut

remaja dengan orang tua semakin berkurang

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan

dan semakin mendekatkan diri pada teman

dapat melakukan penelitian dengan subjek

sebayanya. Oleh karena itu dukungan yang

yang bukan hanya berasal dari tingkat SMA

diperoleh remaja dari teman sebayanya

dan kelas X dan XI saja, tetapi peserta didik

dapat memberikan informasi terkait dengan

dari tingkat SMP dan SMA kelas XII,

hal apa yang harus dilakukan remaja dalam

sehingga

upaya membentuk identitas dirinya., selain

digeneralisasikan pada populasi yang lebih

itu dapat pula memberikan timbal balik atas

luas dan diperoleh hasil penelitian yang

apa yang remaja lakukan dalam dalam

lebih beragam dan komprehensif.

kelompok dan lingkungan sosialnya serta memberikan kesempatan bagi remaja untuk menguji coba berbagai macam peran dalam menyelesaikan

krisis

identitas

yang

diri

guna

membentuk

optimal.

Sehingga

disarankan kepada subjek penelitian untuk lebih mengakrabkan diri dan mempererat intensitas

pertemanan,

karena

dengan

pengakrabkan diri bersama dengan teman sebaya, remaja dapat memperoleh dukungan sosial guna pencapaian identitas diri.

Saran untuk pihak sekolah Bagi pihak sekolah disarankan dapat memperbanyak

sarana

interaksi

antar

siswanya selain ekstrakulikuler, misalnya dengan membuat organisasi Lingkar Siswa Sekolah. Hal ini sangat diperlukan karena melalui organisasi sosial remaja bersama teman-temannya

dapat

saling

bertukar

informasi, memberikan perhatian dan saling memberikan dukungan sosial satu sama lain yang pada akhirnya dapat membantu dalam proses pembentukan identitas diri remaja.

25

hasil

penelitian

dapat

DAFTAR PUSTAKA Dimatteo, M. R. (2004). Social support and patient adherence to medical treatment : a meta analysis. Health Psychology Journal, 23, 2, 207-218.

Agustiani, H & Suminar. (2002). Perkembangan remaja menurut pendekatan ekologi serta hubungannya dengan konsep diri pada remaja. Dalam Jurnal Psikologi Perkembangan, 9, 1. 13-21.

Dirgagunarsa, Y. S. (1989). Mengenal msa remaja. Anima, 02, 11 . 10-21.

Alfian, I. N. & Suminar (2003). Perbedaan tingkat kebermakanaan hidup remaja akhir pada berbagai status identitas ego dengan jenis kelamin sebagai kovariabel. Dalam Jurnal Perkembangan : Insan media, 5, 2, 87-109.

Dwimukti, Y. (2007). Kasus penyalahgunaan narkoba khususnya pada remaja. Diperoleh dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNew sSekolah.aspx?id=5309.

Arendra. (2007). Remaja. Diperoleh dari http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/ remaja.html

Elleny. (2007). Dukungan sosial dan harga diri. Diperoleh dari http://www.skripsitesis.com/07/02/dukungansosial-dan-hargadiri-pada pembantu-rumah-tangga-diyogyakarta-pdf-doc.htm.

Al-Mighwar. (2006). Psikologi remaja. Bandung : Pustaka Setia.

Fuhrman, B. S. (1990). Adolescence, adolescents 2nd edition. Illinois : Scott, Foresman & Company.

Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Cairns, R.B, & Neckerman. (1988). Social network and aggressive behavior : peer support or peer rejection?. Developmental Psychology Journal, 24, 6, 815-823.

Gardner, J. E. (1992). Memahami gejolak masa remaja. Jakarta : Mitra Utama.

Goetlieb, B. H. (1983). Social support and Cremers, A. (1989). Bunga rampai :Identitas dan siklus hidup manusia. Jakarta : PT. Gramedia.

strategies. California : Sage Publication, inc.

Cutrona, C. E, et. Al. (1994). Peceived parental social support and academic achievement : an attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology. 66, 2, 369-378.

Gunarsa, S, D. & Gunarsa, Y. S. (2000). Psikologi remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset. Desmita. (2005). Psikologi Bandung : Rosda.

perkembangan. Hilman. (2002). Kemandirian remaja yang tinggal dip anti asuhan ditinjau dari persepsi pelayanan sosial dan dukungan sosial. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Dimmateo, M. R. (1991). The psychology of health, illness and medical care: an individual perspective. California : Pasific Grove.

26

Hobfoll, S, E. (1986). Stress, social support and women : the series in clinical and community psychology. New York :” Herper & Row.

Panuju, P, Drs. & Umami, I, S.Ag. (1999). Psikologi remaja. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.

Hurlock, E, B.(1997). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Papalia, D. E. & Olds, S. W. (2001). Human development. USA : Mc Graw - Hill, Inc.

Junir. (1998). Perkembangan identitas diri pada remaja. Anima, 2, 5, 84-99.

Pudjijogyanti, C, R. 1988. Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta : PT. Arcan.

Lestari, P. (1998). Pengaruh terapan informasi media massa televisi, pola asuh orang tua dan afiliasi kelompok teman sebaya terhadap perilaku prososial remaja (studi di kotamadya Yogyakarta). Paradigma, II, 8, 45-56.

Purnama, M. U. (1998). Persoalan remaja di sekolah. Anima, 2, 11, 05-21.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Surabaya : Usaha Nasional.

Retnovati, S. (2008). Sumber daya pribadi dan sosial sebagai dampak kejadian menekan terhadap munculnya simtom depresi pada remaja.Diperoleh dari Diperoleh dari http://www.epsikologi.com/remaja/110508.html

remaja.

Manan. (1993). Interaksi sosial pelajar SMA dengan kelompok teman sebaya. Dalam Majalah Ilmu Sosial, 20, 3, 317-332.

Rice, P. F. (1996). The adolescent : development, relationship and culture. 8th edition. Massachusetts : Simon & Schuster.

Monks, F, J. (2007). Psikologi perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Rutter, dkk. (1993). Understanding human a adjustmen normal adaptation through the last cycle. Canada : Power Associate, inc.

Mu'tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja. Diperoleh dari http://www.epsikologi.com/remaja/250602.htm.

Sarafino. (1994). Health psychology biopsychosocial interaction. USA : John Wiley & Sons.

Narbuko, C & Ahmadi, A. (1997). Metode penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Santrock, J. W. (2003). Adolesence : Perkembangan remaja. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Nazir, M. (2003). Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sarwono, S, W. (2007). Psikologi remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Ocdi, F, H. (2002). Hubungan antara interaksi sosial di sekolah dengan identitas diri pada remaja kelas I dan II smu islam al azhar 4 bekasi. Skripsi. Jakarta : Universitas Persada Indonesia YAI.

Sheridan, C. L & Radmacher, S. A. (1992). Health Psychology : challenging the biomedical model. New York : John Wiley & Sons, Inc.

27

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo.

Suparmi & Setiono, K. (2002). Studi mengenai intimacy dan status identitas dalam domain relasi dengan teman, relasi dengan pacar, dan peran pasangan atau perkawinan pada remaja akhir. Kajian Ilmiah Psikologi : Psikodimensia, 1, 1. 39-45.

Sprinthall, N. A. & Collins, A. W. (1995). Adolescent psychology, a development View. USA : Mc Graw – Hill, Inc.

Tarakanita, I. (2001). Hubungan status identitas etnik dengan konsep diri mahasiswa. Dalam Jurnal Psikologi, 07, 01. 01-14. Taylor, S. E. (1999). Helath psychology (4th ed). Boston : McGraw Hill.

Thornburg, H. D. (1982). Development in adolescent. 2nd edition. California : Wadsworth, Inc.

Umar, H. (2000). Metode penelitian untuk skripsi dan tesis. Jakarta : Rajawali Pers.

Weigert, J. W. M. (1984). Social psychology, a sosiologycal approach through interpretative understanding. Indiana. University of Notre Dame Press.

Yusnita, V. (2004). Pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap perilaku asertif pada remaja awal. Diperoleh dari http://www.google.com/custom?hl=id&clien t=google-coop&coop&cof.htm.

Zanden, J. V. (1990). The social experience, an introduction to sociology 2nd edition. USA : Mc Graw – Hill.

28