HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ...

380 downloads 1121 Views 223KB Size Report
Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan ... membaca buku porno dan menonton film biru/ blue film 54,39% di Jakarta, ...
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15). Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak (Kartono, 2010, hlm.57-58). Menurut David (1992 : hal 33-39) suatu keluarga ditandai dengan adanya orangtua, baik ayah maupun ibu. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua (Shochib, 2000, hlm.18). Orang tua sering mengeluh karena tidak adanya rasa tanggung jawab, terutama sekali sulit mengharapkan agar orang tua mempunyai tanggung jawab dalam perilaku seksual anaknya. Jika orang tua tidak sanggup menjawab rasa ingin tahu anak tentang sikap seksualnya, maka orang tua itu merasa gagal. Orang tua tidak berhak menyalahkan si anak bila anak itu mengecewakan. Jadi ketika anak-anak mengajukan pertanyaan

Universitas Sumatera Utara

tentang masalah seks, pertanyaan itu seharusnya dijawab dengan sebenarnya dan diberi informasi tertulis yang benar, termasuk dengan gambar. Jadi orang tua harus selalu menekankan bahwa seks adalah fungsi alamiah tapi mengandung tanggung jawab kepada orang lain (Soelaeman, 1988, hlm.27). Perilaku seksual ini lebih baik diketahui dari orang tuanya, dari pada si anak mendapatkannya dari pendapat atau khayalan sendiri, teman, buku-buku, atau pun filmfilm porno yang kini dijual bebas. Dari khayalan itu mereka dapat saja menyalah gunakan arti dan fungsi organ seksualnya. Dengan demikian salah satu yang mungkin bisa mengontrol perilaku seksual anak remaja adalah monitoring orang tua. Jadi orang tua mempunyai peranan penting karena yang pertama sekali remaja tumbuh di keluarganya sendiri. Artinya orang tua harus menyediakan waktu yang ekstra untuk memperhatikan anak remajanya terutama dalam perilaku seksual. (Dianawati, 2003, hlm.9). Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan remaja itu sendiri, termasuk keluarganya. Penelitian yang dilakukan oleh National Surveys of Family Growth pada tahun 1988 di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual. Ada sekitar 53% yang berumur 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa remaja, dan 50% kelompok remaja melahirkan anaknya. Pada tahun 1997 angka kehamilan remaja di Amerika Serikat (AS) sebanyak 840.000 dan 79% adalah kehamilan tidak disengaja. Sebesar 10% setiap tahunnya remaja usia 15-19 tahun dari remaja yang pernah berhubungan menjadi hamil dan 13% dari seluruh kelahiran di AS adalah kelahiran dari perempuan, 31% di antaranya adalah kelahiran tanpa perkawinan (Pangkahila, 2000, hlm.133).

Universitas Sumatera Utara

Penelitian Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes R.I tahun 1990 terhadap remaja di Jakarta dan Yogyakarta yang menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan perilaku seksual yang menyimpang adalah membaca buku porno dan menonton film biru/ blue film 54,39% di Jakarta, dan 49,2% di Yogyakarta. Pusat Studi Kriminologis Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di mana 50% di antaranya menyebabkan kehamilan. Dari berbagai penelitian menunjukkan perilaku seksual pada remaja ini mempunyai korelasi dengan sikap remaja yang menyimpang terhadap perilaku seksualnya. Penelitian sahabat remaja tentang perilaku seksual remaja tentang perilaku seksual remaja di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota Yogyakarta, 3,4% remaja di kota Surabaya, dan 31,1% remaja di kota Kupang yang terlibat hubungan seks secara aktif ( Sugiharta, 2000, hlm.139). Penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), pada tahun 2001, PKBI meneliti di dua kota yaitu Palembang, dan Singkawang. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 16,46% dari remaja yang berumur 15-24 tahun mengaku telah melakukan hubungan seksual (Ariyanto, 2008, ¶, 2) Survei pendahuluan peneliti lakukan pada bulan Oktober 2010 terhadap 10 orang remaja yang memiliki pengalaman perilaku-perilaku seksual di wilayah Kelurahan Simalingkar, peneliti mencari data dan menemukan fenomena mengenai perilakuperilaku seksual remaja yang menyimpang dan kaitannya dengan pola asuh orangtua yang salah. Tujuh orang remaja mengatakan sudah pernah berciuman pipi, bibir, dan meraba payudara pasangannya. Sedangkan tiga remaja lagi mengaku belum pernah dan belum pernah pacaran.

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa perilaku seksual yang menyimpang yang terjadi pada remaja disebabkan karena kondisi pengasuhan dari keluarga khususnya orangtua dalam hal pengasuhan anak. Kesalahan pengasuhan ini dapat berupa pola asuh yang tidak tepat sehingga berdampak terhadap perilaku seksual remaja.Variabel perilaku seksual remaja meliputi kurangnya pemahaman yang disebabkan berbagai macam seperti adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar.Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi perumusan masalah adalah: “Bagaimanakah Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B,kecamatan Medan Tuntungan”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh Orang tua terhadap perilaku seksual remaja.

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pola asuh orang tua di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan

`

Universitas Sumatera Utara

b. Mengetahui perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan c. Mengetahui hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan.

D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Pelayanan Kebidanan Dapat mengetahui lebih dalam mengenai perilaku seksual remaja khususnya kesehatan reproduksi sehingga dapat membantu di dalam pemberian pelayanan yang tepat apabila berhadapan dengan pengguna jasa pelayanan kebidanan khususnya remaja. 2. Untuk Pendidikan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan untuk persiapan materi penyuluhan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan. 3. Bagi Penelitian Kebidanan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan data pada penelitian selanjutnya yang sejenis.

Universitas Sumatera Utara