Izinkan Aku Mencintaimu Ukhti Prolog Saat ini aku adalah seorang ...

14 downloads 113 Views 21KB Size Report
bernama Yunda Fitrian, seorang jilbaber yang sangat cantik, sholehah, dan cerdas pula. Wanita yang selalu menundukkan pandangan saat bertemu lelaki dan ...
Izinkan Aku Mencintaimu Ukhti

Prolog Saat ini aku adalah seorang mahasiswa Teknik Mesin UI semester 6. Itu berarti sudah lebih dari 7 tahun aku mengenal sosok wanita yang sangat kucintai. Wanita itu bernama Yunda Fitrian, seorang jilbaber yang sangat cantik, sholehah, dan cerdas pula. Wanita yang selalu menundukkan pandangan saat bertemu lelaki dan adik kelas yang selalu ramah kepada siapapun. Sekarang ini dia kuliah di Fakultas Psikologi UI semester 4. Walaupun satu Universitas denganku, anehnya, sejak kuliah kami tak pernah bertemu sekalipun!. Agaknya, ini merupakan jalan Yang Maha Kuasa yang telah ditetapkan kepadaku dan dia. Entah apa rahasianya ?.

Awal Perkenalan Perkenalanku dengannya dimulai sejak aku SMP. Walaupun kami tak saling kenal, aku sudah kagum dengannya. Hal ini karena balutan kain yang selalu melindungi mahkota kepalanya dan auratnya yang lain (jilbab). Saat itu, gadis berjilbab masih jarang di sekolahku, mungkin hanya beberapa orang saja. Namun hanya dia yang aku kagumi karena dia memiliki nilai plus, yakni kecantikannya dan auranya yang selalu menggetarkan hatiku. Pada tahun 2001 aku masuk SMA favoritku. SMA 2 Tangerang adalah salah satu SMA yang paling bergengsi di Tangerang. Aku tak pernah berpikir untuk bisa bertemu lagi dengan sosok gadis tersebut. Sebelumya tak ada benih cinta ( sewaktu SMP hanya ada rasa kagum ) yang timbul dalam hatiku sebelum takdir kembali mempertemukanku dengannya pada tahun 2002 ketika dia menjadi adik kelasku. Ketika SMA, aku bukanlah seorang yang menonjol baik dibidang akademik maupun organisasi. Akupun adalah lelaki yang sangat pemalu terhadap wanita Aku juga hanya seorang siswa kebanyakan yang lebih suka nongkrong di kantin ketimbang di Musholla.. Sungguh bertolak belakang dengan dia yang semakin kelihatan alim dan menjadi salah satu aktivis Rohani Islam di sekolah. Setiap hari pelajaran Olahraga adalah hari paling menyenangkan dalam hidupku. Karena di hari itulah aku bisa memandangnya sambil berolahraga. Memang, di sekolahku siswa kelas 1.9 dan 2.9 memiliki waktu pelajaran olahraga yang sama, walaupun tentu dengan guru yang berbeda.

Hari demi hari, hatiku semakin sulit untuk dikendalikan. Aku semakin ingin menjadikannya seorang yang paling dekat denganku. Usiaku saat itu 17 tahun, usia dimana seorang remaja sedang bergeloranya terbakar api cinta. Akhirnya, dengan menumpukkan segenap keberanian, aku memberanikan diri untuk mencoba menaklukkan hatinya. Aneh memang, seorang gadis yang telah kukagumi dan kucintai sekian lama, bahkan aku tak mengetahui namanya. Kemudian aku mencari identitasnya melalui temannya yang kukenal baik. Alhamdulillah, tanpa memakan waktu yang lama aku berhasil mendapatkan nama, alamat, No. Telepon dan tanggal lahirnya sekaligus. Dia lahir pada tanggal 14 Februaru 1987, hanya berbeda 10 hari denganku. Aku pikir, ini adalah momen yang tepat bagiku untuk berkenalan dan mengobrol dengannya untuk pertama kali. Akhirnya kuputuskan untuk memberi hadiah istimewa di hari lahirnya. Apa yang harus aku berikan padanya ? Sungguh tak ada hadiah lain yang terlintas dalam benakku selain Jilbab!. Tak pernah terbayang olehku untuk membelikan jilbab kepada seorang gadis. Berkeliling ke satu toko ke toko lainnya dan bermandikan hujan dimalam hari hanya untuk mencari jilbab. Namun sayang jilbab yang kucari tidak kutemukan. ( setiap mengenang masa itu aku merasa sangat bodoh karena aku mencari jilbab di toko-toko pakaian yang notabene tak menjual jilbab ). Akhirnya, dengan bemodal uang pas-pasan aku berhasil menemukan jilbab yang terjangkau tepat sehari sebelum hari lahirnya di sebuah toko pakaian muslim sederhana yang sangat jauh dari rumahku. Sisa uang kubelikan bingkai foto yang kutulis puisi tentang cinta kepada ayah bunda. Kubungkus rapi memakai kertas kado dan tak lupa aku sisipkan surat sebagai tanda perkenalan dariku. Esokanya aku menaruh kado di atas laci Musholla sekolah. Ini kulakukan karena aku tahu kebiasaannya yang selalu datang pagi dan langsung ke Musholla sebelum ke ruang kelasnya. Setelah itu, aku kembali ke kelas sambil berharap cemas apa yang akan dia lakukan ketika mendapat surprise tersebut. Sebuah surat balasan kutemukan di atas laci Musholla tempat aku menaruh kado untuknya. Kubuka perlahan menahan detak jantung yang kian terasa kencang. Akhirnya, kubaca isinya kata per kata. Aku tak menyangka bahwa ia akan seramah ini. Dia ingin menjadi temanku dan mengucapkan terima kasih karena telah memberikannya hadiah.

Satu bulan berlalu namun aku belum juga berani bertatap muka secara langsung untuk memperkenalkan diri. Selama ini aku hanya menjadi pemuja rahasianya. Namun sore itu, kutumpuk segala keberanianku untuk menemuinya. Di sebuah angkot aku coba berkenalan dengannya. Diiringi salah tingkah dan keringat dingin aku menanyakan tentang keluarga dan cita-citanya. Dia tak pernah mau menatapku. Walaupun kesan pertama yang timbul kurang mengenakkan (karena angkot, salah tingkah, dan keringat dingin..!!), akan tetapi siapa sangka ini adalah perbincanganku yang pertama maupun yang terakhir (setidaknya hingga hari ini) antara aku dengannya. Karena setelah itu, kami tidak pernah berbincang dan hanya senyum serta mengucapkan salam ketika bertemu. Aku tak punya keberanian lagi mengobrol dengan dia, rasanya memang hampir semua lelaki di sekolahku segan kepadanya. Setiap aku bertemu dengannya hati ini terasa gemetar dan tak tahu harus mengatakan apa. Tak terasa waktu cepat berlalu hingga hari pelepasan siswa kelas 3 tiba. Sepertinya aku tak punya harapan lagi dengannya. Oleh karena itu aku memutuskan untuk mengambil fotonya dengan diam-diam sebagai kenang-kenangan jika aku dan dia telah berpisah. Lewat salah seorang teman wanitaku yang berpura-pura ingin berfoto dengannya, akhirnya dia berhasil mendapat fotonya dan memberikannya kepadaku. Wah cantiknya kau dinda, berpose layaknya bidadari.

Masa Kuliah Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) 2004 telah membawaku ke Universitas impianku. Aku masuk Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia. Membawaku jauh dari sang pujaan hatiku, namun aku beruntung karena memiliki fotonya yang senantiasa kupandang hampir setiap hari. Sebenarnya aku merasa bersalah memiliki foto itu tanpa seizinnya. Akhirnya, kuputuskan untuk mengembalikannya sambil berharap bisa menemui dan mengobrol lagi seperti di angkot dulu. Foto pun aku kembalikan, tetapi sayang karena sesuatu hal aku tak bisa menemuinya. Cinta memang seperti itulah rasanya, walaupun jauh dimata namun dekat di hati. Agaknya, hal itulah yang terjadi pada diriku. Setiap kali aku berusaha untuk berkata dalam hati ”lupakan..lupakan dia !!”, namun yang ada justru aku semakin mencintainya. Sampai kesibukan kuliah membuat aku bisa mengurangi perasaanku padanya.

Takdir memang Tuhan yang menentukan. Saat aku mulai berusaha melupakannya, dia justru masuk Universitas yang sama denganku. Aku mengetahuinya dari beberapa temanku. Meskipun aku tak pernah bertemu dengannya, akan tetapi dengan dia kuliah di UI membuatku ada harapan dan terus mencintainya. Aku mendapat nomor HP nya dan sering mengirim SMS padanya. (walaupun jarang yang dibalas karena mungkin menurutnya tidak penting)

Perenungan batin Aku sangat sedih mendapatinya sejak dulu hingga sekarang dia ’cuek’ pada cintaku. Setiap aku mengingatnya aku merasa heran kenapa aku bisa mencintainya. Aku harus segera mencari jawaban semua ini, harus !. Aku mulai berfikir tentang diriku, perasaanku, dan dia. Aku mulai merenungi apa yang seharusnya aku lakukan sebagai seorang muslim. Selama ini aku lebih menonjolkan egoisme perasaan ketimbang pikiran jernih. Maka akupun mulai mencari jawaban dengan banyak mengingatNya dan membaca buku-buku islami. Aku banyak membaca buku-buku tentang pernikahan, remaja Islam, dan pergaulan dalam Islam. Butuh waktu lama bagiku untuk bisa mengahadapi persoalan ini. Setelah lebih mengerti tentang Islam, akhirnya menjelang Ramadhan tahun 2006 aku mulai bisa mengontrol perasaanku. Ada beberapa hal yang mulai kupahami tenang masalah ini. Yang pertama, bahwa tak ada pacaran atau istilah lainnya dalam Islam. Demikian juga yang mendekati pacaran. Selama ini aku berharap dia mau menjadi pacarku walaupun selalu saja ada sesuatu yang menghalangiku. Yang kedua adalah Zina terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni zina fisik, zina mata, zina telinga, dan zina hati. Apa yang aku lakukan selama ini adalah zina hati karena aku terlalu mementingkan egoisme perasaan yang menyesatkan. Akhirnya mulai saat itu kuputuskan untuk menghapus No. HP nya, berangsur-angsur mulai mengurangi perasaan cinta kepadanya dan hanya membatasi dengan rasa kagum, serta mulai lebih mementingkan pelajaran demi mendapatkan cita-cita yang kuinginkan. Aku mulai sadar akan sikap-sikapnya kepadaku karena dia hanya ingin menjadi seorang muslimah yang baik. Entah dia memiliki perasaan kepadaku atau tidak, tetapi aku sangat yakin jika aku bisa memahaminya diapun akan bersikap sama.

Epilog Sampai saat ini aku belum pernah sekalipun bertemu dengannya lagi dan tak ingin memaksakan untuk bertemu. Aku harus menghargainya sebagai gadis yang ingin menjalankan ajaran agamanya dengan baik. Dia adalah wanita yang sangat cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Sekarang aku hanya menunggu waktu meminangnya dalam ikatan resmi setelah lulus nanti. Semoga saja Allah mengikatkan kita berdua dalam keridhoannya dan ini adalah jalan terbaik yang kita lakukan. Tunggu pinanganku wahai Ukhti...!