Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia - USU Institutional Repository

39 downloads 1744 Views 189KB Size Report
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005. PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS. Oleh: Suprapto, S.K.M. ...
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS Oleh: Suprapto, S.K.M., M.Kes.

Kabupaten Karo merupakan daerah penghasil sampah organik yang cukup tinggi, di mana mayoritas penduduknya bertani atau berkebun. Setiap panen dari pertanian selalu menghasilkan sampah tersebut. Dari pengalaman penulis di daerah Kabupaten Karo ini, terlihat masyarakatnya enggan memanfaatkan sampah-sampah organik yang dihasilkan untuk diolah menjadi kompos atau bahan-bahan yang berguna dan sebagainya. Melihat hal ini alangkah sayangnya jika sampah-sampah ini dibuang begitu saja, sedangkan nilai ekonomisnya sangat baik terutama bagi para petani di daerah ini. Kompos sebenarnya sudah kita ketahui sejak zaman dahulu. Leluhur kita telah lama mempelajari nilai penggunaan kompos. Mereka menghasilkan panen yang berlimpah ruah setelah membuka hutan primer. Tempat yang dibuka itu bagian atasnya mengandung tanah yang sangat subur, yang terdiri dari daun-daun, rumputrumput hancur yang tercampur kotoran burung, dan binatang-binatang sehingga terkumpul berabad-berabad lamanya. Namun ketika mereka berdiam di tempat tersebut dan mengolahnya dari tahun ke tahun, terlihat kesuburan tanah itu semakin berkurang. Lalu mereka mulai meniru hutan alam, memulihkan tanah tersebut dengan daun-daun, rumput, semak-semak, dan kotoran yang dapat dikumpulkan. Dengan demikian tanah dapat terjaga tetap subur. Kompos adalah bahan organis yang telah mengalami pembusukan atau pelapukan dengan bantuan mikroorganisme seperti daun-daun, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang, serta kotoran hewan.

Bila bahan-bahan ini sudah hancur dan lapuk, disebut pupuk (kompos) organis. Di lingkungan alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya lewat proses alami, rumput, daundaunan, dan kotoran hewan serta sampah lainnya yang lama kelamaan membusuk karena kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut oleh perlakuan manusia, sehingga menghasilkan kompos yang berkualitas baik dalam waktu yang tidak begitu lama. Adapun manfaat kompos terhadap tanah bukan hanya memperkaya bahan makanan untuk tanaman, tetapi terutama berperanan besar terhadap perbaikan sifat-sifat tanah, antara lain: a. Memperbesar daya ikat tanah yang berpasir, sehingga struktur tanah dapat diperbaikan dan tidak terlalu berderai. b. Memperbaiki struktur tanah berlempung, sehingga tanah yang tadinya berat, dengan penambahan bahan organis akan menjadi lebih ringan c. Mempertinggi kemampuan penampungan air, sehingga tanah lebih banyak menyediakan air bagi tanaman. d. Memperbaiki drainase dan tata udara tanah, terutama pada tanah berat. Dengan tata udara yang baik dan kandungan air yang cukup tinggi, maka suhu tanah akan lebih stabil. e. Meningkatkan pengaruh pemupukan dari pupuk-pupuk buatan. f. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga tidak mudah larut oleh air pengairan atau air hujan. Jauh dari itu ditinjau dari kesehatan lingkungan, pemanfaatan

5

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia sampah organik seperti dari pusat pasar, rumah tangga, pemukiman penduduk dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi masalah pengelolaan sampah di daerah. Produksi sampah semakin kecil, tenaga, biaya, dan peralatan dalam pengelolaan sampah lebih efektif dan efisien, serta pemusnahan sampah dengan cara pembuatan kompos ini merupakan metode yang dapat diterima kesehatan lingkungan (tidak menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat). Bagaimana Pemanfaatan Sampah Organik untuk Pembuatan Kompos? Sebelum membuat kompos terlebih dahulu kita harus memperhatikan beberapa prinsip yang menyangkut persoalan komposisi bahan, reaksi kimiawi, proses pembuatan, tempat, waktu, dan pelbagai hal lain yang menunjang pembuatan kompos tersebut. Adapun tahap-tahap pembuatan kompos yang praktis adalah sebagai berikut: I. Resep Pertama 1. Pilihlah suatu tempat dari halaman saudara yang baik drainasenya. Pilih lah tempat yang strategis, sehingga mudah dalam mengangkut bahanbahan yang akan digunakan untuk kompos. 2. Ukuran bak untuk membuat bedeng kompos adalah lebar kurang lebih 1,5 m, panjang 3 m, dan tinggi 1,2 m. Buat atap penutup dari daun alang-alang/rumbia untuk mencegah bedengan tersebut terkena hujan. 3. Buatlah mula-mula tumpukan dari sisa-sisa pertanian seperti jerami, tongkol dan batang jagung sebagai dasar, lalu setelah itu disebari dengan rumput-rumputan yang telah dipotong-potong setebal 15 cm, kemudian dilapisi kotoran kandang yang telah dicampur dengan tanah.

6

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

Tiap-tiap lapisan disiram (dipercikpercikan) dengan air. Dengan demikian buatlah lapisan tersebut sampai kira-kira setinggi 1,2m, jagalah agar bedengan tersebut tetap lembab, tetapi tidak becek. Kompos yang baik akan menampakan kenaikan temperatur sampai 3-4 minggu. Setelah itu mulai menurun temperaturnya dan kemudian mulai dibalik-balik. 4.

Untuk mengetahui keadaan pemanasan dalam kompos, biarkan selama 10 menit, bila kayu tersebut lembab dan terasa hangat, berarti proses kompos normal dan baik. Kalau kayu tersebut kering, segera siram dengan air kompos tersebut.

5. Setelah satu bulan penurunan suhu tersebut, maka kompos sudah siap untuk dipakai. II. Resep Kedua a. Bahan: Jerami, daun-daunan, rerumputan, sisa sayuran, abu, sampah dapur maupun sampah kota. Sampahsampah itu harus bersih dari kantongkantong plastik, rupa-rupa kaleng, batubatuan, benda keras, dan sebagainya. b. Tempat Di tempat yang teduh atau di bawah atap. Landasannya agak keras, bila ada lebih baik pakailah ubin. Tempat ini dapat di dalam lubang atau di atas tanah. c. Cara Pembuatan Ukuran lebar dan panjang tempat tumpukan bahan, disesuaikan dengan jumlah sampah yang akan dibuat kompos dan juga disesuaikan dengan mudahnya mengaduk bahan. Selanjutnya setiap hari tumpukan bahan-bahan kompos tersebut rata-rata tebalnya 30 cm, kemudian diperciki air secukupnya (cukup basah), diatasnya ditaburkan tanah/kotoran

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia kandang/beberapa gram rabuk urea tebalnya tidak kurang dari 3-5 cm. Di atas lapisan pertama timbun lagi bahan setebal yang sama seperti di atas, lalu ditutup lagi dengan tanah/kotoran/rabuk urea. Demikian seterusnya sampai berlapis-lapis setinggi jangan melebihi 1,5 m. Pembuatan tumpukan bahan kompos setinggi 1,5 m ini jangan sampai melebihi waktu 10 hari. Setelah tumpukan bahan terakhir mencapai 1,5 m seluruh bagian atas dan sisi-sisinya ditutup dengan tanah atau plastik. Bila tumpukan bahan cukup basah, maka beberapa hari setelah penumpukan selesai, suhu dalam tumpukan meningkat hingga 2x suhu udara di sekitarnya. Ini berarti proses dekomposisi (pembusukan) telah berlangsung. III. Konsep Ketiga Resep ketiga ini kurang lebih hampir sama dengan resep pembuatan kompos kedua. Pertama-tama kita manfaatkan kotoran hewan dan sampah-sampah dapur. Semuanya kita campur dengan daun-daunan dan jerami agar menambah kandungan nitrogen (zat lemas) pada bahan kompos. Berdasarkan penelitian, campuran kompos yang baik adalah perbandingan atau ratio unsur carbon © dalam ukuran berat dengan unsur nitrogen (N) tidak boleh melebihi 30 bagian (C/N = 30). Untuk petani, rasio ini cukup sulit, namun di lapangan dapat kita lakukan dengan membuat bahan dari kotoran yang diperbanyak jumlahnya. Jika kotoran dan sampah tidak cukup banyak, kita harus menambah pupuk buatan yang mengandung nitrogen (N) pada bahan kompos. Adapun gunanya untuk membantu mengubah kompos menjadi pupuk buatan yang dipakai dan mencegah nitrogen menguap atau dihanyutkan hujan. Setelah tumpukan bahan telah cukup tingginya, rahasia kedua adalah membalik tumpukan kompos dilakukan beberapa hari sekali. Jika campuran

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

kompos itu cukup baik, maka bagian tengah tumpukan kompos itu akan sangat panas. Jika panas itu dibiarkan agak lama, ia akan mulai mengeluarkan bau busuk dan tumpukan kompos menjadi kering. Karena itu kita perlu memeriksanya dengan memasukkan sebilah bambu kedalam tumpukan kompos selama 3 (tiga) menit, lalu keluarkan bambu itu. Jika bambu agak panas atau berbau busuk atau jika tongkat bambu tersebut kering, kita harus segera membolak-balik tumpukan kompos dan memercikinya dengan air hingga lembab, jika ada air seni hewan seperti sapi, kerbau, atau babi dapat juga disiramkan ketumpukan kompos pada saat membalik-baliknya. Frekuensi pembalikan tumpukan kompos harus disesuaikan dengan kondisi kelembaban dan bau yang ditimbulkannya setiap beberapa hari. Tumpukan bahan yang telah beberapa kali dilakukan pembalikan tersebut akan menjadi kompos. Waktunya kurang lebih 3 (tiga) minggu. Setelah kompos didinginkan beberapa hari, kompos telah dapat dipergunakan untuk pupuk tanaman. Kompos sangat baik untuk pupuk tanam sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya. Pada umumnya digunakan 5 kg untuk tiap m2 tanah yang akan dipupuk. Demikian pemanfaatan sampah organik dapat kita jadikan untuk pembuatan kompos, di samping mengatasi masalah sampah, kita mendapat keuntungan dan memberikan penghasilan bagi petani dan harapan kami semoga dapat mencobanya. Daftar Pustaka Murtadho D. dan Sa’id Gumbira E. 1988.. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. PT Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. Murbandono H.S.L. 1993. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya.

7

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

KEGEMUKAN DAN AKIBAT YANG DITIMBULKAN Oleh: Efendy Nainggolan, SKM,M.Kes.

Masalah kegemukan bukanlah hal yang baru dalam masyarakat kita. Sekitar 15 thn yang lalu misalnya, postur tubuh gemuk adalah suatu kebanggaan dan merupakan lambang dari kemakmuran. Pada saat itu bentuk tubuh gemuk menjadi mode bagi sebagian pejabat atau manajer sebagai lambang kepemimpinan (Bossy). Namun akhir-akhir ini, terutama di kota-kota besar masalah kegemukan mulai dirasakan dapat mengganggu penampilan seakan-akan tubuh kurang serasi dan kurang estetis. Akibatnya ada kecenderungan masyarakat untuk menurunkan berat badannya karena ketakutan mendapatkan penyakitpenyakit yang diakibatkannya, atau agar tampak lebih serasi. Keadaan ini ternyata banyak dimanfaatkan untuk menarik langganan, terkadang dengan cara-cara yang dari segi medis kurang bisa dipertanggungjawabkan. Bagaimana batasan orang dapat dikatakan gemuk? Saat ini kegemukan dapat dilihat melalui Indeks Massa Tubuh (IMT). Batas anbang IMT untuk kepentingan Indonesia telah ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO dan dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinik dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. ¾

Penyebab Kegemukan

Penelitian menunjukkan bahwa kegemukan pada orang dewasa sebenarnya mulai dibentuk pada awal kehidupan, di mana terjadi interaksi antar faktor genetik dan pengalaman dalam cara pemberian makan yang akan merangsang pertumbuhan sel-sel lemak yang lebih banyak dalam berbagai jaringan lemak. Mekanisme dasar terjadinya kegemukan adalah masukan kalori yang melebihi pemakaian kalori untuk memelihara dan memulihkan

8

kesehatan yang berlangsung cukup lama. Kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam jaringan lemak, yang lama-kelamaan akan mengakibatkan kegemukan. Faktor makanan merupakan faktor yang penting untuk menimbulkan kegemukan, baik sebagai penyebab tungal maupun bersama dengan penyakit lain misalnya Diabetes mellitus. Kegemukan dapat juga disebabkan oleh penyakit lain, misalnya Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid yang perlu untuk mengatur metabolisme tubuh, hormon insulin yang berlebih, dan kelebihan hormon kelenjar adrenal. ¾

Dampak Kegemukan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Metropolitan Life Insurance terhadap 50.000 orang, ditemukan bahwa angka kematian pria yang bertubuh gemuk 79% lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang mempunyai berat badan normal, sedangkan untuk wanita 61% lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mempunyai yang mempunyai berat badan normal. Demikian juga penelitian yang dilakukan terhadap 2 juta kasus Diabetes mellitus, ternyata pada wanita yang berusia 40 tahun dan berbadan gemuk jumlah kematian diperkirakan tiga (3) kali lebih besar dibandingkan dengan yang mempunyai berat badan normal atau ideal, sedangkan pada pria, jumlah kematian itu hanya dua setengah (2,5) kali lebih besar. ¾ Diabetes Mellitus Meskipun sukar untuk dibuktikan bahwa kegemukan merupakan penyebab timbulnya penyakit, tetapi bukti statistik banyak menunjang kenyataan

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia bahwa orang gemuk lebih mudah terkena penyakit, antara lain Diabetes Mellitus yang dikenal sebagai salah satu fakor risiko. Pada penelitian di Jakarta tahun 1982, ditemukan bahwa Diabetes mellitus lebih banyak diderita oleh orang-orang yang gemuk (6,7%) dibandingkan dengan orang-orang yang berberat badan normal (0,9%). Di samping badan yang gemuk ternyata lamanya mengalami kegemukan juga berpengaruh, yakni makin lama orang dalam kondisi kegemukan makin besar kemungkinan untuk menderita Diabetes Mellitus. ¾ Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) Penelitian terhadap 74.000 karyawan di Amerika menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara bertambahnya berat badan dengan tekanan darah tinggi. Penyebab kenaikan tekanan darah ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa pada orang gemuk terdapat peningkatan jumlah darah yang beredar sehingga tekanan darah meningkat. ¾ Penyakit Jantung Orang gemuk mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan normal. Suatu penelitian membuktikan bahwa orang dengan kelebihan berat badan 25% atau lebih mempunyai risiko 60% lebih besar terkena penyakit jantung dibandingkan dengan berat badannya normal. Jenis penyakit jantung yanmg sering terjadi adalah atherosklerosis,

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

yaitu penyakit dengan penyumbatan pembuluh darah yang biasanya menyebabkan serangan jantung mendadak dan tidak jarang menyebabkan kematian mendadak. Di samping itu, pada orang gemuk kerja jantung lebih berat. Keadaan ini akan normal kembali apabila berat badan turun. ¾

Penyakit-Penyakit Lain

Masih banyak lagi penyakitpenyakit yang mungkin disebabkan oleh kegemukan, misalnya pada wanita gemuk antara lain bisa menimbulkan kemandulan, reumatik, varises, dan penyakit batu empedu. Dari uraian di atas sudah sepantasnya kalau kegemukan harus segera diatasi. Batas Ambang Indeks Massa Tubuh Kurus

Berat < 17,0

Kekurangan

Badan Tingkat Berat Kekurangan Berat Badan 17,0 – 18,5 tingkat Ringan 18,5 – 25,0

Normal Gemuk

Kelebihan Berat

> 25,0 – 27,0

Badan

Tingkat Ringan Kelebihan

Berat

Badan

>27,0

Tingkat Berat

9

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

DAMPAK KEGIATAN PEMBANGUNAN PADA KESEHATAN MASYARAKAT Oleh: Drs. Tukiman, M.K.M.

I.

PENDAHULUAN Sebagai suatu negara yang melaksanakan pembangunan, acapkali akan dihadapkan kepada persoalan-persoalan sebagai akibat dari pembangunan itu sendiri. Hal ini disebabkan bahwa pembangunan itu sendiri membawa dampak baik positif maupun negatif kepada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Salah satu permasalahan yang penting untuk diperhatikan adalah dampaknya pada manusia yakni pada bidang kesehatan. Sebab bila kondisi kesehatan sekelompok orang terancam, maka reaksi akan segera muncul dalam bentuk tindakan berupa protes, maupun tindakan yang sifatnya merugikan banyak pihak. Oleh sebab itu kegiatan pembangunan apa pun bentuknya hendaknya telah melalui proses pengkajian dampak lingkungan, terutama pembangunan skala tertentu yang telah ditentukan berdasarkan Kep. Men. LH No.Kep.39/MENLH/8/ 1996.

2. Lingkungan biologi, termasuk dalam hal ini semua organisme hidup baik binatang maupun tumbuh-tumbuhan maupun mikroorganisme, kecuali manusia. 3. Lingkungan sosial, termasuk semua interaksi antara manusia dengan manusia lain yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kebudayaan, psikososial, dan lain-lain (Wirsal 1995:2). Dari batasan di atas, akan dapat dikatakan lingkungan adalah kumpulan dari semua kondisi/kekuatan dari luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan dari satu organisme hidup. Sebagai mahluk hidup, kita senantiasa akan berhubungan dengan berbagai aspek lingkungan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhtumbuhan yang saling berinteraksi. Manusia sebagai salah satu mahluk hidup merupakan salah satu kelompok yang paling rendah di antara mahluk hidup lainnya.

II. ARTI LINGKUNGAN BAGI KESEHATAN Menurut Blum, derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Dari ke-4 faktor ini lingkungan merupakan paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Oleh sebab itu lingkungan menjadi penting diperhatikan agar dapat dicapai keadaan kesehatan yang baik. Lingkungan dapat diartikan sebagai sesuatu yang berada di sekitar manusia. Secara rinci lingkungan disekitar manusia dapat dikategorikan menjadi: 1. Lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan udara serta interaksi atau satu sama lain di antara faktor-faktor tersebut.

II.

10

MASALAH-MASALAH KESEHATAN DI INDONESIA (MALGIZI, SANITASI LINGKUNGAN, KESEHATAN LINGKUNGAN) Dewasa ini, negara kita masih dihadapkan pada berbagai persoalan dalam bidang kesehatan, di antaranya malgizi, sanitasi lingkungan, dan kesehatan lingkungan. Khusus gizi, pada saat ini terlihat adanya kecendrungan terjadinya malgizi yang dipengaruhi oleh dampak krisis sehingga daya beli masyarakat menurun dan akhirnya akan berimplikasi pula terhadap konsumsi makanan. Akibatnya terjadi beberapa kasus dalam bentuk meramus dan kuarsiokor yang melanda bayi dan balita. Kalau hal ini berkepanjangan, maka dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas sumberdaya

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia manusia sebagai perilaku pembangunan pada masa mendatang. Oleh sebab itu dengan segala upaya yang ada dan dengan dana yang terbatas Departemen Kesehatan secara lintas sektoral melakukan intervensi antara lain dengan program JPS-BK. Dengan program ini diharapkan dapat melakukan perbaikan di sektor kesehatan dan nantinya akan bermuara pada penigkatan kualitas sumber daya manusia yang diharapkan sebagai ujung tombak dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia, muncul sebagai akibat adanya dua keadaan, yakni: 1. Faktor ketidaktahuan penduduk 2. Terdapatnya lingkungan yang jika ditinjau dari aspek kesehatan kurang menguntungkan (Azrul 1990: 22). Menurut WHO, tujuan dari Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah terciptanya keadaan yang serasi sempurna dari semua faktor yang ada di lingkungan fisik manusia, sehingga perkembangan fisik manusia dapat diuntungkan, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dapat dipelihara dan ditingkatkan. Bila tujuan ini diperinci, maka secara garis besarnya dapat pula dibedakan atas: 1. Melakukan koreksi, yakni memperkecil atau memodifikasi terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. 2. Melakukan pencegahan, dalam arti mengefisienkan pengaturan sumber-sumber lingkungan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia, serta untuk menghindarinya dari bahaya. Tujuan di atas merupakan tujuan pokok, karena sebenarnya faktor lingkungan tersebut mempunyai pengaruh yang benar terhadap manusia. Pengaruh yang ditimbulkannya berkisar pada tiga hal, yakni:

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

1. Terhadap kesehatan manusia; 2. Terhadap estetika, kenikmatan, dan efesiensi kehidupan manusia; 3. Terhadap keseimbangan ekologi dan sumber daya alam. Jika diperhatikan, corak dan macam penyakit yang saat ini terdapat di Indonesia yang ditandai oleh: 1. Masih tingginya penyakit infeksi. 2. Masih tingginya angka penyakit menular serta dilengkapi oleh beberapa data dari hasil penelitian kesehatan lingkungan, maka masalah kesehatan lingkungan berkisar pada beberapa hal: o Masalah air; o Masalah benda dan atau barang sisa bekas; o Masalah perumahan; o Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia; o Masalah makanan dan minimum; o Masalah pencemaran; Dari aspek sanitasi lingkungan masih dijumpai adanya beberapa daerah yang kondisi sanitasi lingkungan masih belum seperti yang diharapkan. Meskipun berbagai program untuk penanggulangan sanitasi lingkungan telah dijalankan, namun masih dijumpai masalah-masalah dalam pelaksanaannya, misalnya keterbatasan dana, sikap petugas kesehatan yang sepenuhnya mendukung program ini serta perilaku masyarakat yang sangat sulit untuk dirubah. III.

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT Masalah kesehatan lingkungan karena tingkah laku manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah lama menjadi sorotan yang tajam, setidaknya sejak revolusi industri, seperti dapat dilihat dari protes yang diajukan Chadwick (1842) dan Lamuel Shattuck (1850), namun permasalahannya tetap belum teratasi, bahkan semakin meningkat. Dalam

11

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia sejarah manusia tercatat beberapa peristiwa ancaman kehidupan manusia, karena masalah kesehatan lingkungan misalnya yang terjadi li Lembah Meuse (Belgia) pada tahun 1930, Donora (Amerika Serikat) pada tahun 1948, London pada tahun 1952, yang mendatangkan penyakit serta kematian pada penduduk sekitarnya sebagai akibat dipergunakannya daerah tersebut untuk industri, di mana sisa-sisa industri yang bersifat racun mencemari lingkungan. Kita ketahui bahwa pembangunan di berbagai sektor berdampak secara positif dan kadang kala juga berdampak negatif. Secara positif dapat dilihat kemajuan dalam berbagai sektor dan dapat pula menampung tenaga kerja, bertambahnya pendapatan masyarakat, serta meningkatnya status sosial masyarakat. Namun sebaliknya juga harus dilihat dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas pembangunan itu sendiri antara lain pencemaran lingkungan, baik pencemaran air, udara, dan tanah. Sebagai contoh suatu kegiatan industri yang limbahnya dibuang ke sungai tanpa pengolahan lebih dahulu, maka hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, antara lain dalam bentuk penyakit kulit dan pencemaran. Lingkungan hidup memberikan pengaruhnya lewat media tertentu yang berkontrak dengan satu atau lain cara dengan tubuh yakni air, udara, mahluk hidup, bunyi radiasi, dan lain-lain. Dengan kata lain perubahan yang terjadi pada berbagai media inilah yang kemudian memberikan pengaruh kepada kesehatan masyarakat. Observasi kita sehari-hari memperlihatkan sebagian hidup kita adalah akibat kegiatan kita sendiri yang biasanya merupakan akibat yang tak dikehendaki dari usaha untuk memperbaiki kualitas hidup. Berbagai aktivitas pembangunan yang merubah media tanah, air, udara, dan ruang dengan satu cara atau lain cara, langsung atau tidak langsung akan

12

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

merubah kualitas masyarakat, dalam hal pembangunan perubahan tersebut kebanyakan bersifat positif, meskipun ada juga yang bersifat negatif. Problem utama kesehatan lingkungan di Indonesia saat ini adalah sanitasi air, sampah, limbah, serta pencemaran udara oleh transportasi dan industri Sanitasi sumber air merupakan salah satu isu paling penting dalam kesehatan lingkungan yang akhirnya bermuara kepada berbagai penyakit yang berhubungan dengan air. Ada tiga golongan penyakit yang berhubungan dengan air, yakni: ¾ Water borne (kolera, tifus, disentri, heptitis A, dll.). ¾ Water washed (kudis, jamur di kulit, radang mata, dll.). ¾ Water based seperti malaria dan demam berdarah (Iyansyah 1996). Air selain dapat menularkan secara langsung, dapat juga menjadi tempat perindukan (habitat) berbagai penyebar dan sumber (hospes reservoir) penyakit. Berbagai serangga memerlukan air untuk tumbuh dan berkembang biak, misalnya nyamuk Aedes aegypti yang dapat menularkan penyakit Dengue Hemorgic Fever (DHF). Pencemaran udara dengan berbagai bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan langsung pada paru-paru. Pencemaran partikel-partikel kecil (debu) misalnya debu batu bara juga menyebabkan kerusakan paru (Pneumokoiosis). V.

PRAKIRAAN DAMPAK Prakiraan dampak adalah salah satu langkah dalam studi AMDAL yang merupakan proses untuk menentukan dampak (sosial) yang akan terjadi. Wolf dalam Hadi mengatakan bahwa langkah prakiraan dampak difokuskan pada perubahan yang bersifat kuantitatif jika proyek dilaksanakan. Perubahan ini harus diestimasikan untuk membandingkan kondisi tanpa proyek.

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Secara ringkas dalam prakiraan dampak sebagai peneliti harus menyajikan: 1. Siapa yang terkena dampak. Arti siapa menunjuk pada berapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan, dan sebagainya). Siapa juga menunjukkan satuan analisis: individu, keluarga, dan masyarakat. 2. Dalam bentuk apa mereka terkena dampak. Misalnya penduduk yang tinggal di sepanjang proyek akan terkena dampak dari aktivitas transportasi yang menimbulkan debu dan bising. 3. Berapa lama dampak berlangsung. Misalnya dampak bising dan debu akan berlangung pada masa konstruksi (Hadi 1995:41). Prakiraan dampak seyogianya dilakukan pada kondisi kegiatan belum berlangsung. Sebagai penyusun dokumen AMDAL harus membuat prakiraan/ pendungan dampak dengan berbagai alternatif sesuai dengan kajian disipilin ilmu yang terkait. Hal yang harus dijadikan patokan untuk menyusun alternatif adalah: 1. Kekayaan alam harus dimanfaatkan dengan tujuan untuk kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan mutu hidup. 2. Mengoptimalkan manfaat sumber daya alam, serta mengurangi dampak fisik penurunan kualitas lingkungan. Pertimbangan prioritas dan alternatif yang diajukan harus berdasarkan pada prakiraan perubahan yang akan terjadi pada: − Kondisi dan kualitas lingkungan tanpa kegiatan pembangunan proyek; − Kondisi dan kualitas lingkungan dengan kegiatan pembangunan proyek tanpa pengeloaan dampak; − Kondisi dan kualitas lingkungan dengan kegiatan pembangunan proyek dengan pengelolaan dampak (Arjuna Jaya 1998:2).

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005 

VI. PRINSIP DASAR PENANGANAN DAMPAK Penanganan dampak dari suatu kegiatan proyek tentunya berawal dari pendugaan dampak. Dari pendugaan dampak ini, langkah selanjutnya adalah melakukan serangkaian penanganan dampak, sehingga dampak tersebut dapat ditangani sedemikian rupa. Adakalanya dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan tidak seluruhnya dapat ditanggulangi secara tuntas. Kalau dampak tersebut dinilai cukup membahayakan dan teknologi yang ada belum dapat mengatasi dampak tersebut misalnya membawa kematian/cacat, maka langkah yang dapat ditempuh harus memindahkan lokasi proyek pada lokasi yang lebih aman dan tidak mengganngu kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhtumbuhan. Tahapan yang harus diperkirakan dampaknya dalam kegitan pembangunan proyek dilakukan pada: 1. Tahap Pra-konstruksi atau kajian awal; 2. Tahap konstruksi; 3. Tahap operasi atau perawatan; 4. Tahap pascaoperasi; Dalam menilai ada tidaknya dampak yang akan merugikan bagi kesehatan masyarakat dari suatu kegitan pembangunan, ada beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator tersebut antara lain: • Kelompk hewani; • Kelompok kimiawi; • Kelompok mental spritual/sosial budaya. Dari kelompok hewani dapat kita kenal antara lain: 1. Kelompok rodentia (binatang pengerat), misalnya tikus. 2. Kelompok serangga seperti nyamuk, lalat, dan sebagianya. 3. Kelompok mikro-organisme, baik yang termasuk hewani maupun

13

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia nabati, amoeba, bakteri, jamur, dan sebagainya. Dari kelompok kimiawi, baik yang terdapat dalam air, yakni air tanah dan air dari badan air lainnya, seperti danau, laut, dan sebagainya. Bahan kimia tersebut seperti merkuri, besi, mangan, maupun bahan lain yang mebahayakan kesehatan manusia sedangkan bahan kimi yang terdapat di udara seperti asam sulfat, sulfit sianida, dll. Dari kelompok sosial budaya terutama perubahan perilaku, panik, ataupun timbul reaksi negatif hingga mengganggu kemanan dan ketertiban, antara lain penggusuran untuk jalur hijau yang dapat menimbulkan gejolak di masyarakat. Hal ini pun dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama kesehatan jiwa. VII. KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pembangunan di samping membawa dampak positif, ternyata juga diperkirakan solusinya agar tidak sampai merugikan kesehatan masyarakat. 2. Dalam kegitan pembangunan yang harus melakukan AMDAL, dampak positif maupun negatif hendaknya dikaji secara cermat tahap pra-konstruksi atau kajian awal, konstruksi, tahap operasi, dan pearawatan dan tahap pascaoperasi. 3. Dalam Studi AMDAL harus diingat bahwa kerjasama tim mutlak diperlukan, karena antara satu disiplin ilmu berkaitan dengan ilmu lainnya dan saling melengkapi.

14

Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005