Jurnal Online Universitas Jambi

46 downloads 115 Views 162KB Size Report
e-Jurnal Perdagangan Industi dan Moneter diterbitkan oleh Konsentrasi Industri dan Perdagangan Internasional Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi ...
ISSN 1410-1939

KAJIAN KUALITAS SPORA Beauveria bassiana PADA BERBAGAI JENIS MEDIA DAN LAMA PENYIMPANAN [ASSESMENT ON QUALITY OF Beauvenia bassiana SPORES ON VARIOUS MEDIUM AND STORAGE TIME] Yuni Ratna1 Abstract Beauveria bassiana is an entomopathogenic fungus that had been used in the biological control of pests especially classified to Lepidoptera and Coleoptera. Medium of Beauveria bassiana proliferation are solid (PDA, Corn rice) and liquid medium (Alioshina) . The density and variability of spores produced by the fungus was influenced by proliferation medium and time of spores suspension storage. This research was conducted to investigate the interaction between types of proliferation medium and time of spores suspension storage and its effects on the quality of Beauveria bassiana spores. The results showed that the best medium for sporulation of the fungus was liquid medium of Aliashina with 1.31 X 109 spores/g, follewed by PDA medium with 7.33x108 spores/g and corn rice medium which produced 3.65x108 spores/g. On the other hand, there was a significant interaction between time of suspension storage and density as well as viability of the spores in the varied medium. There was negative correlation between time suspension storage with spores density on PDA medium (Y = 0,0278X + 3,7693; R2 = 0,913), corn rice medium (Y = 0.0577X + 3.7693; R2= 0.9502), Alioshina medium (Y = -0.0351X +3.6133; R2 = 0.9186) and negative correlation between time of sispension storage with spores viability on corn rice medium (Y = -0.7587X + 90.874; R2 = 0.9668). On PDA and Alioshina medium, spores viability was relatively stable. Kata kunci: Beauveria bassiana, kualitas spora, media, lama penyimpanan

PENDAHULUAN Jamur entomopatogen Beauveria bassiana merupakan salah satu jamur yang telah banyak digunakan untuk mengendalikan hama khususnya yang termasuk ke dalam ordo Lepidoptera dan Coleoptera. Mechalas (1963) dalam Hosang (1996) melaporkan bahwa B. bassiana merupakan salah satu jamur yang dapat diproduksi secara komersial sebagai insektisida mikroba, dimana salah satu kriteria utama adalah organisme dapat diproduksi secara praktis dan ekonomis. Tiga metode untuk memproduksi B. bassiana secara masal, yaitu 1) reproduksi dengan media padat dalam kondisi steril di bawah aerasi alami, 2) reproduksi dengan media padat, pasta dan cair di bawah kondisi semi steril dan 3) reproduksi

1

dengan media cair pada aerasi buatan (Pristavko dan Goral, 1967 dalam Roberts dan Yendol, 1971). Media buatan untuk perbanyakan B. bassiana dapat berupa media padat (PDA, jagung) atau media cair Alioshina. Ingold (1967) menyatakan bahwa nutrisi dan lingkungan mempengaruhi tipe pertumbuhan jamur (membentuk miselia atau struktur reproduktif). Adanya perbedaan kandungan nutrisi dari berbagai jenis media akan mempengaruhi kualitas (jumlah, kerapatan, viabilitas) spora yang dihasilkan serta kemampuan spora untuk bertahan tanpa mengalami penurunan kualitas yang nyata setelah dilakukan penyimpanan suspensi. Sedangkan keberhasilan penggunaan jamur dalam pengendalian hayati serangga hama antara lain ditentukan oleh kerapatan dan viabilitas spora yang

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

59

Jurnal Agronomi 8(1):59-62

akan kontak dengan tubuh serangga (Ferron, 1981) serta jenis isolat jamurnya (Cannon, 1989). BAHAN DAN METODA Bahan yang digunakan; biakan murni B. bassiana, media PDA (PDA oxoid), media jagung (beras jagung, gula putih, cuka), media Alioshina (NaNO3 0.9%; KH2PO4 0.075%; MgSO4 0.075%; CaCl2 1.25%; Sukrosa 1%), KMnO4 1.0%, air destilasi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor utama adalah suspensi B. bassiana dari berbagai media (PDA, jagung, Alioshina). Faktor kedua adalah lama penyimpanan suspensi B. bassiana (0, 6, 12, 18 dan 24 jam). Jumlah spora Penghitungan jumlah spora dilakukan sesuai dengan waktu panen spora pada masing-masing media perbanyakan jamur. Jumlah spora dihitung dengan menggunakan rumus Gabriel dan Riyanto (1989): t.d S=

x 106 n . 0.25

Viabilitas spora Penghitungan viabilitas spora dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan suspensi jamur dengan menggunakan rumus Gabriel dan Riyanto (1989): g V=

x 100% g+u

di mana: V :adalah viabilitas spora g :adalah jumlah spora yang berkecambah u :adalah jumlah spora yang tidak berkecambah HASIL DAN PEMBAHASAN Data tentang jumlah dan waktu panen spora masing-masing media disajikan pada Tabel 1. Jumlah spora tertinggi terdapat pada media Alioshina, diduga karena kondisi media selalu dalam keadaan bergerak sehingga pertumbuhan miselia terhambat (miselia selalu terpotongpotong). Dalam kondisi demikian jamur cenderung membentuk spora dan oleh karena nutrisi yang tersedia cukup banyak maka spora yang dihasilkan juga lebih banyak.

di mana: S : jumlah spora t : jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati d : tingkat pengenceran n : jumlah kotak sampel yang diamati

Tabel 1. Jumlah spora yang dihasilkan pada berbagai jenis media perbanyakan dan waktu panen spora jamur B. bassiana Jenis Media

Jumlah Spora

Waktu Panen Spora

Kerapatan spora Penghitungan kerapatan spora dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan suspensi jamur dengan menggunakan rumus Gabriel dan Riyanto (1989):

PDA

7,33.108 per gram media

21 hari setelah inkubasi

Jagung

3,65.108 per gram media

30 hari setelah inkubasi

Alioshina

1,31.109 per mililiter media

3 hari setelah inkubasi

t C=

x 106 n . 0,25

di mana: C : kerapatan spora per ml larutan t : jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati n : jumlah kotak sampel yang diamati 0,25 merupakan faktor koreksi penggunaan kotak sampel skala kecil dalam Haemocytometer

60

Selain itu, lingkungan mikro juga mempengaruhi sporulasi. Walstad, Anderson dan Stambaugh (1970) melaporkan bahwa pertumbuhan optimum dan sporulasi B. bassiana terjadi pada suhu 25o 30oC dan kelembaban 100%. Ditambahkan oleh Junianto dan Sri Sukanto (1995) bahwa sporulasi memerlukan kelembaban tinggi dan pertumbuhan vegetatif yang terlalu baik menghambat sporulasi. Pada kelembaban 100% spora berkembang dalam waktu 4 hari, sedang pada kelembaban 92,5 – 98% jumlah sporulasi terjadi 5 hari atau lebih lama.

Yuni Ratna : Kajian Kualitas Spora…

Tabel 2. Rerata kerapatan spora B. bassiana (juta/ml) pada berbagai jenis media dan lama penyimpanan suspensi jamur. Jenis media

Kerapatan spora (juta/ml) pada berbagai lama penyimpanan (jam) 0 6 12 18 24

PDA

3,67 a

3,68 a 3,53 a

3,24 b

3,06 bcd

Jagung

3,62 a

3,61 a 3,12 bc

2,67 e

2,35 f

Alioshina 3,60 a

3,52 a 3,07 bcd 2,93 cd 2,85 de

Angka-angka yang didampingi huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf α = 5% Jumlah spora yang dihasilkan dari media PDA lebih tinggi dari media jagung hal ini disebabkan karena media PDA lebih padat sehingga pertumbuhan miselia kurang leluasa (tertekan) dan dalam kondisi demikian jamur akan membentuk spora (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan pendapat Lewis dan Papavizas (1983) yang menyatakan bahwa produksi spora akan lebih banyak pada media yang lebih padat. Pada tabel 2 terlihat kerapatan spora pada berbagai media yang menurun dengan makin lamanya penyimpanan suspensi. Penurunan kerapatan spora disebabkan karena spora yang telah berkecambah tidak dihitung lagi sebagai spora. Pada media jagung dan Alioshina penurunan kerapatan spora mulai nyata pada lama penyimpanan suspensi 12 jam, sedang pada media PDA penurunan kerapatan spora mulai nyata pada lama penyimpanan 18 jam. Hal ini menunjukkan, spora yang dihasilkan dari media PDA mempunyai ketahanan yang lebih tinggi dibanding spora dari media jagung dan Alioshina. Spora B. bassiana mulai membentuk tabung kecambah 9 jam setelah inkubasi. Feng dan Johnson (1990) melaporkan, spora B. bassiana yang menempel pada tubuh nimfa Diurophis noxia dalam kondisi optimum mulai membentuk tabung kecambah paling cepat 8 jam setelah spora menempel pada substrat. Dari hasil analisi regresi korealsi diperoleh hubungan antara lama penyimpanan suspensi dengan kerapatan spora B. bassiana pada media PDA, jagung dan Alioshina. Bentuk regresinya dapat dilihat pada Gambar 1. Data tentang viabilitas spora pada berbagai media dan lama penyimpanan disajikan pada Tabel 3.. Pada media PDA da.3(a)0.46 Tc0tasban pa52 Tc(pan023 Tc9r6Y8)2.b23 Tc9r7(ab)-rr46 Tw.9(m)13.6(a)23.3

61

Jurnal Agronomi 8(1):59-62