JURNAL PENDIDIKAN - eJournal Unesa - Universitas Negeri ...

71 downloads 212 Views 496KB Size Report
JURNAL PENDIDIKAN. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN. MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN MAZE PADA ANAK ...
JURNAL PENDIDIKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN MAZE PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II DI SLB/C TPA JEMBER

Diajukan Kepada Universitas Negeri Surabaya Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh :

BIMA CAHYA HERIANTOKO NIM. 071 044 310

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN MAZE PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II DI SLB/C TPA JEMBER BIMA CAHYA HERIANTOKO ( Mahasiswa PLB – FIP Universitas Negeri Surabaya, e-mail:.........................)

Abstrack: Beginning reading skills are the most important things that must be owned by the students, especially the ability to read should be mastered by students at levels elementary school, because this ability is directly related to the whole process of learning. The purpose of this study was to describe the beginning of improved reading skills using games media Maze mild mentally retarded in children in the class II SLB/C landfill Jember. This research is a class action, because the research done to solve the problem of learning in the classroom. The research procedures performed by cycles where each cycle performed during 2 meetings of planning, implementation, observation, reflection and revision. This study also includes descriptive research, a technique for describing how learning is applied and how the desired results can be achieved. Based on the analysis on the second cycle 1 meeting. The results mean the first meeting of the second cycle by 62%. This child average value meets the Minimum Acomplishment Criteria. However, on an individual basis from the results of tests on the second cycle 1 meeting still have 1child had scored less than 60. Thus, in the classical limit value is not reached mastery learning that action research continued on the second cyclemeeting 2. In this cycle average value by 70%. Individually, all the children had achieved greater 60. Thus, in the classical mastery has reached a predetermined limit which is 60%. Keywords: Media Maze Games, Kids mentally retarded and Beginning Reading.

PENDAHULUAN Interaksi belajar mengajar adalah

kemampuan membaca. Anak yang tidak

terjadinya interaksi yang mencakup tiga unsur

mampu

yaitu

mengalami

:

guru,

bahan,

dan

anak

didik.

membaca kesulitan

dengan

baik

dalam

akan

mengikuti

Keberhasilan guru ditentukan sejauh mana

kegiatan pembelajaran untuk semua mata

penguasaan anak

didik terhadap bahan

pelajaran. Anak akan mengalami kesulitan

pelajaran yang disampaikan oleh guru untuk

dalam menangkap dan memahami informasi

dapat

yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran,

menguasai

bahan

pelajaran,

anak

dituntut mampu membaca.

buku-buku bahan penunjang dan sumber-

Kemampuan membaca permulaan

sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya,

merupakan hal yang paling utama yang harus

kemajuan

dimiliki

dibandingkan dengan teman-temannya yang

oleh

anak

didik,

khususnya

kemampuan membaca harus segera dikuasai

belajarnya

juga

lamban

jika

tidak mengalami kesulitan dalam membaca.

oleh anak dijenjang sekolah dasar, karena

Anak tunagrahita adalah anak yang

kemampuan ini secara langsung berkaitan

memiliki intelektual atau kecerdasan dibawah

dengan seluruh proses belajar.

rata-rata dan ketidakcakapan dalam interaksi

Keberhasilan belajar anak dalam mengikuti

proses

kegiatan

sosial (Soemantri, 2006: 103). Disamping

pembelajaran

intelegensinya di bawah rata-rata anak normal

disekolah sangat ditentukan oleh penguasaan

juga tingkat kosentrasinya rendah. Mereka

sulit diajak belajar secara intensif dan mereka

Tedjasaputra (2001:60) menyatakan

juga suka berbicara sendiri dengan temannya

bahwa, permainan adalah kegiatan yang

ketika pembelajaran berlangsung, terkadang

ditandai

ada yang bertengkar dan mengakibatkan ada

persyaratan yang disetujui bersama dan

anak yang menangis sewaktu proses belajar

ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan

mengajar. Dalam hal ini perlu pembelajaran

dalam tindakan yang bertujuan. Lebih lanjut

yang variatif dan menyenangkan bagi anak

permainan Maze merupakan Mastery Play

agar mereka tidak merasa jenuh, sehingga

yaitu

dapat melatih dan meningkatkan kemampuan

keterampilan tertentu karena kegiatan tersebut

anak dalam memecahkan masalah.

merupakan latihan bagi anak untuk menguasai

Berdasarkan studi pendahuluan yang

oleh

aturan

permainan

serta

persyaratan-

untuk

menguasai

keterampilan-keterampilan yang baru baginya

dilakukan pada tanggal 19 April 2012, di

melalui

pengulangan-pengulangan

kelas II SLB/C TPA Jember, dari hasil

dilakukan anak.

yang

observasi awal yang telah di temukan bahwa

Hidayati (2009) menyatakan bahwa,

pembelajaran membaca huruf, suku kata dan

permainan merupakan kebahagiaan bagi anak-

kata di kelas II guru masih menggunakan

anak

metode tradisional, seperti pengenalan huruf,

perasaannya serta belajar bersosialisasi dan

suku kata dan kata hanya di tulis dipapan tulis

beradaptasi dengan lingkungannya.

tanpa ada media pembelajaran yang menarik, sehingga

pembelajaran

mengekspresikan

berbagai

Permainan Maze adalah permainan

diberikan

mencari jejak yang bermanfaat untuk melatih

menjadi kurang menarik perhatian anak, guru

anak dalam meningkatkan kemampuan bahasa

kurang

menyampaikan

Indonesia terutama kemampuan membaca

materi saat belajar mengajar berlangsung.

serta sebagai alat bantu anak agar aktif dalam

Dari sisi lain, guru kelas tidak memiliki latar

mengikuti proses pembelajaran di kelas.

belakang pendidikan luar biasa.

Permainan Maze yang dipilih adalah media

bervariasi

yang

untuk

dalam

Untuk mengatasi masalah tersebut,

yang menarik untuk anak. Permainan Maze

peneliti berkolaborasi dengan guru kelas II

ini dimodifikasi sehingga dapat digunakan

melaksanakan

untuk

memaksimalkan

penelitian

tindakan,

pemanfaatan

media

permainan Maze dalam proses pembelajaran.

kegiatan

pembelajaran

anak

tunagrahita. Bentuk permainan Maze secara garis besarnya adalah mencari jejak tempat

Penerapan media ini dimaksudkan

huruf vokal dan konsonan serta mencari suku

agar anak lebih senang, dan guru dapat

kata dan kata yang sesuai dengan susunan

melaksanakan pembelajaran secara baik.

kata yang dibawa oleh anak.

Hasil kajian penelitian terdahulu

Di dalam proses belajar mengajar

(2009 : 95) menyatakan bahwa,

bentuk motivasi yang akurat adalah suatu

Permainan Maze adalah permainan mencari

proses yang dengan sengaja diciptakan untuk

jejak yang dapat meningkatkan seluruh aspek

kepentingan anak didik, agar anak didik

perkembangan

anak

baik

menjadi senang. Ketika seorang guru melihat

perkembangan

motorik

bahasa,

ada anak didik yang sedang diam tidak mau

Jamil,

usia

dini,

kognitif,

kreativitas, emosi dan sosial anak.

mengerjakan apa-apa, maka guru tersebut

harus

mengambil

langkah

yang

dapat

pada anak tunagrahita ringan kelas II di

menimbulkan motivasi untuk belajar bagi anak didik tersebut karena jalan pengajaran yang

kondusif

adalah

kondisi

SLB/C TPA Jember. 2.

belajar

Tujuan Khusus a.

Untuk mendeskripsikan pelaksanaan

mengajar yang menyenangkan bagi anak

media permainan Maze dalam upaya

tunagrahita. Kegairahan belajar anak didik

meningkatkan kemampuan membaca

terkuak sebagai implementasi dari luapan

permulaan pada anak tunagrahita

motivasinya, anak didik giat belajar tidak

ringan kelas II di SLB/C TPA

pasif sesuai dengan harapan guru. Kondisi

Jember.

belajar mengajar yang demikian itulah yang

b.

diinginkan.

Maze

Untuk menjelaskan hasil penggunaan media

permainan

Maze

dalam

Diharapkan dengan media permainan

memecahkan masalah kemampuan

dapat

membaca

meningkatkan

kemampuan

permulaan

pada

anak

membaca permulaan anak tunagrahita ringan

tunagrahita ringan kelas II di SLB/C

di kelas II SLB/C TPA Tingkat SDLB/C.

TPA Jember.

Dengan media pembelajaran tersebut, akan

ManfaatPenelitian

menumbuhkan minat belajarnya. Yang pada

Hasil

penelitian

ini

diharapkan

gilirannya minat itu akan menumbuhkan

bermanfaat bagi semua pihak antara lain :

motivasi belajar bagi anak tunagrahita untuk

1.

Manfaat Teoritis

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan

Pengembangan

penuh antusias dan konsentrasi.

media pembelajaran bagi anak tunagrahita

Berdasarkan latar belakang di atas

ringan di SLB/C TPA Jember dalam

maka dapat dirumuskan permasalahan umum dan khusus sebagai berikut : 1.

Bagaimana

2.

mengatasi masalah belajar di sekolah. 2.

Peningkatan

Membaca

penggunaan

Kemampuan

Permulaan

Manfaat Praktis a)

Bagi Sekolah

Dengan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

Menggunakan Media Permainan Maze

dimanfaatkan untuk pengembangan

Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas II

strategi pembelajaran dengan media

di SLB/C TPA Jember?

permainan

Apakah Pelaksanaan Media Permainan

meningkatkan kemampuan membaca

Maze dapat meningkatkan kemampuan

permulaan untuk anak tunagrahita

membaca

ringan di SLB/C TPA Jember.

permulaan

Pada

Anak

Tunagrahita Ringan Kelas II di SLB/C TPA Jember?

Maze

dalam

b) Bagi Guru Sebagai

acuan

guru

dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah :

pelaksanaan kegiatan pembelajaran

1.

dengan

Tujuan Umum Untuk

Peningkatan

kemampuan

permainan

memanfaatkan Maze

media untuk

membaca

permulaan

dengan

meningkatkan kemampuan membaca

menggunakan

media permainan Maze

permulaan pada anak tunagrahita

ringan, khususnya di kelas II SLB/C

c)

Sedangkan

Anderson,

dkk.

TPA Jember.

Dalam Akhadiah, (1993:22) memandang

Bagi Siswa

membaca sebagai suatu proses untuk

Sebagai

motivasi

sehingga

belajar

dapat

siswa,

memahami

meningkatkan

Kemampuan

kemampuan membaca permulaan.

kemampuan

d). Peneliti lainnya

menuntut

` Sebagai pijakan awal untuk penelitian selanjutnya,

guna

penelitian,

yang

permasalahan

anak

membaca yang

tulisan. merupakan

kompleks

kerjasama

bacaan,

dengan

tunagrahita

suatu

antara

yang

sejumlah

kemampuan. Untuk dapat membaca suatu

pengembangan

berkaitan

makna

seseorang

harus

dapat

menggunakan pengetahuan yang sudah

di

dimilikinya.

sekolah

Dengan

demikian,

kemampuan membaca sangat diperlukan oleh Membaca

merupakan

salah

setiap

anak

agar

anak

dapat

mengikuti

kegiatan

satu aspek yang sangat penting, karena

selanjutnya

dengan

kegiatan membaca akan mempengaruhi

Pembelajaran membaca dikelas dasar

aspek yang lainnya. Bila anak mengalami

merupakan pembelajaran membaca pada

kesulitan dalam membaca, maka akan

tahap awal. Sehingga kemampuan dasar

mengalami kesulitan pula dalam menulis,

tersebut menjadi dasar pada pembelajaran

menyimak dan berbicara. Oleh karena itu,

membaca kelas selanjutnya.

membaca merupakan kunci utama untuk

1.

ini

kemampuan

membaca

lebih

mudah.

Membaca Permulaan

keberhasilan pendidikan anak. Dalam penelitian

pembelajaran

Santoso, menyatakan

(2007:3,19)

bahwa,

pembelajaran

permulaan pada anak tunagrahita ringan

membaca di sekolah dasar terdiri atas dua

kelas II yakni membaca nyaring suku

bagian yakni membaca permulaan yang

kata

dilaksanakan dikelas I dan II. Melalui

sederhana

dengan

indikator,

meyebutkan huruf vokal dan konsonan,

membaca

merangkai huruf menjadi suku kata,

siswa mampu mengenal huruf, suku kata,

membaca suku kata, merangkai suku kata

kata, kalimat dan mampu membaca

menjadi kata, dan membaca suku kata

dalam

sederhana.

membaca lanjut dilaksanakan di kelas Akhadiah, dkk. (1993: 22)

mengemukakan

bahwa,

membaca

permulaan

berbagai

ini,

konteks.

Berkenaan pembelajaran,

Tarigan,

mencakup

beberapa

mengatakan,

pembelajaran

mengenali

huruf

dengan (1997:5.33) membaca

kata-kata,

permulaan bagi siswa kelas I SD dapat

menghubungkan bunyi serta maknanya,

dibedakan ke dalam dua tahap yakni

serta

belajar membaca tanpa buku diberikan

menarik

maksud bacaan.

dan

seperti

Sedangkan

tinggi atau di kelas III, IV, V dan VI.

merupakan suatu kesatuan kegiatan yang kegiatan

diharapkan

kesimpulan

mengenai

pada awal-awal anak memasuki sekolah. Pembelajaran

membaca

permulaan

dengan

menggunakan

buku

dimulai

merupakan kebahagiaan bagi anak-anak

setelah murid-murid mengenal huruf-

untuk

huruf

perasaannya serta belajar bersosialisasi

dengan

baik

kemudian

diperkenalkan dengan lambang-lambang

dan

Budiasih

Zuchdi,

(2001:

berbagai

dan beradaptasi dengan lingkungannya.

tulisan yang tertulis dalam buku. Menurut

mengekspresikan

Permainan

Maze

adalah

Darmiyati

permainan mencari jejak yang dapat

membaca

meningkatkan

58)

seluruh

permulaan diberikan secara bertahap,

perkembangan anak

yakni pramembaca dan membaca. Pada

perkembangan motorik, kognitif, bahasa,

tahap

siswa

kreativitas, emosi dan sosial anak (Jamil,

diajarkan: (1) sikap duduk yang baik pada

2009 : 95) permainan Maze merupakan

waktu membaca; (2) cara meletakkan

Mastery Play yaitu permainan untuk

buku di meja; (3) cara memegang buku;

menguasai keterampilan tertentu karena

(4) cara membuka dan membalik halaman

kegiatan tersebut merupakan latihan bagi

buku; dan (5) melihat dan memperhatikan

anak untuk menguasai keterampilan-

tulisan.

keterampilan yang baru baginya melalui

pramembaca,

kepada

Pembelajaran

membaca

permulaan dititik beratkan pada aspekaspek

yang

bersifat

teknis

usia

aspek dini,

pengulangan-pengulangan

baik

yang

dilakukan anak.

seperti

Permainan Maze merupakan

ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan

sebuah permainan edukatif atau media

intonasi yang wajar, kelancaran dan

pembelajaran yang telah dimodifikasi

kejelasan suara.

digunakan untuk memudahkan siswa

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan membaca permulaan

adalah

dan kata.

yang

Media Maze digunakan untuk

dilaksanakan di kelas I dan II, dimulai

memberikan pemahaman kepada anak

dengan mengenalkan huruf-huruf dan

tunagrahita dimana media ini berupa alur-

lambang-lambang tulisan yang menitik

alur (jejak) yang bisa di telusuri guna

beratkan

ketepatan

mencari huruf yang disebutkan oleh guru.

menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi

Dimana cara pengoperasiannya adalah

yang wajar, kelancaran dan kejelasan

dengan menjalankan pion mengikuti jejak

suara

menuju huruf sesuai perintah guru.

pada

membaca

dalam menerima konsep huruf, suku kata

aspek

Tedjasaputra

(2001:60)

Bahan yang digunakan dalam

mengemukakan bahwa, permainan adalah

pembuatan

kegiatan yang ditandai oleh aturan serta

Dikarenakan ini merupakan media bagi

persyaratan-persyaratan yang disetujui

anak-anak tunagrahita, maka didesain

bersama dan ditentukan dari luar untuk

sederhana dan tidak membahayakan anak.

melakukan kegiatan dalam tindakan yang

Selain itu penggunaan warna dan bentuk

bertujuan. Lebih lanjut Hidayati (2009).

model yang menarik memungkinkan juga

Mengemukakan

bahwa,

permainan

media

ini

adalah

kayu.

merespon semangat belajar bagi anak

permainan dengan teman sebaya

tunagrahita.

sering menimbulkan keceriaan.

Pada

dasarnya

permainan maze meningkatkan mental

c.

Mengembangkan pola sosialisasi dan

adalah melatih dan

kemampuan

anak,

konsentrasi

tujuan

melatih

anak

dalam

fisik

dan

emosi anak. d.

Belajar memahami nilai memberi dan

kemampuan

menerima.

menghadapi

Sebagai

ajang

untuk

suatu masalah, melatih dan meningkatkan

merealisasikan

kreatifitas

percaya diri, mempercayai orang

anak

dalam

belajar

dan

memecahkan masalah.

atau

dan

sikap

lain, serta kemampuan bernegoisasi

Permainan ini memanfaatkan pikiran

rasa

berlatih

konsentrasi

anak

dan memecahkan masalah.

agar

Seperti

kita

bahwa,

tunagrahita

secara

terampil dalam memecahkan masalah.

karakteristik

Keterampilan

dalam

umum memiliki kemampuan daya pikir di

memahami sesuatu membutuhkan daya

bawah anak normal seusianya. Dalam

konsentrasi tinggi. Latihan permainan ini

menempuh

memberikan rangsangan bagi anak untuk

tunagrahita tidak bisa disamakan dengan

mengolah terus berbagai informasi.

anak normal. Mereka perlu mendapatkan

dan

kecepatan

Hidayati

(2009)

mengemukakan

bahwa,

permainan

perkembangan

anak

diantaranya: a.

pun

anak

termasuk dalam membaca permulaan. Sehingga

untuk

memberikan

kemudahan bagi anak tunagrahita ringan dalam membaca permulaan diperlukan

Learning

by

permainan

planning

yaitu

strategi pembelajaran yang inovatif yang

yang

dapat

dapat memberikan motivasi pada anak

mengembangkan motorik kasar dan

yaitu

motorik

sangat

permainan maze. Dengan media tersebut

perkembangan

anak akan termotivasi dan penasaran

halus

berpengaruh

b.

pendidikan

bimbingan khusus dan pelayanan khusus

mempunyai manfaat yang besar untuk mengoptimalkan

anak

ketahui

pada

yang

dengan

menggunakan

media

psikologis anak.

untuk mencari jejak 5 huruf vokal dan 5

Mengembangkan otak kanan.

huruf konsonan serta mencari suku kata

Melalui permainan fungsi kerja otak

KV dan kata KV-KV yang sesuai dengan

kanan dapat

susunan kata yang dibawa oleh anak.

dioptimalkan karena

METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian dilakukan

bagaimana

hasil

yang

diinginkan

dapat

dicapai, Aqib, Z& Siti Jaiyaroh (2009:3).

untuk memecahkan masalah pembelajaran di

Dalam

penelitian

tindakan

ini

digunakan

kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian

penelitian

deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana

permasalahan yang muncul di dalam kelas,

suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

sehingga

sebagai

kelas,

seorang

karena

guru

harus

memperbaiki proses pembelajaran yang ada,

baik

dari

segi

metode,

maupun

media

Desain Penelitian

pembelajaran yang digunakan, guna mencapai

Sesuai dengan jenis penelitian yang

tujuan pendidikan yang lebih baik. Dalam

penelitian

tindakan,

maka

penelitian ini menggunakan model penelitian

dan

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam

bertanggung jawab penuh terhadap jalannya

Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari

penelitian. Tujuan utama

dari penelitian

siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil

Setiap siklus meliputi planning (rencana),

pembelajaran di kelas dimana guru secara

action (tindakan), observation (pengamatan),

penuh terlibat dalam penelitian mulai dari

dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

perencanaan,

dan

berikutnya adalah perncanaan yang sudah

refleksi. Kehadiran peneliti sebagai guru di

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

seperti biasa, sehingga anak tidak tahu kalau

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar

diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan

berikut.

dengan

teman

tindakan,

ini

yaitu

guru

bekerjasama

penelitian

dipilih,

sejawat

pengamatan,

data yang se-objektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. Rencana awal/rancangan

Putaran 1 Refleksi Tindakan dan Observasi

Rencana yang direvisi

Putaran 2

Refleksi Tindakan dan Observasi

Rencana yang direvisi

Hasil PTK Tindakan dan Observasi

DAN SETERUSNYA

Gambar : 3.1 Alur PTK Kemmis dan Taggart (Sugiarti, 1997:6)

Putaran 3

Keterangan: 1.

2.

Subjek dan Setting Penelitian

Rancangan/rencana

sebelum

Lokasi Penelitian ini terletak di SLB

mengadakan penelitian disusun rumusan

C TPA Jember, dengan jumlah subjek

masalah, tujuan dan membuat rencana

penelitian 5 anak yang terdiri dari 4 anak laki-

tindakan, termasuk di dalamnya instrumen

laki dan 1 anak perempuan, dengan materi

penelitian dan perangkat pembelajaran.

penelitian membaca permulaan khususnya

Kegiatan

meliputi

membaca suku kata dan kata sederhana

tindakan yang dilakukan oleh peneliti

menggunakan media permainan maze. Waktu

sebagai upaya membangun

pemahaman

pelaksanaan dalam penelitian ini dilakukan

konsep anak serta mengamati hasil atau

selama 2 siklus yang terdiri dari 2 kali

dampak

model

pertemuan tiap siklus, dengan alokasi waktu 2

dengan

x 35 menit dan 1 kali pertemuan pada siklus

dan

awal,

pengamatan,

dari

diterapkannya

pembelajaran

bermain

menggunakan media permainan Maze. 3.

pemantapan.

Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan

Anak memiliki latar belakang sosial

mempertimbangkan hasil atau dampak

emosional yang kurang bahkan sulit untuk

dari tindakan yang dilakukan berdasarkan

mengungkapkan

lembar

karena terbiasa menggunakan bahasa ibu

pengamatan

yang

diisi

oleh

pengamat. 4.

perkataan

atau

kalimat,

(Jw). Mereka suka menyendiri, dan cenderung

Rancangan/rencana

yang

direvisi,

egois. Ingin menang sendiri, tidak mau

berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

bergabung atau bermain dengan teman yang

membuat rancangan yang direvisi untuk

lain.

dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi

dibagi

dalam

Dengan kondisi tersebut di atas, tiga

sehingga

putaran, yaitu putaran 1, 2 , 3 dan 4 , dimana

guru

untuk pertemuan 1 sampai pertemuan

mengajar

dilaksanakan

di

dalam

kelas,

4

Setiap

kemampuan

tidak

yang ingin dicapai

tercapai. Kegiatan belajar cenderung

monoton,

tidak

menyenangkan. Dengan keadaan demikian

pertemuan dikenai perlakuan yang sama dan

maka

pembelajaran haruslah berprinsip

membahas satu sub pokok bahasan yang

belajar sambil bermain. Bermain seraya

diakhiri dengan tes formatif di akhir pada

belajar

masing - masing putaran. Jika dalam putaran

menggunakan

siklus ke empat masih belum mencapai

diharapkan

keberhasilan belajar, maka dilanjutkan pada

kemampuan berbahasa, khususnya membaca

putaran berikutnya.

permulaan.

atau

sebaliknya.

media anak

permainan

dapat

Dengan Maze

meningkatkan

ProsedurPenelitian Dalam rencana tindakan ini disusun instrumen yang tepat bagi anak tunagrahita guna meningkatkan kemampuan berbahasa terutama membaca permulaan. Upaya ini dilakukan dengan tujuan meminimalkan kesalahan anak dalam mengungkapkan gagasan atau pendapat.

a.

Siklus I, Pertemuan 1 dan 2 Perencanaan

: Mempersiapkan

pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran dengan

membuat rencana pembelajaran tematik Tindakan

: Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat penerapan metode bermain menggunakan media Maze sesuai dengan tema dan subtema. Anakanak bermain media Maze sambil menyebutkan huruf dan kata .

Observasi

: Mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran dengan menggunakan skala nilai terhadap masing-masing anak.

Refleksi

: Melakukan perbaikan perencanaan

berdasarkan hasil tindakan pada

pertemuan sebelumnya. b.

Siklus II, pertemuan 3 dan 4 Perencanaan

: Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran dengan membuat rencana pembelajaran tematik.

Tindakan

: Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat penerapan metode bermain dengan menggunakan media permainan Maze sesuai dengan tema dan subtema. Anak-anak bermain media Maze sambil menyebutkan huruf dan kata.

Observasi

: Berusaha megevaluasi hasil dari proses pembelajaran dengan mengguna-kan skala nilai terhadap masing-masing anak.

Refleksi

: Dilakukan perbaikan perencanaan

berdasarkan hasil tindakan pada

pertemuan sebelumnya.

jumlah anak di kelas tersebut sehingga

Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu

diperoleh nilai rata-rata.

metode dalam kegiatan pembelajaran perlu

Nilai

rata-rata

ini

dilakukan analisis data. Pada penelitian

menggunkan rumus :

didapat

X 

tindakan kelas ini digunakan analisis deskripsi kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang

Keterangan :

bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta

X = nilai rata-rata

sesuai dengan data yang diperoleh, dengan

ΣX = jumlah semua nilai anak

tujuan

ΣN = Jumlah anak

untuk

mengetahui

peningkatan

keterampilan berbahasa anak juga untuk mengetahui peningkatan keterampilan guru dalam mengelola kelas. Analisis

2.

X N

Penilaian Untuk Keberhasilan Belajar Ada dua

kategori keberhasilan

belajar yaitu secara perorangan dan secara dengan

klasikal. Penerapan metode bermain Maze

menggunakan statistik sederhana (Aqib, 2009:

dikatakan berhasil dalam meningkatkan

204) yaitu sebagai berikut :

keterampilan berbicara anak jika anak

1.

ini

dengan

dihitung

Penilaian Rata-rata Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh anak kemudian dibagi dengan

memenuhi

keberhasilan

masuk dalam kategori baik.

belajar

yaitu

Sebaliknya

keberhasilan

anak

Sebelum peneliti melaksanakan

secara klasikal terpenuhi jika presentase

tindakan

keberhasilan belajar mencapai minimal

kemampuan awal anak tentang membaca

60% telah masuk dalam kategori baik.

permulaan

Untuk seluruh aspek penilaian.

awal. Berdasarkan hasil tes kemampuan

P

 anak yang tuntas belajar x 100%  anak

awal

refleksi.

Hasil

analisis

untuk

mengetahui

dilakukan tes kemampuan

diketahui

bahwa

kemampuan

membaca permulaan sebagian besar anak

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan

kelas,

tunagrahita ringan Kelas II di SLB/C TPA

ini

Jember Tahun Pelajaran 2012/2013 masih

digunakan sebagai bahan refleksi untuk

rendah.

melakukan

dalam

pencapaian nilai tes dengan rerata 45 %.

siklus selanjutnya. Hasil analisis juga

Yang secara diskripsi dapat dijelaskan

dijadikan sebagai bahan refleksi dalam

dengan anak masih cenderung bingung

memperbaiki

dalam

bahkan

perencanaan

rancangan

dijadikan

lanjut

pembelajaran,

sebagai

bahan

Hal

ini

dapat

membedakan

konsonan

dan

terlihat

dari

antara

huruf

anak

belum

vokal,

pertimbangan dalam penentuan metode

memahami konsep suku kata, kata dan

pembelajaran yang tepat.

kalimat sederhana. Nilai kemampuan anak membaca

permulaan

pada

kondisi

HASIL DAN PEMBAHASAN

awal/sebelum tindakan adalah sebagai

Deskripsi Kondisi Awal/Sebelum Tindakan

berikut :

Tabel : 4.1 Lembar Hasil Nilai Kemampuan Membaca Permulaan Sebelum Tindakan

No

Nama

Nilai

KKM

Keterangan

1.

SYA

55

60

Tidak Tuntas

2.

AD

40

60

Tidak tuntas

3.

DA

40

60

Tidak tuntas

4.

FT

40

60

Tidak tuntas

5.

DN

50

60

Tidak tuntas

Rerata

45%

Dari tabel di atas menunjukkan

pada anak tunagrahita ringan kelas II ,

bahwa nilai yang diperoleh anak pada

dapat dikatakan belum mencapai tujuan

kondisi awal yang mendapat nilai 40 tiga

yang diharapkan. Dari kondisi tersebut,

anak, nilai 55 dan 50 hanya satu anak.

maka peneliti melakukan perbaikan pada

Data

sistem

ini

menunjukkan

bahwa

pembelajaran

di

kelas

dan

pembelajaran membaca permulaan belum

meningkatkan praktek pembelajaran di

memenuhi batas tuntas yang ditetapkan

kelas secara lebih baik, sehingga anak

yakni sebesar 60 %.

dapat memperoleh hasil belajar yang lebih

Dengan demikian, pada kondisi awal ini kemampuan membaca permulaan

baik.

Berdasarkan

hasil

Pada siklus I pertemuan 1

pengamatan yang dilakukan oleh

yang mendapat nilai 40 satu anak,

peneliti dan teman sejawat dapat

nilai 45 dua anak, nilai 50 satu anak,

dideskripsikan bahwa pada siklus I

dan yang mendapat nilai 60 hanya

pertemuan 1 masih belum mencapai

satu

keberhasilan sesuai dengan kriteria

permbelajaran membaca permulaan

ketuntasan

minimal,

disebabkan

oleh

anak.

Rerata

proses

hal

ini

sebesar 53 %, rerata nilai hasil

beberapa

hal

belajar

mengenal

membaca

diantaranya:

permulaan sebesar 48 % dan rerata

a). Anak baru pertama kali melakukan

aktifitas

guru

dalam

pelaksaan

permainan media Maze, sehingga

pembelajaran membaca permulaan

masih sedikit bersifat pasif.

sebesar 68%.

b). Waktu pelaksanaan pembelajaran

Berdasarkan dari data yang telah

yang terlalu cepat sehingga anak

direduksi,

kurang

dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil

memahami

penjelasan

peneliti dan teman sejawat

cara bermain media Maze secara

belajar

membaca

permulaan

dengan

satu persatu.

menggunakan media Maze pada siklus I

c). Media permaianan Maze sedikit

pertemuan 1 belum mencapai tujuan yang

kurang menarik dari segi warna

diharapkan. Dari 5 anak tercatat 4 anak

sehingga anak kurang tertarik

belum mencapai batas tuntas,

d). Dua dari 5 anak sedang kurang enak

badan

perhatian

sehingga dalam

pembelajaran

hanya 1

anak yang telah mencapai batas tuntas.

kurang

Dengan demikian, secara klasikal belum

mengikuti

memenuhi batas ketuntasan yang telah

membaca

ditetapkan

yakni

60

%,

sehingga

permulaan dengan media Maze.

penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada

Adapun perbaikan yang akan

siklus I pertemuan 2.

dilakukan

pada

siklus

I

pertemuan 2 yaitu:

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

dan teman

a). Kegiatan pembelajaran diawali

sejawat sebagai kolaborator dapat

dengan demonstrasi permainan

dideskripsikan bahwa pada siklus I

media Maze

pertemuan 2,

b). Memberikan setiap anak

perlakuan kepada

dilakukan secara interaktif, sehingga

secara lebih intens

menarik minat anak untuk belajar.

satu persatu. c).

Menjelaskan menyeluruh

pembelajaran dapat

Kemajuan belajar 2 anak meningkat, kembali

secara

anak

permainan

media

dengan baik. 3 anak masih kesulitan

Maze. d). Melakukan perbaikan dari segi estetika media permainan Maze.

dapat

untuk

melaksanakan

membedakan

tugas

dan

mengelompokkan huruf vokal dan konsonan.

Hal

tersebut

disebabkan antara lain karena:

juga

a). Materi pelajaran yang diberikan kepada

anak

sehingga

terlalu

anak

menerima

banyak

tidak

materi

membaca

permulaan

dengan

menggunakan permainan media maze di

yang

Kelas II untuk anak tunagrahita ringan pada siklus I pertemuan 2

belum

yang

digunakan

mencapai tujuan yang diharapkan. Dari 5

pebelajaran

membaca

jumlah anak, tercatat 3 anak belum

permulaan yang kurang menarik

mencapai batas tuntas, 2 anak telah

dan sedikit kurang jelas.

mencapai batas tuntas. Dengan demikian,

dalam

huruf

belajar

bisa

disampaikan guru dengan baik. b). Kartu

dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil

c). Kurangnya pengulangan secara

secara klasikal belum memenuhi batas

satu persatu dalam pelaksanaan

ketuntasan yang telah ditetapkan yakni 60

permainan dengan menggunakan

%, sehingga penelitian tindakan kelas

media Maze.

dilanjutkan pada siklus II .

Adapun perbaikan yang akan

Berdasarkan

hasil

dilakukan pada siklus II Pertemuan 1

pengamatan yang dilakukan oleh

yaitu :

peneliti dan teman sejawat dapat

a).

Pembatasan disampaikan

materi yakni

yang meliputi

II

pertemuan

1

terjadi

mengenal dan melafalkan huruf

peningkatan hasil tes kemampuan

vokal,

huruf

membaca

merangkai

suku

konsonan, kata,

dan

membaca kata. b).

dideskripsikan bahwa pada siklus

Merubah kartu pembelajaran

permulaan

dengan

menggunakan Media Permainan Maze

jika dibanding dengan

nilai hasil belajar pada siklus I.

membaca permulaan khususnya

Hal

pada huruf vokal dan konsonan.

Kemajuan belajar 4 anak yang

c). Memberikan waktu lebih pada

ini

dapat

meningkat,

terlihat

mereka

dari

dapat

ketiga anak yang nilainya masih

melaksanakan tugas dengan baik

rendah.

1 anak

yang masih kesulitan

Pada siklus I pertemuan 2

untuk merangkai suku kata dan

yang mendapat nilai 45 dua anak,

membaca kata . Selain itu juga

nilai 50 satu anak, nilai 60 satu anak,

disebabkan antara lain karena:

dan yang mendapat nilai 65 satu

a). Keterbatasan waktu kegiatan

anak. Rerata proses permbelajaran

pembelajaran

membaca permulaan sebesar 58 %,

b). Anak kurang mampu dalam

rerata nilai hasil belajar sebesar

memahami soal terutama pada

53%.dan rerata aktifitas guru dalam

merangkai suku kata.

pelaksaan pembelajaran membaca permulaan sebesar 70%. Berdasarkan dari data yang telah direduksi, peneliti dan teman sejawat

Adapun perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II pertemuan 2 yaitu :

a). Menambah waktu kegiatan pembelajaran 2 x 35 menit b). Menjelaskan lebih intensif

telah belajar sehingga sangat menarik minat belajar anak, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan

soal evaluasi sehingga anak

topik

bahasan

benar-benar memahami soal.

Penyampaian

Pada siklus II pertemuan 2

diberikan peneliti dapat diterima dengan oleh

membaca

permulaan.

materi pelajaran yang

yang mendapat nilai 50 satu anak,

baik

nilai 60 satu anak, nilai 65 dua anak,

melaksanakan

dan yang mendapat nilai 70 satu

menyebutkan, membedakan, menunjukkan

anak. Rerata proses pembelajaran

dan mengelompokkan huruf konsonan dan

membaca permulaan sebesar 68 %,

huruf vokal, serta anak juga dapat

rerata nilai hasil belajar sebesar 62

mengucapkan

suku

%, dan rerata aktifitas guru dalam

Antusiasme

anak

pelaksaan pembelajaran membaca

pembelajaran setiap pertemuan semakin

permulaan sebesar 75%.

bagus,

hal

anak.

Ketika

tindakan,

ini

kata

anak

dan

dalam

karena

anak

peneliti dapat

kata. proses

mulai

Berdasarkan dari data yang telah

memahami aturan ataupun cara bermain

direduksi, peneliti dan teman sejawat

media Maze. Minat belajar yang tinggi

dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil

juga

belajar mengenal membaca permulaan

tujuan pembelajaran.

mendukung

dalam

pencapaiaan

dengan menggunakan media permainan

Pada siklus II pertemuan 2 ini

Maze pada siklus II pertemuan 1 nilai

yang mendapat nilai 60 satu anak, nilai 65

rerata anak tersebut sudah memenuhi

satu anak, nilai 70 satu anak, nilai 75 satu

KKM. Namun, secara individual dari hasil

anak, dan yang mendapat nilai 80 satu

tes pada siklus II pertemuan 1 tersebut

anak. Rerata proses permbelajaran konsep

masih terdapat 1 anak yang mendapat nilai

membaca permulaan sebesar 76 %, rerata

kurang dari 60 %. Jadi, secara klasikal

nilai hasil belajar membaca permulaan

nilai tersebut belum mencapai batas

sebesar 70 %. dan rerata aktifitas guru

ketuntasan belajar sehingga penelitian

dalam pelaksaan pembelajaran membaca

tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II

permulaan sebesar 81%.

pertemuan 2.

Berdasarkan dari data yang telah

Berdasarkan hasil pengamatan

direduksi, peneliti dan teman sejawat

yang dilakukan oleh peneliti dan observer

dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil

dapat dideskripsikan bahwa pada siklus II

belajar membaca permulaan menggunakan

pertemuan

media permainan Maze pada siklus II

keefektifan

2, proses

sangat

membantu

pembelajaran

dan

pertemuan 2 nilai reratanya sebesar 70%.

penyampaian pesan dan isi pelajaran.

Secara individual, semua anak telah

Dengan menggunakan media permaianan

mencapai nilai lebih besar 60. Jadi, secara

maze pembelajaran dapat berjalan lebih

klasikal telah mencapai batas ketuntasan

efektif dan menyenangkan, karena secara

yang telah ditetapkan yakni 60%. Hal ini,

tidak langsung dalam bermain anak juga

menunjukkan

bahwa

kemampuan

membaca permulaan dengan pelaksanaan

memenuhi batas ketuntasan yang telah

pembelajaran

ditetapkan, yakni 60 %.

menggunakan

media

permainan Maze pada anak tunagrahita

Penelitian

tindakan

ringan Kelas II di SLB/C TPA Jember

kelas dilanjutkan pada siklus II

Tahun Pelajaran 2012/2013 meningkat

pertemuan 1. Hasil rerata pada

secara signifikan.

siklus II pertemuan 1 sebesar 62

Pelaksanaan pembelajaran media permaianan maze dasar

dengan kompetensi

membaca

nyaring

suku

kata

%. Nilai rerata anak tersebut sudah memenuhi KKM. Namun, secara individual dari hasil tes

sederhana sangat membantu keefektifan

pada

proses pembelajaran, Pembelajaran dapat

tersebut masih terdapat 1 anak

dilakukan

sehingga

mendapat nilai kurang dari 60.

menarik minat anak untuk belajar. Hal ini

Jadi, secara klasikal nilai tersebut

sesuai

belum mencapai batas ketuntasan

secara

dengan

interaktif,

pendapat

Latuheru

siklus II

pertemuan

(1988:14), yang menyatakan bahwa media

belajar

pembelajaran adalah bahan, alat, atau

tindakan kelas dilanjutkan pada

teknik yang digunakan dalam kegiatan

siklus II pertemuan 2. Pada siklus

belajar mengajar dengan maksud agar

ini nilai reratanya sebesar 70 %.

proses interaksi komunikasi edukasi antara

Secara individual, semua anak

guru dan siswa dapat berlangsung secara

telah mencapai nilai lebih besar

tepat guna dan berdaya guna.

60. Jadi, secara klasikal telah

Menurut Akhadiah,dkk. (1993: 22) yang mengemukakan bahwa, membaca

sehingga

1

mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan yakni 60%.

merupakan suatu kesatuan kegiatan yang mencakup

beberapa

mengenali

huruf

kegiatan dan

penelitian

Dengan

seperti

demikian, Penelitian Tindakan

kata-kata,

Kelas yang dilaksanakan telah

menghubungkan bunyi serta maknanya,

sesuai

serta

diharapkan, yakni melalui media

menarik

kesimpulan

mengenai

dengan

tujuan

maksud bacaan. Hal ini dibuktikan dengan

permaianan

hasil rerata tes anak pada kondisi awal

mengatasi

adalah 45 %, setelah diberikan tindakan

belajar

perbaikan pada siklus I pertemuan 1

khususnya

meningkat

siklus I

permulaan pada anak tunagrahita

pertemuan 2 rerata sebesar 53 %. Hasil

ringanKelas II di SLB/ C TPA

tersebut belum mencapai tujuan yang

Jember

diharapkan. Dari 5 jumlah anak, tercatat 3

2012/2013.

menjadi 48

%,

anak belum mencapai batas tuntas, 2 anak telah mencapai batas tuntas. Dengan demikian,

secara

klasikal

belum

Maze

yang

masalah bahasa dalam

Tahun

dapat kesulitan Indonesia membaca

Pelajaran

PENUTUP pokok

Simpulan

bahasan

membaca

permulaan

Dengan menggunakan menggunakan

sehingga pembelajaran yang dilaksanakan

media permaianan maze pembelajaran dapat

terasa menyenangkan serta melibatkan

berjalan lebih efektif dan menyenangkan,

aktivitas anak secara penuh baik fisik

karena secara tidak langsung dalam bermain

maupun mental.

anak juga telah belajar meskipun dalam

2.

Untuk Peneliti Lain

pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini

1, kemampuan anak masih dalam taraf

dapat dikembangkan menjadi acuan pada

menyebutkan huruf vocal dan konsonan. Pada

penelitian

siklus I pertemuan 2, anak mulai mampu

perbaikan proses pembelajaran Bahasa

dalam merangkai huruf menjadi suku kata hal

Indonesia pada anak tunagrahita ringan.

tersebut juga sangat menarik minat belajar

Sehingga dapat mendukung peningkatan

anak, khususnya dalam pembelajaran bahasa

hasil belajar.

Indonesia dengan topik bahasan membaca permulaan. Penyampaian

materi pelajaran

yang diberikan peneliti dapat diterima dengan baik oleh anak. Ketika peneliti melaksanakan tindakan, pada siklus II

pertemuan 1 anak

sudah mampu membaca suku kata, dan pada siklus II

pertemuan 2 anak telah mampu

dalam merangkai suku kata menjadi kata dan mampu dalam membaca kata beserta

kata

sederhana., antusiasme anak dalam proses pembelajaran bagus,

setiap

sehingga

pertemuan dapat

semakin

disimpulkan,

pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media permainan maze dapat meningkatkan

kemampuan

membaca

permulaan anak tunagrahita ringan di SLB-C TPA Jember. Saran Dalam

rangka

mengatasi masalah

kesulitan membaca permulaan pada anak tunagrahita

ringan,

maka

peneliti

menyampaikan saran sebagai berikut : 1.

Untuk Guru. Sebagai referensi agar dapat menerapkan media

permaianan

Maze

dalam

pembelajaran Bahasa indonesia khususnya

lebih

lanjut

dalam

usaha

DAFTAR RUJUKAN Ahmad Thoha Muslim, dkk. 1995. Orthope Kusnandar, 2008,

didalam PLB. Jakarta :Depdikbud

Tindakan Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka

Langkah mudah penelitian Kelas.

Jakarta

:

Grafindo

Persada. Maleong, C. Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Cipta.

Rosdakarya Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan

Belajar,

Jakarta:

PT.

Sevilla et Ali. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Depdikbud

RinekaCipta.

Arsyad,

Azhar.

2003.

Media

Pembelajaran,

Jakarta: Rajawali Press.

Somad, Hernawati. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita,

Jakarta:

Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Yrama Widya.

Jenderal

Pendidikan

Tinggi

Proyek

Pendidikan Tenaga dan Guru.

Soemantri, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian Tindakan

Jakarta : Depdikbud

Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima David Werner, dkk. 2002. Anak – anak Desa Yang Menyandang Cacat. Malang : Yayasan Bhakti Luhur

Tampubolon, DP. 1990. Kemampuan Membaca, Tehnik Membaca Efektif dan Efisien: Bandung Angkasa Wahyudi,

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Standart Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

A.

Yogyakarta : Fakultas psikologi UGM

Press. Wardhani, Igak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. R.

Tindakan

2005. Kelas

Metode Untuk

Pendidikan Kabupaten Jember

Penelitian

Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen, Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Hobri.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Dinas

Metodologi

Penelitian, Surabaya: Unesa University

Wiriaatmadja, Hadi, S. 1993. Metodologi Research (jilid II).

2005.Pengantar