JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UM

43 downloads 6451 Views 570KB Size Report
diperoleh titik temu berupa “bangun dasar” kurikulum matematika atau pendidikan ... di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang. Sehubungan ... tentang materi matematika yang dipelajari siswanya, terutama ketika siswanya.
TANTANGAN KURIKULUM 2002 PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UM

DALAM MENCETAK GURU MATEMATIKA YANG PROFESIONAL1) Abdur Rahman As’ari2)

PENDAHULUAN Beberapa waktu yang lalu penulis diminta untuk menjadi pembicara dalam bedah kurikulum yang akan dilangsungkan di ITB tanggal 25 Mei 2003. Bedah kurikulum ini dilakukan karena dalam pertemuan para Ketua Jurusan dengan Pengurus Pusat Himpunan Matematika Indonesia (IndoMS) ada beberapa ketua jurusan yang menyarankan agar diadakan pertemuan untuk membahas kurikulum matematika dan pendidikan matematika sehingga diperoleh titik temu berupa “bangun dasar” kurikulum matematika atau pendidikan matematika yang seharusnya ada di setiap program matematika. Penulis diminta untuk menyajikan tentang kurikulum Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang. Sehubungan dengan itu, penulis mencoba untuk memberikan gambaran tentang Kurikulum Program Studi Pendidikan Matematika tahun 2002 dan melakukan kajian dalam kaitannya dengan potensi kurikulum tersebut dalam mencetak guru-guru matematika yang berkualitas.

DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM TAHUN 2002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UM

1)

Disajikan dalam rangka Bedah Kurikulum Matematika di ITB Bandung tanggal 24 Mei 2003 Drs. Abdur Rahman As’ari M.Pd, M.A. adalah dosen Matematika FMIPA UM dan Wkl Presiden IndoMS

2)

1

Pertama-tama, kurikulum yang dikembangkan untuk mahasiswa Program Studi Strata 1 Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang pada tahun 2002 dikembangkan atas dasar filosofi sebagaimana gambar di atas. Filosofi ini dikembangkan oleh penulis (As’ari, 2002). Fokus utama kurikulum tahun 2002 adalah agar lulusan memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis maupun pembelajarannya. Untuk itu, kepada mahasiswa akan diberikan tentang: 1. Matematika Sekolah, 2. Strategi Pembelajaran Matematika, 3. Proses Berpikir Matematis, 4. Kemampuan Metakognisi, dan 5. Sikap produktif. Guru perlu menguasai matematika sekolah yang akan diajarkannya. Tanpa penguasaan matematika sekolah yang memadai, seorang guru tidak akan memiliki kepercayaan diri dan tidak mampu berapresiasi dengan baik dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya. Guru juga tidak akan mampu memberikan motivasi belajar kepada para siswanya, karena sibuk dengan dirinya sendiri. Guru tidak akan mampu memberikan bimbingan secara optimal tentang materi matematika yang dipelajari siswanya, terutama ketika siswanya merasa kesulitan dengan masalah matematika yang dipelajarinya. Bahkan mungkin akan sangat ketakutan kalau-kalau para siswa tersebut bertanya kepada dirinya. Alih-alih memberikan penjelasan yang baik, justru damprat dan kemarahan yang dipertunjukkan untuk menutupi kekurangannya. Penguasaan matematika sekolah ini sungguh merupakan persyaratan mutlak yang harus dimiliki guru. Guru yang baik juga harus mampu menjadi pemecah masalah yang baik untuk soal-soal matematika sekolah. Hal berikutnya yang harus dikuasai guru matematika adalah kemampuan melaksanakan pembelajaran agar terjadi proses belajar pada diri siswa, bukan sekedar melaksanakan pengajaran. Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa materi dan kegiatan matematika bukan mengajarkan. Kalau hanya sekedar mengajarkan, maka yang belajar adalah si guru itu sendiri, sementara siswa hanya menjadi pengamat dan belum tentu terjadi proses belajar. Andaikata terjadi proses belajar sekalipun, maka proses tersebut tidak berjalan secara optimal Untuk itu, guru perlu memiliki berbagai macam strategi (dalam arti luas) pembelajaran matematika, yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang bersesuaian. Dia perlu mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa, apa kebutuhan siswa, apa yang bisa dipahami siswa, cara apa yang bisa digunakan, pendekatan apa yang seharusnya dipakai, dan lain sebagainya. Jika dia gagal membelajarkan siswanya dengan satu cara, dia harus mengetahui cara lain yang mungkin bisa digunakan. Guru harus “kaya” dengan strategi pembelajaran. Dua hal tersebut, akan dapat menjadi bekal yang baik bagi seorang guru. Namun demikian, masih ada tiga hal lain lagi yang perlu dimiliki seorang guru 2

matematika jika dia ingin menjadi guru matematika yang baik, yaitu guru matematika yang mampu memecahkan masalah matematika dan masalah pembelajarannya (baik dialam sendiri maupun yang dialami rekan guru lainnya). Tiga hal lain tersebut adalah penguasaan akan proses berpikir matematis, kemampuan melakukan metakognisi, dan sikap yang produktif. Dengan proses berpikir matematis yang baik, seorang guru akan senantiasa dapat menempatkan setiap permasalahan dalam koridor yang tepat. Dia bisa mengklasifikasikan, membandingkan, mengurutkan, menganalisis bagian dan keseluruhan, mengidentifikasi pola yang ada. Dia juga memiliki berbagai macam strategi heuristik pemecahan masalah yang memungkinkan dia mampu menyederhanakan masalah dan membuat langkah penyelesaian yang tepat. Dengan kemampuan metakognisi yang ada, dia bisa menengok ulang proses dan alur berpikir yang dilaluinya ketika dia berusaha memecahkan masalah. Dengan begitu dia akan dapat melakukan refleksi diri dan menemukan kelemahan-kelemahan serta potensi perbaikannya. Ini akan sangat bermanfaat bagi guru untuk senantiasa melakukan perbaikan proses pembelajarannya dari hari ke hari. Dengan sikap yang produktif, guru akan terus tertantang memberikan layanan yang terbaik kepada sisiwanya dan senantiasa melakukan banyak hal positif. Guru tidak akan mudah menyerah setiap kali berhadapan dengan masalah. Guru akan tidak pernah puas melihat siswa-siswanya tidak mencapai target prestasi belajar tertentu. Guru akan selalu aktif dan kreatif melaksanakan pembelajaran sehingga siswa-siswa mereka akan mencapai hasil belajar yang optimal. Selanjutnya, pengembangan kurikulum program studi pendidikan matematika juga mengikuti panduan yang dikembangkan oleh Ditjen Dikti yang mengelompokkan matakuliah atas dasar pilar-pilar belajar sebagaimana dikemukakan oleh UNESCO yakni: 1. Learning to know 2. Learning to do 3. Learning to be 4. Learning to live together Selama mengikuti pendidikan di program studi pendidikan matematika, mahasiswa diharapkan mengetahui apa yang diperlukan untuk menjadi guru matematika (learning to know), mencoba melakukan secara parsial apa yang biasanya dilakukan oleh guru matematika (learning to do), dan bertindak sebagaimana layaknya seorang guru matematika (leraning to be), dan menyadari serta mengetahui kedudukan dan peran yang diembannya dalam konteks guru matematika secara keseluruhan (learning to live together). Dengan mengacu kepada dua dasar di atas, maka kurikulum Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika dapat dikemukakan pada lampiran. 3

KAJIAN KURIKULUM Kurikulum yang telah berhasil dikembangkan tersebut di atas, tentu masih “subject to review”. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis akan mencoba mengkaji Kurikulum 2002 Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang, khususnya, dari peranannya dalam mendukung praktik dan kinerja pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika di lapangan. Mudah-mudahan ini akan bermanfaat bagi Jurusan Matematika FMIPA UM, dan program studi pendidikan matematika universitas lainnya.

Alat untuk Mengkaji Dalam rangka mengkaji kurikulum 2002 program studi pendidikan Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang, penulis menggunakan suatu alat kajian. Alat kajian ini dikembangkan oleh penulis berdasarkan hasil kajian kepustakaan tentang program-program penyiapan guru matematika. Penulis menelusuri dunia maya dan mendapatkan beberapa artikel yang cukup menarik untuk dijadikan senjata. Hasil kajian penulis tentang halhal yang mempengaruhi kinerja atau praktik pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru matematika sudah disajikan oleh penulis dalam seminar di Jurusan Matematika FMIPA UM tahun 2003 sebagaimana terlihat di dalam daftar rujukan. Menurut As’ari (2003), ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh seorang guru matematika sebelum dia betul-betul mengabdikan dirinya menjadi guru matematika yang baik. Dia harus melewati beberapa fase perjalanan hidup, dan perjalanan hidup ini sedikit banyak memberikan warna dan mempengaruhi karakter guru matematika tersebut. Faktor-faktor yang memperngaruhi kepribadian dan selanjutnya praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika tersebut adalah: 1.

Pengalamannya ketika menjadi murid Sebelum menjadi mahasiswa calon guru, mereka mengalami bagaimana diperlakukan oleh guru mereka. Mereka secara aktif mempersepsi apa yang dialami bersama guru mereka, dan berproses sehingga menjadi sikap dan kepribadian mereka tentang matematika dan proses pembelajaran matematika. Mereka akan melaksanakan proses belajar mengajar matematika sejalan dengan apa yang dipersepsinya. Ini sejalan dengan pendapat Watanabe, McGinnis and Roth-McDuthe (1997), yang mengikuti pendapat Bandura, tentang asumsi teori belajar sosial: Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own actions to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling: from observing others one forms an idea of how new behaviors are

4

performed, and on later occasions this coded information serves as a guide for action. Oleh karena itu, tidak salah kiranya jika guru di jenjang sebelum perguruan tinggi memegang peranan penting dalam pembentukan karakter calon guru. Namun demikian, hasil penelitian Lianghuo, F. and Ngan Peng, C.C. (2002), menunjukkan bahwa pengalaman mereka ketika menjadi siswa bukanlah sumber utama bagi pengembangan pengetahuan tentang pembelajaran matematika sebagaimana diterapkannya. Faktor utama yang memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan praktik pembelajaran guru di Singapura adalah kebiasaan para guru melakukan kegiatan refleksi terhadap praktik pembelajaran yang biasa dilakukannya. Secara umum, penulis setuju dengan pendapat yang pertama. Sebab, di Indonesia, guru (betapapun jeleknya) masih merupakan unsur yang sangat penting. Tidak jarang, suatu materi yang salah yang diajarkan oleh guru diterima sebagai suatu yang “tanpa cacat” oleh seorang anak. Meskipun orang tua anak tersebut ahli matematika, saran orang tua tidak akan pernah dipedulikan. Guru masih dipandang sebagai sumber ilmu pengetahuan yang paling hebat di mata siswa. Hal ini diperparah oleh adanya budaya “tokoh panutan.” Apa yang dikatakan, dan dilakukan oleh tokoh panutan tersebut, akan dilaksanakan dan ditiru secara membabi buta tanpa mengetahui “asbabun-nuzulnya”. Di samping itu, di Indonesia, guru sangat jarang melakukan praktik refleksi untuk memperbaiki cara mereka mengajar. Target utama adalah daya serap kurikulum. Mereka kurang begitu peduli dengan proses belajar mengajar yang dilakukan dan dampaknya terhadap pemahaman siswa. Mereka mengajar dan mengajar untuk mengejar keterselesaian materi. Hal ini diperparah dengan rendahnya “mastery expectation” di republik ini, yakni “85% siswa di kelas memperoleh skor rata-rata 6,5”. Apapun yang terjadi, pengalaman menjadi murid sedikit banyak akan mempengaruhi karakter guru matematika. 2.

Program Pendidikan Guru Selama periode penyiapan guru, calon guru dituntut untuk menyelesaikan sejumlah banyak matakuliah matematika dan pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan atas suatu asumsi bahwa calon guru matematika harus dibekali dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memulai karir profesionalisme mereka. Matakuliah matematika dimaksudkan untuk menjamin bahwa calon guru memiliki wawasan yang luas tentang materi yang akan diajarkan. Dengan mengikuti matakuliah matematika tingkat tinggi, mereka diharapkan memiliki pemahaman yang lebih jelas dan mendalam tentang matematika sekolah. Mereka diharapkan memiliki kemahiran matematika yang baik

5

sehingga mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mengajarkan matematika. Matakuliah pembelajaran matematika, di lain pihak, termasuk di dalamnya praktik mengajar, dimaksudkan untuk menjamin bahwa calon guru matematika memiliki kepammpuan untuk mengidentifikasi metode mengajar yang paling tepat untuk mengajarkan topik tertentu kepada anak tertentu dalam kondisi tertentu, sehingga mereka mampu belajar dengan optimal. Oleh karena itu, tidak salah kiranya jika selama masa di program pendidikan guru ini, mereka dibekali dengan pengetahuan tentang proses belajar siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, issyu pendidikan mutakhir, dan sifat pokok dari kurikulum matematika. Namun demikian, di beberapa tempat dikatakan bahwa penyiapan guru banyak yang terlalu bersifat teoritis, kurang praktis. Apapun bentuknya, pengalaman mengikuti program penyiapan guru mempengaruhi karakter guru matematika. 3.

Budaya Sekolah Ketika seorang calon guru memasuki dunia kerja, dia akan berhadapan dengan suatu lingkungan yang terkadang sudah membentuk suatu budaya tersendiri. Budaya sekolah ini terkadang tertutup, dan cenderung “mempertahankan diri” dari pengaruh baru. Mereka menganggap bahwa sesuatu yang baru adalah ancaman terhadap eksistensi dan kenyamanan mereka selama ini. Dalam budaya seperti itulah mereka hidup. Oleh karena itu, wajar jika mereka cenderung mengalah untuk mengikuti budaya yang telah mapan tersebut atau terlempar ke luar. Hanya orang-orang yang “pandai” sajalah yang bisa “survive” dan bahkan mempengaruhi dan mengubah budaya yang ada. Budaya sekolah ini sedikit banyak mempengaruhi karakter guru matematika.

4.

Pengembangan Profesionalisme Untuk meningkatkan profesionalisme, seorang guru akan mengikuti beberapa macam kegiatan pengembangan profesionalisme, baik yang bersifat internal maupun yang menuntut mereka keluar dari sekolah untuk sementara waktu. Bincang-bincang santai, informal dengan sesama guru tentang proses pembelajaran yang sudah dan akan berlangsung merupakan salah satu bentuk proses dalam rangka pengembangan profesionalisme guru. Demikian pula dengan program-program formal yang menuntut waktu khusus dan sering terjadi di luar sekolah, seperti pelatihan, seminar, lokakarya, dan konferernsi. Keterlibatan guru dalam proses pengembangan profesionalisme ini sedikit banyak akan membentuk karakter guru matematika.

6

Missi Kurikulum 2002 Pendidikan Matematika FMIPA UM Sehubungan dengan hal-hal yang diuraikan di atas, maka tugas yang seharusnya diemban oleh setiap Program Studi Pendidikan Matematika (termasuk Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang) adalah menyiapkan calon guru matematika agar mereka mampu melaksanakan proses pembelajaran matematika secara baik sehingga siswa bisa belajar secara optimal. Kurikulum program studi Pendidikan Matematika harus mampu: 1. mengubah persepsi negatif (kalau ada) mahasiswa tentang matematika dan pembelajaran matematika yang diperolehnya ketika mereka masih duduk sebagai murid di bangku sekolah (SD, SLTP, SMU), 2. memberikan bekal penguasaan Matematika Sekolah yang memadai, sehingga mereka memiliki pengetahuan yang memadai dan percaya diri untuk mengajarkannya kepada murid-murid mereka, 3. memberikan bekal penguasaan berbagai macam strategi pembelajaran matematika yang baik dan sesuai, sehingga mereka mampu melaksanakan proses belajar mengajar yang aktif, dinamis, kreatif, dan efektif, 4. memberikan bekal penguasaan Matematika tingkat lanjut yang bisa dijadikan payung bagi konsep matematika yang diajarkan di sekolah, sehingga mereka menjadi lebih mantap dalam membimbing siswa mereka belajar, 5. menjadikan lulusannya sebagai “agent of change” di lingkungan sekolah dan sekitarnya, sehingga praktik pembelajaran matematika yang baik dapat ditularkan kepada guru-guru matematika lainnya. Kalau Kurikulum 2002 Program Studi Pendidikan Matematika mampu menjalankan missi ini, maka guru yang dihasilkannya akan dapat menjadi guru matematika yang baik yang mampu membelajarkan siswanya, serta mampu menjadi agen perubahan yang bisa mendorong terlaksanakannya pembelajaran matematika yang baik, tidak hanya di kelasnya sendiri tetapi juga di kelas-kelas matematika lainnya.

KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA 2002 FMIPA UM Dilihat dari daftar matakuliah yang tersedia, kurikulum Program Studi Pendidikan Matematika tahun 2002 diperkirakan akan mampu memberikan bekal yang baik kepada mahasiswanya untuk menguasai matematika sekolah dan metode pembelajarannya. Sebanyak 43 sks matakuliah-matakuliah Matematika Sekolah dan Pembelajarannya disediakan. Jumlah ini sungguh jauh berbeda dengan kurikulum pendidikan matematika yang sebelumnya yang hanya memberikan sekitar belasan sks. Di samping itu, pada kurikulum 2002, kurikulum Program Studi Pendidikan Matematika tahun 2002 juga menyediakan banyak sekali matakuliah matematika tingkat lanjut yang dapat digunakan sebagai payung untuk matematika sekolah. Dengan menguasai materi matakuliah lanjutan tersebut, 7

para mahasiswa diharapkan akan dapat menempatkan konsep matematika sekolah dalam konsep matematika tingkat lanjut. Apakah kurikulum program studi Pendidikan Matematika tahun 2002 akan dapat mengubah persepsi yang sudah terbentuk oleh siswa sejak di bangku sekolah? Jawab terhadap permasalahan ini tentu masih harus ditunggu. Secara dokumenter, kurikulum tidak akan mampu memberikan jawaban. Yang mampu menjawab permasalahan ini adalah praktik perkuliahan di kampus, baik perkuliahan matakuliah matematika, maupun matakuliah kependidikan. Kalau pembelajaran di kampus didominasi oleh praktik “talk and chalk” sebagaimana yang lazim di sekolah, harapan tersebut hanya akan tinggal harapan. Justru, persepsi mereka tentang bagaimana matematika itu diajarkan akan semakin terpupuk, tumbuh dan berkembang menjadi kepribadian. Budaya paternalistik bangsa Indonesia tentu juga akan merambah pada mahasiswa sehingga mahasiswa di Indonesia lebih memerlukan “uswatun hasanah atau pemodelan” daripada sekedar “mau-idloh hasanah atau anjuran”. Mereka butuh suri tauladan untuk dijadikan “panutan”. Oleh karena itu, para dosen yang mengajar matematika, dan apalagi pembelajaran matematika harus memberikan suri tauladan bagaimana mengajar yang “baik” sesuai dengan teori-teori terkini. Teori belajar yang baik dan sesuai dengan teori terkini tersebut hendaknya jangan “diceramahkan”, melainkan dipraktikkan di kelas sehingga mahasiswa bisa merasakan perbedaan dan keunggulannya. Apakah kurikulum program studi Pendidikan Matematika tahun 2002 akan mampu menjadikan mereka “agent of change” dalam pembelajaran matematika. Untuk maksud ini, tentu mereka harus memahami budaya sekolah, program-program pengembangan profesionalisme guru, dan untuk itu mereka harus memahami berbagai konsep dalam rangka merealisasikan perubahan (change). Mereka harus mengetahui antara lain: konsep perubahan, dampak perubahan, manajemen perubahan, taktik untuk melaksanakan perubahan, dan lain-lain. Tampaknya kurikulum program studi pendidikan matematika tahun 2002 tidak menyediakan hal ini. Isi dari kurikulum lebih banyak pada masalah matematika dan pembelajarannya. Untuk menutupi hal ini, ada pemikiran untuk meniru pembelajaran di Jepang dimana para dosen mengundang para praktisi (guru, kepala sekolah, atau pengawas) mengikuti proses perkuliahan. Guru bersama mahasiswa diminta untuk menerapkan ide-ide baru dalam pembelajaran matematika, dan mereka diminta untuk membuat laporan pelaksanaan dan hasilnya dalam seminar perkuliahan yang dibina oleh dosen tersebut.

PENUTUP Dari uraian di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa kurikulum program studi pendidikan matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang pada dasarnya sudah cukup baik untuk mencetak guru matematika yang profesional. Akan tetapi, masih ada beberapa hal yang perlu 8

dipertimbangkan dan mendapat perhatian agar tujuan tersebut dapat direalisasikan. Hal-hal yang diharapkan untuk mengubah persepsi negatif calon guru tentang matematika dan pembelajarannya lebih banyak diserahkan kepada bagaimana dosen melaksanakan proses pembelajaran dalam perkuliahan mereka. Demikian pula dengan penyiapan mereka sebagai “agent of change”. Kurikulum program studi pendidikan Matematika mengandalkan kepada praktik perkuliahan yang dilaksanakan dosen. Untuk itu, para dosen matematika di Jurusan Matematika FMIPA UM perlu mengupayakan agar pembelajaran yang dilakukan untuk matakuliah matematika atau pendidikan matematikanya dilaksanakan sesuai teori-teori pembelajaran matematika terkini. Di samping itu, dalam proses perkuliahan matakuliah-matakuliah tertentu, ada kalanya perlu melibatkan guru, kepala sekolah, dan pengawas. Di dalam perkuliahan tersebut, para mahasiswa dapat belajar bersama-sama dengan para guru, kepala sekolah, dan pengawas tentang inovasi dalam pembelajaran matematika. Dengan cara begitu, praktik pembelajaran yang terbaru bisa segera diketahui oleh para guru, kepala sekolah, dan pengawas sehingga ketika para lulusan matematika jurusan Matematika FMIPA UM ingin mengenalkan suatu inovasi terbaru dalam pembelajaran matematika, sekolah akan dengan mudah menyambut ide tersebut dengan baik.

KEPUSTAKAAN As’ari, A.R. Framework Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang. Makalah disajikan dalam rangka Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang, Mei/Juni 2002. As’ari, A.R. An Analysis of the Failure in Creating Constructivism-Oriented Indonesian Mathematics Teacher. Makalah disajikan dalam Seminar Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang. 12 Maret 2003. Lianghuo, F. and Ngan Peng, C.C. 2002. Investigating the Sources of Singaporean Mathematics Teachers’s Pedagogical Knowledge. In D. Edge and Y.B. Har (eds.). Mathematics Education for a Knowledge-Based Era: Proceedings of Second East Asia Regional Conference on Mathematics Education and Ninth Southeast Asian Conference on Mathematics Education. Volume 2 Selected Papers. Nanyang, Singapore: Association of Mathematics Educators, National Institute of Education, Nanyang Technological University Watanabe, Tad; McGinnis, J. Randy; and Roth-McDuffie, Amy. University Faculty "Modeling"Good Instruction inMathematics and Science Courses for Prospective Middle Grades Teachers: Voices from the MCTP. Paper presented at the Annual Meeting of the American Educational Research Association, Chicago, Illinois, March 24 - 28, 1997.

9

Lampiran KURIKULUM 2002 JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA No

Kelompok Matakuliah MPK (4-6)% 6-9sks (8 sks)

MKK (50-80)% (72-118)sks (73 sks = 67 wajib & 6 pilihan)

Matakuliah Sandi

Nama

Sks

Js

Semester 1

MKU421 MKU412 MKU414 MKU418 JUMLAH

Agama Pancasila Kewarganegaraan Bahasa Inggris Profesi

2 2 2 2 8

2 2 2 2

MAP400 MAP401

Pengantar Pendidikan Perkembangan Peserta Didik Belajar dan Pembelajaran Matematika Dasar-dasar Matematika Kalkulus I Kalkulus II Kalkulus Lanjut Dasar-dasar Komputer Pemrograman Komputer Aljabar Linier Elementer

3 3

4 4

3

4

3

4

V

3 3 3 3 3

4 4 4 4 4

V

3

4

MAP402 MAU400 MAU401 MAU402 MAU403 MAU404 MAU405 MAU406

2

3

4

5

6

7

8

Kompe tensi

Inti/ Lokal

Prasyarat

V V V V

V V V

V V

V

Kal I Kal II

V V

daskom

V

10

No

Kelompok Matakuliah

Matakuliah Sandi

Nama

Sks

Js

MAU407 MAU408 MAU409 MAU410 MAU411 MAU412 MAU413 MAU414 MAU415 MAU416 MAU417 MAU418

Metode Statistika Statistika Matematik I Teori Bilangan Analisis Real I Analisis Real II Struktur Aljabar I Struktur Aljabar II Fungsi Kompleks Program Linear Metode Diskrit Geometri Euclid Geometri Analitika

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

MAU425 MAU421

Pilihan Minimum 6 sks: Logika Simbolik Geometri Transformasi

3

4

3 3 3

4 4 4

3 3 3 3 3 73

4 4 4 4 4

MAU422 MAU423 MAU420 MAU424 MAU429 MAU427 MAU426 JUMLAH

SurveI Geometri Metode Numerik Persamaan Diferensial Biasa Sistem Informasi Statistika Matematika II Matematika Terapan Teori Graf I Proyek Khusus

Semester 1

2

3

4

5

6

7

8

Kompe tensi

Inti/ Lokal

Prasyarat

V V

MS V

V V

V

Real I

V

Struk I Kal II Al. Linier

V V V v v V

Geo Euclid Geo Analit Geo Euclid Kal II Kal Lanjut Stat Mat I

11

No

Kelompok Matakuliah

Matakuliah Sandi

Nama

Sks

Js

Semester 1

2

3

4

5

6

7

MKB (30-40)% (43-58)sks

MAP441

Kajian dan Pengembangan Matematika Sekolah I

3

4

(43 sks = 34 wajib & 9 pilihan)

MAP442

Kajian dan Pengembangan Matematika Sekolah II Kajian dan Pengembangan Matematika Sekolah III Kajian dan Pengembangan Matematika Sekolah IV Kajian dan Pengembangan Matematika Sekolah V Matematika SD dan Pembelajarannya I Matematika SD dan Pembelajarannya II Asesmen Pembelajaran Matematika Penelitian Pendidikan Matematika Perencanaan dan Pengembangan Program Pembelajaran Matematika

3

4

3

4

3

4

3

4

3

4

3

4

3

4

3

4

V

3

4

V

MAP443 MAP444 MAP445 MAP446 MAP447 MAP448 MAP449 MAP450

V

8

Kompe tensi

Inti/ Lokal

Prasyarat Dasardasar Mat

V

Dasardasar Mat

V

Dasardasar Mat V

Dasardasar Mat V

V V

Dasardasar Mat Dasardasar Mat Dasardasar Mat

V Met. Stat Asesmen KPMS

12

No

Kelompok Matakuliah

Matakuliah

Js

2

3

2

3

3

4

3

4

3

4

3

4

3 3

4 4 4

PPL

3 45 4

Skripsi/Tugas Akhir

4

Sandi

Nama

MAP451

Seminar Problematika Pembelajaran Matematika Kajian dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika

MAP452

MAP453 MAP454 MAP455 MAP456 MAP457 MAP458 MAP459 JUMLAH MAP480 MPB (10-16)% (15-24)sks

Sks

MAP499

Pilihan minimum 9 sks: Kecenderungan Pembelajaran Matematika Mutakhir Strategi Pemecahan Masalah Matematika Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer Media Pembelajaran Matematika Sejarah Matematika Kemampuan Dasar Mengajar Matematika Proyek Khusus

Semester 1

2

3

4

5

6

7

8

Kompe tensi

Inti/ Lokal

Prasyarat

V V

V V

13

No

Kelompok Matakuliah

Matakuliah Sandi

Nama

Sks

Js

Semester 1

2

3

4

5

6

7

8

Kompe tensi

Inti/ Lokal

Prasyarat

Kompe tensi

Inti/ Lokal

Prasyarat

Pilihan minimum 3 sks: (17 sks = 8 wajib & 9 pilihan) No

Kelompok Matakuliah

Matakuliah MAU481 MAU482 MAU483 MAU484 MAU489

MAU485 MAU487 MAU486 MAU488 JUMLAH MKU427 MBB (6-8)% (9-12)sks (9 sks)

MAU491 MAU492 MAU493 JUMLAH

Basis Data Analisis Data Pemrograman Aplikasi Riset Operasi Proyek Khusus Pilihan minimum 6 sks Fisika Dasar Kimia Dasar Biologi Dasar Kartografi Bahasa Indonesia Keilmuan Bahasa Inggris Matematika KKN Matematika Praktis

Sks

Js

Semester

3 3 3 3 3

4 4 4 4 4

3 3 3 3 17 2

4 4 4 4 3

v

3

4

v

2 3 9

4 4

V V

14