kesantunan berbahasa dalam lingkungan keluarga - Universitas ...

31 downloads 48970 Views 244KB Size Report
15 Jun 2012 ... makalah dengan judul “KESANTUNAN BERBAHASA DALAM. LINGKUNGAN ... berbahasa santun agar siswa dapat berkomunikasi lebih baik.
MAKALAH BAHASA INDONESIA KESANTUNAN BERBAHASA DALAM LINGKUNGAN KELUARGA

Disusun oleh: Nama

: Mahya Kholida

NIM

: 115040200111146

Kelas

:J

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

KATA PENGANTAR Assalamualaikum w.w `

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,karena

dengan rahmat dan hidayah serta inayahnya saya dapat menyajikan sebuah makalah

dengan

judul

“KESANTUNAN

BERBAHASA

DALAM

LINGKUNGAN KELUARGA” untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester genap. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah

“KESANTUNAN

BERBAHASA

DALAM

LINGKUNGAN

KELUARGA” dengan baik. Mengingat sulitnya pemahaman materi,saya mencoba merangkum dalam sebuah makalah agar lebih mudah dipahami. Semoga makalah yang saya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya senantiasa mohon kritik dan saran kepada para pembaca untuk perbaikan makalah ini.Atas sarannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum w.w

Malang,15 Juni 2012

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena didalam

komunikasi,penutur

dan

petutur

tidak

hanya

dituntut

menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan penutur dan petutur akan tetap terjaga apabila masing-masing peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan petkataan lain , baik penutur maupun petutuer memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka. Saat ini masyarakat Indonesia sedang berada ditengah pergerakan kearah yang maju dan modern. Dalam sebuah perubahan masyarakat pasti akan melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan masalah nilai dan moral. Demikian pula dampaknya pada nilai-nilai budaya termasuk tata cara dan kesantunan berbahasa di kalangan generasi muda termasuk pelajar. Pada kondisi seperti ini, pendidikan formal maupun non formal dituntut untuk memiliki kemampuan mendidik dan mengembangkan etika berbahasa santun agar siswa dapat berkomunikasi lebih baik.Akan tetapi keluarga yang merupakan bagian dari sebuah kelompok masyarakat juga berpengaruh terhadap kesantunan berbahasa yang lahir pada sebuah lingkungan masyarakat.Selain itu faktor yang menimbulkan rendahnya kualitas berbahasa antara lain adalah adanya perubahan situasi masyarakat yang semakin buruk dan kompleks . sementara pembinaan berbahasa yang berkualitas atau berbahasa santun kurang mendapatkan perhatian maksimal dari lapisan masyarakat (Aziz , 2001). Dengan adanya kesantunan berbahasa maka akan lahir sebuah penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara . Rasa hormat

disini tidak hanya memberikan penghargaan atau pujian melalui kata-kata melainkan diwujudkan dalam tindak berbahasa melalui tuturan. 1.2

Rumusan masalah 

Bagaimanakah teori kesantunan Brown & Levison?



Bagaimanakah wujud pemakaian teori kesantunanBrown & Levison dalam lingkungan keluarga?

1.3

Manfaat 

Mengetahui teori kesantunan Brown & Levison.



Mengetahui wujud pemakaian teori kesantunan Brown & Levison dalam lingkungan keluarga.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Teori kesantunan Brown & Levison Menurut Brown & Levison, bahwasannya bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada “wajah” atau “muka”, baik penutur maupun petutur. “Wajah” dalam hal ini bukan dalam arti fisik , namun ”wajah” dalam artian public image , atau mungkin harga diri dalam pandangan masyarakat. Konsep wajah ini berakar dari konsep tradisional di China , yang dikembangkan oleh konfusius terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan . pada wajah , dalam tradisi China , melekat atribut sosial yang merupakan harga diri , sebuah penghargaan yang diberikan oleh masyarakat, atau dimiliki secara individu. Kesantunan itu sendiri memiliki makna yang berbeda dengan kesopanan . kata sopan memiliki arti menunjukkan rasa hormat pada mitra tutur , sedangkan kata santun memiliki arti berbahasa atau berprilaku dengan berdasarkan pada jarak sosial antara penutur dan petutur. Konsep wajah di atas benar-benar berkaitan dengan persoalan kesaantunan bukan kesopanan. Rasa hormat yang ditunjukkan melalui berbahasa mungkin akan berakibat santun, artinya sopan berbahasa akan memelihara wajan penutur dan petutur. Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Brown & Levisonberkisar pada muka positif dan muka negatif. 

Muka positif yaitu muka yang mengacu pada citra diri orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukan, apa yang dimilikinya , atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakininya diakui orang sebagai suatu hal yang baik, menyenangkann, patut dihargai, dan seterusnya. Wajah positif berkaitan dengan nilai-nilai keakraban antara penutur dn petutur .



Muka negatif yaitu muka yang mengacu pada citra diri orang yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan penutur membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu.

Dalam teori kesantunan Brown & Levison terdapat 3 skala penentu tinggi atau rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala tersebut ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural yang selengkapnya mencakup skala-skala berikut : 

Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan petutur, hal ini ditentukan oleh parameter umur dan juga jenis kelamin. Berkenaan dengan perbedaan umur antara penutur dan petutur lazimnya didapatkan bahwa semakin tua umur seseorang maka peringkat kesantunannya akan lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang umurnya lebih muda.



Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur atau juga sering disebut dengan peringkat kekuasaan (dalam keluarga kekuasaan tertinggi berada pada kepala keluarga)



2.2

Skala peringkat tindak tutur atau sering disebut dengan rank rating.

Pemakaian teori

kesantunan Brown & Levison dalam lingkungan

keluarga. `

Seperti yang telah kita ketahui bahwa keluarga sangat berperan

dalam membentuk pribadi seorang individu. Pendidikan dan pengetehuan yang kita peroleh di dalam sebuah keluarga akan mempengeruhi apa yang kita lakukan di dalam sebuah masyarkat atau kelompok diluar sebuah keluarga. Salah satunya adalah mengenai kesantunan berbahasa. Keluarga berperan mengajarkan dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana harus bertindak dan berprilaku sejak diri yang diharapkan pada saat kita mulai berada dalam sebuah masyarakat, kita dapat menyesuaikan diri dan bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Pada sebuah keluarga, pasti terdapat seorang ayah yang berperan sebagai kepala keluarga, ibu, dan anak-anaknya. Kepala keluarga disiini adalah orang yamg berhak memimpin dan mengatur kegiatan dalan sebuah keluarga. Ibu disini juga berperan dalam membantu posisi seorang kepala keluarga. Dalam sebuah keluarga pasti tidak akan terlepas dari interaksi yang salah satunya adalah diwujudkan dalam bentuk komunikasi. Meskipun dalam lingkup keluarga, sebuah komunikasi juga harus mementingkan sebuah kesantunan yang akan menimbulkan sebuah kesopanan dan rasa saling menghargai. Jika dihubungkan dengan teori kesantunan Brown & Levison disini kedudukan ayah dan ibu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah keluarga, mereka berhak menentukan apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam keluarga tersebut karena mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang mereka tentukan itu memang benar dan akan menimbulkan kebaikan. Dalam hal ini anak – anak sebagai individu yang harus mematuhi apa yang telah ditentukan umumnya akan menghargai dan melaksanakan apa yang telah ditentukan. Apabila dilihat dari kondisi nyata saat ini, sebagian besar sebuah keluarga masih menerapkan kebiasaan ini. Disini antara kepala keluarga dan anggota keluarga yang lain akan saling menjaga dan melaksanakan apa yang telah ditentukan dan disepakati sehingga disini secara tidak langsung mereka saling menunjukkan rasa keakraban dan saling menghargai. Di dalam sebuah keluarga untuk berbicara dengan orang tua, kita harus selalu menjaga kesopanan baik melalui tingkah laku dan ucapan kita. Apabila kita berbicara kepada orang yang lebih tua dari pada kita , bahasa yang kita gunakan selayaknya lebih sopan apabila dibandingkan dengan cara kita berbicara dengan temen sebaya kita. Hal ini akan menimbulkan sikap saling menghargai antara seorang anak dengan orang tua mereka. Apabila dikaji menggunakan teori Brown & Levison mengenai prinsip muka negatif , keadaan tersebut menggambarkan adanya jarak antara mana yang lebih muda dan mana yang lebih tua. Keadaan demikian tidak perlu menjadi masalah karena dengan adanya jarak tersebut

akan menimbulkan rasa saling menghargai sehingga tampak kesopanan pada setiap perilaku didalam sebuah keluarga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori kesantunan Brown & Levison dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga. Kesantunan akan menimbulkan rasa saling menghargai dan menghormati dalam komunikasi antar anggota keluarga. Jarak antara anggota keluarga yang lebih tua dengan yang lebih muda tidak menimbulkan masalah selama hal tersebut merupakan bagian dari penerapan kesantunan berbahasa.Bila dilihat besdararkan skala kesantunan yang dikemukakan oleh Brown & Levison, kesantunan dalam lingkungan keluarga sudah memenuhui skala-skala tersebut .Kesantunan yang diajarkan dalam keluarga akan berdampak bagi kesiapan seorang individu untuk menyesuaikan diri di masyarakat luar atau organisasi diluar lingkungan keluarga.

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Keluarga merupakan salah satu lingkungan terpenting dalam kehidupan seorang individu, karena dalam sebuah keluarga kita akan mendapatkan pndidikan dan pengetahuan yang tidak kita dapatkan di luar. Pengetahuan yang diberikan dalam sebuah keluarga sejak usia dini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan dalam bermasyarakat atau berorganisasi diluar lingkungan keluarga. Salah satu hal yang paling penting untuk diajarkan dalam sebuah keluarga adalah mengenai kesantunan dalam berbahasa. Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena didalam komunikasi,penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan penutur dan petutur akan tetap terjaga apabila masing-masing peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan petkataan lain , baik penutur maupun petutur memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka. Kesantunan juga akan menimbulkan rasa saling menghargai dan menghormati.

3.2`

Saran Peran keluarga sangat penting pada seorang individu untuk dapat menyesuaikan diri pada kelompok atau masyarakat diluan keluarga, dan kesantunan merupakan salah satu hal yang sangat penting. Jadi diharapkan dalam sebuah keluarga selalu mengajarkan kesantunan sejak dini .

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2012.http://www.google.com/kesantunan-berbahasa-dalamkeluarga. Diakses pada 16 juni 2012. Aziz, E. A. (2008). Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Guru Besar, Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia. Yule, G. (2008). Pragmatik. Indonesia: Pustaka Pelajar.