KEUTAMAAN AKHLAK - WordPress.com

367 downloads 411 Views 87KB Size Report
Perkataan akhlak berasal dari kata al-akhlaaku yaitu kata jamak dari kata .... akhlak Nabi), Ahmad Muhammad Al-Hufi menuliskan akhlak Nabi antara lain benar ...
KEUTAMAAN AKHLAK Perkataan akhlak berasal dari kata al-akhlaaku yaitu kata jamak dari kata al-khuluqu yang berarti tabiat, kelakuan, perangai, tingkah laku, matuah, adat kebiasaan, bahkan ia juga berarti agama itu sendiri. Definisi akhlak menurut istilah ialah sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan suatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian, dan paksaan. Islam mempunyai dua sumber yaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat. Kedua sumber itulah juga yang menjadi sumber akhlak Islamiyyah. Prinsip-prinsip dan kaidah ilmu akhlak Islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang bersifat mutlak dan tepat neraca timbangannya. Akhlak dapat pula dirumuskan sebagai satu sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia dalam usaha membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan kepada prinsipprinsip yang telah ditetapkan oleh Allah. Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai perbuatan lahir dan batin manusia baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar. Islam sebagai agama yang syumul, komprehensif dan sempurna, menjadikan akhlak sebagai satu cabang yang asasi dalam program hidup individu, bahkan ia merupakan tuntutan wajib bagi setiap orang. Fungsi akhlak ialah untuk mengkaji dan meneliti aspek perilaku dan perbuatan manusia. Ia menilai dari segi baik atau buruknya perbuatan itu, apa yang patut dan apa yang tidak patut dilakukan oleh seseorang. Ilmu akhlak berusaha membina dan memupuk rohaniah manusia, membina insaniyyah, membentuk tingkah laku dan mengarahkan individu ke arah kebaikan dan ketinggian di samping mengingatkan bahaya-bahaya keburukan dan kejahatan supaya masing-masing berusaha menjauhkan diri agar tidak terjebak pada pengaruh-pengaruh sifat negatif.

1

Abu Hurairah r.a. mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Rasulullah menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik”. (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad). Begitu pula yang dikatakan Abi Dzar dalam haditsnya, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali). Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada aklak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani). Juga sabda beliau : “ Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, dishahihkan al Bani). Dari Jabir r.a. berkata : Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban). Dari hadits-hadits tersebut dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslim mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya. Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak dan Allah sebagai Pembuat syari’at ini. Jika Islam ibarat sebuah bangunan, maka syahadat adalah pondasinya. Shalat adalah tiangnya, dan akhlak merupakan dindingnya. Indah dan buruknya Ke-Islaman seseorang tergantung akhlaknya. Persis seperti bangunan. Untuk menghancurkan kaum muslim, musuh-musuh Islam tak perlu membongkar

2

pondasinya atau merubah tiangnya. Tapi cukup melepaskan dinding, jendela atau daun pintunya. Selanjutnya, mereka tinggal menunggu ambruknya bangunan itu. Begitulah Islam. Untuk menghancurkankaum muslim, musuh Islam tak harus memurtadkan mereka atau melarang sholat. Mereka cukup dengan merusak akhlak generasi kaum muslim. Selanjutnya mereka tinggal menunggu kehancuran umat Islam. Karenanya tak heran jika Ahmad Syauqi, seseorang sastrawan kenamaan asal mesir, dalam sebuah syairnya menyebutkan, “Sesungguhnya yang tersisa dari sebuah umat adalah akhlaknya. Apabila hilang akhlaknya maka umat itu telah hilang”. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menghiasi diri dengan akhlak yang baik. Bukan menganjurkan kepada perbuatan yang nista dan berakhlak buruk. Batasan dalam mengerjakan baik dan buruk, tertera dalam AlQuran dan hadits. Berbeda dengan etika diluar Islam. Mereka meletakkan sistem penilaian baik dan buruk berdasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan di sekeliling mereka yang mungkin bisa salah atau benar. Inilah yang menjadi ciri khas dan penopang awal keharusan kita berakhlak baik. Penopang berikutnya adalah contoh teladan yang ideal. Contoh tersebut sudah ada dalam Islam sebagaimana dilakukan Nabi Muhamad SAW. Walaupun tidak hidup semasa dengan kita. Tapi gambaran jelas tentang akhlak Rasulullah SAW terekam dalam Al-Quran dan hadist. Umat yang tak mempercayai kenabian Muhammad,takkan memiliki keteladanan mendunia seperti ini. Rasullulah SAW menempati posisi tertinggi sebagai penata akhlak. Allah SWT memberi sertifikat langsung kepada beliau, “Sesungguhnya engkau benar –benar memiliki akhlak yang agung,” (QS- al Qalam: 4). Aisyah memberikan kesaksian bahwa akhlak beliau adalah Al’Quran, sehingga disebut sebagai The Living Qur’an. Dalam hadits Baihaqi, Rasullulah menjelaskan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Beliau bahkan mengatakan “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR Tirmidzi). Dalam buku Min Akhlaq an-Nabi (sebagian akhlak Nabi), Ahmad Muhammad Al-Hufi menuliskan akhlak Nabi antara lain benar,amanah,berani,pemurah,adil,’iffah(kehormatan),zuhud,sabar,lapang hati,senang bermusyawarah,pemaaf, penuh kasih sayang, pemalu,rendah hati, baik dalam pergaulan dan cinta bekerja. Syaikh Said Hawwa dalam buku ar-rasul

3

menggambarkan kesabaran nabi pada segala situasi, baik dalam menghadapi siksaan dan intimidasi, ejekan maupun pemboikotan, juga disaat mendapat musibah, ketika kehilangan putra dan cucu kesayangannya, menghadapi saat-saat kelaparan bahkan saat menghadapi tuntutan para istrinya. Tentang akhlak nabi ini bukan hanya para sahabat, bahkan musuh bebuyutan pun mengakui keagunganya. Sejarah mencatat dikalangan masyarakat Quraisy ketika itu beliau dijuluki alAmin (yang terpecaya). Sebagai muslim, sepantasnya menjadikan Rasullulah sebagai teladan dalam membangun akhlak yang mulia. Kita susun kembali potret muram umat ini dengan akhlak yang kokoh (matinul khuluq) pada diri kita pribadi, keluarga dan masyarakat serta umat dan alam semesta ini dengan bingkai –bingkai akhlakul karimah. Penopang selanjutnya adalah kesesuaianya dengan fitrah Manusia. Akhlak yang dibangun oleh islam selamanya takkan bertentangan dengan fitrah Manusia. Kerusakan akhlak merupakan puncak dari kerusakan peradaban. Masalah akhlak adalah persoalan besar umat Islam. Persoalan yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai mahluk Allah, sebagai pribadi dalam keluarganya,sebagai individu didalam masyarakatnya, sebagai aktivis dakwah, sebagaimana muslim ditengah umat, sebagai bagian dari umat ditengah interaksinya dengan bangsa dan peradaban lain didunia. Akhlak merupakan jati diri sekaligus lambang kualitas seseorang. Sebab, akhlak merupakan karakter penting yang tak bisa dilepaskan dari pribadi seseorang. Bagi seorang muslim,akhlak merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Dia merupakan nilai mulia,karena nilai-nilai Islam adalah nilai fitrah manusiawi,yang bersih dan lurus. Nilai-nilai tersebut direalisasikan dalam seperangkat tindakan atau gaya hidup yang terpuji. Akhlak Islam merupakan aktivitas lahir sekaligus batin. Aktivitas lahir nampak dalam budi pekerti yang terpuji dan aktivitas batin nampak dalam bentuk keteguhan dan kekuatan jiwa,optimisme dan tekad yang kuat untuk meraih ridho Allah. Seorang muslim yang berakhlakulkarimah takkan bersikap pura-pura dalam perbuatanya untuk sekedar mendapat penghargaan sosial atau pujian manusia. Segala prilakunya sumber dari keyakinanya untuk mencari ridha Allah semata. Lunturnya akhlak

4

akan menggeser umat dari posisi khairu umah menjadi “buih”, yang dengan mudah dicerai- beraikan musuh-musuh Allah. Itulah sebabnya merangkum kembali bingkai-bingkai akhlak islami menjadi penting dimasa yang penuh kerusakan ini . Sasaran pertama dari peningkatan akhlak islami adalah pribadi muslim itu sendiri. Dalam skala pribadi,perbaikan akhlak akan membuat seorang muslim memiliki ketenangan dan kekuatan jiwa, dihormati dan diteladani . Sasaran berikutnya adalah membangun akhlakul karimah dalam keluarga .Memenuhi kewajiban terhadap keluarga, memberikan hak dan menjauhkan mereka dari akhlak yang tak terpuji, menjadi keharusan setiap individu muslim . Selanjutnya memberikan kontribusi dalam perbaikan akhlak masyarakat, memberikan pelayanan untuk kemaslahatan umum, berperan aktif dalam ketertiban dan kesejahteraan umum .Dari sinilah diharapkan terbangun mahabbah (rasa cinta) dan ukhwah dalam skala lebih besar yang terus tumbuh menciptakan kekuatan. Pada giliranya kelak mampu meningkatkan peran dakwah serta memberikan imunitas terhadap serangan kekuatan yang kontra produtif . Kelangsungan hidup dari generasi ke generasi merupakan mata rantai yang akan silih berganti dalam mengarungi kehidupan . Akhlak dalam skala individu tidak dapat dibendung dalam memengaruhi majunya sebuah umat . Maka, pembentukan akhlak masing-masing individu merupakan kebutuhan yang sangat mendesak . Menggali keteladanan dari Rasullulah saw merupakan langkah awal paling tepat untuk mengembalikan kejayaan Islam. Bukan dengan menjauhi akhlak Islam seraya berkiblat pada peradaban Barat.

5

DAFTAR PUSTAKA Adila,

Nor.

1998.

Konsep

Akhlak

Dalam

Islam.

http://noradila.tripod.com/skimatarbiyyahipij/id98.html.

Akhlaq

Muslim

Blogs.

2007.

Berakhlak

Luhur.

http://akhlakmuslim.wordpress.com/2007/07/19/berakhlak-luhur/.

Halim, Ali Abdul. 1996. Karakteristik Umat Terbaik. Jakarta: Gema Insani Press.

Rasyid, Daud. 1998. Islam Dalam Berbagai Dimensi. Jakarta: Gema Insani Press.

Siddiq, Mahfudz. 2008. Pendidikan Agama Islam: Ibadah, Akhlak, dan hukum Islam. Jember: UNEJ.

_____.2006.Akhlak

Islam

Cerminan

Aqidah

Islam.http://akhlakmuslim.wordpress.com/2006/11/17/akhlak-islamcerminan-aqidah-islam/.

6