KONTRIBUSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MEMBINA DISIPLIN ...

205 downloads 1209 Views 972KB Size Report
Aziz Rosdiansyah: Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Pembinaan Disiplin. Belajar Siswa ..... Adapun tujuan pendidikan akhlak menurut para ahli agama Islam.
PERANAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PEMBINAAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS 2 MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH I CIPUTAT Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Di Susun Oleh Aziz Rosdiansyah 10501100174

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

ABSTRAK Aziz Rosdiansyah: Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Pembinaan Disiplin Belajar Siswa Kelas 2 MTs Muhammmadiyah I Ciputat. Berbicara mengenai kedisiplinan, Setiap orang baik itu pendidik, orang tua, siswa dan yang lainnya pasti menginginkan keberhasilan dalam usaha dan hidupnya. Ada beberapa faktor yang dapat membantu seseorang mewujudkan keberhasilan tersebut, salah satunya adalah faktor kedisiplinan dalam belajar. Disiplin dalam belajar sangat diperlukan untuk meraih suatu prestasi, sehingga seseorang dapat menyeleksi kegiatan mana yang harus didahulukan dan kegiatan mana yang menyusul kemudian. Untuk mencapai tujuan pendidikan, disiplin belajar merupakan hal yang harus dilaksanakan. Dalam dunia pendidikan, masalah disiplin belajar dipandang sebagi komponen yang kedudukannya tidak kalah penting dengan komponen-komponen lainnya. Disiplin belajar tumbuh dalam diri siswa melalui proses latihan yang akhirnya timbul kesediaan, ketaatan, kesungguhan yang disadari untuk mematuhi norma-norma yang berlaku di lingkungan belajar, bertindak dengan rasa tanggung jawab dan konsekuen. Berdisiplin dalam belajar selain akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga mengandung proses ke arah pembentukan watak yang baik, dimana watak yang baik dalam diri siswa tersebut akan menciptakan kepribadian yang luhur Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pendidikan akhlak dalam pembinaan disiplin belajar siswa kelas 2 MTs Muhammadiyah I Ciputat, dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara kedua variabel. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan cara menyebarkan angket kepada responden sebanyak 50 orang siswa kelas 2 MTs Muhammadiyah I Ciputat. Setelah diperoleh hasil angket tentang variabel pendidikan akhlak, dengan disiplin belajar siswa, lalu penulis menghitung kedua variabel tersebut dengan menggunakan rumus Product Moment, hal ini untuk mengetahui keeratan hubungan kedua variabel tersebut, penulis menggunakan rumus Koefisien Determinasi. Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian dengan angka korelasi sebesar 0,56 yang berarti terdapat korelasi positif antara pendidikan akhlak dengan disiplin belajar siswa, namun korelasi tersebut tergolong sedang atau cukup karena korelasinya berada diantara 40-70, berdasarkan keeratan hubungan kedua variabel, maka diketahui koefisien determinasinya sebesar 0,176, ini berarti variabel x memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhada variabel y.

i

KATA PENGANTAR

‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬ Alhamdulillah Puji dan syukur kehadirat Allah swt, Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufiq dan inayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semoga kepada umatnya yang mengikuti ajaranya hingga akhir zaman. Karya tulis yang berjudul, PERANAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PEMBINAAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS 2 MTs MUHAMMADIYAH I CIPUTAT, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi.). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan, meskipun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesainya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) serta para pembantu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Khalimi M.A Selaku Dosen Pembimbing skripsi, terima kasih atas segala waktu, tenaga, ilmu, serta kesabaran yang diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis. 4. Dra. Nur’ani Ahmad Hum selaku dosen penasehat akademik, terimakasih atas saran dan nasehat yang bapak berikan. Semoga Allah membalas kebaikan yang bapak berikan kepada penulis.

ii

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. 6. Dra. Euis Amalia selaku kepala sekolah MTs Muhammadiyah I Ciputat, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana dalam penulisan skripsi ini turut memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini. 8. Teristimewa kepada Keluarga khususnya Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Maryunih dan Ibunda Hj. Asiyah, yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih payah dan kasih sayangnya hingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dengan baik. Kakak ku Muamaruddin dan adik ku Muhammad Yusuf Semoga segala jerih payah dan usaha yang diberikan manjadi amal sholeh dan diterima di sisi Allah swt., amin… 9. Pimpinan Pon-Pes Daar Al-Hikam K.H Bahruddin dan keluarga terima kasih atas semua kebaikan kalian yang telah bersedia menjadi orang tua kedua penulis dan memberikan ilmunya. 10. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2005 khususnya mahasiswa PAI kelas E, Teman-teman seperjuangan di Pon-Pes Daar Al-Hikam santri putra Khususnya kobong TPA dan putri teristimewa kepada Uswatun Hasanah, yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi ini baik itu pikiran maupun tenaga dan selalu menghiasi hari-hari penulis dengan keceriaan dan kebersamaan yang begitu erat. Akhirnya, hanya kepada Allah swt., jualah semuanya dikembalikan. Semoga segala amal yang telah mereka sumbangkan mandapatkan balasan yang lebih baik dan menjadi amal kebaikan di akhirat nanti. Jakarta, 15 Juni 2010

Aziz Rosdiansyah

iii

DAFTAR ISI Abstrak ……………………………………………………………………. i Kata pengantar ……………………………………………………………. ii Daftar isi …………………………………………………………………... iv Daftar tabel …………………………………………………………………v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......... … ............................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 4 C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ............................................... 5

BAB II KERANGKA TEORI A. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan akhlak ……………………………7 2. Sumber Pendidikan akhlak ……………………………....11 3. Tujuan Pendidikan akhlak .....……………………………13 4. Aspek-aspek Pendidikan Akhlak ………………………..16

B. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Belajar ………………………………28 2. Macam-macam Disiplin Belajar …………………………31 3. Dimensi-dimensi Disiplin Belajar ……………………… 34 4. Fungsi Disiplin Belajar …………………………………. 40 5. Faktor-faktor Disiplin Belajar ………………………….. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian .................................................................. 40 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 40 C. Variable Penelitian ................................................................. 40 D. Populasi dan Sample .............................................................. 40 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 41 iv

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Muhammadiyah I Ciputat ............... 47 B. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Muhammadiyah I Ciputat ........ 48 C. Perkembangan MTs Muhammadiyah I Ciputat .................... 48 D. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di MTs Muhammadiyah I Ciputat .................................................................................... 50 E. Deskripsi Data ........................................................................ 55 F. Analisis Data .......................................................................... 72 G. Interpretasi Data .................................................................... 78

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 80 B. Saran....................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

v

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap orang baik itu pendidik, orang tua, siswa maupun yang lainnya pasti menginginkan keberhasilan dalam usaha dan hidupnya. Ada beberapa faktor yang dapat membantu seseorang mewujudkan keberhasilan tersebut, salah satunya adalah faktor kedisiplinan dalam belajar. Di era yang sangat sarat dengan informasi dan teknologi, siswa ditantang untuk lebih memacu diri agar keberadaannya menjadi lebih berarti bagi kamajuan bangsa dan negara. Sebagai pewaris serta penerus pembangunan, siswa diharapkan dapat terus mamacu diri untuk meningkatkan kualitas dan prestasinya dalam belajar dengan disiplin yang tinggi 1 . Disiplin sekolah sangat membantu kesungguhan belajar anak. Kalau suatu lembaga pendidikan kurang melaksanakan disiplin sudah tentu anakanak tidak akan serius dalam belajar sehingga mutu pelajarannya akan turun 2 . Peranan disiplin di setiap lembaga pendidikan cukup bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan peraturan yang telah diterapkan dan kondisi masing-masing lembaga pendidikan tersebut. Setiap tempat memiliki pembiana atau pengasuh dan peserta didik yang berbeda. Perbedaan ini

1

Wardiman Djoyonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”,dalam D. Soemarmo (ed), Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, (Jakarta: Mini Jaya Abadi, 1998), Cet. 1, h. 223 2 Singgih D. Gunarsa, Y. Singgih D. Gunarsa (Ed), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), Cet ke-7, h. 134

1

2

memberikan kemungkinan adanya perbedaan berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkannya. Oleh karena itu dalam suatu wadah lembaga pendidikan terdapat suatu macam aturan yang menuntut para siswa untuk mematuhi aturan-aturan yang aturan tersebut dapat membina siswa untuk menjalankan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta suatu keadaan yang diinginkan agar tercapai dari tujuan tersebut. Sejalan dengan itu, Ahmad Rohani dan Abu Bakar Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran” mengatakan bahwa dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjahui larangan tertentu. Kesadaran semacam ini harus di pelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara tugas-tugas di sekolah 3 . Kegiatan belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling penting. Karena dalam proses pendidikan, belajar merupakan penentuan berhasil atau tidaknya seseorang banyak tergantung kepada proses belajar yang dialami seseorang tersebut. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, sebab segala aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar bukan sekedar pengalaman, melainkan suatu proses. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan yang di inginkannya. Belajar di sekolah bukanlah hal yang mudah. Ilmu yang diterima dari sekolah tidak mungkin dimiliki dengan usaha yang ringan dan singkat, karena itu para siswa perlu mengatur waktu dengan baik untuk belajar, harus mengikuti pelajaran secara tertib, membaca buku pelajaran, menghafal dan lain sebagainya. Banyak siswa yang mengalami kebiasaan menunda belajar menjelang catur wulan atau semester. Kemudian kalau waktu catur wulan atau semester sudah dekat berulah mereka melakukan usaha sistem kebut semalam 3

Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1995), Cet. Ke-1, h.126

3

sudah beres atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan “Cramming” yaitu belajar secara mati-matian untuk memadatkan kepalanya dengan semua bahan pelajaran. Sehingga pelajaran yang sangat banyak tersebut tidak mungkin di masukkan ke dalam otak dengan jangka waktu yang sangat singkat, betapapun kerasnya seorang siswa belajar. Kalaupun ada siswa yang mempelajari pelajarannya itu tidak akan dikuasainya dengan baik. Usaha secara “Cramming” itu mengandung bahaya, karena siswa dengan adanya waktu yang sudah mendesak ia berusaha secara mati-matian semalam suntuk, kadang-kadang sampai menjelang pagi, maka apa yang diperolehnya pada keesokan harinya bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan badan yang lemas. 4 Banyak siswa yang telah giat belajar, tetapi usaha itu tidak memberikan hasil yang sesuai dengan harapannya, sebab kerja keras saja belum tentu menjamin seorang siswa akan lulus ujian, karena disamping belajar dengan giat dan tekun diperlukan pula teknik belajar yang baik. Teknik belajar yang baik inilah yang harus dikenal dan dipraktekkan oleh setiap siswa, agar studinya berhasil sesuai dengan tujuannya. 5 Oleh karena itu seorang siswa harus belajar dengan sungguh-sungguh, tidak boleh bermalasmalasan. Cara belajar yang baik bukanlah bakat yang dibawa sejak lahir dari segolongan orang saja, akan tetapi merupakan suatu kecakapan yang dapat dimiliki oleh setiap siswa dengan jalan latihan, kemauan dan kesungguhan. Sehingga kecakapan itu menjadi kebiasaan yang melekat pada diri siswa. Berhasil tidaknya kegiatan belajar sangat bergantung kepada kebutuhan dan motivasi semua personal baik siswa, guru maupun lingkungannya. Dengan demikian belajar harus terarah pada tujuan yang hendak dicapai, untuk

4

mencapai tujuan tersebut

siswa harus memiliki

The Liang Gie, Cara Belajar yang Efesien, (Yogyakarta : Pusat Kemajuan Studi, 1986), Cet. XIX, H.50. 5 Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Tepat , (Semarang : Mutiara Widya, 1986), Cet. III, h.11.

4

rencana dan melaksanakan apa yang sudah di rencanakan. Dengan kata lain siswa harus memiliki kedisiplinan yang tinggi agar segala tujuan yang akan diperoleh itu bisa terealisasikan. Disiplin dalam belajar sangat diperlukan untuk meraih suatu prestasi, sehingga seseorang dapat menyeleksi kegiatan mana yang harus didahulukan dan kegiatan mana yang menyusul kemudian. Untuk mencapai tujuan pendidikan, disiplin belajar merupakan hal yang harus dilaksanakan. Dalam dunia pendidikan, masalah disiplin belajar dipandang sebagi komponen yang kedudukannya tidak kalah penting dengan komponenkomponen lainnya. Disiplin belajar tumbuh dalam diri siswa melalui proses latihan yang akhirnya timbul kesediaan, ketaatan, kesungguhan yang disadari untuk mematuhi norma-norma yang berlaku di lingkungan belajar, bertindak dengan rasa tanggung jawab dan konsekuen. Berdisiplin dalam belajar selain akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga mengandung proses ke arah pembentukan watak yang baik, dimana watak yang baik dalam diri siswa tersebut akan menciptakan kepribadian yang luhur 6 . Oleh karena itu penulis terdorong untuk membahas lebih lanjut guna melihat apakah pendidikan akhlak yang diberikan kepada siswa telah berperan dalam membina kedisiplinan siswa. Bertitik tolak dari permasalahan yang ada di atas, maka penulis terdorong

untuk

mengajukan

skripsi

dengan

judul

:

“PERANAN

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PEMBINAAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS 2 MTs MUHAMMADIYAH I CIPUTAT”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan Masalah

6

Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efisien, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. I, h. 36.

5

Untuk menghindari perbedaan persepsi dan mengingat permasalahan yang terdapat dalam tema di atas ini sangat luas, maka penulis akan membatasi pada : a. Peranan pendidikan akhlak akan dilihat dari segi sumber, tujuan, fungsi dan aspek-aspek pendidikan akhlak. b. Pembinaan disiplin belajar siswa dalam hal ini dibatasi pada aktivitas belajar siswa di sekolah. c. Sedangkan obyek penelitian ini adalah hasil representasi dari sebagian siswa Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat melalui penyebaran angket.

2.

Perumusan Masalah Mengacu pada pembatasan masalah sebagaimana di atas, maka penulis

membuat rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat? b. Bagaimanakah pemahaman siswa terhadap disiplin yang terkandung dalam unsur-unsur pokok materi pelajaran akhlak yang diberikan di sekolah dan penerapannya dalam disiplin belajar ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Untuk mendekatkan akan hasil yang optimal, maka peneliti terlebih dahulu mengemukakan manfaat dan tujuan penelitian. Adapun manfaat dan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peranan pendidikan akhlak terhadap disiplin belajar siswa. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah pendidikan akhlak yang telah diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat. 3. Untuk membuktikan apakah terdapat kontribusi antara pendidikan akhlak terhadap disiplin belajar siswa.

6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak Bila berbicara mengenai akhlak, maka tidak akan terlepas dari tingkah laku manusia, dan bila berbicara tentang tingkah laku, maka akan berhubungan erat dengan bagaimana pendidikan dan bimbingan yang telah anak dapatkan di rumah atau di sekolah, karena anak sebagai manusia, merupakan

tanggung

jawab

bersama,

baik

dalam

pembinaan,

pemeliharaan, dan bimbingan dalam lingkungan pendidikan, agar ia menjadi manusia yang baik dan berguna dalam hidupnya. Lembaga pendidikan, khususnya madrasah mempunyai peranan yang amat penting dalam pembinaan akhlak peserta didik dalam melaksanakan tugas kependidikannya. Ia tidak hanya membina kecerdasan dan keterampilan, akan tetapi juga membina akhlak mereka, agar mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk. 1 Pengertian akhlak dapat ditinjau dari segi bahasa dan segi definisi menurut para ahli. a. Dari Segi Bahasa Pengertian akhlak ditinjau dari bahasa menurut Hamzah Ya’kub sebagai berikut: 1

Andi Hakim Nasoetion, dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja, ( Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. I, Hal. 12

6

7

Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu jama’ dari kata khuluqun ( ‫ ) ﺧﻠﻖ‬yang menurut luqhoh diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, kalimat tersebut mengandung segi persamaan dengan kata khalqun ( ‫ ) ﺧﻠﻖ‬yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan kata kholiq (‫ )ﺧﺎﻟﻖ‬yang berarti pencipta dan kata makhluq (‫)ﻣﺨﻠﻮق‬ yang berarti diciptakan. 2 Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arab. Kata akhlak ini erat hubungannya dengan kata khalqun yang berarti kejadian, khalik yang berarti pencipta dan kata makhluk yang mengandung arti yang diciptakan. Dengan demikian akhlak merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk lainnya. Kelakuan tersebut menjadi gambaran dan bukti adanya akhlak pada diri seseorang.

b. Pendapat Para Ahli Tentang Akhlak Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa “akhlak” adalah “kebiasaan kehendak”. 3 Ini berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu disebut akhlak. Bila kehendak itu membiasakan memberi, maka kehendak itu disebut akhlak dermawan.: Sedangkan secara terminologi banyak para pakar membicarakan pengertian akhlak, di antaranya : a. Ibnu Maskawaih menyatakan bahwa akhlak adalah

.‫ﻏﻴْ ِﺮ ِﻓﻜْﺮ ٍ َو َﻻ ُرأ َﻳ ٍﺔ‬ َ ْ‫ﻰ َأﻓْ َﻌﺎل ِ َﻟ َﻬﺎ ِﻣﻦ‬ َ ‫ﻋ َﻴﺔٌ َﻟ َﻬﺎ ِإﻟ‬ ِ ‫ﺣﺎلٌ ِﻟﻠ ﱠﻨﻔْﺲ ِ َدا‬ َ ‫ق ُه َﻮ‬ ُ ‫ﻼ‬ َ ْ‫َ َﻷﺧ‬

“Keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan lebih dahulu”. 4

2

Hamzah Ya’kub, Etika Islam, (Jakarta: Publitica, 1979), h. 10. Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta : Bulan-Bintang,1993), Cet. VII, h. 62. 4 Abuddin Nata, M.A, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), Cet 1. Hal 3-4 3

8

b. Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah

‫ﺴ ُﻬﻮْ َﻟ ٍﺔ َو ُﻳﺴْﺮ ٍ ِﻣﻦْ ﻏَﻴْﺮ‬ ُ ‫ٌ ﻋَﻨْﻬَﺎ َﺗﺼْ ُﺪ ُر اﻷَﻓْﻌَﺎلٌ ِﺑ‬,‫ﻋﻦْ َهﻴْ َﺌ ٍﺔ ِﻓﻲْ اﻟ ﱠﻨﻔْﺲ ِرَاﺳِﺨَﺔ‬ َ ٌ ‫ﻋﺒَﺎ رَة‬ ِ ....‫ﻰ ِﻓﻜْﺮ ٍ َو َر ِو ﱠﻳ ٍﺔ‬ َ ‫ﺟ ٍﺔ ِإﻟ‬ َ ‫ِﺣَﺎ‬

“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. c

Menurut Al-Qurthuby adalah:

.‫ﺨﻠْ َﻘ ِﺔ ِﻓﻴْ ِﻪ‬ َ ‫ﻦ اﻟ‬ َ ‫ﺼﻴْ ُﺮ ِﻣ‬ ِ ‫ َِﻷ ﱠﻧ ُﻪ َﻳ‬,‫ﺧﻠُﻘ ًﺎ‬ ُ ‫ﺴﻤﱠﻰ‬ َ ‫ب ُﻳ‬ ِ ‫ﻦ ا َﻷ َد‬ َ ‫ﺴ ُﻪ ِﻣ‬ ُ ْ‫ن َﻧﻔ‬ ُ ‫َﻣﺎ ُه َﻮ ﻳَﺄﺧُﺬ ُِﺑ ِﻪ ا ِﻹﻧْﺴَﺎ‬

“Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya disebut

akhlak,

karena

perbuatannya

itu

termasuk

bagian

kejadiannya”. 5 Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih dahulu. Apabila dari kondisi tersebut timbul perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya apabila yang lahir perbuatan buruk, maka disebut budi pekerti tercela. Jelaslah, bahwa sumber penggerak yang dapat menimbulkan perbuatan adalah jiwa. Jiwa yang bersih akan menimbulkan perbuatan 5

Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet 2, h.2

9

yang baik dan jiwa yang kotor akan menimbulkan perbuatan tercela. Dengan demikian, baik buruknya jiwa seseorang dapat dilihat dari baik buruknya perkataan dan perbuatan yang dilakukannya. Dari rumusan di atas tampak bahwa pendidikan dan akhlak sangat erat kaitannya, karena pendidikan menjelaskan tentang keadaan jiwa yang menetap dalam diri manusia, hal ini dapat dipahami karena tidak akan ada perbuatan baik tanpa adanya pengetahuan tentang baik dan buruk, oleh karena itu penting untuk memberikan pengetahuan tentang akhlak. Dengan dimikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan tentang tingkah laku baik dan buruk agar seseorang dapat mengetahuinya dan merealisasikan tingkah lakunya yang baik dan bertanggung jawa terhadap hidupnya. Terlepas dari semua pengertian di atas, kata akhlak dalam penggunaannya seringkali disamakan dengan kata moral dan etika. Istilah moral yang kita kenal berasal dari bahasa Latin yaitu “mores”, artinya adat kebiasaan; sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "ethos", artinya kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari moral lebih dikenal dengan arti susila. Moral mengandung arti praktis, ia merupakan ide-ide universal tentang tindakan seseorang yang baik dan wajar dalam masyarakat. 6 Pada dasarnya kata akhlak, etika, dan moral memang memiliki arti yang sama, ketiga-tiganya sama-sama berbicara tentang baik dan buruk perbuatan manusia. Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak adalah budi pekerti, sikap mental atau budi perangai yang tergambar dalam bentuk tingkah laku berbicara, berpikir dan sebagainya yang merupakan ekspresi jiwa seseorang, sifat itu dapat lahir berupa perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syri’at, maka keadaan itu dinamakan akhlak yang baik dan apabila yang muncul perbuatan-perbuatan buruk, maka keadaan itu dinamakan akhlak buruk sesuai dengan pembinaannya. 6

I, h. 123.

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja,(Jakarta : Bina Aksara, 1989), cet.

10

2. Sumber Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk siswa mempunyai akhlak mulia, memerlukan sumber yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam serta dapat diterima oleh akal sehat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Sumber pendidikan akhlak adalah Al-Qur'an dan sunnah, dan keduanya juga merupakan pedoman hidup umat Islam, karena selama umat Islam berpegang tegauh kepada keduanya, mereka tidak akan tersesat, sebagaiman sabda Rasulullah yang berbunyi:

‫)ﻣﺎﻟﻚ رواﻩ( رﺳﻮﻟﻪ وﺳﻨﺔ اﷲ آﺘﺎب ﺑﻬﻤﺎ ﺗﻤﺴﻜﺘﻢ ﺗﻀﻠﻮاﻣﺎان ﻟﻦ اﻣﺮﻳﻦ ﻓﻴﻜﻢ ﺗﺮآﺖ‬ Artinya: "Telah aku tinggalkan padamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul". 7 Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang terdiri dari kumpulan wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang berisi berbagai peraturan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan akhlak. Di antara ayat Al-Qur'an yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah:

Artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". 8 (Q.S. al-Qolam: 4)

7

Umar Muhammad at-Taomy asy-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), Cet. Ke-1, h. 247. 8 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, (1977/1978), h. 960.

11

Ayat ini menjelaskan tentang pujian Allah terhadap seorang hambanya yang sangat mulia dan dinilai berbudi pekerti yang agung dan luhur yaitu Nabi Muhammad saw beliau adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah dan umatnya diserukan mencontohnya. Adapun hadits yang menjadi dasar pendidikan akhlak salah satu di antaranya adalah:

‫اﻷﺧﻼق ﻣﻜﺎرم ﻷﺗﻤﻢ اﻧﻤﺎﺑﻌﺜﺖ‬ Artinya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak". 9

(H.R. Ahmad).

Hadits ini menjelaskan bahwa diutusnya Rasullah ke muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana diketahui dalam sejarah Islam, bahwa bangsa Arab sebelum kedatangan Islam mereka dalam keadaan bodoh (jahil). Akhlak mereka sangat buruk pada masa itu, pekerjaan mereka sehari-hari berfoya-foya, melakukan perbuatan maksiat dan membuat kerusakan dengan merampas harta orang lain, memperkosa, minum-minuman keras bahkan membunuh anak perempuan mereka hidup-hidup. Mereka menganggap perempuan itu lemah dan mereka merasa hina apabila mempunyai anak perempuan. Oleh kerena itu, Allah swt mengutus hamba-Nya yang sangat mulia untuk mengajak umat manusia ke jalan yang benar dan menyembahNya serta berbudi pekerti yang mulia sesuai dengan ajaran yang termaktub dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulnya. Segala yang dinilai baik dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula sebaliknya segala yang buruk menurut Al-Qur'an dan sunnah, itu pula yang tidak baik dan harus dijahui.

9

Abuddin Nata, M.A, Akhlak tasawuf, Hal

12

Dalam membina akhlak manusia, Rasulullah memulainya dengan menerapkan dalam dirinya sendiri, sehingga sebagai contoh dan suri tauladan bagi seluruh ummat manusia. Kebaikan akhlak dan budi pekerti Rasul ini telah dinyatakan Allah dalam salah satu firman-Nya :

⌧ “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik”. 10 (Q.S. al-Ahzab : 21). 3. Tujuan Pendidikan Akhlak Setiap makhluk Tuhan yang berakhlak, pasti mempunyai tujuan di balik semua usaha yang dilakukan, agar segala usaha yang dilakukan itu tidak akan menjadi sia-sia. Begitu pula perbuatan yang manusia lakuakan sehari-hari, sehingga dalam hal ini akan timbul pertanyaan apakah sesungguhnya tujuan akhir dari prilaku yang dikerjakan oleh manusia itu, dan apa yang ingin mereka peroleh/capai? jawabannya sangatlah singkat, yaitu memperoleh kebahagiaan (sa’adah). Apakah kebahagiaan itu? kebahagiaan adalah terpenuhinya segala kebutuhan baik ketenangan lahir dan bathin maupun fisik dan psikis. Tujuan pendidikan akhlak pada dasarnya adalah agar manusia menjadi baik dan terbiasa pada yang baik. Pendidikan akhlak dilaksanakan sejak masa kanak-kanak, karena yang terpenting dalam pendidikan akhlak adalah pengalaman disamping teori. Dengan adanya pendidikan dan pembinaan akhlak anak sejak kecil, tentunya mereka akan menyerapnya dengan baik tanpa protes. Dalam ketentuan agama Islam, seseorang anak wajib diberikan pendidikan di rumah disamping pendidikan yang diterima di sekolah.

10

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, h…

13

Anak dilarang melakukan perbuatan tercela, berkata dusta dan kotor serta perbuatan-perbuatan yang dipandangaa buruk menurut pandangan masyarakat maupun agama. Adapun tujuan pendidikan akhlak menurut para ahli agama Islam sebagai berikut: 1. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi tujuan pendidikan akhlak adalah "Membentuk orang-orang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, berperangai, bersifat bijaksana, sopan, ikhlas, jujur dan suci". 11 2. M. Ali Hasan mengatakan bahwa tujuan pendidikan aka adalah "Agar setiap orang berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai, atau beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan prilaku Rasulullah serta ajaran Islam". 12 Sedangkan al-Ghazali mengatakan; kebahagiaan adalah kebaikan tertinggi. Karena kesempurnaan akhlak sebagai suatu keseluruhan tidak hanya bergantung kepada suatu aspek pribadi. Sebagaimana kebutuhan tubuh lahiriyah yang merupakan keseluruhan dan interelasi antara organorgannya, maka demikian pula akhlak seseorang. Ada empat kekuatan atau fakultas (Quwwat) didalam diri manusia yang menjadi unsur bagi terbentuknya baik ataupun buruk, kekuatan-kekuatan itu adalah: 1. Kekuatan Ilmu (Quwwat al-Ilm), merupakan kekuatan yang membentuk kemampuan dalam diri manusia untuk membedakan antara hal-hal yang jujur dan dusta, yang benar dan yang bathil, yang baik dan yang buruk. 2. Kekuatan nafsu syahwat (Quwwat al-Syahwat), merupakan unsur yang berperan dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-

11

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. H. Bustami A. Gani dan Johar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), Cet. Ke-4, h. 104. 12 M. Ali Hasan, Tuntutan Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet. Ke-1. h. 11.

14

kebutuhan tubuh sebagai kendaraan jiwa, seperti kebutuhan akan makan, minum, tidur dan seks. 3. Kekuatan amarah (Quwwat al-Ghadhab), kekuatan yang berfungsi mencegah setiap yang merugikan dan mengganggu tubuh. 4. Kekuatan keadilan, merupakan unsur yang berfungsi menekan nafsu syahwat dan amarah selalu tunduk kepada isyarat akal dan syari’at. 13 Keberfungsian ke empat unsur pribadi manusia ini secara baik dan seimbang akan membentuk akhlak yang mulia. Jika tidak, akan muncul akhlak buruk dan masing-masing kekuatan menjadi faktor bagi terjadinya kejahatan dan perbuatan dosa. Dengan demikian, Imam Ghazali meletakkan akhlak bukan sebagai tujuan akhir menusia dalam perjalanan hidupnya, melainkan sebagai alat untuk ikut mendukung fungsi tertinggi jiwa dalam mencapai kebenaran tertinggi yaitu “ma’rifat Allah”, yang didalamnya manusia dapat menikmati kebahagiaan. Adapun kebahagiaan menurut Iman Ghazali semuanya bersumber pada 4 macam, yaitu : 1. Kebaikan jiwa, yaitu pokok-pokok keutamaan yang sudah berulang kali kita sebutkan yaitu ilmu, bijaksana, suci diri, beran dan adil. 2. Kebaikan dan keutamaan badan, yaitu sehat, kuat, tampan dan usia panjang. 3. Kebaikan eksternal (al-khariyah), yaitu harta, keluarga, pangkat dan nama baik. 4. Kebaikan/keutamaan bimbingan (taufikiyah), yaitu petunjuk Allah, bimbingan, pelurusan dan penguatannya. 14 Jadi kebahagiaan itu terletak pada hati yang sejahtera dan pada hati yang tentram yang selalu mengingat Allah di manapun orang tersebut berada.

13

h. 53

14

Imam Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1985), Cet. Ke-1, Ismail Thaib, Risalah Akhlak, (Yogyakarta : CV. Bina Usaha, 1984), cet. I, h. 2.

15

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah agar manusia mempunyai budi pekerti mulia dan jujur, bertingkah laku baik terhadap Tuhannya dan sesama manusia serta sesame mahluk sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Rasulullah. 5. Aspek-aspek Pendidikan Akhlak a. Akhlak Terpuji Adapun macam-macam akhlak terpuji diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Bersyukur Istilah syukur berasal dari kata Syakara yang berarti terima kasih, memuji, dan semoga Allah memberi pahala. 15 Dengan kata lain bersyukur yaitu suatu sikap yang ingin selalu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, baik bersifat fisik maupun non fisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang memberi nikmat yaitu Allah SWT. Di dalam Al-qur’an dijelaskan tentang bersyukur yaitu surat Al-Baqarah ayat 172:

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baikbaik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah 16 .

15 16

Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi…, h. 31 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf..., h. 11

16

Bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan Allah swt baik bersifat fisik maupun non fisik akan menumbuhkan kedekatan diri kepada Yang Maha Pemurah. Sikap syukur merupakan bentuk dari rasa terimaksih seseorang sebagai hamba yang beriman. Sebagaimana ayat diatas menggambarkan bahwa terdapat jutaan bahkan tak terhitung

kenikmatan

dimanfaatkan

yang

sebaik-baiknya

dianugerahkan dalam

Allah

swt

untuk

memepertahankan

hidup

seseorang. Rasa syukur yang diberikan seorang hamba kepada Tuhannya tidak hanya terlukis dari ucapan terimakasih melainkan implikasinya terhadap orang lain dengan cara suka membantu orang lain dalam keadaan apapun. 2) Bersabar Bersabar yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada keseulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan ridho dan ikhlas bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan. Dalam pengertian lain sabar berarti menahan diri dari keluh kesah dan rasa benci, menahan lisan dari mengaduh dan menahan anggota badan dari tindakan yang mengganggu

dan

mengacaukan. 17

Dalam

Al-qur’an

banyak

diterangkan masalah sabar antara lain pada surat Ali Imraan ayat 120:



17



Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi, (Jakarta: Pustaka irvan, 2007), cet. II, h. 13

17





Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. 18 Berdasarkan penjelasan di atas, sikap sabar yang lahir pada diri seseorang dapat menguatkan keadaan jiwa dalam menerima apa yang telah di berikan Allah swt. Dengan demikian, sikap sabar akan melahirkan rasa ikhlas dalam menghadapi ujian dan cobaan yang akan menimpanya. Sikap sabar yang tertanam pada diri seseorang tentunya harus dibiasakan supaya menimbulkan rasa penyayang, lemah lembut dan memiliki perasaan ikhlas dalam membantu kesulitan orang lain. Dengan demikian, implikasi dari sikap sabar sangat luas sekali sebagaimana firman Allah swt pada QS. Ali Imraan ayat 120 bahwasannya sikap sabar akan membawa kebaikan pada diri seseorang. 3) Adil dan berkata benar Jadilah orang yang adil walaupun terhadap musuh-musuh. Jangan kebencian terhadap suatu kaum membuat kita berbuat zhalim terhadap orang lain. Allah berfiman dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 8:



18

Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf..., h. 10

18

☺ ☺ dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan 19 . Sebagaimana sifat –sifat Allah yang terdapat pada asmul husna yaitu Yang Maha Adil, seorang muslim di harapkan memiliki sifat keadilan terhadap segala persoalan yang dihadapinya. Sikap adil erat kaitannya dengan kejujuran seseorang, seperti terlihap pada kesaksian dalam menghakimi seseorang di pengadilan. Syari’at Islam mengajarkan untuk bersikap adil terhadap persoalan hukum yang menimpanya, hal ini mengindikasikan bahwasannya segala aktifitas harus berdasarkan pada sumber dasar Islam yitu al-Qur’an dan hadits. Dengan adanya sikap adil dan jujur apa adanya, segala persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik kemudian semuanya diserahkan kepada Allah swt Yang Maha Menghakimi. Dan juga kita sebagai umat Islam harus berkata benar atau jujur kepada orang lain walaupun kejujuran itu pahit bagi kita. Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam surat An-Nisaa ayat 135:

… ⌧

19 19





Muhammad bin Jamil Zainu, Solusi Pendidikan Anak Masa Kini, (Jakarta: Mustaqiim, 2003), cet. 2. h. 53

19

… dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. 20 4) Ikhlas Ikhlas berarti tulus hati. Kata ikhlas berasal dari kata kerja Khalasha yang berarti murni, jernih, bersih, tak tercampur. 21 Dari pengertian ikhlas tersebut berarti yaitu sikap menjauhkan diri dari riya’ ketika mengerjakan amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih bila dikerjakannya dengan ikhlas. Di dalam Al-qur’an dijelaskan masalah ikhlas diantaranya dalam surat Al-Baqarah ayat 139:

☺ ☺ Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan Kami tentang Allah, Padahal Dia adalah Tuhan Kami dan Tuhan kamu; bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya Kami mengikhlaskan hati 22 . Dari definisi diatas terlihat adanya sikap yang tertanam dari batin seseorang sebagai perwujudan setelah melakukan amal kebaikan, ia tidak mengharapkan imbalan serta pujian dari orang lain. Sebagai muslim yang memiliki keimanan yang tinggi dihadapan Sang Khaliq tentunya sikap ini harus ditumbuhkan pada diri seseorang dalam

20

Muhammad bin Jamil Zainu, Solusi Pendidikan Anak Masa Kini…, cet. 2. h. 53-54 Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi…, h. 59 22 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf..., h. 13 21

20

menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt pada QS. Al-Baqarah ayat 139 yang mengingatkan kita supaya berikhlas diri hanya kepada-Nya.

b. Akhlak Tercela Adapun macam-macam akhlak tercela diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Takabur (sombong) Takabur adalah salah satu akhlak yang tercela. Arti takabur adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Takabur ada tiga macam, yaitu takabur kepada Tuhan, takabur kepada Rasul-Nya, dan takabur kepada sesama manusia.

☺ Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang

mereka

rahasiakan

dan

apa

yang

mereka

lahirkan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Dari ayat di atas menunjukkan bahwa takabur merupakan sikap tercela yang tidak disukai Allah swt, karena takabur hanya akan menimbulkan tinggi hati dan menjauhkan diri dari nikmat yang telah diberikan Allah swt. Lawan dari sikap takabur adalah rendah hati, oleh

21

karenanya umat muslim diharapkan dapat menjalankan apa yang diperintahkan-Nya dengan penuh ketundukan dan patuh sepenuhnya kepada Allah swt. Sikap sombong disebabkan kurangnya perwujudan ibadah kepada Allah swt dalam bentuk welas asih atau suka memberi kepada orang yang membutuhkan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa yang dialami para nabi dan rasul ketika menghadapi suatu kaum yang ingkar kepada Allah swt..

2) Dusta (bohong) Dusta adalah bahaya yang timbul dari lidah. Berdusta merupakan suatu kelakuan buruk yang merupakan suatu dosa besar yang merusak pribadi dan masyarakat. Allah telah berfiman tentang orang-orang yang suka berdusta dalam Al-qur’an surat Az-zumar ayat 60:

☺ ⌧ ⌧ ☺ Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka

Jahannam

itu

ada

tempat

bagi

orang-orang

yang

menyombongkan diri 23 . Ibnu Jauzi dalam menafsirkan ayat tersebut adalah orang-orang yang berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya adalah kafir. Dan yang

23

Imam Al-ghazali, Bahaya Lisan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet 1, h. 12

22

dimaksud atas nama Allah dan Rasul-Nya ialah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Dusta merupakan suatu perbuatan yang tidak baik dalam pandangan Islam, karena dusta menimbulkan kebencian diantara orang-orang dan menyebabkan kepercayaan orang lain terhadap kita menjadi berkurang. Dengan kita suka berdusta juga akan menjadikan persaudaraan kita dengan orang lain menjadi tidak harmonis yang menyebabkan saling menjauh tidak saling tolong menolong dan tidak terdapat kerukunan diantara kita.

3) Buruk sangka Buruk sangka adalah suatu perbuatan yang timbul dari lidah. Tidak ada buruk sangka terhadap seseorang, jika lidah tidak berbicara atau mengata-ngatai. Buruk sangka baik terhadap siapapun sangat dicelah oleh agama. Baik buruk sangka terhadap Allah maupun buruk sangka terhadap manusia. Tentang hal ini Allah berfirman dalam Alqur’an surat Al-hujuraat ayat 12:

⌧ … Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari

keburukan

menggunjingkan satu sama lain 24 ...

24

Imam Al-ghazali, Bahaya Lisan..., h. 60--62

orang

dan

janganlah

23

Dalam ayat di atas diterangkan bahwa kita sebagai umat Islam tidak diperbolehkan berburuk sangka, baik terhadap orang lain maupun kepada Allah swt. Karena sifat buruk sangka kepada orangl lain akan menimbulkan berbagai salah faham yang pada akhirnya akan menjurus kepada permusuhan dan perpecahan. 4) Penghinaan dan ejekan Penghinaan dan ejekan adalah perbuatan yang diharamkan dan dilarang keras oleh agama. Yang dimaksud dengan penghinaan itu ialah menganggap rendah derajat orang lain, meremehkannya atau mengingatkan cela-cela dan kekurangan dengan cara yang dapat menyebabkan ketawa. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-qur’an surat Al-hujuraat ayat 11:

⌦ .... Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik 25 … Kita sebagai orang beriman tidaklah pantas mempunyai sifat suka menghina atau mengejek orang lain. Sebab orang yang beriman satu sama lainnya saling bersaudara, maka hendaklah kita selalu

25

Imam Al-ghazali, Bahaya Lisan..., h 220

24

menjaga perdamaian diantara kita baik itu sesama umat Islam maupun terhadap penganut agama lain. 5) Dengki Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan merusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak. 26 Dari penjelasan di atas, dengki dapat disamakan dengan sikap iri hati. Sikap ini berawal dari kurangnya rasa syukur terhadap apa yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. Dengan adanya sikap dengki, seseorang akan merasa dirinya terabaikan sehingga dapat menimbulkan kecemburuan sosial, baik dalam kehidupan keluarga maupun bermasyarakat. Allah swt berfirman dalam QS an-Nisa ayat 109:

☺ ☺ Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. 6) Mudah marah 26

M. Ardani, Akhlak-Tasawuf, (Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan Tasawuf), (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), cet 2, h. 28

25

Mudah marah yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat di tahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan prilaku yang tidak menyenangkan orang lain. kita sebagai umat Islam tidak di perbolehkan mempunyai sifat mudah marah kepada orang lain. Agama Islam sudah memberikan tuntunan kepada kita agar sifat marah dapat terkendali dengan baik. Al-qur’an menerangkan sifat marah yang sering melanda setiap manusia, dengan mengemukakan Nabi Musa sebagai salah satu contoh sebagaimana terdapat dalam Q.S Al-A’raaf ayat 154 yaitu:

☺ ⌧ ☺

Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luhluh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 27

B. Disiplin Belajar Sebelum pembahasan lebih lanjut mengenai pengertian disiplin, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan definisi pembinaan. Asal kata pembinaan menurut para ahli berasal dari bahasa Arab berarti membangun, dan telah dibakukan dalam bahasa Indonesia menjadi

27

Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf..., h. 38

26

isim yaitu “bina” dengan diberi akhiran “an”. Pembinaan mempunyai pengertian pembangunan dalam hal atau cara membangunkan. 28 Sementara itu Depdikbud dalam “kamus besar bahasa Indonesia” menegaskan bahwa : Pembinaan dari kata “bina” yang berarti pelihara, mendirikan atau mengusakan supaya lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna. Sedangkan kata pembinaan berarti proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 29 Dengan kata lain, pembinaan merupkan suatu usaha untuk membangun manusia supaya dapat menjadi makhluk yang berguna dan berhasil dalam kehidupannya serta tercapai apa yang dicita-citakan. 1. Pengertian Disiplin Belajar Disiplin merupakan salah satu alat pendidikan yang dapat melancarkan proses pendidikan. Kata disiplin secara bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu “disipline” yang berarti tata tertib atau ketertiban. 30 Menurut Neing Ratmaningsih dalam bukunya “Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan” mengatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa Latin “discare” dengan kada dasar disciplus yang berarti murid atau pelajar, dan kata “discipline” berarti pengajaran atau latihan. 31 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengertian disiplin adalah ketaatan pada peraturan dan tata tertib.32 Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah disiplin yang pada umumnya diartikan dengan kepatuhan, ketertiban, ketaatan dan lain sebagainya.

28

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1984), cet. II, h. 141. 29 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), cet. I, h. 39. 30 WJS. Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. h. 254. 31 Neing Ratmaningsih, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas 2, (Bandung : Grafindo Media Pratama, 1997), h. 58. 32 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 687.

27

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. 33 Di dalam buku Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998 disebutkan pengertian disiplin, yaitu; a. Disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan YME. b. Disiplin, disatu sisi adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan “tanggung jawab” terhadap kehidupan, “tanpa paksaan” dari luar. Sikap dan perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Didalamnya terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan interest dan mengendalikan dirinya untuk sesuai dengan norma, aturan, hukum, kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan sosial budaya ssetempat. Disisi lain. Disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib hidup manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau masyarakat. 34 Dalam konteks ini maka disiplin berarti ketaatan pada peraturan yang dilaksanakan tanpa paksaan yang terlahir dari kesadaran diri demi kepentingan bersama. Melihat definisi diatas, disiplin mempunyai arti yang luas dari pada hukuman dan sanksi. Walaupun seringkali kita menghubungkan disiplin 33

Prof. Dr. Ing Wardiman Djoyonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”,dalam D. Soemarmo (ed), Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, (Jakarta: Mini Jaya Abadi, 1998), Cet. 1, h. 20 34 Yuniyanti RN, “Berbagai Langkah Guna Menyukseskan Sikap dan Perilaku Disiplin”, dalam D. Soemarmo (ed), Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998 …, h. 170-171

28

dengan hukuman, namun dengan peraturan dan tata tertib itu dimaksudkan untuk mencapai perbaikan dalam melakukan sebuah tindakan dan perubahan tingkah laku. Menurut Soedijarto, disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. 35 Alex Sobur menyatakan perkataan disipin biasanya dipergunakan sebagai pengganti perkataan “hukuman”. Hukuman didalam istilah umum, merupakan suatu nilai atau denda yang diterima oleh anak karena melanggar tata tertib yang telah ditentukan sebagai landasan disiplin. 36 Sedangkan menurut Amir Daien Indrakusuma, disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan laranganlarangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh karena adanya tekanantekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan tersebut. 37 Dari batasan-batasan yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin itu adalah suatu sikap mental yang menunjukkan kesediaan dan kemampuan untuk menanti dan mematuhi serta melaksanakan suatu peraturan, ketentuan, nilai-nilai serta kaidah yang berlaku sehingga tercapai keseimbangan antara kehendak pribadi dengan lingkungannya. Orang yang disiplin adalah orang yang dapat menahan diri, menguasai diri, tunduk pada peraturan dan patuh pada nilai-nilai dan norma yang berlaku. Sikap seperti ini menunjukkan adanya rasa saling tanggung jawab. Seseorang yang disiplin akan melaksanakan tugas dengan 35

Rifai, “Hubungan Disiplin dengan Prestasi Belajar Siswa Mts Negeri 3 Pondok Pinang”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 7, t.d 36 Alex Sobur, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Agung Mulia, 1988), cet. Ke-2, h. 67 37 Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1973), h. 142

29

baik dan penuh dengan ketenangan, sekalipun tugas ini dirasa sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin. 2. Macam-macam Disiplin Menurut Thomas Gordon sebagaimana dikutip oleh Rifai, disiplin dapat dibagi menjadi dua macam ; 38 a. Disiplin yang dikelola secara eksternal b. Disiplin yang dikelola secara internal. Mengutip dari skripsi Rifai, bahwa menurut Soedijarto Disiplin yang dikelola secara eksternal yaitu disiplin yang membutuhkan pengawasan orang lain, sedangkan disiplin yang dikelola secara internal adalah disiplin yang berbentuk pengendalian diri. 39 Pada dasarnya disiplin terbagi menjadi dua, yaitu disiplin internal dan disiplin eksternal. Disiplin secara internal adalah disiplin diri yang berbentuk pengendalian diri dan disiplin secara eksternal berbentuk membutuhkan pengawasan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan adanya disiplin diri, disiplin sosial, disiplin nasional. Demikian pula adanya disiplin belajar dan disiplin kerja menurut Neny Ratmaningsih yang sebagaimana dikutip oleh Mulyanih, bahwa hakikat disiplin adalah kemampuan mengendalikan diri, muncul dari hati nurani individu untuk senantiasa mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam kehidupan. 40

38

Rifai, “Hubungan Disiplin dengan Prestasi Belajar Siswa Mts Negeri 3 Pondok Pinang”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, … h. 13 39 Rifai, “Hubungan Disiplin dengan Prestasi Belajar Siswa Mts Negeri 3 Pondok Pinang”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, … h. 13 40 Mulyanih, “Peranan Disiplin Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Proses Belajar Peserta Didik (Study Kasus di SLTP Negeri 1 Parung Bogor). Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 21.t.d

30

Menurut Wardiman Djoyonegoro, sesuai dengan peringkat manusia (individu, kelompok, masyarakat, bangsa), disipin dapat dipilah dalam tiga kategori, yaitu; 41 a. Dispilin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu. b. Displin kelompok sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari sikap taat patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia. c. Disiplin nasional yakni wujud dispilin yang lahir dari sikap patuh yang ditujukan oleh warga negara terhadap aturan-aturan, nilai yang berlaku secara nasional. Dari uraian diatas nampak adanya keterkaitan yang sangat erat antara ketiga jenis disiplin tersebut. Ketiga jenis disiplin tersebut membentuk suatu proses yang berawal dari penanaman dan pembentukan disiplin diri pribadi yang berlanjut pada terbentuknya disiplin kelompok dan disiplin nasional. Menurut Piet A. Sehertian, disiplin dapat terbagi menjadi tiga macam, yaitu: a

Disiplin tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.

b

Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat menganut dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik mengembangkan kemampuan dirinya

c

Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan sehingga anak memiliki kebebasan tanpa batas.42

41

Wardiman Djoyonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”,dalam D. Soemarmo (ed), Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998 …, h. 27 42 Piet A. Sehertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1994, cet. Ke-1, h.126

31

Dari macam disiplin diatas dapat simpulkan bahwa disiplin yang bersifat memaksa dapat menimbulkan dampak negatif dan sedangkan penegakan disiplin dengan cara memberikan pengertian dan cotoh akan dapat memberikan dampak positif. Macam-macam disiplin selama usia sekolah menurut Conny R. Semiawan meliputi disiplin waktu, disiplin dalam belajar, disiplin dalam bertata krama. a

Disiplin dalam waktu, kedisiplinan dalam hal ini berarti siswa harus belajar untuk terbiasa dalam mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari. Pengaturan waktu ini menurut Conny R. Semiawan bisa bermula dari perbuatan kecil seperti, tepat waktu, berangkat kesekolah dan tepat waktu dalam belajar.

b

Disiplin dalam belajar, siswa yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar adalah siswa yang mempunyai jadwal serta motivasi dalam belajar disekolah dan dirumah. Seperti mengerjakan tugas dari guru dan membaca pelajaran.

c

Disiplin dalam bertata krama, adapun maksud dari disiplin dalam bertata krama adalah kedisiplinan yang berkaitan dengan sopan santun, akhlak atau etika siswa. Baik kepada guru, teman dan lingkungan. Ibnu Sina berpendapat bahwa untuk mendidik disiplin dalam bertata krama hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan membiasakan bertingkah laku yang terpuji sebelum tertanam sifat yang buruk. 43 Dari

beberapa

pendapat

yang

telah

dikemukakan

diatas,

bahwasannya disiplin dimulai sejak usia dini dan lahir dari kesadaran diri seseorang yang pada awal mulanya melalui pembiasaan dan pemaksaan sehingga akan terasakan sendiri manfaatnya oleh si pelaku. Perwujudan dari disiplin itu berupa sikap kepatuhan dan keteraturan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan peraturan yang telah 43

Tiza Awal Fatullah, ‘ Hubungan Antara Penerapan Hukuman Dengan Disiplin Siswa Kelas X (Sepuluh) SMA Budi Mulia Ciledug ‘, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta : Pespustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h.16-18, t.d

32

ditetapkan pada diri individu yang itu merupakan sebuah komitmen pada diri sendiri maupun peraturan yang dibuat untuk kelompok maupun umum yang itu merupakan peraturan dibuat untuk kepentingan bersama. 3. Dimensi-dimensi Disiplin Belajar Pada umumnya murid-murid di MTs Muhammadiyah I Ciputat, biasanya berumur antara 12 sampai 17 tahun, pada masa ini merupakan masa yang istemewa, yang sering disebut masa Pubertas. Pada masa ini disebut juga dengan masa transisi yaitu beralihnya masa anak-anak kemasa dewasa. Pada masa ini seorang pendidik harus tahu betul bagaimana cara menarik simpati siswa dalam belajar, karena apabila seorang guru tidak dapat membangkitkan motivasi anak untuk belajar, maka pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut tidak akan tercapai hasil yang baik. Dalam hal inilah, motivasi belajar siswa sangat penting sekali sehingga guru dapat menyadarkan akan kebutuhannya dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila siswa sadar akan kebutuhannya itu, maka pendidikan akhlak dapat memberikan motivasi untuk memupuk disiplin belajar siswa tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa dalam disiplin akan memudahkan siswa untuk kemajuan dirinya dan dapat mencapai segala cita-citanya. Disiplin merupakan landasan guna mencapai tujuan yang dicitacitakan, untuk melatih dan membiasakan agar anak dapat berdisiplin dalam belajarnya. Maka penulis mencoba untuk menguraikan beberapa dimensi dalam disiplin belajar, yaitu : 1. Taat ( Patuh ) Ketaatan yang dimaksud disini adalah kepatuhan siswa terhadap peraturan, baik yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah maupun peraturan yang telah dijadwalkan sendiri. Ketaatan dalam balajar bukan berarti patuh yang membabi buta, akan tetapi ketaatan yang disertai

33

dengan pengertian dan kesadaran yang mendalam terhadap peraturan yang diberikan kepadanya. Seorang guru sering menilai negatif terhadap siswa yang sering melanggar peraturan dan menganggap baik terhadap siswa yang mentaati segala peraturan yang ada. Meskipun penilaian itu masih bersifat subyektif, namun ketaatan secara umum merupakan menggambarkan sikap positif siswa selama yang ditaati itu sebatas kewajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan belajar sangatlah penting. Seorang pelajar yang baik selalu mentaati peraturan yang ada di sekolah, tidak pernah absen, tidak pernah mencemarkan nama baik almamaternya dan masih banyak lagi hal yang harus ditaati oleh siswa. Melihat kenyataan yang ada, siswa yang “berakhlak baik” adalah siswa yang selalu taat kepada peraturan, baik peraturan yang ditetapkan oleh sekolah maupun yang telah diprogramkan sendiri. Ciri siswa yang kreatif, diantaranya adalah membuat sebuah program untuk hari esok. Program tersebut harus ditaatinya sendiri, seperti jadwal sekolah, pulang sekolah, kegiatan ekstra kurikuler, waktu istirahat dan lain sebagainya. Semuanya itu hanya dapat direalisasikan apabila siswa mampu mentaatinya. Dengan demikian jelas bahwa ketaatan dalam belajar dan ketaatan yang disadari untuk mematuhi norma-norma yang berlaku di lingkungan belajar sangatlah diperlukan dalam membentuk kepribadian siswa dengan rasa tanggung jawab dan konsekuensi yang tinggi. 2. Teratur Setiap pekerjaan apapun akan berhasil dengan baik jika dikerjakan dengan teratur, apalagi dalam hal belajar. Pokok pangkal pertama dari cara belajar yang baik adalah keteraturan. Pengetahuan mengenai teknik belajar yang efisien pada umumnya bekerja secara teratur, hanya dengan bekerja secara teratur tersebut seorang siswa akan memperoleh hasil yang baik, misalnya teratur mengikuti pelajarana, membaca buku-buku pelajaran dan

34

catatan-catatan pelajaran dengan disusun secara teratur, serta alat perlengkapan untuk belajar harus pula disimpan dan dipelihara secara teratur. Kalau sifat keteraturan ini menjadi suatu kebiasaan bagi siswa dalam perbuatannya sehari-hari, maka sifat ini akan mempengaruhi pula jalan pemikirannya. Oleh sebab itu, pembagian waktu dalam belajar sangat penting sekali. Banyak siswa yang mengeluh karena kekurangan waktu untuk belajar dan menyiapkan tugas-tugasnya sementara siswa tersebut tidak menggunakan dan membagi waktu seefesien mungkin. Menggunakan waktu secara khusus dalam belajar menurut Agus M. Hardjana dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut : a

Menentukan waktu yang tersedia untuk belajar.

b

Menetukan apa yang hendak dipelajari.

c

Menetapkan berapa banyak waktu yang kita sediakan untuk masing-masing hal yang hendak kita lakukan selama belajar.

d

Menetapkan kapan kita mempelajari hal yang hendak kita pelajari dan hal yang hendak kita kerjakan selama belajar. 44 Siswa yang biasa teratur dalam belajar, beristirahat, berorganisasi

dan lain-lainnya, maka secara berangsur-angsur akan terlatih dan terbiasa untuk selalu patuh dan penuh disiplin. Untuk dapat hidup secara teratur bukan suatu hal mudah dilakukan, akan tetapi perlu latihan dan pembiasaan oleh siswa dengan minat yang tinggi untuk dapat mentaati aturan yang telah dijadwalkan. 3. Konsentrasi Kata konsentrasi berasal dari bahasa Latin “centrum” yang berarti pusat, poros, tidak tengah lingkaran. Dari kata itu dibentuk kata kerja

44

Agus M. Hardjana, Kiat Sukses Studi diPerguruan Tinggi, ( Yogyakarta : Kanisius, 1994), Cet. I, h. 99.

35

“concentrare” yang berarti memusatkan, merekatkan. Jadi secara harfiah kata konsentrasi adalah kegiatan memusatkan, merekatkan. 45 The Liang Gie berpendapat bahwa : Konsentrasi adalah Pemusatan pikiran terhadap sesuatu hal dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar maka konsentrasi berarti pemusatan

pikiran

terhadap

suatu

mata

pelajaran

dengan

mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut. 46 Semakin dapat kita mengembangkan kemampuan berkonsentrasi, semakin dipertajam pula kesadaran dan kegairahan batin, sehingga dapat menemukan segala sesuatu sampai kepada intinya. Tetapi tidak selalu mudah untuk menciptakan konsentrasi itu, jiwa kita cenderung untuk mencari jalan sendiri tanpa arah dan kita mudah terpancing untuk meninggalkan tugas belajar yang sedang ditangani. Tanpa konsentrasi belajar tidak mungkin

berhasil menguasai materi yang telah

didapatkannya. Di sekolah sering kita jumpai siswa yang memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru tetapi siswa tersebut tidak paham dengan materi yang diajarkan, karena siswa tersebut kurang berkonsentrasi dalam belajarnya. Begitu juga waktu siswa membaca buku pelajaran, walaupun kelihatannya sedang membaca buku, tapi ternyata yang terlihat adalah wajah seseorang yang dicintainya atau gambaran peristiwa yang muncul silih berganti. Sehingga siswa tersebut tidak bisa memfokuskan fikirannya terhadap buku yang sedang dipelajarinya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap berkonsentrasi itu sangat diperlukan oleh siswa untuk belajar, namun yang menjadi masalah adalah bagaimana menciptakan pikiran siswa untuk berkonsentrasi terhadap materi yang dipelajari. Dalam hal ini The Liang Gie memberikan beberapa

45

Agus M. Hardjana, Kiat Sukses Studi diPerguruan Tinggi, h. 91. The Liang Gie, Cara Belajar yang Efesien, (Yogyakarta : Pusat Kemajuan Studi, 1986), Cet. XIX, h. 53. 46

36

petunjuk untuk mengembangkan kemampuan berkonsentrasi, di antaranya yaitu : a

Setiap siswa hendaknya mempunyai minat yang besar terhadap mata pelajaran yang dipelajari.

b

Mempunyai tempat belajar yang dipergunakan untuk keperluan belajar.

c

Membereskan dulu hal-hal yang kecil yang kiranya dapat menggangu kelangsungan belajar. 47 Demikianlah beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan

berkonsentrasi. Bagi siswa yang telah bisa berkonsentrasi, akan dapat belajar dengan baik, sebaliknya bagi siswa yang belum terbiasa dengan berkonsentrasi perlu kiranya untuk melatih diri agar dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.

4. Kesungguhan (Sungguh-sungguh) Pelajaran yang disanpaikan atas dasar daftar kegiatan yang telah ditetapkan dan dikerjakan secara sungguh-sungguh akan memperoleh hasil yang optimal. Orang yang belajar dengan sungguh-sungguh tentu memiliki tujuan dan motivasi yang jelas. Menurut Sardiman A.M, bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri di antaranya adalah : a

Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b

Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c

Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa”.

47

The liang , Cara Belajar yang Efesien,, h. 54-55

37

d

Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

e

Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

f

Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 48 Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang

tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh tentunya mempunyai cita-cita yang jelas, sehingga ia berusaha sekuat tenaga untuk memperjuangkan apa yang telah dicitacitakan. 4. Fungsi Disiplin Belajar Singgih D. Gunarsa menjelaskan bahwa fungsi utama dari disiplin adalah untuk belajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas. 49 Fungsi disiplin tersebut di atas, apabila dikaji secara sepintas, maka akan memberikan kesan yang negatif. Belajar seolah-olah bertingkah laku untuk menghormati dan mematuhi otoritas dan seringkali otoritas itu cenderung menggunakan kekuatan. Oleh karena itu perlu ditegaskan kembali, bahwa pengendalian diri dengan mudah bukanlah suatu hal yang langsung terjadi dalam diri seseorang, melainkan ia harus benar-benar berusaha untuk melatihnya, yang akhirnya timbul kesadaran untuk mematui dan mentaati peraturan tersebut.

48

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali, 1990), cet. III, h. 82. 49 Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Pembimbing, (Jakarta : BBPK, Gedung Mulia, 2000), cet. IX, h. 138.

38

Dengan demikian disiplin belajar tumbuh dalam diri siswa melalui proses latihan yang akhirnya timbul kesediaan dan ketaatan yang didasari dengan rasa tanggung jawab dan konsekwen yang tinggi. Menurut Singgih D. Gusarna, menyatakan bahwa disiplin perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah : a

Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hal milik orang lain.

b

Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan.

c

Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.

d

Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa terancam oleh hukum.

e

Mengorbankan kesenangan diri sendiri. 50 Latihan disiplin telah menjadi milik umat Islam seluruh dunia

adalah shalat, seperti yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 103 yang berbunyi :

⌧ ☺ Artinya: ”Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Kartini Kartono juga menerangkan bahwa : “Disiplin dalam belajar sangat diperlukan agar siswa dapat hidup dalam teratur dan mengerjakan semua tugas tepat pada waktunya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan apabila mengahadapi pelajaran dan tentamen-tentamen. Belajar yang efisien menuntut belajar secara teratur dan berdisiplin". 51 50

Ibid, h. 137. Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : Rajawali, 1985), cet. I, h. 90. 51

39

Banyak firman Allah yang sejalan denga arti disiplin, sebagai “taat pada aturan”. Di antaranya yang secara tegas dan jelas menyuruh manusia untuk berdisiplin, terdapat pada surat an-Nisa ayat 59 sebagai berikut :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan RasulNya dan ulil amri diantara kamu ….” Banyak prilaku dan perikehidupan Rasul saw dan para sahabatnya yang setia dalam mengamalkan al-Qur’an menjadi contoh untuk membina sikap disiplin. Oleh karena itu, pembinaan disiplin dalam Islam harus selalu bersumber pada ajaran-ajaran Ilahi dan sunnah Rasul. Siswa yang sempat melatih diri berdisiplin dalam belajar khususnya dan dalam segala hal umumnya akan merasakan hasilnya, apabila kelak menjadi petugas yang tidak terlalu sering berbuat tidak benar, bahkan menghindarkan diri dari segala penyelewengan yang tentu akan merugikan diri sendiri. Dengan memperhatikan fungsi disiplin dalam belajar, jelas disiplin itu harus dibina dan ditanamkan dalam diri seseorang, baik itu di sekolah, keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, disiplin dalam belajar mutlak harus dimiliki oleh setiap siswa, membiasakan diri berdisiplin menjadikan seseorang itu akan lebih teratur dalam segala sesuatunya yang terutama dalam belajar.

40

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digologkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor Intern a. Faktor Fisiologis Yang termasuk dalam golongan fisiologis ini adalah “kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur, kesakitan yang di derita termasuk pendengaran dan penglihatan. 52 Siswa yang kurang baik kesehatannya akan lebih cepat lelah, lesu dan akhirnya malas dan enggan untuk belajar, hal ini akan berpengaruh terhadap disiplin belajarnya. b. Faktor Psikologis Yang tercakup dalam faktor psikologis antara lain adalah kecerdasan, minat, kemauan, perhatian, emosi dan motivasi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia memiliki kedisiplinan dalam belajar, akan tetapi keadaan emosi yang sedang terganggu, seperti marah, sedih, tidak merasa tenang akan berpengaruh terhadap disiplin belajar siswa. Apabila siswa yang menaruh minat dan perhatiannya pada pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. 53 Sedangkan siswa yang kurang berkemauan dalam belajar pasti akan sulit dalam membentuk diri untuk berdisiplin dalam belajarnya. Begitu pula siswa yang tidak ada motivasinya untuk belajar, maka ia akan malas dan enggan untuk belajar. Bahkan apatis terhadap bahan pelajaran, enggan sekolah sehingga tidak memiliki sikap belajar yang tinggi. 52

Totok Santoso, Layanan Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah, (Semarang : Satya Wacana, 1988), cet. I, h. 8. 53

Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, h. 3.

41

c. Cara Belajar Disiplin belajar siswa dipengaruhi pula oleh cara belajar. Apabila siswa sebelum belajar telah merencanakan belajarnya dengan baik dan belajar dengan cara yang efesien, memungkinkan untuk mencapai prestasi lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai cara belajar yang tidak efisien. Adapun cara-cara belajar yang efisien menurut Kartini Kartono, adalah : a

Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.

b

Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.

c

Membaca dengan teliti dan betul bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha menguasai dengan sebaik-baiknya.

d

Mencoba menyelesaikan soal-soal dan sebaginya. 54 Begitu juga, apabila siswa dalam belajarnya terlebih dahulu

membuat rancangan atau rencana rencana belajar, karena merencanakan dalam belajar itu juga berpengaruh pada disiplin belajar. Menurut Agus M. Hardjana bahwa rencana belajar yang baik adalah : 1. Realistik; sesuai dengan tuntutan studi pada umumnya dan tuntutan mata kuliah yang ditempuh pada khususnya. 2. Disesuaikan dengan kebugaran fisik dan mental, studi mata pelajaran yang penting dan berat dilaksanakan pada waktu diri, fisik dan mental masih segar. Studi mata kuliah lain dilakukan sesudahnya. 3. Untuk setiap bahan studi diberi waktu yang cukup. 4. Dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. 55 2. Faktor Ekstern 54 55

Ibid, h. 4. Agus M. Hardjana, Kiat Sukses Studi diPerguruan Tinggi, h. 85.

42

a. Faktor Keluarga Dalam keluarga disiplin dipengaruhi oleh cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 56 Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, oleh karena itu, cara orang tua mendidik anak-anaknya sangat berpengaruh terhadap disiplin belajarnya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya tidak peduli, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak memperhatikan belajarnya atau kesulitan-kesulitan menghadapi materi pelajaran tersebut akan dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar. Mungkin saja anak itu pandai, akan tetapi karena kurang disiplin dalam belajarnya akhirnya materi pelajaran itu semakin sulit untuk dipahami sehingga anak malas belajar. Akan tetapi apabila orang tua membimbing anak agar disiplin dalam belajarnya, hal ini memungkinkan akan tercapainya prestasi belajar yag tinggi. Oleh karena itu, demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga. Hubungan yang baik ialah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang disertai dengan bimbingan dan bila perlu untuk menyukseskan belajar anak, diberi hukuman-hukuman dan hadiah-hadiah. Hal lain yang dapat mempengaruhi disiplin belajar ialah suasana rumah. Suasana rumah yang ramai dan gaduh atau suasana yang tegang karena orang tua selalu berselisih dapat mengganggu konsentrasi anak pada waktu belajar. Keadaan ekonomi keluarga mencakup kebutuhan pokok dan fasilitas belajar dapat berpengaruh dalam disiplin belajar anak. Keadaan ekonomi yang serba kurang atau miskin dapat menjadikan anak mengalami kesukaran tertentu dalam belajarnya. 56

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Bina Aksara, 1988), cet I, H. 82.

43

b. Faktor Sekolah Sekolah merupakan faktor yang penting disamping faktor-faktor lainnya, sebab sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran, bimbingan, pengarahan, pengembangan serta penyaluran bakat anak didik oleh guru diharapkan akan membentuk mental dan akhlak anak didik menjadi orang yang berguna. Menurut Zakiyah Daradjat sekolah adalah “lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan, pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan tenaga pengajar tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan. 57 Di sekolah disiplin belajar dipengaruhi oleh metode mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin atau peraturan sekolah, pelajaran, waktu belajar dan keadaan sarana prasarana. Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa, siswa menjadi malas untuk belajar. Oleh karena itu, agar siswa dapat belajar dengan baik maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat dan seefisien mungkin. Jika guru dan siswa kurang baik dalam berinteraksi, maka siswa akan kurang senang dan segan mempelajari mata pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut dan siswa yang kurang senang dengan gurunya akan menyebabkan pengaruh yang besar terhadap disiplin belajarnya. Begitu pula kedisiplinan atau tata tertib sekolah erat hubungannya dengan siswa yang sadang belajar, guru yang mengajar, pegawai dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung dan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa dan siswi. 57

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : Ruhama, 1995), cet. II, h. 77.

44

Sedangkan waktu belajar juga sangat berpengaruh dalam pembentukan kedisiplinan siswa dalam belajar, waktu belajar adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di kelas, waktu belajar bisa pagi, siang dan sore hari. Siswa yang masuk sekolahnya pada waktu siang atau sore hari akan kesulitan menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar beronsentrsi dan berfikir pada kondisi badan yang lelah. Keadaan gudung atau sarana prasarana sekolah berpengaruh juga terhadap disiplin belajar siswa, apabila jumlah siswa terlalu banyak dengan persediaan gedung dan sarana prasarana yang kurang memadahi, bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan baik ? Semua keadaan yang digambarkan di atas dapat diamati bahwa situasi yang demikian dapat mengganggu terciptanya kedisiplinan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, guru maupun kepala sekolah dapat berusaha atau mengupayakan untuk mencarikan alternatif pemecahannya, agar kedisiplinan yang terbentuk dalam diri siswa dapat terpelihara dengan sebaik-baiknya. c.

Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

terhadap disiplin belajar siswa, kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan peribadinya. Kehidupan masyarakat disekitar siswa mempunyai pengaruh dalam membentuk disiplin belajar siswa, masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh kepada siswa yang berada di sekitar lingkungannya. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik perlu untuk memberikan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana terhadap anaknya sejak dini agar memiliki sikap kedisiplinan yang tinggi, khususnya dalam belajar. Apabila seorang siswa benar-benar menghayati segala kepatuhan, keteraturan, kesungguhan dan konsentrasi sehingga menjadi kebiasaan bagi

45

siswa dalam perbuatannya, maka sifat-sifat ini akan mempengaruhi dalam berfikirnya. Sehingga segala tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan memuaskan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Adapun dalam penulisan penelitian ini, menggunakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research), yaitu menghimpun data dan fakta dari objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Ada pun penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah I Ciputat, yang berlokasi di Jl. Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Cimanggis-Ciputat, yang dilaksanakan pada tanggal 23 Februari s/d 24 April 2010.

C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian. 1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel pendidikan akhlak merupakan variabel X sebagai variabel bebas dan variabel disiplin belajar siswa merupakan variabel Y sebagai variabel terikat..

1

Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung Cv. Pustaka Setia 1998) hal 205

45

46

D. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian. Populasi yang akan menjadi penelitian di sini yaitu keseluruhan kelas 2 MTs Muhammadiyah I Ciputat. Sampel penelitian adalah sebagian populasi agar cukup mewakili sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya. Untuk itu, yang diambil dan dijadikan sampel peneliti yaitu siswa kelas 2 yang berjumlah 156 orang siswa, tapi yang diambil dan dijadikan sampel hanya 50 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi. Pengamatan yang dilakukan secara langsung dan pencatatan sistematis terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data-data mengenai gambaran umum dan fenomena yang tampak pada siswa MTs Muhammadiyah I Ciputat. 2. Interview (Wawancara). Pengambilan data dengan menggunakan sebuah dialog tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu, sehingga lebih meyakinkan data yang diperoleh dari sumber-sumber lainnya. 3. Angket. Pengambilan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh sampel yang telah ditentukan, yaitu siswa kelas 2 MTs Muhammadiyah I Ciputat. F. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data

a.

Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu melalui langkahlangkah sebagai berikut:

47

1. Editing. Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Tujuannya untuk merapihkan data agar bersih dan rapih sehingga dapat mengadakan pengolahan lebih lanjut. 2. Scoring. Yaitu pemberian scor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket, dengan memperthatikan jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberi scor. 3. Tabulating. Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan yang lain.

b. Teknik Analisis Data Setelah data tekumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel dan menggunakan teknik deskriptif prosentase sebagai berikut:

P = F x 100 N P : Persentase F : Frekuensi N : Number of case (banyaknya responden) Kemudian teknik analisa selanjutnya adalah dengan skoring untuk menentukan skor masing-masing responden. Semua pertanyaan dan pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:

48

Tabel 3. 1 Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positif (+)

Negatif (-)

Jawaban

Skor

Jawaban

Skor

Selalu

4

Selalu

1

Sering

3

Sering

2

Kadang-kadang

2

Kadang-kadang

3

Tidak pernah

1

Tidak pernah

4

Positif (+)

Negatif (-)

Jawaban

Skor

Jawaban

Skor

Sangat perlu

4

Sangat perlu

1

perlu

3

perlu

2

Kurang perlu

2

Kurang perlu

3

Tidak perlu

1

Tidak perlu

4

Kemudian dengan melihat rata-rata skor jawaban siswa dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Klasifikasi Skor Angket

Interval

Korelasi

15 – 30

Kurang

31 – 50

Sedang

55 – 80

Baik

49

Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah korelasi product moment, secara operasional analisis data tersebut dilakukan melalui tahap: 1. Mencari angka korelasi dengan rumus:

rxy =

N ∑ XY − (∑ X) (∑ Y) [(N ∑ x 2 − (∑ X) 2 ] [(N ∑ Y 2 − (∑ Y) 2

Dengan ketentuan sebagai berikut: X : Adalah angket akhlak siswa Y : Adalah angket disiplin belajar siswa rxy : Adalah angket indeks korelasi “r” product moment ∑X

: Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor

Y

∑XY : Jumlah hasil perkalian anatara X dan Y

N : Number of case 2 2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment. a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment, seperti dibawah ini:

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 12. h. 193

50

Tabel 3. 4 Tabel Interpretasi Nilai “r”

Besarnya “r”

Interpretasi

Product Moment

Antara variable X dan Y memang terdapat korelasi, 0,00 - 0,20

akan tetapi korelasi tersebut diabaikan atau dianggap tidak ada hubungan antara variabel X dan Y

0,20 - 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 - 1,00

Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau sangat tinggi 3

b. Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degress of freedom (df) yang rumusnya adalah:

df = N - nr df : Degress of freedom N : Number of case nr : Banyaknya variabel 4

3 4

Anas Sudijono, pengantar statistik pendidikan…, h. 180 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 181

51

Dengan diperolehnya df atau db maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment taraf signifikansi 5%. Jika ro sama dengan atau lebih besar dari pada rt maka Ha disetujui atau terbukti kebenarannya. Jika sebaliknya maka Ho tidak disetujui atau tidak terbukti kebenarannya.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Ronny Kountur, instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data melalui pedoman tertulis tentang wawancara, pengamatan atau daftar pertanyaan yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden. 5 Adapun kisi-kisi instrumen dalam penyusunan angket (daftar pertanyaan) tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Instrument No

Variabel

Indikator

Akhlak Siswa Kepada Allah

1

Butir Soal

1, 8, 14 & 15

Jumlah

4

Akhlak siswa kepada orang tua

2, 12 & 13

3

Akhlak siswa kepada guru

3, 4 & 5

3

Akhlak Siswa

5

Ronny kountur, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, (Jakarta: CV Taruna Grafika, 2003), cet. I, h. 113

52

2

Disiplin Belajar Siswa

Akhlak siswa di lingkungan sekolah

6, 7, 9, 10,

Pemahaman siswa terhadap kedisiplinan

1, 2, 3

& 12,

&4

5

4

Ketaatan siswa Dalam mematuhi peraturan sekolah

5&6

2

Keteraturan siswa dalam belajar

8, 9 & 11

3

Konsentrasi siswa dalam belajar

14 & 15

2

Kesungguhan siswa dalam belajar

7, 10, 12, & 13

4

BAB

V

PENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan setelah melakukan analisis data yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs Muhammadiyah I Ciputat berjalan dengan sangat baik, karena di samping guru memahami teori mengajar yang baik, guru juga dapat menguasai kelas dan dapat mempraktekkannya serta dapat memberikan contoh-contoh yang baik pula.

2. Tingkat kedisiplinan belajar yang dimiliki siswa MTs Muhammadiyah I Ciputat termasuk dalam katagori disiplin belajar yang cukup baik.ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh rxy sebesar 0,559 lebih besar darif taraf signifikansi 5 % yang diperssoleh sebesar 0,288 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Selanjutnya rxy sebesar 0,559 lebih besar pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,372. sehingga, Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dari hasil perbandingan tersebut, pada taraf signifikansi 5 % terdapat hubungan positif antara variabel X dan Y dengan katagori sedang atau cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

91

pengaruh yang positif antara variabel X yaitu Pendidikan akhlak dengan variabel Y yaitu disiplin belajar siswa dengan kategori sedang atau cukup.

3. Kontribusi

yang

ditimbulkan

dari

pendidikan

akhlak

di

MTs

Muhammadiyah I Ciputat ini menunjukkan peranan yang positif dalam membantu membina disiplin belajar siswa. Sehingga seorang siswa menjadi lebih teratur dalam segala hal terutama dalam belajar, selain itu akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik.

B. Saran-saran 1. Hendaknya sarana disekolah lebih dilengkapi dan lebih dioptimalkan dalam penggunaannya, karena dengan sarana yang cukup dan memadai akan dapat menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. 2. Hendaknya antara kepala sekolah, guru, dan wali murid lebih meningkatkan hubungan kerjasamanya dalam pembinaan anak didik sehingga anak dapat terkontrol baik di rumah maupun di sekolah. Karena sebagian besar pendidikan anak dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan waktu di rumah lebih banyak dibandingkan dengan waktu di sekolah. Oleh karena itu, peran serta orang tua dalam pembinaan anak sangat dibutuhkan untuk tercapainya tujuan pendidikan. 3. Pengelolaan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat terus meningkatkan pendidikan yang telah berjalan. Khususnya peraturan yang ada di madrasah lebih ditingkatkan guna menambah tingkat kedisiplinan belajar siswa dan membenahi segala kekurangan yang ada.

92

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 1 Ciputat

Madrasah

Tsanawiyah

Muhammadiyah

adalah

amal

usaha

Muhammadiyah yang bergerak dalam pendidikan di bawah naungan Perguruan Cabang Muhammadiyah Ciputat.Lokasinya terletak di desa Cimangis Kecamatan Ciputat Kab Tangerang madrasah ini dibangun diatas tanah 1125 M2 letaknya cukup strategis dan mudah dijangkau. Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Ciputat didirikan pada tahun 1960, adalisasi dan keinginan masyarakat Ciputat yang bermula dari suatu pengajian yang diadakan di Rumah Bapak Mualim Junaidi (Cimanggis) yang hadir pada pengajian tersebut adalah: Bapak Asman Ambo, HA Tarmizie, HA. Kadir, H. Abdul Karim, H. Syamsuddin, H. Daiman, KH A. Darwie, H. Zarkasih Noor dan masyarakat kampung Cimanggis. Keberadaan MTs Muhammadiyah 1 Ciputat ini sejak awal berdiri hingga sekarang ini dipimpin oleh : 1. Drs. A. Gani Sulaiman

: 1961-1962

2. Drs. Tazar Qur’an

: 1962-1964

3. Drs. Muardi Chatib

: 1964-1966

4. Drs. Hasan Badrudin

: 1966-1968

53

54

5. KH. A. Darwie, BA

: 1968-1973

6. HM Nasir Salam, BA

: 1973-1976

7. Drs. Mursyidi

: 1976-1978

8. Sukiman A. Kadir, BA

: 1978-1985

9. Basyari BSc

: 1985-1988

10. Drs. Zaini Ahmad

: 1988-1990

11. Drs. Nasihudin

: 1990-1998

12. Dra. Euis Amalia

: 1998-Hingga sekarang

B. Visi, Misi dan Tujuan MTs Muhammadiyah I Ciputat VISI : 1. Menciptakan sumberdaya manusia yang berilmu dan berahlak mulia MISI : 1. Berorientasi kedepan dengan memperhatikan potensi kekinian 2. Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat 3. Ingin mencapai keungulan 4. Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga sekolah 5. Mendorong adanya perubahan yang lebih baik 6. Mengarahkan langkah-langkah stategis (misi) sekolah Tujuan: 1. Terlaksananya program tadarus al qur’an, sholat dluha dan Muhadhoroh 2. Terlaksananya program kegiatan keagamaan seperti:pemberantasan buta huruf baca Al Qur’an, pesantren kilat/ramadhan dan peringatan hari besar keagamaan 3. Terlaksananya program 7 K

Keamanan, Ketertiban, Keindahan,

Kebersihan, Kenyamanan, Kerindangandan Kekeluargaan sehingga sekolah menjadi kondusif dan terlaksananya program 5 S (Salam, Salim,Senyum, Sapa, dan Santun

55

4. Tercapainya tingkat kelulusan 100 % dengan rata-rata nilai ujian tinggi 5. Meningkatkan prosentase lulusan yang diterima di sekolah negeri (SMA/SMK/MA) sekurang kuranya 80 % dari lulusan 6. Menjuarai berbagai kopetensi akademik dan non akademik tingkat Kecamatan, Kabupaten, Kota Maupun Propinsi 7. Terlaksananya

pelayanan

optimal

kepada

semua

pihak

yang

memerlukan berdasarkan SAS (Sistem Administrasi Sekolah) 8. Tersedianya media pembelajaran standar (berupa LCD dan media penting lain) yang digunakan C. Perkembangan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 1 Ciputat Perkembangan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 1 Ciputat bisa dilihat dari uraian berikut yang menjelaskan tentang : 1. Keadaan Siswa Jumlah siswa MTs Muhammadiyah 1 Ciputat tahun pelajaran 2009/2010 yaitu: Tabel 4. 6 Data Perkembangan Siswa MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

NO

NAMA

JABATAN

JML SISWA

1

Marpuah, S.Pd.I

Wali Kelas VII - 1

39

2

Diyah Juliastri, S.Pd.

Wali Kelas VII - 2

39

3

Icih Herawari, BA

Wali Kelas VIII - 1

53

4

Siti Khairunnisa, S.P

Wali Kelas VIII - 2

53

5

Babay Hepy, A.Md

Wali Kelas VIII - 3

50

JML PER TINGKAT

78

156

56

6

Nurasni, A.Md

Wali Kelas IX - 1

40

7

Komariah, S.Pd

Wali Kelas IX - 2

39

8

Adas Riyadi, S.Pd

Wali Kelas IX - 3

38

9

Suwarno, SE

Wali Kelas IX - 4

30

JUMLAH SELURUHNYA

147 381

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa jumlah siwa MTs Muhammadiyah 1 Ciputat pada tahun pelajaran 2009/2010 adalah terdiri dari jumlah siswa laki laki 191, jumlah siswa perempuan 190 sehingga jumlah keseluruhan adalah 381 siswa. 2. Keadaan Guru Keadaan guru Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 1 Ciputat pada tahun ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut : Tabel 4. 7 Keadaan Guru MTs Muhammadiyah 1 Ciputat Tahun Pelajaran

NO

NAMA

GURU BID. STUDI

JABATAN

MULAI

FUNGSIONAL TUGAS

1

Dra. Euis Amalia

B.Indonesia

Kepala Sekolah

1997

2

Susanti, S.Pd.

Fisika

WK Kurikulum

1991

3

Iis Yunengsih, S.Ag.

B.Arab, SKI,

Walikelas

1996

4

Dra. Wiwi Robaniah

Al-Qur'an Hdt

Bendahara

1992

5

Hafiz Umar,SE

Guru

2005

Mulok Komputer

57

6 7

Mahyati, S.Pdi

B. Inggris

M. Usman Nurdin,

PPKn

S.Ag.

Staf Kurikulum

2002

Guru

1997

8

Icih Herawati, BA

Aqidah-fiqih

Walikelas

1985

9

Abdurohim, S.Pd

B.Indonesia

WK Kesiswaan

1996

10

Hadi Sabaruddin, S.Sos. IPS Sejarah

Guru

1996

11

Nur Asni, A.Md

KTK

Guru

1995

12

MH Nur, S.Ag.

Penjaskes

Guru

1999

13

Heni Ani Nuraeni,S.Ag.

Mul Qur'an

Walikelas

1999

14

Tedi Gumulya, S.H.

IPS Geografi

15

Suwarno, SE

Ekonomi

16

Diah Juliastri, S.Pd

17

WK Sarana Prasarana

1999

Guru

2001

Matematika

Walikelas

2002

Hadi Suryadi, S.Pd

Matematika

Walikelas

2005

18

Adas Riyadi,S.Pd

IPS. Sejarah

Guru

2005

19

Babay Hepy,A.Md

IPS. Ekonomi

Guru

2005

20

Komariah,S.Pd

Walikelas

2005

21

Eni Maryani,S.Pd

KTK

Guru

2007

22

Marfuah

Bahasa Inggris

Guru

2007

23

Siti Khaerunisa

IPA Biologi

Guru

2007

24

Sapar Sugana, A.Md

Penjaske

Guru

2008

3. Sarana

dan

Bahasa Indonesia

Prasarana

Pendidikan

Pembelajaran

di

MTs

Muhammadiyah 1 Ciputat Keadaan sarana dan prasarana MTs Muhammadiyah 1 Ciputat terdiri dari 7 ruang /kelas , ruang kantor, 1 ruang perpustakaan

1

Ruangan, WC siswa 2 buah, ruang Ibadah /Masjid dengan ukuran 10x 10 M2.

58

Tabel 4. 8 Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

Jenis Bangunan

No

Banyaknya

1

Ruang Belajar

7 Ruang

2

Ruang Kantor

1 Ruang

3

Ruang Guru

1 Ruang

4

Ruang Perpustakaan

1 Ruang

5

WC Siswa

2 Buah

6

Ruang Ibadah / Masjid 

1 buah 

4. Unsur-unsur Penyelenggara Pendidikan Madrasah Madrasah sebagai organisasi kerja yang dikelola oleh sejumlah orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan institusional, kerjasama tersebut meliputi kegiatan yang bersifat kurikuler dan ekstrakurikuler.

Untuk

melaksanakan

kegiatan-kegiatan

tersebut

diperlukan unsur-unsur penyelenggara pendidikan, yang serasi dengan jenis dan sifat, serta volume kerja. Unsur-unsur penyelenggara pendidikan yang dimiliki oleh MTs Muhammadiyah 1 Ciputat ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1). Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) Badan ini berada di luar struktur

Madrasah Tsanawiyah

Muhammadiyah I Ciputat berfungsi untuk menghimpun potensi masyarakat untuk membantu perkembangan madrasah. Mengingat kedudukannya berada di luar struktur formal organisasi, maka tidak berwenang mengatur anggaran rumah tangga madrasah termasuk bidang akademik.

59

Badan pembantu penyelenggaraan pendidikan (BP3) di madrasah ini dalam kenyataannya membantu usaha pengadaan dana untuk memenuhi kebutuhan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Dari hasil wawancara penulis dengan Kaur tata usaha MTs Muhammadiyah 1 Ciputat diperoleh informasi sebagai berikut : “Bahwa dalam pembayaran BP3 selalu disatukan dengan pembayaran SPP yang harus dibayar oleh siswa setiap bulan sekali. Sedangkan mengenai kenaikan uang BP3 tidak setiap tahun pelajaran, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh madrasah”. 1 Sedangkan pengelolaan keuangan dikelola oleh bendahara tata usaha yang ditunjuk oleh ketua tata usaha yang bertugas mencatat pemasukan dan pengeluaran uang BP3. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pembayaran BP3 disatukan dengan SPP yang harus dibayar oleh orang tua siswa, sedangkan kenaikannya disesuaikan dengan kebutuhan madrasah. 2). Tata Usaha Madrasah Tata usaha madrasah pada dasarnya berfungsi menghimpun, mencatat, mengadakan dan menggandakan, mengirim dan menyimpan berbagai keterangan tertulis di lingkungan organisasi sekolah. Dalam upaya melaksanakan program tersebut, fungsi tata usaha diperlukan beberapa orang untuk melaksanakannya. Begitu pula di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat ini tenaga pengelola diketuai oleh seorang ketua yang ditunjuk oleh kepala madrasah dan sepuluh staf tata usaha.

1

Ali Syukron, Kaur Tata Usaha Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat, Wawancara Pribadi, (Ciputat: 22 April 2010).

60

3). Organisasi Siswa (OSIS) Dalam

sekolah

terdapat

berbagai

aktivitas

yang

diselenggarakan oleh siswa, baik aktivitas yang berhubungan dengan intrakurikuler maupun yang bersifat ekstrakurikuler. Di kalangan siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat dibentuk suatu organisasi yang berfungsi merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan dengan kemampuan sendiri, organisasi ini disebut Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dalam perkembangannya kegiatan OSIS di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat ini berjalan lancar dan terprogram. Kenyataan ini dapat dilihat dari berbagai program kegiatan yang telah dilaksanakan, misalnya program kegiatan hari kenaikan kelas, perpisahan, perayaan hari besar Islam dan lain sebagainya. D. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di MTs Muhammadiyah I Ciputat Membicarakan masalah pendidikan akhlak, tentu berkaitan dengan amalan ajaran akhlak itu sendiri. Setiap suatu pelajaran tidak hanya dengan teori saja, tetapi perlu pengalaman dan pegangan untuk setiap pribadi individu itu sendiri, karena pendidikan akhlak sangat penting bagi manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya, baik dan buruk perbuatan seseorang dalam hidupnya dinilai dari perilakunya sehari-hari. Pendidikan akhlak mempunyai suatu tuntutan yang harus di amalkan oleh setiap pengikutnya, karena amal perbuatan adalah tujuan yang hakiki dari pada ilmu pengetahuan, apa gunanya pengetahuan bila tidak disertai dengan amal perbuatan. Demikian pula masalah pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat pelaksanaannya diberikan oleh guru pada setiap satu minggu dua jam pelajaran. Adapun diluar kurikulum pendidikan akhlak juga diberikan berupa contoh/tindakan seorang guru yang mencerminkan akhlak itu sendiri, karena guru menjadi ikutan dan contoh tauladan bagi murid-murid, maka mereka mencontoh perkataan guru, perbuatan dan semua

61

gerak-geriknya. Oleh karena itu, guru harus berpegang teguh pada ajaran agama serta berakhlak mulia. Dari pendapat di atas jelas bahwa suatu ilmu tidak cukup hanya dengan teori saja, tetapi yang terpenting adalah pengamalannya. Begitu juga, seorang guru harus mempunyai prilaku yang baik, apalagi guru pendidikan akhlak, di mana setiap gerak-geriknya baik di rumah maupun di sekolah sangat menjadi perhatian bagi anak didiknya dan lingkungan masyarakatnya. Perangkat yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat di antaranya adalah : 1. Kurikulum Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi aqidak akhlak mengatakan bahwa “Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di MTs Muhammadiyah I Ciputat adalah kurikulum tahun ajaran 1994/1995 yang dikombinasikan dengan kurikulum berbasis kompetensi edisi 2003”. 2 2. Metode Dalam

pelaksanaan

pendidikan

aqidah

akhlak

di

MTs

Muhammadiyah I Ciputat berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi aqidah akhlak mengatakan bahwa “Metode yang digunakan dalam penyampaian materi aqidah akhlak adalah metode ceramah, tanya jawab, dan drill. Guru menjelaskan uraiannya murid mendengarkan dan memperhatikan, setelah itu guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab dari materi yang telah diperolehnya”. 3 Tujuan di gunakannya metode ini adalah untuk mengenal apakah murid mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan atau untuk mengikuti tindakan-tindakan pemikiran yang dipakai oleh murid.

2

Iis Yunengsih, Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak, Wawancara Pribadi, (Ciputat, 23 April 2010). 3 Ibid.

62

Berdasarkan hasil observasi penulis dalam melihat proses pembelajaran yang berlangsung di madrasah ini, nampak cukup baik untuk mencapai keberhasilan pendidikan akhlak. Karena di samping guru memahami teori mengajar yang baik, guru juga dapat menguasai kelas dan dapat mempraktekkannya serta dapat memberikan contoh-contoh yang baik pula. Disamping itu, proses pembinaan akhlak juga melalui penegakan peraturan sekolah dan pembinaan kerohanian yang diadakan oleh sekolah, seperti kewajiban melaksanakan shalat Ashar berjama’ah. 3. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa-siswi ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kuriluler. Dalam pendidikan evaluasi sangat penting di adakan, karena untuk mengatahui apakah proses pembelajaran yang telah dilaksanakan sudah berhasil atau belum. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi aqidah akhlak mengatakan bahwa “Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan setelah materi berakhir, yaitu dengan menggunakan Post test dan minimal lima kali pada setiap semester yaitu setiap selesai satu pokok bahasan”. Menurutnya, selain materi, evaluasi juga di adakan untuk menilai tentang sikap siswa dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, yakni ketika guru sedang menyampaikan materi, apakah siswa selalu memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat materi yang telah diberikan atau tidak. 4 Disamping itu, evaluasi juga dilaksanakan terhadap siswa dalam menegakkan dan mematuhi peraturan sekolah, yaitu satu minggu sekali di

4

Ibid.

63

adakan pemeriksaan terhadap ketertiban dan kedisiplinan siswa, seperti kerapian baju seragam, kerapian rambut, dan lain-lain. 5 Tujuan diadakannya evaluasi ini adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa-siswi dalam pencapaian tujuan kurikuler. Oleh karena peranan evaluasi sangat penting dalam proses belajar mengajar. E. Deskripsi Data Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden yang telah dipilih secara acak sebagai sampel. Kemudian data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

p

F x 100 % N

Keterangan P = Persentase F = Frekuensi N = Number of cases

Hasil angket kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi, yang merupakan proses data-data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel angka dalam persentase yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut

5

Euis Amalia, Kepala Sekolah MTs Muhamadiyah I Ciputat, Wawancara Pribadi, (Ciputat : 23 April 2010).

64

a. Akhlak Siswa Kepada Allah Tabel 4. 9 Siswa membaca do’a ketika pergi kesekolah Alternatif Jawaban

F

%

A Selalu

11

22%

B Sering

11

22%

C Kadang-kadang

27

54%

D Tidak pernah

1

2%

50

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 54 % siswa menjawab kadang-kadang membaca do’a ketika pergi kesekolah, 22 % siswa menjawab sering, 22 % siswa menjawab selalu dan 2 % siswa menjawab tidak pernah membaca do’a ketika pergi kesekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa setengah dari siswa kadang-kadang membaca do’a ketika pergi kesekolah. Tabel 4. 10 Siswa memberikan infak disekolah Alternatif Jawaban

F

%

A Selalu

11

22%

B Sering

11

22%

C Kadang-kadang

27

54%

D Tidak pernah

1

2%

50

100 %

Jumlah

65

Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 22 % siswa menjawab selalu memberikan infak disekolah, 22 % siswa menjawab sering, 54 % siswa menjawab kadang-kadang dan 2 % siswa menjawab tidak pernah memberikan infak disekolah. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa dalam memberikan infak siswa sudah sangat baik.

Tabel 4. 11 Siswa yang mengerjakan shalat ashar bejama’ah di sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

13

26%

B

Sering

16

32%

C

Kadang-kadang

20

40%

D

Tidak pernah

1

2%

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 40 % siswa menjawab kadang-kadang suka mengerjakan shalat ashar berjama’ah di sekolah, 32 % siswa menjawab sering melakukan shalat ashar berjama’ah, dan 26 % siswa menjawab selalu dan 2 % siswa mewnjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa mengerjakan shalat ashar berjama’ah di sekolah.

66

Tabel 4. 12 Siswa yang bersyukur dengan prestasi yang dimiliki sekarang Alternatif Jawaban

F

%

A Selalu

1

2%

B Sering

6

12%

C Kadang-kadang

39

78%

D Tidak pernah

7

14%

50

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 78 % siswa menjawab kadang-kadang bersyukur dengan prestasi yang dimilikinya, 12 % siswa menjawab sering, 2% siswa menjawabelalu, dan 14 % siswa menjawab tidak pernah. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa siswa mensyukuri atas prestasi yang dimilkinya walaupun kadang-kadang.. b. Akhlak Siswa Kepada orang tua Tabel 4. 13 Siswa mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah Alternatif Jawaban

F

%

A Selalu

6

12%

B Sering

15

30%

C Kadang-kadang

27

54%

-

-

50

100 %

D Tidak pernah Jumlah

67

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 54 % siswa menjawab kadang-kadang mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah, 30 % siswa menjawab sering mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah, 12 % siswa menjawab selalu mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa suka mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah, meskipun dilakukan kadang-kadang. Tabal 4. 14 Siswa membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah Alternatif Jawaban

F

%

A Selalu

12

24%

B Sering

10

20 %

C Kadang-kadang

22

44 %

D Tidak pernah

6

12%

50

100 %

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dinyatakan bahwa 44 % siswa menjawab kadang-kadang membantuh ibu mengerjakan pekerjaan rumah, 24 % siswa menjawab selalu membantu ibu mengerjakan perkerjaan rumah, 20 % siswa menjawab sering membantu ibu mengerjakan perkerjaan rumah dan 12 % siswa tidak pernah membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa suka membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah, meskipun dilakukan kadang-kadang.

68

Tabel 4. 15 Siswa membantah perintah orang tua Alternatif Jawaban

F

%

A Selalu

4

8%

B Sering

7

14%

C Kadang-kadang

25

50 %

D Tidak pernah

14

28 %

50

100 %

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa setengah 50 % siswa menjawab kadang-kadang membantah perintah orang tua, 28 % siswa menjawab tidak pernah membantah perintah orang tua, dan 14 % siswa menjawab sering membantah perintah orang tua dan 8 % siswa menjawab selalu. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa suka membantah perintah orang tua, meskipun dilakukan kadang-kadang.

c. Akhlak Siswa Kepada guru Tabel 4. 16 Siswa mematuhi perintah dan nasehat guru Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

14

28%

B

Sering

17

34%

C

Kadang-kadang

18

36%

D

Tidak pernah

1

2%

Jumlah

50

100 %

69

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 36 % siswa menjawab kadang-kadang mematuhi perintah dan nasehat orang tua, 34 % siswa menjawab sering mematuhi perintah dan nasehat guru, 28 % siswa menjawab selalu mematuhi perintah dan nasehat guru dan 2 % siswa menjawab tudak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa suka mematuhi perintah dan nasehat guru.

Tabel 4. 17 Siswa memperhatikan dengan baik pada saat guru menerangkan pelajaran Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

1

2%

B

Sering

12

24%

C

Kadang-kadang

32

64%

D

Tidak pernah

5

10%

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 64 % siswa menjawab kadang-kadang memperhatikan dengan baik pada saat guru menerangkan

pelajaran,

24

%

siswa

menjawab

sering

selalu

memperhatikan dengan baik pada saat guru menerangkan, 10 % siswa menjawab tidak pernah dan 2 % siswa menjawab selalu memperhatikan dengan baik pada saat guru menerangkan,. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa memperhatikan guru dalam menerangkan pelajaran meskipun di lakukan kadang-kadang.

70

Tabel 4. 18 Siswa berbicara kasar kepada guru Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

-

-

B

Sering

-

-

C

Kadang-kadang

9

14%

D

Tidak pernah

41

82%

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 82 % siswa menjawab tidak pernah berbicara kasar kepada guru, 14 % siswa menjawab kadang-kadang suka berbicara kasar kepada guru. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa tidak pernak berbicara kasar kepada gurunya. c. Akhlak Siswa Di Lingkungan Sekolah Tabel 4. 19 Siswa yang suka membolos sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

0

0

B

Sering

7

14%

C

Kadang-kadang

27

54%

D

Tidak pernah

16

32%

Jumlah

50

100 %

71

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 54 % siswa menjawab kadang-kadang suka membolos sekolah, 32 % tidak pernah membolos sekolah, 14 % siswa menjawab sering membolos sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa suka membolos sekolah meskipun kadang-kadang. Tabel 4. 20 Menjaga dari perkataan jelek Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

11

22 %

B

Sering

12

24 %

C

Kadang-kadang

26

52%

D

Tidak pernah

1

2%

Jumlah

50

100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 52 % siswa menjawab kadang-kadang menjaga dari perkataan yang jelek, 24 % siswa menjawab sering menjaga dari perkataan yang jelek, 22 % siswa menjawab menjaga dari perkataan jelek dan 2 % menjawab tidak pernah. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dalam menjaga dari perkataan yang jelek sudah sangat baik. Tabel 4.21 Siswa meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada orang lain Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

9

18%

B

Sering

14

28%

C

Kadang-kadang

21

42%

72

D

Tidak pernah

6

12%

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 42 % siswa menjawab kadang-kadang meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada orang lain, 28 % siswa menjawab sering meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada orang lain, 18 % siswa menjawab selalu meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada orang lain dan 12 % siswa menjawab tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa suka meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada orang lain. Tabel 4. 22 Siswa mengejek temannya disekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

1

2%

B

Sering

21

42%

C

Kadang-kadang

18

36%

D

Tidak pernah

10

20%

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 42 % siswa menjawab sering mengejek temannya, 36 % siswa menjawab kadangkadang mengejek temannya, 20 % siswa menjawab tidak pernah mengejek temannya, dan 2 % siswa menjawab selalu mengejek temannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa suka mengejek temannya di sekolah.

73

Tabel 4. 23 Siswa merasa paling pintar di sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

0

0

B

Sering

21

42%

C

Kadang-kadang

19

38%

D

Tidak pernah

10

20%

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 42 % siswa menjawab sering merasa paling pintar di sekolah, 38 % siswa menjawab kadang-kadang merasa paling pintar di sekolah, 20 % siswa menjawab tidak pernah merasa paling pintar di sekolah, Jadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa suka merasa paling pintar di sekolah.

a. Pemahaman siswa terhadap disiplin belajar Tabel 4. 24 Perlunya peraturan di sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Sangat perlu

46

92%

B

Perlu

2

4%

C

Kurang perlu

1

2%

D

Tidak perlu

1

2%

Jumlah

50

100 %

74

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 46 % siswa yang menjawab sangat perlu, 4 % yang menjawab perlu, sedangkan yang menjawab kurang perlu 2 % dan tidak perlu adanya peraturan di sekolah 2 %. Ini berarti peraturan di sekolah itu sangat diperlukan siswa dalam belajar. Tabel 4. 25 Penegakkan peraturan sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Sangat perlu

17

34%

B

perlu

29

58%

C

Kurang perlu

4

8%

D

Tidak perlu

0

0

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dapat diketahui bahwa 58 % siswa yang menjawab perlu penegakkan peraturan sekolah, 34 % yang menjawab sangat perlu, sedangkan yang menjawab kurang perlu 8 % dan tidak ada yang menjawab tidak perlu. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa menegakkan peraturan sekolah itu sangat penting. Tabel 4. 26 Cara mematuhi peraturan sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Menjalankan perintah

15

30 %

B

Mentaati peraturan

23

46 %

C

Mengerjakan perkara yang dilarang

12

24%

D

Melanggar peraturan

0

0

75

Jumlah

50

100 %

Dari penelitian ini cara siswa dalam mematuhi peraturan sekolah yang menjawab menjalankan perintah ada 30 %, yang menjawab mentaati peraturan ada 46 %, mengerjakan perkara yang dilarang ada 8 %. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar siswa mentaati peraturan yang ada di sekolah. Tabel 4. 27 Manfaat mentaati peraturan sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Siswa menjadi rajin belajar

18

36%

B

Siswa menjadi pandai

25

50%

C

Siswa menjadi malas

5

10%

D

Siswa menjadi bodoh

2

4%

50

100 %

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat dapat diketahui bahwa manfaat mentaati peraturan sekolah 50 % siswa menjawab menjadi pandai, 36 % yang menjawab siswa menjadi rajin belajar, sedangkan yang menjawab siswa menjadi malas ada 10 % dan menjadi bodoh ada 4% . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar manfaat mentaati peraturan

bagi

siswa

MTs

Muhammadiyah

menjadikannya pandai dalam belajar.

I

Ciputat

adalah

76

b. Ketaatan siswa dalam mematuhi peraturan sekolah Tabel 4. 28 Siswa datang ke sekolah tepat waktu Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

14

28 %

B

Sering

24

48 %

C

Kadang-kadang

12

24 %

D

Tidak pernah

0

0

Jumlah

50

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 48 % siswa menjawab sering datang ke sekolah tepat waktu, 28 % siswa menjawab selalu datang ke sekolah tepat waktu, 24 % siswa menjawab kadangkadang datang ke sekolah tepat waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa datang ke sekolah kebanyakan yang tepat waktu. Tabal 4. 29 Siswa mematuhi peraturan sekolah Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

14

28%

B

Sering

33

66 %

C

Kadang-kadang

2

4%

D

Tidak pernah

1

2%

Jumlah

50

100 %

77

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa 66 % siswa menjawab sering memetuhi peraturan sekolah, 28 % siswa menjawab selalu mematuhi peraturan sekolah, 4 % kadang-kadang siswa menjawab mematuhi peraturan sekolah dan 2 % lagi menjawab tidak pernah mematuhi peraturan sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mematuhi peraturan sekolah siswa sudah sangat baik. c. Keteraturan siswa dalam belajar Tabel 4. 30 Menyediakan waktu khusus untuk belajar/membaca setiap hari Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

23

46%

B

Sering

25

50%

C

Kadang-kadang

2

4%

D

Tidak pernah

0

0

Jumlah

50

100 %

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menyediakan waktu yang khusus untuk belajar atau membaca setiap harinya hanya 50 % menjawab sering, 46 % menjawab selalu, sedangkan yang menjawab kadang-kadang ada 4 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa MTs Muhammadiyah I Ciputat sebagian besar suka menyediakan waktu untuk belajar atau membaca setiap harinya.

78

Tabel 4. 31 Waktu belajar di rumah Alternatif Jawaban

F

%

A

Tiap hari

42

84%

B

Sewaktu-waktu

7

14%

C

Jika mau ujian

0

0

D

Tidak pernah sama sekali

1

2%

Jumlah

50

100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab tiap hari ada 84%, yang menjawab sewaktu-waktu ada 14%, yang menjawab tidak pernah sama sekali belajar di rumah ada 2%. Ini menunjukkan bahwa siswa MTs Muhammadiyah I Ciputat pada umumnya selalu belajar di rumah. Tabel 4. 32 Frekuensi belajar siswa Alternatif Jawaban

F

%

A

Lebih dari 2 jam

8

16%

B

1 sampai 2 jam

17

34%

C

Kurang dari 1 jam

10

20%

D

Tidak pernah sama sekali

15

30%

50

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 16 % menjawab lebih dari 2 jam waktu yang dipergunakan untuk belajar, 34 % menjawab 1 sampai 2 jam, 20 % menjawab kurang dari 1 jam, dan yang menjawab tidak pernah belajar sama sekali ada 30%. Ini menunjukkan bahwa frekuensi siswa dalam belajar dirumah sebagian besar adalah 1 sampai 2 jam saja.

79

d. Kesungguhan siswa dalam belajar Tabel 4. 33 Semangat menyelesaikan tugas Alternatif Jawaban

F

%

A

Mengerjakan tugas dengan seksama

10

20%

B

Mengerjakan tugas semampunya

25

50%

C

Menyalin tugas teman

11

22%

D

Tidak mengerjakan tugas

4

8%

Jumlah

50

100 %

Dari penyebaran angket ini diketahui bahwa apabila guru memberikan tugas kepada siswa, 50 % mengerjakan semampunya, 20 % mengerjakannya dengan seksama, , 22 % mengerjakan dengan menyalin pekerjaan teman, sedangkan siswa yang tidak mengerjakan tugas ada 8%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semangat untuk menyelesaikan tugas siswa sangat baik. Tabel 4. 34 Mempelajari terlebih dahulu bahan pelajaran yang akan diajarkan Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

30

60%

B

Sering

16

32%

C

Kadang-kadang

4

8%

D

Tidak pernah

0

0

50

100 %

Jumlah

80

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang selalu terlebih dahulu mempelajari bahan pelajaran yang akan diajarkan ada 60 %, yang menjawab sering ada 32 %, sedangkan yang menjawab kadang-kadang ada 8 %, dan yang menjawab tidak pernah mempelajari bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa MTs Muhammadiyah I Ciputat memperlajari terlebih dahulu bahan pelajaran yang akan diajarkan. Tabel 4. 35 Mengulang kembali pelajaran ketika di rumah Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

5

10%

B

Sering

6

12%

C

Kadang-kadang

22

44%

D

Tidak pernah

17

34%

Jumlah

50

100 %

Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab selalu ada 10 %, yang menjawab sering ada 12 %, yang menjawab kadang-kadang ada 44 %, sedangkan yang menjawab tidak pernah mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan ketika siswa di rumah ada 34 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengulang kembali pelajaran setelah diajarkan hanya sebagian kecil saja yang selalu mengulang. Sedangkan sebagian besarnya hanya sewaktu-waktu saja.

81

Tabel 4. 36 Memanfaatkan waktu bila guru tidak hadir Alternatif Jawaban

F

%

A

Membaca buku pelajaran tersebut

2

4%

B

Membaca Koran/majalah yang tidak ada kaitannya dengan belajar

7

14%

C

Membaca buku komik

9

18%

D

Mengobrol dengan teman

32

64%

Jumlah

50

100 %

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa apabila guru tidak datang 64 % menjawab mengobrol dengan teman, 18 % menjawab membaca komik, sedangkan yang Membaca Koran/majalah ada 14 %, dan yang menjawab membaca buku pelajaran tersebut ada 4 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika gurunya tidak hadir kebanyakan siswa mengobrol dengan temannya.

e. Konsentrasi siswa dalam belajar Tabel 4. 37 Fasilitas di rumah dalam mendukung belajar siswa Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

0

0

B

Sering

11

22%

C

Kadang-kadang

19

38%

D

Tidak pernah

20

40%

50

100 %

Jumlah

82

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa fasilitas yang ada di rumah 40 % siswa menjawab Tidak pernah mendukung belajar, 38 % menjawab Kadang-kadang mendukung, 22 menjawab Sering. Ini berarti bahwa fasilitas yang ada di rumah kurang mendukung siswa dalam belajar. Tabel 4. 38 Kondisi di rumah dalam mendukung konsentrasi siswa Alternatif Jawaban

F

%

A

Selalu

18

36%

B

Sering

21

42%

C

Kadang-kadang

10

20%

D

Tidak pernah

1

2%

50

100 %

Jumlah

Kemudian tingkat konsetrasi siswa yang belajar di rumah 42 % menjawab sering mendukung, 36 % menjawab Selalu mendukung, 20 % berpendapat Kadang-kadang mendukung, dan

2 % berpendapat tidak

mendukung konsentrasi belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi rumah siswa cukup mendukunss konsentrasi belajar siswa.

83

F. Analisa Data Tabel 4. 39 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel X

Jumlah Item

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 24 28 27 30 31 32

Nilai

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4

4 2 4 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3

2 3 4 1 3 4 2 2 2 2 2 4 2 2 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 4 4

2 2 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 3

3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 3

2 3 2 2 4 2 2 2 2 4 2 3 2 4 2 3 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 3 2

3 2 2 3 3 4 2 2 2 4 2 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 4 3

3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 2 1 3 4 2 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 1 3 3 3

3 4 1 2 3 4 2 3 3 2 2 4 2 4 2 1 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3

3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3

2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2

3 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 1 1 4 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 1 3

2 3 4 1 2 3 2 2 2 2 3 1 3 4 2 1 4 2 4 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4

3 3 4 2 4 3 3 2 3 2 3 4 4 2 2 4 4 2 4 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4

3 3 4 3 3 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4

40 40 40 34 41 50 35 33 35 39 34 44 41 49 33 38 50 38 40 38 37 38 39 36 36 34 35 40 36 32 44 48

84

33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

4 2 4 3 2 4 3 3 2 4 2 3 2 4 4 4 4 2

2 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 3 2

3 2 4 4 2 2 4 3 2 4 3 3 3 1 4 4 4 3

2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2

4 2 4 4 2 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3

2 2 2 3 2 2 4 4 4 4 4 2 4 3 3 2 4 3

3 2 3 3 2 2 2 1 4 4 2 4 3 3 3 2 2 2

1 2 3 4 2 2 2 4 2 4 4 4 4 1 4 4 3 3

4 2 3 4 2 2 2 2 1 4 2 3 3 4 1 3 4 3

3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4

2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 4 1 2 2 2

4 3 3 4 3 3 2 4 3 4 2 4 3 4 1 3 3 3

1 2 4 3 2 2 2 2 2 4 2 4 1 4 4 1 4 4

1 2 3 3 3 2 3 2 4 2 4 4 4 4 3 2 2 2

4 2 3 4 2 3 3 3 2 4 2 2 3 4 4 2 2 2

40 31 48 50 31 37 41 38 39 55 38 46 45 49 43 41 46 40

Tabel 4. 40 Deskripsi data variable X (Akhlak siswa) No

Keterangan

Hasil

1

Mean

40,1

2

Median

39,5

3

Modus

40

Dari tabel diatas dapat diketahui variable X (Akhlak siswa) adalah sebagai berikut: mean (nilai rata-rata) adalah 40,1 median (nilai tengah) adalah 39,5 dan modus (nilai yang sering keluar) adalah 40

85

Tabel 4. 41 Distribusi frekuensi skor variable X (Akhlak siswa) No

Interval 

1

15 – 30

0

0

Kurang 

2

31 – 50

49

98

Sedang 

3

55 – 80

1

0,2

Baik 

Frekkuensi  Persentase (%)

Keterangan 

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase tertinggi untuk variable X (Akhlak siswa) terdapat pada interval 55-80 dengan persentase 0,2% sedangkan persentasi sedang terdapat pada interval 31-50 dengan persentase 98% (tidak ada) dan persentase terrendah terdapat pada interval 15-30 dengan persentase 0% (tidak ada)

Tabel 4. 42 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel Y

Jumlah Item

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Nilai

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2

3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4

2 2 2 3 2 4 3 3 2 4 3 4 4

3 1 3 2 2 4 1 2 2 2 2 3 3

3 3 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3

2 2 3 1 3 3 2 2 2 4 2 3 4

4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

1 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 2

3 3 4 3 1 3 2 2 3 2 2 4 1

4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4

2 1 4 2 3 2 1 1 1 2 3 1 1

2 3 1 2 3 1 2 3 3 1 3 1 1

3 3 3 2 4 4 2 2 2 2 2 4 4

40 38 41 41 41 51 38 38 41 44 42 48 45

86

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3 3 3 3 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 4 4 3

4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4

4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4

3 3 4 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3

4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 4

4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3

4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 1 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4

4 3 1 1 4 4 3 4 2 3 2 3 2 3 3 1 2 2 4 3 3 1 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3

4 1 2 1 2 1 1 3 1 3 1 3 1 3 2 1 3 2 3 4 1 1 3 3 3 1 2 1 4 2 4 4 3 4 1 3 3

4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 4

2 1 4 1 2 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2 1 1 2 4 1 3 2 2 2 4 4 2

2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 1 1 1 1 3 1 2 3 2 3 3 1 1 2 2 1 1 1

3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 1 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4

50 40 52 39 44 36 41 45 39 44 38 43 38 41 42 43 36 45 52 48 41 40 48 41 44 39 40 44 48 40 46 48 45 50 50 53 49

87

Tabel 4. 43 Deskripsi data variable Y (Disiplin Belajar siswa) No

Keterangan

Hasil

1

Mean

47,1

2

Median

42,5

3

Modus

41

Dari tabel diatas dapat diketahui variable Y (Disiplin belajar siswa) adalah

sebagai berikut: mean (nilai rata-rata) adalah 47,1 median (nilai

tengah) adalah 42,5 dan modus (nilai yang sering keluar) adalah 41.

Tabel 4. 44 Distribusi frekuensi skor variable Y (Disiplin Belajar siswa) No

Interval 

1

15 – 30

0

0

Kurang 

2

31 – 50

45

9

Sedang 

3

55 – 80

5

1

Baik 

Frekkuensi  Persentase (%)

Keterangan 

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase tertinggi untuk variable Y (Disiplin belajar siswa) terdapat pada interval 61-80 dengan persentase 65% sedangkan persentasi sedang terdapat pada interval 41-60 dengan persentase 27,5% (tidak ada) dan persentase terrendah terdapat pada interval 20-40 dengan persentase 0% (tidak ada)

88

Tabel 4. 45 NILAI KORELASI ANTARA VARIABEL X DAN VARIABEL Y

No Responden 1

X 40

Y 40

XY 1600

X2 1600

Y2 1600

2

40

38

1520

1600

1444

3

40

41

1640

1600

1681

4

34

41

1394

1156

1681

5

41

41

1681

1681

1681

6

50

51

2550

2500

2601

7

35

38

1330

1225

1444

8

33

38

1254

1089

1444

9

35

41

1435

1225

1681

10

39

44

1716

1521

1936

11

34

42

1428

1156

1764

12

44

48

2112

1936

2304

13

41

45

1845

1681

2025

14

49

50

2450

2401

2500

15

33

40

1320

1089

1600

16

38

52

1976

1444

2704

17

50

39

1950

2500

1521

18

38

44

1672

1444

1936

19

40

36

1440

1600

1296

20

38

41

1558

1444

1681

21

37

45

1665

1369

2025

22

38

39

1482

1444

1521

23

39

44

1716

1521

1936

24

36

38

1368

1296

1444

25

36

43

1548

1296

1849

26

34

38

1292

1156

1444

27

35

41

1435

1225

1681

28

40

42

1680

1600

1764

29

36

43

1548

1296

1849

30

32

36

1152

1024

1296

31

44

45

1980

1936

2025

32

48

52

2496

2304

2704

33

40

48

1920

1600

2304

34

31

41

1271

961

1681

89

35

48

40

1920

2304

1600

36

50

48

2400

2500

2304

37

31

41

1271

961

1681

38

37

44

1628

1369

1936

39

41

39

1599

1681

1521

40

38

40

1520

1444

1600

41

39

44

1716

1521

1936

42

55

48

2640

3025

2304

43

38

40

1520

1444

1600

44

46

46

2116

2116

2116

45

45

48

2160

2025

2304

46

49

45

2205

2401

2025

47

43

50

2150

1849

2500

48

41

50

2050

1681

2500

49

46

53

2438

2116

2809

50 N= 50

40

49

1960

1600

2401 2

Σx=2005 Σy=2170 Σxy=87717 Σx =81957 Σy =95184 2

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat korelasi variabal data di atas akan diuji keabsahannya dengan menggunakan rumus Product Moment yaitu:

rxy =

N ∑ XY − (∑ X ) (∑ Y ) [ N ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 ][ N ∑ Y ∑

2

− (∑ Y ) 2 ]

rxy =

50(87717) − (2005)(2170) [(50)(81957) − (2005)2 ][(50)(95184) − (2170)2

rxy =

438550 − 4350850 [(4097850 − 4020025) ][(4759200 − 4708900)]

90

rxy =

35000 50300 x77825

rxy =

35000 3914597500

rxy =

35000 62566,74

rxy = 0,559 dibulatkan menjadi 0,56 Dari perhitungan di atas, ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda positif memperhatikan hasil yang diperoleh yaitu 0, 56. Ini berarti ada korelasi yang positif antara Pendidikan Akhlak Dengan Disiplin Belajar Siswa. G. Interpretasi Data Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara sederhana dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment, ternyata besarnya rxy yang diperoleh terletak antara 0,40-0,70 yang berarti: antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Selanjutnya untuk pengujian hipotesa kerja atau hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho) dilakukan dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment atau disebut interpretasi:

a. Hipotesa altenatif (Ha) yaitu, terdapat korelasi positif yang signifikan antara Pendidikan Akhlak Dengan Disiplin Belajar Siswa . b. Hipotesa nihil (Ho) yaitu, tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara Pendidikan Akhlak Dengan Disiplin Belajar Siswa.

91

Selanjutnya untuk mengetahui apakah itu signifikan atau tidak, maka “r”

hasil

perhitungan

dibandingkan

dengan

“r”

tabel. Dan sebelum membandingkan terlebih dahulu dicari derajat bebas (db) atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus

df = N – nr = 50-2 = 48

Dengan df sebesar 48 jika dikonsultasikan dengan “r” tabel, pada taraf signifikansi 5 % diperoleh harga sebesar 0,288, ternyata rxy lebih besar daripada harga “r”, sedangkan pada taraf signifikansi 1 % diperoleh harga sebesar 0,372, ternyata rxy juga lebih besar daripada harga “r” tabel. Dengan demikian hipotesa nol (Ho) ditolak, dan hipotesa alternative (Ha) diterima. Terdapat korelasi yang segnifikan antara Pendidikan Akhlak Dengan Disiplin Belajar Siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu, Teknik Belajar yang Efisien, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, Cet. I Ahmadi Abu, Teknik Belajar yang Tepat, Semarang : Mutiara Widya, 1986, Cet. III Agus M. Hardjana, Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi, Kanisius, 1994, Cet. I,

Yogyakarta :

Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rieneka Cipta, 1995, Cet. Ke-1 Alex Sobur, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, Jakarta: BPK. Gunung Agung Mulia, 1988, cet. Ke-2 Al-ghazali, imam, Bahaya Lisan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, cet 1 Amin, Ahmad, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta : Bulan-Bintang,1993, Cet. VII, Andi Hakim Nasoetion, dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001, Cet. I Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cet II Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, 1977/1978 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1988,cet. I Djajatnika, Rachnat, Sistem Ethika Islami Akhlak Mulia, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992, cet 1 Djoyonegoro, Wardiman, Pembudayaan Disiplin Nasional, dalam D. Soemarmo (ed), Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, Jakarta: Mini Jaya Abadi, 1998, Cet. 1 Imam Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, Semarang: Wicaksana, 1985, Cet. Ke1 Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1973, Ismail Thaib, Risalah Akhlak, Yogyakarta : CV. Bina Usaha, 1984, cet. I

93

94

Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta : Rajawali, 1985, cet. I Kountur, Ronny, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, Jakarta: CV Taruna Grafika, 2003, cet. I M. Ali Hasan, Tuntutan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet. Ke-1. M. Ardani, Akhlak-Tasawuf, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan Tasawuf, Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), cet 2 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab_Indonesia, Jakarta: PT. Hidayah Karya, 1989, Cet. 2 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2001, cet 2 Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), Cet. IV, h. 61 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. H. Bustami A. Gani dan Johar Bahri, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, Cet. Ke-4 Muhammad bin Jamil Zainu, Solusi Pendidikan Anak Masa Kini, (Jakarta: Mustaqiim, 2003), cet. 2. Nata, Abuddin, M.A, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), Cet 1. Neing Ratmaningsih, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas 2, (Bandung : Grafindo Media Pratama, 1997) Peter Salim, Yeny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991 Piet A. Sehertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1994, cet. Ke-1, Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali, 1990, cet. III. Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Pembimbing, Jakarta : BBPK, Gedung Mulia, 2000, cet. IX, Singgih D. Gunarsa, Y. Singgih D. Gunarsa (Ed), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia, 1995, Cet ke-7

95

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta : Bina Aksara, 1988, cet I, Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta : Bina Aksara, 1989, cet. I Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Ke 12. Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi, Jakarta: Pustaka irvan, 2007, cet. II, The Liang Gie, Cara Belajar yang Efesien, Yogyakarta : Pusat Kemajuan Studi, 1986, Cet. XIX Totok Santoso, Layanan Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah, Semarang : Satya Wacana, 1988, cet. I Umar Muhammad at-Taomy asy-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet. Ke-1 Ya’kub, Hamzah, Etika Islam, Jakarta: Publitica, 1979 Yuniyanti RN, “Berbagai Langkah Guna Menyukseskan Sikap dan Perilaku Disiplin”, dalam D. Soemarmo (ed), Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta : Ruhama, 1995, cet. II

KUISIONER/ANGKET Para siswa MTs Muhammadiyah I Ciputat yang berbahagia, dalam rangka mengetahui sejauh mana pendidikan akhlak dalam membina disiplin belajar siswa. Dengan ini saya mohon bantuan saudara untuk menjawab beberapa pertanyaan yang tercantum dalam kuisioner ini. Caranya adalah dengan menjawab dan memberikan tanda silang (X) pada kolom-kolom yang telah disediakan. Tidak ada jawaban “benar” atau “salah”, jawaban yang terlihat adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan dan pendapat saudara sesungguhnya. Disamping itu, perlu saya beritahukan bahwa : 1. Jawaban anda saya jamin kerahasiaannya. 2. Jawaban anda tidak mempengaruhi terhadap nilai anda dan tidak ada pengaruh dari segi apapun. 3. penelitian ini hanya untuk bertujuan ilmiah saja. Oleh karena itu, saya harapkan saudara mengisi sesuai dengan petunjuk yang telah ada dibawah ini.

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang saudara anggap sesuai dengan keadaan dan pendapat saudara atas pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.

I. IDENTITAS a. Nama

: …….…………………………………………………

b. Kelas

: ……………………………………………………….

c. Jenis Kelamin

: ……………………………………………………….

d. Asal Sekolah

: ……………………………………………………….

II. PENDIDIKAN AKHLAK 1. Apakah kamu berdo’a ketika pergi kesekolah ? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

2. Apakah kamu mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

3. Apakah kamu mematuhi perintah dan nasehat gurumu? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

4. Apakah kamu memperhatikan dengan baik pada saat guru menerangkan pelajaran? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

5. Apakah kamu suka berbicara kasar kepada gurumu? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

6. Apakah kamu menjaga dari perkataan jelek atau yang tidak enak di dengar? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

7. Apakah kamu membolos sekolah dengan teman-teman untuk pergi jalanjalan? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

8. Apakah kamu memberikan infaq di sekolah? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

9. Apakah kamu mengerjakan sholat lima waktu? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

10. Apakah kamu mambantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah sepulang dari sekolah? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

11. Apakah kamu suka membantah perintah orang tuamu? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

12. Apakah kamu memaafkan teman yang berbuat kesalahan? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

13. Apakah kamu suka mengejek temanmu disekolah? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

14. Apakah kamu marasa paling pintar di sekolah ? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

15. Apakah kamu bersyukur dengan prestasi yang kamu miliki sekarang? a. Selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

III. DISIPLIN BELAJAR 1

2

3

Apakah di MTs Muhammadiyah I Ciputat ini perlu adanya peraturan? a. Sangat perlu

c. Kurang perlu

b. Perlu

d. Tidak perlu

Apakah peraturan sekolah itu perlu untuk ditegakkan? a. Sangat perlu

c. Kurang perlu

b. Perlu

d. Tidak perlu

Bagaimana cara saudara mematuhi peraturan? a. Menjalankan perintah b. Mentaati peraturan c. Mengerjakan perkara yang dilaranh d. Melanggar peraturan

4

Apa manfaat bagi saudara dalam mentaati peraturan? a. Menjadi siswa yang rajin belajar b. Menjadi siswa yang pandai c. Menjadi siswa yang malas d. Menjadi siswa yang bodoh

5

6

Apakah saudara mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak

Apakah kamu datang kesekolah tepat pada waktunya? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak

7

Kalau Guru saudara tidak datang, apa yang saudara lakukan? a. Membaca buku pelajaran tersebut b. Membaca majalah yang tidak ada kaitannya dengan belajar c. Membaca buku komik d. Mengobrol dengan teman

8

Apakah saudara menyediakan waktu yang khusus untuk belajar atau membaca setiap harinya?

9

a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak

Kapan belajar dirumah biasanya saudara lakukan? a. Tiap hari

c. Jika mau ujian

b. Sewaktu-waktu

d. Tidak belajar sama sekali

10 Berapa kira-kira waktu yang saudara pergunakan untuk belajar di rumah? a. Lebih dari dua jam

c.

Kurang

dari

satu jam b. Satu sampai dua jam

d.Tidak

pernah

sama

sekali 11 Jika Guru memberikan tugas, apa yang saudara lakukan? a. Mengerjakan tugas dengan seksama b. Mengerjakan tugas semampunya c. Menyalin tugas teman d. Tidak mengerjakan tugas 12 Apakah saudara terlebih dahulu mempelajari bahan pelajaran yang akan diajarkan? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

13 Apakah saudara mengulangi kembali pelajaran yang telah diajarkan ketika dirumah? a. Selalu

c.Kadang-kadang

b. Sering

d.Tidak

14 Apakah fasilitas yang ada di rumah mendukung anda dalam belajar? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d. Tidak

15 Apakah kondisi rumah saudara mendukung konsentrasi belajar? a. Selalu

c. Kadang-kadang

b. Sering

d.Tidak

Berita Wawancara Nama Responden

: Dra. Amalia

Jabatan

: Kepala Sekolah MTs Muhammadiyah I Ciputat

Tempat Wawancara : MTs Muhammadiyah I Ciputat Hari/Tanggal

: Selasa, 22 April 2010

Pokok Pembicaraan : 1. Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah I Ciputat? 2. Apa

visi,

misi,

dan

tujuan

di

dirikannya

Madrasah

Tsanawiyah

Muhammadiyah I Ciputat?

Hasil Wawancara : 1. Sejarah berdiri Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah ini pada mulanya MTs Muhammadiyah adalah amal usaha Muhammadiyah yang bergerak dalam pendidikan di bawah naungan Perguruan Cabang Muhammadiyah Ciputat. Adapun letak Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah ini berada di Jl. Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Cimanggis-Ciputat kab. Tangerang. Madrasah ini dibangun diatas tanah 1125 M2 dan letaknya cukup strategis dan mudah dijangkau. 2. Visi MTs Muhammadiyah I Ciputat ini adalah memposisikan madrasah sebagai sumber daya manusia yang berkualitas di bidang IPTEK dan IMTAQ. Misi MTs Muhammadiyah I Ciputat adalah menyukseskan pendidikan yang berientasi kepada kualitas, baik secara moral maupun sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM di bidang IPTAK dan IMTAQ. Sedangkan tujuan di dirikannya MTs Muhammadiyah I Ciputat ini adalah memberikan bekal kemampuan dasar pengetahuan umum dan agama serta

keterampilan yang bermanfaat bagi siswa dan mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Ciputat, 22 April 2010

Aziz Rosdiansyah

Dra. Amalia

Interviewer

Responden

Berita Wawancara Nama Responden

: Iis Yunengsih

Jabatan

: Guru bidang study Aqidah Akhlak

Tempat Wawancara : MTs Muhammadiyah I Ciputat Hari/Tanggal

: Rabu, 23 April 2010

Pokok Pembicaraan : 1. Bagaimanakah

sistem

pelaksanaan

pendidikan

akhlak

di

MTS

Muhammadiyah I Ciputat ini ? 2. Perangkat apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak siswa di MTs Muhammadiyah I Ciputat ini ? 3. Upaya apa saja yang dilakukan guru dalam membina disiplin belajar siswa ?

Hasil Wawancara : 1. Sistem pelaksanaan pendidikan akhlak disini adalah “Karena pelaksanaannya diberikan pada setiap satu minggu dua jam pelajaran, maka dalam penyampaiannya memakai beberapa metode di antaranya, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode drill. Adapun diluar kurikulum pendidikan akhlak juga diberikan berupa contoh/tindakan seorang guru yang mencerminkan akhlak itu sendiri. Disamping itu juga, pembinaan akhlak diberikan melalui penegakkan peraturan sekolah dam pembinaan kerohanian yang diadakan di sekolah. 2. Perangkat yang digunakan dalam melaksanakan pendidikan akhlak salah satunya adalah “Memakai kurikulum yang sudah ada, yiatu kurikulum aqidah akhlak tahun 1994/1995 yang dikombinasikan dengan kurikulum berbasis kompetesi edisi 2003. Disamping itu juga, memakai metode yang telah disebutkan di atas, serta mengadakan evaluasi yang dilaksanakan setiap

berakhirnya materi pelajaran dengan menggunakan post test, dan minimal lima kali test pada setiap semester, yaitu setelah selesai satu pokok bahasan. 3. Upaya yang dilakukan dalam guru dalam membina disiplin belajar siswa adalah “Salah satunya, yaitu siswa diberi tugas pekerjaan rumah (PR) untuk diselesaikan, karena materi aqidah akhlak diberikan pada setiap satu minggu dua jam pelajaran. Disamping itu, siswa diwajibkan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh madrasah. Karena siswa tidak sepenuhnya berada dalam pengawasan madrasah, jadi kepedulian masyarakat terutama orang tua dalam memperhatikan dan menjaga anak sangat dibutuhkan dalam membina disiplin belajar anak.

Ciputat, 23 April 2010

Aziz Rosdiansyah

Iis Yunengsih

Interviewer

Responden

Berita Wawancara Nama Responden

: Ali Syukron

Jabatan

: Kaur Tata Usaha

Tempat Wawancara : MTs Muhammadiyah I Ciputat Hari/Tanggal

: Kamis, 24 April 2010

Pokok Pembicaraan : 1. Bagaimana sistem pembayaran BP3 dan apakah setiap tahun ajaran baru mengalami kenaikan ? 2. Bagaimaan sirkulasi keuangan BP3 dikelola ?

Hasil Wawancara : 1. Badan pembantu penyelenggaraan pendidikan (BP3) di madrasah ini dalam pembayaran BP3 selalu disatukan dengan pembayaran SPP yang harus dibayar oleh siswa setiap bulan sekali. Sedangkan mengenai kenaikan uang BP3 tidak setiap tahu pelajaran, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh madrasah. 2. Sedangkan pengelolaan keuangan dikelola oleh bendahara tata usaha yang ditunjuk oleh ketua tata usaha yang bertugas mencatat pemasukan dan pengeluaran uang BP3.

Ciputat, 24 April 2010

Aziz Rosdiansyah

Ali Syukron

Interviewer

Responden

BIOGRAFI PENULIS

4x6

Nama

: Aziz Rosdiansyah

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Kp. Pajeleran

RT/RW

: 02/08

Desa/Kelurahan : Sukahati Kecamatan

: Cibinong

Kabupaten/Kota : Bogor Agama

: Islam

Pendidikan MI

: MI Tarbiyatul Aulad Pajeleran Cibinong Tahun 1993-1999

Mts

: MTs Negri Cibinong Tahun 1999-2002

MA

: MA Al-Aulia Bogor Tahun 2002-2005

Perguruan Tinggi: UIN Ciputat, Jakarta Tahun 2005-2010

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 skor item alternatif jawaban responden .................................. 42 2. Tabel 2 klasifikasi skor angket............................................................. 43 3. Tabel 3 interpretasi nilai “r” ................................................................ 44 4. Tabel 4 Kisi-kisi instrument ................................................................. 46 5. Tabel 5 keadaan perkembangan siswa MTs Muhammdiyah ............... 56 6. Tabel 6 keadaan guru MTs Muhammdiyah ......................................... 57 7. Tabel 7 keadaan sarana dan prasarana ................................................. 55 8. Tabel 8 siswa membaca do’a ketika pergi sekolah .............................. 56 9. Tabel 9 siswa memberikan infak di sekolah ........................................ 56 10. Tabel 10 siswa mengerjakan shalat ..................................................... 57 11. Tabel 11 siswa bersyukur dengan prestasinya ..................................... 57 12. Tabel 12 siswa mengucap salam saat masuk dan keluar rumah .......... 58 13. Tabel 13 siswa membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah ............ 58 14. Tabel 14 siswa membantah perintah orang tua .................................... 59 15. Tabel 15 siswa mematuhi perintah dan nasehat guru........................... 59 16. Tabel 16 siswa memperhatikan dengan baik pada saat guru menerangkan pelajaran......................................................................... 60 17. Tabel 17 siswa berbicara kasar kepada guru ........................................ 60 18. Tabel 18 siswa membolos sekolah ....................................................... 61 19. Tabel 19 siswa menjaga dari perkataan jelek ....................................... 61 20. Tabel 20 siswa siswa meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada orang lain ................................................................................ 62 21. Tabel 21 siswa mengejek temannya disekolah .................................... 62 22. Tabel 22 siswa merasa paling pintar di sekolah ................................... 63 23. Tabel 23 perlunya peraturan di sekolah ............................................... 63 24. Tabel 24 siswa menegakan peraturan di sekolah ................................. 64 25. Tabel 25 cara siswa mematuhi peraturan sekolah ................................ 64 26. Tabel 26 manfaat siswa mematuhi peraturan sekolah.......................... 65 27. Tabel 27 siswa datang ke sekolah tepat waktu..................................... 66

28. Tabel 28 siswa mematuhi peraturan sekolah ....................................... 66 29. Tabel 29 siswa Menyediakan waktu khusus untuk belajar .................. 67 30. Tabel 30 waktu belajar siswa dirumah ................................................. 67 31. Tabel 31 frekuensi belajar siswa ......................................................... 68 32. Tabel 32 siswa bersemangat dalam menyelesaikan tugas.................... 68 33. Tabel 33 mempelajari terlebih dahulu bahan yang akan di ajarkan ..... 69 34. Tabel 34 siswa mengulang kembali pelajaran di rumah ...................... 69 35. Tabel 35 siswa memanfaatkan waktu jika guru tidak ada.................... 82 36. Tabel 36 fasilitas di rumah dalam mendukung belajar siswa .............. 82 37. Tabel 37 kondisi di rumah dalam mendukung konsentrasi siswa ........ 83 38. Tabel 38 hasil Angket Akhlak Siswa Atau Variabel X........................ 84 39. Tabel 39 hasil Angket Disiplin Belajar Siswa Atau Variabel Y .......... 85 40. Tabel 40 nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y ..................... 87