manual Guru.indd - International Labour Organization

170 downloads 2045 Views 4MB Size Report
PEKERJA ANAK. Manual Informasi untuk Guru, Pendidik, dan Organisasi Pendidikan .... G. Contoh Pekerja Anak dan Dampak yang Menyertainya. 29. H. Topik-topik Diskusi. 34 ..... kuat dan sebuah slogan atau pesan pendek yang dapat ...
Pekerja Anak Manual Informasi bagi Guru, Pendidik dan Organisasi Pendidikan

Kerjasama antara:

Copyright © Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak, Organisasi Perburuhan Internasional 2009 Cetakan Pertama 2009 Publikasi-publikasi Kantor Perburuhan Internasional memperoleh hak cipta yang dilindungi oleh Protokol 2 Konvensi Hak Cipta Universal. Meskipun demikian, kutipan-kutipan singkat dari publikasi tersebut dapat diproduksi ulang tanpa izin, selama terdapat keterangan mengenai sumbernya. Permohonan mengenai hak reproduksi atau penerjemahan dapat diajukan ke ILO Publications (Rights and Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland, atau melalui e-mail: [email protected]. Kantor Perburuhan Internasional menyambut baik permohonan-permohonan seperti itu. Perpustakaan, lembaga dan pengguna lain yang terdaftar di Inggris Raya dengan Copyright Licensing Agency, 90 Tottenham Court Road, London W1T 4LP [Fax: (+44) (0)20 7631 5500; email: cla@cla. co.uk], di Amerika Serikat dengan Copyright Clearance Center, 222 Rosewood Drive, Danvers, MA 01923 [Fax: (+1) (978) 750 4470; email: [email protected]] atau di negara-negara lain dengan Reproduction Rights Organizations terkait, dapat membuat fotokopi sejalan dengan lisensi yang diberikan kepada mereka untuk tujuan ini.

Organisasi Perburuhan Internasional, 2009 PEKERJA ANAK Manual Informasi untuk Guru, Pendidik, dan Organisasi Pendidikan ISBN 978-92-2- 822363-7 (buku) ISBN 978-92-2- 822364-4 (web pdf )

2

Juga tersedia dalam bahasa Inggris: CHILD LABOUR – An Information Kit for Teachers, Educators and Their Organizations/ ISBN 92-2-111040-0 / International Labour Organization - Geneva: ILO, 2003

Penggambaran-penggambaran yang terdapat dalam publikasi-publikasi ILO, yang sesuai dengan praktik-praktik Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan presentasi materi yang ada di dalamnya tidak mewakili pengekspresian opini apapun dari sisi Kantor Perburuhan Internasional mengenai status hukum negara, wilayah atau teritori manapun atau otoritasnya, atau mengenai batas-batas negara tersebut. Tanggungjawab atas opini-opini yang diekspresikan dalam artikel, studi, dan kontribusi lain yang ditandatangani merupakan tanggung jawab penulis, dan publikasi tidak mengandung suatu dukungan dari Kantor Perburuhan Internasional atas opini-opini yang terdapat di dalamnya. Rujukan ke nama perusahaan dan produk komersial dan proses tidak menunjukkan dukungan dari Kantor Perburuhan Internasional, dan kegagalan untuk menyebutkan suatu perusahaan, produk komersial atau proses tertentu bukan merupakan tanda ketidaksetujuan. Publikasi ILO dapat diperoleh melalui penjual buku besar atau kantor lokal ILO di berbagai negara, atau secara langsung dari ILO Publications, International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland (e-mail: pubvente@ilo. org) ; atau Kantor ILO Jakarta, Menara Thamrin, Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250, Indonesia (e-mail: [email protected]). Katalog atau daftar publikasi tersedia secara cuma-cuma dari alamat di atas atau melalui email. Kunjungi Website kami : www.ilo.org/publication ; www.un.or.id : www.pgri.go.id

Dicetak di Jakarta

Ucapan Terima Kasih

Versi asli Manual informasi ini dibuat oleh Natalie Drew dan Yayoi Segi, di bawah pengawasan Panudda Boonpala dan Chhanda Bose. Manual ini diedit dan direvisi ke dalam format baru oleh Nick Grisewood pada November 2004. Manual ini merupakan hasil dari proyek antarregional “Memobilisasi Guru, Pendidik, dan Organisasi Pendidikan dalam Memerangi Pekerja Anak.” Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Education International, UNICEF, UNESCO, dan IPEC. Versi dalam bahasa Indonesia dari Manual ini merupakan hasil adaptasi sehingga diharapkan Manual dapat lebih mudah digunakan dalam konteks Indonesia. ILO-IPEC menyampaikan rasa terima kasih kepada para pihak berikut ini atas keterlibatan mereka dalam proses adaptasi Manual ini: Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) selaku lembaga pelaksana program aksi ‘Mobilisasi dan Penguatan Kapasitas PGRI dan Serikat Pekerja di Indonesia dalam rangka Penghapusan Pekerja Anak’ di mana kegiatan adaptasi Manual ini ke dalam konteks Indonesia merupakan salah satu kegiatannya, Drs. Achmad Marzuki selaku konsultan serta RENGO yang mendukung kegiatan ini dari segi pendanaan.

3

KATA PENGANTAR Ketua Umum PGRI

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, adaptasi “Manual Informasi tentang Pekerja Anak bagi Guru, Pendidik dan Organisasi Pendidik “ ke dalam konteks Indonesia telah dapat diselesaikan tepat waktu. Manual ini, yang diadaptasi dari buku aslinya yang berjudul “Child Labour – an Information Kit for Teachers, Educators and their Organizations” dimaksudkan sebagai referensi pembelajaran dan materi penyadaran publik, khususnya bagi guru, pendidik, dan organisasi pendidik dalam melaksanakan perannya menghapus pekerja anak di Indonesia.

4

Upaya ini dilakukan sebagai dukungan terhadap Pemerintah Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum Untuk Bekerja melalui Undang Undang No 20 tahun 1999 dan Konvensi ILO No. 182 tentang Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan BentukBentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak melalui Undang Undang No. 1 tahun 2000. Selain itu, Satuan Kerja Global untuk Pekerja Anak dan Pendidikan untuk semua (Global Task Force on Child Labour and Education For All) telah berkomitmen pada pentingnya pendidikan sebagai suatu cara mengatasai pekerja anak. Untuk itu upaya sistematis, berkelanjutan dan terintegrasi harus terus dilakukan untuk menghapus pekerja anak di bumi pertiwi ini. PGRI dari pusat hingga daerah telah lama aktif bekerja sama dengan ILO, khususnya ILO IPEC (International Programme on the Elimination of Child Labour), dalam berbagai kegiatan penghapusan pekerja anak. Sebagai organisasi tempat bernaungnya para guru, dosen dan tenaga kependidikan, PGRI memiliki peran strategis dalam menyiapkan masa depan anak agar pada masanya dapat memasuki dunia kerja dengan kompetensi yang memadai sehingga hidupnya berkualitas dan sejahtera. Pembelajaran yang menarik, komunikasi dengan orang tua yang lancar, dan berbagai kegiatan edukatif lainnya dapat menarik anak usia sekolah dari pekerjaannya untuk kembali dan senang belajar di sekolah. Anak-anak yang terus bersekolah bukan saja terhindar dari eksploitasi sebagai pekerja anak, lebih jauh anak memperoleh haknya yang mendasar yakni pendidikan. Atas selesainya adaptasi ini, saya menyampaikan terima kasih kepada Alan Boulton – Direktur ILO Jakarta, Arum Ratnawati – Kepala Penasehat Teknis ILO/IPEC, Abdul Hakim – Officer Monitoring dan Evaluasi ILO-IPEC,Putri Vidya Dewi – Asisten Program ILO-IPEC, Achmad Marzuki - Konsultan dari JARAK dan Sahiri Hermawan – Sekretaris Jenderal PGRI serta seluruh anggota working committee dengan koordinator Unifah Rosyidi, serta semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu. Semoga Manual ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan berkontribusi pada terwujudnya “Masa depan bebas pekerja anak”. Jakarta, Juni 2009 PENGURUS BESAR PGRI Ketua Umum,

Dr. Sulistiyo, M. Pd

KATA PENGANTAR

Organisasi Perburuhan Internasional Pekerja anak masih menjadi salah satu tantangan pembangunan yang dihadapi oleh dunia internasional dan mempengaruhi beanyak Negara di seluruh dunia. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi permasalahan pekerja anak. Tindakan ini antara lain diwujudkan dengan meratifikasi Konvensi-Konvensi (Konvensi 182 mengenai Pelarangan dan Aksi Mendesak untuk Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak dan Konvensi 138 mengenai usia Minimum untuk Bekerja) dan berbagai bentuk hukum lainnya. Pemerintah Indonesia kemudian menindak lanjuti dengan membentuk Komite Aksi Nasional untuk Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (KANPBPTA) pada tahun 2001 melalui Keppres no. 12 tahun 2001. Komite ini dibentuk untuk mempersiapkan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk penghapusan bentukbentuk pekerjaan terburuk untuk anak (PBPTA), sebuah panduan bagi para pemangku kepentingan dalam PBPTA di Indonesia. RAN tersebut kemudian disahkan oleh presiden melalui Keppres no 59 tahun 2002. Selain itu pemerintah Indonesia juga telah mensahkan beberapa peraturan perundang-undangan yang memberikan mandat kepada institusiinstitusi pemerintah terkait untuk menghapuskan pekerja anak. Undang-undang tersebut antara lain adalah Undang-undang Perlindungan Anak No.23 tahun 2002, Undang-undang Tenaga Kerja no.13 tahun 2003, dan Undang-Undang Anti Perdagangan Orang no.21 tahun 2007. Tindakan-tindakan ini telah menunjukkan komitmen-komitmen Pemerintah dalam upaya-upaya penghapusan pekerja anak. Salah satu agen terkuat dalam memastikan anak-anak tetap bersekolah dan mencegah mereka memasuki dunia kerja adalah para guru dan organisasi mereka. Para guru berhadapan langsung dengan anak-anak, memungkinkan mereka memberikan pengaruh positif dalam cara berpikir para siswanya mengenai pentingnya pendidikan dan masa depan mereka. Mereka juga berinteraksi dengan para orangtua, masyarakat, pemuka agama, pejabat pendidikan dan pihak terkait lainnya. Manual informasi ini dikembangkan untuk menggugah kesadaran diantara para guru mengenai sifat-sifat dan dampak pekerja anak sehingga mereka dapat berkontribusi dengan efektif untuk meningkatkan tingkat masuk sekolah dan melindungi pekerja anak. Manual ini juga dimaksudkan untuk menginspirasi dan memotivasi kelompok kunci ini untuk menginformasikan pihak-pihak lainnya mengenai permasalahan pekerja anak, termasuk para murid, kolega, anggota organisasi guru, serta para actor lain dalam masyarakat. Manual ini pada awalnya dikembangkan oleh Natalie Drew and Yayoi Segi dalam pengawasan dari Panudda Boonpala and Chhanda Bose dari ILO dan diedit oleh Nick Grisewood pada tahun 2004. Manual ini merupakan hasil dari proyek Inter-regional dalam Memobilisasi Guru, Pendidik, dan Organisasi Mereka dalam Memerangi Pekerja Anak. Proyek tersebut merupakan suatu kolaborasi antara Education International (EI), UNICEF, UNESCO and ILO-IPEC (Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak).

5

ILO sangat menghargai Persatuan Guru Republik Indonesia yang, dengan dukungan serikat pekerja lainnya, telah melakukan adaptasi untuk membuat Manual ini semakin relevan untuk digunakan di Indonesia. Manual informasi ini akan menjadi sumber informasi dan ide-ide yang berguna bagi para guru untuk melangkah dan melaksanakan aksi nyata dalam memerangi pekerja anak baik di sekolah maupun di masyarakat luas. ILO mendukung PGRI dan serikat pekerja lainnya, khususnya serikat pekerja para guru, untuk mengadvokasikan penggunaan Manual ini secara lebih luas untuk mendukung usaha-usaha menghentikan pekerja anak.

Jakarta, Juni 2009

6

Direktur ILO Jakarta

Kepala Penasehat Teknis Program Penghapusan Pekerja Anak

Alan Boulton

Arum Ratnawati

Daftar Isi Pengantar dari PGRI Sambutan dari ILO Daftar Isi Organisasi Perburuhan Internasional Persatuan Guru Republik Indonesia Komite Aksi Nasional –Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (KAN-PBPTA)

4 5 7 9 10

TOPIK 1 : PANDUAN BAGI PENGGUNA

13

A. B. C. D.

Pengantar Bagaimana Menggunakan Manual Informasi ini Ide-ide untuk Para Guru dalam Memerangi Fenomena Pekerja Anak Kegiatan dan Proyek tentang Pekerja Anak di Ruang Kelas

11

14 14 16 18

TOPIK 2 : PEKERJA ANAK

23

A. B. C. D. E. F. G. H.

24 24 24 25 27 27 29 34

Memahami Anak yang Bekerja Pekerja Anak, Apakah Itu ? Penyebab Pekerja Anak Berbagai Bentuk Pekerja Anak Berbagai Pekerjaan yang Seharusnya Tidak Dilakukan oleh Anak Dampak Pekerja Anak Contoh Pekerja Anak dan Dampak yang Menyertainya Topik-topik Diskusi

TOPIK 3 : PERATURAN TERKAIT PEKERJA ANAK DAN PENDIDIKAN

37

A. B. C. D.

38 39 42 44

Instrumen Internasional untuk Memerangi Pekerja Anak Pokok-pokok Peraturan Terkait Pekerja Anak Pokok-pokok Peraturan Terkait Pendidikan Topik-topik Diskusi

TOPIK 4: PENDIDIKAN UNTUK MENCEGAH PEKERJA ANAK DAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN EKS PEKERJA ANAK

49

A. B. C. D. E. F. G.

50 50 51 52 52 53 53

Peran Pendidikan Mengapa pendidikan penting bagi Anak-anak? Masalah dalam Pendidikan Meningkatkan Pendidikan untuk Mencegah Pekerja Anak Apa Saja yang Harus Dilakukan? Apa yang dapat dilakukan oleh Guru ? Topik-topik Diskusi

7

TOPIK 5 : PERAN GURU, PENDIDIK & ORGANISASI PENDIDIKAN

57

A. B.

58 63

Peran para Guru dalam Memerangi masalah Pekerja Anak Contoh-contoh Aksi Penghapusan Pekerja Anak yang dilakukan oleh Guru

TOPIK 6 : PEMBELAJARAN AKTIF DAN MENYENANGKAN A. B. C. D.

Apa itu Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan? Program Pendidikan Transisi Model-Model Pembelajaran Metode Pembelajaran

70 71 72 73

TOPIK 7: AKSI-AKSI PENGHAPUSAN PEKERJA ANAK MELALUI PENDIDIKAN

79

A. B. C. D.

80 81 89 90

Pekerja Anak: ”Sebuah Konteks” Penghapusan Pekerja Anak Melalui Pendidikan Pendidikan Bagi Anak Perempuan Pendidikan dalam Program Nasional Terikat Waktu

LAMPIRAN Lampiran 1: Cerita Pendek Lampiran 2: Drama Lampiran 3: Tim Penyusun Lampiran 4: Daftar Pustaka

8

69

98 103 109 110

Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak

Organisasi Perburuhan Internasional ILO merupakan badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bagi dunia ketenagakerjaan dan dukungan untuk keadilan sosial didalam dan antara Negara anggotanya. Tak seperti badan PBB lainnya, ILO beroperasi dalam kerangka kerja tripartit yang unik, yang terdiri dari pemerintah dan mitra sosial (organisasi pengusaha dan pekerja). ILO mendukung kesempatan bagi pria dan wanita untuk memperoleh pekerjaan produktif yang layak dalam kondisi kebebasan, kesamaan, keamanan, serta martabat manusia. Salah satu program kerjasama teknis ILO adalah Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai International Program for the Elimination of Child Labor (IPEC). Program ini bertujuan mewujudkan terhapusnya pekerja anak dengan memperkuat kapasitas nasional untuk mengatasi masalah pekerja anak dan menciptakan gerakan di seluruh dunia untuk memerangi fenomena pekerja anak. IPEC menerapkan strategi multi-sektoral yang bertahap untuk memotivasi aliansi mitra yang luas dengan mengakui serta aksi melawan pekerja anak. Aliansi ini melibatkan guru, pendidik, serta organisasi mereka, organisasi pemerintah, organisasi pengusaha dan pekerja, organisasi non-pemerintah, serta kelompok pemerhati lainnya, seperti media. IPEC memberikan perhatian khusus pada anak-anak yang sangat muda, yang berada dalam situasi kerja terselubung, anak perempuan dan anak-anak yang berada dalam kondisi rentan lainnya, serta membangun kesinambungan programnya dengan menekankan perlunya “kepemilikan” program oleh negara. Di Indonesia, IPEC telah melakukan berbagai program untuk memperkuat dan mendukung pemerintah Indonesia dalam penghapusan pekerja anak sejak tahun 1992. Programprogram IPEC ini ditujukan untuk berkontribusi terhadap pengurangan jumlah anak-anak yang bekerja melalui beberapa cara, antara lain: Mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan dan program-program yang kondusif bagi penanganan masalah pekerja anak; Meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan, termasuk guru dan organisasi mereka, untuk melaksanakan aksi-aksi untuk menghentikan pekerja anak; Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pekerja anak, terutama bentukbentuk terburuk pekerjaan untuk anak dan pentingnya pendidikan bagi setiap anak; Penarikan dan pencegahan pekerja anak melalui berbagai layanan, terutama layanan pendidikan dengan bekerjasama dengan para mitra kerja di tingkat akar rumput sebagai upaya pengembangan model-model penanganan pekerja anak untuk dapat direplikasi secara lebih luas Untuk informasi lebih lanjut tentang ILO dan IPEC, silakan kunjungi www.ilo.org.

9

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

10

Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 sangat menjiwai para penyelenggara “Kongres Pendidik Bangsa” pada tanggal 25 Nopember 1945 di kota Solo, Jawa Tengah, dan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dari kongres inilah lahir “Persatuan Guru Republik Indonesia” disingkat (PGRI), yang merupakan wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. PGRI memiliki jatidiri sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan, serta memiliki sifat dan semangat yang merupakan visi PGRI yaitu: “Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggota, disegani mitra, dan diakui perannya oleh masyarakat” dan memiliki misi yang diemban untuk mewujudkan citacita proklamasi; mensukseskan pembangunan nasional; memajukan pendidikan nasional; meningkatkan profesionalitas guru; dan meningkatkan kesejahteraan guru. Organisasi PGRI juga telah didaftarkan dan terdaftar pada Departemen Kehakiman melalui Penetapan Menteri Kehakiman Nomor : I.A.5/82/12 tertanggal 20 September 1954. Saat ini secara nasional memiliki anggota berjumlah 1.940.000 orang anggota dengan karakteristik adalah warga Negara Republik Indonesia khususnya para guru dan tenaga kependidikan lainnya yang secara aktif dan sukarela mengajukan permohonan menjadi anggota dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga PGRI. PGRI menjalin kerjasama internasional baik bilateral, regional, maupun global. Pada tingkat regional, PGRI menjalin kerja sama dengan organisasi guru di Negara ASEAN yang tergabung dalam ACT (Asean Council of Teachers). PGRI juga menjadi anggota EI (Education International).Berkaitan dengan isu pekerja anak, PGRI sejak tahun 2000 telah melakukan upaya peningkatan kapasitas guru dalam penghapusan pekerja anak. Bekerjasama dengan ILO–IPEC Jakarta, PGRI telah melakukan berbagai kegiatan peningkatan kapasitas dan sosialisasi upaya menghapuskan pekerja anak, khususnya pada pekerjaan yang berbahaya, dengan menggunakan Paket Pendidikan Suarakan Stop Pekerja Anak. Pada tahun 2009, PGRI bekerjasama dengan ILO-IPEC melaksanakan program untuk memerangi fenomena pekerja anak dengan sasaran daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Informasi lebih lanjut tentang PGRI dapat diperoleh dari Kantor Pengurus Besar PGRI, Jl. Tanah Abang III No. 24 Jakarta 10160, Telp : 021-3841121 Fax : 021-3446504, Email : pb.pgri@ yahoo.com dan Webside : www.pgri.co.id

Komite Aksi Nasional Penghapusan BentukBentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak (KAN-PBPTA) Komite Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (KAN-PBPTA) didirikan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2001 pada 17 Januari 2001. KAN-PBPTA dibentuk untuk menjalankan komitmen nasional terkait penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, sebagai kewajiban atas ratifikasi Konvensi ILO 138 mengenai Batas Usia Minimum Bekerja dan Konvensi ILO 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Lembaga ini dipimpin oleh Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia dan beranggotakan organisasi pemerintah dan non pemerintah dengan tugastugas sbb: 1. Menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak ( RANPBPTA ) 2. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan RAN-PBPTA. 3. Menyampaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan RAN-PBPTA kepada instansi atau pihak yang berwenang agar dapat ditanggulangi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan pelaksanaan tugas pokok, KAN-PBPTA telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (RAN-PBPTA) yang ditetapkan dengan Keppres 59 Tahun 2002. RAN-PBPTA ini merupakan pedoman bagi semua pihak dalam melaksanakan program aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Selama 5 Tahun Pertama (2002 – 2007), KANPBPTA bekerja dengan capaian kemajuan diantaranya : 1) terbentuknya kelembagaan untuk menangani BPTA di 23 Provinsi dan 67 Kabupaten/Kota; 2) Pelaksana program aksi dari instansi pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi(PT), Serikat Buruh/Serikat Pekerja (SB/SP), dll baik di pusat maupun daerah diperkuat kapasitasnya dengan berbagai pelatihan, lokakarya dan praktek lapangan; 3) terdapat 41.453 anak dicegah dari BPTA dan 3.658 anak yang berada pada pekerjaan terburuk ditarik dengan diberikan berbagai pelayanan; 4) koordinasi dan kerjasama antara pemangku kepentingan diperkuat; 5) permasalahan BPTA dan pelaksanaan RAN-PBPTA dimonitor dan dievaluasi untuk melihat perkembangan. Saat ini KAN-PBPTA sedang melaksanakan RAN-PBPTA tahap II (2008 – 2013) dengan tujuan-tujuan sbb: 1) replikasi model penghapusan BPTA yang telah dilaksanakan pada tahap pertama di daerah lain; 2) berkembangnya program penghapusan BPTA lainnya; 3) tersedianya kebijakan dan perangkat pelaksanaan untuk penghapusan BPTA. Tujuan-tujuan ini akan dicapai melalui 1) peningkatan dan penguatan koordinasi antara pemangku kepentingan; 2) peningkatan akses pendidikan dan pemberdayaan ekonomi keluarga; dan 3) Penarikan pekerja anak melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Informasi lebih lanjut tentang KAN-PBPTA dapat diperoleh dari Sekretariat KAN-PBPTA, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jl. Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan, Telp : 021-5228441 Fax : 021-5276687, Email : [email protected] dan [email protected].

11

12

13

TOPIK I PANDUAN BAGI PENGGUNA

A. Pengantar Berbicara mengenai pekerja anak berarti berbicara mengenai eksploitasi terhadap pihak yang paling rentan dalam masyarakat, yaitu anak-anak. Kebanyakan, pekerja anak merupakan fenomena yang tak kasat mata, tak terlihat karena sebagian besar anak bekerja dalam pekerjaan terselubung dan juga karena masyarakat hanya menutup mata terhadap hal ini. Menjadikan pekerja anak terlihat akan membantu menelanjangi rasa tak acuh masyarakat hingga menciptakan kegentingan bagi mereka.

14

“Masa Depan Tanpa Pekerja Anak” (Future without Child Labour)1 merupakan cita-cita yang digulirkan untuk memperkuat komitmen Penghapusan Pekerja Anak dan membebaskan dunia dari keberadaannya. Gambaran global menunjukkan bahwa pada tahun 2004 jumlah pekerja anak mencapai 218 juta anak dan 126 juta di antaranya melakukan pekerjaan yang berbahaya2. Jumlah pekerja anak ini menurun 11 persen dalam empat tahun terakhir bahkan bagi pekerja anak yang melakukan pekerjaan berbahaya, jumlahnya turun 26 persen dan bagi pekerja anak usia 5 – 14 tahun turun 33 persen. Namun demikian masalah pekerja anak masih sangat besar dan komplek dan upaya yang kuat serta berkesinambungan secara global masih dibutuhkan untuk mengakhiri pekerja anak. Badan Statistik Nasional (BPS) Indonesia mengungkapkan bahwa keberadaan pekerja anak bersifat fluktuatif selama tiga tahun terakhir. Pekerja Anak berusia 10 – 17 tahun berjumlah 2,8 juta pada 20043, 3,2 juta di 20054 dan 2,6 juta di 20065. Disisi lain, Departemen Pendidikan Nasional melaporkan bahwa pada tahun 2003 hingga 2005 terdapat 4,6 juta anak usia pendidikan dasar mengalami putus sekolah6. Berbagai temuan mengungkapkan bahwa keberadaan anak putus sekolah (DO) menyumbang terjadinya pekerja anak, karena anak yang putus sekolah berkecenderungan memasuki dunia kerja sebagai pekerja anak. Para guru, pendidik, serta organisasi pendidikan merupakan kelompok garis depan dalam upaya internasional untuk menghapus pekerja anak. Manual informasi ini dirancang untuk membangun kesadaran di antara kelompok kunci ini tentang sifat dan dampak pekerja anak. Manual informasi ini juga bercita-cita untuk secara perlahan-lahan menanamkan komitmen

1 2

3 4 5 6

A Future Without Child Labour – Global Report under Follow Up to The ILO declaration on Fundamental Principles and Rights at Works - 2002 The End of Child Labour : Within Reach – Global Report under Follow Up to The ILO declaration on Fundamental Principles and Rights at Works 2006 Sakernas BPS 2005 Sakernas BPS 2006 Sakernas BPS 2007 Pusat Data dan Informasi Pendidikan (PDIP) Depdiknas 2006

dan motivasi dalam diri mereka untuk meginformasikan kepada pihak lain mengenai masalah pekerja anak ini, termasuk kepada murid mereka, kolega mereka, anggota organisasi mereka, pihak-pihak lain dalam masyarakat dan masyarakat secara umum. Diharapkan bahwa dengan dibekali pengetahuan yang diperlukan serta terilhami oleh contoh-contoh dari pengalaman yang disajikan dalam manual ini, para pengguna akan tergerak untuk bertindak di ruang kelas dan di dalam organisasi mereka untuk mendukung upaya global guna memberikan kembali masa kanak-kanak para pekerja anak dimanapun dan memberikan mereka akses pada pendidikan yang layak.

B. Bagaimana Menggunakan Manual Informasi ini Manual informasi ini terdiri dari tujuh topik. Topik-topik ini dirumuskan untuk menyediakan informasi dasar bagi guru dan pendidik mengenai pekerja anak, hak-hak anak, konteks pekerja anak dan pendidikan, peran guru dalam memerangi pekerja anak, pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, serta pengalaman praktekpratek yang baik di bidang pendidikan dalam upaya menghapus pekerja anak. Topik-topik ini dikembangkan dengan tujuan untuk merangsang diskusi di antara para guru, anak-anak, orangtua, dan masyarakat luas. Topiktopik ini diharapkan akan memandu ke pemahaman yang lebih baik tentang masalah pekerja anak serta mendorong aksi nyata dalam penghapusan pekerja anak. Topik 1 tentang “Panduan bagi Pengguna”, menyajikan ringkasan isi dari tiap-tiap topik serta ide-ide untuk para guru dalam memerangi fenomena pekerja anak, mengembangkan kegiatan di ruang kelas dan berbagai proyek untuk penghapusan pekerja anak. Topik 2 “Pekerja Anak”, mengulas definisi pekerja anak serta profil pekerja anak. Topik ini juga menjelaskan penyebab terjadinya pekerja anak dan dampak pekerjaan bagi tumbuh kembang anak. Dampak dari berbagai bentuk pekerjaan bisa sangat buruk bagi anakanak. Karena itulah para guru dan pengajar perlu untuk lebih menyadari mengenai masalah pekerja anak yang terjadi di lingkungan mereka sendiri. Topik 3 tentang “Peraturan Terkait Pekerja Anak dan Pendidikan”, menyediakan informasi tentang peraturan yang berlaku untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi ekonomi. Komunitas global secara universal mengutuk pekerja anak dan berbagai

perangkat nasional telah dibuat untuk memajukan hak anak, memajukan pendidikan dan melindungi anak dari eksploitasi, termasuk eksploitasi ekonomi terhadap anak. Topik ini berguna bagi para guru untuk lebih mengetahui langkah apa saja yang telah dilakukan untuk melindungi anak-anak sehingga mereka terdorong untuk mengembangkan aktivitas untuk menghapuskan pekerja anak di dalam kelas, masyarakat, serta di dalam organisasi perwakilan mereka. Topik 4 tentang “Pendidikan untuk Mencegah Pekerja Anak dan untuk Memenuhi Kebutuhan Eks-Pekerja Anak”, menjelaskan peran penting pendidikan dalam mencegah pekerja anak dan as kebutuhan pekerja anak akan pendidikan, Prioritas pertama adalah untuk mewujudkan Pendidikan Untuk Semua atau Education for All (EFA). Tersedianya pendidikan yang dapat dijangkau secara universal dan bermutu baik serta mampu menjawab kebutuhan setiap anak merupakan alat yang paling efektif untuk menghapus pekerja anak secara progresif dengan mengeluarkan anak-anak dari tempat kerja dan menempatkan mereka kembali ke sekolah. Topik 5 tentang “Peran Guru dan Organisasi Guru dalam Penghapusan Pekerja Anak”, menyediakan informasi tentang aksi yang bisa diambil guru saat di sekolah, masyarakat dan organisasi dalam mengentaskan pekerja anak. Aksi itu dapat berupa mengajar dengan baik, mengkampanyekan stop pekerja dalam berbagai kegiatan, membangun jejaring dan k membantu pemantauan keberadaan pekerja anak. Kegiatan ini dapat dikembangkan bersama sesama guru, orangtua, Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM), serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB), Asosiasi Pengusaha, dan Media. Topik ini menyediakan contoh aksi yang telah dilakukan oleh para guru, pendidik, dan organisasi mereka di Indonesia dan negara lain dalam menangani masalah pekerja anak. Tujuan dari contoh-contoh ini adalah untuk menggugah serta mengilhami para guru untuk bertindak dan memberikan ide-ide dan strategi yang dapat mereka gunakan. Topik 6 tentang “Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan”, menjabarkan proses dan pentingnya pembelajaran aktif dan menyenangkan dalam upaya penghapusan pekerja anak. Topik ini diperluas dengan penjabaran tentang pendidikan transisi bagi pekerja anak, model pembelajaran yang penting untuk disiapkan bagi pekerja anak. Metode disajikan dalam bentuk langkahlangkah dan dilengkapi beberapa contoh dalam pembelajaran. Topik 7 tentang “Aksi-aksi Penghapusan Pekerja Anak melalui Pendidikan”, menyajikan berbagai pengalaman yang dilakukan oleh guru dan organisasinya dalam

penghapusan pekerja anak. Contoh yang disajikan berupa kampanye anti pekerja anak di sekolah dan masyarakat, aksi menggerakkan guru dalam memerangi pekerja anak, dan sanggar kreativitas anak. Topik ini juga menginformasikan strategi IPEC dalam bidang pendidikan formal, pendidikan non-formal, pendidikan keterampilan kerja dan pelatihan kecakapan hidup, disertai contoh-contoh prakarsa dalam aksi memerangi fenomena pekerja anak melalui pendidikan dan pelatihan, pendidikan bagi anak perempuan, serta aliansi yang didirikan dengan pelaku-pelaku kunci di bidang pendidikan.

15

C. Ide-ide untuk Para Guru dalam Memerangi Fenomena Pekerja Anak Beberapa gagasan dalam skema di bawah ini dapat digunakan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk memerangi fenomena pekerja anak.

Bagian ini menyarankan beberapa cara untuk mengeksplorasi kreativitas anak-anak secara luas. Selain itu, manual ini menyediakan beberapa contoh bahan bacaan yang memberi inspirasi yang ditulis oleh anakanak serta para remaja di seluruh dunia dalam bentuk puisi dan lagu, cerita pendek dan drama. Ekspresi artistik dari anak-anak telah digunakan untuk ilustrasi dalam manual ini sebagai contoh akan kedalaman imajinasi anak-anak serta visi dan bakat mereka.

Berbagi manual ini dengan pihak lain

Berbagi manual ini dengan pihak-pihak lain Mengidentifikasi bakat-bakat seni di sekitar Anda

Melibatkan anak-anak (siswa) Membuat materi sendiri

16

Manual Bagi Guru, Pendidik dan Organisasi Pendidikan

Ide-ide bagi Para Guru

Menyelenggarakan kegiatan amal & pameran Menggunakan kegiatan antar sekolah

Mengembangkan jejaring guru

Bila Anda merupakan salah satu guru atau pendidik yang telah menerima manual informasi ini, Anda dapat menyebarkan informasi tentang manual ini dalam rapat-rapat dengan guruguru lain serta memberikan beberapa ide tentang bagaimana informasi mengenai pekerja anak dapat disebarkan, atau Anda dapat juga berbagi ide tentang bagaimana membangun kesadaran komunitas tentang masalah pekerja anak.

Mengidentifikasi bakatbakat seni di sekitar Anda

Meskipun tidak setiap orang dapat menjadi penyair, penulis, atau seniman, beberapa anggota dalam suatu kelompok mungkin Ide-ide praktis untuk membangun kesadaran memiliki bakat merangkai kata atau bakat dalam bidang kesenian dan dapat menjadi pencipta dalam kelompok tersebut. Bakat-bakat ini harus dimanfaatkan. Manual ini Bagian ini bertujuan untuk membantu para guru dan dapat memberikan sebuah “model” tentang berbagai pendidik melakukan upaya memerangi fenomena hal yang dapat dikerjakan baik di dalam ruang kelas pekerja anak di ruang kelas mereka dan di dalam maupun di dalam masyarakat. Banyak hal di dalam kegiatan profesional mereka lainnya dengan manual ini dapat dikembangkan dan disesuaikan agar mengetengahkan beberapa ide yang dapat digunakan. cocok dengan kebutuhan dan situasi lokal. Untuk mendapatkan kemampuan menulis secara kreatif dan kebebasan untuk mengeksplorasi alam Melibatkan anak-anak (siswa) imajinasi, bebaskanlah anak-anak untuk memperoleh Anak-anak bisa menjadi penyampai pesan yang efektif pengalaman. Ekspresi baca-tulis serta kesenian penting dan oleh karenanya dapat turut berpartisipasi dalam bagi perkembangan anak. Dalam konteks manual untuk menggugah kesadaran masyarakat secara keseluruhan. guru ini, anak-anak dapat menuturkan sebuah cerita Lebih jauh, orang tua lebih suka untuk mendengarkan tentang pekerja anak serta semua hal-hal buruk tentang dan terlibat dalam kampanye memerangi masalah fenomena pekerja anak yang dapat dipahami dan pekerja anak jika anak-anak mereka sendiri terlibat. dikenali oleh teman-teman sebaya mereka di seluruh Menggunakan pendekatan antar bidang ilmu

dunia. Melalui kata-kata dan tulisan, mereka dapat mengembangkan cerita, meminta dan menyerukan agar ada aksi untuk menangani masalah pekerja anak.

Membuat materi sendiri Ilustrasi dan informasi yang disediakan dalam manual ini dapat disesuaikan sehingga cocok dengan konteks lokal. Anda dapat meminta anak-anak untuk melukis, menulis puisi dan cerita atau menampilkan sebuah pertunjukkan yang terkait dengan situasi lokal mengenai pekerja anak dan isu lainnya. Anak-anak di sekolah Anda dapat bekerja sama dengan anak-anak dari sekolah lainnya untuk membuat karya-karya mengenai pekerja anak.

Menyelenggarakan kegiatan amal dan pameran Melalui kerja sama dengan sekolah lainnya di wilayah Anda, Anda dapat menyelenggarakan sebuah kegiatan amal atau pameran (mungkin dengan memanfaatkan festival lokal atau hari libur nasional) bagi para orang tua dan anak-anak, di mana karya yang diciptakan oleh Anda dan oleh anak-anak dapat dipamerkan. Hal ini bisa menjadi metode yang efektif dalam melibatkan anak-anak, orang tua mereka, serta masyarakat secara keseluruhan dan membangkitkan kesadaran mereka mengenai isu pekerja anak.

Menggunakan kegiatan antar-sekolah Kebanyakan kegiatan antar-sekolah berupa persaingan antara anak dan sekolah mereka. Sebenarnya kegiatan antar sekolah bisa berupa kerjasama antar anak-anak dan guru-guru dari sekolah-sekolah tersebut, misalnya kerjasama membuat karya-karya mengenai pekerja anak.

Mengembangkan jejaring guru Guru yang sudah mendapatkan pelatihan atau orientasi mengenai manual ini dan mengenai masalah pekerja anak seharusnya mencoba menginspirasi guru lainnya di sekolah untuk bergabung dalam suatu aksi untuk menggugah kesadaran anak-anak sekolah dan keluarga mereka mengenai masalah pekerja anak. Hari-hari di sekolah memberikan banyak kesempatan untuk membangun kesadaran murid-murid maupun para pengajar. Kegiatan untuk membangun kesadaran murid tentang masalah pekerja anak dapat dibahas dalam pertemuan-pertemuan harian, mingguan maupun bulanan tentang penyusunan jadwal pelajaran sekolah.

Menggunakan pendekatan antar-bidang ilmu Jika topik yang berkaitan dengan pekerja anak tidak ditampilkan dalam buku-buku pelajaran, topik tersebut tetap dapat menjadi bagian penting dari aktivitas sekolah karena topik tersebut dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan mendongeng atau bercerita, ke dalam pelajaran tentang puisi, matematika, studi lingkungan atau ilmu pengetahuan sosial. Di sekolah-sekolah di

mana terdapat “guru mata pelajaran”, para guru ini perlu diberikan pamahaman mengenai isu pekerja anak dan didorong untuk memasukkan isu pekerja anak ke dalam aspek-aspek yang relevan dalam mata pelajaran yang mereka ajarkan. Sebagai contoh, jika guru mengajar pelajaran kesehatan, dia dapat berbicara tentang betapa pentingnya bahwa semua anak berolahraga yang cukup, mendapatkan udara segar, serta waktu untuk istirahat. Topik ini akan memberikan kesempatan untuk membicarakan betapa ratusan anak menghabiskan waktu mereka dengan pekerjaan-pekerjaan yang dapat merusak tubuh mereka dan yang tidak memungkinkan anak-anak itu untuk memiliki masa kanak-kanak yang normal untuk berkembang dengan baik. Anak-anak juga dapat diminta untuk berbagi pengalaman mereka sendiri atau untuk menulis sebuah karangan mengenai perasaan mereka dan apa yang menurut mereka akan hilang jika mereka harus menghabiskan delapan hingga sepuluh jam sehari untuk melakukan pekerjaan berat. Anak-anak merupakan para agen yang ideal untuk mendorong terjadinya perubahan. Di Mirzapur, India, anak-anak yang telah ditarik dari pekerjaannya di pabrik karpet dan bersekolah kembali, bercerita dalam berbagai acara amal dan festival keagamaan tentang kehidupan mereka sebagai pekerja anak, tentang apa yang mereka rasakan saat menjadi pekerja anak dan, saat mereka telah kembali ke sekolah seperti sekarang ini. Hal ini memberikan dampak yang besar tak hanya pada orang tua sang anak namun juga kepada sesepuh desa dan pejabat pemerintahan desa. Banyak desa kemudian berikrar bahwa mereka akan berlomba untuk menjadi desa bebas pekerja anak yang pertama. Sekolah-sekolah di masyarakat terpencil dan belum berkembang dapat menjadi garis depan dalam membawa ide baru ke dalam masyarakat.

Beberapa ide praktis untuk membangun kesadaran tentang pekerja anak •



• •

Gunakan upacara sekolah atau waktu ibadah untuk berbicara kepada seluruh warga di sekolah tentang isu mengenai pekerja anak atau menggelar diskusi terbuka. Gunakan mata pelajaran di sekolah yang berbedabeda untuk memperkenalkan fakta tentang pekerja anak dan mendiskusikan faktor-faktor yang menyebabkan masalah ini. Gunakan manual ini untuk membantu anak-anak merancang poster mereka sendiri. Gunakan manual ini untuk membantu anakanak melukis sebuah gambar tentang pekerjaan berbahaya yang dilakukan oleh anak-anak di wilayah sekitar mereka.

17













18





• •



Gunakan kelas bahasa untuk membantu dan menggugah anak-anak untuk menulis cerita atau puisi tentang pekerja anak. Gunakan kelas menulis kreatif untuk mendorong anak-anak menulis drama singkat atau mengembangkan permainan-peran seputar isu pekerja anak. Gunakan kelas menulis dan kelas bahasa untuk menggugah anak-anak untuk membuat esai pendek tentang hak-hak apa saja yang menurut mereka dapat diterapkan untuk memperbaiki kehidupan pekerja anak. Setelah mendiskusikan isu tentang hak-hak anak di sekolah, gugahlah anak-anak untuk melukis gambar tentang hak-hak apa saja yang menurut mereka seharusnya mereka dapatkan dan hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh seluruh anak. Gunakan acara-acara khusus sekolah seperti acara amal tahunan atau hari libur nasional untuk menyelenggarakan sebuah pameran atau menampilkan pertunjukan drama atau lagu-lagu tentang pekerja anak yang dikembangkan sendiri oleh anak-anak. Bantulah anak-anak untuk merancang lembaranberita yang dapat dipajang di tempat pertemuan warga sehingga orang tua dan masyarakat secara keseluruhan dapat membaca apa yang telah dikerjakan oleh anak-anak mengenai perihal pekerja anak. Bangunlah jaringan dengan para pegiat bidang kesehatan, pejabat lokal, dan yang lainnya guna melibatkan mereka dalam kegiatan untuk menghapus pekerja anak. Manfaatkanlah pertemuan antara orang tua dan guru untuk membangun kesadaran orang tua mengenai bahaya pekerja anak dan bagaimana mereka dapat terlibat dalam memeranginya. Selenggarakanlah debat siswa tentang isu pekerja anak bagi anak-anak yang lebih tua. Sampaikan issu pekerja anak dan pentingya pendidikan pada forum-forum pertemuan di lingkungan kampung atau desa. Manfaatkan hari libur nasional, hari libur keagamaan, dan festival lokal untuk mengangkat permasalahan hak-hak anak.

D. Kegiatan dan Proyek tentang Pekerja Anak di Ruang Kelas Perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa

Perkenalkanlah diskusi kelas tentang apa yang anakanak ketahui tentang perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa. Dengan menggunakan format tabel di bawah, ajak anak-anak untuk membuat daftar perbedaan-perbedaan tersebut.

Anak-anak

Orang dewasa

























Jika tabel ini telah penuh atau kelas telah kehabisan ide, tanyakan kepada anak-anak bagaimana perbedaan ini dapat mempengaruhi anak yang bekerja. Mintalah anak-anak untuk membayangkan diri mereka sebagai anak yang bekerja dan lihatlah perbedaan- perbedaan mereka jika dibandingkan dengan orang dewasa.

Apa yang saya rasakan tentang sekolah saya

Anda dapat juga meminta anak-anak untuk melukis sebuah gambaran sekolah ideal bagi mereka berdasar pada daftar mengenai hal-hal yang disukai dan yang tak disukai yang telah mereka buat. Ikut sertakan gambar tersebut dalam pameran.

Proyek tentang pekerja anak Dengan informasi-informasi dan bahan-bahan yang dikumpulkan selama melaksanakan berbagai aktivitas ini, Anda dapat memulai proyek tentang isu pekerja anak. Pada bagian akhir proyek ini, Anda dapat mengatur sebuah pameran di mana hasil karya yang dikerjakan oleh kelas Anda dapat dipertunjukkan kepada orang tua dan masyarakat luas. Ajaklah anak untuk berpasang-pasangan di antara anak-anak di kelas. Mintalah mereka untuk membuat daftar apa yang mereka suka dan apa yang mereka tidak suka di sekolah. Gunakanlah tabel di bawah ini untuk membantu mereka. Dorong mereka untuk mengisi tabel ini dengan sejujur-jujurnya. Saya suka sekolah ini karena

Saya tidak suka sekolah ini karena

























Perkenalkanlah diskusi di ruang kelas tentang bagaimana “hal-hal yang disukai” dapat berubah menjadi “hal-hal yang tak disukai”, atau bagaimana “hal-hal yang tak disukai” dapat berganti menjadi “halhal yang disukai”. Bekerjalah dengan anak-anak untuk mengubah beberapa “hal yang tak disukai” menjadi “hal yang disukai”. Sebagai bagian kedua dari latihan ini, mintalah anakanak untuk menulis sepucuk surat kepada teman mereka menjelaskan mengenai sekolah mereka dan mengapa mereka suka atau tidak suka sekolah mereka. Mintalah pada mereka yang bersedia untuk membacakan surat mereka di depan kelas. Ciptakan sebuah pameran surat-surat itu agar sekolah dan masyarakat membacanya.

Peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 12 Juni ILO telah menetapkan 12 Juni – peringatan tahunan Konvensi 182 tentang Bentuk-bentuk Terburuk Pekerjaan untuk Anak – setiap tahun sebagai Hari Dunia Menentang Pekerja Anak. Adakan kegiatan pada hari tersebut atau sekitar hari tersebut untuk memberikan arti khusus hari Dunia Menentang Pekerja Anak ini bagi anakanak, kolega, orang tua, dan masyarakat. Kunjungi situs web IPEC setiap tahun untuk melihat tema dan isu yang menjadi sorotan dan bagaimana Anda, kelas Anda, sekolah Anda, dan organisasi Anda dapat mendukung peristiwa global yang penting ini.

19

Merancang poster Cara yang sangat efektif untuk mendapatkan perhatian masyarakat adalah melalui poster dengan pesan yang kuat. Poster yang baik memiliki kesan kuat dan sebuah slogan atau pesan pendek yang dapat menyampaikan pesan secara langsung. Rancangan poster dapat beragam sesuai dengan kebangsaan, budaya, tradisi, sasaran pembaca, dan juga tipe pesan.

20

Libatkanlah siswa Anda dalam tugas membuat poster yang bisa dipasang di sekolah, di rumah, dan di tempattempat umum yang lebih luas untuk membangkitkan kesadaran mengenai masalah pekerja anak atau tentang perlunya menghormati hak-hak anak, terutama hak mereka untuk memperoleh pendidikan gratis. Dampaknya akan besar terutama jika poster tersebut dihasilkan oleh anak-anak sendiri dan rasa bangga akan tertanam ketika mereka melihat hasil karya mereka dipasang di tempat umum sehingga semua orang dapat melihat karya mereka. Anda mungkin telah meminta kelas Anda untuk melukis gambar seperti yang disarankan pada kegiatan kelas di atas. Untuk membuat sebuah poster, Anda perlu memprakarsai sebuah diskusi di dalam kelas tentang pesan apa yang hendak mereka sampaikan – kepada teman bermain, guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya di dalam masyarakat. Apa yang mereka inginkan untuk dilakukan oleh kelompokkelompok yang berbeda ini dalam mengatasi masalah pekerja anak atau untuk menegakkan hak-hak anak? Hak apa yang mereka anggap paling penting bagi mereka serta hak mana yang paling penting bagi pekerja anak? Ketika kelas Anda telah memutuskan pesan apa yang hendak mereka sampaikan mintalah mereka melukis gambar yang penuh warna serta detail yang menggambarkan pesan tersebut. Gunakanlah kertas besar sehingga mereka dapat menarik perhatian warga ketika poster tersebut terpasang dan dorong anakanak untuk menggunakan beraneka ragam warna dan detail. Anda mungkin menemukan beberapa anak lebih suka bekerja dalam kelompok untuk membuat poster. Ingatkanlah bahwa kata-kata juga diperlukan untuk menyampaikan pesan, sehingga mereka perlu memberikan ruang yang cukup untuk menulis katakata tersebut dalam poster yang sedang mereka buat. Pesan yang singkat dan sederhana seringkali dapat

memberikan dampak yang besar. Doronglah mereka untuk menulis dengan jelas serta dengan huruf yang besar sehingga warga akan dapat membaca poster tersebut dari jarak jauh. Aturlah sebuah pameran poster di sekolah dan undanglah orang tua serta warga untuk mengunjungi dan melihat poster tersebut. Seusai pameran, Anda dapat memasang poster tersebut di sekeliling sekolah dan/atau di komunitas lokal guna memaksimalkan dampak dari poster tersebut.

Cerita pendek tentang pekerja anak Menulis merupakan bentuk kesenian yang indah dan kreatif. Anda akan melihat bahwa secara keseluruhan saran-saran didalam manual informasi ini dibuat untuk menggugah anak-anak untuk menulis, entah berupa puisi, cerita, esai, lagu, atau permainan. Anak-anak memiliki begitu banyak imajinasi dan inspirasi yang mendorong mereka untuk menulis dengan kreatif seolah-olah mereka mempunyai sumber kreasi yang tak terbatas.

Pada Lampiran 1 manual ini, Anda akan menemukan dua cerita yang dibuat oleh anak-anak tentang pekerja anak. Anda dan murid Anda mungkin pernah atau mungkin belum pernah menyaksikan atau mengenal bentuk eksploitasi dan penyalahgunaan semacam ini, atau bahkan mungkin pernah mengalami sendiri situasi semacam ini. Anda disarankan membacakan cerita ini kepada anak-anak di kelas lalu membuka diskusi. Doronglah mereka untuk berbagi perasaan tentang apa yang telah terjadi dalam cerita. Lantas mintalah mereka untuk memikirkan suatu cerita tentang pekerja anak yang dapat mereka ceritakan dan mintalah mereka menuliskannya. Anda dapat merancang sebuah pameran kisah-kisah dan puisi yang mereka buat pada saat pertemuan orangtua atau pada saat pembagian rapor.

mengembangkan sebuah pertunjukan tentang pekerja anak bersama Anda, para murid dapat menelaah perasaan mereka sendiri atas isu pekerja anak ini, mengekspresikan perasaan tersebut dan menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat yang lebih luas, termasuk teman sepermainan dan orang tua mereka.

Untuk informasi dan ide tentang bagaimana menggunakan tulisan kreatif dalam pendidikan, silakan lihat Paket Pendidikan Kreatif SUARAKAN. Stop Pekerja Anak atau SCREAM. Stop Child Labor (www.ilo.org/ scream) atau hubungi Kantor ILO terdekat.

Setelah anak-anak menampilkan drama mereka, dorong mereka untuk mendiskusikan perasaan mereka tentang berbagai aspek yang berbeda mengenai pekerja anak yang ditampilkan dalam drama-drama tersebut. Biarkan anak-anak mengekspresikan diri mereka sebelum, selama, dan seusai penampilan mereka serta libatkan kolega Anda di sekolah, anak-anak lain, orang tua, dan masyarakat yang lebih luas dalam diskusi ini.

Anak-anak dan drama Kegunaan drama dalam pendidikan dapat menjadi sangat efektif, terutama untuk menghadapi isu sosial dan hak asasi manusia seperti pekerja anak. Drama merupakan metode pembelajaran yang mendalam dan luar biasa serta interaktif bagi anak-anak, mengkombinasikan kesenangan dan hiburan dengan sarana pengembangan kepercayaan diri, memori, disiplin-diri, serta penilaian kemampuan diri. Dengan

Mintalah anak-anak untuk memilih cerita-cerita pendek tentang pekerja anak yang telah ditulis sebelumnya yang dapat dijadikan cerita drama. Mereka mungkin dapat menambah tokoh di dalamnya dan mengembangkan dialog. Mereka akan memerlukan bantuan dan dukungan guna menulis drama mereka sendiri, namun hasil akhir yang didapatkan akan sangat memuaskan. Anda dapat memberikan contoh-contoh drama yang ada di dalam manual ini.

Untuk informasi dan ide tentang bagaimana menggunakan drama dalam pendidikan, silakan lihat Paket Pendidikan Kreatif SUARAKAN. Stop Pekerja Anak atau SCREAM. Stop Child Labor (www.ilo.org/scream) atau hubungi Kantor ILO terdekat.

21

22

23

TOPIK 2 PEKERJA ANAK

A. Memahami Anak yang Bekerja Di seluruh dunia, banyak anak mulai bekerja pada usia yang sangat dini. Pada umur enam atau tujuh tahun, anak-anak membantu di lingkungan rumah dengan mengerjakan beberapa tugas rumah tangga, mengantar pesanan pada usaha orang tua dan membantu orang tua bekerja di ladang. Kegiatan ini seringkali didukung oleh orang-orang dewasa dalam keluarga karena diyakini bahwa kegiatan semacam ini dapat bermanfaat pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Anak-anak belajar mengenal tanggung jawab dan merasa bangga dapat mengerjakan tugas-tugas yang dapat membantu keluarga. Dengan ikut bekerja bersama orang dewasa dan anak-anak lainnya, mereka mempelajari pengetahuan dan memperoleh keterampilan yang akan berguna untuk masa depan. Bekerja semacam ini dianggap menjadi pengenalan awal menuju dunia orang dewasa, dunia kerja, dan merupakan bagian dari proses petumbuhan dan perkembangan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.

24

Akan tetapi pada kenyataannya, pekerjaan yang mereka lakukan sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena banyak anak melakukan pekerjaan yang sama sekali tidak memberikan efek positif bagi kehidupan mereka. Sebaliknya, justru menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka. Inilah yang dikenal sebagai pekerja anak.

B. Pekerja Anak, Apakah itu? Pengertian Pekerja Anak adalah anak yang melakukan segala jenis bentuk pekerjaan yang membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan anak.

kegiatan Rastinah. Dia masih punya waktu ke sekolah dan bermain dengan temannya. Karmin, sebaliknya, tak punya kesempatan untuk bermain dan menyelesaikan pendidikan dasar karena ia bekerja sepanjang hari. Lingkungan di mana Karmin bekerja dapat membahayakan kesehatan dan perkembangannya secara serius. Jutaan anak di seluruh dunia melakukan pekerjaan yang berbahaya. Di banyak negara, setiap anggota keluarga miskin, dari anak sampai dewasa, akan melakukan apapun untuk mendapatkan uang sekadar untuk bertahan hidup. Anak-anak seringkali dipaksa bekerja pada usia dini, dalam situasi kerja yang berbahaya bagi kesehatan mereka.

C. Penyebab Pekerja Anak Apa yang memaksa anak-anak untuk bekerja dalam kondisi yang membahayakan? Anak-anak terpaksa bekerja karena berbagai alasan. Kemiskinan adalah salah satu penyebab utama timbulnya pekerja anak. Ketika menghadapi krisis ekonomi banyak pemerintah di berbagai negara tidak memprioritaskan bidang-bidang yang dapat membantu meringankan beban yang ditanggung oleh rakyat miskin. Misalnya, sarana kesehatan, pendidikan, kebutuhan papan, sarana air bersih, program peningkatan ekonomi, pelatihan keterampilan, dan lain-lain. Akibatnya, hidup sehari-hari merupakan perjuangan yang berat bagi keluarga miskin. Anakanak kemudian terpaksa ikut memikul tanggung jawab keluarga, yakni dengan membantu di rumah sehingga orang tua mereka dapat bekerja di luar. Atau, mereka sendiri yang bekerja di luar rumah untuk memperoleh uang demi keluarga.

Karmin

berusia 12 tahun, berasal dari kampung nelayan dan hanya sekolah sampai kelas 5 SD. Dia bekerja melaut mencari ikan dengan kapal mesin milik juragan Sulaiman. Dia mendapat tugas berenang di tengah laut untuk menggiring ikan masuk jaring. Biasanya, pekerjaan ini dilakukan selama 3 sampai sepekan baru bisa pulang.

Rastinah

berusia 12 tahun, setiap pagi pergi ke sekolah dan pada siang hari selama musim panen dia membantu orang tuanya memetik kopi. Namun saat tidak musim panen dia tidak bekerja.

Pekerjaan yang dilakukan oleh Rastinah tidak sepenuhnya merugikan dan tidak membahayakan kesehatan. Hal ini juga bukan merupakan satu-satunya

Sebab lain timbulnya pekerja anak adalah keyakinan di berbagai masyarakat bahwa anak-anak sebaiknya turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan keluarga dengan berbagai cara. Misalnya ikut andil dalam pekerjaan orang tuanya, mencari nafkah dan tidak bergantung pada keluarga, atau membantu mengurus pekerjaan-pekerjaan di rumah.

D. Beragam Bentuk Pekerja Anak

Membantu mengurus rumah terutama dilakukan oleh anak-anak perempuan yang diharapkan dapat menjaga saudara mereka dan menjalani tugas rumah tangga dan menjadi satu-satunya kegiatan pokok bagi para anak perempuan. Keyakinan budaya ini mengakibatkan beban tanggung jawab ditanggung oleh anak-anak pada usia dini, dari generasi ke generasi, tanpa pernah dipertanyakan. Tidak adanya akses Pendidikan bisa ikut menyumbang terjadinya pekerja anak, karena di beberapa daerah banyak anak masih sulit mendapatkan akses pendidikan. Mereka mengalami putus sekolah dan tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, sehingga menjadi pekerja anak menjadi pilihan yang mesti dilakukan oleh anak-anak. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja anak juga berperan menimbulkan pekerja anak. Kemiskinan memaksa anak-anak untuk bekerja dan pengusaha memanfaatkan keadaan ini. Dengan mempekerjakan anak-anak, para pengusaha merasa aman dan nyaman karena anak-anak pada umumnya penurut, bersikap patuh, tidak suka membuat masalah, dan tidak berdaya dalam mempertahankan hak-hak mereka. Bahkan, para pekerja anak bersedia untuk melaksanakan pekerjaan yang paling kasar dan berat demi memperoleh upah yang lebih rendah daripada orang dewasa.

25

Mengapa anak-anak terpaksa mencari pekerjaan di usia muda? Karena:

Mengapa para pengusaha mempekerjakan anakanak? Karena:

Pemerintah kurang mengupayakan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan, ketersedian akses wajib belajar serta tidak menyediakan perlindungan sosial bagi anak-anak dan keluarga miskin.

Anak-anak tidak memahami haknya untuk membela hak mereka dan oleh karenanya tidak dapat memanfaatkan hak mereka.

Keluarga yang menghadapi kesulitan ekonomi tidak memiliki pilihan lain sehingga terpaksa mengirimkan anaknya bekerja agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

Anak-anak masih muda, tak mampu mempertahankan diri, patuh serta dapat dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang orang dewasa tidak mau melakukannya..

Sebagian masyarakat percaya bahwa anak-anak seharusnya turut memikul tanggung jawab keluarga dengan bekerja di usia dini.

Anak-anak menerima upah yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa sehingga dapat menyediakan tenaga kerja murah bagi para pengusaha. Biasanya mereka tidak dilindungi asuransi kesehatan dan tidak mendapat fasilitas lainnya. Mereka bisa saja dengan mudah diberhentikan jika permintaan tenaga kerja menurun.

26 Apakah jenis pekerja anak yang umumnya ditemui? Jutaan anak melakukan pekerjaan yang berbahaya, melampaui batas, dan diperas tenaganya. Mereka umumnya ditemui dalam bentuk-bentuk pekerjaan berikut ini: Di bidang industri/pabrik, melakukan pekerjaan berbahaya seperti membuat kaca/gelas, pekerjaan konstruksi/bangunan, dan menenun karpet. Di perkebunan, melakukan pekerjaan yang berat dan terpapar bahaya-bahaya yang berkaitan dengan digunakannya mesin-mesin serta bahan kimia modern. Di rumah, melakukan pengasuhan pada adikadiknya di rumah; membantu di pertanian keluarga atau usaha keluarga, dimana hal ini menjadi satu-satunya kegiatan pokoknya.

Dalam situasi perbudakan atau dalam situasi yang serupa seperti kerja ijon (kerja sebagai jaminan hutang orang tua) dan sebagai anak yang dilacurkan. Di rumah tangga-rumah tangga orang lain, melakukan kerja berat dalam kondisi terisolasi, bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang dan rentan akan tindak kekerasan fisik, psikis dan seksual.

E. Berbagai Pekerjaan yang Seharusnya Tidak Dilakukan oleh Anak

F. Dampak Pekerja Anak

Anak selazimnya terbebaskan dari jenis pekerjaan seperti : Pekerjaan yang melanggar hak dasar anak sebagai manusia. Pekerjaan yang berbahaya atau mengancam keselamatan mereka, yang menyedot tenaga mereka, yang merusak tubuh dan yang memanfaatkan usia mereka yang masih muda. Pekerjaan yang menganggu pertumbuhan dan perkembangan anak atau mencabut masa kanakkanak mereka yang berharga. Pekerjaan yang menghambat mereka untuk sekolah dan untuk memperoleh keterampilan, sehingga mereka tidak memperoleh pengetahuan dasar dan keterampilan untuk masa depan dan pertumbuhan mereka. Bentuk pekerja anak yang membahayakan kesehatan dan perkembangan anak harus dicegah dan dihapuskan. Namun, bentuk-bentuk tertentu pekerja anak yang menempatkan anak-anak pada situasi yang sangat berbahaya, harus dihapuskan dengan segera. Praktek-praktek yang tak bisa ditoleransi di seluruh dunia berikut ini harus dihapuskan dengan segera: Aktivitas yang bertentangan dengan hak asasi manusia yang mendasar, seperti kerja ijon di mana anak-anak bekerja sebagai jaminan hutang orangtuanya, anak-anak yang bekerja dalam kondisi seperti perbudakan; prostitusi anak-anak; penggunaan anak-anak dalam perdagangan gelap obat terlarang; atau produksi pornografi. Aktivitas yang menempatkan anak-anak pada situasi yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka. Misalnya, bekerja dengan bahan kimia, peralatan dan mesin yang berbahaya, atau mengerjakan tugas yang rumit dan pekerjaan mengangkat beban berat. Pekerjaan yang dilakukan dalam kondisi dan lingkungan kerja yang berbahaya, yang mengandung risiko akan kekerasan fisik, pelecehan seksual, bekerja dalam situasi terkucil atau pada malam hari, jam kerja yang berlebihan serta bekerja di bawah suhu yang ekstrim. Selain itu, harus ada pelarangan total terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak yang sangat muda dan harus ada perlindungan khusus untuk anak perempuan.

27

Bagaimana dampak pekerjaan terhadap tumbuh kembang seorang anak? Masa kanak-kanak adalah masa yang penting bagi seorang anak untuk belajar dari dunia sekelilingnya. Dalam masa ini anak dapat mengembangkan keterampilan yang memungkinkannya untuk menjadi bagian dari lingkungannya dan berperanserta sepenuhnya dalam hidup bermasyarakat maupun dalam keluarga. Masa awal dalam kehidupan ini sangat penting dan menentukan masa depan seorang anak. Pekerja anak kehilangan banyak waktu yang berharga ini. Pekerjaan mereka menghalangi mereka menikmati masa kanak-kanak dan merintangi perkembangan fisik, emosi, serta sosial mereka.

28

Perkembangan fisik Pekerja anak jauh lebih rentan dibandingkan orang dewasa karena fisik mereka masih bertumbuh dan belum sepenuhnya terbentuk. Mereka mengalami gangguan kesehatan fisik yang buruk karena pekerjaan yang mereka lakukan menempatkan mereka pada risiko cidera dan berbagai penyakit. Akibat yang dirasakan bisa seketika itu juga, seperti terbakar atau tersayat; maupun dampak di masa yang akan datang, misalnya menderita penyakit pernafasan atau terjangkit AIDS. Perkembangan mental-emosional Pekerja anak sering bekerja pada lingkungan yang eksploitatif, berbahaya, menurunkan martabat, serta terisolasi. Mereka acap mengalami perlakuan yang buruk, penyiksaan, serta diabaikan oleh majikan mereka. Anak-anak mungkin, sebagai konsekuensinya, sangat sulit untuk membentuk ikatan dan perasaan kepada sesamanya. Mereka

memiliki masalah dalam berinteraksi dan bekerja sama dengan yang lainnya serta bermasalah dalam mengenali identitas dirinya. Mereka acapkali kurang percaya diri dan mengalami rasa rendah diri. Perkembangan sosial Anak-anak yang bekerja tidak memiliki kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang merupakan bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan, misalnya bermain, ke sekolah, dan bergaul dengan teman sebaya. Mereka tak memperoleh pendidikan tingkat dasar yang diperlukan untuk mengatasi masalah dalam kehidupan. Selain itu, mereka juga tidak memperoleh kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya serta untuk berpartisipasi aktif dalam menikmati kehidupan. Sejumlah kegiatan ini mereka tinggalkan untuk bekerja. Dan akibatnya, anak-anak dipaksa untuk menjadi dewasa sebelum mereka siap, dengan melakukan pekerjaan yang menuntut sebuah kematangan setingkat orang dewasa. Pekerja anak merupakan suatu rintangan bagi perkembangan anak-anak serta harapan di masa depan. Seluruh anak, tanpa memandang ras, status sosial dan ekonomi, berhak menikmati masa kanak-kanak serta bertumbuh dengan sempurna dan alamiah. Semua anak punya hak atas kasih sayang, pendidikan, dan perlindungan. Mengenal dan memahami sejumlah hak anak ini merupakan langkah pertama untuk mencegah pekerja anak serta untuk menyediakan pendidikan bagi anakanak sehingga masa depan mereka menjadi lebih baik.

Sifat pekerjaan yang berbahaya dan eksploitatif Bahaya yang dihadapi oleh anak-anak begitu beragam, sesuai dengan jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa pekerjaan berbahaya dalam sesaat, dan yang lainnya berdampak buruk dalam jangka panjang. Berikut adalah beberapa contoh ancaman yang dihadapi oleh pekerja anak. Pekerjaan yang berbahaya

Bekerja dalam kondisi berbahaya yang dapat mengakibatkan cidera serius, penyakit, bahkan kematian.

Bekerja pada usia terlalu muda

Pekerjaan yang menghalangi anak-anak bersekolah serta merampas kesempatan mereka untuk menikmati masa kanak-kanak. Anak muda belum memiliki kematangan fisik, mental, dan psikologis, yang sangat penting untuk dapat bekerja.

Jam kerja yang panjang

Pekerjaan yang berlangsung selama 12 hingga 16 jam sehari, kadang-kadang tujuh hari seminggu. Anak-anak kebanyakan menderita kelelahan fisik dan mental.

Ijon dan perbudakan

Pekerjaan di mana anak-anak dan keluarga mereka berusaha melunasi hutang atau pinjaman. Beberapa anak terlahir dalam keluarga yang diperbudak, beberapa anak lainnya mungkin diculik atau dijual kepada majikan.

Pekerjaan yang berat

Pekerjaan yang menuntut tenaga fisik. Pekerjaan berat dapat mempengaruhi pertumbuhan normal anak dan dapat mengakibatkan penderitaan emosi.

Eksploitasi seksual

Eksploitasi anak-anak untuk tujuan seksual, pelacuran, serta kekerasan seksual. Anak-anak perempuan, dan juga anak-anak lelaki, yang menjadi subyek berbagai eksploitasi seksual rentan terhadap penyakit menular seksual, AIDS, serta trauma psikologis.

Kekerasan dan penyiksaan

Pukulan, hukuman fisik, serta pelecehan verbal. Pengusaha mungkin memanfaatkan sifat penurut serta kelemahan anak-anak yang dapat mengakibatkan dampak yang merusak baik pada kondisi fisik maupun mental.

Tanggung jawab yang berat

Pekerjaan yang menuntut tingkat tanggung jawab dimana anak-anak terlalu muda dan kurang siap memikulnya.

G. Contoh Pekerja Anak dan Dampak yang Menyertainya Pekerja Anak di Perkebunan Yanto, 13 tahun baru tamat SD setahun lalu dan tidak melanjutkan ke SMP. Kesehariannya, dia mengikuti orang tua bekerja di perkebunan sawit dengan pekerjaan memelihara tanaman sawit dan memanen buah sawit. Pekerjaan ini dilakukan mulai jam 7 pagi sampai jam 4 sore selama seminggu penuh tanpa hari libur. Alat kerja yang digunakan untuk kerja adalah alat gaet, semprot rumput dengan pestisida dan gerobak pengangkut. Pekerjaan dilakukan dengan sistem mingguan dengan gaji Rp 15.000/ hari. Dengan pekerjaan ini, Yanto tidak sempat lagi meneruskan pendidikannya dan bermain bersama teman-temannya.

29

Pekerjaan di bidang pertanian Tugas-tugas:

Mengolah tanah; menanam dan memanen kopi, kapas, tebu, sawit; memupuk,dan sebagainya; menggunakan peralatan, mesin, dan bahan kimia untuk pertanian.

Bahaya

Mesin yang tak aman, zat berbahaya; kerja tanpa henti dan berkepanjangan; bekerja pada kondisi cuaca ekstrim selama berjam-jam; tidak tersedianya fasilitas dasar.

Dampak

Keracunan bahan-bahan kimia (secara kronis dan akut) seringkali tak terdiagnosis atau dikaitkan dengan penyebab di luar pekerjaan; cedera fisik karena kecelakaan akibat perkakas dan mesin berbahaya; kesehatan yang secara keseluruhan minim karena fasilitas yang tidak memadai; gangguan tulang belakang karena posisi tubuh yang tak nyaman akibat tuntutan kerja; penyakit karena terpaan kondisi cuaca yang buruk.

Pekerja Anak di Industri Sepatu Pandi, laki-laki berusia 13 tahun, anak ketiga dari empat bersaudara dan sekarang masih sekolah di kelas 5 SD. Sehabis sekolah, mulai pukul 1 sampai pukul 4 sore bekerja di bengkel sepatu di bagian pengesolan sepatu, pengeleman dan menempelkan lateks. Dalam seminggu, rata-rata ia mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut untuk empat kodi sepatu dan mendapatkan upah Rp 5.000/kodi. Saat menjelang puasa dan lebaran jam kerja mereka bertambah sampai pukul 7 malam.

30

Pekerjaan pabrik Tugas-tugas:

Membuat berbagai tipe produk konsumen.

Bahaya

Jam kerja yang panjang dan tanpa henti; paparan pada zat-zat berbahaya semisal bahan kimia; bekerja dengan peranti berbahaya dan mesin berat yang tak dirancang untuk digunakan oleh anak-anak; lingkungan kerja yang tidak memadai, berbahaya, serta tak sehat dan tanpa dilengkapi dengan pemadam api atau alat keselamatan; anak perempuan berisiko mengalami pelecehan seksual dari mandor dan teman kerja pria.

Dampak

Perkembangan fisik dan emosi yang tertinggal akibat sifat pekerjaan; beragam kecelakaan dan cidera mulai dari mata tegang hingga bagian tubuh terpotong, akibat dari cara kerja, lingkungan, serta peralatan kerja yang tak aman.

Pemulung Anak Darkiman usia 12 tahun dan hanya menyelesaikan pendidikan sampai kelas 5 SD, tinggal di kawasan gubuk pemulung di Lokasi Pembuangan Akhir Bantar Gebang Bekasi. Kegiatan kesehariannya memulung sampah di Tempat Pembuangan Akhir dengan menggunakan gancu dan keranjang. Berbagai barang diambil untuk dijual kepada pengepul, seperti plastik, kertas, kayu, gelas, dll. Pekerjaan ini dilakukan secara kolektif bersama orang tuanya dan dalam waktu seminggu penghasilan yang didapatkan Rp 150.000. Darkiman sering menderita sesak nafas, kecacingan, diare, gatal-gatal dan pusing kepala.

Memulung Sampah Tugas-tugas:

Mengumpulkan dan menjual bahan-bahan yang dapat digunakan kembali dari timbunan sampah.

Bahaya

Terbakar karena ledakan yang disebabkan oleh proses pembakaran sampah; tersayat kaca atau logam; paparan pada racun sampah rumah tangga dan zat-zat dari rumah sakit yang berbahaya; menghirup asap dan uap; bahaya tertabrak truk dan kendaraan perata tanah, terutama di malam hari; godaan untuk memakan makanan busuk; risiko menjadi korban kekerasan para pemabuk, anggota geng, dan lain-lain.

Dampak

Luka yang terinfeksi terkadang mengakibatkan kematian akibat tetanus; keracunan kimiawi akibat zat beracun; risiko terkena kuman dari sampah yang membusuk yang dapat menyebabkan infeksi; keracunan makanan; kemungkinan mengalami kecelakaan yang mematikan karena bahan-bahan yang mudah terbakar, karena kendaraan perata tanah, truk, dan sebagainya.

Pekerja Anak di Jalanan Ega berusia 14 tahun, pertama terjun ke jalan pada usia 4 tahun ikut ibunya mengamen ke jalan. Alasan ibunya mengajak Ega karena pada usia 4 tahun sudah bisa menyanyi walaupun suaranya masih cadel. Hasil mengamennya diberikan pada ibunya untuk kebutuhan makan sehari-hari. Karena sering diajak bekerja di jalan bersama ibunya dan temantemannya, akibatnya Ega sering bolos dan akhirnya putus sekolah di kelas 3 (ketika berumur 9 tahun). Karena pengaruh pergaulan dengan teman di jalan, Ega kecanduan merokok sejak usia 12 tahun.

31

Pekerjaan di Jalanan Tugas-tugas:

Menjual barang-barang, menyediakan jasa seperti menyemir sepatu dan menarik becak; mengedarkan barang dagangan; mengemis; mencuri, dan sebagainya.

Bahaya

Terpapar pada obat-obatan terlarang, kekerasan, tindakan kriminal; terpapar pada asap buangan kendaraan; pada bahaya pelecehan oleh oknum polisi, kekerasan geng, dan eksploitasi.

Dampak

Terpapar pada kekerasan fisik di lingkungan jalanan; risiko menjadi korban ketergantungan obat terlarang; bahaya pelecehan seksual dan eksploitasi; berdampak pada kondisi emosional yang membuat semakin rendah diri dan perasaan penolakan serta putus asa; secara sosial dicap sebagai orang-orang buangan; merasa tidak bersalah dalam melakukan tindakan kriminal yang akan mendorong mereka melakukan kebiasaan anti-sosial.

Empat Tahun Dijual Ibunya kepada “Om-om” Mawar (17 tahun, bukan nama sebenarnya), pertama kali dijual ibunya kepada lelaki hidung belang ketika duduk di kelas II SMP, saat itu ia berusia 14 tahun. Saat itu Mawar diajak ibunya bertemu tante (germo) dan diajak ke hotel untuk melayani nafsu seksual tamunya. Kejadian itu terus berulang selama tiga tahun, sebulan berlangsung tiga atau empat kali. Ibunya berkali-kali mengancam akan membunuhnya kalau dia mengadu ke polisi. Karena Mawar tidak tahan dengan penderitaan dan kekejaman ini, dia mencurahkan penderitaan kepada sepupunya yang kemudian melaporkan hal ini ke polisi. Akhirnya dengan melakukan penyamaran, polisi melakukan penangkapan pada Ibu Mawar dan kasusnya diproses di pengadilan.

32

(Disarikan dari Berita Kompas, Kamis 23 Februari 2006).

Anak yang Dilacurkan Tugas-tugas:

Menyediakan layanan seksual.

Bahaya

Tertekan oleh kondisi kerja dan oleh karenanya berisiko pada kekerasan fisik dan kekerasan seksual, kehilangan kebebasan sepenuhnya; berisiko terjangkit penyakit menular seksual, termasuk AIDS; trauma emosional dan psikologis.

Dampak

Penyakit dan bahkan kematian akibat penyakit menular seksual seperti AIDS; trauma emosional dan penyimpangan nilai-nilai karena diperlakukan dengan jahat dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam industri seks; bahaya karena menjadi korban kekerasan seksual dan fisik; berisiko hamil di usia muda.

Kerja Ijon Untuk Pekerja Rumah Tangga Sutini (14 tahun) memiliki 5 saudara dan berasal dari keluarga buruh tani di desa. Keluarganya terlilit hutang dengan saudara tetangganya di kota. Sebagai jaminan dan pelunasan hutangnya, ia menitipkan Sutini agar bisa kerja membantu pekerjaan rumah atau menjadi Pekerja Rumah Tangga. Dalam perjanjian lisan dia akan digaji 200 ribu per bulan dengan pekerjaan mencuci, memasak dan membersihkan rumah. Pekerjaan ini dilakukan mulai jam 5 pagi sampai jam 9 malam. Selama bekerja ia sering mendapatkan umpatan dan kekerasan. Setelah hutang lunas, dia pun tetap bekerja di majikan ini, namun gaji yang dijanjikan tidak pernah dibayarkan. Akhirnya ia kabur dan bisa pulang ke kampung atas bantuan dari lembaga swadaya masyarakat.

Pekerjaan di Jalanan Tugas-tugas:

Bekerja untuk melunasi hutang atau pinjaman.

Bahaya

Kehilangan seluruh kebebasan; risiko akan kekerasan fisik dan seksual oleh sang majikan; dipekerjakan dalam lingkungan yang berbahaya dan eksploitatif; kesehatan terabaikan.

Dampak

Derajat kerusakan kesehatan fisik dan emosional tergantung pada tipe pekerjaan yang dipikul oleh pekerja anak yang melakukan kerja ijon serta perlakuan yang ia peroleh dari sang majikan. Anak-anak terperangkap dalam kerja ijon, tak mampu menutup segunung hutang dan kehilangan hak asasi atas kebebasan. Mereka diperlakukan sebagai objek, sepenuhnya tergantung pada belas kasih sang “pemilik”. Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya perasaan bermartabat, menjadi rendah diri, kurangnya rasa percaya diri dan identitas diri serta perasaan putus asa.

33

H. Topik-topik Diskusi

……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

2.

Berapa lama kalian mengerjakan tugas-tugas tersebut? Apakah tugas tersebut menghalangi kalian untuk ke sekolah? Apakah tugas tersebut menghambat kalian menyelesaikan PR? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

3.

Apakah kalian mengenal anak-anak yang bekerja di sekitar kalian? Sebutkan jenis-jenis pekerjaan yang mereka lakukan! Apakah pekerjaan itu berbahaya? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

4.

Menurut kalian, anak-anak yang bekerja kehilangan kesempatan untuk melakukan jenisjenis kegiatan apa saja? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Pendidik (dosen, guru, tutor, instruktur, widyaiswara) merupakan aktor kunci dalam menghapuskan pekerja anak. Di bawah ini adalah contoh-contoh topik diskusi yang dapat dijadikan referensi dalam mendiskusikan pekerja anak bersama berbagai pihak. Topik- topik ini bertujuan untuk merangsang ide-ide Anda sendiri. Anda dapat mengembangkan topik yang lain sesuai dengan konteks dan kondisi di tempat anda.

Dengan kolega Anda (sesama pengajar)

34

1.

Menurut Anda, haruskah anak-anak membantu melakukan pekerjaan di rumah? Jelaskan alasannya! ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

2

Sebutkan beberapa pekerjaan berbahaya yang dilakukan oleh anak-anak, yang Anda lihat dalam masyarakat Anda! ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

3.

Menurut Anda, apakah para siswa memiliki kesadaran akan isu pekerja anak? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Dengan para orang tua dan masyarakat 1.

Apakah anak Anda membantu pekerjaan di rumah? Apa yang ia kerjakan? Berapa jam dalam sehari dia mengerjakan tugas-tugas tersebut? Kapan anak Anda mengerjakan PR-nya? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

2.

Apakah anak Anda bekerja? Apa jenis pekerjaan yang ia lakukan? Apakah ia dibayar? Berapa jam sehari? Apakah pekerjaan tersebut sulit? ………………………………………………………

Dengan siswa di kelas Anda 1.

Apakah kalian membantu pekerjaan di rumah? Tugas seperti apa yang diharapkan dari kalian untuk membantu pekerjaan di rumah? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………………

……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

3.

Menurut Anda, apakah pekerjaan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan anak Anda? Apakah pekerjaan tersebut mempengaruhi pendidikan anak Anda? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Catatan: ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………………

35

36

37

TOPIK 3 PERATURAN TERKAIT PEKERJA ANAK DAN PENDIDIKAN

A. Instrumen Internasional untuk Memerangi Pekerja Anak

38 Setiap manusia, baik dewasa maupun anak-anak, pada dasarnya berhak untuk menikmati hak asasi mereka. Telah diakui sejak lama bahwa anak-anak membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. Sejumlah instrumen internasional telah disetujui untuk menguji dan melindungi hak-hak tersebut. Instrumen tersebut meliputi: Konvensi ILO No. 105 tentang Penghapusan Kerja Paksa Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum Diperbolehkan Bekerja Konvensi PBB tentang Hak Anak Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua, 1990 Deklarasi ILO tentang Prinsip Dasar dan Hak dalam Pekerjaan, 1998 Konvensi ILO No. 182 Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak, 1999 Kerangka Kerja Dakar untuk Aksi Pendidikan bagi Semua, 2000

Instrumen internasional tersebut bertujuan untuk melindungi hak-hak anak, melindungi mereka dari eksploitasi dan memastikan bahwa setiap anak dapat mengenyam pendidikan dan agar anak-anak tersebut dapat berkembang dengan layak. Berbagai instrumen internasional telah diratifikasi ke dalam hukum dan kebijakan nasional sebagai wujud komitmen untuk bersama-sama menghormati, memenuhi dan melindungi hak anak di Indonesia.

B. Pokok-pokok Peraturan Terkait Pekerja Anak

Undang Undang No 1 Tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak

Undang Undang No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Mengenai Batas Usia Minimum Bekerja Salah satu metode efektif untuk memastikan bahwa anak-anak tidak memulai bekerja di usia terlalu dini adalah menetapkan usia anak yang dapat dipekerjakan secara legal. Prinsip utama Konvensi ILO 138 adalah umur minimum yang dapat diizinkan dalam pekerjaan dan pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi ini melalui Undang Undang No. 20 Tahun 1999. Hal yang diatur dalam Konvensi ini meliputi: Usia minimum dasar Usia minimum anak yang diperbolehkan untuk mulai bekerja harus ditetapkan 15 tahun, atau pada usia di saat anak-anak menyelesaikan wajib belajar. Pekerjaan berbahaya Pekerjaan yang membahayakan fisik, kesehatan mental atau moral anak-anak tak boleh dilakukan oleh siapapun yang berusia di bawah 18 tahun. Pekerjaan ringan Anak yang berusia antara 13 dan 15 tahun dapat melakukan pekerjaan ringan, sepanjang tugas tersebut tidak mengancam kesehatan dan keselamatan mereka atau menghalangi mereka untuk sekolah atau berpartisipasi dalam pelatihan kerja atau pelatihan keterampilan. Konvensi ini juga menganjurkan usia minimum untuk bekerja sebaiknya tak kurang dari umur untuk menyelesaikan wajib belajar. UMUM (Usia minimum anak-anak boleh mulai bekerja)

Pekerja anak, seperti yang ditunjukkan dengan jelas oleh data statistik, merupakan bagian dari masalah global yang sangat besar. ILO melihat sangatlah penting untuk memperkuat Konvensi-Konvensi yang telah ada mengenai pekerja anak. Konvensi Nomor 182 membantu untuk memfokuskan perhatian internasional mengenai betapa mendesaknya aksi untuk menghapuskan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, yang didefinisikan sebagai: Segala bentuk perbudakan atau praktek serupa perbudakan, seperti penjualan dan penyelundupan anak; pekerjaan karena hutang dan jual-beli budak serta pekerjaan yang bersifat wajib atau dengan paksaan. Dalam hal ini termasuk perekrutan anak-anak yang bersifat wajib atau dengan paksaan untuk dilibatkan dalam konflik bersenjata; Penggunaan, penyediaan atau penawaran anak untuk prostitusi, untuk pembuatan pornografi atau pertunjukan pornografis; Penggunaan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang, terutama untuk pembuatan dan perdagangan obat-obatan terlarang; Pekerjaan yang karena sifat kegiatannya atau tempat di mana pekerjaan tersebut dilakukan berbahaya bagi kesehatan, keselamatan atau moral anak-anak. IPEC menekankan bahwa pendidikan merupakan program kunci untuk menghapus pekerja anak. Salah satu sasaran Konvensi No. 182 adalah kebutuhan untuk menyediakan bantuan langsung untuk mengentaskan anak-anak dari bentuk pekerjaan terburuk dan memastikan anak-anak tersebut dapat memperoleh pendidikan dasar dan pelatihan keterampilan kerja

KASUS PENGECUALIAN (di negara-negara dengan tingkat ekonomi dan fasilitas pendidikan yang tidak memadai)

Usia minimum dasar

15

14

Pekerjaan berbahaya

18

16

13-15

12-14

Pekerjaan ringan

Terkait hal diatas, Indonesia menetapkan batas usia minimum diperbolehkan bekerja adalah “lima belas tahun”.

yang memadai. Hal ini dikarenakan pekerja anak terus menjadi masalah meskipun segala upaya telah dilakukan di seluruh dunia untuk memeranginya. Karena itulah ILO dan IPEC memerlukan bantuan dan dukungan yang lebih dari sebelumnya, dari semua pihak

39

dalam masyarakat untuk bergabung bersama dalam upaya global untuk penghapusan pekerja anak. Deklarasi Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar dalam Pekerjaan, 1998 Pada 1998, Konferensi Perburuhan Internasional menyetujui sebuah Deklarasi yang diakui seluruh Negara anggota ILO, termasuk Indonesia, meskipun jika mereka tidak atau belum meratifikasi Konvensi-konvensi terkait. Negara-negara tersebut wajib menghormati, mendukung, dan mewujudkan empat prinsip terkait hak-hak mendasar: Kebebasan untuk berserikat dan pengakuan atas hak untuk melakukan perundingan bersama; Penghapusan segala bentuk kerja paksa atau kerja yang diharuskan; Larangan untuk mempekerjakan anak; Penghapusan segala bentuk diskriminasi tenaga kerja.

40

Meskipun Deklarasi ini tidak memiliki status yang sama dengan atau berperan sebagai Konvensi ILO, Deklarasi tersebut merupakan instrumen internasional yang penting. Secara efektif, setiap Negara anggota berkomitmen pada dirinya sendiri untuk menghentikan pekerja anak. Komitmen ini berlaku untuk semua negara, tanpa memandang tingkat perkembangan ekonomi, nilai-nilai budaya, sejarah, atau bahkan jumlah Konvensi ILO yang telah mereka ratifikasi.

Deklarasi ini memiliki mekanisme proses pelaporan yang mewajibkan Negara anggota untuk membuat dan menyerahkan laporan yang berkaitan dengan empat prinsip tersebut. Selain itu, ILO harus menerbitkan laporan global tahunan tentang salah satu prinsip tersebut. Laporan dari pemerintah adalah untuk menunjukkan perkembangan yang dicapai ke arah penegakan prinsip dan hak tersebut. Suatu hal yang menarik untuk para guru dan organisasi mereka adalah bahwa organisasi pekerja dan pengusaha tergugah untuk berperan aktif dalam proses pelaporan ini dengan mempromosikan Deklarasi ini dan memberi komentar pada laporan pemerintah terkait. Konvensi No. 29 Tahun 1930 mengenai Penghapusan Kerja Paksa Kerja paksa atau kerja yang bersifat wajib, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak, secara universal tak dapat diterima. Konvensi ILO tentang Kerja Paksa merupakan salah satu Konvensi ILO yang paling banyak diratifikasi. Konvensi ini diratifikasi oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 31 Maret 1933, Ned.Stbl. No.26, 1933 jo Ned.Stbl. No. 236, 1933. dan dinyatakan berlaku bagi Indonesia dengan Ind.Stbl.No.261, 1933. Konvensi ini melindungi anak-anak dari berbagai bentuk eksploitasi seperti penjeratan dan prostitusi. Konvensi ini menuntut setiap negara memberlakukan ketentuan efektif untuk menghentikan praktek kerja paksa tersebut. Praktek kerja semacam itu adalah ilegal dan merupakan kejahatan yang dapat dihukum.

Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak, 1989 Pada 20 Nopember 1989, Majelis Umum PBB mengesahkan dengan suara bulat Konvensi PBB tentang Hak Anak. Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis di antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan hak anak1. KHA disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB pada 20 Nopember 1989. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi KHA melalui Keppres 36 Tahun 1990 pada tanggal 25 Agustus 1990. Anak-anak, sama halnya dengan orang dewasa, berhak atas hak asasi manusia. Namun karena kebutuhan khusus dan kerentanan mereka, hak-hak anak perlu diamanatkan dengan perhatian dan kepedulian tersendiri. Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak dicanangkan untuk mendorong dan melindungi hakhak anak. Hak-hak tersebut meliputi: Hak untuk bertahan hidup Setiap anak memiliki hak atas kehidupan dan hak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok mereka. Kebutuhan tersebut meliputi pangan, papan, dan akses pada sarana kesehatan. Hak untuk berkembang Setiap anak memiliki hak untuk berkembang dengan layak, tanpa gangguan. Mereka berhak untuk memperoleh pendidikan, bermain, kebebasan berpikir, beragama, dan kesadaran serta hak lainnya yang membolehkan mereka untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. Hak atas perlindungan Setiap anak memiliki hak untuk terlindungi dari semua bentuk penyiksaan, pengabaian, dan eksploitasi. Hak berpartisipasi Setiap anak memiliki hak untuk berperan aktif dalam komunitas dan bangsa mereka, termasuk kebebasan berekspresi, menjadi anggota sebuah kelompok, dan lain-lain. Konvensi ini juga menekankan hal-hal khusus yang berkaitan dengan masalah pekerja anak: Pekerja anak Anak-anak seharusnya terlindungi dari eksploitasi dan pekerjaan yang membahayakan mereka dalam berbagai segi atau yang membuat mereka tidak dapat mengenyam pendidikan.

1

Buku Konvensi Hak Anak, UNICEF & PKBI – DIY, 1999

Pendidikan Setiap anak memiliki hak untuk menerima pendidikan dasar. Pendidikan sekolah tingkat lanjutan harus juga didukung dan didorong. Penting halnya, bahwa anak-anak didukung oleh para guru, orang tua, masyarakat dan yang lainnya, menyadari bahwa dengan adanya hak, maka ada pula tanggung jawab. Seperti yang dapat dilihat dalam konteks Konvensi PBB dan juga perkembangan program-program seperti kewarganegaraan dan pendidikan sosial di sekolah di seluruh dunia, anakanak membutuhkan dukungan untuk menyadari dan mengerti bahwa mereka juga memiliki peran penting dalam masyarakat. Karena itulah, mereka seharusnya berusaha berperan serta dengan aktif dalam membawa perubahan – baik perubahan dalam sikap maupun dalam tingkah laku. Para guru dan pendidik memiliki peran penting dalam proses ini dan buku paket SUARAKAN Stop Pekerja Anak dapat menjadi sumber referensi bagi para guru. Undang Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) merupakan instrumen nasional yang penting dalam menjamin hak anak. UU ini ditetapkan untuk menjamin terpenuhinya hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Secara umum UUPA berisikan tentang aturan hak dasar untuk memperoleh identitas, kekebasan, pendidikan, layanan kesehatan, hiburan dan perlindungan. Secara khusus, UUPA mengatur perlindungan khusus yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban perdagangan narkoba, anak korban kekerasan fisik dan mental, dll. UUPA juga mengatur ketentuan pidana bagi setiap orang yang melanggar ketentuan perlindungan anak. Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Pekerja anak dalam konteks UUPA adalah kelompok anak yang berhak mendapatkan perlindungan khusus dan pendidikan yang seluas-luasnya. Semua pihak harus melakukan upaya perlindungan anak pada anak yang membutuhkan perlindungan khusus ini, termasuk pekerja anak.

41

Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Ketenagakerjaan ini ditetapkan sebagai upaya menjamin hak-hak dasar pekerja, memperluas kesamaan kesempatan kerja dan perlindungan bagi tenaga kerja dan keluarganya. Semua aspek ketenagakerjaan yang berisikan hal terkait tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja diatur secara terperinci, termasuk larangan mempekerjakan anak. UU ini melarang pengusaha mempekerjakan anak, mengatur perlindungan kepada anak yang dipekerjakan pada pekerjaan ringan dan tidak berbahaya, yang bekerja untuk pengembangan bakat dan minat, dan melarang siapapun untuk mempekerjakan dan melibatkan anak pada bentukbentuk pekerjaan terburuk. Undang Undang ini memandatkan upaya penanggulangan pekerja anak, baik dalam konteks hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja. Ketentuan sanksi pidana ditetapkan bagi siapapun yang melanggar ketentuan terkait mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan terburuk. Pasal 182 menyatakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 5 tahun dan atau denda paling sedikit 200 juta dan paling banyak 500 juta.

42

Keputusan Presiden (Keppres) no. 59 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (RAN-PBPTA) Sebagai tindaklanjut ratifikasi Konvensi ILO 138 dengan UU No. 20/1999 dan Konvensi ILO No 182 dengan UU No. 1/2000, Pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Nasional-Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (RAN-PBPTA). Rencana aksi ini ditetapkan dengan Keppres No. 59 Tahun 2002 pada 13 Agustus 2002. RAN-PBPTA ditetapkan sebagai pedoman dalam melaksanakan program aksi penghapusan Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (BPTA) yang dilakukan dengan pendekatan mencegah dan menghapus BPTA. Visi utamanya ditekankan pada pembebasan anak dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk agar dapat tumbuh kembang secara optimal baik fisik, mental sosial maupun intelektualnya. Pelaksanaan RAN-PBPTA ini dilakukan dalam tiga tahap dengan rentang waktu 20 tahun yakni tahap 5 tahun pertama, tahap 5 tahun ke dua dan tahap ketiga yakni 10 tahun terakhir. Saat ini pelaksanaan RAN-PBPTA sedang berada pada tahap II dengan sasaran pokok 1) replikasi model penghapusan BPTA yang telah dilaksanakan pada tahap pertama di daerah lain; 2) berkembangnya program penghapusan BPTA lainnya; 3) tersedianya kebijakan dan perangkat pelaksanaan untuk penghapusan BPTA. Untuk

tahap III pelaksanaan RAN-PBPTA akan diarahkan pada 1) pelembagaan gerakan nasional penghapusan BPTA secara efektif; dan 2) pengarusutamaan penghapusan BPTA. Sasaran prioritas di atas dikembangkan dalam bidang pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, penegakan hukum, harmonisasi peraturan, sosial budaya dan ekonomi serta media yang diformulasikan dalam 7 (tujuh) program aksi, yaitu : Penelitian dan dokumentasi Kampanye penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak; Pengkajian dan pengembangan model penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak; Harmonisasi peraturan dan perundang-undangan; Peningkatan kesadaran dan advokasi; Penguatan kapasitas; dan Integrasi program penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak ke dalam institusi terkait.

C. Pokok-pokok Peraturan Terkait Pendidikan Deklarasi Dunia mengenai Pendidikan untuk Semua, 1990 Sebuah konferensi diselenggarakan di Jomtien, Thailand, pada 1990, guna memikirkan ketentuan internasional yang membela hak semua anak dalam menerima pendidikan dasar dan pelatihan keterampilan. Elemen kunci pada deklarasi tersebut adalah: Pendidikan untuk Semua (Education for All/EFA) Setiap individu harus memiliki akses pada pendidikan dasar. Setiap orang haruslah dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai serta perilaku yang akan memungkinkan mereka mengembangkan kehidupan. Pendidikan yang berkualitas Pendidikan harus bersifat fleksibel dan bercakupan luas. Pendidikan haruslah relevan dan berguna bagi kehidupan setiap orang. Program pendidikan alternatif harus dapat diselenggarakan bagi anakanak yang hanya memiliki sedikit kesempatan atau tak memiliki akses ke sekolah. Pendidikan alternatif harus pula memiliki standar pembelajaran yang setara dengan arus-utama pendidikan nasional.

Menargetkan kaum tak mampu Setiap orang harus memperoleh pendidikan, tanpa mengenal perbedaan jenis kelamin, status ekonomi, lokasi geografis, dan sebagainya. Masyarakat yang masih memiliki kekurangan tertentu baik secara sosial, kultural, maupun ekonomi atau sebaliknya, perlu menjadi sasaran prioritas program pendidikan. Peningkatan kesadaran Para orang tua dan masyarakat harus juga memperoleh pendidikan dasar. Mendidik dan menggugah kesadaran warga akan arti penting pendidikan merupakan langkah penting dalam menciptakan dan merangsang lingkungan pembelajaran bagi anak-anak. Mobilisasi Seluruh sektor masyarakat harus digerakkan untuk membawa perubahan dalam sistem pendidikan. Badan pemerintah seperti Departemen Tenaga Kerja, Departemen Pendidikan Nasional, serta Departemen Keuangan, bersama-sama organisasi non-pemerintah (NGOs), serikat guru, sekolah, komunitas dan keluarga, harus bekerja sama guna meraih tujuan pendidikan dasar bagi semua.

Kerangka Kerja Dakar bagi Aksi Pendidikan untuk Semua, 2000 Dalam sepuluh tahun setelah konferensi Jomtien, hanya sebagian dari tujuan yang dicanangkan oleh Deklarasi ini yang telah tercapai. Forum Pendidikan Dunia, yang diselenggarakan di Dakar, Senegal, pada tahun 2000, menegaskan kembali visi yang diemban dalam Deklarasi ini. Forum ini menyepakati sebuah Kerangka Kerja untuk Aksi yang menggariskan enam tujuan penting: Pengasuhan anak-anak sejak dini Pengasuhan dan pendidikan anak-anak sejak dini yang luas harus dikembangkan dan ditingkatkan. Komitmen pada target waktu Setiap anak harus memiliki akses pada pendidikan dasar wajib yang berkualitas secara cuma-cuma pada tahun 2015. Belajar dan kecakapan hidup Kebutuhan untuk belajar pada anak muda dan orang dewasa harus dipenuhi melalui penyediaan akses pada program belajar dan kecakapan hidup yang sesuai. Tingkat melek huruf orang dewasa Pada 2015, 50 persen kemajuan pada tingkat melek huruf orang dewasa serta akses pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa harus tercapai.

Ketimpangan gender Pada 2005, ketimpangan gender dalam pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan harus terhapuskan. Sebelum 2015, kesetaraan gender dalam pendidikan harus tercapai dengan fokus memastikan akses penuh dan setara serta kemajuan yang setara bagi anak-anak perempuan dalam memperoleh pendidikan dasar yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas Semua aspek pendidikan yang berkualitas harus ditingkatkan sehingga hasil pembelajaran yang terukur dan diakui dapat diraih oleh semua orang. Meskipun pendidikan untuk semua merupakan tanggung jawab setiap orang, namun tanggung jawab utama guna meraih enam tujuan tersebut terletak pada masing-masing negara itu sendiri. Hal ini ditetapkan dalam Kerangka Kerja untuk Aksi yang juga mendorong komunitas internasional untuk meluncurkan prakarsa global untuk mengembangkan strategi dan menggerakkan sumber daya untuk mendukung upayaupaya di tingkat nasional. UNESCO ditunjuk untuk mengkoordinasikan kerja para mitra EFA serta untuk menjaga keberlanjutan momentum global ini. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) UU Sisdiknas ini ditetapkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan lokal, nasional, dan global. Hal yang menyangkut teknis pelaksanaan pendidikan yang meliputi 1) dasar, fungsi, dan tujuan; 2) hak dan kewajiban; 3) jalur, jenjang dan jenis pendidikan; 4) standar nasional; 5) kurikulum; 6) pendidik dan tenaga pendidik; 7) sarana dan prasarana; diatur secara menyeluruh, termasuk memberikan kesempatan kepada anak yang membutuhkan layanan khusus pendidikan. Pekerja anak dalam konteks Sisdiknas dapat diletakkan sebagai kelompok sasaran yang penting untuk mendapatkan pendidikan. Problem ekonomi yang diderita tidak harus menghalangi anak menempuh pendidikan dan berbagai layanan pendidikan harus dapat diakses dalam upaya mengeluarkan anak dari pekerjaannya. Pekerja anak selazimnya mendapatkan pelayanan pendidikan sebagaimana anak pada umumnya. Karena problem sosial ekonomi yang diderita, maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan pelayanan pendidikan non formal dan pendidikan layanan khusus kepada mereka. Pendidikan non formal dengan berbagai bentuknya seperti kecakapan hidup, keaksaraan, kesetaraan, keterampilan dan pelatihan kerja harus bisa diakses

43

oleh pekerja anak yang mengalami putus sekolah. Hal ini dilakukan untuk menggantikan pendidikan yang belum diselesaikan dan untuk meningkatkan kualitas diri agar mampu hidup mandiri dan terampil. Disamping itu, pekerja anak harus diberikan akses ke Pendidikan Layanan Khusus (PLK), karena UU Sisdiknas mengatur bahwa bagi peserta didik yang memiliki ketidakmampuan secara ekonomi berhak mendapatkan pelayanan pendidikan, agar problem sosial-ekonomi yang diderita oleh pekerja anak tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menempuh pendidikan.

D. Topik-topik Diskusi

Haruskah mereka diizinkan untuk melakukan berbagai bentuk pekerjaan atau haruskah ada sebuah pembatasan usia untuk beragam bentuk pekerjaan? Pekerjaan yang mana saja dan mengapa? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

4.

Sudahkah pemerintah Anda meratifikasi Konvensi yang disebutkan dalam buku manual ini? Jika belum, menurut Anda apakah masyarakat dan organisasi sipil harus melakukan sesuatu untuk memperjuangkan ratifikasi? Jika sudah, bagaimana penerapan Konvensi ini dalam praktek? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

5.

Sudahkah sekolah anda menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan hak-hak anak dan penghapusan pekerja anak? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………

6.

Tahukah Anda, organisasi apa saja, baik di tingkat nasional maupun di komunitas Anda yang membela hak-hak anak dan yang berupaya untuk mencegah serta menghapuskan pekerja anak? Dapatkah Anda meminta dukungan dari mereka, sebagai contoh, untuk melakukan kegiatan peningkatan kesadaran di sekolah Anda? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

7.

Apakah organisasi Anda aktif mengkampanyekan Pendidikan untuk Semua (EFA)? Bagaimana Anda dapat mendukung kampanye ini, baik di tingkat lokal maupun nasional? ………………………………………………………

Topik diskusi yang disarankan di bawah ini dapat digunakan untuk berdiskusi dengan kelompokkelompok yang berbeda namun masih banyak topik lain yang bisa diangkat selain yang sudah disarankan di bawah ini. Topik-topik ini dimaksudkan untuk merangsang ide-ide Anda sendiri. Anda dapat memikirkan topik-topik lain yang relevan dan memasukkannya dalam diskusi.

Dengan kolega Anda (sesama pengajar)

44

1.

2.

3.

Pernahkan Anda atau kolega Anda membaca Konvensi PBB tentang Hak Anak? Jika belum, dapatkan naskahnya baik melalui internet maupun badan-badan terkait di negara Anda. Sebarkan informasi ini kepada para kolega Anda. ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Apakah Anda merasa bahwa anak-anak di sekolah Anda serta dalam masyarakat yang lebih luas memiliki akses pada hak-hak anak seperti yang tertulis di Konvensi PBB tentang Hak Anak? Jika tidak, hak mana saja yang menurut Anda, belum mereka miliki? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Pada usia berapa menurut Anda anak-anak seharusnya berhenti bersekolah? Pada usia berapa mereka seharusnya dibolehkan mulai bekerja?

……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Dengan para orang tua dan masyarakat 1.

Tahukah Anda bahwa ada Konvensi PBB yang melindungi hak-hak anak? Tahukah Anda hak apa sajakah itu? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

2.

Pernahkah Anda mendengar tentang kampanye Pendidikan untuk Semua? Setujukah Anda bahwa semua anak harus memiliki akses pada pendidikan dasar yang berkualitas? Bagaimana cara Anda mendukung kampanye ini dalam masyarakat? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

3.

Tahukah Anda perangkat hukum apa saja di negara ini yang berkaitan dengan pekerja anak? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………

4.

Pada usia berapakah menurut Anda anak-anak seharusnya berhenti bersekolah? Pada usia berapa mereka seharusnya mulai bekerja? Menurut Anda, apakah beberapa bentuk pekerjaan seharusnya terlarang bagi anak-anak hingga mereka berusia tertentu? Menurut Anda, apakah beberapa pekerjaan seharusnya selalu terlarang bagi anakanak dan kaum muda? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………….

5

Apakah terdapat suatu upaya yang telah dilakukan dalam komunitas Anda untuk membela dan melindungi hak-hak anak, untuk mencegah pekerja anak dan mengeluarkan anak-anak dari pekerjaan berbahaya? Apakah upaya tersebut berhasil? Bagaimana cara komunitas Anda memastikan bahwa aksi mereka berkesinambungan?

Dengan kelas Anda 1.

2.

3.

4.

Apakah kalian memahami arti “hak-hak anak”? Apa sajakah itu? Bagaimana seharusnya agar hak dan tanggung jawab tersebut dapat seimbang satu dengan lainnya? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Apakah kalian merasa bahwa kalian menikmati hak asasi? Jika tidak, hak yang mana yang belum kalian nikmati? Menurut kalian, sebagai sebuah kelompok, apakah kalian dapat melakukan sesuatu untuk mengubah situasi ini? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………… Hak asasi anak mana sajakah yang menurut kalian tak dinikmati oleh para pekerja anak? Menurut kalian, apakah kehidupan mereka akan berubah jika mereka memiliki hak-hak tersebut? Jelaskan! ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Apa yang dapat dilakukan untuk mendukung hak kalian sebagai anak-anak? Apa yang bisa kalian lakukan untuk mendukung hak kalian sendiri? Bagaimana cara kalian memenuhi kewajiban dalam bermasyarakat? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

45

……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………… 6.

Tahukah Anda organisasi apa saja, baik di tingkat lokal maupun nasional, yang memperhatikan isu yang berkaitan dengan pekerja anak, hak-hak anak, serta pendidikan? Bagaimana cara Anda mendukung kerja mereka? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Catatan:

46

……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………………

47

48

49

TOPIK 4 PENDIDIKAN UNTUK MENCEGAH PEKERJA ANAK DAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN EKS PEKERJA ANAK

A. Peran pendidikan

50 Pekerja anak merupakan masalah kompleks dan perlu diatasi pada berbagai tingkatan masyarakat. Pemerintah harus mengambil langkah positif dalam mengatasi masalah pekerja anak sebagai hal yang mendesak. Pemerintah harus mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi yang dihadapi oleh keluarga miskin sehingga mereka tidak lagi mengirimkan anaknya untuk bekerja. Namun pemerintah bukanlah satu-satunya aktor dalam perjuangan untuk menghapuskan pekerja anak ini. Seluruh masyarakat harus digerakkan untuk melakukan aksi guna mencegah pekerja anak dan membebaskan anak dari kondisi kerja yang berbahaya serta menyediakan pilihan-pilihan lain untuk bisa bekerja dengan layak. Pendidikan memainkan peranan penting dalam upaya untuk penghapusan pekerja anak.

B. Mengapa pendidikan penting bagi anak-anak? Pendidikan merupakan salah satu hak asasi bagi setiap anak. Merupakan hal yang sangat penting bahwa anakanak memperoleh pendidikan, karena: Pendidikan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan bakat mereka. Pengetahuan dasar dan keterampilan yang mereka dapatkan, seperti membaca, menulis, serta berhitung, merupakan hal yang penting bagi kehidupan mereka sehari- hari. Pendidikan dasar akan memungkinkan anak-anak memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Pendidikan mempersiapkan anak-anak untuk memainkan peranan aktif dalam masyarakat, untuk mengembangkan nilai-nilai dan mempelajari kemampuan berkomunikasi yang akan membantu mereka menjadi warga negara yang aktif serta bertanggung jawab di masa depan.

Melalui pendidikan, anak-anak dibuat menyadari hak dan tanggung jawab mereka serta kemungkinan tidak akan menerima pekerjaan yang berbahaya dan kondisi kerja yang eksploitatif Khususnya bagi anak-anak yang bekerja, pendidikan dapat memainkan peran kunci dalam memperbaiki situasi mereka saat ini. Pelatihan ketrampilan kerja yang relevan dan berkualitas akan memungkinkan mereka untuk mencari alternatif pekerjaan yang lebih baik di masa yang akan datang.

C. Masalah dalam pendidikan Mengapa masih ada anak-anak yang tidak sekolah?

Masih kurangnya jumlah sekolah di beberapa daerah, terutama pada daerah terpencil, juga merupakan suatu masalah. Meskipun terdapat sekolah, bisa jadi sangat jauh dari tempat tinggal sehingga anak-anak harus menempuh jarak yang sangat jauh dengan berjalan kaki. Hal ini juga mengandung risiko bagi keselamatan mereka, terutama untuk anak-anak perempuan. Sistem pendidikan jarang memenuhi kebutuhan anak-anak yang bekerja. Sistem pendidikan seringkali sangat tidak fleksibel dan tidak memberikan apa yang dibutuhkan pekerja anak untuk memungkinkan mereka melakukan peralihan dari pekerjaan ke pendidikan dengan baik. Sistem pendidikan tidak selalu memberi tempat bagi kelompok marjinal di dalam masyarakat, seperti etnis minoritas, para pendatang, suku-suku terasing, serta orang yang tinggal di daerah kumuh perkotaan. Sekolah seringkali tak terjangkau bagi anak-anak dari kelompok marginal ini. Di banyak negara lebih banyak anak perempuan yang tidak bersekolah dibandingkan anak laki-laki, karena anak perempuan dibebani pekerjaan mengurus dan merawat rumah. Disamping itu pendidikan bagi anak perempuan dalam keyakinan tradisional sering kali dianggap kurang penting, atau bahkan tak dikehendaki.

Pendidikan wajib berarti semua anak berhak memperoleh pendidikan dasar. Namun, dalam prakteknya, banyak anak tidak bersekolah. Beberapa pernah sekolah namun tidak melanjutkannya setelah menjalaninya beberapa saat, yang lainnya tidak pernah bersekolah sama sekali. Inilah beberapa alasannya: Meskipun hampir seluruh negara telah memberlakukan pendidikan dasar cuma-cuma, pada kenyataannya kebutuhan sekolah tak pernah seluruhnya cuma-cuma. Anak-anak memerlukan tas sekolah guna membawa bukubuku, mereka perlu makanan pada waktu makan siang, serta pakaian atau seragam sekolah. Semuanya merupakan beban finansial bagi keluarga miskin.

Di banyak negara, sekolahsekolah kekurangan sarana pokok, seperti buku bacaan dan buku tulis, bolpoin dan pensil, dan lain-lain, yang memungkinkan berjalannya proses pengajaran dan pembelajaran dengan baik. Sistem pendidikan di banyak negara gagal melayani anak-anak dengan kualitas pendidikan yang cocok dengan kebutuhan khusus mereka, karena: Kurikulum sekolah acapkali tak relevan dengan kehidupan anak-anak dan sekolah pada umumnya kekurangan sumber daya. Pendidikan yang diperoleh anak-anak tidak menjawab minat anak-anak atau memberikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka perlukan guna memperoleh kondisi penghidupan yang lebih baik serta kesempatan kerja di masa depan.

51

-

-

-

Para guru tidak menerima pelatihan yang memadai sehingga kurang memiliki keterampilan-keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk memberikan anak-anak pendidikan yang cocok dengan kebutuhan mereka. Ukuran kelas seringkali terlalu besar bagi guru untuk dapat memberikan perhatian yang memadai bagi setiap siswa. Banyak guru yang dibayar rendah (mereka kadang-kadang tidak dibayar selama berbulan-bulan) yang membuat begitu sulit bagi para guru untuk menyokong keluarga mereka apalagi untuk melakukan kerja keras dengan baik.

D. Meningkatkan pendidikan untuk mencegah pekerja anak

52

Kerala, sebuah negara bagian di India, merupakan contoh bagus mengenai bagaimana pendidikan dapat menjadi suatu alat efektif dalam memerangi fenomena pekerja anak. Dengan mengembangkan dan memperbaiki sistem sekolah dan membuat pendidikan dapat dijangkau oleh semua, Kerala telah menunjukkan dampak pendidikan dalam menghapus pekerja anak pada cakupan yang signifikan, terutama pada bentukbentuk pekerjaan yang berbahaya. Agar pendidikan dapat memainkan perannya dalam menghapus pekerja anak, masalah-masalah dalam sistem pendidikan perlu diatasi. Negara harus membuat upaya besar untuk mengembangkan kebijakan dan

program aksi guna menyediakan kualitas pendidikan yang relevan, terjangkau, serta gratis bagi seluruh anak. Perbaikan dalam sistem pendidikan harus juga dibarengi dengan kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan. Hanya dengan memenuhi kebutuhan keluarga untuk bertahan hidup dan dengan memberikan alternatif kepada orang tua agar tidak mengirimkan putra-putri mereka untuk bekerja, kita dapat memastikan bahwa anak-anak akan memperoleh pendidikan dasar.

E. Apa saja yang harus dilakukan? Mobilisasi sosial dan kampanye penyadaran Para guru, pendidik, dan organisasi pendidikan serta masyarakat sipil, harus digerakkan guna melakukan kampanye memerangi fenomena pekerja anak di tingkat lokal (sekolahsekolah dan masyarakat), nasional, serta internasional Para aktor yang beragam dalam masyarakat hendaknya membangun jejaring dengan yang lainnya untuk menyatukan usaha mereka dan mengkoordinasi aksi mereka demi menghapus pekerja anak. Mereka harus mengadvokasi pihakpihak berwenang untuk menambah sumber daya guna menyediakan pendidikan dasar yang universal, gratis, dan relevan untuk setiap anak, dengan perhatian khusus pada mereka yang berisiko tinggi untuk menjadi pekerja anak. Mereka juga harus mendukung perbaikan dalam kondisi kerja serta status para guru. Perbaikan di sektor ini akan turut berkontribusi mengatasi kekurangan jumlah guru di seluruh dunia serta akan membuat para guru lebih tekun menjalani profesi ini. Penguatan kebijakan pendidikan nasional Kebijakan pendidikan nasional harus diarahkan untuk memperbaiki pendidikan dasar secara menyeluruh. Kebijakan tersebut juga seharusnya diarahkan pada penanganan isu pekerja anak secara khusus dengan memasukkan program-program dengan sasaran pekerja anak dan kemudian menyediakan sumber daya khusus dalam mengatasi masalah ini.

Memperbaiki pendidikan formal untuk mencegah pekerja anak serta mempertahankan eks pekerja anak di sekolah Jumlah dan mutu sistem pendidikan formal harus ditingkatkan untuk menjangkau anak-anak yang berisiko tinggi terlibat pekerja anak, termasuk anak-anak perempuan, anak-anak dari kelompok etnis minoritas, para pendatang, kelompok miskin di desa maupun di kota, dan sebagainya. Metode pendidikan non-formal yang inovatif yang digunakan dalam penanganan anak harus menjadi bagian dari sistem pendidikan formal. Pendidikan dasar harus mencakup kegiatan peningkatan kesadaran tentang isu pekerja anak. Memperbaiki pendidikan peralihan (transisi) dan pelatihan keterampilan bagi para (mantan) pekerja anak Kualitas dan struktur pendidikan non-formal yang diperoleh pekerja anak harus ditingkatkan sehingga mereka dapat masuk kembali ke pendidikan formal dan pelatihan keterampilan. Pendidikan transisi harus dapat membekali anakanak yang lebih muda dengan pendidikan umum serta pelatihan keterampilan pra-kerja. Para (mantan) pekerja anak harus juga dibekali dengan keterampilan yang memungkinkan mereka mencari peluang kerja yang lebih baik.

F. Apa yang dapat dilakukan oleh guru ?

G. Topik-topik Diskusi Topik-topik diskusi yang disarankan di bawah ini dapat digunakan untuk kelompok-kelompok yang berbeda namun masih banyak topik lain yang bisa diangkat selain yang sudah disarankan di bawah ini. Topik-topik ini dimaksudkan untuk merangsang ide-ide Anda sendiri. Anda dapat memikirkan topik-topik lain yang relevan dan memasukkannya dalam diskusi.

Dengan kolega Anda (sesama pengajar) 1.

Menurut Anda, mengapa pendidikan penting bagi anak-anak? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

2.

Ingatkah Anda, siapakah guru yang penting dalam hidup Anda? Apa pengaruh beliau terhadap Anda? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

3.

Dari berbagai masalah bidang pendidikan yang disebutkan pada bab ini, masalah apa saja yang juga terjadi di sekolah Anda? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

4.

Dapatkah Anda memikirkan cara bagaimana membuat sekolah menjadi tempat yang lebih baik bagi para siswa Anda? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Guru, pendidik, serta organisasi para guru/pendidik dapat memainkan peran kunci dalam memerangi pekerja anak. Jutaan guru telah terlibat dengan aktif dalam kampanye pendidikan untuk memperbaiki sistem pendidikan dan menghapus pekerja anak. Bersamasama dengan para pendidik dan organisasinya, lembaga swadaya masyarakat, serikat pekerja dan asosiasi pengusaha, serta masyarakat, para guru dapat: mempengaruhi kebijakan dan program serta anggaran pendidikan; meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan pelatihan keterampilan sebagai pilihan untuk mengatasi pekerja anak; menggerakkan masyarakat melawan praktik kerja yang berbahaya dan eksploitatif; menerapkan program pendidikan untuk mencegah pekerja anak.

53

5.

6.

7.

54

Dapatkah Anda memikirkan saat-saat tatkala Anda telah membuat para siswa senang atau tidak senang? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

3.

Dapatkah Anda memikirkan kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh sekolah Anda untuk membangkitkan kesadaran mengenai isu pekerja anak dan mendukung aksi melawannya? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Dengan para orang tua dan komunitas

Siapa sajakah yang dapat membantu sekolah Anda untuk melakukan aktivitas dan kampanye untuk menghapus pekerja anak serta untuk memastikan bahwa semua anak dalam masyarakat Anda memperoleh pendidikan? (Pihak yang berwenang di bidang pendidikan, organisasi para guru, serikat pekerja, perkumpulan para pengusaha, lembaga swadaya masyarakat, para pemimpin masyarakat lokal, pihak-pihak di sekitar sekolah, para orang tua, anak-anak, dan sebagainya) ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Dengan kelas Anda 1.

Apa yang membuat kalian senang atau tidak senang dengan sekolah kalian? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

2.

Jika kalian dapat mengubah sesuatu di sekolah kalian, apa yang akan kalian ubah? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………………

……………………………………………………… ………………………………………………

Kalian ingin menjadi apa jika dewasa nanti, dan keterampilan apa yang kalian perlukan untuk pekerjaan yang kalian cita-citakan itu? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

1.

Apakah Anda dulu bersekolah? Jika ya, apakah yang Anda pelajari berguna dalam kehidupan ketika Anda dewasa? Jika tidak bersekolah, apakah menurut Anda, Anda telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan atau peluang lainnya dalam hidup Anda karena tidak bersekolah? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

2.

Apakah anak Anda bersekolah? Jika tidak, apa alasan anak Anda tidak sekolah? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

3.

Apakah Anda senang dengan pendidikan yang diterima oleh anak Anda di sekolah? Menurut Anda, akankah bekal pendidikan tersebut berguna baginya di masa depan? ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

4.

Menurut Anda, apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan akses ke pendidikan bagi anak-anak di komunitas Anda? ……………………………………………………… ………………………………………………………

……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

5.

Pihak manakah baik di dalam maupun di luar komunitas Anda yang dapat berperan untuk melindungi hak-hak anak, menghapus pekerja anak, serta mengadvokasi perbaikan sistem pendidikan? (Pihak yang berwenang di bidang pendidikan, organisasi para guru, serikat pekerja, perkumpulan para pengusaha, lembaga swadaya masyarakat, para pemimpin masyarakat lokal, pihak-pihak di sekitar sekolah, para orang tua, anak-anak, dan sebagainya) ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………

Catatan: ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………………

55

56

57

TOPIK 5 PERAN GURU DAN ORGANISASI GURU DALAM PENGHAPUSAN PEKERJA ANAK

A. Peran para guru dalam memerangi masalah pekerja anak

58 Para guru memegang salah satu peran yang sangat penting dalam mencegah pekerja anak. Para guru memiliki kontak langsung dengan anak-anak yang memungkinkan mereka untuk mempengaruhi pendidikan anak-anak secara positif dan membimbing anak-anak meraih masa depan. Para guru dapat turut mencegah pekerja anak dengan melakukan kegiatan di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat.

Di sekolah Para guru dapat menciptakan proses belajar sebagai pengalaman yang menarik bagi anak-anak. Dengan metode pengajaran yang inovatif, menarik perhatian anak-anak, serta dengan mendorong rasa ingin tahu mereka, anak-anak akan termotivasi untuk meneruskan pendidikannya. Dengan bersikap cepat tanggap terhadap masalah yang mungkin dihadapi oleh seorang anak, dan dengan menanggapi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi anak, guru dapat memastikan bahwa kebutuhan tertentu sang anak terpenuhi. P ara guru juga dapat memberi tahu anak-anak tentang bahaya pekerja anak, tentang hak-hak mereka, serta cara-cara mempertahankan hak tersebut.

Para guru dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan mereka sehingga mereka dapat mencari pekerjaan yang cocok di masa depan.

Dalam masyarakat Sebagai anggota masyarakat, para guru juga dapat melakukan kegiatan penyadaran terhadap para orang tua dan pemimpin masyarakat tentang bahaya pekerja anak. Disamping itu, para guru dapat melibatkan para orangtua dan pemimpin masyarakat dalam mencari jalan keluar atas masalah pekerja anak yang mereka hadapi. Dengan menginformasikan pentingnya pendidikan serta melibatkan mereka dalam usaha sekolah untuk meningkatkan pendidikan, para guru dapat menggerakkan dukungan masyarakat untuk memastikan bahwa pekerja anak kembali bersekolah serta semua anak memperoleh pendidikan.

Mendorong cara mengajar yang baik PBB dan badan khususnya, ILO dan UNESCO, mengakui tantangan yang dihadapi oleh para pengajar di seluruh dunia yang seiring berjalannya waktu masih belum mengalami perbaikan yang berarti. Salah satu isu penting yang dihadapi oleh sistem pendidikan saat ini adalah kurangnya jumlah pengajar serta tantangan untuk mempertahankan para guru untuk tetap dalam profesi ini. Pelatihan yang kurang memadai, ketersediaan fasilitas yang terbatas, serta kondisi kerja yang buruk, telah memberikan dampak signifikan bagi para guru, organisasi pendidikan, serta keseluruhan mutu pendidikan. Rekomendasi ILO/UNESCO tentang Status Guru ditetapkan pada 5 Oktober 1966 dalam sebuah konferensi yang diadakan di Paris, Perancis, di

kantor pusat UNESCO dan dilaksanakan dengan kerja sama erat dengan ILO. Rekomendasi tersebut merupakan hasil persiapan bertahun-tahun oleh kedua organisasi dimana mereka mengkaji segala aspek dari profesi pengajar dengan sungguhsungguh.

Hari Guru Sedunia Dalam rangka upaya global yang terkoordinasi untuk menyoroti tantangan-tantangan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh profesi guru di seluruh dunia dan untuk mengarahkan perhatian masyarakat, pemerintah dan organisasi-organisasi internasional kepada para guru dan para pendidik, ulangtahun Rekomendasi ILO/UNESCO pada tanggal 5 Oktober setiap tahunnya –diperingati sebagai Hari Guru Sedunia. Hari tersebut dirayakan oleh kaum guru dan organisasi guru setiap tahunnya, dengan mengusung kampanye advokasi tertentu dan dipimpin oleh Education International, sebuah organisasi guru internasional. Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, silakan kunjungi www.ei-ie.org.

Hak Anak-anak Masyarakat Hukum Adat Menghapus pekerja anak, termasuk upaya pencegahannya, berarti harus menjangkau anakanak yang rentan di antara kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Kelompok ini termasuk masyarakat hukum adat di berbagai negara. IPEC bekerjasama dengan program ILO INDISCO (www. ilo.org/public/english/ employment/ent/ coop/indisco.htm) untuk memanfaatkan pendekatan yang inovatif dalam membantu komunitas ini termasuk melalui pelatihan guru, pengembangan kurikulum (dalam bahasa adat), pengembangan keterampilan, serta pengembangan kebijakan. Kerjasama ini memprioritaskan peningkatan akses dan

kualitas pendidikan bagi anak-anak masyarakat hukum adat. Pilihan prioritas ini mendapatkan dukungan dari Education International (EI) dan organisasi guru yang berafiliasi dengannya. Kegiatan ini dilaksanakan dalam konteks Konvensi pekerja anak dan terutama Konvensi ILO Nomor 169 (1989) mengenai masyarakat hukum adat. Lebih banyak perhatian dan sumber daya perlu diarahkan kepada golongan terpinggirkan tersebut di waktu yang akan datang untuk memastikan bahwa anak-anak masyarakat hukum adat memperoleh manfaat dari peningkatan kesempatan pendidikan dan untuk menurunkan tingkat kerentanan mereka untuk menjadi pekerja anak. Upaya ini mendapatkan dukungan kuat dari para guru, pengajar, dan organisasi mereka.

59

SUARAKAN - Stop Pekerja Anak

60

IPEC telah meluncurkan sebuah modul berjudul “SUARAKAN Stop Pekerja Anak” untuk membantu para guru di seluruh dunia dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pekerja anak serta hak-hak anak dalam konteks yang lebih luas serta untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang tanggung jawab di d D l antara anak-anak dan para pemuda. Dalam versii aslinya SUARAKAN Stop Pekerja Anak disebut sebagai SCREAM Stop Child Labor dan SCREAM merupakan singkatan dari Supporting Children’s Rights through Education, the Arts and the Media (Mendukung Hak-Hak Anak Melalui Pendidikan, Kesenian, dan Media). SUARAKAN Stop Pekerja Anak bertujuan untuk menyoroti penderitaan pekerja anak serta menyediakan instrumen untuk melakukan aksi nyata dan untuk membuat perubahan terkait masalah pekerja anak. SUARAKAN Stop Pekerja Anak akan membantu para guru untuk berkontribusi lebih efektif guna mencegah pekerja anak. Modul SUARAKAN Stop Pekerja Anak menerapkan metode pengajaran yang kreatif, interaktif, serta inovatif dan menitikberatkan pada penggunaan gambar-gambar visual, bentukbentuk sastra tertulis, serta pertunjukan seni sebagai cara untuk memperdalam pemahaman anak-anak pada isu pekerja anak dan sekaligus merupakan media yang sangat kuat untuk mengekspresikan diri. Modul ini fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keadaan lokal, serta dirancang untuk melibatkan semua sektor dalam masyarakat dalam upaya memerangi masalah pekerja anak dengan pertama-tama membangkitkan kesadaran para guru dan anak-anak terlebih dahulu mengenai masalah ini. Para guru dan organisasi yang mewadahi mereka merupakan kelompok sasaran utama yang diharapkan menggunakan modul SUARAKAN Stop Pekerja Anak ini karena posisi mereka yang sangat penting dalam pendidikan, masyarakat, serta lingkungan sosial-ekonomi secara umum. Informasi lebih jauh mengenai modul ini dapat diperoleh dari ILO-IPEC Indonesia secara langsung (lihat alamat lebih rinci pada halaman muka buku manual ini), dari organisasi guru yang terafiliasi

de dengan Education Internasional (EI), ata dari situs www.ilo.org/scream. atau

PPemantauan em pekerja anak Program-program Pr aksi memerangi peke anak biasanya mencakup pekerja pend pendidikan dan pelatihan. Para guru dan p dan pendidik merupakan orang-orang yang paling mengetahui apakah masih yang terda terdapat pekerja anak dalam suatu masya masyarakat dan di mana pekerja anak ini bekerja bek ini serta tinggal. Para guru juga dapat mempengaruhi kesungguhan hati dapat anak-a anak-anak dan orang tua mereka untuk k pendidikan serta membangkitkan mengutamakan kesadaran mereka akan masalah-masalah sosial yang ada. Mereka seringkali mampu mendorong terjadinya perubahan perilaku terhadap pekerja anak melalui proses berbasis komunitas. Contohcontoh tentang bagaimana guru memainkan peran penting dalam komunitas di luar ruang kelas misalnya memberikan dukungan pada suatu keluarga melalui kunjungan rumah, terlibat dalam program makanan tambahan yang dilakukan di sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan usai jam sekolah. Sebagai bagian dari kegiatan rutin mereka, para guru dapat menggunakan mekanisme formal dan informal untuk tetap memantau ketidakhadiran anak-anak di sekolah serta mengidentifikasi anak-anak yang berisiko tidak mampu melanjutkan sekolah serta melakukan upaya untuk meminimalisir risiko tersebut. Proses ini merupakan bagian dari strategi Pemantauan Pekerja Anak (PPA) atau Child Labour Monitoring (CLM) yang lebih luas di mana para guru dapat mendukung upaya penghapusan pekerja anak. PPA merupakan strategi dan alat untuk mengidentifikasi pekerja anak dan risiko-risiko yang mereka hadapi secara aktif. Kegiatan-kegiatan dalam PPA terdiri atas pengidentifikasian, pencegahan, penarikan serta penelusuran kemajuan dalam upaya pencegahan dan penarikan pekerja anak ini. Para guru dan pendidik dapat memainkan peran mereka dalam proses pemantauan dan proses pengidentifikasian melalui pekerjaan mereka sehari-hari di sekolah. Disamping itu mereka juga dapat memperkuat kapasitas masyarakat untuk memerangi masalah pekerja anak. Membangun Sistem Pengawasan Pekerja Anak (SPPA) atau Child Labour Monitoring System (CLMS) berarti melibatkan para mitra secara luas (serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha, organisasi non-

pemerintah, kelompok berbasis komunitas, dan lainnya) di mana setiap mitra ditugaskan untuk melakukan kegiatan pemantauan tertentu atau berperan untuk menyediakan layanan tertentu untuk dapat mencegah atau menarik pekerja anak dari pekerjaannya. Sebagai bagian dari proses ini, sistem pengawasan sekolah dapat memonitor didaftarkannya seorang pekerja anak ke sekolah, tingkat kehadiran, serta selesainya pendidikan para mantan pekerja anak tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa para mantan pekerja yang telah menerima pelayanan pendidikan tidak “menghilang” setelah ditarik dari pekerjaannya serta agar mereka tidak menghadapi risiko perpindahan ke bentuk pekerjaan yang lainnya. Dalam konteks ini, sangat penting bagi para guru untuk memperoleh pelatihan serta referensi mengenai bagaimana mereka bisa terlibat dalam SPPA ini. Maksud dari buku manual ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan masalah pekerja anak ini dan akan pentingnya melakukan pemantauan pekerja anak di antara para guru. Manual ini juga memberikan saran-saran tentang apa yang dapat dilakukan di sekolah setiap harinya dan tentang kegiatan-kegiatan pemantauan di kelas. Organisasi guru memiliki peran yang penting untuk memastikan bahwa masalah pekerja anak terefleksikan dalam kurikulum pelatihan guru. Selain itu, organisasi guru perlu memastikan bahwa kapasitas dan hambatan-hambatan yang dihadapi para guru terefleksikan dalam kebijakan dan program-program pendidikan.

Membangun jejaring pendukung Para guru yang mungkin termotivasi untuk menangani isu sosial semacam pekerja anak sering merasakan terkucil dalam usaha mereka membawa perubahan dan tak mampu berjuang sendirian. Masalah ini dapat diatasi dengan membangun jejaring pendukung dengan guru-guru lainnya di sekolahnya atau dengan guru-guru dari sekolah terdekat lainnya, dengan cabang organisasi guru, dan/atau dengan para anggota masyarakat serta kelompok lain. Jejaring di antara para guru Dalam jejaring di antara para guru, guru dapat: Memperkenalkan permasalahan tentang pekerja anak kepada para kolega guru lainnya dalam rapat guru: Informasikan mengenai masalah pekerja anak yang dihadapi di tingkat lokal. Bagikan bahan-bahan sumber bacaan mengenai pekerja anak. Buatlah pihak sekolah yang berwenang di tingkat lokal (kepala sekolah, misalnya)

menjadi tertarik dan terlibat dalam bahasan mengenai masalah pekerja anak ini. Rencanakan bagaimana Anda akan membahas pekerja anak ini dengan muridmurid Anda di kelas. Buatlah daftar dukungan yang bisa diberikan oleh organisasi guru untuk kampanye peningkatan kesadaran. Organisasi guru juga dapat membantu melobi agar kesempatan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak dapat diberikan serta dapat mendorong agar masalah keadilan sosial, seperti pekerja anak, dimasukkan ke dalam kurikulum. Jejaring di dalam masyarakat Hal-hal yang dapat dilakukan dalam berjejaring dengan masyarakat antara lain: Libatkanlah orang tua, pejabat pemerintah daerah, para pekerja kesejahteraan sosial di tingkat lokal seperti halnya organisasi non-pemerintah, organisasi pekerja dan organisasi pengusaha, dan sebagainya dalam aksi memerangi masalah pekerja anak: Dengan membangkitkan kesadaran masyarakat tentang masalah pekerja anak (bahaslah masalah ini dalam pertemuan orang tua/guru, atau gunakan media lokal untuk mengangkat masalah pekerja anak). Dengan membuat daftar dukungan yang dapat diberikan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan untuk meningkatkan fasilitas sekolah serta untuk memerangi masalah pekerja anak (misalnya: dapatkan komitmen dari berbagai sektor dalam masyarakat, untuk membuat wilayah mereka “bebas dari pekerja anak”). Dengan memanfaatkan perayaanperayaan di tingkat masyarakat untuk menginformasikan tentang masalah pekerja anak yang ada dalam masyarakat, misalnya dengan meletakkan poster informasi dan pengumuman di tempat berkumpulnya warga.

Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam masyarakat Banyak pihak dalam masyarakat dapat memainkan perannya dalam mencegah pekerja anak dan dalam memenuhi kebutuhan pekerja anak. Dengan bekerja bersama, kampanye dan aksi melawan masalah pekerja anak akan semakin maju serta kemungkinan besar akan berhasil. Pemerintah Pemerintah harus memprioritaskan penanganan masalah pekerja anak dan harus melaksanakan kebijakan dan program-program untuk mengentaskan kemiskinan, membuka lapangan

61

kerja, pemberian layanan sosial dan pendidikan untuk mencegah pekerja anak.

62

Organisasi guru Organisasi guru dapat melaksanakan program pelatihan untuk meningkatkan kesadaran tentang pekerja anak di antara para guru, orang tua, anak-anak, serta masyarakat. Mereka juga dapat mengadvokasi pentingnya menyediakan pendidikan berkualitas untuk semua. Organisasi guru dapat memantau pendaftaran sekolah, tingkat kehadiran siswa di sekolah, serta angka putus sekolah, dan lain-lain. Hal ini penting untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang masih ada dalam sistem pendidikan. Dengan bantuan dari organisasi lainnya, mereka dapat memberikan tekanan agar anggaran pendidikan dinaikkan, agar jumlah murid dalam satu kelas diupayakan diperkecil, fasilitas pengajaran diperbaiki, isu keadilan sosial semacam pekerja anak dimasukkan ke dalam kurikulum, agar status dan kondisi kerja guru diperbaiki, dan sebagainya. Mereka juga dapat menjadi penekan untuk ditegakkannya hukum di bidang pendidikan dan pekerja anak. Organisasi non-pemerintah Organisasi non-pemerintah dapat melaksanakan program-program untuk menyediakan layanan langsung kepada anak-anak. Organisasi semacam ini juga dapat meningkatkan kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk bertindak memerangi masalah pekerja anak. Mereka juga dapat melakukan penelitian tentang masalah pekerja anak, dan dengan bantuan dari organisasi lainnya, dapat menyuarakan pentingnya reformasi sosial utuk mengakhiri eksploitasi ekonomi terhadap anak-anak. Orang tua dan masyarakat Dukungan orang tua dan masyarakat sangat penting dalam upaya memerangi masalah pekerja anak. Para orang tua dan masyarakat dapat berbuat banyak bila mereka lebih peka pada bahaya yang dihadapi oleh anak-anak, misalnya dengan terlibat dan mengelola kegiatan lokal untuk memerangi masalah pekerja anak. Keterlibatan mereka penting untuk mengakhiri pekerja anak di tingkat lokal serta memastikan anak-anak mereka menerima pendidikan dasar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Organisasi pengusaha Organisasi ini dapat membangkitkan kesadaran di

antara pengusaha dan menginformasikan kepada mereka mengenai peraturan terkait pekerja anak yang berlaku. Mereka seharusnya juga mendorong para pengusaha untuk menerapkan praktek-praktek ketenagakerjaan yang aman dan layak, memiliki tanggung jawab sosial dengan tidak mempekerjakan anak-anak dibawah umur, melaksanakan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, serta menyuarakan perlunya hukum untuk melarang pekerja anak dan pembaruan di bidang pendidikan. Serikat Pekerja/Serikat Buruh Serikat Pekerja/Serikat Buruh dapat memainkan peran aktifnya dalam memantau praktekpraktek mempekerjakan anak di tempat-tempat kerja yang berbeda dan dapat berperan dalam membangkitkan kesadaran baik kepada pekerja anak maupun pekerja dewasa akan bahayanya pekerja anak. Serikat Pekerja/Serikat Buruh juga dapat memainkan peran kunci dalam menggerakkan masyarakat untuk melakukan aksi memerangi masalah pekerja anak dan mengubah hukum dan praktek-praktek ketenagakerjaan yang berlaku agar juga mengatur masalah larangan mempekerjakan anak. Media Media dapat memainkan peran pentingnya dalam membangkitkan kesadaran. Baik di tingkat lokal maupun nasional, koran, televisi, dan radio dapat memberi informasi kepada masyarakat mengenai isu pekerja anak. Selain itu, media juga dapat memberi informasi tentang program dan kampanye yang sedang dilaksanakan untuk melawan masalah pekerja anak. Media juga dapat menyuarakan kebutuhan untuk memperbaiki sistem pendidikan, menaikkan anggaran pendidikan, dan menyerukan pelatihan dan alokasi sumber daya yang lebih baik bagi para guru dan bagi sekolah-sekolah.

B. Contoh-contoh Aksi Penghapusan Pekerja Anak yang dilakukan oleh Guru

63 Peran Guru Bimbingan dan Konseling (BK) Dalam Penghapusan Pekerja Anak dan Perdagangan Anak1 Oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) – Kabupaten Sukabumi Latar Belakang Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat merupakan salah satu Kabupaten yang masih harus berupaya keras meningkatkan pendidikan bagi warganya. Rata-rata penduduk Kabupaten Sukabumi hanya menghabiskan 6,67 tahun di sekolah3. Hal ini, ditambah dengan kondisi sosial ekonomi, menyebabkan anak-anak di wilayah ini menjadi rentan masuk ke dunia kerja pada usia dini 2

3

Perdagangan anak adalah tindakan perekrutan, transportasi, tranfer, menyembunyikan atau menerima seorang anak dengan tujuan eksploitasi baik di dalam maupun di luar negeri. Pasal 3 Protocol to prevent, suppress and punish trafficking in persons, especially women and children, supplementing to the United National Convention against Transnational Organized Crime http://www.kabupatensukabumi.go.id/trial/index.php?option=com_c ontent&view=article&id=151%3Amusrenbang-tingkat-kab-sukabumitahun-2009&catid=1%3Alatest-news&Itemid=50&lang=in

bahkan rentan terhadap ancaman perdagangan anak. Untuk mencegah pekerja anak dan perdagangan anakanak di wilayah ini, PGRI Kabupaten Sukabumi berupaya untuk memasukkan isu pekerja anak dan perdagangan anak ke dalam kurikulum lokal melalui pengembangan modul dan pelatihan-pelatihan untuk guru-guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menangani Bimbingan dan Konseling. Para guru di sekolah disamping berperan sebagai pengajar, juga memiliki kewajiban memberikan layanan Bimbingan dan Konseling (BK). BK dirancang untuk membantu siswa berkembang secara wajar sesuai dengan kapasitas dan peluang yang dimilikinya, sehingga ia berguna bagi diri dan masyarakatnya. Kegiatan Bimbingan dan Konseling diberikan dalam bentuk bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. PGRI Kabupaten Sukabumi telah mengembangkan sebuah Buku Pegangan Guru ”Pedoman dan Modul: Bimbingan dan Konseling – Program Pencegahan Pekerja Anak dan Perdagangan Anak bagi Sekolah

Menengah Pertama (SMP)/MTs/Paket B” Modul yang disusun oleh sebuah tim yang terdiri dari beberapa guru Bimbingan dan Konseling di tingkat SMP di Kabupaten Sukabumi ini antara lain menekankan pengembangan kecakapan hidup (life skills) peserta didik seperti keterampilan memecahkan masalah, bekerja dalam tim, berteman, berhadapan dengan orang asing, mengetahui pilihan-pilihan di dunia kerja dan melindungi diri dari kemungkinan terjerat dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak dan dari perdagangan anak. Pendidikan kecakapan hidup ini dimaksudkan agar siswa dapat mengenal dirinya dan potensi dirinya serta lingkungannya dan dapat merencanakan dengan baik masa depannya. Pelatihan-pelatihan tentang bagaimana menggunakan Modul ini juga diberikan kepada guruguru BK di Kabupaten ini.

menarik terkait penanggulangan pekerja anak dan perdagangan anak. Penyampaian isi modul kepada murid-murid SMP dirancang menggunakan pendekatan partisipatori di mana murid-murid terlibat secara aktif dalam proses penyampaian isi modul. Panduan terbagi dalam dua pokok bahasan yaitu isi panduan guru itu sendiri dan bagaimana melaksanakan program pencegahan pekerja anak dan perdagangan anak di SMP. Sedangkan modulnya berisi materi hak anak, pekerja anak, migrasi yang aman untuk mencari kerja dan pemahaman diri. 3.

Tujuan

64

Meningkatkan relevansi kegiatan bimbingan konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)/Paket B dengan kondisi lokal, dalam hal ini adalah situasi rentan terhadap pekerja anak dan perdagangan anak. Memberikan kecakapan hidup bagi siswa-siswa SMP/MTs/Paket B untuk memiliki kesadaran pribadi tentang arti penting pendidikan dan pekerjaan yang layak. Metode PGRI Kabupaten Sukabumi bersama Dinas Pendidikan setempat, atas dukungan dari ILO-IPEC melaksanakan serangkaian kegiatan yang meliputi : 1

2.

Seminar Sehari. Seminar ini dihadiri oleh guruguru dan kepala sekolah dari berbagai SMP di Kabupaten Sukabumi dan dimaksudkan untuk menginformasikan masalah-masalah pendidikan, kaitannya dengan kerentanan terhadap pekerja anak dan perdagangan anak yang dihadapi oleh wilayah setempat. Seminar ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dari para guru dan kepala sekolah mengenai perlunya mengangkat masalah ini di dalam kurikulum lokal. Penyusunan Pedoman dan Modul Bimbingan dan Konseling. Pedoman dan modul disusun untuk memberdayakan guru dan pengelola pendidikan agar dapat memfasilitasi siswa mengembangkan berbagai pengetahuan dan keterampilan guna mencegah dirinya masuk ke dunia kerja di usia dini dan untuk melindungi dirinya dari ancaman perdagangan anak, memandu guru/fasilitator untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan pola pikir, bertindak dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru/fasilitator dalam meramu dan mengolah berbagai topik pelajaran secara

Pelatihan bagi guru-guru Bimbingan dan Konseling untuk menggunakan Pedoman dan Modul Bimbingan dan Konseling di sekolahsekolah mereka. Sebelum digunakan oleh guru, PGRI Kabupaten Sukabumi dengan dukungan dari Dinas Pendidikan setempat memberikan pelatihan kepada para guru menggunakan pendekatan pelatihan peer teaching (tutor sebaya/metode mengajar sesama teman)4 serta praktek langsung mengajar di SMP yang dekat dengan tempat pelatihan.

Hasil Melalui kegiatan ini, para guru dan organisasi guru di daerah mampu berperan aktif dalam penanggulangan pekerja anak dan perdagangan anak Kegiatan pembekalan pada siswa melalui bimbingan dan konseling menggunakan modul yang telah dikembangkan telah ikut menyumbang pada pencegahan putus sekolah dan perlindungan anak dari pekerja anak dan perdagangan anak. Kegiatan Seminar Sehari telah membuka wawasan para guru dan kepedulian dari pimpinan daerah tentang permasalahan pekerja anak dan perdagangan anak dan bagaimana mengatasinya, sehingga kelanjutan kegiatan diharapkan dapat diteruskan oleh pemerintah daerah. Pedoman dan Modul ini telah memberikan keterampilan bagi guru BK untuk mengkontekstualisasikan muatan materi BK yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan permasalahan dan tantangan aktual yang dihadapi siswa sehari-hari. Sedangkan siswa melalui kegiatan ini telah mendapatkan kecakapan hidup untuk melindungi diri mereka sendiri dan untuk merencanakan masa depan mereka dengan lebih baik.

4

Merupakan suatu metode pembelajaran dimana dalam pembelajaran seorang peserta didik dibantu oleh teman sebaya

Kampanye memerangi masalah pekerja anak di sekolah dan masyarakat (Thailand) Latar belakang Kegiatan “Meningkatkan kesadaran akan masalah pekerja anak untuk para guru dan anak-anak sekolah” dilaksanakan di Sisaket, provinsi di timur laut Thailand. Sisaket dikenal sebagai salah satu provinsi termiskin, dengan angka perpindahan ke kota untuk tujuan menjadi pekerja anak yang tinggi. Kegiatan ini ditujukan untuk mencegah pekerja anak dengan membangkitkan kesadaran akan pekerja anak melalui kampanye penghapusan pekerja anak yang dilaksanakan baik di sekolah maupun di masyarakat. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah untuk mencegah anak-anak memasuki pasar tenaga kerja di usia dini. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat para guru dan tenaga administrasi dari sekolah-sekolah tingkat dasar menyadari masalah pekerja anak. Kegiatan ini melibatkan para guru di dalam proses pencegahan pekerja anak, di mana para guru: mendidik, membangkitkan kesadaran, serta menyediakan panduan bagi anak-anak mengenai isu pekerja anak ini. melibatkan para orang tua dan masyarakat dalam kampanye ini, sehingga menggugah kesadaran mereka tentang masalah pekerja anak dan arti penting pendidikan. Metode Metode yang dipakai dalam kegiatan ini antara lain pelatihan bagi para guru tentang pekerja anak sehingga mereka kemudian dapat mendidik dan menggugah kesadaran anak-anak dan masyarakat mengenai masalah ini. Pelatihan bagi para guru Pelatihan singkat diberikan kepada para guru di 22 sekolah. Tujuan dari sesi pelatihan ini adalah agar para guru memahami masalah pekerja anak di negeri ini. Selama pelatihan, para guru memperoleh informasi mengenai: Peraturan-peraturan tentang pekerja anak; Jenis-jenis pekerjaan yang dilarang untuk anakanak; Masalah yang dihadapi oleh pekerja anak dalam jenis pekerjaan yang berbeda, seperti jam kerja yang panjang, upah rendah, pekerjaan berbahaya, dan sebagainya; Hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi.

Mengajar anak-anak Setelah pelatihan, para guru mengajar anak-anak tentang pekerja anak dengan: Memasukkan isu pekerja anak ke dalam mata pelajaran yang relevan di dalam kurikulum; Membuat pojok pekerja anak di dalam ruang kelas atau perpustakaan di mana berbagai bahan tentang pekerja anak (buku, komik, poster, dan sebagainya) tersedia bagi anak-anak; Menyelenggarakan kegiatan di kelas seputar isu pekerja anak. Misalnya, menulis esai, menggambar, permainan peran, video, kompetisi, pameran, kuis, dan sebagainya; Menginformasikan kepada anak-anak tentang bahaya yang dapat timbul dari berbagai jenis pekerjaan, persiapan apa saja yang harus dilakukan dan cara untuk mencari bantuan (misalnya, dengan memanggil polisi, organisasi non-pemerintah, orang dewasa, dan sebagainya); Mengidentifikasi serta menunjukkan berbagai pilihan lain agar anak tidak bekerja, misalnya terus melanjutkan pendidikan, mencari pilihan karir yang berbeda, serta mencari peluang pelatihan. Menggugah kepekaan orang tua dan masyarakat Para guru menginformasikan kepada orang tua dan masyarakat tentang pekerja anak, dengan: Membangun kontak langsung dan memprakarsai diskusi dengan masyarakat; Menyiarkan informasi mengenai pekerja anak melalui program radio; Mengundang orang tua ke sekolah ketika masalah pekerja anak didiskusikan. Tindak lanjut Guru-guru melakukan kegiatan lanjutan untuk membantu anak-anak yang putus sekolah atau anakanak yang berencana untuk meninggalkan bangku sekolah, dengan meyakinkan mereka agar melanjutkan sekolahnya. Membuat jejaring informasi Para guru juga membuat jejaring informasi, sehingga para guru dari sekolah yang berbeda dapat berbagi informasi, bahan-bahan, serta pengalaman dari kampanye mereka. Melakukan pertemuan-pertemuan Staf administrasi dan guru bertemu secara berkala untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan serta untuk memastikan bahwa kegiatan berjalan dengan mulus. Hasil Kegiatan ini berhasil membangkitkan kesadaran para guru, anak-anak, dan orang tua akan masalah pekerja anak. Sebagian besar dari anak-anak yang terlibat dalam

65

kegiatan ini menyelesaikan kelas enam dan melanjutkan ke sekolah lanjutan. Hasil sukses ini pada dasarnya karena keterlibatan aktif para guru dalam kampanye melawan masalah pekerja anak.

Untuk memastikan adanya pelatihan bagi para guru. Untuk melibatkan masyarakat lokal dalam menjalankan sekolah, sehingga kebutuhan masyarakat tersebut terpenuhi. Metode

Menggerakkan para guru,, masyarakat, dan pemerintah Lokal dalam memerangi pekerja anak di Brazil

Program ini menangani masalah dengan menggerakkan sektor kunci di masyarakat, yakni warga, sekolah, serta pemerintah, untuk mengambil tindakan mengatasi masalah tingkat putus sekolah yang tinggi:

66

Latar belakang Setelah mengikuti Konferensi Jomtien di Thailand pada 1990, pemerintah kota Montes Altos, kota kecil di negara bagian Minas Gerais, Brazil melaksanakan program yang disebut “Lugar de Criança é na Escola” (“Tempat bagi anak-anak adalah sekolah”). Kota kecil ini telah lama memiliki tingkat putus sekolah yang tinggi serta tingkat kehadiran sekolah yang rendah. Hal ini terutama karena banyak anak yang harus meninggalkan sekolah untuk melakukan pekerjaan pertanian musiman selama panen kopi. Program ini disusun untuk mencegah anak-anak putus sekolah, terutama selama musim panen kopi. Tujuan Untuk memasukkan anak-anak usia sekolah ke sekolah dan mencegah mereka putus sekolah. Memastikan bahwa kondisi untuk pembelajaran dan untuk belajar memenuhi kebutuhan anakanak.

Aksi pada tingkat masyarakat Program ini melibatkan masyarakat lokal dalam rangkaian diskusi pendidikan untuk menginformasikan kepada mereka tentang program ini serta untuk mendapatkan dukungan dan komitmen mereka. Bila masyarakat menyadari betapa pentingnya penyelesaian masalah yang dihadapi oleh anak-anak, mereka akan menawarkan bantuan dengan berbagai cara yang berbeda: Relawan dari masyarakat membantu mengumpulkan data mengenai jumlah anak-anak yang putus sekolah; Staf Bank Brazil (Bank of Brazil) sepakat untuk bekerja pada hari Minggu untuk memproses data ini; Mahasiswa dan siswa sekolah lanjutan mengunjungi keluarga-keluarga dan berbicara dengan mereka tentang nilai-nilai pendidikan;

Masyarakat sepakat bahwa tak ada anak yang boleh memetik kopi selama panen tahun itu dan mereka harus tetap bersekolah; Asosiasi pengusaha, petani, dan pekerja menekankan pada para orang tua bahwa panen kopi akan dilakukan dengan teknologi yang lebih maju dan lebih banyak pekerja yang lebih berpendidikan akan dipekerjakan, sehingga pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masa depan anak-anak. Kegiatan para guru Para guru diberi pelatihan tentang isu pekerja anak sehingga mereka dapat mengintegrasikannya ke dalam kegiatan mengajarnya. Hal ini berarti memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi anak-anak untuk meningkatkan prospek masa depan mereka. Mengadakan pelatihan-pelatihan lanjutan untuk meningkatkan keterampilan manajemen kelas dan memastikan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Para guru melakukan pekerjaan tambahan, seperti mengadakan kelas remedial untuk anak-anak yang memiliki kesulitan pembelajaran. Para guru didorong dan dimotivasi untuk turut serta dengan aktif dalam program ini dengan membangun kontak langsung dengan anak-anak dan orang tua mereka. Dengan cara ini, mereka mampu memahami masalah yang dihadapi oleh keluarga dengan lebih baik dan mendukung pendidikan murid-murid mereka. Peran pihak pemerintah kota Pihak pemerintah meningkatkan anggaran pendidikan dari 25% menjadi 40% untuk mendukung program ini. Mereka memastikan bahwa semua biaya ikutan dari pendidikan, seperti makanan, transportasi, dan bahan-bahan materi sekolah, dibayar oleh pemerintah sehingga mereka tidak perlu ditanggung oleh orang tua. Karena makin banyak anak-anak yang didaftarkan ke sekolah, semakin besar fasilitas pendidikan yang diperlukan. Pihak pemerintah oleh karenanya membangun ruang kelas baru dan menyediakan fasilitas olah raga, rekreasi, dan kesenian untuk menyediakan hiburan bagi anak-anak demi peningkatan pemenuhan kebutuhan sekolah. Hasil Tingkat pendaftaran sekolah meningkat secara dramatis antara 1992 dan 1994. Tingkat putus sekolah dan ketidakhadiran pada 1994 menjadi hanya sepertiga dari jumlah yang terjadi pada 1992. Penduduk lokal menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Mereka sangat bangga pada fakta bahwa anak-anak berusia tujuh hingga 14 tahun kini bersekolah.

67

68

69

TOPIK 6 PEMBELAJARAN AKTIF DAN MENYENANGKAN

A. Apa itu Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan? Pembelajaran merupakan proses utama dalam pendidikan. Paradigma baru dalam pembelajaran adalah menempatkan peserta didik (siswa) sebagai pusat utama pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan potensi seluas-luasnya. Selain itu, guru harus mampu menjadikan pembelajaran sebagai proses interaksi dan komunikasi dua arah yang saling menghormati dan mendukung sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang dalam pijakan pengalaman yang menyenangkan. Untuk itu, pendidik dituntut untuk mampu berinisiatif mengembangkan model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan (active and joyful learning) bagi peserta didik.

70

Pembelajaran aktif dan menyenangkan menjadi kebutuhan utama. Dalam pembelajaran ini guru dituntut untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah siswa, menyenangkan, dan memungkinkan siswa dapat mengkespresikan pikiran, pengalaman, dan aktivitas lainnya tanpa merasa terpaksa. Tujuannya agar proses pembelajaran menjadi arena pembelajaran dan pengembangan potensi anak seluas-luasnya, sebaliknya bukan menjadi penjara bagi anak untuk belajar. Dengan penciptaan lingkungan belajar yang aktif dan menyenangkan anak tertarik dan merasakan kebutuhan untuk belajar tanpa merasa terpaksa. Model ini sangat menarik bila dikaitkan dengan kebutuhan mempertahankan anak untuk tetap belajar daripada mengikuti aktifitas di luar sekolah untuk bekerja. Hal penting lainnya, anak di dorong untuk rindu belajar baik ada atau tidak ada gurunya, sehingga keinginan belajar tumbuh dari dalam diri anak sendiri. Hal ini menjadi media strategis untuk mencegah anak ikut-ikutan bekerja, atau mencoba bekerja baik karena keinginan orang tua maupun coba-coba sendiri mengisi waktu di luar jam sekolah. Pengembangan model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dilakukan dengan memperhatikan berbagai hal5, yaitu : 1.

Motivasi. Pencapaian sesuatu tentu didasarkan pada motivasi, demikian juga dalam proses

5

Pembelajaran aktif dan menyenangkan, Presentasi Dr. Unifah Rosyidi pada acara Pelatihan PGRI, bekerjasama dengan ILO-EAST “Enhancing Capacity of PGRI to Combat Child Labour in Indonesia”, di Makasar, 24-28 Agustus 2008.

2.

3.

4.

pembelajaran. Motivasi yang biasa disebut dorongan atau kebutuhan, merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktifitas seseorang. Motivasi dapat berupa tujuan atau alat dalam pembelajaran. Lazimnya motivasi memiliki kaitan erat dengan minat. Motivasi dapat bersifat internal dapat juga bersifat eksternal. Perhatian pada pelajaran. Perhatian ini memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa tanpa adanya perhatian sulit bahkan tidak mungkin terjadi proses pembelajaran yang efektif dan optimal. Perhatian peserta didik terhadap pelajaran akan timbul apabila bahan pelajaran atau metode dan model pembelajarannya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Untuk menarik perhatian peserta didik, guru dapat menggunakan isyarat yang ekspresif dan sebagainya. Keaktifan dalam menerima dan mengingat pelajaran. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, mengolah informasi yang diterima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa transformasi. Anak mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Anak juga mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Sehingga prinsip pembelajaran pada tahap ini terletak pada diri peserta didik, dan pendidik perlu mencari model yang sesuai dengan tingkat dan kemampuan peserta didik. Keterlibatan langsung untuk menimba pengalaman. Dalam mencari ilmu melalui proses pembelajaran, siswa perlu terjun langsung dan melakukan sendiri semua aktifitas yang terkait dengan pembelajaran (Edgar Dale). Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung akan tetapi ia juga harus menghayati, terlibat langsung dalam proses tersebut, dana turut bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatgan siswa ini tidak sekedar keterlibatan fisik, akan tetapi lebih pada keterlibatan mental emosional, kegiatan kognitif dalam pencapaian

5.

6.

7.

dan perolehan pengetahuan, dan pembentukan ketrampilan. Reproduksi dan pengulangan. Keberhasilan dalam pembelajaran bukan sekedar dapat menyerap dan menerima informasi semata, akan tetapi ia juga harus mampu mereproduksi informasi tersebut sehingga memberikan manfaat. Bahkan ia hendaknya berlanjut pada menemukan informasi baru sebagai kelanjutan dari informasi sebelumnya, dan ini dapat dilakukan berulangulang. Mengerjakan latihan dan umpan baliknya. Dalam mengembangkan model pembelajaran, pendidik perlu memperhatikan untuk memberikan latihan kepada peserta didik, dan memberikannya umpan balik dari apa yang telah mereka lakukan. model ini diharapkan dapat mendorong semangat peserta didik untuk mendapatkan hasil yang optimal. Bila hasilnya baik, kiranya dapat dijadikan umpan balik yang menyenangkan sehingga berpengaruh baik pada ikhtiar berikutnya. Dalam model ini, peserta didik diberikan penguatan melalui latihan, dan umpan balik sehingga benar-benar menguasai materi. Perbedaan individual. Perlu diingat bahwa bila pendidik menghadapi 20 siswa dalam kelas, sesungguhnya pendidik itu menghadapi kelas dan 20 siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karena aitu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh pendidik dalam prinsip pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang diberlakukan di sekolah selama ini kurang memberikan perhatian pada maslaah perbedaan individual, sehingga hasilnya tidak maksimal dan kurang dapat dipertanggung jawabkan.

(Pengembangan model ini akan lebih baik dicantumkan sumbernya) !

B. Program Pendidikan Transisi Konsep Pendidikan Transisi6

Darwin telah lulus SD dan berusia 17 tahun. Darwin bekerja sebagai awak kapal di Pangkalan Berandan, Sumatera Utara. Ia belum berpengalaman tentang cara mengoperasikan kapal pukat ikan sehingga ia sering dicaci maki oleh kapten kapal. Setelah bekerja selama tiga bulan, ia dipanggil oleh orang tuanya yang melarang dirinya untuk bekerja di kapal. Namun, ia sudah tidak memiliki minat untuk kembali ke sekolah dan tidak punya kegiatan yang dapat dilakukannya.

Apakah yang akan anda lakukan agar Darwin tertarik untuk meneruskan sekolah ke jenjang berikutnya? Bagi anak-anak yang sudah lama meninggalkan bangku sekolah, tentu tidak mudah untuk mengkikuti pelajaran di sekolah. Apalagi bagi anak-anak yang sudah bekerja seperti Darwin. Pengalaman bekerja dan susahnya mencari uang membuat sekolah menjadi tidak menarik dan tidak penting. Apalagi bila sekolah tidak dapat menjawab kebutuhan mereka. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk memberikan persiapanpersiapan sebelum anak kembali belajar baik di sekolah maupun di pendidikan nonformal. Persiapan-persiapan kepada anak-anak inilah yang biasa dikenal sebagai PENDIDIKAN TRANSISI. Pendidikan transisi adalah model pendidikan peralihan yang bertujuan untuk menyiapkan berbagai persiapan memasuki lembaga pendidikan formal atau non formal dan bentuk pelayanan pendidikank untuk mencegah 6

Panduan Penyelenggaraan Program Pendidikan Transisi untuk Mencegah dan Menarik Pekerja Anak, Depdiknas dan ILO, 2008

71

anak-anak yang rawan putus sekolah agar tetap bertahan bersekolah atau yang sudah putus sekolah untuk kembali bersekolah. Memasuki lembaga pendidikan formal atau nonformal memerlukan persiapan yang memadai, apalagi bagi pekerja anak atau anak putus sekolah, dan merupakan kesulitan tersendiri karena beberapa hal diantaranya : Perbedaan usia, perbedaan pengalaman hidup, dan kebiasaan sehari-hari Masalah psikis dan sosial seperti masalah kepercayaan diri yang rendah, perilaku antisosial, dan menurunnya minat belajar Masalah-masalah akademik yang perlu dipersiapkan seperti keterampilan belajar, keterampilan berhitung, keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis Mempersiapkan upaya mencapai kompetensi yang ditetapkan dan akan ditemui di sekolah selanjutnya seperti matematika, bahasa Inggris, fisika dan biologi Masalah pengaturan waktu, serta masalah sosialisasi perlu mendapat perhatian serius karena pekerja anak sudah banyak yang sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan sekolah

72

Bentuk pendidikan transisi untuk mengatasi permasalahan tersebut disebut dengan pendidikan Bridging (Bridging Course). Pendidikan transisi juga bertujuan untuk mengantisipasi tingkat drop-out di sekolah karena kesulitan menguasai kompetensi yang ditetapkan sekolah selama mengikuti pelajaran. Bentuk pendidikan transisi untuk mencegah anak putus sekolah disebut dengan pembelajaran remedial. Secara singkat pendidikan transisi adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya-upaya mempersiapkan anak untuk kembali ke sekolah dan belajar, serta mempertahankan mereka di bangku sekolah agar tidak putus sekolah.

C. Model-Model Pembelajaran Belajar akan efektif manakala peserta didik terlibat langsung mengalami, merasakan dan melakukan aktivitas di lingkungan belajarnya. Pemberian kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat, memegang, merasakan dan mengaktifkan lebih banyak indera yang dimilikinya serta mengekspresikan diri akan membangun pemahaman pengetahuan, perilaku dan keterampilannya. Kemampuan guru dalam mengkondisikan situasi belajar ke dalam pengalaman belajar dapat merangsang rasa ingin tahu dan kepekaan indera siswa. Aktivitas yang perlu disiapkan guru dalam pembelajaran adalah melibatkan mental siswa secara aktif melalui beragam kegiatan, seperti kegiatan mengamati, meraba, bertanya, mempertanyakan, menjelaskan, berkomentar, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dan sejumlah kegiatan mental lainnya. Intervensi guru yang terlalu banyak akan menghambat daya eksplorasi siswa dalam memahami dan mengkonstruk pengetahuan yang tengah dipelajari. Salah satu Model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan khususnya untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), adalah Model Pembelajaran Terpadu. Paling tidak, terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang relevan digunakan dalam pembelajaran yaitu7: (1) Model Terkait (connected), (2) Model Jala (webbing), dan (3) Model Terpadu (integrated). (1)

Jika anda berhasil mengajak Darwin untuk kembali ke sekolah dan menamatkan jenjang SMP, apakah yang anda persiapkan untuk Darwin sebelum ia mengikuti pelajaran di sekolah?

Model Terkait Model ini menitikberatikan pada hubungan yang eksplisit dari masing-masing bidang studi baik bersifat inter maupun antar bidang studi. Keterkaitan konseptual antar bidang studi tersebut dapat berupa: (a) satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, (2) satu konsep dengan konsep yang lain, (3) satu ketrampilan dengan ketrampilan yang lain, dan (4) pekerjaan hari ini dengan pekerjaan hari selanjutnya. Keberhasilan model ini sangat bergantung dari kemampuan dan kejelian guru dalam membuat hubungan atau kaitan yang bermakna secara luas dari materi kurikulum dalam suatu bidang studi. Model Pembelajaran Jala Keberhasilan model ini ditentukan oleh kemampuan guru dalam meramu tema atau topik tertentu. Tema atau topik merupakan ramuan dari beberapa pokok bahasan yang ada

7

Rosyidi, op.cit.

dalam kurikulum, atau sub pokok bahasan dari beberapa bidang studi atau merupakan peristiwaperistiwa penting yang tengah terjadi pada saat pembelajaran berlangsung atau konsep yang dinilai penting diketahui anak. Model ini memungkinkan terjadinya penguatan konsep, ketrampilan, materi, sikap dari berbagai bidang studi. (2)

Model Terpadu Model ini bersifat kompleks dan membutuhkan kerjasama antar guru bidang studi guna memetakan konsep, prinsip, ketrampilan, kemampuan anak atau sikap yang perlu ditumbuhkembangkan dan saling tumpang tindih dalam suatu kurikulum. Model ini berangkat dari pengkajian kurikulum dengan mengutamakan pokok-pokok bahasan yang diprioritaskan dan saling tumpang tindih dari beberapa bidang studi. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam setiap model pembelajaran ini adalah: a. Mengkaji kurikulum. Guru melihat konsep, prinsip, skap, ketrampilan dan kemampuan lain dari suatu kurikulum yang meliputi lebih dari dua bidang studi yang mendapat prioritas dan tumpang tindih untuk dkembangkan sebagai materi pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan oleh tim guru yang terdiri dari beberapa bidang studi. Mengkaji sumber pembelajaran b. c. -

-

D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Berkaitan dengan pembelajaran aktif dan menyenangkan, guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk belajar, serta mengarahkan siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam setiap proses pembelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan materi semata, tetapi ada peran serta atau keterlibatan dari siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, misalnya metode pembelajaran dengan menggunakan lagu, permainan, drama, diskusi, ataupun dengan melakukan karyawisata. Berikut ini disajikan beberapa contoh metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, antara lain8:

Pembelajaran dengan menggunakan lagu Orang senang menikmati lagu karena lagu dapat membuat mereka merasa gembira dan rileks. Belajar dalam suasana yang gembira dapat meningkatkan kemampuan siswa karena tanpa mereka sadari mereka belajar pengetahuan. Lagu membuat mereka lebih mudah mengingat kata-kata dalam lagu tersebut.

Merancang pembelajaran Menentukan kegiatan belajar, tujuan, materi, waktu, strategi dan evaluasi pembelajaran. Merancang skenario pembelajaran

Tujuan penggunaan lagu adalah untuk mengantarkan para siswa pada tingkat dimana mereka bisa memahami pesan dalam lagu dan menceritakannya kembali menggunakan kata-kata mereka sendiri.

Melaksanakan Pembelajaran Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun dan melakukan evaluasi kegiatan belajar dan mengajar. Salah satu contoh model pembelajaran terpadu adalah model pembelajaran holistik.

Berikut ini beberapa cara sederhana untuk mengajarkan lagu : (Khusus digunakan dalam pengajaran Bahasa asing / Bahasa Inggris) a.

Terjemahan Terjemahkan teks ke dalam Bahasa Indonesia. Cara ini cocok untuk lagu yang bahasanya sulit. Untuk mengetahui pemahaman siswa, minta mereka menjodohkan terjemahan dengan lirik lagu yang diterjemahkan.

b.

Teks dengan Rumpang Tulis teks lagu di papan, poster atau hand-out, tapi dengan kata atau frasa kunci yang dihilangkan. Siswa harus menemukan kata/frasa yang hilang saat mereka mendengarkan lagu. Pada teks yang sulit, hilangkan beberapa kata yang mudah. Untuk teks yang sederhana, jumlah kata yang dihilangkan bisa ditambah.

8

Asyik Belajar Dengan Pakem: Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD-MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP-MTS), Managing Basic Education, USAID, November 2006

73

i. c.

74

Pertanyaan Pengarah Tulis pertanyaan pengarah (focus questions) di papan atau di lembar kerja untuk memandu kegiatan pelajaran listening. Pada kelas pemula, gunakan Wh-questions. Dengan cara ini, pertanyaan-pertanyaan akan berisi kata-kata dalam teks dengan urutan yang sama dengan urutan dalam teks yang mereka dengar.

d.

Pernyataan Benar Salah Pada teks yang lebih sulit, gunakan pernyataan true – false atau pertanyaan pilihan. Ini akan memudahkan siswa menghasilkan kembali hampir seluruh teks setelah mereka mendengarkan lagu tertentu. Jika ada lebih dari dua atau tiga pernyataan atau pertanyaan, maka sebelumnya pertanyaan atau pernyataan tersebut sebaiknya ditulis di papan atau poster.

e.

Menemukan dan Membetulkan Kesalahan Guru melakukan beberapa perubahan pada lirik lagu. Beberapa kata bisa ditulis dengan ejaan yang salah, atau diganti dengan kata lain yang bunyinya sama (e.g. dying dengan lying, maybe dengan baby, eyes dengan ice, dll). Siswa mendengarkan lagu, mengidentifikasi dan membetulkan kesalahankesalahan yang ditemukan.

f.

g.

h.

Jigsaw Listening Siapkan teks yang sudah ‘di-jigsaw’ sebelum diperdengarkan. Kata-kata dalam kalimat diacak atau urutan kalimat diubah. Cara yang kedua lebih baik untuk lagu atau puisi yang panjang. Kegiatan mendengarkan lagu berfungsi untuk mengecek jawaban. Teks yang Menghilang Tempel seluruh teks di papan. Siswa-siswa membaca teks lagu tersebut ketika mereka mendengarkan lagu. Setelah itu mereka bernyanyi atau membacanya. Kemudian, satu atau dua kata, kemudian beberapa kata lagi dihapus dan dinyanyikan tanpa bantuan. Akhirnya sebagian besar teks atau semua dihapus/diambil dari papan. Siswa terus menyanyi. Kegiatan ini merupakan cara yang menyenangkan dan menantang untuk menghafal teks lagu. Memperluas Kosa kata Buat daftar sekelompok kata yang diambil dari lagu termasuk pengecohnya (distractor). Siswa mendengarkan lagu dan melingkari kata-kata yang dipergunakan dalam lirik lagu. Kegiatan ini dapat dipergunakan sebagai kegiatan awal (pemanasan) agar siswa siap dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lagu

Gabungan beberapa cara Gabungkan dua teknik atau lebih. Contoh: sebuah teks mungkin secara bergantian barisnya dikosongi atau diacak. Atau gabungan lain, jigsaw listening dipergunakan dan pada saat yang sama siswa harus menemukan beberapa perubahan pada lirik lagu tesebut

Hal yang paling utama adalah menggunakan kegiatan yang variatif setiap saat guru mengenalkan lagu baru untuk membuat kegiatan lebih menyenangkan.

Gambar 2.1 Teknik Mengajar Lagu Contoh lagu sederhana : DOE – RAY – ME Doe, a deer a female deer Ray, a drop of golden sun Me, a name I call myself Far, a long, long way to run Sew, a needle pulling threads La, a note t follow sew Tea, a drink with jam and bread And that brings us back to doe, doe, doe, doe Doe, ray, me, far, sew, la, tea, doe, doe, doe Lagu tentang pekerja anak : SORE TUGU PANCORAN Si Budi kecil kuyup menggigil Menahan dingin tanpa jas hujan Di simpang jalan tugu Pancoran Tunggu pembeli jajakan koran Menjelang Maghrib hujan tak reda Si Budi murung menghitung laba Surat kabar sore dijual malam Selepas Isya melangkah pulang Reff : Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu Si Budi sibuk siapkan buku Tugas dari sekolah selesai setengah Sanggupkan si Budi diam di duas sisi Karangan dan lagu : Iwan Fals Dalam album : “Best of the best Iwan Fals”

Pengajaran kosakata melalui membaca (reading) Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam memahami bacaan atau teks dalam bahasa Inggris. Berikut ini adalah salah satu meningkatkan partisipasi siswa pada pelajaran membaca. Bacaan yang akan dibahas adalah tentang Computer. Guru memulai pelajaran dengan menuliskan kata komputer di papan tulis. Kemudian para siswa diminta untuk menuliskan kata-kata yang terkait dengan komputer. Setiap kata yang benar dilingkari dan dihubungkan ke kata ‘Computer’. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi sebanyakbanyaknya hal-hal yang telah diketahui siswa tentang topik yang dimaksud dan membangun background knowledge. Selanjutnya para siswa diminta membuat kelompokkelompok yang terdiri atas 4 siswa. Setiap kelompok kemudian menerima teks berjudul ‘Computer’. Tugas masing-masing kelompok adalah mencari sepuluh kata-kata sulit selama tujuh menit. Setelah didapat, katakata tersebut diputar ke kelompok lain. Masing-masing kelompok mengartikan kata-kata sulit yang ditemukan kelompok lain yang selama sepuluh menit. Setelah selesai, kata-kata sulit yang telah diartikan tersebut diputar lagi ke kelompok lain. Masing-masing kelompok meneliti apakah arti yang telah diberikan kelompok sebelumnya sudah betul atau sudah lengkap atau belum kemudian membetulkan atau melengkapinya. Salah satu kelompok ditunjuk untuk membacakan kata-kata sulit beserta artinya dan kelompok lain menambahkan kata-kata yang belum dibacakan. Setelah

selesai, dikembalikan ke kelompok pemiliknya. Semua siswa membaca teks bacaan lagi untuk memahami isi teks. Secara acak siswa ditunjuk maju membacakan beberapa bagian dari teks yang baru dibahas sekaligus terjemahannya. (Teks yang dibaca adalah milik guru yang masih belum ada terjemahannya). Siswa diberi PR untuk menerjemahkan teks tersebut secara individual.

Pengajaran dengan menggunakan permainan ‘Guessing Game’ atau permainan tebakan adalah salah satu teknik yang dapat dilakukan agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Tujuan

permainan tebakan disini adalah untuk membangun kosa kata siswa dan juga dapat membuat siswa berani berkomunikasi. Berikut adalah contoh pembelajaran dengan tema ‘Profession’ dan teks yang dipelajari adalah teks deskriptif. Pertama, siswa diajak untuk Tanya jawab dengan guru tentang profesi orang tua mereka. Teacher Student

: I am a teacher. What is your father? : He is a farmer

Kemudian guru menunjukkan gambar berbagai profesi, siswa menyebutkan nama profesi dan dilanjutkan dengan menyebutkan kosakata yang ada hubungannya dengan profesi. Dengan dibimbing oleh guru, siswa menyebutkan ciri-ciri profesi. Misalnya, teacher: brings book and chalk, teachs student, dsb. Dari ciri-ciri tersebut dibuatlah contoh deskripsi tentang suatu profesi, dan siswa menebak profesi yang dideskripsikan. Berikutnya siswa membuat teks deskripsi tentang profesi berdasarkan contoh tadi dan siswa lain menebaknya. Setiap tebakan diikuti Tanya jawab tentang alasan yang mendasari tebakan tersebut. Di akhir pelajaran, para siswa dapat mendiskusikan profesi orang tua masing-masing yang diberikan sebagai pekerjaan rumah. Pada dasarnya, teknik ini bisa diterapkan untuk tema lain, misalnya family life, animals, plants dan sebagainya.

75

Pembelajaran melalui drama

76

Pembelajaran melalui drama merupakan salah satu metode pembelajaran yang menarik yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Dalam lampiran 2 disajikan contoh drama yang merupakan pengadaptasian dari drama yang dimainkan oleh anak-anak sekolah sebagai bagian dari teater keliling yang diorganisasikan oleh ANPPCAN.9 Drama dapat dimanfaatkan sebagai media penyadaran publik. Bentuk drama dengan tema pekerja anak dan pendidikan dapat membantu menjelaskan kepada anak-anak dan masyarakat luas tentang masalah pekerja anak, faktor penyebabnya, bahaya-bahaya dan dampak

9

ANPPCAN (African Network for the Prevention and Protection against Child Abuse and Neglect) merupakan suatu jejaring negara-negara Pan Afrika yang bertujuan untuk mempromosikan hak-hak anak dan perlindungan terhadap anak-anak. Informasi lebih lanjut mengenai organisasi ini dapat dilihat di http://www.anppcan.org/

negatifnya terhadap tumbuh-kembang anak. Anak-anak dapat menampilkan drama ini dan drama lain dengan tema yang relevan di sekolah dan luar sekolah, sebagai usaha meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu pekerja anak. Setelah pertunjukan selesai, bapak/ibu guru dapat melanjutkan dengan diskusi bersama baik para pemain maupun penonton. Diskusi ini mendialogkan masalah yang diangkat dalam drama ini, pemain dan menonton memberikan pendapat/ide-ide tentang cara mengatasi masalah pekerja anak. Di akhir diskusi, bapak/ibu guru membantu menyimpulkan hasil dari pertunjukan dan diskusinya.

Pembelajaran melalui karyawisata Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan juga dapat dilakukan melalui karyawisata. Para siswa akan merasa senang mengikuti kegiatan ini, dan tanpa disadari, mereka dapat memperoleh pengetahuan baru yang mereka dapatkan ketika mereka melakukan karyawisata. Kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien tidak akan lepas dari cara atau metode mengajar yang diterapkan oleh seorang guru, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah menguasai materi yang diajarkannya dan mampu mengajarkannya. Ini berarti selain menguasai materi guru juga harus mampu menyampaikan materi tersebut secara baik sehingga siswa dapat menyerap materi yang akan disampaikan dengan baik pula. Ciri pengajaran yang berhasil salah satu diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan belajar siswa makin tinggi pula peluang berhasilnya pengajaran. Keaktifan siswa belajar sangat diperlukan baik didalam maupun di luar kelas, tanpa aktivitas belajar, pengajaran tidak akan memberikan hasil yang baik. Keberhasilan siswa belajar itu tidak hanya sekedar berhasil belajar, tetapi keberhasilan yang ditempuhnya dengan belajar aktif. Belajar dengan aktif dapat menyebabkan ingatan kita mengenai yang kita pelajari itu lebih lama dan pengetahuan kita menjadi lebih luas dibandingkan dengan belajar pasif.

Guru yang profesional akan mampu memberikan motivasi bagi anak didiknya dalam proses belajar mengajar. Peningkatan motivasi belajar tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui metode karya wisata. Metode ini dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk memberikan suasana baru bagi anak didik. Hal ini diterapkan karena untuk mengaplikasikan pelajaran yang didapat oleh siswa dalam kelas ke alam bebas terbuka. Kegiatan belajar siswa melalui metode ini akan mendorong siswa agar lebih mencintai alam semesta yang ia pijak serta menemukan konsep-konsep pokok dari suatu materi pembelajaran dan mencoba memikirkan hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan metode karya wisata harus didukung adanya kerjasama antara guru dan siswa. Maksudnya guru harus mampu memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan metode karya wisata ini, dan bagi siswa harus memiliki sikap yang positif terhadap pemberlakuan kebijaksanaan tersebut. Sikap adalah cenderung relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Jadi dengan adanya sikap yang positif dari siswa terhadap pengajaran dengan metode karyawisata diharapkan dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

77

78

79

TOPIK 7 AKSI-AKSI PENGHAPUSAN PEKERJA ANAK MELALUI PENDIDIKAN

A. Pekerja anak : ”sebuah konteks” Di seluruh dunia, anakanak dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang membahayakan mereka, baik secara psikologis maupun fisik, serta merebut masa kanak-kanak mereka. Pekerja anak adalah pekerjaan yang merusak serta berbahaya bagi anak-anak, melanggar hukum internasional dan peraturan perundangundangan nasional. Pekerja anak mencakup t l fisik, ik pekerjaan dan kegiatan yang secara mental, maupun sosial berbahaya atau secara moral dapat merusak anak-anak. Pekerja anak adalah pekerjaan yang mencabut anak-anak dari sekolah atau menuntut anakanak menanggung berbagai beban sekolah sekaligus pekerjaan.

80

Pekerja anak dapat meliputi pekerjaan yang memperbudak anak-anak, memisahkan mereka dari keluarga mereka serta menempatkan mereka dan keluarga mereka ke dalam lingkaran kemiskinan dan serba kekurangan. Pekerja anak semakin mengancam kesinambungan pembangunan serta merampas salah satu sumber daya terpenting suatu negara: sumber daya manusia. Pada 1992, ILO meluncurkan Program Internasional untuk Penghapusan Pekerja Anak (International Programme on the Elimination of Child Labour atau IPEC) guna menyediakan kerja sama teknis bagi Negara-negara anggota ILO untuk mencari jalan keluar bagi masalah pekerja anak. IPEC merupakan program penghapusan pekerja anak tingkat dunia yang terbesar. IPEC memberi inspirasi, memandu, serta mendukung prakarsa tingkat nasional dan regional untuk menghapus pekerja anak. Dasar dari aksi ini adalah keinginan politis serta komitmen masing-masing pemerintah untuk mengatasi masalah pekerja anak. IPEC menerapkan strategi multi-sektoral dan bertahap yang memotivasi para mitra untuk mengakui adanya pekerja anak serta untuk melakukan aksi nyata mengatasi pekerja anak. Kesinambungan aksi mengatasi masalah pekerja anak dibangun dengan menekankan pada rasa kepemilikan program-program ini oleh pemangku kepentingan di masing-masing negara. IPEC bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya dengan beberapa cara: melalui program-program di berbagai negara yang mendukung reformasi kebijakan; meningkatkan kapasitas institusi dan melaksanakan

berbagai kegiatan nyata untuk mengakhiri pekerja anak; serta melalui peningkatan kesadaran dan menggerakkan para pihak guna mengubah perilaku sosial dan mendorong ratifikasi serta pelaksanaan ko konvensi ILO tentang pekerja anak dengan efekif. IPE bekerja untuk mewujudkan penghapusan IPEC se semua bentuk pekerja anak, memberikan pe perhatian khusus pada anak-anak yang masih be berusia sangat muda, mereka yang bekerja dalam sit situasi tersembunyi, anak-anak perempuan, dan an anak-anak yang rentan. Konvensi ILO Nomor 182 me menekankan pada penghapusan secara cepat be bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. IPE juga mendukung organisasi mitra dalam IPEC pe pengembangan dan penerapan berbagai cara un untuk mencegah pekerja anak dan menarik anakan dari pekerjaan yang berbahaya dan dalam anak me memberikan layanan rehabilitasi dan reintegrasi so sosial untuk pekerja anak yang telah ditarik serta me menawarkan pilihan-pilihan untuk mereka dan kelu keluargamya. Pendidikan merupakan sarana penting untuk dapat meraih tujuan-tujuan ini dan menjadi inti kegiatan IPEC sejak program ini dilaksanakan. Sejarah telah menunjukkan bagaimana pendidikan dapat menjadi sarana yang mampu mengakhiri pekerja anak, melahirkan angkatan kerja terampil, serta mendukung pembangunan yang berdasar pada prinsip-prinsip keadilan sosial. ILO mendukung Education for All (EFA) atau Pendidikan untuk Semua dalam konteks kampanye pekerjaan yang layak (decent work), tak hanya sebagai sarana untuk memerangi masalah pekerja anak, tapi juga sebagai bagian dari tugas ILO untuk mengembangkan keterampilan kerja dan pelatihan kecakapan, untuk meningkatkan status para guru dan untuk memperjuangkan hak individu mereka serta hak organisasi para guru. Melalui kerja sama teknis dan dialog kebijakan, IPEC bertujuan mempengaruhi kebijakan pendidikan nasional sehingga sistem pendidikan mampu mencegah anak-anak memasuki dunia kerja di usia dini. Serta, agar sistem pendidikan ini lebih tanggap terhadap kebutuhan anak yang telah ditarik dari pekerjaan yang berbahaya.

Manfaat Pendidikan Keuntungan bagi perorangan: • Meningkatnya kesempatan untuk menemukan lapangan kerja yang berupah dan/atau upah yang lebih tinggi. • Sebagai suatu cara mencapai mobilitas ekonomi dan sosial untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan.

B. Penghapusan Pekerja Anak Melalui Pendidikan Pendidikan non-formal

Pendidikan non formal di Indonesia berbeda dengan pendidikan non formal yang banyak dipahami oleh negara-negara lain. Banyak negara memahami bahwa pendidikan non formal adalah pendidikan peralihan yang memungkinkan mantan pekerja anak untuk “mengejar” teman-teman sebaya mereka yang memulai sekolah pada usia yang sesuai. Sedangkan di Indonesia, pendidikan non formal adalah pendidikan kesetaraan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui jalur pendidikan non formal ataupun informal. Pendidikan non formal dan informal di Indonesia lebih dikenal dengan pendidikan kesetaraan yang terdiri dari tiga program paket, yaitu Paket A untuk progam pendidikan dengan jenjang setara SD, Paket B untuk program pendidikan setara SMP dan Paket C untuk program pendidikan setara SMA. Berbeda

Keuntungan bagi masyarakat: • Menekan angka kelahiran. • Partisipasi politik yang lebih efektif. • Melimpahnya pengetahuan, misalnya peningkatan kesehatan perorangan/ keluarga, kesejahteraan, dan pemahaman terhadap hak asasi manusia. • Nilai intrinsik pendidikan sebagai hak dasar dan masyarakat yang lebih berpendidikan. • Angkatan kerja yang lebih terampil serta lebih bermutu untuk berkiprah dalam perekonomian yang semakin kompetitif.

dengan pendidikan formal, pendidikan non formal diselenggarakan bukan di sekolah, melainkan di Sanggar Kegiatan Belajar/SKB (milik pemerintah), Pusat Kegiatan Belajar Mengajar/PKBM (milik non pemerintah seperti LSM) ataupun belajar di rumah (home schooling). Sesuai namanya, maka sistem pendidikan dengan jalur ini menggunakan pendekatan non formal dimana setiap lembaga pelaksana program paket ini dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya dan tetap mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga, lulusan pendidikan program paket ini diakui setara dengan jalur pendidikan formal. Pengalaman di Indonesia dalam menarik pekerja anak agar dapat kembali bersekolah melihat bahwa jalur pendidikan non formal adalah jalur yang paling diminati oleh anak-anak mantan pekerja anak. Hal ini disebabkan karena fleksibilitas pendidikan non formal seperti waktu belajar yang dapat ditentukan sesuai dengan kondisi anak serta tidak ada batasan usia bagi seseorang untuk mengikuti program paket tersebut. Sehingga, anak-anak yang sudah lama putus sekolah SD dan sudah terlalu tua untuk mengikuti pendidikan formal di SD seperti usia 17 tahun dapat kembali bersekolah di pendidikan non formal dengan mengikuti program paket A. Beragam usia dan latar belakang dari program pendidikan non formal membuat anak-anak ini tidak merasa terisolasi dan berbeda dengan teman-teman nya. Selain jalur pendidikan non formal seperti program paket, salah satu program pendidikan non formal yang diberikan kepada para mantan pekerja anak adalah program keaksaraan. Serupa dengan program paket, program keaksaraan juga diberikan di SKB ataupun PKBM. Pengalaman IPEC di Indonesia, mayoritas anakanak yang bekerja di jalan belum dapat membaca dan menulis dengan lancar. Sehingga, program keaksaraan

81

menjadi strategi intervensi utama yang diberikan kepada anak-anak tersebut sebelum mereka dapat belajar kembali baik melalui jalur pendidikan formal ataupun non formal.

Program Pendidikan Transisi

82

Pengalaman IPEC di Indonesia melihat bahwa mantan pekerja anak membutuhkan proses adaptasi agar dapat kembali ke lingkungan belajar, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Proses adaptasi ini disebut sebagai program pendidikan transisi. Pengalaman IPEC di Indonesia, terdapat dua macam program pendidikan transisi yaitu : (1) Program pendidikan Bridging Course atau Pendidikan Penjembatan; dan (2) Program pendidikan Remedial. Pelatihan manajemen Program (usia 15 -18 tahun) pendidikan Bridging Course adalah Pelatihan kerja/keterampilan program (usia 14 -18 tahun) pendidikan yang Pelatihan pra -kerja diberikan (usia 11 -14 tahun) kepada mantan Pendidikan peralihan pekerja anak (usia 8 -13 tahun) yang putus sekolah Pendaftaran langsung atau sudah (usia 5 -11 tahun) lama tidak bersekolah baik di Pendidikan usia dini sekolah formal masa kanak -kanak maupun non formal agar dapat beradaptasi kembali ke situasi belajar melalui pemberian materi akademik dan non akademik, tergantung kebutuhan anak. Beberapa pengalaman di lapangan memfokuskan program Bridging Course lebih kepada penguatan dan peningkatan kemampuan baca tulis serta keterampilan belajar anak seperti keterampilan berkomunikasi termasuk menjadi anak yang asertif, dan meningkatkan keterampilan sosial anak seperti kemampuan bekerjasama dalam kelompok dan kepemimpinan mereka. Sehingga, pada saat mereka kembali belajar bersama anak-anak lain di sekolah, mantan pekerja anak ini memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kegagalan mantan pekerja anak di sekolah disebabkan tidak hanya kelemahan mereka di bidang akademik, tetapi juga karena ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan sistem sekolah. Oleh karena itu, program pendidikan Bridging Course diharapkan dapat menjembatani kebutuhan para mantan pekerja

anak agar mereka dapat beradaptasi dengan sistem lingkungan belajar mereka yang baru. Program pendidikan remedial lebih ditujukan untuk mencegah agar anak-anak tidak putus sekolah dan menjadi pekerja anak. Sehingga, program ini lebih menekankan kepada materi akademik dibandingkan materi non akademik. Berikut dibawah ini adalah strategi penangan pelayanan pendidikan sesuai dengan usia anak yang dipindahkan berdasarkan pengalaman Internasional. Menyesuaikan strategi penanganan agar sesuai dengan usia anak yang dipindahkan

18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2

Sementara, IPEC Indonesia memiliki strategi penanganan sebagai berikut meskipun untuk kebanyakan mantan pekerja anak, usia mereka tidak selalu sesuai seperti yang digambarkan dalam diagram ini terutama untuk program pendidikan non formal (paket).

Pendidikan Transisi (usia 10 – 17 )

18 17 16

SMA/PAKET C/ Pelatihan keterampilan (usia 1 5-18 tahun)

15 14 13

SMP/PAKET B/ Pelatihan pra -Keterampilan (usia 12-15 tahun)

12 11 10

SD/ Paket A (usia 7-13 tahun)

9 8 7

Program Keaksaraan (usia 5 – 17 tahun)

6 5 4

Pendidikan usia dini /TK (usia 3 – 6 tahun)

3

Program Pendidikan untuk Pencegahan Pekerja Anak melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Deskripsi Singkat Berbagai informasi dari LSM di Jawa Timur mengungkapkan bahwa Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu wilayah rentan perdagangan anak. Situasi rawan perdagangan anak ini disebabkan oleh berbagai macam faktor ekonomi maupun sosio-kultural, seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan dan rendahnya kesadaran mengenai pentingnya pendidikan. Ditengarai banyak anak perempuan putus sekolah di tingkat SMP dan menikah di usia muda (kurang dari 15 tahun). Yayasan Hotline Indonesia (YHS) bekerja sama dengan ILO-IPEC melaksanakan suatu program aksi untuk mencegah perdagangan anak di Kabupaten ini melalui kegiatan peningkatan penyadaran dan memperkuat kapasitas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, yaitu PKBM Jenggirat Tangi di Desa Licin. PKBM ini dibentuk untuk pencegahan perdagangan anak yang sudah dirintis oleh YHS dan ILO-IPEC dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan bantuan pendidikan, seperti Kejar Paket B bagi anak-anak usia sekolah yang telah putus sekolah dan Keterampilan Kerja untuk anak-anak usia 15 hingga 17 tahun yang telah putus sekolah. YHS memfasilitasi peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia PKBM dalam mengelola kegiatan. Kegiatan Utama dan Hasilnya Pendidikan non-formal (Program Kejar Paket B). Pelaksanaan pendidikan difasilitasi oleh tutor yang direkrut dari kalangan remaja/ibu-ibu setempat. PKBM bekerja sama dengan Bagian Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan Kabupaten memberikan pelatihan bagi tutor untuk melaksanakan Program Kejar Paket B. Program ini terdiri dari 12 mata pelajaran yang diberikan oleh 6 tutor. Waktu penyelenggaraan disesuaikan dan didasarkan kesepakatan bersama warga belajar. Selain Kejar Paket B untuk anak-anak, PKBM juga mendampingi satu kelompok belajar orang dewasa/usia lanjut untuk mengikuti Keaksaraan Fungsional dengan dana dari pemerintah daerah. Faktor Keberhasilan Masyarakat memberikan dukungan pada PKBM, antara lain dengan meminjamkan tempat/ruangan. Kelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Lembaga Lokal Syifa Un’Nisa turut mengelola PKBM dan mendampingi para remaja dalam menyelenggaraan kegiatan yang dilakukan oleh PKBM. Remaja di lingkungan setempat mempunyai rasa memiliki dan menunjukkan komitmen yang tinggi dengan ikut serta dalam pengelolaan kegiatan PKBM di lingkungan masing-masing. Hal ini dikarenakan mereka

83



sejak awal dilibatkan dalam penentuan tempat dan waktu penyelenggaraan kegiatan, pengelolaan uang kas, serta pelaksanaan kegiatan. Kegiatan PKBM di masing-masing lokasi diberikan dengan jadwal yang fleksibel, sesuai dengan waktu luang peserta. Dalam menentukan waktu, tutor dan peserta (baik laki-laki maupun perempuan) berdiskusi dan memberikan masukan sesuai dengan situasi dan kondisi mereka. Proses ini sendiri merupakan suatu bentuk pembelajaran demokratis dan berfungsi membuka komunikasi dialogis antara tutor dengan peserta.

Pelatihan kerja dan pelatihan keterampilan

84

Untuk mempersiapkan mereka guna menjadi pekerja terampil dan guna mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan, komponen pelatihan kerja dan keterampilan program ILO-IPEC yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja lokal, telah memberikan keterampilan praktis bagi anak-anak yang berusia di atas usia minimum ketenagakerjaan yang legal dan yang telah memperoleh keterampilan baca-tulis dan berhitung. Pelatihan keterampilan teknis atau kemampuan dasar baca-tulis keduanya sangat berkaitan erat dan kedua-duanya harus diberikan kepada anak. Keterampilan baca-tulis serta berhitung merupakan prasyarat bagi berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan kerja bagi para remaja. Sebaliknya, pelatihan keterampilan praktis dapat berkontribusi pada kelancaran membaca, menulis, dan matematika. Ada perbedaan penting antara pelatihan pekerjaan formal bagi anak-anak yang lebih tua, yang normalnya berjangka waktu lebih panjang dan terkait secara sistematis dengan program magang, dengan pelatihan pra-kerja non-formal dengan durasi yang lebih pendek. Program pelatihan kerja yang formal menuntut pengawasan ketat oleh orang dewasa dan tempat kerja yang layak dengan perlengkapan dan permesinannya. Namun, program semacam ini terbatas karena umumnya jenis pelatihan ini mahal. Seringkali, beberapa jenis pelatihan pra-kerja non-formal diberikan kepada mantan pekerja anak bersamaan dengan atau sesudah pelatihan baca-tulis fungsional. Pelatihan ini umumnya jangka pendek serta menyediakan keterampilan khusus, misalnya, pencetakan kain sutra, produksi kerajinan tangan, merawat unggas, atau menanam sayuran. Pelatihan keterampilan praktis dapat memberi

kemampuan yang dengan segera dapat digunakan untuk melakukan kegiatan ekonomi alternatif bagi anakanak yang lebih tua dan dapat membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Pelatihan semacam ini harus dipandang sebagai peralihan untuk memfasilitasi masuknya anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan ke pelatihan kerja selanjutnya. Komponen Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta hak dasar para pekerja sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum untuk pelatihan seperti ini. Selain itu, anak-anak yang lebih tua seharusnya tidak hanya dilatih satu kecakapan pada tingkat pra-vokasional. Keterampilan-keterampilan dasar tertentu, yang dibutuhkan oleh berbagai macam jenis pekerjaan dapat menjadi kurikulum “inti”. Setelah mengembangkan pengetahuan dan dasar keterampilan yang memadai bagi berbagai macam pekerjaan, selajutnya para murid dapat mengambil spesialisasi. Dikarenakan oleh pembedaan gender, pilihan bagi anak perempuan untuk memasuki pekerjaan bisa jadi terbatas. Untuk memastikan bahwa program pendidikan tidak malah menguatkan ketidaksetaraan gender yang sudah ada, perhatian khusus perlu diberikan untuk memfasilitasi akses bagi anak perempuan ke pelatihan-pelatihan kerja. Pengembangan modul pelatihan kerja yang dapat berpindah-pindah (mobile) dan yang berbiaya murah di daerah terpencil merupakan hal penting lainnya untuk membuat pelatihan keterampilan lebih mudah diakses oleh para mantan pekerja anak. Oleh karena itulah, IPEC bekerja bersama Program Keterampilan ILO (ILO InFocus Programme on Skills, IFP/SKILLS) mengembangkan modul pelatihan keterampilan bagi para remaja serta orang tua. Informasi lebih lanjut tentang IFP/SKILLS, silakan kunjungi www.ilo.org/employment/skills Informasi lebih lanjut tentang Jaringan Ketenagakerjaan bagi Pemuda (the Youth Employment Network, YEN), silakan kunjungi www.ilo.org/public/english/employment/ strat/index.htm

85 Pelatihan Vokasional Untuk Pencegahan Pekerja Anak di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Latar Belakang Gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menimbulkan banyak dampak buruk pada anak-anak. Pengalaman dari daerah bencana di negara-negara lain menunjukkan bahwa ketika keluarga kehilangan sumber nafkah maka anak-anak akan rentan mengalami putus sekolah dan mulai terjun dalam pekerjaan, termasuk bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak (BPTA). Dalam rangka mencegah anak-anak terjerumus dalam BPTA, ILO-IPEC dan Dinas Pendidikan Propinsi NAD melaksanakan program aksi pelatihan vokasional melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Aceh untuk membantu anak-anak usia 15 tahun ke atas yang putus sekolah mendapatkan kesempatan kerja yang layak. Departemen Pendidikan Nasional telah memfasilitasi pendirian PKBM yang dikelola oleh masyarakat setempat guna menyediakan pendidikan non formal. Sebuah PKBM dapat menyediakan berbagai layanan pendidikan dan pelatihan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Paket A,B,C, kursus bahasa, pelatihan kecakapan hidup (life skill), kewirausahaan, hingga perpustakaan. Dinas Pendidikan di masing-masing wilayah mencatat dan memberikan akreditasi kepada masing-masing PKBM. NAD memiliki cukup banyak PKBM, dan beberapa di antaranya dikelola dengan baik dan memainkan perannya untuk menyediakan layanan pendidikan10 . Satu di antara PKBM tersebut adalah PKBM PKPS yang berhasil mengekspor produknya ke Jepang. Kegiatan Pokok dan Hasil Pelatihan membuat furnitur. Pelatihan membuat furnitur selama 4 minggu diselenggarakan di PKBM Mobile Mandiri, Banda Aceh. Pelatihan membekali peserta dengan keterampilan membuat lemari, meja, kursi, dan souvenir dari kayu. Produk-produk ini dipilih berdasarkan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa ada

10

Hasil wawancara dengan Kepala Sub Dinas Pendidikan Masyarakat, Dinas Pendidikan NAD, 03 08 2007

permintaan yang cukup besar akan barang-barang tersebut. Setiap pelatihan diikuti oleh 20 peserta berusia 16-19 yang berasal dari Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Aceh Utara. Setelah pelatihan, PKBM Mobile Mandiri menerima pesanan lemari dan kursi kayu dari beberapa instansi pemerintah. Selain dijual untuk umum, produk furnitur juga digunakan untuk keperluan pembelajaran di sekolahnya sendiri. Pelatihan menjahit. Pelatihan yang dilakukan selama 8 minggu ini mengajarkan peserta perempuan tentang menjahit baju wanita, membuat kopiah Aceh, payung dan bordir. Banyak PKBM yang fokus pada usaha jahit menjahit ditemui di Banda Aceh dan Aceh Besar. Pelatihan menjahit di PKBM PKPS dan Yayasan Pendidikan Indonesia Banda Aceh juga mencakup kegiatan membuat pola di atas kertas, menjahit sesuai pola, menggunting, dan merapikan jahitan. Hasil-hasil usaha yang dikembangkan melalui hasil pelatihan ini selain dipasarkan di dalam negeri juga sudah dipasarkan ke luar negeri. Pelatihan reparasi sepeda motor. Pelatihan reparasi sepeda motor yang dilaksanakan di PKBM PKPS Banda Aceh diikuti oleh remaja lulusan SMP maupun SMA yang direkrut oleh PKBM PKPS. Pelatihan dilaksanakan untuk dua angkatan, masing-masing 15 orang yang berlatih 3 jam setiap hari selama 3 bulan. Pelatihnya adalah teknisi ahli dari bengkel sepeda motor. Membangun kapasitas. Penguatan kapasitas dilaksanakan melalui ”rapat koordinasi” bulanan di antara PKBM-PKBM Propinsi NAD yang dihadiri oleh ILO-IPEC. Selain itu, dilakukan juga ”diskusi” di lapangan dan pemantauan oleh ILO-IPEC bersama Subdis Pendidikan Masyarakat Diknas NAD. Seluruh kegiatan ini memungkinkan setiap pemangku kepentingan mengetahui perkembangan program, membicarakan masalah yang dialami masing-masing PKBM, dan saling bertukar informasi serta wawasan. Rapat koordinasi biasanya dilaksanakan di Kantor Dinas Pendidikan Propinsi NAD dan dipimpin langsung oleh Kasubdis Pendidikan Masyarakat.

86

Faktor Sukses Pembangunan kapasitas melalui rapat koordinasi rutin setiap bulan di Kantor Dinas Pendidikan NAD dan diskusi di lapangan PKBM menjadi salah satu kunci kelangsungan program PKBM . Kemampuan PKBM memenuhi kebutuhan pasar, merebut peluang usaha dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait, terutama lembaga permodalan menentukan keberlangsungan program. Kemampuan manajer PKBM melakukan ekspansi usaha dan fokus pada bidang usaha tertentu yang dibutuhkan pasar akan menyediakan kegiatan penghasil pendapatan untuk menjamin keberlangsungan program. Situasi dan kondisi di daerah NAD setelah gempa bumi dan tsunami telah memperkokoh tekad peserta untuk mempelajari keterampilan vokasional seperti yang diberikan oleh PKBM. Peserta yang mengikuti pelatihan keterampilan mengakui bahwa situasi yang berat telah meningkatkan motivasi mereka untuk belajar.

Pendidikan formal Pengalaman menunjukkan bahwa hanya dengan memberikan keterampilan dasar baca-tulis dan berhitung tidak menjamin bahwa anak-anak akan secara permanen lepas dari pekerjaan penuhwaktu. Oleh karena itulah mengarusutamakan atau memasukkan kembali anak-anak ke dalam sistem pendidikan formal sangatlah vital. Selain itu, investasi pada pendidikan dasar umumnya hanya menjangkau golongan sosial yang lebih beruntung saja. Upaya-upaya yang dilakukan seharusnya lebih dapat menjangkau anak-

anak yang kurang beruntung dan lebih berfokus pada anak-anak yang berisiko.

Cara-cara pencegahan yang dapat digunakan untuk memerangi masalah pekerja anak melalui pendidikan dasar, antara lain: Pelatihan tentang pekerja anak untuk para guru dan pejabat di bidang pendidikan; Pengintegrasian komponen-komponen baru kedalam kurikulum yang meliputi aspek-aspek tertentu seperti bahaya pekerja anak, hak-hak anak, dan kecakapan hidup; Pengintegrasian keterampilan yang relevan dengan pasar tenaga kerja lokal kedalam kurikulum, termasuk memberikan informasi mengenai karier dan akses pinjaman modal; Menghilangkan halangan biaya dan fisik untuk bersekolah; Pengaturan kelembagaan dalam sistem sekolah formal seperti kelas peralihan bagi anak-anak yang lebih tua, pendidikan perantara (bridging course) dan upaya aktif untuk mendaftarkan anak-anak yang tidak bersekolah melalui pemantauan dan kunjungan rumah;

Mengadakan konseling psiko-sosial atau layanan dukungan lainnya termasuk mengadakan kegiatan setelah jam sekolah; dan Peningkatan kesadaran masyarakat luas terutama para orang tua, termasuk bagaimana menggerakkan masyarakat untuk mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah. Dalam banyak kasus, anak-anak dari suku dan budaya minoritas merupakan kelompok masyarakat yang paling terdiskriminasi. Mempertimbangkan hal ini, IPEC bekerja bersama dengan program INDISCO untuk lebih memahami mekanisme bagaimana kelompok ini terdiskriminasi dalam hal pendidikan dan untuk mengembangkan suatu model agar mereka tidak terdiskriminasi. Informasi lebih lanjut tentang ILO/INDISCO, silakan kunjungi www.ilo.org/public/english/employment/ent/ coop/indisco.htm.

Mengarusutamakan tema pekerja anak dalam kegiatan-kegiatan di sekolah Latar Belakang Penambangan emas secara informal di Kecamatan Batu Soppang dan Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, telah berlangsung lama dan berlangsung secara turun temurun. Meski secara ekonomi tidak memadai, karena sifatnya untung-untungan dan kandungan emas semakin menipis, pencarian emas oleh masyarakat tetap menjadi sumber penghidupan utama. Di antara sekian banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh penambangan informal adalah meningkatnya jumlah pekerja anak yang bekerja. Survai ILO tahun 2004 menemukan adanya 245 anak bekerja di sektor pertambangan informal di dua kecamatan tersebut. Sebanyak 17 anak ditemukan bekerja di areal pertambangan dan 228 lainnya di sekitarnya. Kajian itu juga mengungkapkan bahwa faktor ekonomi dan sosial-budaya turut menyebabkan munculnya pekerja anak. Kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, dan kurangnya kesadaran akan isu pekerja anak telah memaksa anak-anak tersebut putus sekolah dan mulai bekerja pada usia dini. Masyarakat penambang kurang menghargai pendidikan formal karena buruknya mutu proses belajar mengajar dan kurangnya penghargaan akan nilai pendidikan. Pemerintah setempat belum bisa menyediakan pendidikan berkualitas. Anak-anak merasa lebih tertarik pada pendapatan instan daripada belajar karena di sekolah harus mengerjakan soal-soal yang membosankan, sementara di tempat penambangan berpeluang menemukan emas yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang jajan. Kondisi ini didukung oleh guru yang bertindak kurang persuasif dan cenderung memberikan hukuman kepada pekerja anak yang mangkir atau tidak berprestasi. Kegiatan Utama dan Hasil Pelatihan PAKEM dan Program Remedial. Dengan dukungan dari ILO-IPEC Dewan Pendidikan menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dengan menggunakan modul pelatihan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Pelatihan diarahkan pada penguasaan bahan ajar, keterampilan memilih/menggunakan metoda pembelajaran dan menyelenggarakan program remedial. Pelaksanaan program remedial. Program remedial dilaksanakan 3 kali sepekan pada sore hari setelah siswa beristirahat sepanjang 120 menit. Meskipun semua siswa diikutsertakan, program ini lebih memusatkan perhatian pada anak-anak keluarga miskin yang memiliki kemampuan belajar rendah dan paling berisiko menjadi pekerja anak. Sebagai hasil keikutsertaan dalam program remedial, anak-anak ini tidak lagi mengalami kesulitan dalam ujian sehingga mereka dapat naik kelas atau lulus dari sekolah. Program ini secara dramatis meningkatkan 32% jumlah siswa yang berhasil lulus sekolah dan dengan demikian tercegah menjadi pekerja anak.

87

Kegiatan-kegiatan alternatif di sekolah. Majalah sekolah, merupakan salah satu wahana paling efektif dan mudah untuk menyalurkan aspirasi siswa, terutama mereka yang mempunyai kemampuan tulis menulis dan menggambar. Selain itu, majalah sekolah atau mading (majalah dinding) juga dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan berbagai informasi dan pesan tertentu dari sekolah. Terkait masalah pekerja anak, mading sekolah bisa menjadi wahana efektif untuk kampanye anti pekerja anak. Mading menyediakan rubrik, gambar atau artikel mengenai masalah pekerja anak, dan terbukti berhasil membuka keran kreatifitas siswa. Siswa jadi lebih termotivasi dalam mengelola mading seiring dengan makin meningkatnya kualitas isinya. Program kesehatan berbasis sekolah. Petugas Puskesmas melakukan kunjungan berkala sebulan sekali untuk melakukan pemeriksaan kesehatan siswa sambil memberikan arahan kepada para pekerja anak dan mereka yang rentan menjadi pekerja anak tentang risiko bekerja di pertambangan emas bagi kesehatan. Selain kerjasama dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Dewan Pendidikan menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Realitas dalam melakukan pelatihan penggunaan modul Kesehatan Berbasis Sekolah untuk organisasi siswa dan guru. Modul berisi pembahasan tentang kesehatan umum, kesehatan lingkungan, makanan sehat bergizi, dan risiko bekerja di tempat berbahaya bagi kesehatan. Setiap pembahasan dilengkapi dengan studi kasus sederhana untuk dipecahkan bersama. Penyadaran tentang bahaya merkuri (zat kimia yang digunakan dalam kegiatan pertambangan emas informal) disampaikan di dalam pembahasan mengenai risiko bekerja di pertambangan emas informal bagi kesehatan.

88

Perpustakaan sekolah. Dalam upaya meningkatkan minat baca siswa dan guru, program melakukan peningkatan kualitas perpustakaan di seluruh sekolah sasaran. Perpustakaan-perpustakaan tersebut diberi bantuan buku pelajaran, fiksi edukatif, peta, alat peraga maupun alat bantu pembelajaran lain sehingga perpustakaan benar-benar menjadi sumber pembelajaran. Perwakilan dari Perpustakaan Kabupaten Paser memberikan fasilitasi dalam pelatihan penataan dan pengelolaan perpustakaan sekolah. Bantuan buku dan perbaikan pengelolaan perpustakaan meningkatkan minat dan juga kecakapan membaca siswa. Jumlah kunjungan ke perpustakaan meningkat hingga 400%. Sebagai contoh, pada tahun ajaran 2005/2006, perpustakaan SMP 1 Batu Soppang hanya dikunjungi oleh sekitar 50 orang per bulan, tetapi pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah pengunjung rata-rata tiap bulan mencapai 250 orang. Faktor Sukses Organisasi siswa tingkat SMP terlibat secara aktif dalam program ini. Secara umum, para guru di setiap sekolah sasaran menunjukkan dedikasi, keterlibatan dan dukungan yang tinggi terhadap upaya penghapusan pekerja anak melalui kegiatan di sekolah. Hubungan kesetaraan yang kuat antara pelaksana program dengan berbagai institusi pendidikan di lokasi, antara lain dengan kantor dinas pendidikan kabupaten dan kantor cabang dinas pendidikan, PGRI dan komite sekolah, telah mendorong kemajuan program.

C. Pendidikan bagi anak perempuan Lebih banyak anak perempuan yang putus sekolah setiap tahunnya dibandingkan dengan anak laki-laki. Kesenjangan gender dalam partisipasi sekolah di tingkat pendidikan dasar merupakan sesuatu yang sangat tidak meguntungkan bagi anak-anak perempuan di banyak negara di Afrika sub-Sahara, Negara-negara Arab, Asia Selatan serta Asia Barat. Hal ini membuktikan bahwa perhatian dan upayaupaya khusus perlu dilakukan terkait dengan anakanak perempuan dalam hal pendidikan dan dalam hal permasalahan pekerja anak. Pekerjaan yang dilakukan anak-anak perempuan, misalnya pekerjaan rumah tangga, perbudakan untuk melakukan pekerjaanpekerjaan rumah tangga, pekerjaan pertanian serta

pekerjaan berbasis rumahan (misal: industri rumahan), sifatnya tersembunyi dan tak dihargai. Seringkali, ketika berhadapan dengan sumber daya terbatas dan kebutuhan finansial yang tinggi, orang tua lebih suka berinvestasi pada pendidikan putra mereka dan tidak ingin kehilangan kontribusi putri mereka dalam ekonomi rumah tangga. Upaya untuk meningkatkan pendidikan para anak perempuan harus dilakukan secara bersamaan dengan upaya untuk menghilangkan pekerja anak secara progresif. Faktor lain yang menghalangi peluang pendidikan anak perempuan bervariasi mulai dari jarak ke sekolah yang jauh, risiko bahaya dalam perjalanan, hingga tidak tersedianya kurikulum yang relevan dan peka terhadap kebutuhan dan aspirasi mereka. Dalam budaya tertentu, peluang anak perempuan untuk bersekolah dapat saja bergantung pada ketersediaan fasilitas sekolah yang terpisah dari fasilitas untuk anak laki-laki atau ketersediaan guru perempuan.

Keuntungan wajib belajar dan pendidikan gratis Beberapa faktor kunci yang sangat membantu dalam menghilangkan pekerja anak di negara industri selama paruh kedua abad ke-19, adalah: Pengenalan wajib belajar; Disahkannya peraturan perundang-undangan yang mengatur usia minimum yang diperbolehkan untuk memasuki dunia kerja; Kenaikan standar kehidupan secara umum; serta Perubahan yang mendalam dan tersebar luas dalam perilaku sosial. Peraturan perundang-undangan dengan tujuan menghapus pekerja anak dapat ditegakkan hanya ketika seluruh anak juga dituntut untuk bersekolah. Dalam hal ini, wajib belajar dan peraturan perundang-undangan tentang usia minimum ditegakkan dan saling melengkapi satu dengan lainnya. Inilah tujuan pokok Konvensi ILO Nomor 138 tentang Usia Minimum memasuki Dunia Kerja (the Minimum Age for Employment).

89

D. Pendidikan dalam Program Nasional Terikat Waktu (Time-Bound Program/TBP) Membidik pekerja anak dan keluarga

90

IPEC memulai kegiatannya dalam pekerja anak dan pendidikan dengan berfokus pada pendidikan peralihan dan penanganan berskala kecil dalam sistem pendidikan sebagai modal untuk mengembangkan program berskala besar. Kini, penekanan lebih ditujukan pada penentuan dan penerapan aksi yang sesuai yang dapat mempercepat tercapainya pendidikan dasar yang universal dengan memberikan perhatian khusus pada anak-anak yang berisiko. Perhatian lebih juga diberikan untuk memastikan bahwa kualitas sistem pendidikan dapat ditingkatkan guna mempersiapkan anak muda untuk memasuki dunia kerja dan pelatihan lebih lanjut. Fokus utama IPEC pada pembangunan sistem pendidikan secara menyeluruh serta lapangan kerja nasional guna menghapus bentuk terburuk pekerja anak. Dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana pendidikan dasar dan pengembangan keterampilan dapat digunakan sebagai alat pemulih dan pencegah pekerja anak, IPEC telah

menjalani praktik yang luas serta riset historis dalam area ini dengan tujuan ganda. Tujuan-tujuan tersebut adalah untuk mengembangkan lebih lanjut kepakaran teknis IPEC tentang pendidikan serta membuat riset dan publikasi tentang masalah ini. Ekspansi bertahap sistem pendidikan memerlukan waktu untuk menjangkau kelompok target TBP. Dalam beberapa kasus, kelompok terpinggirkan harus dibidik secara langsung agar mereka dapat menerima layanan pendidikan serta pelayanan lainnya. Hal ini dapat diraih, misalnya dengan secara khusus membidik area geografis yang secara khusus rentan terhadap bentuk terburuk pekerja anak atau di ketahui sebagai area rekrutmen perdagangan manusia. Guna menekan biaya tak langsung serta biaya ikutan, layanan lainnya, seperti makanan di sekolah dan sarana kesehatan, dapat dikelola oleh sistem pendidikan itu sendiri. IPEC telah memiliki pengalaman dalam menyediakan pelayanan-pelayanan ini dan hal ini terbukti memberikan manfaat besar bagi orang tua untuk menyekolahkan anak mereka. Dalam situasi kemiskinan rumah tangga, substitusi penghasilan yang dapat memungkinkan anak-anak bersekolah dapat diraih dengan mekanisme penargetan yang simultan antara program perluasan pendidikan dan program perlindungan sosial. Pendidikan lantas diberikan kepada anak-anak bersamaan dengan sarana perlindungan sosial bagi keluarga dalam bentuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan pendidikan kesehatan masyarakat.

Program yang Terikat Waktu: Tujuan yang jelas, target yang spesifik, kerangka waktu yang telah ditentukan Program yang Terikat Waktu (Time-Bound Programme, TBP) pada dasarnya merupakan seperangkat kebijakan yang terintegrasi dan terkoordinasi dengan ketat. Program ini ditujukan untuk mencegah dan menghapus bentuk terburuk pekerja anak di suatu negara dalam periode waktu tertentu. TBP merupakan pendekatan yang menyeluruh yang beroperasi pada banyak tingkat, termasuk internasional, nasional, propinsi, masyarakat, perorangan dan keluarga. Program ini menekankan perlunya mengatasi akar penyebab pekerja anak, mengaitkan aksi melawan pekerja anak dengan upaya pembangunan nasional, yang pada khususnya menekankan pada kebijakan ekonomi dan sosial untuk memerangi kemiskinan dan mendukung pendidikan dasar universal serta mobilisasi sosial. Bagian terpenting dari TBP adalah “kepemilikan negara”, yang berarti program ini diaktifkan dan dipimpin oleh negara itu sendiri. Komitmen pemerintahlah yang menggerakkan program ini, menciptakan struktur khusus yang akan menerapkan program ini dan menyediakan sumber daya. IPEC, dengan dukungan dari komunitas internasional, mendukung komitmen ini dengan tambahan sumber daya keuangan dan perbantuan teknis.

Pengurangan Pekerja Anak dalam Mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) Latar Belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial, pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu sebuah program Conditional Cash Transfer (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. PKH dirancang sebagai program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), sebagai imbalannya RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Tujuan utama PKH adalah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin, dengan cara: Meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan dan bukan pengobatan). Mengembangkan dan meningkatkan angka partisipasi wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun dan upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Meskipun angka partisipasi sekolah dasar tinggi, namun pada kenyataannya masih banyak ditemukan anak keluarga miskin yang tidak mengenyam pendidikan dan anak putus sekolah yang umumnya diam di rumah, berada di jalanan dan bekerja. Kondisi ini menyebabkan kualitas generasi penerus keluarga miskin senantiasa rendah yang akhirnya terperangkap dalam lingkaran kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah melaksanakan Program PPA-PKH memberikan pendampingan kepada pekerja anak untuk memotivasi agar anak mempunyai keinginan dan dapat kembali ke dunia pendidikan melalui berbagai fasilitas dan program yang ada pada instansi yang membidangi pendidikan. Program PPA-PKH melibatkan berbagai instansi terkait baik pemerintah maupun non pemerintah dan pada tahap pertama akan dilaksanakan pada 7 (tujuh) propinsi dan 48 (empat puluh delapan) kabupaten/kota sesuai sasaran Program Keluarga Harapan. Penerima manfaat Program PPA-PKH adalah Pekerja Anak dan atau Anak yang bekerja dari RTSM yang putus sekolah dengan jumlah 4.946 pekerja anak. Kegiatan Utama dan Hasil Verifikasi data pekerja anak. Verifikasi data didasarkan hasil survey BPS Tahun 2006 mengenai Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) diperoleh data tentang anak yang putus sekolah sebanyak 32.000 anak, kemudian dikelompokkan pada anak usia sekolah yang putus sekolah dan bekerja diperoleh data sebanyak 13.000 orang anak. Dengan pertimbangan sumber daya dan dana yang tersedia maka pada tahun 2008 dilakukan intervensi pekerja anak pada 4.945 pekerja anak, dengan rasio penarikan rata rata maksimal 15 orang anak per kecamatan. Training Of Trainer (TOT) bagi pelatih. Pelatihan ini diikuti oleh pelatih pendamping dari 7 propinsi dan 48 kabupaten/kota dengan jumlah peserta sebanyak 69 orang. Para peserta TOT dibekali materi tentang pengenalan pekerja anak, verifikasi data di lapangan, pendampingan pra shelter, pendampingan di shelter dan pendampingan pasca shelter. Setelah dibekali dengan TOT, para pelatih dipersiapkan untuk melakukan pelatihan pendamping di 4 Propinsi. Pelatihan Pendamping. Pelatihan ini dilakukan terhadap pendamping yang telah lulus seleksi dan diangkat berdasarkan SK Penanggung jawab program PPA-PKH Tingkat Kabupaten/Kota. Pelatihan pendamping dilaksanakan di 4 (empat) Propinsi meliputi Propinsi Jawa Timur sebanyak 234 peserta, Jawa Barat sebanyak 80 peserta, Sulawesi Utara sebanyak 41 peserta dan Nusa Tenggara Timur sebanyak 50 peserta. Materi pelatihan menggunakan pedoman Modul Pelatihan Pendamping yang telah dilatihkan pada pelatih pendamping. Pendampingan Pra Shelter. Para Pendamping melakukan kunjungan rumah pada pekerja anak dan keluarganya untuk mengidentifikasi kondisi anak dan situasi keluarganya. Kunjungan rumah merupakan media yang digunakan untuk berkomunikasi secara intensif dan membantu menyusun langkah-langkah untuk kembali ke pendidikan. Pendamping secara aktif memberikan pelayanan konsultasi dan bimbingan intensif untuk menumbuhkan kesadaran dan minat, dan mencari jalan untuk kembali ke pendidikan. Pendampingan Shelter. Pendampingan ini dilakukan untuk mempersiapkan pekerja anak untuk dikembalikan dalam pendidikan. Pekerja anak diasramakan dalam pusat kegiatan (Shelter) selama 1 (satu) bulan dan mendapatkan berbagai kegiatan sebagai bentuk penguatan kapasitas pekerja anak, seperti hak

91

anak, pentingya pendidikan bagi masa depan, motivasi diri untuk merubah kehidupan yang lebih baik, pendidikan remedial, pembelajaran yang sesuai minat dan kebutuhan pekerja anak. Pola ini dikembangkan dengan model memacu pembelajaran bagi anak, sehingga terjadi perbaikan pola belajar dan pengajaran bagi anak, dan pembelajaran dikembangkan untuk persiapan memasuki pendidikan.. Pengembangan pendidikan non formal (Kesetaran, Pre-vokasional, dll) berdasarkan kurikulum yang dikembangkan untuk kepentingan anak-anak yang menjadi kelompok sasaran dan dengan mempertimbangkan kesempatan kerja yang tersedia di daerah tersebut. Pendidikan keterampilan/pemagangan.diarahkan bagi anak yang memiliki permasalahan komplek dan sudah tidak memungkinkan lagi dimasukkan dalam pendidikan reguler maupun non formal. Pendampingan Pasca Shelter. Pengembalian pekerja anak ke pendidikan diformulasikan dalam bentuk rekomendasi pendidikan. Rekomendasi disusun berdasarkan klasifikasi kebutuhan pendidikan. Pekerja anak yang memiliki potensi besar untuk dimasukkan ke sekolah reguler akan disiapkan untuk masuk ke sekolah reguler. Pekerja anak yang dari sisi usia dan lingkungan hanya memungkinkan masuk pendidikan non formal, maka disiapkan memasuki pendidikan non formal. Namun demikian, bila masih tedapat pekerja anak yang tidak memungkinkan dimasukan dalam 2 jalur pendidikan diatas, maka dapat dipilih jalur alternatif pendidikan yang bersifat keterampilan dan pemagangan kerja. Integrasi pada Pendidikan. Tim pelaksana dan pendamping melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan setempat. Pekerja anak yang teridentifikasi berdasarkan jalur pendidikan yang akan ditempuh difasilitasi untuk dapat mendapatkan bantuan langsung memasuki pendidikan. Direktorat PLSB telah menfasilitasi 22 paket kegiatan pendidikan layanan khusus bagi pekerja anak. PLK pekerja anak telah mampu menerima 330 anak dalam pendidikan dasar dan menengah. Faktor Sukses

92

Isu memasukkan kembali pekerja anak ke pendidikan membutuhkan perhatian yang menyeluruh dan berkesinambungan. Bagi orangtua atau masyarakat pada umumnya, anak yang putus sekolah dan kemudian bekerja dipandang sebagai ‘aset’ keluarga yang sulit dilepaskan. Dibutuhkan pendekatan kejiwaan, motivasi dan pengembangan kepribadian untuk melakukan perubahan tentang masa depan. Pengembangan panduan dan kapasitas pendamping dalam bentuk TOT dan Pelatihan Pendamping telah memperkuat tim pendamping di lapangan. Pendamping ini sebagai ujung tombak yang berinteraksi langsung dengan pekerja anak cukup terbantu dengan diberikan pelatihan dan dipandu dengan berbagai pedoman. Pendamping terbantu dan mampu memotivasi anak mempunyai keinginan untuk kembali ke sekolah/ dunia pendidikan. Koordinasi rutin antara tim pelaksana pusat dan Tim Pelaksana di Daerah telah mampu mendorong sinergi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan dan mampu mempersiapkan anak untuk dikembalikan ke dunia pendidikan, baik formal, non formal, keterampilan/kecakapan hidup, Pendidikan Layanan Khusus, SMP terbuka dan lain lain. Dukungan dari Otoritas Pendidikan. Pendidikan merupakan tujuan akhir dari proses penarikan pekerja anak. Pihak yang memiliki otoritas pendidikan adalah instansi pendidikan dan jajarannya dari pusat hingga kabupten/kota. Memfasilitasi anak usia wajib belajar 9 tahun, termasuk anak putus sekolah dan pekerja anak dari RTSM agar tetap berada dalam sistem persekolahan membutuhkan dukungan langsung dari instansi pendidikan ini. Meski demikian, faktor sosial, budaya, dan administrasi sama pentingnya dengan kemiskinan dalam menjelaskan rintangan terhadap pendidikan. Dalam koordinasi dengan pemangku kepentingan kunci, IPEC berusaha menciptakan proses yang simultan untuk meraih perbaikan yang progresif dalam sistem pendidikan yang meluas dengan sangat cepat, meliputi: Biaya pendidikan, baik langsung maupun tak langsung, serta penyediaan makan siang; Mobilisasi sosial dan partisipasi masyarakat;

Menanggulangi hambatan pendidikan anak perempuan; serta Penerapan program pendidikan kerja dan nonformal yang sesuai.

Memastikan bahwa kebijakan, program, serta pendanaan pendidikan mampu menjangkau anak-anak yang bekerja

terjangkau oleh pekerja anak yang tersisih dari sistem pendidikan. IPEC berusaha agar kurikulum, praktek pengajaran dan lingkungan pembelajaran secara keseluruhan menjadi lebih tanggap pada kebutuhan para pekerja anak. IPEC juga telah memprakarsai program global untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, menyebarkan, serta mereplikasi praktek-praktek yang baik dalam menggunakan pendidikan untuk memerangi masalah pekerja anak. Untuk meningkatkan akses pekerja anak ke pendidikan, ILO-IPEC dan para mitranya telah mendorong kesadaran di antara masyarakat dan membantu mengidentifikasi kawasan yang memiliki pekerja anak yang tinggi yang perlu menjadi sasaran bantuan pendidikan dan pelayanan lainnya seperti transportasi, makanan tambahan di sekolah, serta kegiatan peningkatan mata pencaharian bagi keluarga. ILO-IPEC telah bekerja dengan sektor pendidikan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dengan memasukkan informasi tentang pekerja anak dan kecakapan hidup ke dalam kurikulum dan program pelatihan guru serta mengadvokasi perbaikan kondisi kerja dan status guru. IPEC bekerja dengan mengkombinasikan berbagai tipe Komponen Program Strategis Pendidikan peralihan Peningkatan kesadaran Sekolah

ANAK ANAK

KELU ARGA

Mobilisasi sosial

Rehabilitasi Penguatan ekonomi Lapangan kerja bagi kaum muda

Jaring pengaman sosial

MASYA RAKAT

Pendidikan Vokasional Mobilisasi sosial

Peningkatan kesadaran Kebijakan pendidikan

Dukungan ke sekolah Pe ningkatan kapasitas institusi

Peningkatan kapasitas institusi

Layanan hukum

Hukum dan penegakannya

PROGRAM BERBASIS AREA

Pada tahun-tahun belakangan ini, perkembangan nyata telah dilakukan di tingkat global untuk mengaitkan kampanye Pendidikan untuk Semua dan kampanye untuk menghapus pekerja anak. Meskipun demikian, di tingkat nasional kaitan ini belum begitu nyata. Seringkali terdapat pemisahan total antara kementerian negara yang menerapkan program pendidikan dan yang menangani perlindungan sosial, termasuk isu pekerja anak. Badan-badan ini menjalankan anggaran yang terpisah, struktur pengambilan keputusan yang terpisah, serta mekanisme pemberian layanan yang terpisah. Hal ini mendorong ILO-IPEC untuk mengarusutamakan masalah pekerja anak ke dalam program nasional untuk pengurangan kemiskinan, serta ke dalam program pendidikan dan kerangka kerja pembangunan seperti halnya Pendidikan untuk Semua. Dalam kerja sama dengan sektor pendidikan, ILOIPEC telah berusaha keras agar sekolah dapat lebih

Tindakan -tindakan registrasi dan perlindungan

Kebijakan ketenagakerjaan dan kebijakan sosial

PROGRAM TINGKAT NASIONAL

penanganan. Penanganan pada tingkat lokal (“program berbasis area”) lebih berfokus pada isu-isu pendidikan transisional/pendidikan vokasional dan kualitas pendidikan, sementara itu penanganan pada tingkat nasional, lebih berfokus pada upaya memastikan bahwa kebijakan pendidikan responsif terhadap kebutuhan anak-anak yang berisiko. ILO-IPEC tak dapat mencapai tujuan ini sendirian, namun harus melalui kerjasama dengan organisasi dan badan-badan lainnya, dengan beragam ahli serta melalui koordinasi dengan para aktor kunci sesuai dengan bidang yang relevan. Melalui aliansi yang luas dengan berbagai pemangku kepentingan, ILO-IPEC bertujuan untuk mengintegrasikan pekerja anak ke dalam perencanaan pendidikan nasional. Melalui dialog kebijakan dengan pemangku kepentingan utama dalam sektor pendidikan, ILO-IPEC telah bekerja untuk meningkatkan dan memperbaiki penggunaan dana pendidikan untuk memenuhi

93

kebutuhan pendidikan para pekerja anak serta memperbaiki koordinasi antara program pendidikan dan program perlindungan sosial untuk memerangi masalah pekerja anak. ILO-IPEC terlibat secara aktif dalam dialog kebijakan pada tataran internasional, khususnya melalui partisipasi di dalam Gugus Tugas Pendidikan G811 (G8 Taks Force on Education) serta Kelompok Kerja Pendidikan untuk Semua (the Working Group on Education For All). Upaya ini telah menghasilkan pengakuan dari G8 dan UNESCO, bahwa pekerja anak merupakan penghalang utama untuk mencapai Pendidikan untuk Semua. Bersama dengan Barisan Global Melawan Masalah

Pekerja Anak (Global March Against Child Labour) serta Kampanye Global untuk Pendidikan (Global Campaign for Education, GCE), ILO-IPEC berusaha mengadakan diskusi lebih lanjut dengan UNESCO, Bank Dunia, dan donor-donor bilateral tentang pentingnya peningkatan pendanaan serta perlunya perbaikan dalam hal menetapkan sasaran program agar sumber daya pendidikan dasar dapat menjangkau anak-anak yang berisiko dan anak-anak yang ditarik dari pekerjaan yang berbahaya. Keberhasilan di tingkat internasional ini memberikan manfaat penting bagi tingkat nasional. Misalnya, IPEC secara langsung terlibat dalam diskusi mengenai prioritas pendanaan Bank Dunia untuk Pendidikan untuk Semua di beberapa negara.

Mengembalikan Anak ke Pendidikan Formal: Langkah Efektif Penanggulangan Pekerja Anak Latar Belakang Kegiatan penambangan emas secara informal di Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat, telah berlangsung lama. Kajian cepat12 oleh ILO mengungkapkan adanya 75 anak yang bekerja di sektor pertambangan informal di Kampung Kalian Dalam, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat. Kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, dan kurangnya kesadaran akan isu pekerja anak telah memaksa anak-anak tersebut putus sekolah dan bekerja di sektor pertambangan emas informal di mana mereka terpapar pada berbagai macam bahaya. Mereka harus bekerja keras mendulang emas lebih dari 10 jam sehari, menyelam hingga kedalaman 6 meter tanpa alat bantu apa pun dan menggunakan merkuri dengan tangan telanjang. Kajian ini juga menunjukkan bahwa hanya sedikit anak-anak yang meneruskan pendidikan hingga sekolah menengah pertama, karena belajar di sekolah menengah reguler berarti harus menempuh perjalanan air atau darat selama 2-4 jam setiap hari.

94

Untuk mencegah anak-anak agar tidak terlibat dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak (BPTA), ILOIPEC dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal Yayasan Pembangunan Sendawar Sakti (YPSS) melaksanakan Program Aksi Pengentasan Pekerja Anak melalui penyelenggaraan pendidikan SMP Terbuka. Program ini dirumuskan melalui proses perencanaan partisipatif dengan masyarakat dan mempertimbangkan kondisi geografis Kalian Dalam. Penyelenggaraan SMP Terbuka ini juga sesuai dengan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Kegiatan Utama •



11

12

Mendirikan SMP Terbuka. Kegiatan bertujuan meningkatkan akses pendidikan ke SMP. Program retrieval yang dirintis oleh Dinas Pendidikan Kutai Barat di Kalian Dalam kurang efektif karena keterbatasan anggaran dan terpencilnya lokasi Kalian Dalam. Guru-guru yang ditugaskan untuk program ini harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapai para siswanya. Proses belajar mengajar hanya berlangsung 2 (dua) kali dalam sepekan, yakni pada hari Sabtu dan Minggu, dan hal ini menciptakan situasi di mana anak punya banyak waktu untuk bekerja dan proses belajar tidak efektif. Atas usulan ILO-IPEC, YPSS serta didukung oleh masyarakat setempat, program retrieval diubah statusnya menjadi SMP Terbuka pada tahun ajaran 2005/2006. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Pengajar. Menyadari pengetahuan dan pengalaman guru pamong sangat menentukan kualitas siswa, diadakanlah pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru pamong yang memiliki sedikit pengalaman dan keahlian. Pelatih berasal dari UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) G8 (Group of Eight/Kelompok Delapan) merupakan koalisi delapan negara termaju di dunia, yaitu: Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Rusia , serta Uni Eropa sebagai perwakilan tambahan Kajian Cepat ILO dan Laboratorium Antroplogi Universitas Indonesia tentang Pekerja Anak Sektor Pertambangan Emas Informal di Kutai Barat, Kalimantan Timur, 2002







Dinas Pendidikan Propinsi yang membidangi pengawasan SMP Terbuka. Peserta pelatihan yang terdiri dari para guru pamong serta guru bina/guru kunjung dari SMP Induk dilatih untuk mengembangkan bahan ajar, menggunakan metode pengajaran yang paling efektif dan mengevaluasi prestasi siswa. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Variasi Sumber Belajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB). Selain menyediakan alat belajar belajar standar - program mendirikan sebuah perpustakaan dengan koleksi buku pelajaran, buku cerita (fiksi) edukatif, dan juga alat peraga untuk mendukung proses belajar mengajar. Guru mengelola perpustakaan sambil mengajar para siswa untuk mengurusnya sehingga berangsur-angsur siswa bisa mengambil alih pengelolaannya. Perpustakaan yang melayani siswa SD dan SMP Terbuka ini telah meningkatkan minat baca, pengetahuan dan kesadaran anak-anak tersebut tentang risiko bekerja di penambangan emas informal. Menggagas Keberlanjutan Program Melalui Pembentukan SMP Satu Atap. Atas usaha keras para pemangku kepentingan di Kalian Dalam, serta atas dukungan dari pemerintah melalui Dinas Pendidikan, maka dipersiapkanlah proposal untuk mengubah status SMP Terbuka menjadi SMP Satu Atap pada tahun ajaran 2007/2008. Nota kesepakatan pendirian SMP Satu Atap di Kalian Dalam ditandatangani pada bulan April 2007 di Tarakan. Sesuai buku petunjuk pendirian sekolah satu atap, pemerintah pusat akan memberikan dana segar block grant sebesar Rp. 300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah). Pada tahun kedua dan seterusnya, biaya penyelenggaraan pendidikan diserahkan pada masing-masing pemerintah daerah tingkat II melalui penganggaran di APBD. Menumbuhkembangkan kepedulian orang tua dan warga masyarakat tentang pendidikan dan bahaya bekerja di usia dini. Pertemuan rutin antara pelaksana program, Komite Sekolah, pemerintah kampung dan warga masyarakat diadakan secara berkala untuk mengevaluasi dan membicarakan perkembangan SMP Terbuka. Dalam pertemuan-pertemuan ini disampaikan berbagai pesan tentang bahaya bekerja di usia dini, terutama di sektor pertambangan emas informal. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Barat bersama ILO-IPEC menyebarkan materi tentang bahaya merkuri dan dampaknya terhadap kesehatan. Kunjungan ke rumah-rumah keluarga yang anaknya mengalami kemunduran prestasi juga dilakukan untuk melibatkan orang tua sebagai pendorong utama anak dalam menempuh pendidikan. Seluruh kegiatan peningkatan kesadaran ini terbukti memberikan kontribusi dalam pendirian SMP Satu Atap.

Faktor Sukses • • • •

Intervensi melalui pendidikan merupakan pendekatan yang efektif untuk melindungi hak dasar anak sehingga mereka kelak dapat berkembang penuh secara mental dan spiritual. Pendirian SMP Terbuka dan SMP Satu Atap sangat selaras dengan Rencana Strategis Pemerintah di sektor pendidikan, yaitu Wajib Belajar 9 tahun. Keterlibatan aktif/partisipasi masyarakat, pemangku kepentingan dan pemerintah di semua tingkatan merupakan faktor penting untuk memastikan tercapainya tujuan program. Program memiliki disain yang sederhana namun fokus. Semua kegiatan, mulai dari pelatihan guru hingga peningkatan kesadaran, difokuskan pada kegiatan memberikan akses pendidikan sekolah menengah pertama kepada anak-anak.

95

96

97

LAMPIRAN

Lampiran 1 - Cerita Pendek Aroma Sang Bunga Melati Aroma bunga melati senantiasa menjadi bagian dalam hidupku. Nenekku memiliki bau harum istimewa yang bahkan bagiku yang masih bayi sangatlah sedap. Mungkin karena keharuman inilah aku langsung terlelap tak lama setelah ia menggendongku. Itulah aroma bunga melati.

Dia tersenyum masam:

Ketika aku berusia delapan belas tahun dan telah siap meninggalkan rumah untuk pertama kalinya serta pergi kuliah, ibuku memberiku sebotol wewangian melati. Ketika kuhirup dengan puasnya, aku bertanya pada bunda:

“Janine, bersabarlah.”

“Bagaimana Bunda tahu?”

“Dari sinilah aromamu berasal.” Aku terlihat bingung dan kebimbangan ini pastilah terlihat karena Achmad berujar:

Kulihat mereka, anak-anak itu. Semuanya kurus. Semua terlihat lelah. Semuanya berusia di bawah 14 tahun. Beberapa terlihat begitu ringkih dan begitu kecil. Jika di negara asalku, mereka akan mendapatkan perawatan rumah sakit atau dipenuhi segala kebutuhannya oleh orang tua mereka.

Bunda tersenyum. Lantas dia berkata:

98

“Bunga melati sangat spesial. Mereka adalah gemintang yang meninggalkan sang langit dan memutuskan untuk tinggal di bumi. Mereka adalah ‘bunga dari surga’. Mereka adalah ‘sang bintang dari bumi’.” Pada suatu liburan Natal aku mendapat hibah dari kampus berupa perjalanan ke Mesir. Ketika itulah aku menemukan kenyataan mengenai sang ‘bunga dari surga’. Ketika itulah aku menyaksikan apa yang terdapat di balik gemerlap wangi ajaib sang ‘bintang dari bumi’ itu. Dalam perjalanan itu seorang kawan dari Mesir membawaku ke kebun melati. Ketika embun sore mulai membenamkan semak-semak hijau, bungabunga pun bermunculan. Dan sore itu pun menjadi seharum nenekku .Aku menceritakan tentang itu kepada Achmad, temanku. Aku terkejut melihat bibirnya menggulung ke atas, aku tak yakin apakah ini rasa jijik atau ejekan, namun itu bukanlah hal yang menyenangkan untuk dilihat. Aku bertanya pada Achmad kenapa, dan dia berkata:

Kulihat mereka dipaksa dan didorong oleh mandor yang sangat besar dan brutal. Anak-anak itu menggunduli pohon bintang itu (melati) dengan segala kelembutan bagaikan angin sepoi-sepoi memetik dedaunan yang menguning dari pohon musim gugur. Dan bunga yang seperti bintang itu menumpuk bagaikan salju yang jatuh di atas tanah ketika anakanak itu menumpahkan sang bunga dari keranjang nan besar yang mereka bawa. Kumelihat dalam diam … dan tak percaya … serta sedih yang mendalam. Keranjang itu menumpuk. Semak-semak tersebut kini menjadi lebih hijau. Beberapa anak mulai terkulai. Aku menatap ke langit, tak sanggup menahan apa yang kulihat dihadapanku, ketika itulah kulihat langit mulai terang. Malam hampir berakhir. Hari baru siap dimulai. Aku berpaling kepada Achmad: “Mengapa?”

“Janine, kau akan tahu mengapa.”

Dia tertahan:

Malam semakin larut. Langit bertabur triliunan bintang, bagaikan semak kecil dengan sang bintang tertangkap pada cabang mereka. Lantas terdengar suara sebuah truk kuno. Truk itu berhenti di dekat kami. Keluarlah dari belakang kendaraan lawas itu puluhan anak.

“Mengapa apanya, Janine?”

Aku berbalik memandang Achmad.

“Lalu?” aku menyelidik.

“Mengapa harus anak-anak?” “Kawan, karena para pembuat parfum yang membeli melati itu ingin bunga yang segar dan tak rusak.”

“Hanya jemari anak-anak yang halus dan lembut serta cukup lemah yang dapat memanen ‘bintang dari bumi’ milikmu.” “Tapi mengapa harus malam hari? Mengapa tidak mereka lakukan itu pada siang hari?” “Karena melati pemalu dan mengeluarkan kesegaran serta keharumannya kepada embun di sore dan malam hari. Para pembuat parfum mendapatkan melati yang paling segar ketika mereka dipetik pada malam hari.” “Dari mana mereka menemukan anak-anak itu Achmad?” “Pada keluarga miskin anak-anak begitu banyak dan murah bayarannya. Keluarga yang memiliki terlalu banyak mulut untuk diberi makan. Keluarga yang membutuhkan pekerjaan bagi setiap anggota keluarganya untuk bertahan hidup.” Dia menunjuk Fatima. Fatima begitu kurus, begitu menonjol tulangnya dibandingkan anak-anak lainnya yang aku lihat. “Ibunya kini harus memberi makan empat anak yang ditinggalkan oleh suaminya. Sang ayah berpaling ke gadis lain karena kecantikan ibunya telah memudar. Fatima adalah anak sulung dan pada usia delapan tahun dia harus turut memberi nafkah karena ada Yasmin, Mustafa dan sang bayi Nasreen yang harus makan.” Kulihat wajah Fatima. Lalu aku meminta Achmad untuk bertanya mengapa dia bekerja memetik bunga. Anak tersebut menjawab dengan suara yang seperti kabut: “Siapa yang akan memberi makan keluarga saya?” “Di manakah ayahmu sekarang?” “Dia punya keluarga baru. Dia tak menginginkan kami lagi.” Kulihat bergunung-gunung tumpukan melati. Mereka nampak seperti air mata yang mengkristal. Kini aku tak pernah membeli parfum lagi. Dan melati tak mengingatkanku pada gemintang lagi. Justru melati mengingatkanku pada air mata, Fatima, serta kawan-kawannya sesama pekerja yang hidup dengan begitu merana sehingga nenekmu, dan ibuku dapat mencium bintang-bintang itu, harum dan penuh kebahagiaan.

Sang Buah Ara13 Bocah kecil itu duduk dengan punggung tersandar pada sebuah pohon yang cukup rimbun dedaunannya untuk berteduh dari matahari nan menyengat. Hewan ternak yang harus ia gembalakan dan jaga berjalan dengan santai di bawah terik mentari, mengambil tetumbuhan yang tercecer. Kekeringan tak pernah beranjak pergi pada tahun ini. Dia mengamati ternak kurus itu, namun pikirannya entah ke mana. Bibinya kini pulang dari kota besar di mana sang bibi bekerja. Dia sangat tak suka pada bibinya karena sang bibi selalu berkata padanya jangan cerewet, jangan gugup, jangan… sang bibi memiliki daftar panjang dan tak pernah usai tentang segala sesuatu yang tak boleh ia kerjakan. Anak itu senang mendengar tentang kota besar di mana rumah besar menjulang hingga ke angkasa. Dia mencoba membayangkan wujud rumah tersebut seperti apa dan mengapa rumah itu tidak ambruk. Dia telah mencoba menyusun kerikil demi kerikil, namun dia tak penah bisa menumpuk hingga tinggi. Kerikil itu selalu runtuh jatuh. Mungkin, dia berpikir pada diri sendiri, bebatuan yang mereka gunakan tidaklah setara dengan kerikil yang dia pakai. Sang bibi juga menceritakan padanya tentang bus yang berbeda dari bus yang buruk berbentuk kotak yang sehari sekali menggelinding menimbulkan jejak berdebu menuju desa sang bocah. Bahkan kendaraan itu dibangun dengan satu ruang terpisah di atas ruang lainnya. Namun apa yang paling ia suka dengarkan adalah tentang sebuah kotak yang disebut TEEVEE. Anda dapat melihat gambar dari mana saja di dunia ini. Bahkan manusia berjalan di bulan. Namun untuk hal ini ia tidak mempercayainya. Dia berpikir hal tersebut hanya dibesar-besarkan. Dia benar-benar ingin pergi ke tempat lain diluar desanya yang berdebu, dengan semak berduri seperti sikat, kekeringan dan panas. Dia ingin sekali pergi ke tempat yang semuanya hijau. Sang anak teringat suatu masa di mana tanah berdebu ini tertutup oleh tetumbuhan hijau dan hewan-hewan ternak yang tak menonjol tulangtulangnya. Sore itu setelah ia menggiring ternak ke dalam kandang yang terbuat dari jalinan cabang-cabang semak, dia bergegas ke rumah. Dan ketika ia menjejakkan kakinya ke dalam rumah, sang bibi berkata:

13

Buah dari pohon Ara. Pohon Ara (Ficus Carica) adalah sejenis pohon beringin. Di Indonesia ada sekitar 30 jenis pohon Ara yang dapat dijumpai buahnya sepanjang tahun. Buah Ara ini sangat disukai oleh satwa hutan dan burung-burung.

99

“Jangan berlari ke dalam rumah!” Sang bocah tersenyum pada diri sendiri. Sang bibi telah memulai, namun ia tak menyimaknya. Anak itu punya terlalu banyak pertanyaan untuk dijawab oleh sang bibi. Setelah ia menjejalkan makanan dari biji jagung kering yang dicampur dengan air ke dalam mulutnya, pertanyaannya mulai meluncur keluar seperti debu bebijian yang keluar dari orang-orangan sawah. “Bi, ceritakan padaku apa yang bibi lihat di TEEVEE.” Sang bibi tertawa dan berkata: “Kau harus menunggu untuk mengetahui jawabnya sendiri, hai bocah.” Sang bocah merintih. Jika dia telah cukup besar dan dianggap cukup umur dia akan pergi ke kota. Maka, ia memohon. Si bibi tersenyum. Sang bocah memohon. “Tapi itu butuh bertahun-tahun. Kini aku hanya berusia delapan musim panas… aku mohon.”

100

Bibinya tertawa dan berkata: “Beri tahu dia, Kak.” Sang bocah melihat ibunya dengan pandangan bertanya-tanya. Sang ibu berujar pelan, bagaikan membawa segunung batu di atas dadanya. “Iya, anakku. Kau pergi dengan bibi ke kota.” Sang anak terperanjat senang, berlari kencang keluar dari gubuk yang terbuat dari jerami dan jalinan semak serta hanya memiliki satu ruang itu. Sang bocah menari seperti pengemis yang mendapat inspirasi di bawah langit malam yang dipenuhi bintang-gemintang. Dua hari kemudian, sang ibu memberinya sebuah bungkusan kecil pada tangannya. Beberapa roti jagung dan biji ara kering sekepalan tangan. Buah ara itu sangat mahal dan seketika itu ia menjadi sadar bahwa ibunya pasti merasakan sakit yang tak terperi lantaran kepergiannya. Bungkusan itu juga berisi bajunya yang paling bagus dan sebuah celana pendek bergaris-garis. Itulah pakaian sang bocah yang paling bagus. Kemudian, tibalah waktu untuk berpisah. Sang bocah melihat wajah kurus ibunya dan mata sang ibu berkilatan karena air mata yang tak ia teteskan.

Bukanlah pertanda yang baik untuk melepas kepergian anak sulungnya dengan air mata. Sang adik menggenggam erat rok ibunya dan sang ibu menggendong seorang bayi. Tiada ayah yang mengantar perjalanannya ke kota besar, di mana dia akan melakukan pekerjaan orang dewasa dengan bayaran seorang bocah, namun akan ada uang yang cukup terkirim ke rumah. Ayahnya meninggal lantaran penyakit misterius yang juga menyebabkan kematian ayah teman-teman lainnya. Dan juga banyak sekali ibu yang meninggal karenanya. Untuk seketika, panik yang tak terkira menguasai sang bocah. Akankah dia bertemu ibunya kembali? Dia tak akan menangis meskipun air mata hampir tumpah dari matanya yang hitam legam. Tidak! Dia akan melakukan pekerjaan orang dewasa. Dia tak boleh menangis. Anak itu melihat-lihat bangunan yang bagaikan menara menyentuh awan. Gedung itu sekilas terlihat putih di bawah mentari. Jadi, bangunan itu benarbenar menanjak ke atas hingga ke langit. Bibinya tidak membesar-besarkan. Kalau begitu, pikirnya, mungkin manusia benar-benar telah berjalan di bulan. Sang bibi membawanya ke dalam kotak sempit yang bergerak ke atas dengan begitu cepat sehingga ia nyaris memuntahkan sarapan paginya. Lantas mereka berada di dalam sebuah rumah… bukan, ini pasti sebuah istana. “Ini dia, Nyonya. Dia kuat dan patuh. Dia dapat bekerja dengan waktu yang lama,” ujar bibinya kepada perempuan yang berpakaian dari bahan yang membuat sang anak ingin menyentuhnya. Pakaian ini terlihat seperti hujan dan sungai yang mengalir, begitu indah, biru dan hijau semuanya menyatu. “Bagus, Miriam. Saya rasa ia akan bisa melakukannya. Dan meskipun dia tidak terlihat sangat kuat, aku berharap sedikit makanan yang baik di sini akan menggemukkan dia. Namun dia harus mandi.” Maka mulailah hidup sang bocah di dalam rumah istri saudagar berlian. Bangun pada pukul lima setiap pagi. Menyalakan kompor gas yang selalu menakutkan baginya. Lalu membuat teh dengan cara pelayanan teh ala Cina. Menaruh teh tersebut di atas talam yang berkilauan. Lengan kecilnya menegang dan tubuhnya membungkuk ketika ia membawa talam itu. Hari-hari berjalan dengan rutinitas yang sama. Piring sarapan harus dicuci. Lalu mengajak jalan-jalan sang anjing. Kemudian sepatu harus disemir hingga mengilap. Benar-benar berkilap. Dia tidak ingin sepatu itu terlempar kembali ke kepalanya seperti suatu hari

ketika putra sulung keluarga itu melihat noda kecil debu yang tak terlihat oleh sang bocah. Kupingnya langsung dipukul. Sangat sakit namun dia tidak menangis. Kadang antara pukul 12 :00 dan 12:30 bibinya memberinya dua buah roti bakar kecil yang tertinggal dari meja sarapan dan secangkir teh pahit hitam. Kadang-kadang anak itu teringat pada susu yang diberikan oleh ternak yang ia rawat. Tentunya tak setiap hari, namun ketika ia diberi secangkir kecil oleh ibunya, susu ini terasa lebih baik dari apapun. Suatu siang, ketika “Nyonya” duduk melihat TV di ruang tamu yang besar, dia mencoba untuk mengendap ke dalam. Namun sang nyonya berkata: “Bocah, kembali ke dapur. Pembantu tidak boleh masuk ke sini kecuali ia sedang melakukan pekerjaan.” Lalu sang nyonya memberinya pekerjaan. Setiap hari.

meninggal seperti kaum ibu dari kawan-kawannya, sebagai korban dari penyakit asing yang mereka sebut AIDS. Dia masih menyimpan sebiji ara kering dalam sakunya, bukti nyata akan kasih sayang ibunya dan rumah yang telah ia tinggalkan. Buah ara itu menimbulkan masalah untuknya. Suatu hari, dia menjatuhkan salah satu cangkir teh yang tipis. Dia sebenarnya tak menjatuhkannya. Cangkir itu meluncur dari talam yang berat ketika ia membawanya ke dapur. Nyonya memukulnya. Dia mencoba melepaskan diri dari pukulan yang bertubitubi. Ketika ia melihat tangan sang nyonya terangkat ke kepalanya, sang bocah menarik tangannya sendiri keluar dari sakunya dan mencoba menangkis pukulan tersebut. Buah ara, yang merupakan benda terakhir yang mengingatkannya pada rumah, terjatuh di atas lantai. Ketika ia menjatuhkan diri untuk mengambil buah itu, sang Nyonya menyambarnya.

“Pergi dan bersihkan peralatan golf James.” “Sophie bilang bahwa sepatu senamnya kotor kemarin. Gurunya marah sekali. Pergi dan besihkan lagi.” “Pergilah ke toko dan bawalah belanjaan.” Selalu saja ada pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan, atau ia lakukan dengan cukup baik. Dia membersihkan dapur larut malam menunggu keluarga tersebut menyelesaikan makan malam. Ia mencuci perlengkapan makan dari keramik Cina tersebut dengan hati-hati, dan kemudian beristirahat sejenak untuk melahap sedikit sup dan kentang yang merupakan makan malamnya. Setiap hari. Dia kadangkadang bertanya-tanya kapan ia akan menjadi gemuk. Dia kadang menangis di malam hari ketika ia tergolek bersesakan di bawah meja dapur di atas tikar sabut kasar. Tak jadi masalah jika ia kemudian menangis karena tak satu pun yang dapat melihat atau mendengarnya. Dia menangis kepada langit yang terbentang yang juga menaunginya ketika memberi rumput ternaknya. Dia menangis untuk kebebasan yang ia rasakan ketika bermain dengan kawankawannya yang juga memberi makan rumput ternak di dekat mereka. Permainan sederhana yang mereka lakukan, seperti “permainan tangkap” atau pepohonan yang mereka panjat. Lantas ia rindu pada keluarganya, adik laki-laki dan perempuannya. Ia mencoba untuk tidak memikirkan ibunya. Ia menjauhkan ibunya dari segala pikirannya karena ia merasa ia tak akan sanggup berhenti menangis. Ia tertahan dalam cengkeraman ketakutan bahwa ibunya juga akan

“Jadi kamu mulai mencuri ya. Kamu tak cuma ceroboh dan tak berguna, kamu juga pencuri.” Sang bocah menangis terisak dan terbata-bata: “Ibu saya yang memberikan ini pada saya… saya tidak mencurinya.” “Cerita karangan. Dari mana ibumu memperoleh buah ara! Miriam memberi tahu aku bahwa ibumu bahkan tak mampu memberimu makan barang satu kali sehari. Hanya supaya kamu keluar dari kesusahan maka aku setuju kau datang ke sini. Supaya berkurang satu mulut yang ia suapi. Bagaimana bisa dia memberimu sebiji ara?” Kemudian meluncurlah kata-kata pedas. “Tak berguna! Ceroboh! Tak ada hal yang bagus darimu! Pemalas! Pencuri dan pembohong!” Lebih banyak lagi pukulan. Sang bocah mengarahkan kepalanya dan menerima pukulan. Lalu sang nyonya memungut buah ara itu dan melemparkannya ke tempat sampah. Sang bocah seolah melihat rumahnya terlempar ke dalam tumpukan sampah. Kata-kata berdengung lebih kencang dari rasa sakit di telinganya. “Pembohong! Pencuri!” Dia tak berkata apapun. Bibinya benar tentang satu hal. Dia memang patuh. Dia terkulai di bawah meja setelah sang nyonya menuntaskan kemarahannya. Bibinya telah membawanya tergulung ke dalam lingkaran ketat

101

kesengsaraan. Sang bibi berteriak kepada sang bocah: “Kamu telah memalukan keluargamu! Kamu mencuri!”

“Minggu lalu.” “Tapi bibi tidak bilang padaku.”

“Ibuku yang memberinya padaku sebelum aku meninggalkan rumah.” “Dengarkan hai keponakanku! Aku tahu segenggam biji ara menyedihkan yang ibumu berikan. Setelah tiga bulan kau tak mungkin punya biji ara yang tersisa. Kau pencuri! Betapa memalukannya dirimu! Terlebih setelah semua kebaikan yang telah nyonya tunjukkan padamu!”

“Untuk apa? Kau akan mulai menangis tersedu-sedan dan menginginkan pulang ke rumah. Sang nyonya bilang bahwa lebih baik kau tetap bekerja. Setidaknya uang akan berguna. Tak ada apa pun yang bisa kau perbuat untuk ibumu.” “Dan saudara-saudaraku. Di mana mereka?” “Sang bayi meninggal. Adikmu diasuh oleh tetangga.”

Sang bocah menjawab gagap: “I… ibu memberikan itu padaku… Buah ara itu adalah rrr… rumah.” “Omong kosong! Bagaimana bisa biji ara adalah rumah! Sang nyonya bilang kau boleh tinggal tapi dia tak akan membayarmu bulan ini. Kamu memecahkan cangkir mahal dan kamu mencuri! Ibumu akan malu karenamu… syukurlah dia tak akan pernah tahu.”

102

Sang bocah menatap bibinya untuk waktu yang lama. Dan kemungkinan terburuk atas makna tersirat dari apa yang bibinya katakan mengguncang pikirannya. “Kapan?”

Malam itu setelah keluarga tertidur nyenyak, si bocah merangkak ke bawah menyusuri tangga yang panjang dari lantai ketujuh. Dia berjalan di jalanan. Dia takut. Dia tak tahu ke mana harus melangkah, namun dia tahu dia harus pergi dan menemukan adiknya. Dia tak dapat membiarkan adiknya diambil oleh orang lain. Dia akan menemukannya dan membuat rumah bagi si adik. Bocah itu tidak menangis. Dia melakukan pekerjaan pria dewasa. Dia tak boleh menangis. Dia harus tetap bersama-sama dengan keluarganya yang masih tersisa. Dia tak tahu bagaimana, namun dia akan menemukan jalan kembali ke rumah. Dan memang harus.

Lampiran 2 - Drama PEKERJA ANAK (Drama dimainkan oleh para siswa dan para guru) Para Pemain Keluarga I : Pak Sukarta Ibu Sukarta Tatang

: Ayah : Ibu : Anak laki - laki

Keluarga II : Pak Priyatna Ibu Priyatna Surti

: Ayah : Ibu : Anak Perempuan

Rosa Nuning Joko Faisal Bintang Tamu

: Majikan : Tetangga : Mandor : Tetangga : Kepala Desa

Catatan : Drama ini dapat diubah secara bebas sesuai dengan situasi tempat di masing-masing daerah.

Ringkasan Cerita Adegan Satu Suasana di SD Negeri Desa Pardasuka pada saat pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN). Nampak kebahagiaan terpancar dari wajah para siswa yang saling memberi ucapan selamat termasuk salah satu diantaranya adalah Tatang dan Siti kedua orang sahabat yang sama – sama bersekolah disana. Nampak keduanya sedang bercengkrama membahas tentang kelulusan mereka. Adegan Kedua Suatu sore di rumah keluarga Sukarta nampak sedang berbincang - bincang dibalai – balai sambil minum teh Pak Sukarta dan Ibu Sukarta disertai anak – anaknya salah satunya adalah anak tertua mereka yaitu Tatang yang baru saja lulus dari Sekolah Dasar (SD). Bapak dan Ibu Sukarta yang sehari – harinya bekerja di perkebunan milik salah seorang pengusaha di Jakarta sedang membicarakan tentang rencana melanjutkan sekolah Tatang ke SMP. Namun permasalahannya adalah di desa tersebut belum ada sekolah SMP sehingga untuk meyekolahkan anak mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh dari

desa tersebut dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Akhirnya Pak Sukarta memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan anaknya ke SMP dan mengajak Tatang untuk membantu mereka bekerja di perkebunan. Adegan Ketiga Dirumah keluarga Priyatna pada saat sedang makan malam bersama istri dan anak – anaknya, mereka juga membicarakan soal kelulusan anak perempuan mereka Siti dan tentang kelanjutan pendidikan anak mereka ini. Dihadapi persoalan yang sama dengan latarbelakang ekonomi yang tidak memungkinkan maka memutuskan untuk tidak melanjutkan ke SMP. Pada saat yang bersamaan ada tetangga mereka yang sudah bekerja dikota dan sering membwa penduduk desa untuk mencari pekerjaan di kota menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT). Dengan pertimbangan untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga maka mereka memutuskan untuk menitipkan anak mereka tersebut untuk menjadi PRT di kota melalui tetangga mereka yang sudah terlebih dahulu bekerja dikota. Adegan Keempat Di perkebunan anak-anak disiksa, diberi pekerjaan yang sangat banyak dengan semburan cacian-cacian. Di perkebunan para buruh bekerja dengan diawasi sang mandor semua mendapat perlakuan yang sama tanpa membedakan orang dewasa maupun anak anak, baik perempuan maupun laki – laki tidak ada boleh yang salah dalam melakukan pekerjaan, beban pekerjaan dan waktu bekerjapun tidak ada perbedaan. Adegan Kelima Suasana sore hari di rumah majikan tempat Surti bekerja sebagai PRT di Jakarta, majikan perempuan baru saja pulang dari kantor suasana rumah berantakan sedangkan Surti sedang berada dibelakang rumah. Surti mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari majikan perempuannya. Surti melarikan diri dari rumah majikannya. Adegan Keenam Bapak Kepala Desa mengunjungi rumah Pak Sukarta yang secara kebetulan sedang ada Pak Priyatna yang sedang berdiskusi masalah yang sedang mereka hadapi sehingga terjadi diskusi yang sangat serius tentang pekerja anak.

103

Dialog Adegan Adegan Satu : (SD Negeri Pardasuka) Suasana pagi yang cerah para siswa SD Negeri Pardasuka sudah berkumpul dan berbaris dilapangan untuk mendengarkan pengarahan dan pengumuman kelulusan siswa – siswi yang telah mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun ini. Tidak lama kemudian Ibu Kepala Sekolah telah hadir didampingi para Guru memberi pengarahan dan mengucapkan selamat kepada seluruh siswa karena tahun ini semua lulus UN. Akhirnya suasana pun riuh rendah dan saling mengucapkan selamat satu sama lainnya. Termasuk kedua sahabat Tatang dan Surti. Tatang (berlari menghampiri Surti): “Horeee lulus……,selamat ya (sambil menjabat tangan)”, Surti (menyambut jabatan tangan Tatang) : “Selamat juga ya, kamu juga kan lulus….hehehe (keduanya tertawa)”,

104

Tatang : “Gimana nih rencana selanjutnya, mau daftar ke SMP gak?” Surti :”Belum tau nih Tang ntar deh mau dibicarakan dulu sama Bapak dan Ibu, kamu sendiri gimana rencananya…..?” Tatang : “Ya sama aku juga mau dibicarakan dulu sama Bapak dan Ibuku, aku sih tergantung mereka, kamu kan tau sendiri kondisi keluargaku...?” (Keduanya berjalan beriringan menuju pintu gerbang sekolah) Surti : “Coba di desa kita sudah ada sekolah SMP, jadi kita gak perlu jauh – jauh ke kota kalau mau melanjutkan sekolah kan biayanya jadi semakin mahal…..??” Tatang :”Iya ya, kondisi orangtua kita kan belum memungkinkan untuk mampu membiayai kita sekolah, apalagi kalo harus sekolah ditempat yang jauh – jauh” (Keduanya sampai di depan pintu gerbang Sekolah) Surti : Ya sudah deh Tang, sampai disini dulu ya, aku mau pulang dulu, kasih tau sama bapak dan ibu di rumah” Tatang : “Oke deh sampai ketemu lagi ya, dahhh (melambaikan tangan)

Surti : (membalas lambaian tangan sambil berjalan sebagai tanda perpisahan) Adegan Dua (Rumah Pak Sukarta) (Pak Sukarta, Ibu Sukarta, Tatang :Berbincang – bincang diatas balai – balai sambil minum teh) Tatang : “Bapak, Ibu saya tadi pagi sudah pengumuman kelulusan di sekolah Alhamdulillah saya dinyatakan lulus Ujian Nasional (UN)….?” Pak Sukarta :”Wah, syukur Alhamdulillah kalau begitu kan, bagaimana dengan teman – teman yang lain lulus semua atau tidak…..?” Tatang:”Alhamdulillah Pak siswa SD Negeri Pardasuka yang tahun ini ikut UN dinyatakan lulus semua, terus bagaimana Pak untuk melanjutkan ke SMPnya..?” Ibu Sukarta : (Sambil menuangkan teh kedalam cangkir Pak Sukarta) ”Tang, kamu kan tau bagaimana upah yang Bapak dan Ibu sekarang dapat dari hasil bekerja sebagai buruh di kebun tidak mungkin cukup untuk membiayai kamu melanjutkan sekolah, cukup untuk makan kita sekeluarga aja sudah syukur” Pak Sukarta : (Meminum teh yang sudah dituangkan Ibu Sukarta) “Iya nak, kamu kan tau untuk melanjutkan sekolah ke SMP itu butuh dana yang tidak sedikit apalagi di desa kita belum ada sekolah SMP jadi harus pergi ke kota dan itu butuh dana yang cukup besar” Tatang : (Berbicara sambil bernada protes) “Tapi Pak, Bu, saya kan juga ingin melanjutkan sekolah supaya bisa jadi orang yang sukses dan dapat meraih cita – cita saya, apalagi sekolah di kota adalah impian saya…..!!!” Ibu Sukarta : (Duduk di samping Tatang sambil membelai – belai kepalanya) “Sudahlah nak, lebih baik kamu ikut bapak dan ibu membantu bekerja sebagai buruh upah di perkebunan, kami kan sudah tua, bapakmu sudah mulai sakit – sakitan kalau bukan kamu siapa lagi yang akan membantu mencari nafkah untuk makan kita sehari – hari” Bapak Sukarta : “Iya nak, Bapak yakin kalau memang nanti suatu saat ada rezeki pasti kamu bisa melanjutkan sekolah di SMP bahkan lebih tinggi lagi supaya bisa menggapai cita – cita kamu, yang penting kamu bekerja membantu Bapak dan Ibu dengan giat dan rajin”

Tatang : (Duduk ditengah – tengah Bapak dan Ibu Sukarta dan memeluk keduanya) “Baiklah Pak, Bu, kalau memang Bapak dan Ibu menginginkan seperti itu, tapi Tatang berjanji suatu saat nanti akan melanjutkan sekolah ke SMP bahkan lebih tinggi lagi supaya bisa menggapai cita – cita Tatang” (Ketiganya tersenyum lalu Tatang mencium tangan Bapak dan Ibu Tatang) Adegan Tiga (Rumah Pak Priyatna) (Pak Priyatna, Ibu Priyatna, Surti : baru saja menyelesaikan makan bersama) Surti : (sambil membenahi piring – piring bekas makan diatas meja) “Pak tadi pagi di sekolah ada pengumuman kelulusan Ujian Nasional, Alhamdulillah Surti lulus….” Pak Priyatna : “Oh jadi kamu berhasil lulus ya, wah selamat ya nak Bapak senang kamu bisa lulus” Ibu Priyatna : “Iya nak, ibu juga senang akhirnya kamu bisa lulus juga dan menyelesaikan sekolah kamu nak” Surti : “Terus selanjutnya bagaimana ya Pak, Bu kira – kira bisa tidak ya Surti melanjutkan ke SMP….???” (bertanya dengan nada bingung) Pak Priyatna : “Nak, Bapak sebenarnya kepingin supaya kamu bisa melanjutkan pendidikan ke SMP tapi kamu kan tau penghasilan Bapak dari bekerja sebagai buruh serabutan tidak mungkin mampu membiayai sekolah kamu..??” (berbicara dengan nada sedih)

Ibu Priyatna : “Memangnya Bapak punya rencana mau mencarikan Surti pekerjaan dimana, apa ada yang mau menerima anak lulusan SD untuk bekerja” Pak Priyatna : “Si Nuning tetangga sebelah kita kan sudah sukses bekerja di Kota dan dia kan sudah sering mengajak orang – orang di desa kita ini untuk bekerja di Kota, Bapak rencananya mau menitipkan Surti kepada Nuning untuk dicarikan pekerjaan di Kota” (Ada yang mengetuk pintu) Bu Priyatna: Eh... De Nuning, apa kabar panjang umur nih Bapak baru saja membicarakan Dek Nuning, mari Silahkan masuk (ia membukakan pintu) (Bu Priyatna memanggil Bapak Priyatna) : Pak ini ada dek Nuning yang baru saja kita bicarakan tadi....!!!) Nuning : Apa kabar bu .....?? Bu Priyatna : Oh baik dek Nuning, kapan tiba dari Kota? Nuning : Sudah seminggu Bu, rencananya besok mau kembali lagi ke Kota (Bapak Priyatna diikuti oleh Surti datang menghampiri) Pak Priyatna : Wah dek Nuning panjang umur, Bapak baru saja membicarakan dek Nuning, ini perkenalkan anak kami Surti (Surti menyalami Nuning kemudian duduk kembali)

Bu Priyatna : “Iya Surti, kamu kan tau nak biaya untuk melanjutkan sekolah itu tidak murah, apalagi di desa kita belum ada sekolah SMP jadi kamu harus pergi ke kota, itu kan butuh biaya yang besar” Pak Priyatna : (berdiri sambil membelai rambut Surti) “Sudahlah nak lebih baik kamu ikut membantu bapak dan ibu bekerja untuk meringankan kebutuhan hidup kita sehari – hari, kamu kan tahu semakin hari biaya hidup semakin berat” Surti : (bertanya dengan nada bingung) “Iya tapi Surti bisa bekerja apa, Surti kan masih kecil Pak, Bu, belum bisa bekerja”

Nuning : Memangnya ada apa Pak, Bu, kok tadi katanya membicarakan saya? Pak Priyatna : Iya dek Nuning, tadi Bapak bercerita tentang dek Nuning kepada Ibu, soalnya Bapak ada rencana untuk menitipkan Surti kepada Dek Nuning untuk dicarikan pekerjaan di Jakarta Bu Priyatna : Iya Dek Nuning, kebetulan kan Surti ini baru saja lulus sekolah di SD jadi mau bekerja biar bisa bantu – bantu meringankan beban keluarga

105

Nuning : Wah kebetulan, saya besok mau berangkat ke kota dan memang ada yang sedang membutuhkan PRT, jadi besok bisa langsung ikut dan akan saya antarkan ke majikannya. Pak Priyatna : Kalo begitu kami mengucapkan terima kasih banyak Dek Nuning atas bantuannya, kami mohon titip anak kami selama bekerja dikota (sambil menjabat tangan Nuning) Adegan Empat (Terlihat anak-anak bekerja berat di perkebunan kopi) Joko : Tatang! Tatang! Tatang : Ya Pak...! Joko : Kesini!

106

Tatang : (terburu-buru) Saya di sini, Pak! Joko : Sudah saya katakan, saya tidak suka omong kosong. Tatang : Apa itu Pak? Joko : Bodoh...! (mengikuti dari belakang seolah-olah seperti akan memukul) Saya tidak mau ada orang malas di perkebunanku. Tatang : Tapi kami tidak malas, apakah Bapak tidak melihat kami kerja berat?

Joko: Saya tidak melihat apa-apa selain ketololan dan kemalasan Tatang : Apa yang seharusnya kami lakukan? Joko : Bekerja cepat dan lebih baik Tatang : Baik, kami akan coba.

Joko : Kalian menantangku ya! Disini tidak ada kata untuk mencoba, tetapi bekerja, dan kerja keras untuk menabung Tatang : Baik, kami akan bekerja. Joko : Bodoh! Katakan pada lainnya bahwa saya kecewa. (sambil memukul kepala Danto) Tatang : (memegang kepala) Tapi saya juga bekerja Pak! Joko : Dasar anak tak berguna. Hai dengar... Ini bukan sekolah, jadi jangan protes tapi bekerja atau saya akan mencambukmu. (Tatang lari dan anak-anak lain menggelengkan kepala) Adegan Lima (Rumah Majikan) Rosa : Surti! Surti! Surti : (sambil berlari menghampiri) Ya bu. Rosa : Tolol kamu, kesini! Surti: Apa yang telah saya lakukan? Rosa : Jangan tanya pada saya apa yang telah kamu lakukan, seolah-olah kamu telah melakukan sesuatu. Surti : Tetapi kenapa Ibu marah? Rosa : Saya tidak akan membayar kepada orang tuamu hanya untuk tidur dan makan. Surti : Tetapi saya telah bekerja untuk ibu. Rosa : Lihat! Lantai dan perabotan rumah (istirahat) kotor padahal kamu disini untuk bekerja. Surti : Tapi saya harus bekerja satu persatu.

Rosa : Kamu tolol, diam! (marah) saya akan mencambukmu.

Pak Sukarta : (sedih) Baik Pak Priyatna

Surti: Beri saya waktu untuk menyelesaikan semua ini.

Pak Priyatna : (bertanya keheranan) Apakah Bapak sakit Pak Sukarta?

Rosa : Waktu! Waktu! Enak saja kamu bilang ! (sambil memukul Surti)

Bu Sukarta : Tidak, hanya ada masalah

Surti : Mengapa Ibu menyiksa saya, bu?

Pak Priyatna : Masalah apa?

Rosa : Karena saya majikanmu, saya dapat memperlakukanmu seperti keinginan saya (menamparnya). Jangan berdalih dengan saya atau saya akan terus memukulmu. Surti : (terisak-isak) Saya akan pergi! (diam) Saya sudah bekerja begitu berat tapi Ibu tidak menghargainya! (diam) Ibu memukul saya dan menghina saya!

Bu Sukarta : Anak kami tidak dapat melanjutkan sekolah karena tidak mempunyai biaya, terpaksa kami menyuruh mereka bekerja. Pak Priyatna : (mengangguk-anggukan kepala) Sama seperti yang saya alami juga, anak saya pun akhirnya kami suruh bekerja karena kami tidak mampu membiayainya untuk melanjutkan sekolah (ada yang mengetuk pintu)

Rosa : Pergi! Pergi! Pergi! Terserah padamu, jangan menyentuh apapun perempuan malas, tinggalkan rumah ini sebelum saya marah. (Surti meninggalkan rumah dengan menangis) Adegan Enam ( Diskusi di rumah Pak Sukarta ) Bu Sukarta : Bagaimana Pak rencana selanjutnya, sampai kapan kita membiarkan anak kita bekerja?

Bu Sukarta : Silahkan masuk Faisal : (masuk) apa kabar semua? (bersama-sama) Baik Pak Faisal. Faisal : Pak Sukarta, Bapak kelihatan sedih, apa ............. (ada yang mengetuk pintu lagi)

Pak Sukarta : Sabar Bu, berdoa saja statu saat kita diberikan kesmpatan untuk menyekolahkan kembali anak kita (ada yang mengetuk pintu) Pak Sukarta : Ada yang mengetuk pintu, tolong Bu lihat dan dibukakan pintunya. Bu Sukarta : (menuju pintu dan membuka) Oh! Silahkan masuk, Pak ada tamu, Pak Priyatna. Pak Priyatna : (masuk) Terima kasih Bu Sukarta. (diam) Oh, apa kabar Pak Sukarta?

Pak Sukarta : (berteriak) Silahkan masuk! Pak Lurah : (masuk) Selamat sore semua! (semua berdiri menghormat) Selamat sore Pak Lurah. Pak Sukarta : Selamat datang Pak Lurah, suatu kehormatan bertemu dengan Anda. Bu Sukarta : (menawarkan kursi) Silahkan duduk Pak Lurah, selamat datang Pak Lurah : Terima kasih bu, (duduk) Pak Sukarta, kenapa Bapak kelihatan begitu sedih?

107

Pak Sukarta : (meminta maaf) Maaf Pak Lurah tapi... tapi ....... Pak Lurah : Pak Sukarta, katakan pada kami masalah yang Bapak hadapi.

Pak Lurah : Kita harus berpikir tentang bagaimana caranya agar di desa kita ini bisa dibangun gedung SMP untuk dapat mempertahankan supaya anak – anak kita tetap dapat melanjutkan pendidikan.

Pak Sukarta : Pak Lurah tahu kan, pekerjaan saya hanya seorang buruh di perkebunan yang penghasilannya tidak tetap dan terpaksa anak saya tidak dapat melanjutkan sekolah, sementara hidup ini sendiri sudah begitu sulit.

Pak Sukarta : Ya, itu adalah salah satu cara agar orang tua dapat berkonsentrasi untuk memberi mereka makan setelah pulang dari sekolah.

Bu Sukarta : Untuk makan saja disini sudah susah. Faisal : Tetapi saya dengar anakmu bekerja di perkebunan dan anak Pak Priyatna menjadi PRT di kota. Pak Sukarta : Iya, tetapi ....... tetapi ......

108

Faisal : Ini sebagai tantangan

Bu Sukarta : (menyela pembicaraan) Tidak lagi, mereka disana sangat menderita. Badannya disakiti dan mereka juga dihina. Pak Priyatna : Anak saya juga, dia dicaci maki, dipukul sampai luka sehingga dia tidak mau bekerja lagi, mereka ingin sekali melanjutkan sekolah. Pak Lurah : Maafkan saya Pak Sukarta, tidak hanya anak – anak Bapak berdua yang mengalami masalah ini, banyak anak-anak lain yang mengalami hal yang sama. Saya telah banyak mendengar tentang pekerja anak! Mereka telah diperlakukan semena-mena oleh majikannya dan hal ini harus dihentikan. Faisal : Sesuatu harus dilakukan segera untuk mengatasi permaslahn ini. Anak-anak jangan sampai menjadi sampah dan menderita. Pak Lurah : Saya akan segera mengundang rapat mengenai hal ini. Bu Sukarta : Anda sangat baik, tapi bagaimana mereka akan melanjutkan pendidikannya.

Faisal : Itu gagasan yang bagus (menangguk-anggukan kepala) Pak Lurah : Saya kira anak-anak amat menderita, saya telah mendengar banyak kasus tentang penyiksaan anak, akibat menjadi pekerja anak. Faisal : Para pengusaha harus menghentikan mempekerjakan anak dan harus ikut membantu membangun gedung sekolah di desa ini Pak Lurah : (berdiri) Saya akan pamit, sampai ketemu nanti di pertemuan (pergi). Faisal : (juga berdiri) Terima kasih banyak, saya berharap upaya kita ini mendapat dukungan dari semua pihak dalam rangka mencerdaskan anak bangsa

Lampiran 3 TIM ADAPTASI MANUAL INFORMASI BAGI GURU, PENDIDIK DAN ORGANISASI PENDIDIKAN

Penasehat 1. Arum Ratnawati (Kepala Penasehat Teknis – Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak - ILO Jakarta) 2. Dr. Sulistiyo (Ketua Umum PGRI) 3. H. Sahiri Hermawan, S.H, M.H (Sekretaris Jenderal PB PGRI) Ketua : Dr. Unifah Rosyidi Anggota : 1. Dra. Harfini Suhardi 2. H. Giat Suwarno 3. Drs. M. Usman, M.Pd 4. Drs. Didi Suprijadi 5. Drs. Rachmawati AR, MM 6. Rukiah, S.Pd 7. Dr. Hj. Aji Sarni LZ, M. Pd 8. Evi Silvivanti 9. Drs. Joko Purwanto 10. Carum Widodo, S.SE, M.Si Pendamping : 1. Achmad Marzuki (JARAK) 2. Putri Vidya Dewi (ILO)

109

Lampiran 4 - Daftar Pustaka

1.

2.

110

Action Against Child Labour (Aksi MelawanFenomena Pekerja Anak), Haspels, Neilen, dan Jankanish, Michele. ILO, Geneva, Switzerland. A Future Without Child Labour: Global Rreport under the Follow-up to the ILO Declaration on Fundamental Principles and Rights at Work (Masa DepanTanpa Pekerja Anak: Laporan Global untuk Tindak Lanjut Deklarasi ILO tentang Prinsip Dasar serta Hak di Tempat Kerja), ILO, Geneva.

3.

Child Labour: Targeting the Intolerable (Pekerja Anak: Membidik yang tak Dapat Ditoleransi), ILO, Geneva.

4.

Child Labour in the Developed Economies (Pekerja Anak di Negara Ekonomi Maju), Dorman, Peter. ILO-IPEC, Geneva.

5.

The Economic Impact of Child Labour (Dampak Ekonomi dari Pekerja Anak), Gali, Rosanna. ILO, Geneva.

6.

Learning or Labouring? A Compilation of Key Texts on Child Work and basic education (Belajar atau Bekerja? Kumpulan Makalah Penting tentang Pekerjaan Anak dan Pendidikan Dasar), Ennew, Judth, ed. UNICEF, Innocenti Research Centre, Florenze, Italy.

7.

8.

Action Against Child Labour: Strategies in Education; Country Experiences in the Mobilization of Teachers, Educators and Their Organizations in Combating Child Labour (Aksi Melawan Pekerja Anak: Strategi dalam Pendidikan, Pengalaman Negara dalam Menggerakkan Para Guru, Pendidik, dan Organisasi Pendidikan dalam Memerangi Fenomena Pekerja Anak), Haspels, Nelien, de los Angeles-Bautista, Feny, Boonpala, Panudda, dan Bose, Chanda. ILO-IPEC, Geneva. Indigenous and Tribal children: Assessing Child Labour and Education Challenges (Anakanak Masyarakat Adat dan Suku Pedalaman: Mengukur Tantangan Pekerja Anak dan

Pendidikan), Larsen, Peter. ILO-IPEC, Geneva. 9.

Costs and Benefits of Universal Education to Replace Child Labour (Biaya dan Manfaat Pendidikan Universal untuk Mengganti Pekerja Anak), Matz, Peter. ILO-IPEC, Geneva.

10.

School-related Economic Incentives in Latin America: Reducing Drop-out and Repetition and Combating Child Labour (Insentif Ekonomi yang Berkaitan dengan Sekolah di Amerika Latin: Mengurangi Angka Putus Sekolah dan Tinggal Kelas serta Memerangi Fenomena Pekerja Anak), Schiefelbein, Ernesto. UNICEF, Innocenti Researc Centre, Florenze.

11.

The State of the World’s Children (Situasi Anakanak di Dunia), UNICEF, New York, USA, 1997 and 1999.

12.

Out of the Shadows: Domestic Child Servitude (Keluar dari Bayang-bayang: Perbudakan Anakanak Pekerja Rumah Tangga), Global March Against Child Labour, New Delhi, India (tersedia dalam situs web mereka di www.globalmarch. org/index.html).

13.

Child Labour in Domestic Service: Trade Union Manual: Methods and Strategies for Policy Development and Action Plans (Pekerja Rumah Tangga Anak: Buku Panduan bagi Serikat Pekerja: Metode dan Strategi untuk Pengembangan Kebijakan dan Rencana Aksi), ILO, Bureau for Workers’ Activities (ACTRAV), Geneva.

14.

In the Twilight Zone: Child Workers in the Hotel, Tourism and Catering Industry (Dalam Senjakala: Pekerja Anak di Industri Perhotelan, Pariwisata, serta Katering), Black, Maggie. ILO, Geneva.

15.

Unbearable to the Human Heart: Child Trafficking and Action to Eliminate It (Tak Dapat Diterima oleh Hati Manusia: Perdagangan Anakanak dan Aksi untuk Menghapusnya), ILO-IPEC, Geneva.

16.

Children in Armed Conflict (Anak-anak dalam Konflik Bersenjata), UNICEF, New York, (tersedia dalam situs web mereka di www.unicef.org).

17.

Children at Work: Health and Safety Risks (Anak-anak yang Bekerja: Risiko Kesehatan dan Keselamatan), Forastieri, Valentina. ILO, Geneva.

18.

Exploring Alternative Approaches to Combating Child Labour: Case Studies from Developing Countries (Menyingkap Pendekatan Alternatif untuk Memerangi Pekerja Anak: Studi Kasus dari Negara Berkembang), Boyden, Jo dan Myers, William E. UNICEF, Innocenti Research Centre, Florenze.

19.

No Time to Play: Child Workers in the Global Eeconomy (Tiada Waktu untuk Bermain: Pekerja Anak dalam Ekonomi Global), Cadman, Eileen. International Confederation of Trade Unions (ICFTU), Brussels, Belgium.

20.

Trade Unions and Child Labour: A Guide to Action (Serikat Pekerja dan Pekerja Anak: Panduan untuk Aksi), Fyfe, Alec and Jankanis, Michele. ILO, Geneva.

21.

Promoting Gender Equality in Action Against Child Labour: A Practical Guide (MendorongKesetaraan Gender dalam Aksi Melawan Fenomena Pekerja Anak: Sebuah Panduan Praktis), Haspels, Nelien, Romeijn, Marinka, dan Schroth, Susanne. ILO, Bangkok, Thailand (tersedia dalam situs web ILO di www. ilo.org/public/english/standards/ipec/publ/ gender/gender.pdf ).

22.

Employers’ Handbook on Child Labour: A Guide for Taking Action (Buku Pegangan bagi Pengusaha Tentang Pekerja Anak. Sebuah Panduan untuk Melakukan Aksi), International Organization of Employers (IOE) dalam kolaborasi dengan ILO Bureau for Employers’ Activities, Geneva (tersedia dalam situs web IOE di www.ioe-emp.org/ioe_emp/pdf/ childlabour1.pdf ).

111