Menciptakan Ruang Kreatif Publik di Surabaya Gunawan ...

49 downloads 217 Views 554KB Size Report
Ruang kreatif publik dibutuhkan untuk memfasilitasi aktivitas-aktivitas ... ruang publik dan ruang alami serta menggunakan bangunan-bangunan yang di desain  ...
Menciptakan Ruang Kreatif Publik di Surabaya Gunawan TANUWIDJAJA Dosen Arsitektur Universitas Kristen Petra & Peneliti Perkembangan Daerah Perkotaan Pengaruh Penghijauan Indonesia, Penggabungan Daerah Perkotaan, Saluran Air dan Kondisi Lingkungan – Perencanaan dan Konsultan Desain. INDONESIA [email protected] Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Gita Artia.

ABSTRAK Ruang kreatif publik dibutuhkan untuk memfasilitasi aktivitas-aktivitas ekonomi kreatif. Kreatifitas tersebut dapat meningkat dengan memfasilitasi berbagai ekonomi lokal, menambah penghijauan

daerah

perkotaan,

menambah

fasilitas

olahraga

dan

kegiatan

rekreasi,

mempermudah interaksi sosial dan membawa kebanggaan dan kenangan suatu komunitas. Taman Bungkul dijadikan sebagai tempat kreatif publik karena tempatnya sendiri mendukung perekonomian lokal (pedagang kaki lima, dll). Taman Bungkul juga dilengkapi dengan kolaborasi kreatif dari para komunitas bikers, kegiatan seni. Dan terakhir, taman tersebut juga menyediakan hiburan dan olahraga dalam konteks perkotaan dengan penghijauan yang berlimpah, beserta interaksi sosial, kebanggaan dan kenangan tersendiri bagi para penikmatnya. Hal-hal seperti ini mampu menciptakan ruang publik yang nyaman untuk didiami dan juga hidup. Karena itu, pendekatan serupa diperlukan dalam proses pelaksanaannya terhadap kota-kota lain yang ingin menciptakan ruang kreatif untuk masyarakat umum. Kata Kunci: Ruang Kreatif Publik, Tempat-Tempat Umum yang Memadai, Taman Bungkul.

PENDAHULUAN

Proses kreatif dapat diartikan sebagai proses menemukan ide-ide baru atau menjalankan ide-ide yang sudah ada dalam ruang lingkup yang berbeda (Wallas, G, 1926).1 Kolaborasi yang kreatif dapat terjadi apabila dua orang atau lebih atau tiap-tiap komunitas bekerja sama dalam sebuah pertemuan yang mebahas tujuan yang sama dengan cara membagi pengetahuan, belajar dan menciptakan mufakat.” 2 Romer (1986) menjelaskan bahwa, “Kreatifitas diperlukan di dalam proses untuk memproduksi solusi baru dalam mencapai pertumbuhan ekonomi.” Sementara itu, Florida (2002) menyatakan bahwa “Sebuah wilayah yang dilengkapi dengan Teknologi, Talenta dan Toleransi or ‘3T’ akan memiliki perkembangan ekonomi yang memuaskan.”

3

Kreatifitas membutuhkan ruang; oleh

karena itu ruang kreatif publik diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif dan berbagai kebutuhan manusia. Seperti yang dinyatakan oleh Jane Jacobs (1961), “Kota mampu menyediakan sesuatu untuk semua orang, hanya jika, dan ketika kota tersebut diciptakan oleh semua orang.” Jane Jacobs (1961) mengartikan kota sebagai tempat yang bisa dihuni dan ekosistem yang berkembang dari waktu ke waktu. Beberapa faktor utama diantaranya adalah taman dan lingkungan perumahan seharusnya mampu saling bersinergi. Ia mengembangkan tentang “kegunaan percampuran” antara perkembangan perkotaan (menyatukan tipe-tipe bangunan dan kegunaannya) serta keragaman kegunaannya, seperti halnya para penghuni menempati area di waktu yang berbeda tiap harinya, menghasilkan kekuatan sebuah komunitas. Kota-kota tersebut akan menjadi sangat penting karena “ke-organikan, ke-spontanan dan ke-tidak rapian” situasi mereka dan hal ini mampu dicapai dengan Bottom-Up Community Planning. 4 Lebih jauh lagi, Evans, G., dkk (2006), Lessons Learned in Strategies for Creative Spaces and Cities, menyatakan bahwa, “Membangun , ruang publik dan ruang alami sangat diperlukan untuk dapat mengekspresikan dan menstimulasi kreativitas sebuah kota. Kota tersebut dapat mempertahankan ruang-ruang kreatif dan juga energi kreatif dengan cara melestarikan bangunan-bangunan bersejarah, mempublikasikan dan menjual karya seni untuk kebutuhan ruang publik dan ruang alami serta menggunakan bangunan-bangunan yang di desain secara baik sehingga dapat digunakan untuk memamerkan karakter khusus dari desain itu sendiri. 5

Kolaborasi Kreatif hanya dapat mengunakan tempat-tempat tertentu yang mendukung terjadinya interaksi sosial. Hal ini pernah disebutkan oleh Snyder (1979). Hubungan kritis yang terjadi antara lingkungan dan perilaku dalam sebuah komunitas kecil biasanya dinamakan sebagai komunitas ekologi kecil. Hal ini berarti hubungan-hubungan yang terjadi secara interpersonal dipengaruhi oleh suatu jarak yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri dengan orang lain dalam berbagai tipe tertentu, contohnya aktivitas, dimensi, bentuk dan karakter dari suatu ruang tertentu. Studi ini mempelajari tentang tipe ruangan seperti apa yang cocok digunakan untuk seminar, konferensi, rapat, diskusi informal, dst. Dan komunitas interaksi kecil seperti apa yang dapat terjadi di suatu lorong, di ruang pengadilan atau di sekitar alun-alun. Interaksi sosial lebih mudah terjadi di area-area yang sesuai seperti halnya di ruang seminar yang mempunyai daerah central dan daerah “hiburan”, diskusi yang intens dan kesempatan untuk keluar (-merasa terhibur-) dari pembicaraan yang intens dapat terjadi tanpa harus meninggalkan ruangan. 6 Memahami tentang sebuah interaksi sosial sangat diperhatikan dalam menciptakan ruang kreatif publik. Chermayeff dan Alexander 7 mengusulkan 6 batas-batas individu dalam ruang privasinya sampai ruang umum daerah perkotaan. Diantaranya adalah: 1. Ruang privasi seseorang biasanya berhubungan dengan orang tersebut – misalnya, ruang pribadi seseorang. 2. Keluarga atau suatu komunitas kecil dalam skala privat, berhubungan dengan suatu komunitas utama – misalnya, rumah atau asrama. 3. Suatu komunitas besar dalam skala privat, berhubungan dengan komunitas sekunder – misalnya, pengaturan privasi terhadap kepentingan seluruh penghuni sebuah apartemen. 4. Suatu komunitas besar dalam skala umum, melibatkan interaksi suatu komunitas besar dengan masyarakat umum seperti penggunaan trotoar bersama atau suatu wilayah dengan banyak pengguna kotak surat. 5. Daerah perkotaan semi-umum, pemerintah atau institusi tertentu yang mempunyai akses umum jika ingin mengeluarkan surat perintah-seperti bank, kantor pos, bandara, balai kota. 6. Daerah perkotaan, di golongkan sebagai tempat milik umum dan dilengkapai dengan akses yang memadai; termasuk taman, mall, dan jalan raya.

Ruang-ruang publik di daerah perkotaan yang paling sukses mampu menggabungkan batas-batas di atas dalam sebuah hirarki yang jelas dan transparan bagi masayarakat penggunanya. Chermayeff dan Alexander juga menjelaskan bahwa keseluruhan perilaku pengguna harus dipertimbangkan dalam sebuah komunitas desain. Daerah perkotaan yang baik, semi-ruang publik akan menggabungkan suatu komunitas besar dengan tiap-tiap skala yang lebih kecil dari 6 batas tersebut. 8 Ruang publik yang menarik hanya dapat dicapai dengan strategi-strategi desain tentang ruang kreatif publik: 1. Meningkatkan Perekonomian •

Mendukung perekonomian lokal.



Memudahkan / memfasilitasi suatu kolaborasi kreatif.

2. Meningkatkan Sistem Lingkungan •

Menambah penghijauan di daerah perkotaan.



Memudahkan / memfasilitasi kegiatan olahraga dan rekreasi.

3. Meningkatkan Aspek Sosial •

Memudahkan / memfasilitasi interaksi sosial.



Membawa suatu kebanggan dan kenangan bagi masyarakat.

Salah satu ruang publik yang berhasil diciptakan di Surabaya adalah Taman Bungkul.

9

Taman

tersebut dikembangkan pada tahun 2006. Lokasi yang strategis menjadi alasan utama keberhasilannya. Taman tersebut sendiri awalnya dibangun sebagai makam untuk Mbah Bungkul. Beliau merupakan “Sunan” atau yang menyebarkan agama Islam pada saat itu di Pulau Jawa, seperti halnya: Syah Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), KI Ageng Gribig (Klaten), Sunan Panggung (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), dll. 10 Taman Bungkul sendiri awalnya dibangun sebagai sarana olahraga, pendidikan dan hiburan. Taman tersebut juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas, seperti trek skateboard dan sepeda BMX, trek jogging, alun-alun (dengan panggung terbuka yang disediakan untuk berbagai macam hiburan yang tampil secara langsung / live) akses internet yang memadai, telepon umum,

pohon-pohon rindang, air mancur, area khusus penjaja makanan (Pujasera) dan air keran siap minum. Taman Bungkul selalu dipadati oleh para pengunjung tiap Minggu pagi yang bertepatan dengan hari bebas mobil tiap hari Minggu. Kegiatan tersebut mampu menarik banyak pengunjung untuk datang dan menghabiskan waktu luang di taman termasuk anak-anak muda, orang-orang lanjut usia, dan keluarga. Berbagai komunitas sepeda seperti sepeda balap, sepeda lipat, BMX, dll berkumpul setiap Minggu pagi. Tidak hanya itu, setiap malam minggu, acara musik secara live disajikan sebagai hiburan yang bisa dinikmati di Taman Bungkul. 11 Taman Bungkul dianggap sebagai jantung dari kota Surabaya, semenjak keberadaannya selalu di padati oleh pengunjung. Sebenarnya, Surabaya Town Square berlokasi di Jalan Pemuda, namun sayangnya keberadaannya tidak mampu mengundang orang banyak untuk datang. Taman-taman lainnya yang ada di Surabaya adalah Taman Prestasi (Jl. Ketabang Kali), Taman Apasari (di depan gedung Grahadi), Taman Sulawesi (Jl. Sulawesi), Taman DR. Soetomo (Jl. DR. Soetomo Darmo), Taman Mayangkara (di depan Rumah Sakit Islam), Taman Ronggo Lawe (Jl. Gunung Sari), Taman Buah (Jl. Undaan). Walaupun begitu, tetap Taman Bungkul yang mampu menarik minat pengunjung untuk datang disbanding taman-taman lainnya. Banyak pedagang kaki lima yang dimudahkan saat mereka berjualan di Taman Bungkul. Mereka menjual makanan, kopi, minuman ringan, gelang, pijat urat sampai obat kuat. Selain itu, ada pula seniman tato, penjual aksesoris, pelukis wajah, hiburan sulap, serta permainan catur bisa dijumpai di Taman Bungkul. Taman tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas untuk anak-anak kecil agar dapat bermain juga seperti jungkat-jungkit, ayunan, permainan tangga-seluncur, tempat bermain skateboard, dsb.

 

Pola  Interaksi  Sosial  Masyarakat  Surabaya  

 

Pola  Interaksi  Sosial  Masyarakat  Surabaya  

 

Gamabaran  Taman  Bungkul  dari  Udara  

 

Alun-­‐Alun  Taman  Bungkul  

 

Alun-­‐Alun  Taman  Bungkul  

 

 

Penjaja  Makanan  di  Taman  Bungkul  

Taman  Bermain  Anak-­‐Anak  di  Taman  Bungkul  

 

Tanaman  di  Taman  Bungkul  

 

Tanaman  di  Taman  Bungkul  

 

Kegiatan  Belajar  di  Taman  Bungkul  

 

Kegiatan  Rekreasi  di  Taman  Bungkul  

 

Kegiatan  Jual-­‐Beli  di  Taman  Bungkul  

 

Kegiatan  Jual-­‐Beli  di  Taman  Bungkul  

 

  KESIMPULAN Ruang kreatif publik diperlukan untuk memudahkan kegiatan ekonomi kreatif. Jane Jacobs (1961) menyatakan bahwa, “Kota mampu menyediakan sesuatu untuk semua orang, hanya jika, dan ketika kota tersebut diciptakan oleh semua orang.” 12 Evans, G., dkk (2006), menyatakan bahwa, “Membangun ruang publik dan ruang alami sangat diperlukan untuk dapat mengekspresikan dan menstimulasi kreativitas sebuah kota. Kota tersebut dapat mempertahankan ruang-ruang kreatif dan juga energi kreatif dengan cara mempublikasikan dan menjual karya seni untuk kebutuhan ruang publik dan ruang alami.” 13 Ruang publik yang menarik hanya dapat dicapai dengan strategi-strategi desain tentang ruang kreatif publik: 1. Meningkatkan Perekonomian •

Mendukung perekonomian lokal.



Memudahkan / memfasilitasi suatu kolaborasi kreatif.

2. Meningkatkan Sistem Lingkungan



Menambah penghijauan di daerah perkotaan.



Memudahkan / memfasilitasi kegiatan olahraga dan rekreasi.

3. Meningkatkan Aspek Sosial •

Memudahkan / memfasilitasi interaksi sosial.



Membawa suatu kebanggan dan kenangan bagi masyarakat.

Taman Bungkul dijadikan sebagai tempat untuk kreatif publik karena tempatnya sendiri mendukung perekonomian lokal (pedagang kaki lima, dll). Taman Bungkul juga dilengkapi dengan kolaborasi kreatif dari para komunitas bikers, kegiatan seni. Dan terakhir, taman tersebut juga menyediakan hiburan dan olahraga dalam konteks perkotaan dengan penghijauan. Interaksi sosial, kebanggan dan kenangan bagi masyarakat juga telah ditimulkan dengan keberadaan Taman Bungkul tersebut. Hal-hal seperti ini mampu menciptakan ruang publik yang nyaman untuk didiami dan juga menarik.

TERIMA KASIH Kami hendak menyampaikan rasa terima kasih kami kepada: •

Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra Surabaya. o Agus Dwi Hariyanto, ST., M.Sc. Kepala Jurusan Arsitektur. o Ir. Joyce M. Laurens, M.Arch., Dosen Arsitektur.



Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Kebijaksanaan, ITB. o Dr. Ir. Woerjantari Soedarsono M.T., Wakil Dekan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Kebijaksanaan o Ir. Eko Purwono MSAS., Dosen Arsitektur.



Mr. Ir. Dodo Juliman, Program Manager UN-HABITAT Indonesia.



Mrs Joyce Martha Widjaya, Peneliti Senior dari Institut Penelitian Sosial-Ekonomi dan Perkembangan Komunitas, Humas.



ARA Konsultan Arsitektur o Mr. Hermawan Dasmanto ST. o Mr. Goya Tamara Kolondam ST.



C20 Library

DAFTAR PUSTAKA Buku: Chermayeff, S., Alexander,C., (1965), Community and Privacy: Toward a New Architecture of Humanism, Publisher Anchor Books, New York Florida, R. (2002). The Rise of the Creative Class: And How It's Transforming Work, Leisure, Community and Everyday Life. Basic Books. Jacobs, J., (1961), The Death and Life of Great American Cities, New York: Random House and Vintage Books. Jacobs, J., (1969), The Economy of Cities, New York: Random House. Jacobs, J., (1984), Cities and the Wealth of Nations, New York: Random House, 1984. Jacobs, J., (1997), Ideas That Matter: The Worlds of Jane Jacobs, edited by Max Allen, Owen Sound, Ontario: The Ginger Press. Romer, P. (1986), "Increasing Returns and Long-Run Growth," /Journal of Political Economy/, Vol. 94, No. 5 (Oct. 1986), pp. 1002-1037. Source: http://www.jstor.org/stable/1833190. Snyder, J.,C., Catanese, A.,J., ed. (1979), Introduction to Architecture, Universitas Michigan, Penerbit McGraw-Hill. Wallas, G. (1926). Art of Thought

Website: Encyclopædia Britannica Online, 2007. Evans, G., Foord, J., Gertler, M., S., Tesolin, L., Weinstock, S., (2006), Strategies for Creative Spaces and Cities: Lessons Learned, Cities Institute, London Metropolitan University & Munk

Centre

for

International

Studies,

University

of

Toronto,

http://www.web.net/~imagineatoronto/Creative_Cities_Lessons_Learned.pdf

accessed

in

http://akumassa.org/program/surabaya-jawa-timur/taman-bungkul-alun-alun-kota-surabaya/ http://en.wikipedia.org/wiki/Jane_Jacobs http://www.pps.org/articles/jjacobs-2/ http://www.surabaya.go.id/wisata/index.php?id=22 http://www.transsurabaya.com/2010/07/taman-bungkul-surabaya/ Merriam-Webster's Online Dictionary, 2007. Oxford English Dictionary, Second Edition, (1989). (Eds.) J. Simpson & E. S. C. Weiner. Oxford: Oxford University Press. www.wikipedia.org

__________________________ 1

Wallas, G. (1926). Art of Thought

2

www.wikipedia.org

Merriam-Webster's Online Dictionary, 2007; Encyclopædia Britannica Online, 2007; Oxford English Dictionary, Second Edition, (1989). (Eds.) J. Simpson & E. S. C. Weiner. Oxford: Oxford University Press. 3

Romer, P. (1986), "Increasing Returns and Long-Run Growth," /Journal of Political Economy/,

Vol. 94, No. 5 (Oct. 1986), pp. 1002-1037. Source: http://www.jstor.org/stable/1833190. Florida, R. (2002). The Rise of the Creative Class: And How It's Transforming Work, Leisure, Community and Everyday Life. Basic Books. 4

http://en.wikipedia.org/wiki/Jane_Jacobs

http://www.pps.org/articles/jjacobs-2/

Jacobs, J., (1961), The Death and Life of Great American Cities, New York: Random House and Vintage Books. Jacobs, J., (1969), The Economy of Cities, New York: Random House. Jacobs, J., (1984), Cities and the Wealth of Nations, New York: Random House, 1984. Jacobs, J., (1997), Ideas That Matter: The Worlds of Jane Jacobs, edited by Max Allen, Owen Sound, Ontario: The Ginger Press. 5

Evans, G., Foord, J., Gertler, M., S., Tesolin, L., Weinstock, S., (2006), Strategies for Creative

Spaces and Cities: Lessons Learned, Cities Institute, London Metropolitan University & Munk Centre

for

International

Studies,

University

of

Toronto,

accessed

in

http://www.web.net/~imagineatoronto/Creative_Cities_Lessons_Learned.pdf 6

Snyder, J.,C., Catanese, A.,J., ed. (1979), Introduction to Architecture, Universitas Michigan,

Penerbit McGraw-Hill. 7

Chermayeff, S., Alexander,C., (1965), Community and Privacy: Toward a New Architecture of

Humanism, Publisher Anchor Books, New York 8

Op.cit.7.

9

http://www.surabaya.go.id/wisata/index.php?id=22

http://akumassa.org/program/surabaya-jawa-timur/taman-bungkul-alun-alun-kota-surabaya/ http://www.transsurabaya.com/2010/07/taman-bungkul-surabaya/ 10

Op.cit 9.

11

Op.cit 9.

12

Op.cit 4.

13

Op.cit 5.