MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III ...

29 downloads 412 Views 503KB Size Report
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar IPA siswa setelah dilakukan penerapan melalui pendekatan inkuiri menunjukkan bahwa rata-rata ...
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DI SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASSROOM ACTION RESEARCH )

Disusun oleh : BUDIYANTI ELIZABETH, S. Pd NIP : 195907041984042002

DINAS PENDIDIKAN DASAR PROVINSI DKI JAKARTA 2012

ABSTRAKSI 





Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur Tahun Ajaran 2012 / 2013 yang terdiri dari 13 siswa. Jenis penelitian ini termasuk penelitian pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data dan analisisnya melalui kajian-kajian reflektif, observasi, interview, partisipatif dan kolaboratif. Pengembangan program didasarkan pada data-data dan informasi dari siswa, guru dan menciptakan suasana belajar secara berstruktur melalui pendekatan inkuiri secara sederhana melalui dua siklus tindakan. Pendekatan inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. Suatu metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip. Metode yang menekankan pada proses belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian.

ABSTRAKSI 



Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar IPA siswa setelah dilakukan penerapan melalui pendekatan inkuiri menunjukkan bahwa rata-rata seluruh aspek keaktifan belajar IPA siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur pada materi pokok ciri-ciri mahluk hidup mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil rata-rata persentase lembar observasi keaktifan belajar siswa untuk tiap siklus, penelitian pada siklus I menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa 72,3%, kemampuan guru 2,5%, aktivitas siswa 2,4% dan untuk penelitian siklus II rata-rata hasil belajar siswa 78,4%, kemampuan guru 3,4%, aktivitas siswa 3,3%. Dari hasil penelitian tindakan kelas, siklus pertama, dan kedua, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA, selain untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu materi serta dapat melatih siswa untuk memiliki tanggungjawab, solidaritas, kepercayaan diri dalam mengemukakan pendapat, ide dan wawasan dalam kelompok. Hal tersebut dapat merangsang minat belajar siswa sehingga kemampuan siswa untuk memahami suatu materi lebih mudah dan terarah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar penggunaan metode mempunyai arti yang penting karena dalam kegiatan tersebut diperlukan strategi penyajian pelajaran yang tepat. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat dibantu dengan bantuan metode. Dengan demikian anak didik termotivasi dan lebih mudah menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pada sisi lain sekolah diharapkan melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang diharapkan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat berorientasi pada hasil (output), dan dampak (outcome) serta melakukan penilaian, pengawasan dan pemantauan manajemen berbasis sekolah secara terus menerus dan berkelanjutan. Guru yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran perlu persiapan yang matang baik moril maupun materiil dalam arti penguasaan terhadap kurikulum, bahan atau materi pembelajaran, evaluasi dan metode pembelajarannya. Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini metode inkuiri. Penggunaan metode inkuiri merupakan salah satu penerapan Contekstual Teaching Learning (CTL) yang diharapkan dapat belajar secara efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.

Penggunaan pendekatan inkuiri, siswa dan guru dituntut untuk tidak berfokus pada tes, tetapi harus lebih luas dan mencakup sebanyak mungkin aspek pembelajaran. Agar siswa berperan lebih aktif dalam setiap aktifitas belajar mengajar dan memiliki kemampuan yang lebih dengan standar yang tinggi. Kenyataan di lapangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama yang harus dihafal, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Penguasaan pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur masih lemah, hal ini terlihat dari hasil belajar IPA maka diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap penguasaan materi pada ciri mahluk hidup dan kebutuhannya. Untuk mengetahui permasalahan diatas secara tepat terhadap budaya kerja guru SD sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ” Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Pendekatan Inkuiri di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur ”. Karena bagi penulis masalah tersebut perlu diangkat dan dipecahkan permasalahannya mengingat bahwa prestasi belajar pada mata pelajaran IPA siswa Kelas III pada Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 cukup rendah maka perlu dikembangkan dan ditingkatkan penggunaan berbagai macam strategi atau metode inkuiri pada proses pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain : 

 

 

Siswa kurang memiliki keberanian bertanya atau berpendapat, siswa hanya menjawab jika ditanya oleh guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa kurang memanfaatkan sumber belajar selain catatan yang diberikan oleh guru. Kurangnya respon siswa dalam menanggapi instruksi guru. Siswa kurang memiliki keberanian untuk mempresentasikan hasil tugas mereka.

C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang diidentifikasi, penelitian ini dibatasi pada penerapan melalui pendekatan inkuiri guna meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah Penerapan Melalui Pendekatan Inkuiri Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur.

E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak yang antara lain sebagai berikut :  Bagi guru, menemukan metode pembelajaran yang paling tepat untuk diaplikasikan pada mata pelajaran IPA di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur.  Terbentuknya siswa yang aktif, inovatif, kreatif dan efektif serta menyenangkan dalam mempelajari mata pelajaran IPA.  Bagi sekolah merupakan masukan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur.

BAB II KAJIAN TOERI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Hakikat Penggunaan Metode Inkuiri Inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas[1]. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau mebahas tugasnya didalam kelompok, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Metode adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan, cara melaksanakan, cara menyelidiki, taktik, siasat (Poerwadarminto, 1976:796). Dengan demikian metode inkuiri adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inkuiri suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelididki secara sistemis, kritis, logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. [1] Roestyah NK, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001 ), h. 75

a. Tujuan Metode Pembelajaran Inkuiri Metode pembelajaran inkuiri disamping mengantarkan siswa pada tujuan tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan ( nutrunant effect ) sebagai berikut :  Memperoleh keterampilan untuk memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasikan variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan).  Lebih berkembangnya daya kreatifitas anak.  Belajar secara mandiri.  Lebih memahami hal-hal yang mendua.  Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif ( Gulo, 2002 : 101 )[2]. b. Peranan Metode Pembelajaran Inkuiri Peranannya antara lain sebagai berikut :  Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa.  Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.  Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa.  Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikkannya dan sangat sulit melupakannya.  Tidak menjadikannya guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar [2] Gulo, W. 2002. Strategi BelajarBelajar- Mengajar. Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka 101

c. Sasaran Utama Kegiatan Belajar Mengajar Pada Metode Pembelajaran Inkuiri adalah :  Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan kegiatan sosial emosional.  Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.  Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri ( self-belief ) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran inkuiri d. Kondisi-Kondisi Umum Sebagai Syarat Bagi Timbulnya Kegiatan Inkuiri Kondisi tersebut, antara lain :  Aspek sosial didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi; Hal ini menuntut adanya suasana bebas ( permisif ) didalam kelas, dimana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukaan pendapatnya.  Inkuiri berfokus pada hipotesis; Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak; Kebenaran selalu bersifat sementara.  Penggunaan fakta sebagai evidensi; Didalam kelas dibicarakan validitas dan reabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.

e. Peranan Guru Dalam Menciptakan Kondisi pembelajaran Dengan Metode Pembelajaran Inkuiri  Motivator, yang memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah dalam berfikir.  Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.  Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.  Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.  Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.  Manager, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.  Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa[3]. f. Proses Pembelajaran Dengan Metode Inkuiri Metode pembelajaran inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi siswa yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilannya. Pada hakikatnya, metode pembelajaran inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah, megembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara agar sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh siswa yang bersangkutan. Semua tahap dalam proses pembelajaran dengan metode inkuiri tersebut diatas merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah. Keberhasilan proses pembelajaran dengan metode inkuiri sangat bergantung pada tahap pendahuluan. Permasalahan yang diketengahkan pada tahap awal ini harus mampu dipertanyakan oleh siswa. Tahap pendahuluan ini disebut juga tahap apersepsi atau advanced organizer. Hal tersebut demikian, karena materi yang disajikan harus terkait dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. [3] Gulo, W. 2002. Strategi BelajarBelajar-Mengajar. Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka, h. 8686-87

Tahap Pendahuluan Proses Inkuiri Merumuskan Masalah

Menarik Kesimpulan Sementara

Menguji Hipotesis

Siswa

Merumuskan Hipotesis

Mengumpulkan Bukti

g. Kegiatan Pembelajaran Inkuiri Sintaks atau aliran kegiatan pembelajaran inkuiri dapat disusun sebagai berikut :  Tahap Pertama : Menghadapi stimulus (terencana atau tidak terencana) terencana)  Tahap Kedua : Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang  Tahap Ketiga : Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (merumuskan (merumuskan masalah, tugas kelas, peranan, dan sebagainya)  Tahap Keempat : Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar  Tahap Keenam : Evaluasi dan tindak lanjut h. Keunggulan Teknik Inkuiri  Dapat membentuk dan mengembangkan ”selsel-concept” concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ideide-ide lebih baik.  Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses proses yang baru.  Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.  Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya hipotesanya sendiri.  Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.  Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.  Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.  Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.  Siswa dapat menghindari dari caracara-cara belajar yang tradisional  Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

2.

Prestasi Belajar Prestasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan.[4] Dalam kamus Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki arti ” berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.” Definisi ini memiliki arti belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.

B. Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berkeyakinan penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA Siswa Kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Untuk dapat menjawab permasalahan diatas secara efisien dan efektif, maka penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach). Pada prinsipnya penelitian ini merupakan suatu upaya investigasi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan secara reflektif mandiri, kolaboratif, dan siklustis. Tujuan pokok dari penelitian ini adalah melakukan peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan IPA siswa kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. [4]

W.J.S. Poerwadarmita, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, h. 768

Adapun alur atau prosedur pokok penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Refleksi Awal Masalah dan Penyebab Masalah

Refleksi Akhir Siklus

Perumusan Masalah Penelitian

Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan Tindakan

Perumusan Indikator Keberhasilan

Perencanaan Tindakan

C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka penulis mengajukan hipotesis tindakan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri akan berdampak terhadap prestasi belajar IPA Siswa Kelas III di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hoopkins mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 11). B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran IPA kelas III melalui pendekatan inkuiri. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

D. Setting Penelitian Dalam penelitian digunakan setting kelas dan setting kelompok dimana data diperoleh pada saat proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dan kelompok. E. Desain Penelitian Menurut model Kemmis & Mc Taggart, PTK mencakup empat langkah, yaitu: 1) 2) 3) 4)

Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing), Refleksi (reflecting).

Keempat langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang sebagai satu siklus (Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 66). F. Teknik Pengumpulan Data Prinsip pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda pada jenis penelitian yang lain. Dengan kata lain, prinsip pengumpulan data pada penelitian formal dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas, baik data kualitatif (minat/suasana kelas) dan kuantitatif (nilai) dimanfaatkan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi yaitu perubahan pada kinerja guru, hasil prestasi siswa perubahan kinerja siswa dan perubahan suasana kelas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan berbagai teknik yang terkait dengan kualitatif antara lain : 1. Catatan Lapangan 2. Angket/ Lembar Pertanyaan 3. Wawancara 4. Dokumentasi 5. Perangkat Soal G. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari setiap instrumen kemudian dianalisis selanjutnya dibuat laporan dan direfleksikan/dievaluasi untuk merancang tindakan siklus berikutnya. H. Langkah - Langkah ( Tahapan ) 1. Perencanaan     

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran disamping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Menyusun instrumen pembelajaran (misalnya LKS) Menyiapkan lembar pengamatan Menyiapkan lembar penilaian Menyiapkan lembar soal/tes

2. Tindakan Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan yaitu sebagai berikut :    

Melaksanakan pembelajaran diawali dengan pembukaan Menjelaskan tujuan pembelajaran (kompetensi yang akan dicapai) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP Membuat kesimpulan

3. Pengamatan Kegiatan pengamatan sebagai berikut :   

Dalam pengamatan disiapkan lembar pengamatan sesuai dengan format yang disiapkan. Mencatat semua kegiatan dalam pembelajaran. Menilai hasil tindakan guru oleh rekan sejawat atau kolaborator.

4. Refleksi Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru mengenai hasil pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Hasil dari diskusi yang dilakukan akan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan pembelajaran siklus berikutnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan pra penelitian pada hari Jum’at 7 Desember 2012 yaitu peneliti memberikan penjelasan kepada siswa-siswi kelas III mengenai metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri yang akan dilaksanakan pada pembelajaran selanjutnya. Kemudian peneliti mengumumkan kelompok-kelompok yang telah dibentuk oleh peneliti dan dikonsultasikan pada guru. Peneliti membentuk 2 kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 6-7 orang. B. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi pelaksanan dan pengamatan pembelajaran IPA siswa kelas III melalui pendekatan inkuiri di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur adalah sebagai berikut : Siklus I Pertemuan 1 Kegiatan belajar mengajar diawali guru dengan mengucapkan salam, kemudian meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah ditetapkan. Guru menengingatkan pelajaran sebelumnya dan memberi informasi betapa pentingnya pelajaran yang akan dipelajari ini. Kemudian guru memotivasi siswa agar lebih aktif pada saat belajar berkelompok. Guru juga menyampaikan bahwa siswa tidak perlu merasa terganggu dengan kehadiran peneliti karena peneliti akan ikut membantu guru.

Guru melakukan tahapan-tahapan yang ada pada pembelajaran inkuiri dengan cukup baik, hal ini dapat diketahui dari skor rata-rata pengamatan pembelajaran inkuiri. Pada pertemuan pertama guru memberikan pertanyaan pada kegiatan awal apersepsi kepada peserta didik. Disamping itu juga bimbingan terhadap siswa belum bisa merata masih terdapat beberapa kelompok yang belum dapat menjawab soal dengan benar. Dari skor pengamatan untuk guru pada pertemuan 1 siklus 1 diperoleh sebesar 1,8 dari rata-rata maksimal 4. Jadi pembelajaran pada siklus 1 berjalan dengan cukup baik. Skor rata-rata hasil observasi siswa dengan skor rata-rata 1,8 dari maksimal 4. Sehingga pembelajaran masih kurang baik. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam bekerja kelompok. Hal ini dikarenakan siswa masih dalam tahap penyesuaian dengan anggota kelompoknya. Meskipun demikian pada pertemuan terdapat beberapa siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerjanya ke depan kelas. Dan tanggapan dari temantemannya cukup baik. Nilai hasil belajar pada siklus 1 pertemuan 1 adalah 53,8 dengan ketuntasan belajar 35,1%. Pertemuan 2 Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan 2 tetap dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang guru. Guru mengabsen siswa dan dilanjutkan untuk membahas PR. Guru juga mengingatkan pelajaran yang lalu. Guru menerangkan materi pada pertemuan 2, lalu guru membagi siswa dalam 2 kelompok sebelumnya. Guru melakukan tahapan-tahapan pada pembelajaran inkuiri dengan cukup baik, hal ini diketahui pada pertemuan 2 untuk siklus 1. Dari skor pengamatan untuk guru pada pertemuan 2 siklus 1 diperoleh sebesar 2,5. Jadi pembelajaran pada siklus 2 berjalan dengan cukup baik.

Pada pertemuan 2 siklus 1 guru sudah dapat mengelola waktu dengan baik sehingga dapat memberikan evaluasi siklus 1 pada akhir pertemuan 2. Bimbingan pada siswa juga sudah merata, sudah terdapat beberapa kelompok yang dapat menyelesaikan soal dengan benar sesuai dengan waktu yang ditentukan. Skor rata-rata hasil observasi untuk siswa pada pertemuan 2 siklus 1 sebesar 2,4 dari skor rata-rata maksimal 4. Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh setelah siswa melakukan evaluasi pada akhir pertemuan 2. Dengan nilai rata-rata 62,3 naik sebesar 8,5 dari rata-rata nilai awal, sedangkan presentase ketuntasan pada akhir siklus 1 sebesar 54,1% juga naik dibandingkan nilai awal sebesar 19%. Hasil penelitian pada siklus 1 masih belum memenuhi indikator yang telah ditentukan.

Pertemuan 3 Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan 3 tetap dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang guru. Guru mengabsen siswa dan dilanjutkan untuk membahas PR. Guru juga mengingatkan pelajaran yang lalu. Guru menerangkan materi pada pertemuan 3, lalu guru membagi siswa dalam 2 kelompok sebelumnya. Guru melakukan tahapan-tahapan pada pembelajaran inkuiri dengan cukup baik, hal ini diketahui pada pertemuan 3 untuk siklus 1. Dari skor pengamatan untuk guru pada pertemuan 3 siklus 1 diperoleh sebesar 2,5. Jadi pembelajaran pada siklus 2 berjalan dengan cukup baik. Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh setelah siswa melakukan evaluasi pada akhir pertemuan 2. Dengan nilai rata-rata 72,3 naik sebesar 10% dari rata-rata nilai awal, sedangkan presentase ketuntasan pada akhir siklus 1 sebesar 94,5% juga naik dibandingkan nilai awal sebesar 40,4%. Hasil penelitian pada siklus 1 masih belum memenuhi indikator yang telah ditentukan,tetapi nilai rata-rata kelas masih belum memuaskan maka perlu diadakan penelitian pada siklus 2. Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan siklus 1 berakhir. Dari hasil refleksi yang dilakukan diperoleh kendala-kendala yang dihadapi antara lain :  Guru bisa melakukan tahapan-tahapan yang ada pada pembelajaran inkuiri cukup baik, dan dalam pembagian waktu huga cukup sesuai.  Dalam bimbingan kelompok juga cukup bisa merata.  Namun siswa didalam bekerja kelompok belum semaksimal mungkin, karena belum terbiasa. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi, aktivitas siswa dan kemampuan guru diatas.

Siklus II Siklus 2 dilaksanakan setelah siklus 1 selesai. Dari hasil siklus 1 diketahui bahwa guru belum dapat mengelola pembelajaran dengan baik sehingga peneliti melakukan siklus 2. Siklus 2 dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada Hari Jum’at Tanggal 14 Desember 2012 dan Hari Jum’at Tanggal 21 Desember 2012 dengan masing-masing pertemuan berlangsung selama 2x35 menit. Subyek penelitian kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 13 peserta didik dengan 6 orang putra dan 7 putri. Kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh peneliti dan dibantu seorang guru sebagai pengamat. Pertemuan 1 Dari skor pengamatan untuk guru pada pertemuan 1 siklus 2 diperoleh sebesar 10. jadi pembelajaran pada siklus 2 berjalan dengan sangat baik skor rata-rata hasil observasi siswa sebesar 2,6 dari skor rata-rata maksimal 4 sehingga pembelajaran berjalan baik. Setiap anggota kelompok mau berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Sehingga tiap-tiap kelompok berlomba-lomba untuk dapat mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas. Jika terdapat kesalahan dalam mempresentasikan anggota kelompok maka anggota yang lain mampu untuk mengoreksinya. Nilai hasil belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 1 adalah 73,1 dengan ketuntasan belajar 67,6%.

Pertemuan 2 Pada pertemuan akhir siklus 2 guru tetap menggunakan inkuiri. Dengan membagi kelas menjadi 2 kelompok terdiri 6-7 siswa tiap kelompok dengan kemampuan yang heterogen. Guru menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri dengan baik, hal ini dapat diketahui dari guru menyampaikan semua pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut, membimbing peserta didik secara merata, sehingga tiap peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi mendapat bantuan dari guru. Dari skor pengamatan untuk guru pada pertemuan 2 siklus 2 diperoleh sebesar 3,5. jadi pembelajaran pada siklus 2 berjalan sangat baik. Skor rata-rata kemampuan guru adalah 2,7 sehingga pembelajaran berjalan baik. Kegiatan diskusi kelompok juga berjalan dengan baik. Hampir seluruh kelompok mampu menyelesaikan masalah kelompoknya tepat waktu dan benar. Kegiatan presentasi juga berjalan dengan baik. Sehingga pembelajaran pada siklus 2 berlangsung baik. Hasil belajar siswa pada siklus 2 diperoleh setelah siswa melakukan evaluasi akhir setelah siklus 2. Nilai rata-rata hasil evaluasi akhir siklus 2 sebesar 76,1 sedangkan presentasi ketuntasan belajar pada siklus 2 sebesar 100% naik 32,4% dari presentasi ketuntasan belajar pada siklus 1 sebesar 67,6%.

Pertemuan 3 Dari skor pengamatan untuk guru pada pertemuan 3 siklus 2 diperoleh sebesar 3,4 dengan rata-rata maksimal 4. jadi pembelajaran pada pertemuan 3 siklus 2 berjalan sangat baik. Skor rata-rata hasil observasi siswa sebesar 3,3 dari skor rata-rata maksimal 4. Sehingga pembelajaran berjalan baik. Kegiatan diskusi kelompok juga berjalan dengan baik. Hampir seluruh kelompok mampu menyelesaikan masalah kelompoknya tepat waktu dan benar. Kegiatan presentasi juga berjalan dengan baik. Sehingga pembelajaran pada siklus 2 berlangsung baik. Hasil belajar siswa pada siklus 2 diperoleh setelah siswa melakukan evaluasi akhir setelah siklus 2. Nilai rata-rata hasil evaluasi akhir siklus 2 sebesar 78,4 sedangkan presentasi ketuntasan belajar pada siklus 2 sebesar 100%. Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan siklus II berakhir. Dari hasil refleksi yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa guru sudah dapat melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri dengan baik, bimbingan terhadap tiap-tiap kelompok juga sudah merata, begitu juga untuk siswa dalam kerja kelompok sudah kompak atau berjalan dengan baik, karena sudah terbiasa. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pada akhir siklus II, sudah memenuhi target indikator kinerja. Maka peneliti tidak perlu melakukan siklus III.

C. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas didasarkan atas hasil penelitian dan catatan penelitian selama melakukan penelitian. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri pada siklus I cukup baik. Namun masih terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki, yaitu bimbingan guru pada siswa, penyampaian tujuan pembelajaran yang dicapai dan pengelolaan waktu didalam kelas. Bimbingan siswa pada siklus I kurang merata sehingga terdapat beberapa kelompok yang tidak dapat menyelesaikan soal dengan tepat waktu. Banyak siswa yang mengalami kesulitan materi yang disampaikan. Akhirnya terdapat beberapa anak dalam mengerjakan soal yang mengalami kesalahan. Karena kurangnya anak-anak dalam mendengarkan dan perhatian pada pelajaran yang diterangkan kurang serius dan bicara sendiri dengan temannya. Pengelolaan waktu oleh guru sudah baik, kesempatan presentasi yang diberikan guru sudah cukup baik. Soal dapat diberikan guru pada akhir pertemuan sehingga guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran pada pertemuan tersebut. Data hasil pengamatan rata-rata pengamatan pembelajaran inkuiri untuk dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 1. Pengamatan Kemampuan Guru 3.5 3 2.5 2

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

1.5 1 0.5 0 Siklus 1 Siklus 2

Menurut peneliti, aktivitas siswa pada siklus 2 sudah baik dengan skor rata-rata observasi aktivitas siswa sebesar 3,3 dengan skor rata-rata maksimum 4. Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan baik. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok juga meningkat, sebagian besar siswa mampu untuk bekerjasama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Data hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 2. Pengamatan Aktivitas Siswa 3.5 3 2.5 2

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

1.5 1 0.5 0 Siklus 1 Siklus 2

Kesempatan presentasi yang diberikan guru dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, banyak siswa yang antusias maju kedepan mewakili kelompoknya untuk presentasi. Siswa yang tidak presentasi juga antusias dalam menanggapi hasil presentasi temannya.

Grafik 3. Nilai Rata-Rata Kelas

80 70 60 50

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

40 30 20 10 0 Siklus 1

Siklus 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan metode inkuiri dapat meningkatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Penggunaan pendekatan metode inkuiri dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terutama mengenai materi ciri mahluk hidup dan kebutuhannya secara bekerjasama antar anggota kelompok akan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran, hal tersebut dapat terlihat dari adanya anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran sehingga pemahaman siswa dalam kelompok menjadi sama. Selain kemudahan siswa dalam memahami konsep pendekatan metode inkuiri juga melatih siswa untuk memiliki tanggungjawab dalam kelompok. Melatih kepercayaan diri, belajar mengemukakan pendapat, ide dan wawasannya. Keefektifan dalam pengguanaan pendekatan metode inkuiri ditunjukkan adanya peningkatan yang terjadi pada siswa yaitu dari 13 siswa, 10 siswa sudah menguasai kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Alam, karena dari hasil rata-rata siswa terjadi peningkatan yaitu dari 53,8 menjadi 78,4. hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pada proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan metode inkuiri di SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi pokok ciri mahluk hidup dan kebutuhannya.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas ) maka penulis berkeinginan untuk menyampaikan saran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, antara lain : 









Guru hendaknya lebih terampil dan selektif untuk mencari metode yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga proses pembelajaran akan lebih menyenangkan bagi siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru hendaknya memiliki peranan yang sangat penting untuk ikut membina kepribadian anak didik sehingga perkembangan sikap belajar siswa akan terus meningkat. Kepala Sekolah dan Instansi terkait hendaknya memberikan sarana dan prasarana yang lebih memadai sehingga guru dapat berkreasi dan menggunakan strategi maupun media pembelajaran dalam upaya meningkatkan mutu lulusan sekolah. Masyarakat sekolah hendaknya mendukung program yang telah direncanakan sekolah baik secara maupun non materi sehingga pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar. Penelitian ini hendaknya ditindaklanjuti oleh penulis lain sehingga ditemukan modifikasi yang lebih baik sebagai metode belajar lebih bervariasi.