MODEL PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA RAKYAT ...

85 downloads 7604 Views 216KB Size Report
menyimak dengan baik, kita membutuhkan konsentrasi ... dongeng. Contohnya Roro Jongrang c. Fable. Fable adalah cerita yang .... Keterampilan Berbahasa.
MODEL PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA RAKYAT DENGAN TEKNIK STORY TELLING WITH PICTURES PADA SISWA KELAS VI SDN CIKANCUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

IYUS RUSTIA e-mail: [email protected]

Instansi : STKIP Siliwangi Bandung

ABSTRAK Skripsi ini berjudul Model Pembelajaran Mendengarkan Cerita Rakyat dengan Metode Story Telling with Pictures Pada Siswa Kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012. Penelitian ini didasarkan pada permasalahan menuliskan kembali cerita rakyat yang didengar dengan menggunakan media visual berupa gambar seri yang dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu keefektifan penggunaan metode Story Telling with Pictures terhadap pembelajaran mendengarkan cerita rakyat. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah eksperimen semu dengan menggunakan tes tertulis yang berupa tes awal dan tes akhir. Sebagai sumber data, penulis mengambil sampel sebanyak 20 orang siswa kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa penelitian menunjukkan kondisi normal karena uji normalitas menunjukan bahwa nilai X2 hitung < X2 tabel. Dari uji signifikan diperoleh t hitung > t tabel, dengan demikian terdapat perbedaan signifikan antara nilai rata-rata tes awal dan tes akhir. Dapat disimpulkan bahwa metode Story Telling with Pictures dinilai efektif dalam pembelajaran mendengarkan cerita rakyat.

Kata kunci: Mendengarkan Cerita Rakyat, Metode Story Telling with Pictures

PENDAHULUAN Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yang artinya manusia saling membutuhkan dan tergantung satu sama lain. Dalam kaitannya, manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi agar dapat menyampaikan keinginan, pedapat dan perasaannya kepada orang lain. Menurut Chaedar Alwasilah, fungsi terpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi. Bahasa berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat dan bahasa dalam kegiatan sosialisasi. Tanpa bahasa suatu masyarakat tak dapat terbayangkan. Kata “komunikasi” mencakup makna mengerti dan berbicara, mendengar dan membalas tindak. Dapat dipahami bahwa bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam mentransfer apa yang menjadi pikiran si pembicara untuk disampaikan kepada si pendengar. Ada pepatah mengatakan Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut dengan maksud agar kita

bisa mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara. Untuk dapat mendengarkan atau menyimak dengan baik, kita membutuhkan konsentrasi yang tidak sedikit, agar maksud dan pesan yang dibacakan atau dibicarakan dapat ditangkap dengan mudah. Begitu pula dalam mendengarkan sebuah cerita, agar kita bisa memahami isi dari cerita tersebut kita harus bisa menangkap pesan-pesan dan maksud dari cerita itu sendiri, baik itu pesan yang tersirat maupun pesan yang tersurat. Namun ada kalanya siswa mendengarkan cerita yang dibacakan guru hanya seperti mendengar cerita menjelang tidur. Mendengar tanpa menangkap isi ceritanya sambil menunggu kantuk dan akhirnya membuai diri dalam mimpi. Karena itu, dibutuhkan teknik yang tepat dalam pembelajaran mendengarkan agar siswa tidak

bosan sehingga dapat tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Teknik Story Telling with Pictures adalah salah satu teknik pembelajaran mendengarkan yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengisahkan cerita melalui gambar. Hal ini dapat membantu siswa dalam menyampaikan apa yang mereka dengar dan amati melalui gambar dalam bentuk tulisan.

KAJIAN TEORI DAN METODE a. Kajian Metode Belajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencari tahu pemecahan dari suatu masalah agar diperoleh tujuan yang diharapkan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses belajar guna mempelajari suatu bahan ajar dengan menggunakan metode dan teknik tertentu yang melibatkan sarana dan prasarana yang diperlukan agar diperoleh hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Karena melalui proses pembelajaran, peserta didik diharapkan tidak hanya tahu hasil akhir dari sebuah proses saja, tetapi diharapkan siswa juga mengenal tahapan-tahapan yang diambil dalam proses pembelajaran yang diambil sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan atau hasil akhir yang disepakati bersama. Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Berikut adalah tahapan-tahapan mendengarkan menurut Tarigan, (1990: 58) antara lain: a. Tahap mendengarkan merupakan tahap mendengarkan pembicaraan. b. Tahap memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan. c. Tahap menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan. d. Tahap mengevaluasi tahap menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya. Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengar yang diperoleh dari dua jenis yaitu: 1. Mendengarkan Ekstensif Mendengarkan ekstensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.

2. Mendengarkan intensif. Mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dengan sungguhsungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami, dan mengingat informasinya. Kamidjan dan Suyono, (2002: 12) menjelaskan ciri-cirinya sebagai berikut. Menurut Azis (2000:8) cerita adalah salah satu bentuk karya sastra yang bisa dibaca atau hanya bisa didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Pendapat lain mengemukakan bahwa cerita merupakan karya sastra berbentuk prosa yang melukiskan suatu kejadian atau peristiwa baik berupa cerita kenyataan maupun khayalan (Nyoman 1991: 41). Jenis-jenis cerita tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Mite Mite adalah cerita yang berhubungan dengan dewa-dewi, roh halus, dan sebagainya yang dianggap suci dan agung. Mite berkaitan erat dengan animisme dan dinamisme pada kepercayaan masyarakat lama. Contohnya Nyi Roro Kidul b. Legenda Legenda adalah cerita yang berhubungan dengan kejadian-kejadian alam atau terjadinya suatu hal dibumbui khayalan tapi dibuat seolah-olah benarbenar terjadi. Legenda biasanya dikenal di masyarakat dengan sebuatan cerita rakyat atau dongeng. Contohnya Roro Jongrang c. Fable Fable adalah cerita yang berhubungan dengan dunia binatang dan tumbuhan. Dalam ceritanya, tumbuhan dan binatang tersebut bisa berbuat dan berprilaku layaknya manusia. Isi fable biasanya bersifat didaktis karena memberi pelajaran moral dan adat istiadat yang baik bagi si pembaca. Contohnya Bona dan Rong Rong d. Sage Sage adalah cerita yang mempunyai unsur sejarah namun lebih menonjolkan khayalan daripada unsur kenyataannya. Biasanya sage berkaitan dengan sejarah yang melatarbelakangi adat istiadat suatu masyarakat. Contohnya Hang Tuah e. Parable Parable adalah cerita yang bersifat mendidik. Berisi cerita mengenai tokoh-tokoh yang pantas diteladani dan tokoh-tokoh yang tidak pantas untuk diteladani. Isi cerita tersebut didimaksudkan sebagai bahan acuan siswa dalam bersikap dan bermoral baik. Contohnya Malin Kundang

Dalam penelitian ini, penulis menentukan cerita rakyat sebagai cerita yang bisa dikategorikan dalam legenda. Hal itu disebabkan karena cerita yang dijadikan bahan penelitian dalam tes awal dan tes akhir lebih menitik beratkan pada asal usul nama suatu daerah dan kejadian yang melatarbelakangi terjadinya suatu hal. Metode Story Telling with Pictures adalah salah satu teknik pembelajaran yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan mengisahkan cerita dengan bantuan gambar. Penggunaan media visual berupa gambar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami cerita yang didengarnya sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat jalan cerita, tokoh, watak, serta latar dari cerita yang didengarnya. Hal ini dapat membantu siswa dalam menceritakan kembali cerita yang didengarnya lewat bahasa tulis. Inderawati (2004:64) menjelaskan langkahlangkah yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Story Telling with Pictures adalah: 1. Guru menceritakan sebuah cerita. 2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil. 3. Guru menugaskan masing-masing kelompok untuk mengamati gambar seri yang telah disiapkan oleh guru. 4. Masing-masing kelompok menuliskan kembali cerita yang telah didengarnya dengan bantuan gambar seri tersebut. 5. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil tulisan tiap-tiap kelompok. 6. Setiap kelompok memeriksa hasil dari pekerjaan kelompok lain. 7. Guru menutup kegiatan pembelajaran dan memberitahukan hasil tulisan siswa. b. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode ekserimen semu dalam penelitian ini, yaitu dengan memilih sekelompok subjek untuk dikenai perlakuan. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam usaha untuk memperoleh data adalah sebagai berikut: a. Memberikan tes awal yang bertujuan untuk mencari tahu kemampuan awal siswa sebelum dikenai perlakuan. b. Memberikan perlakuan yaitu dengan menggunakan metode Story Telling with Pictures terhadap pembelajaran mendengarkan cerita rakyat. c. Memberikan tes akhir yang bertujuan untuk mencari tahu kemampuan akhir siswa setelah dikenai perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, penulis menentukan kriteria penilaian berdasarkan: 1. Kesesuaian urutan cerita berdasarkan gambar seri. 2. Pengembangan kerangka karangan menjadi paragrap sederhana. 3. Penggunaan tanda baca dan huruf kapital. 4. Penggunaan kalimat yang jelas, tepat, namun sederhana. 5. Kerapian tulisan. Adapun kualifikasi nilai yang penulis tentukan adalah sebagai berikut: 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = sangat baik Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap sampel sebanyak 20 orang siswa diketahui bahwa rata-rata nilai perolehan siswa pada tes awal adalah 5,5 dengan kualifikasi nilai menurut Patokan Acuan Penilaian (PAP) skala 10 yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Nasional dimasukan dalam kategori kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa kelas V SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011/2012 dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengar dinilai kurang. Berikut penulis sajikan data hasil perolehan nilai siswa pada tes awal dalam bentuk tabel.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Nama Subjek Sania Sintia Komara M Al-Amin Anggita Aris Eno Silvi Novia Ai Utary Neneng Ahmad Yuni Nita Ayu Solehandi Lia Taufik Willy Fauzi Asep Anugrah Fajar Jumlah Rata-Rata

1 3 3 3 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 2 3 4 3 2 1 3

Kriteria Penilaian 2 3 4 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 4 1 3 2 3 3 3 4 2 2 1 3 2 1 3 2 2 4 2 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3

5 2 2 3 3 2 1 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 1 1 3

Jmh Skor

Nil ai

10 12 11 11 9 7 9 9 11 10 14 16 9 10 13 16 12 8 8 15 220 11

5 6 5,5 5,5 4,5 3,5 4,5 4,5 5,5 5 7 8 4,5 5 6,5 8 6 4 4 7,5 11 5,5

Sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada tes akhir adalah 7,05 yang dimasukkan dalam kategori cukup. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas V SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011/2012 dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengar dinilai cukup. Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan perolehan nilai siswa pada tes akhir dalam bentuk tabel sebagai berikut: Soal Nama Jmh Nilai Subjek 1 2 3 4 5 Skor 1 Sania 3 3 2 2 3 13 6,5 2 Sintia Eka 4 4 2 2 4 16 8 3 Komara 3 3 2 2 3 13 6,5 4 M AlAmin 3 3 2 2 3 13 6,5 5 Anggita 3 3 2 1 3 12 6 6 Aris 3 3 2 2 2 12 6 7 Eno 3 3 2 1 3 12 6 8 Silvi Novia 3 3 2 2 3 13 6,5 9 Ai Utary 3 3 2 4 3 15 7,5 10 Neneng 3 3 2 3 3 14 7 11 Ahmad 3 2 4 3 3 15 7,5 12 Yuni Nita 3 4 3 4 4 18 9 13 Ayu 4 4 2 2 3 15 7,5 14 Solehandi 3 3 2 2 3 13 6,5 15 Lia 3 4 2 2 3 14 7 16 Taufik 3 4 2 4 4 17 8,5 17 Willy 4 4 2 1 3 14 7 18 Asep 3 3 2 3 3 14 7 19 Anugrah 3 3 2 3 2 13 6,5 20 Fajar 3 4 2 4 3 16 8 282 141 Jumlah 14,1 7,05 Rata-Rata Jika dibandingkan dengan perolehan nilai ratarata siswa pada tes awal diketahui adanya kenaikan sebesar 1,55 dan peningkatan siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaranpun naik hingga 65%. Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan data hasil tes awal dan hasil tes akhir, didapat data sebagai berikut: 1. Pada hasil perhitungan tes awal diketahui bahwa nilai X2 hitung lebih kecil dari nilai X2 tabel, yaitu X2 2 hitung (3,11) < X tabel (5,99). Dengan demikian data tes awal berdistribusi normal. 2. Pada hasil perhitungan tes akhir diketahui bahwa nilai X2 hitung lebih kecil dari nilai X2 tabel, yaitu X2 2 hitung (2,77) < X tabel (5,99). Dengan demikian data tes akhir berdistribusi normal. 3. Pada hasil pengujian dengan menggunakan rumus hitungan tes awal dan tes akhir one group design dapat diketahui bahwa nilai t hitung (8,38) > t tabel (1,73) pada taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan 19, terbukti nilai t hitung > t tabel. Oleh karena itu, perbedaan rata-rata kedua tes terbukti signifikan.

Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai tes awal dan hasil tes akhir dalam mencari tahu sejauh mana kemampuan siswa kelas VI SD Negeri Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012 dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengarnya. Dengan kata lain, metode Story Telling with Pictures yang diujicobakan penulis dinilai efektif dalam meningkatkan keterampilan menuliskan kembali cerita rakyat yang didengarnya.

No

SIMPULAN Metode Story Telling with Pictures adalah salah satu metode pembelajaran yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan mengisahkan cerita dengan bantuan gambar. Penggunaan media visual berupa gambar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami cerita yang didengarnya sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat jalan cerita, tokoh, watak, serta latar dari cerita yang didengarnya. Hal ini dapat membantu siswa dalam menceritakan kembali cerita yang didengarnya lewat bahasa tulis. Hasil perhitungan pada tes awal dan tes akhir di atas sekaligus dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian yang penulis lakukan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:

a. Metode Story Telling With Pictures yang digunakan dalam pembelajaran mendengarkan cerita rakyat dinilai efektif. b. Kemampuan mendengarkan cerita rakyat pada siswa kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012 setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Story Telling With Pictures meningkat. c. Perbedaan antara hasil yang diperoleh siswa kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012 sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran mendengarkan cerita rakyat menggunakan metode Story Telling With Pictures terbukti signifikan. Kelebihan dari metode Story Telling with Pictures terhadap pembelajaran mendengarkan cerita rakyat diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dengan bantuan gambar seri, siswa dengan mudah dapat membuat kerangka karangan. 2. Siswa dengan mudah dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan yang padu. 3. Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah. 4. Siswa akan berfikir lebih kreatif dalam mengidentifikasi gambar dan menuangkannya dalam kerangka karangan. 5. Kemampuan siswa akan lebih tergali.

DAFTAR PUSTAKA Daud, Usman. 2003. Posisi Pelajaran Menulis di Sekolah-Sekolah. Tersedia: http://www.kompas.com/kompascetak/02/08/26/dikbud/trad09.htm,diakses 24 November 2008 Dossuwanda. 2008. Proses Belajar Mengajar. Tersedia: http://www.ktsp.diknas.go.id/download/kt sp_sma/14.ppt. (18 Maret 2008)

Indrawati, Sri. dkk. 2004. Model-Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Palembang: Universitas Sriwijaya Suhendar, M.E. et.al,. 1992. MKDU Bahasa Indonesia. Bandung: Pionir Jaya Tarigan, djago et.al,. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: angkasa