MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN ...

36 downloads 143 Views 49KB Size Report
hasil pembelajaran menulis teks berita dengan teknik wawancara dan yang tidak menggunakan teknik ... paragraf 1,29; 4) kelengkapan 5W+1H 1,41. (2) Hasil ...
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK WAWANCARA PADA SISWA KELAS VIII SMP ASSIDIQIYAH KARANGAWITAN KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MIMIN SETIAWATI NIM. 1021.0501 PROGRAM STUDI PBS INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

ABSTRAK Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: l)Bagaimanakah pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara. 2) Bagaimanakah pembelajaran menulis teks berita dengan yang tidak menggunakan teknik wawancara. 3) Adakah perbedaan hasil pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara dan yang tidak menggunakan teknik wawancara. Tujuan penelitian ini yaitu 1) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara. 2) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran menulis teks berita dengan yang tidak menggunakan teknik wawancara. 3) Untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran menulis teks berita dengan teknik wawancara dan yang tidak menggunakan teknik wawancara. Berdasarkan hasil analisis penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu: (1) hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik wawancara menunjukkan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,37. Rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata sebagai berikut: 1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,38; 2) ketepataan ejaan l,29; 3) susunan paragraf 1,29; 4) kelengkapan 5W+1H 1,41. (2) Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik ceramah menunjukan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian ratarata 5,14. Rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata sebagai berikut: 1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,27; 2) ketepataan ejaan 1,17; 3) susunan paragraf 1,3; 4) kelengkapan 5W+IH 1,4; dengan bobot yang sama, berdasarkan pencapaian rata-rata pada masing-masing kelas menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan teknik wawancara lebih baik daripada teknik ceramah, tetapi perbedaan tersebut sangat kecil. Pada kelas yang menggunakan teknik wawancara (VIII-A) rata-rata 5,37, sedangkan pada kelas yang menggunakan teknik ceramah (VIII-C) rata-rata 5,14. Jadi, penggunaan teknik wawancara dengan teknik ceramah tidak memperlihatkan perbedaan yang jauh. Simpulan di atas, diperkuat dengan terbuktinya uji statistik, yang menunjukkan bahwa t hitung (0,77) < t tabel (1,66). Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis teks berita yang menggunakan teknik wawancara dengan yang menggunakan teknik ceramah. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan hipotesis kerja ditolak.

Kata kunci : Teks Berita / Wawancara PENDAHULUAN Kegiatan menulis dapat dilakukan oleh semua orang. Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan salah satu tujuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang perlu dilatih, setiap siswa memiliki peluang untuk terampil dalam hal menulis. Walaupun tidak semua siswa memiliki minat dan bakat yang sama dalam hal menulis. Dalam pembelajaran menulis teks berita, faktor guru merupakan hal terpenting dalam menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru bahasa yang berperan sebagai motivator dituntut untuk menggali kreativitas,

bakat dan minat siswa terhadap menulis teks berita yang dianggap sulit untuk dipelajari. Pada dasarnya, pembelajaran menulis teks berita ditujukan untuk membuat siswa dapat menuangkan dan mengembangkan ide tulisan yang berbentuk teks berita. Maka untuk itu dalam pembelajaran menulis teks berita dibutuhkan sarana yang tepat untuk menggali kemampuan siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan ke dalam sebuah teks berita. Di Sekolah Menengah Atas, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang ditekankan pembinaannya. Walaupun menulis tidak asing lagi di kalangan siswa Sekolah Menengah Pertama, tetapi siswa harus dapat menulis dengan baik dan benar. Tetapi di sini siswa diharapkan mampu mengekspresikan

berbagai gagasan, pikiran, pendapat, serta dapat menulis teks berita dengan baik. Berita adalah peristiwa atau kejadian yang menarik, luar biasa dan terkini. Disebut berita apabila dilaporkan. Dalam pengertian sederhana, berita adalah fakta atau informasi yang ditulis oleh wartawan dan dimuat di surat kabar. Dapat dikatakan bahwa berita adalah segala sesuatu yang hangat atau aktual dan menarik perhatian sejumlah orang. Tetapi di sini penulis tertarik dengan hal tersebut. karena menulis teks berita sulit sekali digunakan dalam belajar pembelajaran, begitupun dengan teknik wawancara. Agar siswa dapat menulis teks berita dengan baik maka perlu dilaksanakan latihanlatihan. Karena itu merupakan salah satu cara agar siswa terampil dalam menulis dengan menggunakan kata yang baik dan benar. Begitupun dengan teknik wawancara, karena wawancara tidak sering digunakan dalam belajar pembelajaran. Jadi penulis ingin mengetahui sejauh mana perbedaan menulis teks berita yang menggunakan teknik wawancara dengan yang tidak menggunakan teknik wawancara antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apakah ada perbedaan yang cukup jauh antara kelas yang menggunakan teknik wawancara dengan kelas yang tidak menggunakan teknik wawancara. KAJIAN TEORI DAN METODE Keefektifan Pembelajaran Menulis Teks Berita Pembelajaran merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Menurut Joyce, 1992:4 (dalam Trianto, 2007: 5) pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain. Menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. Dua penelitian penggunaan waktu bagi keempat keterampilan berbahasa menyimpulkan bahwa urutan lama waktu tersebut selalu berurutan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Proses orang belajar berbahasa pun selalu dimulai dengan urutan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. “The last but not the least” kata pepatah dalam bahasa Inggris. Biarpun posisi menulis selalu terakhir tidak berarti menulis tidak penting, berarti dan berperan.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. “Sebagai kegiatan yang ekspresif, tidaklah berlebihan jika keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Namun demikian, kemampuan menulis bukanlah milik segolongan orang yang berbakat menulis saja. Dengan latihan yang sungguh-sungguh kemampuan menulis dapat dimiliki oleh siapa saja” (Akhadiah, 1992:2). Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami oleh setiap siswa selama menuntut ilmu pengetahuan. Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak yang dibatasi jarak, tempat, dan waktu. Menulis juga merupakan sebuah aktivitas pengungkapan bahasa melalui media. Menulis juga dapat diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan sesuatu sebagai ungkapan pikiran, perasaan dan kemampuannya dalam bahasa tulisan. Menurut D'Angelo, 1980:5 (dalam Tarigan) “menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu.” Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan produktif yang melibatkan proses atau aktivitas alat bepikir dengan melahirkan gagasan, pikiran, perasaan, untuk mencapai tujuan ke dalam bentuk bahasa tulisan dengan diorganisasikan secara sistematis dan logis sehigga dapat dipahami oleh pembaca. Berita adalah jenis tulisan yang penulisannya didasarkan pada fakta atau kejadian nyata. Berita adalah cerita atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual yang baru dan luar biasa sifatnya. Di dalam rumusan ini dipersyaratkan berita itu adalah peristiwa yang benar-benar terjadi dalam waktu yang baru

sehingga mempunyai nilai kejutan dan dapat memenuhi hasrat keingintahuan orang banyak, serta peristiwa itu bukan kejadian secara secara rutin dan natural, tetapi terjadi di luar kebiasaan dan diluar dugaan. Dengan demikian, jelas bahwa sesuatu yang berlangsung atau terjadi secara lumrah dan rutin tidak dapat dinilai sebagai berita (Semi, 1995:11). Berdasarkan pengertian ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa berita merupakan suatu peristiwa berupa fakta yang ditulis atau dilaporkan kepada umum dengan tujuan supaya khalayak mengetahuinya. Menulis teks berita tidak sama dengan menulis surat atau buku harian. Menulis berita memerlukan kecakapan tersendiri dan harus memperhatikan ciri-ciri bahasa jurnalistik dan halhal yang berhubungan dengan tulisan berbentuk berita. Dalam pembelajaran menulis teks berita penulis membedakan berita langsung atau straight-news dan berita berat atau depth-news. Berita langsung merupakan berita yang ditulis sesuai dengan fakta yang ada secara singkat; berita berat dan mendalam atau depth news merupakan berita yang mendalam dan dikembangkan secara rinci oleh wartawannya sehingga tidak lagi menjadi berita ringan. Pembelajaran menulis teks berita yang penulis gunakan adalah menulis teks berita langsung, dengan menulis teks berita langsung peserta didik akan lebih mudah untuk menulis teks berita, karena menulis berita langsung merupakan berita yang sesuai dengan fakta dan ditulis secara singkat. Jadi peserta didik tidak sulit untuk menulis teks berita. Pembelajaran menulis teks berita mempunyai fungsi dan peranan dalam kehidupan. Menulis teks berita dapat pula dilihat dalam kaitan perkembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan bagi peserta didik itu sendiri ataupun untuk pembaca. Karena adanya kebiasaan dan kesenangan menulis teks berita dapat menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan informasi kepada pembaca. Pembelajaran menulis teks berita harus menggunakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis berita. Dengan adanya teknik penulisan berita ini, diharapkan naskah berita yang dibuat memiliki kesempurnaan sebagai bahan informasi yang akurat. Adapun langkah yang mutlak yang dilakukan yaitu: 1) mengumpulkan informasi dari fakta atau peristiwa yang menjadi bahan berita, 2) menuangkan bahanbahan informasi tersebut ke dalam bentuk tulisan. Untuk menyusun bahan-bahan informasi menjadi tulisan atau naskah berita yang utuh, biasanya para jurnalis menggunakan rumusan 5W

+ 1H sebagai rumusan yang dapat membantu menyusun sebuah informasi secara sistematis sehingga dapat terwujud menjadi bentuk tulisan yang informatif. Untuk menyusun berita, maka terlebih dahulu penulis mengetahui tahapan persiapan menulis berita atau artikel; 1) pahami masalah, 2) kumpulkan bahan, 3) seleksi bahan, 4) tentukan tema/isi cerita dan 5) tentukan urutan logis (judul, isi dan penutup). Penerapan Teknik Wawancara dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita Pada dasarnya wawancara itu merupakan suatu percakapan antara dua orang, antara seseorang yang bertanya dan seseorang yang menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, proses wawancara secara umum tidak banyak bedanya dengan percakapan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pewawancara tentu kepentingannya akan wawancara itu berbeda dengan suatu percakapan biasa. Dalam suatu wawancara, pewawancara menginginkan suatu yang penting dan berharga untuk disampaikan kepada khalayak banyak. Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis). Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung dari hasil wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di lapangan, akan menyulitkan pewawancara dalam menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan wawancara, upayakan mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya melalui proses wawancara. Metode Penelitian Suatu penelitian selalu menggunakan metode yang mengarah kepada cara kerja penelitian tersebut. Metode itu sendiri adalah cara-cara melakukan sesuatu yang telah dipikirkan secara matang-matang dan di susun dengan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. (Surakhmad, 1987:131) “Metode merupakan cara utama yang diperlukan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan menggunakan ternik serta alat-alat tertentu, cara itu digunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penelitian.”

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen yang bertujuan untuk menguji dan mencoba suatu pendekatan yang dianggap efektif untuk mengajarkan suatu pembelajaran. Ciri utama metode eksperimen yaitu harus ada perlakuan. Penelitian memberikan atau mengadakan tindakan tertentu terhadap objek penelitian. Berdasarkan hal di atas, penulis akan berusaha perlakuan dengan cara pembelajaran menulis teks berita melalui teknik wawancara pada kelas VIII SMP Assidiqiyah Karangpawitan Garut tahun pelajaran 2011/2012. Teknik Pengolahan Data Untuk mengetahui hasil dari pembelajaran tersebut maka dalam penelitian ini penulis mengguakan rumus t test (uji perbedaan dua rata rata) independent. Akan tetapi sebelum penulis mengguakan t test, penulis menggunakan uji Lilifors untuk melihat normal tidaknya data. Langkah - langkah yang dilakukan sebagai berikut: 1) Mencari normalitas data dengan rumus −    xi − x  − Σfxi 2 Σfxi   Z i= →x= S= S n/ f n −1

Keterangan: Z = Simpangan baku untuk kurve normal standar Xi = Data ke i dari suatu kelompok data X = Rata-rata kelompok S = Simpangan baku 2) Kriteria pengujian. Jika Z tabel lebih besar dari pada Z hitung maka data normal 3) Dan nilai T (uji independent) dengan rumus : −

t=



x1 − x2  Σx1 2 + Σx 2 2  1   + 1  n + n − 2  n n 2 2  1  1

  

1) Menentukan derajat kebebasan Dk = (n1 + n2) – (k – 1) 2) Menetukan nilai t dari daftar @ = 0,05 6) Kriteria pengujian Jika nilai t hitung kurang dari t tabel berarti kedua tes tersebut tidak ada perbedaan. Begitupun sebaliknya jika t hitung lebih dari t tabel maka tes tersebut memiliki perbedaan.

HASIL DANPEMBAHASAN Sebagaimana dikemukakan sebelumnya data dalam penelitian ini adalah berbentuk teks berita yang dibuat siswa setelah proses pembelajaran. Penulis tidak melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, karena berdasarkan informasi dari guru kelas dan dokumentasi yang ada kedua kelas yang digunakan sebagai tempat penelitian memiliki kemampuan berimbang. Dengan demikian penulis berasumsi bahwa kemampuan awal siswa di kedua kelas adalah sama. Penilaian terhadap teks berita yang dibuat siswa, ditentukan dengan empat kriteria penilaian yaitu berkaitan dengan penggunaan diksi, ketepatan ejaan, rumusan 5W + 1H, susunan paragraf. Kriteria dan aturan penilaian penulisan dideskripsikan pada tabel seperti berikut ini. Format Penilaian Menulis Berita Komponen Penilaian

Skala penilaian

Bobot

Jml

Pilihan kata / Diksi

0,5

2,5

2. Ketepataan ejaan

0,5

2,5

3. Susunan paragraf

0,5

2,5

Kelengkapan 5W+lH

0,5

2,5

2

10

1.

4.

Total

1

2

3

4

5

Berdasarkan tabulasi di atas, terungkap bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menulis teks berita dengan menggunakan teknik wawancara dicapai sebesar 5,37 dari skor ideal 10. Dengan demikian apabila mengacu pada kriteria pengelompokan hasil belajar yang dikemukakan Arikunto (199:245), yaitu: 1) 8,0 – 10 = Baik Sekali 2) 6,6 – 7,9 = Baik 3) 5,6 – 6,5 = Cukup 4) 4,0 – 5,5 = Kurang 5) < - 3,9 = Gagal Inti permasalahan dalam penelitian ini dan sekaligus merupakan pembuktian hipotesis adalah terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara hasil belajar menulis teks berita yang menggunakan teknik wawancara dengan yang menggunakan teknik ceramah. Pemaparan sebelumnya telah terungkap bagaimana hasil pembelajaran pada kedua kelompok, baik yang menggunakan teknik wawancara maupun yang menggunakan teknik ceramah.

Pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan menggunakan teknik wawancara rata-rata siswa dalam menulis teks berita dicapai sebesar 5,37 sementara pada kelas yang menggunakan teknik ceramah dicapai ratarata 5,14. Hal ini menunjukan bahwa kelas yang menggunakan teknik wawancara memiliki keberhasilan yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang menggunakan teknik ceramah. Berikut ini penulis kemukakan perbandingan kemampuan siswa dalam menulis teks berita berdasarkan unsur-unsur penilaiannya seperti pada tabel dibawah ini. Berdasarkan nilai Thitung yang didapat sebesar 0,77. Selanjutnya nilai Thitung tersebut akan dibandingkan dengan nilai Ttabel. Menentukan nilai T dari tabel dapat di ikuti langkah-langkah berikut ini. df = (N1 + N2) – (K – 1) = (35 + 35) – (2 – 1) = 70 – 1 = 69 Dengan demikian df = 69, kita tentukan nilai t kritik pada taraf kepercayaan t 0,05 atau taraf kepercayaan 95% adalah 1,658. Dengan demikian Thitung < Ttabel pada taraf kepercayaan 95%, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks berita pada kedua kelas tidak memiliki perbedaan. Berdasarkan hasil perhitungan, terungkap bahwa siswa pada kelompok yang menggunakan teknik wawancara memiliki tingkat kemampuan menulis teks berita sedikit lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan teknik ceramah. SIMPULAN Bagian terakhir penulisan penelitian ini, penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan yang didasarkan pada rumusan masalah serta hasil analisis dan pembahasan data yang didasarkan pada bagian sebelumnya. Kesimpulan tersebut seperti di bawah ini. 1. Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik wawancara menunjukkan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,37. Rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata sebagai berikut: (1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,38; (2) ketepatan ejaan 1,29; (3) susunan paragraf 1,29; (4) Kelengkapan 5W+1H 1,41; dengan bobot yang sama.

2. Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan menulis teks berita pada kelas yang menggunakan teknik ceramah menunjukkan hasil yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian rata-rata 5,14. Rata-rata tersebut diperoleh dari empat kriteria penilaian yang memperoleh rata-rata sebagai berikut: (1) pilihan kata atau diksi sebesar 1,27; (2) ketepatan ejaan 1,17; (3) susunan paragraf 1,3; (4) Kelengkapan 5W+1H 1,4; dengan bobot yang sama. 3. Berdasarkan pencapaian rata-rata pada masing-masing kelas menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan teknik wawancara lebih baik daripada teknik ceramah, tetapi perbedaan tersebut sangat kecil. Pada kelas yang menggunakan teknik wawancara (VIII-A) rata-rata 5,37. Sedangkan pada kelas yang menggunakan teknik ceramah (VIII-C) rata-rata 5,14. Jadi, penggunaan teknik wawancara dengan teknik ceramah tidak memperlihatkan perbedaan yang jauh. 4. Simpulan di atas, diperkuat dengan terbuktinya uji statistik, yang menunjukkan bahwa thitung (0,77) < ttabel (1,66). Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis teks berita yang menggunakan teknik wawancara dengan yang menggunakan teknik ceramah. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan hipotesis kerja ditolak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: PT. Rineka Cipta Akhadiah, Sabarki, et al. (1993). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Keraf, Gorys. (1989). Komposisi. Ende Floras: Nusa Indah. Rosidi, Imron. (2009). Menulis Siapa Takut. Yogyakarta: Kanisius. Semi, Atar. Prof. Drs. M. (1995). Teknik Penulisan Berita, Features dan Artikel. Bandung: Angkasa. Siregar, Syafaruddin. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian. Jakarta: Gramadia Widiasarana Indonesia.

Sug1Hastuti, Dra. M. S. (2000). Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sujana, Nana. DR dan Ibrahim. DR. M. A. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sunarto, Prof. Dr. H dan Agung Hartono, Dra. Ny. B. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. (1990). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.