PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ...

48 downloads 783 Views 875KB Size Report
Skripsi yang penulis buat berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran pendidikan ..... Dengan dikemukakannya teori-teori belajar di atas, maka dapat diketahui.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA PLUS PGRI CIBINONG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Oleh Surya Syafar Khoer NIM. 106011000191

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA PLUS PGRI CIBINONG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syaratsyarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Oleh Surya Syafar Khoer NIM. 106011000191

Di Bawah Bimbingan

Dr. Akhmad Shodiq, M.Ag NIP. 19710709.199803.1.001

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

i

Skripsi berjudul

“PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMA PLUS PGRI CIBINONG” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 18 Maret 2011 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Jurusan

Tanggal

Tanda tangan

Bahrissalim, M.Ag NIP. 19680307.199803.1.002

……….

………………

……….

………………

………..

……………….

………..

………………..

Sekretaris Jurusan Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag NIP. 19670328.200003.1.001 Penguji I Dr. Khalimi, M.A NIP. 19650515.199403.1.006 Penguji II A. Irfan Mufid, M.A NIP. 19740318.2003112.1.002

Mengetahui: Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A. NIP. 19571005.198703.1.003

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama

: Surya Syafar Khoer

Tempat/Tgl. Lahir

: Bogor, 27 September 1988

NIM

: 106011000191

Jurusan/Prodi

: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Skripsi

: “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong”

Dosen Pembimbing

: Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 01 Maret 2011

Surya Syafar Khoer NIM. 106011000191

ii

ABSTRAKSI Nama

: Surya Syafar Khoer

NIM

: 106011000191

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Skripsi yang penulis buat berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong Bogor”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Untuk mengetahui program-program kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian non-hipotesis yang langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sifat dari metode deskriptif, menurut Winarno Surahman adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada. Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus Prosentase. Sedangkan teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara, dan angket. Teknik pengambilan sample ditetapkan secara purposive sampling (sampel bertujuan). Adapun jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 58 siswa atau 10% dari jumlah populasi 575 siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat sebuah kesimpulan bahwasannya pelaksanaan pembelajaran serta program-program di SMA Plus PGRI Cibinong berjalan dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil penghitungan angket yang disebarkan pada responden serta hasil wawancara dengan guru.

iii

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan banyak nikmat pada hamba-hamba-Nya diseluruh jagad. Tak lupa salawat serta salam tercurah pada hamba yang paling dicintai-Nya, yaitu seorang reformis dunia Nabi Muhammad saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya. Amin Tak dapat dipungkiri bahwa proses penelitian dan penulisan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak yang ikut serta berpartisipasi membangun teori dan mengumpulkan data, sehingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menghanturkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan ribuan terima kasih kepada: 1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M.A selaku pembimbing penulis yang rela memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya. 4. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen PAI yang banyak mewarnai pemikiran penulis. 5. Bapak Halilintar beserta Ummi tercinta yang senantiasa mendoakan kami anak-anaknya. Serta adikku Syiva Mauliah yang selalu memberikan semangat kepada penulis 6. Wiwin Wijayanti tercinta yang senantiasa mendampingi penulis dalam penulisan skripsi, yang telah memberikan semangat dan merelakan waktu, tenaga, fikiran, serta materi. 7. Ibu Solihat, S.Pd selaku tantehku yang selalu memberikan saran-saran yang imajinatif dalam penyusunan skripsi ini. 8. Kawan-kawan Ikatan Remaja Ahli Qahwah (IRAQ) yang selalu memberikan inspirasi-inspirasi dalam penulisan skripsi. Tak akan pernah ku lupakan kenangan-kenangan kita bersama dengan segelas kopi. iv

9. Kawan-kawan WG Ujang, Aan, dan Jimi yang paling tabah menghadapi tiap permasalahan. Ku yakin kita akan jadi manusia yang berguna bagi Bangsa, Negara dan Agama. 10. Kawan-kawan PAI, khususnya kelas E angkatan tahun 2006, yang selalu ada di dalam hatiku. 11. Saudaraku Parid Zaenuddin, Maulana Ajiz dan M. Fahri Apip yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 12. Kawan-kawan tiem Hajir Marawis Nurul Falah yang dengan lapang hati memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian. 13. Dan pihak-pihak lainnya yang membantu penulis yang mohon maaf tidak bisa disebutkan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, dan karena itu penulis tidak menutup kemungkinan bila terdapat kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya hanya pada Allah swt. sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Amin Jakarta, 17 Februari 2011

Surya Syafar Khoer

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… i LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………… ii ABSTRAKSI…………………………………………………………….... iii KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv DAFTAR ISI……………………………………………………………… vi DAFTAR TABEL………………………………………………………… ix BAB I

PENDAHULUAN………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1 B. Identifikasi Masalah………………………………….. 3 C. Pembatasan Masalah…………………………………. 4 D. Rumusan Masalah……………………………………. 4 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………..………… 4

BAB II

KAJIAN TEORITIS………………………………………6 A. Pembelajaran…………………………………………... 6 1.

Pengertian Pembelajaran…………………………..6

2.

Teori Belajar……………………………………… 8

3.

Tujuan Pembelajaran………………………………10

4.

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh TerhadapSistem Pembelajaran……………………………... 10

B. Pendidikan Agama Islam……………………………… 12 1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam……………... 12

2.

Dasar Pendidikan Agama Islam…………………...13

3.

Tujuan Pendidikan Agama Islam………………….16

4.

Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam………….. 19

5.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam………... 21

vi

C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.……………… 21

BAB III

1.

Peserta Didik……………………………………… 22

2.

Guru Agama Islam……………………………….. 23

3.

Isi Pelajaran Pendidikan Agama Islam…………… 25

4.

Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam… 25

5.

Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam… 30

6.

Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam….. 32

7.

Evaluasi……………………………………………33

METODOLOGI PENELITIAN…………………………. 36 A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………. 36 B. Metode Penelitian…………………………………....... 36 C. Sumber Data………………………………………....... 36 D. Populasi dan Sampel…………………………………... 37 E. Teknik Pengumpulan Data………………………......... 38 F. Teknik Analisis Data…………………………………...41

BAB IV

HASIL PENELITIAN……………………………………. 43 A. Gambaran umum SMA Plus PGRI Cibinong Bogor…. 43 1.

Sejarah Singkat berdirinya……………………….. 43

2.

Letak geografis…………………………………… 44

3.

Visi dan Misi………………………………………45

4.

Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai………………. 45

5.

Sarana dan Prasarana……………………………... 52

6.

Struktur Organisasi……………………………….. 54

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islamdi SMA Plus PGRI Cibinong………………………….. 55 1.

Sistem Pendidikan Agama Islam…………………. 55

2.

Kurikulum Pendidikan Agama Islam…………….. 56

3.

Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam… 57

4.

Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam….. 58

vii

5.

Program Kegiatan Keagamaan…………………….58

6.

Sarana Pendidikan Agama Islam…………………. 64

7.

Evaluasi Pendidikan Agama Islam……………….. 65

C. Analisis Data Hasil Penelitian………………………….66 D. Pembahasan Data Hasil penelitian…………………….. 81 BAB V

PENUTUP………………………………………………… 83 A. Kesimpulan……………………………………………. 83 B. Saran……..……………………………………………. 84

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...85 LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL Tabel 1

Skala Prosentase………………………………………………

42

Tabel 2

Keadaan Guru SMA Plus PGRI Cibinong……………………

45

Tabel 3

Keadaan Siswa Kelas X SMA Plus PGRI Cibinong…………

49

Tabel 4

Keadaan Siswa Kelas XI SMA Plus PGRI Cibinong………..

49

Tabel 5

Keadaan Siswa Kelas XII SMA Plus PGRI Cibinong……….

50

Tabel 6

Keadaan Tenaga Kependidikan SMA Plus PGRI Cibinong………………………………………………………..

Tabel 7

Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Plus PGRI Cibinong………………………………………………………..

Tabel 8

51 52

Keadaan Sarana Pendidikan Agama Islam SMA Plus PGRI Cibinong……………………………………………

64

Tabel 9

Tidak menyukai pelajaran Agama Islam……………………...

66

Tabel 10

Bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba………...

67

Tabel 11

Pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena Malas……………………………………………………………

Tabel 12

Memperhatikan guru saat menjelaskan materi Agama Islam…………………………………………………………….

Tabel 13

68 68

Selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan…………….

69

Tabel 14

Guru Agama datang mengajar tepat waktu…………………..

70

Tabel 15

Guru Agama menggunakan pakaian yang rapi dan sopan……………………………………………………………

Tabel 16

70

Di awal pelajaran, guru Agama memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya………………….

71

Tabel 17

Guru Agama menguasai materi yang disampaikan…………..

72

Tabel 18

Materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh guru sulit dimengerti dan difahami……………………………

Tabel 19

72

Metode belajar yang digunakan oleh guru Agama tidak menarik atau kurang menyenangkan…………………… ix

73

Tabel 20

Guru Agama menggunakan alat atau media yang menarik dalam pembelajaran…………………………………..

74

Tabel 21

Guru Agama mengkondisikan kelas dengan baik……………..

75

Tabel 22

Guru Agama membuat kelompok belajar dalam kelas………..

75

Tabel 23

Guru Agama menjelaskan materi dengan metode yang membosankan…………………………………………….

Tabel 24

Guru Agama tidak memberikan kesempatan untuk berargumen atau berpendapat…………………………………

Tabel 25

79

Guru Agama memberikan penilaian yang sesuai atau objektif………………………………………………………….

Tabel 28

78

Guru Agama tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam………………………………………...

Tabel 27

77

Guru Agama memberikan pertanyaan atau evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan…………….

Tabel 26

76

79

Guru Agama saya memperhatikan penegakan disiplin di kelas………………………………………………………….

x

80

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dimengerti bahwa semua negara di dunia pada saat ini dalam proses memasuki era globalisasi begitu pula Indonesia. Hal ini setidaknya ditandai oleh tiga indikator sekaligus dalam perikehidupan manusia di dunia yaitu semakin transparan, mengglobal, dan kompetitif. Dalam era ini tidak mengenal adanya batas geografi antar negara, yang tak mampu lagi membendung distribusi informasi yang semakin beragam, baik jenis serta kualitasnya. Sehingga pagar-pagar budaya bangsa akan semakin merapuh dalam menangkal datangnya kultur-kultur bangsa lain. Oleh sebab itu diperlukan adanya daya selektivitas pada diri bangsa Indonesia terhadap masuknya budaya dari luar. Era yang melanda bangsa Indonesia ini merupakan salah satu hegemoni dan pengaruh kekuasaan suatu negara atas bangsa lain yang bukan hanya pada aspek ekonomi, intelektual, sosial, budaya dan sains teknologi. Hal ini akan menumbuhkan nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia ataupun agama, sebagai contoh adalah merebaknya nilai pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Sehingga budaya yang seperti ini, akan mempengaruhi pada pola pikir, sikap dan perilaku atau gaya hidup yang akan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena tersebut di atas banyak melanda di kalangan remaja, baik yang duduk di SLTP atau SMU bahkan banyak yang telah terkontaminasi melalui 1

2

internet, televisi dan media masa lainnya. Pernyataan tersebut diperkuat lagi oleh Zakiyah Daradjat dalam bukunya yang mengungkapkan bahwa di antara ahli jiwa, ada yang berpendapat, bahwa remaja dan problemanya, tidak lain dari hasil akibat kemajuan zaman.1 Hal ini dikarenakan remaja masih mempunyai emosi yang meluap-luap dan tidak stabil. Pendapat ini dapat diketahui dari pengertian masa remaja yaitu masa yang paling banyak mengalami perubahan, dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial.2 Oleh karena itu kalangan remaja sebagai penerus bangsa, negara dan agama haruslah memiliki suatu pondasi yang kokoh agar dapat melawan dampak dari era globalisasi yang bersifat negatif dengan timbulnya suatu kesadaran selektivitas yang tinggi terhadap nilai-nilai yang masuk. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.3 Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Selebihnya dengan Pendidikan Agama Islam, remaja memiliki modal untuk dapat menentukan sikap yang positif, pernyataan ini didukung oleh Mohammad Al-Abrosyi yang berbunyi : pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari Pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.4 Oleh sebab itu di dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam sudah dapat dipastikan bahwa di dalamnya juga diajarkan nilai-nilai akhlak yang mulia. Selain itu tujuan dari diadakannya Pendidikan Agama Islam adalah memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam pada anak didik dan 1

hlm. 36

2

Zakiyah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978),

Zakiyah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, hlm. 35 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 153 4 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), 1997, hlm. 49 3

3

membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi Rasulullah saw. sebagai perintah penyempurnaan akhlak manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja, dan juga dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akherat.5 Dengan demikian peran Pendidikan Agama Islam dapat memberikan kontribusi terhadap terbangunnya fondasi nilai-nilai yang kokoh terutama pada usia remaja baik dari aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Dalam mewujudkan peran utama Pendidikan Agama Islam, maka dibutuhkan

strategi-strategi

dalam

penyampaian

atau

dalam

proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk terciptanya sebuah pembelajaran yang baik. Menurut Taksonomi Bloom proses/hasil belajar yang harus dicapai siswa itu dapat di bagi dalam tiga kategori, yaitu jenis belajar kognitif, afektif dan psikomotor. 6 Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran. Seperti strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran khususnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, guna terciptanya sebuah pembelajaran yang baik. Sehingga dapat mencetak siswa yang memiliki fondasi nilai-nilai keimanan yang kokoh serta berilmu pengetahuan, baik dari aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Berangkat dari pemikiran dan latar belakang diatas dipandang perlu dilakuan penelitian yang lebih luas dan dalam yang bersifat eksplanatif. Maka penulis bermaksud untuk dapat mengetahui informasi yang akurat tentang berbagai permasalahan berkenaan dengan PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA PLUS PGRI CIBINONG. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka identifikasi masalahnya dapat penulis urutkan sebagai berikut:

5 Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung : Trigenda Karya), 1993, hlm. 164 6 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 95

4

1. Bagaimana proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong? 2. Bagaimana program kegiatan kependidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis dapat membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong 2. Program-program kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong 2. Apa saja program-program kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

Tujuan Adapun tujuan penelitian atas penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut : a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong b. Untuk mengetahui program-program kegiatan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong. 2.

Manfaat Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

5

a. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi SMA Plus PGRI Cibinong dalam menentukan arah kebijakan

yang

lebih

baik

dalam

melaksanakan

program

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran Agama Islam di sekolahsekolah umum. c. Untuk

menambah

wawasan

pengetahuan

penulis

apabila

menghadapi situasi yang sama dimasa yang akan datang. Serta dapat memberikan motivasi kepada penulis agar senantiasa meningkatkan kualitas khususnya dalam hal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang semakin berkembang saat ini.

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran 1.

Pengertian Pembelajaran Pembelajaran asal katanya adalah belajar, belajar adalah sebagai

perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang secara relatif tetap di anggap sebagai hasil dari pengamatan dan latihan.1 Yang dimaksudkan pembelajaran di sini adalah suatu kegiatan untuk merubah tingkah laku yang diusahakan oleh 2 belah pihak yaitu antara pendidik dan peserta didik, sehingga terjadi komunikasi 2 arah. James W. Zanden mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari pengalaman.2 Belajar menurut Cronbach adalah merupakan perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Menurut Cronbach belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.3 Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan 1

Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : Ictiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects, t.t), hlm. 435 2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2006), hlm. 237 3 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 5

6

7

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.4 Syaiful Bahri menjelaskan bahwa belajar pada hakekatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar, walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.5 Dengan dikemukakannya teori-teori belajar di atas, maka dapat diketahui bahwa belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, rumah, lingkungan masyarakat sekitar dan lainnya. Belajar merupakan hal yang kompleks, hal ini dapat dilihat dari dua subjek yang berbeda, yaitu dari sisi peserta didik dan dari sisi pendidik atau guru. Dari sisi peserta didik, belajar difahami sebagai suatu proses. Peserta didik mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang dapat berupa alam, hewan dan bahan-bahan lainya yang terhimpun dalam buku-buku pelajaran atau sumber belajar lainya. Dari sisi pendidik atau guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal yang diberikan kepada peserta didik, baik berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

4

hlm. 2

5

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 44

8

Menurut Abuddin Nata pembelajaran dapat di artikan sebagai usaha agar dengan kemauannya sendiri seseorang dapat belajar dan menjadikannya sebagai kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan.6 Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.7 Oemar Hamalik menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan unsurunsur manusiawi yaitu manusia yang terlibat dalam system pembelajaran terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis fotografi, slid dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya. Pasal I Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.8 Maka pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Dengan demikian orang yang telah belajar tidak sama keadaannya dengan orang yang tidak atau belum belajar. Ciri utama orang yang belajar adalah terjadinya perubahan dalam perilaku dan tingkah laku. 2.

Teori Belajar a.

6

hlm. 205

7

Konstruktivisme

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009),

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 57 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang SIDIKNAS, (Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), hlm. 36 8

9

Konstruktivisme

beranggapan

bahwa

pengetahuan

merupakan

konstruksi (bentukan) diri kita sendiri. Oleh karena itu Suparno (1997), menyatakan pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.9 Dengan demikian, pada teori ini pengetahuan didapatkan atau dibangun atas dasar kesadaran diri dan dikembangkan atas dasar pemahaman. b.

Behaviorisme Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada

tingkah laku manusia. Behaviorisme memandang individu sebagai reaktif yang mampu memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.10 Dengan demikian menurut teori ini, perilaku dibangun atas dasar kebiasaan dan keterampilan dikembangkan atas dasar latihan. c.

Kognitif Gestalt Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, bahwa tingkah laku

seseorang senantiasa didasarkan pada kondisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.11 Belajar dalam psikologi Gestal menekankan pada pemahaman atau insight. Menurut Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian.12 Jadi para tokoh teori ini berpendapat bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.

9

Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Aktive Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta : UIN Malang Press, 2008), hlm. 25 10 Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Aktive Learning Dalam..., hlm. 38 11 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 34-35 12 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 170

10

3.

Tujuan Pembelajaran Belajar dapat di definisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang

bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Dari pengertian di atas, maka tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut: a.

Mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku

b.

Mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik

c.

Mengubah sikap, dari negative menjadi positif

d.

Mengubah keterampilan

e.

Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.13

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup. Karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. 4.

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem

pembelajaraan, di antaranya yaitu : a.

Faktor Guru Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi

suatu strategi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran.14 Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya keberhasilan suatu

13

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, hlm. 49-50 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm. 52 14

11

proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. b.

Faktor Siswa Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan

tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh

aspek

kepribadiannya,

akan

tetapi

tempo

dan

irama

perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.15 Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. c.

Faktor Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.16 d.

Faktor lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan, ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu : 1) Organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

15 16

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 54 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 55

12

2) Iklim sosial-psikologis, yaitu keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.17 B. Pendidikan Agama Islam 1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan perserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimanai ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.18 Menurut Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidunya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.19 Sedangkan Pendidikan Agama Islam menurut Ramayulis adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Alquran dan hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.20 Sementara Menurut BAB I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1, UndangUndang No. 20 tahun 2003 mengenai pengertian Pendidikan agama Islam didalam GBPP sekolah adalah : Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam 17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 56 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130 19 Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 38 20 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia,2005), hlm. 21. 18

13

meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam bimbingan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional21. Dari definisi Pendidikan Islam di atas, maka Pendidikan Agama Islam merupakan

usaha

sadar

yang

dilakukan

pendidik

dalam

rangka

mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.

Dasar Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-

dasar yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari segi : yuridis/hukum, religius, dan sosial psikologi. a.

Dasar Hukum (Yuridis) Yang dimaksud dasar hukum (yuridis) dalam pelaksanaan pendidikan

agama adalah berasal dari peraturan undang-undang yang secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun di lembagalembaga pendidikan di Indonesia.22 Adapun dasar dari segi Yuridis tersebut ada tiga macam, yakni dasar ideal, dasar konstitusional dan dasar operasional.23 Adapun yang dimaksud dengan dasar ideal yaitu Pancasila, di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti menjamin setiap warga Negara untuk memeluk, beribadah serta menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan agama, termasuk pelaksanaan pendidikan agama. 21

Depdikbud, GBPP Sekolah Umum, (Jakarta : Depdikbud, 1995), hlm. 1 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam…, hlm. 132 23 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam…, hlm. 132 22

14

Dengan

demikian

Pancasila

merupakan

tiang

penegak

untuk

dilaksanakannya pendidikan agama, karena untuk mewujudkan dan mengamalkan

sila

pertama

tersebut

perlu

usaha-usaha

melalui

pendidikan. Sedangkan dasar konstitusional adalah UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi : ”Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu”. Dan yang dimaksud dengan operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah Indonesia seperti yang ditetapkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973.24 b.

Dasar Agama ( Religius ) Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar

yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat alQur’an dan hadits firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6 :25                        “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. Sedangkan Rasulullah saw bersabda :

24

hlm. 22

25

Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983),

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT Syamil Cipta Media, 2002), hlm. 560.

15

ِ ٍ ‫ﺼَﺮاﻧِِﻪ‬ ‫ب َﻋْﻨﻪُ ﻟِ َﺴﺎﻧَﻪُ ﻓَﺎَﺑـَ َﻮاﻩُ ﻳـُ َﻬ ﱢﻮَداﻧِِﻪ اَْوﻳـُﻨَ ﱢ‬ ‫ُﻛ ﱡﻞ َﻣ ْﻮﻟُﺪ ﻳـُ ْﻮﻟَ ُﺪ َﻋ َﻞ اﻟﻔﻄَْﺮِة َﺣ ﱠ‬ َ ‫ﱴ ﻳـُ ْﻌ ِﺮ‬ (‫) رواه اﺑﻮﯾﻌﻠﻰ واﻟﻄﺒﺮاﻧﻰ واﻟﺒﯿﮭﻘﻰ‬.‫ﺠﺴﺎﻧِِﻪ‬ َ ‫اَْوُﳝَ ﱢ‬ “Setiap bayi itu dilahirkan selaras dengan fitrah (sifat kejadian dan tabiatnya) sampai lesannya menyatakan sendiri. Maka kedua orang tuanya lah yang menyebabkan Yahudi, Nasrani atau Majusi“. (HR Abu Ya’ala Thabarani dan Baihaqi)26 Dari ayat dan hadits tersebut di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran Islam memang perintah untuk melaksanakan pendidikan agama. Ini secara langsung dipahami dari perintah untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka. Demikian juga hadits nabi yang menjelaskan anak jangan dibiarkan tanpa bimbingan dan arahan. Memang pada dasarnya semua anak itu baik, tetapi kebaikan itu akan menjadi sirna manakala lingkungannya justru mendidik atau membawa ia menjadi tidak baik. Dengan kata lain pendidikan agama anak harus diperhatikan. c.

Dasar Sosial Psikologis Semua manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan

adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya jika mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada dzat yang Maha Kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’du ayat : 28 yang berbunyi :27

26

As-Sayyid Ahmad Hasimi, Mukhtar Hadits Nabawiyah, (Indonesia : Maktabatu Dar Ihya al-Kitab al-‘Arabiyah, 1948), hlm. 130. 27 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 249.

16

     “ Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram”(QS. Ar-Ra’du: 28) Karena itu manusia akan terus berusaha mendekatkan diri pada Tuhan hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan ajaran agama yang dianut, itulah sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah mereka ke arah yang benar sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Tanpa adanya pendidikan agama Islam dari suatu generasi ke generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar.28 3.

Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara.29 Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ramayulis Secara umum, pendidikan

agama

Islam

bertujuan

untuk

meningkatkan

keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.30 Sedangkan menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, pendidikan agama Islam dibangun atas tiga komponen sifat dasar 28

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan...., hlm. 25. Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam…, hlm. 135 30 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama...., hlm. 22 29

17

manusia yakni tubuh, ruh, dan akal. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan kepada : a.

Tujuan pendidikan jasmani (Ahdaf al-Jismiyah) Rasulullah saw. bersabda: 31

ِ ‫ﺐ اِ َﱃ اﷲِ ِﻣﻦ اﳌ ـ ْﺆِﻣ ِﻦ اﻟﻀﱠﻌِْﻴ‬ (‫ )رواﻩ اﳌﺴﻠﻢ‬....‫ﻒ‬ ‫ي َﺧْﻴـٌﺮ َواَ َﺣ ﱡ‬ ‫اﳌ ــُْـﺆِﻣ ُﻦ اﻟ َﻘ ِﻮ ﱡ‬ ُ َ

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang orang mukmin yang lemah.” (HR Imam Muslim). Oleh Imam Nawawi hadis di atas ditafsirkan sebagai kekutan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan ke arah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat.32 Dalam hal ini, beliau mengemukakan bahwa pendidikan Islam mengacu pada pembicaraan fakta-fakta terhadap jasmani yang relevan bagi para pelajar. b.

Tujuan pendidikan rohani (Ahdaf al-Ruhaniyyah) Tujuan

pendidikan

Islam

harus

mampu

membawa

dan

mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka pendidikan Islam menurut Muhammad Qutb ialah meletakkan dasar-dasar yang harus memberi petunjuk agar manusia memelihara kontaknya terusmenerus dengan Allah.33 c.

Tujuan pendidikan akal (Ahdaf al-‘Aqliyah) Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi yang

mengarahkan setiap manusia sebagai individu yang dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. 31

Al-Amir ‘Abdul Aziz ibn Jalawi, Shahih Muslim Lil Imami Abi Husain Muslim, (Riyadh: Jami’a Huquq Mahfudzah Li Daris Salam Li Nasyri wa Taudzi’i, 1998), hlm. 1161 32 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 20 33 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi…, hlm. 20

18

Pendidikan

yang

dapat

membantu

tercapainya

tujuan

akal,

seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Di samping itu pendidikan Islam mengacu kepada tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia.34 Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan. d.

Tujuan pendidikan sosial. (Ahdaf al-Ijtima’iyah) Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah

menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik,

agar

masyarakat

manusia

mampu

bersama-sama

beradaptasi

dengan

cita-cita

dengan yang

standar-standar ada

padanya.

Keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam dalam tujuan pendidikan Islam.35 Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut al-Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi : a.

Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.

b.

Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

34 35

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi…, hlm. 21 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi…, hlm. 21

19

c.

Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyaraat.36

Mengingat tujuan pendidikan yang begitu luas, maka tujuan tersebut dibedakan dalam beberapa bidang menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis adalah sebagai berikut : a.

Tujuan individual yang menyangkut individu melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan ahkirat.

b.

Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta

dengan

perubahan-perubahan

yang

diinginkan

pada

pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya. c.

Tujuan professional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.37

4.

Visi Misi Pendidikan Agama Islam a.

Visi Visi pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam

itu sendiri, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah. Seperti dalam surat al-Ankabut ayat 16. Allah swt berfirman :                36

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 49 37 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hlm. 42

20

Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS Al-Ankabut : 16).38 Serta membawa rahmat bagi seluruh alam, seperti dalam surat al-Anbiya ayat 107. 39 Allah swt. berfirman :       Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya : 107).40 Berkaitan dengan visi rahmatan lil alamin, Imam al-Maraghi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat 107 surat al-Anbiya yang artinya: “Tidaklah Aku utus engkau Muhammad melainkan agar menjadi rahmat bagi seluruh alam” adalah bahwa

tidak lah Aku utus Engkau

Muhammad dengan al-Qur’an ini serta berbagai perumpamaan dari ajaran agama dan hukum yang menjadi dasar rujukan untuk mencapai bahagia dunia dan akhirat melainkan agar menjadi rahmat dan petunjuk bagi mereka dalam segala urusan kehidupan dunia dan akhiratnya.41 b.

Misi Misi dari pendidikan agama Islam adalah terwujudnya manusia yang

sehat jasmani, rohani, dan akal fikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup, (skill life) yang memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang yang diberikan Allah.42 Termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada di daratan,

38 39

hlm. 16

40

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 398 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur’an, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005),

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 331 Abuddin Nata, MA, Pendidikan dalam Perspektif…, hlm. 17 42 Abuddin Nata, MA, Pendidikan dalam Perspektif…, hlm. 24 41

21

lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan misi pendidikan Islam. 5.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Telah dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum,

pendidikan

agama

Islam

bertujuan

untuk

meningkatkan

keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka, untuk mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup materi Pendidikan Agama Islam pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu al-Qur’an hadits, keimanan, syari’at, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh.43 Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu al-qur’an, keimanan, akhlak, fiqh, dan bimbingan ibadah, serta tarikh/ sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya pengajaran, adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.44

43

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.

79

44

Muhaimin. Paradigma Pendidikan…, hlm. 183

22

Adapun mengenai tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayata, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.45 Dengan demikian untuk mencapai tujuan di atas terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam terciptanya proses pembelajaran yang memiliki dampak terhadap tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut. Dalam kegiatan belajar, terdapat komponen atau unsur yang dilibatkan, serta saling berinteraksi yang berakhir kepada tujuan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : 1.

Peserta Didik Di antara komponen terpenting dalam pendidikan ialah peserta didik.

Dalam persfektif Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi atau kemampuan dasar yang masih perlu dikembangkan.46 Melalui paradigma tersebut, dijelaskan bahwa peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (guru) untuk membantu megarahkannya, mengembangkan potensinya, serta membimbingnya menuju dewasa. Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya. Menurut Hasan Fahmi, di antara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik adalah : a.

Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.

b.

Tujuan belajar hendaknya ditunjukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.

45 46

Muhaimin. Paradigma Pendidikan…, hlm. 78 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 47

23

c.

Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.

d.

Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.

e.

Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.47

2.

Guru Agama Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua

peranan tersebut bisa dilihat perbedaannya, namun tidak dapat dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral.48 Dewasa secara psikologis berarti anak dapat hidup mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan dapat bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Dewasa secara sosial berarti anak dapat melakukan interaksi, menjalin hubungan sosial, dan berkerjasama dengan orang lain dengan baik. Dewasa secara moral yaitu ia telah memiliki pengetahuan akan baik buruknya sebuah perilaku, kemudian ia pegang teguh dan mampu perperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya. Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.49 Seorang guru harus memiliki kemampuan professional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Karena seorang guru harus melaksanakan peranannya yaitu sebagai berikut :

47

a.

Sebagai fasilitator

b.

Sebagai pembimbing

c.

Sebagai penyedia lingkungan

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan…, hlm. 50-51 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi…, hlm. 252 49 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi…, hlm. 253 48

24

d.

Sebagai komunikator

e.

Sebagai model

f.

Sebagai evaluator

g.

Sebagai agen moral dan politik

h.

Sebagai agen kognitif

i.

Sebagai manajer.50

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu kemampuan profesional, sosial, personal.51 a.

Kemampuan profesional, yang mencakup: 1) Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut. 2) Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan. 3) Penguasaan proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.

b.

Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar.

c.

Kemampuan personal yang mencakup: 1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidik. 2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki guru. 3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para siswa.

50

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm. 9 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 192-193 51

25

3.

Isi Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kurikulum 1999

bertujuan agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah swt dan berakhlak mulia.52 Isi pelajaran merupakan seluruh materi yang akan disampaikan kepada peserta didik yang tersusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tinjauan yang lebih dalam, saat ini muatan/isi pelajaran harus mengalami perubahan, agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Untuk mencapai tujuan tersebut maka isi pelajaran pada dasarnya mencakup lima unsur pokok, yaitu : a.

Al-Qur’an-Hadits

b.

Keimanan

c.

Syariah

d.

Ibadah

e.

Muamalah

f.

Akhlak

g.

Tarikh (sejarah Islam).

Semua unsur di atas merupakan suatu keseluruhan yang tidak bisa dipisahkan, saling kait-mengait, dan saling tunjang-menunjang sehingga mewujudkan suatu pengajaran Agama Islam yang bulat dan menyeluruh. 4.

Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plane method, or

series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R. Dafid, 1976). Dengan demikian strategi pembelajaran adalah perencanaan 52

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam…, hlm. 78

26

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 53 Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam sebuah pembelajaran, yaitu: a.

Ekspositori (SPE) Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).54 Dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat dominan. b.

Inkuiri (SPI) Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari satu masalah yang dipertanyakan.55 Terdapat beberapa hal ciri utama dalam strategi pembelajaran inkuiri, yaitu: 1) Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebbagai subjek belajar.

53

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 126 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 179 55 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 196 54

27

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. 3) Tujuan strategi ini mengembangkan berfikir secara sistematis, logis, dan keritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. c.

Berbasis Masalah (SPBM) Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.56 Terdapat tiga ciri utama dari SPBM ini, yaitu : 1) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam inplementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. 2) Aktifitas pembelajaran diharapkan untuk menyelesaikan masalah 3) Pemecahan

masalah

dilakukan

dengana

menggunakan

pendekatan berpikir secara ilmiah. d.

Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah

model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.57 Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas, yaitu : 1) Model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh 56 57

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., 214 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., 226

28

SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi

pelajaran.

mengembangkan

Akan

tetapi,

bagaimana

gagasan-gagasan

dan

siswa

ide-ide

dapat melalui

kemampuan berbahasa secara verbal. 2) Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar

pengembangan

kemampuan

berpikir,

artinya

pengembangan gagasan-gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari. 3) Sasaran

akhir

SPPKB

adalah

kemampuan

anak

untuk

memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak. e.

Kooperatif (SPK) Model pembelajaran kooperatif atau kelompok dalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.58 SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu : 1) Komponen tugas kooperatif, berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok 2) Struktur

insentif

kooperatif,

merupakan

sesuatu

yang

membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. f.

Kontekstual (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara 58

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 241

29

penuh

untuk

dapat

menemukan

materi

yang

dipelajari

dan

menghubungkannya denga situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.59 Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus dipahami, yaitu : 1) CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. 2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. 3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dilepajarinya, akan tetapi bagaimana materi pembelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. g.

Afektif Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai (value) yang dimiliki

seseorang, sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki. Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia yang empiris. Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik.60

59 60

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 255 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi…., hlm. 274

30

5.

Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang

digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematis.61 Dengan demikian metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu suatu prosedur yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.62 Terdapat sejumlah metode yang dikemukakan oleh para ahli yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam, yaitu : a.

Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh

guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung di hadapan peserta didik.63 Metode ceramah termasuk yang paling banyak digunakan, karena biayanya cukup murah dan mudah dilakukan. Sedangkan kelemahannya yaitu antara lain cenderung membuat peserta didik kurang kreatif dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, dalam metode ini diperlukan penguasaan materi yang matang dan dilengkapi dengan penggunaan media pengajaran, serta mengkombinasikan dengan metode lainya. b.

Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan, yang dikemukakan oleh guru yang harus dijawab oleh siswa.64 Dalam praktiknya metode ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan, 61

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 176 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan…, hlm. 66 63 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 181 64 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 182 62

31

mengajukan pertanyaan, menilai proses Tanya jawab yang berlangsung, dan diakhiri dengan tindak lanjut. c.

Metode diskusi Metode diskusi adalah cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran

melalui proses pemeriksaan dengan teliti suatu masalah tertentu dengan jalan bertukar pikiran, bantah-membantah dan memeriksa dengan teliti hubungan yang terdapat di dalamnya dengan jalan menguraikan, membanding-bandingkan dan mengambil kesimpulan.65 d.

Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan

meragakan atau mempertunjukan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruan.66 e.

Metode Penugasan Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana

guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.67 Penugasan yang diberikan tersebut sebagai bentuk latihan agar suatu saat peserta didik dapat melaksanakan tugas yang sesungguhnya di lingkungan masyarakat. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun, metode hanyalah cara atau langkah-langkah, sedangkan keberhasilannya sangat bergantung pada guru yang menggunakannya. 65

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 44 66 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 183 67 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 185-186

32

Dalam menentukan sebuah metode dalam pembelajaran, diperlukan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

6.

a.

Tujuan dan bahan pelajaran

b.

Peserta didik

c.

Lingkungan

d.

Alat dan sumber belajar

e.

Kesiapan guru.68

Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Media apabila difahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau

kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.69 Namun media dapat difahami secara khusus yaitu sebagai alat grafis, poto grafis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali visual atau verbal. Kaitannya dengan pembelajaran, media dapat diartikan sebagai media pembelajaran yang meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, poto, gambar, grafik, televisi dan komputer.70 Dalam

perkembangan

media

pembelajaran

yang

mengikuti

perkembangan teknologi, media dapat dikelompokan ke dalam empat kelompok, yaitu :

68

a.

Media hasil teknologi cetak

b.

Media hasil teknologi audio visual

c.

Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 199-202 Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 3 70 Azhar Arsyad, Media pembelajaran, hlm. 4 69

33

d.

Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.71

Dalam memilih bentuk media yang akan digunakan dalam pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu :

7.

a.

Kesesuaian dengan tujuan pengajaran

b.

Ketepatan dalam memilih media pengajaran

c.

Objektivitas

d.

Program pengajaran

e.

Sasaran program

f.

Situasi dan kondisi

g.

Kualitas teknik

h.

Keefektifan dan efisiensi.72

Evaluasi Evaluasi memiliki beberapa definisi yang berbeda, evaluasi merupakan

proses yang menentukan kondisi, dimana satu tujuan telah dapat dicapai.73 Dari definisi tersebut, menerangkan bahwa hubungan evaluasi dengan tujuan merupakan suatu kegiatan sangat erat. Karena evaluasi merupakan proses dalam pengambilan sebuah keputusan dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam menentukan metode dan media pembelajaran. Definisi lain menerangkan bahwa evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan

siswa

dalam

proses

belajar

mengajar.74

Pencapaian

perkembangan siswa perlu diukur, karena pada umumnya siswa memiliki kemampuan yang bervariasi. Guru dapat mengetahui perkembangan siswa dalam belajar dengan dua cara, yaitu : 71

Azhar Arsyad, Media pembelajaran, hlm. 29 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi…, hlm. 305-307 73 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), 72

hlm. 1

74

Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…., hlm. 2

34

a. Diukur dengan mengetahui tingkat ketercapaian standar yang ditentukan b. Melalui tugas-tugas yang dapat diselesaikan siswa secara tuntas. Adapun prinsip-prinsip dalam sebuah evaluasi adalah sebagai berikut : a. Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan b. Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secata komprehensif c. Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peserta didik d. Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu e. Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.75 Dalam sebuah evaluasi, terdapat model-model evaluasi. Diantaranya adalah model evaluasi sumatif dan formatif. Kedua model ini telah banyak dipahami dan digunakan oleh para guru, karena model ini dianjurkan oleh pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi pembelajaran di kelas. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a.

Evaluasi Sumatif Dalam proses belajar mengajar, evaluasi dilakukan oleh para

evaluator untuk memperoleh informasi guna menentukan keputusan para siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.76 Evaluasi ini dilakukan oleh para guru setelah mengikuti pembelajaran pada waktu tertentu, misalnya dilakukan pada akhir semester. Evaluasi sumatif ini secara umum bertujuan untuk menentukna posisi siswa dalam kaitannya dengan

75 76

Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…, hlm. 4 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…, hlm. 57

35

penguasaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama satu proses pembelajaran. b.

Evaluasi Formatif Evaluasi formatif dilakukan untuk memperoleh informasi yang

diperlukan oleh seorang evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat `perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar.77 Adapun fungsinya yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran maupun strategi pengajaran yang telah diterapkan. Evaluasi ini dilaksanakan secara kontinu dan bisa dilakukan di awal, tengah, ataupun akhir dari sebuah pembelajaran.

77

Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip…, hlm. 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan umum, lebih tepatnya di SMA Plus PGRI Cibinong Kabupaten Bogor. Adapun waktu pelaksanaan penelitian tersebut yaitu dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember B. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian non-hipotesis yang langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sifat dari metode deskriptif, menurut Winarno Surahman adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada.1 C. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh2. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, Suharsimi Arikunto mengklasifikasikannya menjadi tiga bagian yaitu : a. Person, ialah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. 1

Winarno Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Torito, 1990), hlm. 139 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 114 2

36

37

b. Place, adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain) dan bergerak (aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyayian, gerak tari , sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain sebagainya). Keduanya merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi. c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain, yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi 3 Dalam penelitian ini penulis mengambil sumber person yakni : a. Guru Pendidikan Agama Islam b. Karyawan SMA Plus PGRI Cibinong c. Siswa-siswa SMA Plus PGRI Cibinong D. Populasi dan Sampel Untuk menentukan sumber data dari kalangan siswa maupun guru bidang studi lain, maka penulis menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan yaitu pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.4 Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Secara terperinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas maupun di luar kelas. Sehingga dipilih sumber data yang hanya terlibat secara langsung, dalam hal ini siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Kemudian penentuan jumlah sampel untuk siswa dengan sampel bertujuan, maka penulis mengambil kelas II baik dari kelas Bahasa, IPA dan IPS dari siswa siswi SMA Plus PGRI Cibinong sejumlah yang diperlukan. Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto “teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana 3 4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu...., hlm. 114-115 Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia, 1981), hlm. 115

38

sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh”.5 Namun syaratsyarat dari sampel tersebut adalah : a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi b. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subject). Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. Studi pendahuluan tersebut dapat dilakukan dengan membaca literatur, mendatangkan ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi, serta mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.6 E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data dimana satu sama lain saling terkait dan melengkapi, yaitu : 1. Penelitian kepustakaan (library reseach) Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. 2. Penelitian Lapangan (field reseach) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke objek penelitian yaitu SMA Plus PGRI Cibinong Bogor. Untuk mendapatkan data di lapangan ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

5 6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 127 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 42

39

a.

Metode Observasi Sebagai metode ilmiah observasi berarti pengamatan dan

pencatatan

dengan

sistematis

fenomena-fenomena

yang

akan

diselidiki.7 Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Alat yang dapat digunakan diantaranya dengan mengadakan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada respon untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki. Dalam hal ini penulis tidak melakukan tes. Observasi yang penulis ambil adalah tersistematis. Sehingga penulis membutuhkan adanya pedoman observasi. Pedoman observasi penulis yakni sistem tanda (sign system). Maka dibutuhkan adanya daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh siswa seperti sholat berjama’ah, sholat jum’at, khotbah, dan pengajian rutin yang pelaksanaannya telah dijadwalkan. Dengan demikian metode observasi ini menjadi metode yang penting dalam penelitian ini, sebab melalui metode observasi ini penulis dapat mengungkapkan gejala-gejala yang ditampilkan oleh sampel dalam penelitian secara optimal. b.

Metode Wawancara Yang dimaksud metode wawancara adalah suatu metode

pengumpulan data melalui pengamatan dengan melakukan tanya jawab yang dilakukan secara lisan8. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dan memperoleh tanggapan, pendapat, ataupun keterangan

secara

lisan

dari

responden. Dalam

pelaksanaan

wawancara, penulis menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin,

136

7

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000), hlm.

8

Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyaraka, hlm. 162

40

hal ini dimaksudkan agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terperinci, namun penyampaian responden secara bebas tidak terikat. Metode wawancara ini penulis gunakan untuk mencari informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong c.

Metode Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda

tertulis

seperti

buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.9 Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol.10 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan : gambaran umum tentang keadaan sekolah SMA Plus PGRI Cibinong yaitu berupa letak geografisnya, sejarah singkat berdirinya, jumlah siswa, keadaan guru, tenaga administrasi, struktur organisasi,

peraturan

sekolah,

kurikulum

pendidikan,

materi

Pendidikan Agama Islam, dan sarana fasilitasnya. Sehingga metode ini juga mendukung penulis guna memperoleh data yang lebih valid. Untuk itu dibuat data dokumentasi. d.

Metode Angket Pengertian metode angket adalah cara pengumpulan data

berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.11 Metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi 9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 135 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., hlm. 136 11 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1989), hlm. 27

10

41

dari pembelajaran program pendidikan agama Islam dengan responden kelas XI sebanyak 58 siswa atau 10% dari jumlah populasi 575 siswa untuk mengisi beberapa item pertanyaan yang diajukan penulis dalam bentuk multiple choise questios. F. Teknik Analisis Data 1.

Analisis Data Kuantitatif Untuk data kuantitatif penulis akan menggunakan analisis data

statistik, yaitu teknik pengumpulan data penyusun, penyajian dan penganalisaan berdasarkan hasil angket. Dalam hal ini akan menggunakan rumus prosentase :

P=

F  100 % N

Keterangan: P = adalah angka prosentase F = adalah angka yang sedang dicari prosentasenya N = adalah Number of Case (banyaknya individu)12. Seandainya ada 60 siswa yang menjawab point A, maka 60x100% dibagi banyaknya individu yang menjawab angket misal,100 siswa. Maka hasil yang diperoleh sebanyak 60% siswa yang codong untuk menjawab A dari pada pilihan lainnya.

12

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm. 40-41

42

Tabel 1

Skala Prosentase No.

2.

Prosentase

Penafsiran

1

100%

Seluruhnya

2

90%-99%

Hampir seluruhnya

3

60%-89%

Sebagian besar

4

51%-59%

Lebih dari setengahnya

5

50%

Setengahnya

6

40%-49%

Hampir setengahnya

7

10%-39%

Sebagian kecil

8

1%-9%

Sedikit kecil

9

0%

Tidak ada sama sekali

Analisis Data Kualitatif Untuk data kualitatif penulis akan menggunakan analisis diskriptif

yaitu dengan cara berfikir deduktif dan induktif. Deduktif maksudnya adalah metode berpikir yang berangkat dari fenomena-fenomena yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Induktif maksudnya adalah metode berfikir yang berawal dari fenomena-fenomena yang bersifat khusus kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum13. Dalam hal ini analisa data tidak menggunakan angka melainkan dalam bentuk laporan atau uraian diskriptif tentang program pengembangan pendidikan agama Islam baik pelaksanaannya maupun usaha-usaha yang dilakukan guna penunjang program tersebut. Penggunaan analisa data kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk memberikan kesimpulan terhadap tanggapan yang telah dituliskan responden.

13

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, hlm. 36-42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum SMA Plus PGRI Cibinong Bogor 1.

Sejarah Singkat berdirinya SMA PGRI Cibinong berdiri pada tahun 1978/1979, sampai tahun

1985/1986 masih menumpang di SMAN dan SD Cibinong. Setelah itu SMA Plus PGRI Cibinong melakukan pencanangan program jangka panjang 25 tahun, baru pada tahun 1983-1985 melakukan pengadaan tanah dan melakukan pembangunan gedung pada tahun 1985-1991. Pada tahun 1993/1994 SMA Plus PGRI Cibinong mulai pembangunan jangka panjang. Tahun 2002/2003 Tanggal 11 Desember 2003 Diresmikan Sebagai SMA PLUS PGRI CIBINONG. SMA Plus PGRI Cibinong telah mengalami pergantian Kepala Sekolah yaitu pada tahun 1978-1979, Drs. E. Sanusi menjabat sebagai Kepala Sekolah pertama di SMA Plus PGRI Cibinong. Pada tahun 19791982, digantikan dengan Sri Yoseph, BA dan pada tahun 1983 sampai sekarang, Drs. Basyarudin Thayib, M.Pd menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMA Plus PGRI Cibinong. SMA Plus PGRI Cibinong termasuk dalam 32 Sekolah terbaik seIndonesia. Oleh karena itu, SMA Plus PGRI Cibinong merupakan sekolah yang dijadikan percontohan (Model) bagi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. SMA Plus PGRI Cibinong telah terakreditasi dengan nilai A.

43

44

Berbagai prestasi telah didapatkan oleh SMA Plus PGRI Cibinong, yaitu antara lain: a. Putaran I tahun 1989/1990 Juara II wilayah Bogor b. Putaran II tahun 1993/1994 Juara III tingkat Propinsi Jawa Barat c. Putaran III tahun 1987/1998 Juara II tingkat Propinsi Jawa Barat d. Putaran IV tahun 2003/2004 Juara I tingkat Propinsi Jawa Barat e. Tahun 2007 terpilih menjadi Perintisan Sekolah Kategori Mandiri (SKM) f. Tahun 2008 terpilih menjadi Learning Resource Center / Pusat Sumber Belajar (PSB) g. Tanggal 29 April 2010 penetapan 132 SMA Pelaksana Program SMA Model SKM-PBKL-PSB tahun pelajan 2010/2011 Kurikulum SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan Pendekatan Quantum Learning (UU. No. 20 TAHUN 2003 PASAL 40) dengan menggunakan konsep pendukung yaitu: a. Quantum learning b. Quantum teaching c. Accelerated learning d. Emotional intelligence e. Multiple intelligences f. Spiritual intelligence g. Learning revolution 2.

Letak Geografis SMA Plus PGRI Cibinong termasuk dalam klasifikasi georgafis

perkotaan, secara georafis terletak di Jl. Golf Kelurahan Ciriung Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Kode Pos 16918, Tlp. 0218753773, Fax. 021 8753773, Website www.smapluspgri.sch.id. Secara geografis letak SMA Plus PGRI Cibinong sangat strategis karena jauh dari keramaian / kebisingan dan terletak di kota kecamatan yang mudah transportasinya karena dilalui jalur transportasi umum.

45

3.

Visi dan Misi SMA Plus PGRI Cibinong a.

Visi Unggul Dalam Mutu Dan Prestasi, Berwawasan Global, Religius,

Entrepreneur, Sebagai Agen Perubahan dan Pendidikan Budaya Bangsa b.

Misi 1) Pengelolaan sekolah secara professional 2) Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendukung pembelajaran 3) Peningkatan dan pengembangan kompetensi professional guru. 4) Pengembangan keterampilan belajar siswa (learning skill 5) Penggunaan teknologi informasi dalam mendukung proses pembelajaran 6) Penanaman nilai-nilai iman dan taqwa bagi seluruh warga sekolah, dan menampilkan dalam segala aspek kegiatan. 7) Penerapan metode pembelajaran modern sesuai dengan konsep dan paradigma baru pendidikan. 8) Pemantapan pelaksanaan Catur Budaya sekolah yakni : 9) Budaya belajar, Budaya disiplin, Budaya bersih dan Budaya persatuan dan persaudaraan. 10) Pemantapan jati diri sebagai lembaga pendidikan PGRI.

4.

Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai a. Guru Tabel 2 Keadaan Guru SMA Plus PGRI Cibinong

No. 1

Nama Kepala Sekolah dan Guru Dr.H.Basyarudin Thayib, M.Pd

Pendidikan S2

NIP/NUPTK

Jabatan Mengajar MP

195012251977101001

Kepala

46

Sekolah/Ekon 2

Drs. Agus Rohiman M.Pd

S2

196507131991031011

Matematika

3

Dra. Naomi M. Sihombing

S1

196206301988032004

Bhs. Inggris

4

Dra. Wina Tresnawati

S1

196110281986022002

Bhs. Indonesia

5

Dra. Indiati Sri Haryono

S1

196412281991032005

Biologi

6

Dra. Eny Nurwati, M.Pd

S2

196202181989032004

Biologi

7

R. Sri Wilujeng S.Pd,M.Pd

S2

196807161992032006

Matematika

8

Sri Wasti BA

S1

1046721622300003

B.Indonesia

9

Drs. Iyan Supiyan

S1

3549732637200003

Olahraga

10

Jajat Abidin

D3

-

Fisika

11

Drs.Salom Gultom

S1

8433742644200242

12

Dede Hendra M, S.Pd

S1

13

Ir. Iskandar

S1

8241740644200003

Kimia Pendidikan Seni Matematika

14

Drs. Abas Saeful Hamami

S1

9254745648300043

Pend. A. Islam

15

Dra. Ai Nurfaridah

S1

7241745649300013

16

Een Siti Nurjanah, S.Pd

S1

17

Dra. Kania Dewi

S1

-

Agama Islam Ekonomi Akun. Bhs. Indonesia

18

Suryawati Ningsih D, A.Md

D3

7953744647300042

B.Inggris

19

Nasukha Z A.Md

D3

6559744646200013

Fisika

20

Iwan Gunawan S.Pd

S1

7162747650200013

Olahraga

21

Freddy Siahaan S.Pd

S1

8849748650200042

Ekonomi

22

Dra. Rini Komalasari

S1

7953744647300042

23

Markus Pianggigil

24

H.Totoy Fadillah S.Pd

S1

25

Asih Mulyani S.Kom

S1

7851754655300022

Bahasa Jepang Agama Kristen Pendidikan Seni Komputer

26

Muzayanah S.Pd

S1

952757658300062

Bhs. Inggris

27

Syarifah S.Pd.I

S1

8144759659300003

Agama Islam

28

Drs. Suhartono

S1

4339749652200023

Agama Islam

29

Bahman S.Pd

S1

0260757658200013

Fisika

SMEA

8243747648200003

7433748651300162

9662749651200032 4339749652200023

47

30

Endro Nurhadi, A.Md

D3

5554730634200003

Seni Lukis

31

Ike Yuniawati S.Pd

S1

0946759660200032

Bhs. Inggris

32

Tri Rahayu S.Pd

S1

2049758659300073

Sejarah

33

Ahmad Mudif Fuad

STM

3451738640200023

Otomotif

34

Fery Yantini S.Pd

S1

8542758659300062

Sosiologi

35

Ahmad Muhammad.S.Kom

S1

2543756658200033

Komputer

36

Gina Fariani S.Pd

S1

4537753655300053

Antropologi

37

Juju Juriah S.Pd

S1

3839757658300062

Kimia

38

Dra. Rini Diah Astuti

S1

-

Tata Boga

39

Iwan Sutiawan S.Pd

S1

4061760661200023

40

Fia Fianti S.Pd

S1

41

Nur'ani S.Pd

S1

7437759660300082

Bahasa Inggris Geografi/ Sejarah Ekonomi

42

Dedi Masri S.Pd

S1

539750653200013

Sejarah

43

Dian Andesti, S.Pd

S1

4541763663300003

Jurnalistik

44

Arie Sucipto, S.Ss

S1

2858763664200012

Bahasa Jepang

45

Liddia Hendriati S.Pd

S1

2433760661300192

Bhs. Indonesia

46

Roro Ratna S.Pd

S1

1055764665300033

BK

47

Eneng Hindayah S.Sn

S1

5138762663300053

Seni Tari

48

Rahayu Purnama, S,Pd

S1

1055764665300033

49

Selly Amaliya S.Pd

S1

50

Ukemar

SGO

51

Muhidin

D2

6857752654200022

Modeling Bahasa Indonesia Multimedia (TI) Progremer

52

Rohajon

D2

-

53

Giyanty S.Pd

S1

54

Dhiena Farida S.T

S1

2434759659300012

Elektro Bahasa Indonesia BK

55

Ike Septianawati, S.Pd

S1

0946759660200032

Bhs.Inggris

56

Desty Ekasaty U,S.Pd

S1

-

Matematika

57

Sumartiningsih, S.Pd

S1

-

Matematika

58

Iwan Cakrayana S.T

S1

2854759660200022

TIK

9348752654200023

5138762663300053 4055741643200033

1549762664300000

48

59

Fredy Anggiat S.Pd

S1

-

PLH

60

Dra. Imas Suprihatin

S1

-

Bahasa Sunda

61

Elis Sukarsih,S.Sos

S1

-

Bahasa Sunda

62

Irna Susiani , S.Pd

S1

-

Biologi

63

Lulu Hulyati, S,Pd

S1

-

Biologi

64

Angesti Betty R.I S,Si

S1

-

Kimia

65

Afra Fitriyani

D2

-

Bahasa Inggris

66

Fian Firmansyah S.Si

S1

-

Fisika

67

Fachrudin S.Pd

S1

-

68

Sri Haryati

D2

69

Rino Cahyono, A.Md

D3

-

Geografi Bahasa Indonesia Bahasa Jepang

70

Imas masriah, S.Pd

S1

-

Matematika

71

Rully Muladi S,Pd

S1

-

Penjas

72

Roni Hermawan

D2

-

Modeling

73

Asmiyati Rum SE

S1

-

Ekonomi

74

Ema Rachmawati, S.Pd

S1

-

Kimia

75

Sri Mildawati S.Pd

S1

-

Matematika

76

Irma Windiarani, S.Pd

S1

-

Geografi

77

Lia Komalasari, S.Pd

S1

-

PKN

78

Dewinta Nurhayati, S.Pd

S1

-

Tata Busana

79

Eki Syukeri, S.Pd

S1

-

Bahasa Sunda

80

Siti Ubahiyah, SE

S1

-

BP

81

Rr. Atrina Irmaya Dewy, S.Pd

S1

-

Fisika

82

Fitria Fatma

D2

-

Fisika

83

Julia Putri Noor, Adm

D3

-

Sekretaris

84

Winda Yulinda, S. S

S1

-

85

Hosiawatie, SE, MM

S1

Bahasa Inggris Bahasa Mandarin

b. Siswa 1) Siswa Kelas X

-

-

49

Tabel 3 Keadaan Siswa Kelas X SMA Plus PGRI Cibinong No.

Wali Kelas

Kelas

Lk.

Pr

JML

1

Giyanti, S.Pd

X. U 1

20

16

36

2

Dra. Indiati Sri Haryono

X. U 2

22

13

35

3

Syarifah, S.PdI

X. U 3

19

16

35

4

Imas Masriah, S.Pd

X. U 4

22

14

36

5

Ika Septianawati, S.Pd

X. U 5

22

14

36

6

R. Sri Wilujeng, M.Pd

X. U 6

19

17

36

124

90

214

Kelas X.Unggulan 7

Sri Mildawati, ST

X.1

21

23

44

8

Freddy Siahaan, S.Pd

X.2

24

22

46

9

Dra. Wina Tresnawati

X.3

24

22

46

10

Fredy Anggiat, S.Pd

X.4

22

23

45

11

Irma Windiarani, S.Pd

X.5

23

22

45

12

Dra. Naomi M Sihombing

X.6

24

22

46

13

Liddia Hendriati, S.Pd

X.7

21

24

45

14

Juju Juriah, SP

X.8

22

24

46

15

Tri Rahayu, S.Pd

X.9

22

24

46

203

206

409

327

296

623

Kelas X.Reguler Jumlah Siswa Kelas X --> 2) Siswa Kelas XI Tabel 4

Keadaan Siswa Kelas XI SMA Plus PGRI Cibinong No.

Wali Kelas

Kelas

Lk.

Pr

JML

XI.Bhs

9

20

29

1

Arie Sucipto, S.S

2

Ema Rahmawati, S.Pd

XI.IPA.U.1

17

18

35

3

Muzayanah, S.Pd

XI.IPA.U 2

18

16

34

4

Sri Hayati, S.Pd

XI.IPA.1

21

27

48

50

5

Lia Komalasari, S.Pd

XI.IPA.2

19

29

48

6

Irna Susyani, S.Pd.

XI.IPA.3

21

27

48

7

Sumartiningsih, S.Pd

XI.IPA.4

21

27

48

8

Rino Chayono, S.S

XI.IPA.5

21

27

48

138

171

309

Jml. XI. PA 9

Jajat Abidin

XI.IPS.1

25

22

47

10

Fachrudin, S.Pd

XI.IPS.2

26

21

47

11

Selly Amaliya, S.Pd

XI.IPS.3

26

21

47

12

Afra Fitriani

XI.IPS.4

25

22

48

13

Desty Ekasari Utami, S.Pd

XI.IPS.5

25

23

48

Jml. XI. IPS

127

109

237

Jumlah Siswa Kelas XI ----->

274

300

575

3) Siswa Kelas XII Tabel 5 Keadaan Siswa Kelas XII SMA Plus PGRI Cibinong No.

Wali Kelas

Kelas

Lk.

Pr

JML

1

Drs. Salom Gultom

XII.IPA.U

12

23

35

2

Dra. Ai Nurfaridah

XII.IPA.1

17

28

45

3

Dra. Kania Dewi

XII.IPA.2

16

29

45

4

Ike Yuniawati, S.Pd

XII.IPA.3

16

28

44

5

Dra. Rini Komalasari

XII.IPA.4

16

28

44

6

Lulu Hulyati, S.Pd

XII.IPA.5

16

28

44

7

Fian Furmansyah, S.Pd

XII.IPA.6

17

26

43

110

190

300

Jml. XII.IPA 8

Fia Fianti, S.Pd

XII.IPS.1

21

18

39

9

Gina Fariani, SP

XII.IPS.2

22

18

40

10

Fery Yantini, S.Pd

XII.IPS.3

18

21

39

11

Nur'aeni, S.Pd

XII.IPS.4

22

18

40

12

Dedi Masri, S.Pd

XII.IPS.5

21

19

40

51

Jml. XII.IPS

104

94

198

Jumlah Siswa Kelas XII ----->

214

284

498

815

880

1.696

Jumlah Kelas X,XI dan XII c. Pegawai 1) Tenaga Kependidikan Tabel 6

Keadaan Tenaga Kependidikan SMA Plus PGRI Cibinong No.

Nama

NIP/NUPTK

Jabatan

1

Hasan Basri

8441750653200013

Kepala Tata Usaha

2

Hj.Poppy Mulwita

9259737638300023

Bendahara Sekolah

3

Tri Wahyuningsih

9437736638300033

Bendahara Koperasi

4

Drs. Rs. Wintolo

4951739640200022

Sie. Perpustakaan

5

Azhari Dahlan

5440737641200003

Sie. BP/BK

6

Andi Lala

3435758660200033

IT

7

Acep Muhtadin

1643755657200022

DKM Al-Mizan

8

Joni Setiawan

7040761662200013

Sie. Keuangan

9

Nanang Supriyono

4237754657200013

Sie. Perpustakaan

10

Sudarman

3244757660200013

Sie. Koperasi

11

M. Khapip

0935762663200022

Sie. Koperasi

12

Nunut Suprapto

2941755657200032

Sie. Koperasi

13

Muhamad Martin, S.Pd.I

5651762662200002

DKM Al-Mizan

14

Riana Lidya

2356766667200003

Sie. TI

15

Chamelia Asmarafuti

16

Andri Aseri

17

Agustian

18

Ari Mustina, S,Pd

Sie. Kesiswaan Sie. Perpustakaan Sie. Keuangan/Adm. Sie. Laboran IPA

52

5.

Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana terdiri dari Tanah dan Gedung. Tanah

sepenuhnya milik Yayasan Penyelenggara yaitu YPLP-PGRI. Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut: Tabel Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Plus PGRI Cibinong NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH LUAS M2 1

Luas Lahan

10.375

a. Bangunan

6.144

b. Halaman/Taman

3.811

c. Lapangan Olahraga 2

Ruang Teori/Kelas

3

Jumlah Ruang Penunjang :

KET. Sertifikat

420 34

1.632

Baik

a. Laboraturium Kimia

1

72

Baik

b. Laboraturium Fisika

1

48

Baik

c. Laboraturium Komputer

2

144

Baik

d. Laboraturium Multimedia

1

36

Baik

e. Ruang Perpustakaan

1

168

Baik

f. Ruang UKS

1

65

Baik

g. Ruang Multimedia

1

32

Baik

h. Ruang BK

1

32

Baik

i. Ruang Kepala Sekolah

1

36

Baik

j. Ruang Guru

1

176

Baik

k. Ruanga TU

1

64

Baik

l. Ruang OSIS

1

32

Baik

m. Ruang Ibadah/Masjid

1

210

Baik

n. WC Guru Laki-Laki

8

52

Baik

o. WC Guru Perempuan

8

52

Baik

p. WC Siswa Laki-Laki

14

84

Baik

53

4

5

q. WC Siswa Perempuan

14

84

Baik

r. Koperasi/Toko

2

8

Baik

s. Gudang

3

28

Baik

Perlengkapan Administrasi a. Komputer/Laptop TU

4

Baik

b. Printer TU

7

Baik

c. Scanner

2

Baik

d. Digital Camera

3

Baik

e. Server

2

Baik

f. Mesin Ketik

2

Baik

g. Mesik Fotocopy

2

Baik

h. Brankas

1

Baik

i. Lemari

5

Baik

j. Meja TU

6

Baik

k. Kursi TU

11

Baik

l. Meja Guru

18

Baik

m. Kursi Guru

52

Baik

a. Komputer/Laptop

75

Baik

b. Printer

8

Baik

c. LCD

4

Baik

d. Lemari

3

Baik

e. TV Audio

4

Baik

f. Meja Siswa

565

Baik

g. Kursi Siswa

1.241

Baik

Perlengkapan KBM

54

6.

Struktur Organisasi Diagram Sruktur Kepengurusan SMA Plus PGRI Cibinong Kepala Sekolah Drs. Basyarudin Thayib, M.Pd.

WakasekSenior Pengawas pengendali mutu

Pengawas pengendali mutu Sri Wasti S, BA

WK. Urs. Kesiswaan 1. Iwan Gunawan, S.Pd 2. Drs. Salom Gultom

Ir. Iskandar

Wk. Urs. Kurikulum

Wk. Urs. Sarana 1. Drs. Iyan Supiyan

1.Nasukha 2. Sri Wilujeng, S.Pd, M.Pd

2. Freddy Siahaan S.Pd

Kep Seksi Rumah Tangga

Bendahara

Tri Wahyuningsih

Hj. Poppy Mulwita

Koord. BP Wali Kelas

Drs. Agus Rohiman, M.Pd

SISWA

1. Suryawati Ningsih D. 2. Liddia Hendriati S.Pd

Kepala Tata Usaha Hasan Basri

Sie. Lab. IPA

Lab. Kom. & Bhs

Perpustakaan

Dra. Indiati Sri H

Bahman S.Pd.

Heri Heryadi, S.IP

Guru Dra. Eni Nurwati, M.Pd

Wk. Urs. Humas

55

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong 1.

Sistem Pendidikan Agama Islam Sistem

dalam sebuah pembelajaran dapat dikatakan sebagai

keseluruhan komponen yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan untuk berkerjasama mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan. Sistem Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong memiliki beberapa komponen untuk mencapai tujuan yang di harapkan, yaitu: a.

Mengidentifikasi masalah berdasarkan kebutuhan. Masalah merupakan kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi rill dari kebutuhan yang diinginkan. Sebagai contoh, kondisi ideal untuk memudahkan belajar, hal ini diperlukan alat atau media yang cocok dan sesuai dengan karakteristik isi mata pelajaran Agama Islam. Akan tetapi, kondisi riilnya guru tidak mampu menggunakan media yang cocok dan sesuai dengan karakteristik isi mata pelajaran Agama Islam.

b.

Menentukan alternatif pemecahannya. Untuk memecahkan suatu masalah perlu dilakukan identifikasi prasyarat, yaitu faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor yang dapat menghambat pemecahan masalah. Misalnya, faktor ketersediaan dana, fasilitas, personal dan waktu sehingga dapat dipilih alternatif pemecahan masalah terbaik. Sebagai contoh, kasus guru tidak dapat menggunakan media pembelajaran, jika ditinjau dari faktor pendukung perlu ada anggaran peningkatan kualitas tenaga pengajar, bimbingan tenaga ahli media, dan mengadakan pelatihan penggunaan media pembelajaran.

c.

Memilih strategi pemecahan berdasarkan alternatif pemecahan terpilih yang dianggap relevan dan paling efektif untuk menetapkan metode atau strategi pelaksanaannya. Misalnya, alternatif terpilih yaitu mengadakan pelatihan maka harus

56

ditetapkan tujuan dan metode pelatihan, sasaran pelatihan, materi pelatihan dan evaluasi pelatihannya. d.

Melaksanakan strategi yang terpilih. Misalnya, alternatif yang terpilih

mengadakan

pelatihan,

maka

perlu

ditetapkan

pelaksanaannya, berapa hari pelaksanaannya, berapa dana yang diperlukan, orang-orang yang terlibat, dan sebagainya sehingga dapat memperlancar efektifitas pemecahan masalahnya. e.

Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penggunaan metode terpilih dapat menyelesaikan masalah. Karena evaluasi merupakan kegiatan yang berproses, maka evaluasi perlu dilakukan secara terus-menerus mulai dari persiapan, proses pelaksanaan, hingga hasil yang dicapai.

f.

Mengadakan revisi pada setiap langkah bila diperlukan. Pembelajaran merupakan proses yang membutuhkan waktu lama. Karena itu, dalam setiap bagian kegiatan bila perlu dilakukan revisi guna mencapai hasil yang optimal.

Komponen-komponen di atas merupakan sebuah sistem yang dilakukan oleh SMA Plus PGRI Cibinong dalam menciptakan kualitas pembelajaran di setiap bidang studi atau mata pelajaran, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar terciptanya kualitas yang baik. 2.

Kurikulum Pendidikan Agama Islam Definisi mengenai kurikulum sangat beragam, hal ini diakibatkan oleh

fungsi kurikulum itu sendiri yang sangat luas. Namun mayoritas mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Kaitannya dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam, SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan atau berpedoman pada Kurikulum Tingkat

57

Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Plus PGRI Cibinong dilandasi oleh undang-undang dan peraturan sebagai berikut: a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1 b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat 2 dan Pasal 29 Ayat 1 c. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi d. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan e. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 3.

Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Strategi pembelajaran pada intinya yaitu sebuah kegiatan yang

terencana serta sistematik yang ditunjukan untuk menggerakan peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Dalam hal ini, SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan pendekatan Quantum Learning. Asas utama pembelajaran quantum adalah membawa dunia siswa ke dalam dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia siswa. Subjek belajar adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Tujuan pokok pembelajaran quantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat

58

belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku. 4.

Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Proses pembelajaran dapat dikatakan dengan kegiatan yang dilakukan

dalam pembelajaran. Kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam yaitu kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Di SMA Plus PGRI Cibinong kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Akan tetapi kegiatan pembelajaran dilakukan di luar kelas yang diarahkan oleh guru Agama Islam dan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk oleh sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran di luar sekolah. Mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya diberikan alokasi waktu dua jam dalam satu minggu. Maka, pihak sekolah merasa perlu menambah alokasi waktu yang sangat singkat tersebut dengan membuat kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas yang pelaksanaannya dilakukan oleh Guru Agama Islam dan bekerja sama dengan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk oleh sekolah SMA Plus PGRI Cibinong. Hal ini diharapkan agar penanaman nilai-nilai agama yang sangat membutuhkan waktu yang banyak, dapat terbantu dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas. Karena SMA Plus PGRI Cibinong memiliki misi menanamkan nilai-nilai Iman dan Taqwa bagi seluruh warga sekolah, dan menampilkan dalam segala aspek kegiatan. 5.

Program Kegiatan Keagamaan a.

Program Rutin Harian 1) Shalat Berjamaah  Setiap kelas terjadwal sebagai pelaksana utama sholat berjamaah

59

 Sholat berjamaah di laksanakan setiap hari secara bergantian  Pelaksana utama sholat berjamaah dzuhur terdiri dari siswa/i kelas XI dan XII  Pelaksana utama sholat berjamaah ashar terdiri dari siswa/I kelas X  Setiap pelaksanaan kegiatan sholat berjamaah ,di absen pembimbing keagamaan dan di ketahui oleh wali kelas masing – masing 2) BBQ ( Bimbingan Belajar Quran )  Setiap kelas terjadwal sebagai pelaksana utama BBQ  Pelaksanaan BBQ di bagi 2 ( dua ) kelompok Yaitu pagi dan siang  Pelaksana BBQ pagi terdiri dari siswa/i kelas X, dan pelaksana BBQ siang terdiri dari kelas XI dan XII  Peserta BBQ terdiri dari 4 level yakni : level A bagi yang Al-Qur’an level B bagi IQRO 5 dan 6, level C 2 untuk IQRO 3 dan 4, sedangkan level C 1 bagi yang IQRO 1 dan 2  Setiap level mendapatkan pengajaran dan pembimbing yang berbeda  Setiap siswa mendapatkan kartu prestasi/alat kontrol dalam setiap pertemuan, karena masing-masing level memiliki target yang harus dicapai  Setiap pelaksanaan BBQ diabsen oleh pembimbing/staf DKM Al-Mizan

60

b.

Program Rutin Mingguan 1) Sholat Jum’at  Setiap kelas terjadwal sebagai pelaksana utama sholat jum’at lima kelas secara bergantian  Petugas sholat jum’at dilaksanakan oleh pelaksana utama tiap-tiap kelas dari mulai persiapan sampai dengan pelaksanaan sholat jum’at dilaksanakan.  Setiap

pelaksanaan

sholat

jum’at

diabsen

oleh

pembimbing/staf DKM Al-Mizan 2) Infaq Jum’at  Penarikan infaq dilaksanakan setiap pada hari jum’at yang dikoordinir

oleh

ketua

kelas

masing-masing

dan

diserahkan kepada bendahara sekolah melalui staf DKM Al-Mizan  Setiap penerimaan infaq selalu dicatat melalui absen oleh ketua kelas dab diketahui oleh Pembina DKM. ALMIZAN/ketua DKM AL-Mizan 3) Mentoring  Mentoring adalah pembelajaran dalam rangka pemantapan serta pemahaman pendidikan agama islam  Mentoring dilaksanakan setiap pada hari sabtu sebelum Student Day  Pembimbing mentoring terdiri dari para aktifis dakwah di Kabupaten Bogor  Setiap siswa dibentuk kelompok masing-masing tujuh orang

siswa

dengan

efektifitas

pembelajaran

memudahkan kontroling pembimbing kepada peserta  Setiap pelaksanaan diabsen oleh pembimbing 4) Kuliah Duha  Kuliah Duha adalah kajian umum tentang ilmu agama

dan

61

 Pelaksana Kuliah Duha teridiri dari lima kelas secara bergiliran  Kuliah Duha dilaksanakan pada setiap hari minggu  Pembimbing Kuliah Duha terdiri dari guru-guru agama islam SMA Plus PGRI Cibinong dan sewaktu-waktu mengundang tokoh dari luar  Setiap pelaksanaan Kuliah Duha diabsen oleh pembimbing 5) Qiro’at Al-Qur’an  Qiro’at Al-Qur’an adalah seni baca Al-Qur’an yang hanya diikuti oleh siswa yang sudah menguasai tajwid dan memiliki potensi dan bakat dalam bidang tersebut  Qiro’at AL-Qur’an dilaksanakan pada setiap hari sabtu  Setiap pelaksanaan kegiatan diabsen oleh pembimbing 6) Hifdzil Al-Qur’an  Hifdzil Al-Qur’an adalah program hafalan khususnya pada juz 30  Hifdzil Al-Qur’an diwajibkan bagi siswa yang sudah berada di level BBQ A  Hifdzil Al-Qur’an menggunakan sistem setoran setiap pertemuan minimal setor hafalan satu surat kepada pembimbing  Waktu pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal  Setiap pelaksanaan kegiatan diabsen oleh pembimibng 7) Seni Nasyid  Kegiatan dilaksanakan setiap hari jum’at siang  Nasyid hanya bagi siswa yang memiliki potensi dan bakat  Setiap pelaksaan kegiatan diabsen oleh pembimbing

62

c.

Program Rutin Bulanan 1) Bhakti Sosial (Baksos)  Baksos dilaksanakan sebulan sekali pada minggu pertama  Sasaran kegiatan ditujukan kepada para anak Yatim/Piatu dan Fakir Miskin khususnya masyarakat wilayah sekitar 2) Qiyamul lail  Pembinaan khusus bagi anak DKM. AL-MIZAN  Tautsiah dan Muhasabah 3) Bedah buku  Peserta terdiri dari Siswa kelas 1,2 dan 3 secara bergiliran  Judul buku disesuaikan dengan materi agama Islam

d.

Program Rutin Tahunan 1) Muhasabah / dzikir bersama  Muhasabah dilaksanakan pada setiap tanggal 1 Muharram dalam rangka

menyambut tahun baru Hijriah.

 Susunan kegiatan Muhasabah di ikuti oleh seluruh siswa secara bersamaan,  Setiap pelaksanaan kegiatan di absen oleh panitia pelaksana. 2) Santunan anak yatim / Peduli dhuafa  Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram.Dalam rangka memperingati ari Raya Anak Yatim.  Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh pengurus DKM. ALMIZAN dan dilaksanakan oleh seluruh siswa dan guru SMA Plus PGRI Cibinong.  Susunan kegiatan dilakukan kepada anak yatim / piatu dan dhuafa khususnya masyarakat wilayah sekitar.  Setiap pelaksanaan kegiatan di absent oleh panitia pelaksana.

63

3) Maulid Nabi Muhammad SAW  Kegiatan di laksanakan pada setiap bulan Maulid dengan berbagai macam perlombaan kreativitas islam.  Kegiatan perlombaan di ikuti dan perwakilan tiap-tiap kelas dan disaksikan oleh seluruh siswa SMA Plus PGRI Cibinong.  Setiap pelaksanaan kegiatan di absent oleh panitia pelaksana. 4) Isro Mi’raj  Isri Mi’raj dilaksanakan pada setiap bulan Rajab dengan kegiatan Tabligh Akbar.  Kegiatan tersebut di ikuti oleh seluruh siswa dan keluarga besar SMA Plus PGRI Cibinong serta mengundang sekolah SMP,SMA yang berada di kecamatan Cibinong. 5) Pesantren Kilat  Pesantren Kilat di laksanakan pada setiap bulan suci Ramadhan. Selama tiga hari secara bergantian.  Pelaksanaan pesantren kilat dimulai dari pagi hingga berbuka puasa bersama dan shalat maghrib berjama’ah.  Acara pesantren kilat diantaranya :  Shalat Duha  Tadarus Al-Quran  Kajian Islam  Game  Shalat berjama’ah  Penayangan CD Islami  Diskusi umum  Ceramah Umum  Kreasi Islami  Pengisi acara SANLAT terdiri dari guru-guru agama dan tokoh-tokoh dari luar.

64

6) Idul Qurban  Idul Qurban dilakukan pada setiap hari Raya Idul Adha dengan penyembelihan hewan Qurban dan didistribusikan kepada masyarakat 6.

Sarana Pendidikan Agama Islam Sarana dalam sebuah pembelajaran, merupakan elemen yang memiliki

peranan yang cukup signifikan. Karena sarana dapat membantu dalam berjalannya sebuah pembelajaran yang baik. Akan tetapi, bukan merupakan sebuah jaminan jika sarana memadai maka kualitas pembelajaran akan baik. Setidaknya dengan adanya sarana, maka dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar akan terbantu guna terciptanya suasana pembelajaran yang baik. Sarana pendidikan itu adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Adapun sarana pendidikan di SMA Plus PGRI Cibinong khususnya pada Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: Tabel 8 Keadaan Sarana Pendidikan Agama Islam SMA Plus PGRI Cibinong No

Jenis Sarana

Banyaknya

Keterangan

1

Masjid

1 buah

Baik

2

Kantor DKM

1 buah

Baik

3

Ruang Eksis

1 buah

Baik

4

Ka’bah

1 buah

Baik

5

Iqro besar

126 buah

Baik

6

Iqro kecil

41 buah

Baik

7

Buku Bacaan Keagamaan

37 buah

Baik

8

Buku DEPAG

152 buah

Baik

65

7.

9

Al-Qur’an

158 buah

Baik

10

Kitab Rawi

3 buah

Baik

Evaluasi Pendidikan Agama Islam Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan

nilai daripada sesuatu. Dalam pendidikan, evaluasi dijadikan sebagai alat penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik menuju kearah tujuan dan nilai-nilai yang diterapkan dalam kurikulum. Evaluasi di SMA Plus PGRI Cibinong kaitannya dengan proses pembelajaran merupakan sebuah alat dalam menentukan kebijakankebijakan yang akan digunakan dalam hal proses pembelajaran khususnya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Disamping itu, evaluasi dijadikan sebagai alat ukur kemajuan belajar siswa. Dalam hal ini, guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong melakukan beberapa bentuk dalam mengevaluasi peserta didiknya, yaitu: a.

Tes Diagnostik Tes diagnostik yaitu tes yang digunakan guru Agama untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan siswa dalam belajar. Dalam hal ini, guru agama melakukan ulangan harian, yaitu ulangan dilakukan pada setiap materi/pembahasan yang diajarkan oleh guru Agama. Dengan demikian, guru Agama Islam dapat mengetahui siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar dan dapat dilakukan dengan perbaikanperbaikan yang tepat dalam pembelajaran. b.

Tes Formatif Tes formatif yaitu tes yang dilakukan setiap selesai melakukan

program satuan pelajaran atau topik pembahasan. Tujuannya yaitu untuk mengukur sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dengan melihat dari hasil tes tersebut, maka akan diketahui kemampuan siswa dan keberhasilan guru dalam mengajar di kelas.

66

c.

Tes Sumatif Tes yang dilaksanakan pada setiap selesai mengikuti pelajaran

selama satu semester atau akhir tahun pelajaran. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan pengajaran yang telah dilaksanakan selama satu semester. Maka melakukan tes sumatif akan diketahui kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk kemudian diadakan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Namun tidak hanya evaluasi yang telah dijelaskan di atas yang dilakukan guru Agama. Kaitannya dengan perilaku siswa di luar kelas, guru Agama berkerjasama dengan staf DKM. AL-MIZAN dalam hal memberikan penilaian diluar pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan dengan program-program yang dilakukan oleh DKM. AL-MIZAN beserta guru Agama, apakah siswa telah mengikuti program-program tersebut dengan baik atau tidak. Karena program-program tersebut merupakan tindak lanjut dari sebuah pembelajaran di kelas. C. Analisis Data Hasil Penelitian Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilaksanakan dua jam perminggu, yang mencakup pelajaran Fiqih, Al-qur’an Hadits, Akidah Akhlak, dan Sejarah Islam. Dengan menggunakan pedoman kurikulum KTSP untuk kelas X, XI, dan XII, serta model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan menggunakan model Quantum Learning. Maka untuk mengetahui pengamalan Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI di SMA Plus PGRI Cibinong khususnya dalam proses pembelajaran di kelas, dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-tabel berikut ini: Tabel 9 Tidak menyukai pelajaran Agama Islam Option

Frekwensi

Prosentase

67

Selalu

-

-

Sering

2

4%

Kadang-Kadang

11

18,97 %

Tidak Pernah

45

77,59 %

Jumlah

58

100 %

Dari tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa sebagian besar siswa menjawab tidak pernah (77,59%) tidak menyukai pelajaran Agama Islam, sebagian kecil (18,97%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit kecil (4%) menyatakan sering, serta tidak ada yang menyatakan selalu tidak menyukai pelajaran Agama Islam. Kesimpulannya bahwa sebagian besar siswa memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran Agama Islam, hal ini dapat dilihat bahwa siswa menyukai pelajaran Agama Islam. Tabel 10 Bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

22

37,93 %

Sering

24

41,38 %

Kadang-Kadang

12

20,69 %

-

-

58

100 %

Tidak Pernah Jumlah

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (41,38%) siswa menjawab sering bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba, dan sebagian kecil (37,93%) siswa menjawab selalu bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba, dan sebagian kecil (20,69%) siswa menjawab kadang-kadang bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba. Kesimpulannya bahwa siswa di SMA Plus PGRI cibinong memiliki semangat yang baik dalam mengikuti pelajaran Agama Islam.

68

Tabel 11 Pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

1

1,72 %

Sering

-

-

Kadang-Kadang

12

20,69 %

Tidak Pernah

45

77,59 %

Jumlah

58

100 %

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (77,59%) siswa menjawab tidak pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas, sebagian kecil (20,69%) siswa menjawab kadang-kadang pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas, dan sedikit kecil (1,72%) siswa menjawab selalu pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas, dan tidak ada siswa yang menjawab sering pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah membolos pada pelajaran Agama Islam. Tabel 12 Memperhatikan guru saat menjelaskan materi Agama Islam Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

34

58,62 %

Sering

21

36,21 %

Kadang-Kadang

3

5,17 %

Tidak Pernah

-

-

58

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya (58,62%) siswa menjawab selalu memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran Agama Islam, sebagian kecil (36,21%) siswa menjawab sering memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran Agama Islam, sedikit kecil (5,17%) siswa yang menjawab kadang-kadang memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran Agama Islam, dan tidak ada siswa yang

69

menjawab tidak pernah memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran Agama Islam. Dengan demikian perhatian siswa kepada guru Agama Islam pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam berjalan dengan baik. Dari kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong telah menggunakan metode pembelajaran yang baik, karena sebagian besar siswa menjawab selalu memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran Agama Islam. Tabel 13 Selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

1

1,72 %

Sering

6

10,34 %

Kadang-Kadang

25

43,11 %

Tidak Pernah

26

44,83 %

Jumlah

58

100 %

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (44,83%) siswa menjawab tidak pernah menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, hampir setengahnya (43,1%) siswa menjawab kadang-kadang menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sebagian kecil (10,34%) siswa menjwab sering menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan sedikit kecil (1,72%) siswa yang menjawab selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa mengerjakan tugas-tugas pelajaran Agama Islam dengan baik, karena telah mengumpulkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tepat pada waktunya. Dari tabel 1 - 5 dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa terhadap pelajaran Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong sangat baik. Hal ini

70

dilihat dari hasil pengamatan melaui angket yang diberikan kepada responden (siswa). Dari tabel 1 - 5 menunjukan nilai yang positif terhadap motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong. Tabel 14 Guru Agama datang mengajar tepat waktu Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

22

37,93 %

Sering

23

39,66 %

Kadang-Kadang

13

22,41 %

-

-

58

100 %

Tidak Pernah Jumlah

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian kecil (39,66%) siswa menjawab guru sering datang untuk mengajar tepat waktu, sebagian kecil (37,93%) siswa menjawab guru selalu datang untuk mengajar dengan tepat waktu, dan sebagian kecil (22,41%) siswa menjawab kadang-kadang guru datang mengajar tepat waktu, dan tidak ada siswa yang menjawab bahwa guru datang tidak pernah tepat waktu. Dengan kata lain guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong sudah datang untuk mengajar tepat waktu. Tabel 15 Guru Agama menggunakan pakaian yang rapi dan sopan Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

53

91,38 %

Sering

5

8,62 %

Kadang-Kadang

-

-

Tidak Pernah

-

-

58

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruhnya (91,38%) siswa menjawab bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan, sedikit kecil (8,62%) siswa menjawab guru sering menggunakan pakaian yang rapi dan

71

sopan, dan tidak ada siswa yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah guru Agama menggunakan pakaian yang rapi dan sopan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam selalu berpakaian yang rapid an sopan ketika mengajar pelajaran Agama Islam. Dari tabel 6 dan 7 menggambarkan bahwa guru Agama di SMA Plus PGRI Cibinong memiliki kepribadian yang baik. Hal ini ditunjukan dari nilai positif yang diberikan kepada guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong. Tabel 16 Di awal pelajaran, guru Agama memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

4

6,9 %

Sering

18

31,03 %

Kadang-Kadang

31

53,45 %

Tidak Pernah

5

8,62 %

Jumlah

58

100 %

Dari hasil tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya (53,45%) siswa menjawab kadang-kadang di awal pelajaran guru Agama memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya, sebagian kecil (31,03%) siswa menjawab selalu di awal pelajaran guru Agama memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya, sedikit kecil (8,62%) siswa menjawab tidak pernah di awal pelajaran guru Agama memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya, dan sedikit kecil (6,9%) siswa yang menjawab selalu di awal pelajaran guru Agama memberikan pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong telah cukup memberikan pertanyaan tentang materi pertemuan sebelumnya di awal pelajaran.

72

Tabel 17 Guru Agama menguasai materi yang disampaikan Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

43

74,14 %

Sering

15

25,86 %

Kadang-Kadang

-

-

Tidak Pernah

-

-

58

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (74,14%) siswa menjawab selalu guru Agama menguasai materi yang disampaikan, sebagian kecil (25,86%) siswa menjawab sering guru Agama menguasai materi yang disampaikan, dan tidak ada siswa yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah guru Agama menguasai materi yang disampaikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah menguasai materi pelajaran dengan baik. Tabel 18 Materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh guru sulit dimengerti dan difahami Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

-

-

Sering

3

5,17 %

Kadang-Kadang

31

53,43 %

Tidak Pernah

24

41,38 %

Jumlah

58

100 %

Materi pelajaran merupakan pokok utama dalam sebuah proses pembelajaran, hendaknya seorang guru menyampaikan materi dengan menggunakan strategi serta menguasai materi yang akan disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar materi mudah difahami oleh siswa. Pada tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya (53,43%) siswa menjawab kadang-kadang materi pelajaran Agama Islam yang

73

diberikan oleh guru sulit dimengerti dan difahami, hampir setengahnya (41,38%) siswa menjawab tidak pernah materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh guru Agama Islam sulit dimengerti dan difahami, sedikit kecil (5,17%) siswa menjawab dengan sering materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh guru Agama Islam sulit dimengerti dan difahami, dan tidak ada siswa yang menjawab dengan selalu materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh guru Agama Islam sulit dimengerti dan difahami. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam memberikan materi pelajaran Agama Islam dapat difahami dan dimengerti dengan baik oleh siswa. Materi pelajaran Agama Islam yang disampaikan cukup mudah dimengerti dan difahami oleh siswa. Hal ini dikarenakan oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru Agama Islam di SMA Plus PGRI cibinong cukup baik, serta guru menguasai materi Agama Islam dengan baik. Tabel 19 Metode belajar yang digunakan oleh guru Agama tidak menarik atau kurang menyenangkan Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

-

-

Sering

2

3,45 %

Kadang-Kadang

20

34,48 %

Tidak Pernah

36

62,07 %

Jumlah

58

100 %

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (62,07%) siswa menjawab tidak pernah guru Agama Islam menggunakan metode pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik, sebagian kecil (34,48%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam menggunakan metode pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik, sedikit kecil (3,45%) siswa menjawab sering guru Agama Islam menggunakan metode pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik, dan tidak ada siswa yang menjawab selalu guru Agama Islam menggunakan metode

74

pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak menarik. Maka dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan baik, sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong berjalan dengan baik dan tidak membosankan. Tabel 20 Guru Agama menggunakan alat atau media yang menarik dalam pembelajaran Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

5

8,62 %

Sering

21

36,21 %

Kadang-Kadang

23

39,66 %

Tidak Pernah

9

15,52 %

Jumlah

58

100 %

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian kecil (39,66%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam menggunakan alat atau media pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian kecil (36,21%) siswa menjawab sering guru agama menggunakan alat atau media pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian kecil (15,52%) siswa menjawab tidak pernah guru Agama menggunakan alat atau media pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan sedikit kecil (8,62%) siswa menjawab selalu guru Agama Islam menggunakan alat atau media pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong masih perlu meningkatkan penggunaan alat atau media pembelajaran yang menarik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena, alat atau media pembelajaran sangat penting dalam sebuah proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Alat atau media pembelajaran dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaaan, perhatian dan kemampuan

75

atau keterampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Tabel 21 Guru Agama mengkondisikan kelas dengan baik Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

35

60,34 %

Sering

16

27,59 %

Kadang-Kadang

7

12,07 %

Tidak Pernah

-

-

58

100 %

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (60,34%) siswa menjawab selalu guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian kecil (27,59%) siswa menjawab sering guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian kecil (12,07%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah guru Agama Islam mengkondisikan kelas dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Maka dengan demikian, guru Agama Islam pada saat proses pembelajaran berlangsung mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga keadaan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung tertib dan berjalan dengan baik. Tabel 22 Guru Agama membuat kelompok belajar dalam kelas Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

19

32,76 %

Sering

24

41,38 %

Kadang-Kadang

14

24,14 %

76

Tidak Pernah

1

1,72

Jumlah

58

100 %

Dalam proses pembelajaran, strategi belajar perlu dilakukan oleh seorang guru agar terciptannya proses pembelajaran yang variatif dan efektif. Hal ini dapat berupa membuat kelompok belajar. Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (41,38%) siswa menjawab sering guru Agama Islam membuat kelompok belajar dalam kelas, sebagian kecil (32,76%) siswa menjawab selalu guru Agama Islam membuat kelompok belajar dalam kelas, sebagian kecil (24,14%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam membuat kelompok belajar dalam kelas, dan sedikit kecil (1,72%) siswa yang menjawab tidak pernah guru Agam Islam membuat kelompok belajar dalam kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah membuat kelompok belajar dalam kelas dengan cukup baik. Tabel 23 Guru Agama menjelaskan materi dengan metode yang membosankan Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

-

-

Sering

1

1,72 %

Kadang-Kadang

17

29,31 %

Tidak Pernah

40

68,97 %

Jumlah

58

100 %

Dalam menyampaikan sebuah materi, seorang guru perlu menggunakan metode yang bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan siswa pada saat menerima materi, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (68,97%) siswa menjawab tidak pernah guru Agama menjelaskan atau menyampaikan materi dengan metode yang membosankan, sebagian kecil (29,31%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam menyampaikan materi dengan metode yang

77

membosankan, sedikit kecil (1,72%) siswa menjawab dengan jawaban sering guru Agama Islam menyampaikan materi dengan metode yang membosankan, dan tidak ada siswa yang menjawab selalu guru Agama Islam menyampaikan materi dengan metode yang membosankan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah menyampaikan materi Agama Islam dengan metode yang menyenangkan. Tabel 24 Guru Agama tidak memberikan kesempatan untuk berargumen atau berpendapat Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

-

-

Sering

1

1,72 %

Kadang-Kadang

9

15,52 %

Tidak Pernah

48

82,76 %

Jumlah

58

100 %

Dalam pembelajaran, guru harus memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada siswa dalam hal berpendapat, karena saat ini siswa yang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, bukanlah benda mati seperti batu atau benda lainnya yang dapat diperlakukan sesuai kehendak orang yang memperlakukannya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa untuk bertukar pikiran, melatih siswa untuk terampil dalam mengemukakan pendapat, dan sebagainya. Tabel diatas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (82,76%) siswa menjawab tidak pernah guru Agama Islam tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat, sebagian kecil (15,52%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam tidak memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat, sedikit kecil (1,72%) siswa menjawab sering guru Agama Islam tidak memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat, dan tidak ada siswa yang menjawab selalu guru Agama Islam tidak memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama

78

Islam selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat dalam proses pembelajaran berlangsung. Tabel 25 Guru Agama memberikan pertanyaan atau evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

27

46,55 %

Sering

26

44,83 %

Kadang-Kadang

5

8,62 %

Tidak Pernah

-

-

58

100 %

Jumlah

Dalam proses pembelajaran diperlukannya sebuah alat untuk mengukur sejau mana pembelajaran berjalan dengan baik, sejauh mana strategi yang digunakan berjalan efektif dan sebagainya, maka dibutuhkanya evaluasi. Evaluasi merupakan elemen dari sebuah sistem pembelajaran yang berperan sebagai fungsi control dan umpan balik terhadap keseluruhan proses pembelajaran. Dengan demikian evaluasi sangat diperlukan untuk mengukur dan mengkontrol terhadap proses pembelajaran, tentunya evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengahnya (46,55%) siswa menjawab selalu guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan, hampir setengahnya (44,83%) siswa menjawab sering guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan, sedikit kecil (8,62%) siswa menjawab kadang-kadang guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam memberikan evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan dengan baik serta objektif.

79

Tabel 26 Guru Agama tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

1

1,72 %

Sering

2

3,45 %

Kadang-Kadang

24

41,38 %

Tidak Pernah

31

53,45 %

Jumlah

58

100 %

Pemberian tugas merupakan sebuah tindak lanjut dari sebuah proses pembelajaran, karena pembelajaran tidak hanya di sekolah. Penugasan merupakan sebuah alat agar siswa senantiasa melakukan pembelajaran di luar sekolah secara individual maupun kelompok. Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari setengahnya (53,45%) siswa menjawab dengan tidak pernah guru Agama Islam tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam, hampir setengahnya (41,38%) siswa menjawab dengan kadang-kadang guru Agama Islam tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam, sedikit kecil (3,45%) siswa menjawab dengan sering guru Agama Islam tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam, dan sedikit kecil (1,72%) siswa yang menjawab dengan selalu guru Agama Islam tidak memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah memberikan tugas pada akhir waktu pelajaran Agama Islam dengan baik. Tabel 27 Guru Agama memberikan penilaian yang sesuai atau objektif Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

43

74,14 %

Sering

9

15,52 %

80

Kadang-Kadang

6

10,34 %

Tidak Pernah

-

-

58

100 %

Jumlah

Memberikan penilaian yang sesuai atau objektif merupakan salah satu alat untuk menumbuhkan umpan balik belajar yang baik. Nilai yang buruk tidak dapat dipersalahkan kepada siswa sebagai penyebabnya, melainkan pula terjadi karena disebabkan oleh guru. Demikian pula nilai yang baik bisa terjadi karena peran dan kontribusi dari guru dan murid. Maka, penilaian yang objektif dapat menumbuhkan motivasi tersendiri baik bagi murid maupun guru. Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar (74,14%) siswa menjawab dengan selalu guru Agama Islam memberikan penilaian yang objektif kepada siswa, sebagian kecil (15,52%) siswa menjawab dengan sering guru Agama Islam memberikan penilaian yang objektif kepada siswa, sebagian kecil (10,34%) siswa menjawab dengan kadang-kadang guru Agama Islam memberikan penilaian yang objektif kepada siswa, dan tidak ada siswa yang menjawab dengan tidak pernah guru Agama Islam memberikan penilaian yang objektif kepada siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah memberikan penilaian yang objektif kepada siswa dengan baik. Tabel 28 Guru Agama saya memperhatikan penegakan disiplin di kelas Option

Frekwensi

Prosentase

Selalu

42

72,41 %

Sering

13

22,41 %

Kadang-Kadang

3

5,17 %

Tidak Pernah

-

-

58

100 %

Jumlah

Guru mempunyai peranan yang sangat luas, baik disekolah, keluarga, dan masyarakat. Guru dapat berperan sebagai penegak disiplin, yaitu guru

81

senantiasa menjaga agar seluruh siswanya menegakan disiplin baik di lingkungan keluarga, masyarakat, terutama di lingkungan sekolah. Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa (72,41%) siswa menjawab dengan selalu guru Agama Islam memperhatikan penegakan disiplin di kelas, sebagian kecil (22,41%) siswa menjawab dengan sering guru Agama Islam memperhatikan penegakan disiplin di kelas, sedikit kecil (5,17%) siswa menjawab dengan kadang-kadang guru Agama Islam memperhatikan penegakan disiplin di kelas, dan tidak ada siswa yang menjawab dengan tidak pernah guru Agama Islam memperhatikan penegakan disiplin di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru Agama Islam telah memperhatikan penegakan disiplin dengan baik. D. Pembahasan Data Hasil penelitian Dari data-data yang diperoleh melalui angket di atas, maka dapat diketahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong berjalan dengan baik. Kesimpulan ini di dapat dari hasil yang selalu menunjukan angka yang positif pada setiap butir pertanyaan dalam angket tersebut. Pada tebel 9, 10, 11, 12, 13 yang berkaitan dengan motivasi siswa, bahwa siswa sangat menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam. Terbukti dari hasil jawaban siswa yang menyatakan 77,59% yang menjawab tidak pernah tidak menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam, artinya siswa selalu menyukai pelajaran PAI. Dalam hal semangat, siswa cukup bersemangat jika pelajaran PAI tiba, serta selalu hadir setiap jam pelajaran PAI. hal ini dilihat dari tabel 10 dan 11. Dalam proses belajar, siswa telah memperhatikan guru dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel 12, 58,62% siswa menjawab selalu memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Serta berkaitan dengan evaluasi, siswa selalu menyerahkan tugas PAI dengan baik, hal ini dapat di lihat pada tabel 13. Adapun mengenai kompetensi seorang guru, kepribadian seorang guru Agama di SMA Plus PGRI Cibinong sangat baik. Hal ini dapat dlihat pada

82

tabel 14 dan 15, yang mana pada tabel tersebut dinyatakan seorang guru datang tepat waktu dan menggunakan pakaian yang rapi. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di SMA Plus PGRI Cibinong, telah berjalan cukup baik mulai dari apersepsi, penguasaan materi, isi pelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi. Namun mendapatkan kesimpulan yang kurang baik terhadap penggunaan media pembelajaran. Hal ini berdasarkan pada tabel 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, dan 27. Untuk

menciptakan

suasana

yang

kondusif

dalam kelas

ketika

pembelajaran dilaksanakan, maka perlunya pengkondisian kelas dan penegakan disiplin. Guru Agama di SMA Plus PGRI Cibinong telah melaksanakannya yaitu telah mengkondisikan kelas dengan baik. Hal ini terlihat pada tabel 21, dari hasil jawaban 60,34% yang menjawab selalu guru Agama mengkondisikan kelas dengan baik. Serta guru Agama telah melakukan penegakan disiplin di kelas, dapat dilihat pada tabel 28. Dengan demikian suasana kelas telah tercipta dengan kondusif, serta proses pembelajaran pun berjalan dengan baik.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data-data hasil penelitian di SMA Plus PGRI Cibinong yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selalu menunjukan nilai yang positif serta hasil wawancara dengan sejumlah guru di SMA Plus PGRI Cibinong. Namun terdapat catatan dalam hal penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran yang masih dinilai kurang baik.

2.

Program-program kegiatan keagamaan di SMA Plus PGRI Cibinong terencana dan terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dari programprogram kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang di antaranya shalat berjamaah, BBQ (Bimbingan Belajar Qur’an), mentoring, kuliah duha, bakti sosial, qiyamul lail, peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, peringatan Isra’ Mi’raj, dan sebagainya.

83

84

B. Saran Dari hasil penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Adapun saran penulis yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut: 1.

Sekolah berusaha untuk menambah fasilitas-fasilitas yang menunjang terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mendorong guruguru khususnya guru agama dalam melakukan upaya-upaya perbaikan mutu pengajaran terutama dalam penggunaan media pembelajaran.

2.

Bagi pendidik, kompetensi keguruan perlu dikembangkan yang menyangkut kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Hal ini dapat berupa mengikuti pelatihan-pelatihan guna mengetahui perkembangan-perkembangan dalam pembelajaran.

3.

Kepala Sekolah agar memberikan perhatian kepada guru-guru khususnya guru agama agar meningkatkan pengetahuan cara mengajar terkini yang lebih memanfaatkan unsur teknologi, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan-pelatihan kependidikan.

85

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002 Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UndangUndang SIDIKNAS, Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003 Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Arsyad, Azhar. Media pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 Aziz, Al-Amir ‘Abdul ibn Jalawi, Shahih Muslim Lil Imami Abi Husain Muslim, Riyadh: Jami’a Huquq Mahfudzah Li Daris Salam Li Nasyri wa Taudzi’i, 1998 Dalyono, M. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2007 Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000 ----------. Problema Remaja di Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang, 1978 Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2004 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : PT Syamil Cipta Media, 2002 Depdikbud, GBPP Sekolah Umum, Jakarta : Depdikbud, 1995 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaim. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid 2, Yogyakarta : Andi Offset, 2000 Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2003 Hasimi, As-Sayyid Ahmad. Mukhtar Hadits Nabawiyah, Indonesia : Maktabatu Dar Ihya al-Kitab al-‘Arabiyah, 1948

86

Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1981 Machmudah, Umi dan Abdul Wahab Rosyidi. Aktive Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta : UIN Malang Press, 2008 Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006 Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung : Trigenda Karya, 1993 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004 Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ----------. Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur’an, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005 ----------. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2009 Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2006 ----------, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2005 Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2009 Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2010 Shadily, Hasan. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta : Ictiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects, t.t Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Rajawali, 1989 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta : Bumi Aksara, 2009

87

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007 ----------, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009 Surahman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Torito, 1990 Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007 Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995 Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983

Kisi-Kisi Instrument Penelitian No. 1.

Dimensi Pelaksanaan

Dimensi Variabel 1. Peserta Didik

Pembelajaran PAI

Indikator a. Memiliki Motivasi

No. Item

Jumlah

1, 2

2

3, 4, 5

3

6, 7, 20

3

8, 9, 10,

4

untuk belajar b. Memiliki kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran PAI 2. Profesionalisme Pendidik

a. Kepribadian seorang guru b. Paedagogik seorang guru

3. Media Pembelajaran 4. Strategi Pembelajaran 5. Evaluasi Pembelajaran

a. Pemanfaatan Media

16 12

1

11, 14, 15

3

b. Pengkondisian kelas

13

1

a. Mengadakan evaluasi

17, 18, 19

3

pembelajaran a. Penggunaan metode yang menarik

yang objektif

ANGKET PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA PLUS PGRI CIBINONG PENGANTAR Dalam rangka pengumpulan data bahan penyusunan skripsi, kami mengharapkan bantuan siswa/siswi untuk menjawab pertanyaan kami. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, tetapi jawaban-jawaban yang paling baik adalah apabila siswa/siswi memilih jawaban yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh siswa/siswi SMA Plus PGRI Cibinong. Petunjuk Pengisian Angket  Bacalah Basmalah sebelum mengisinya  Bacalah pertanyaan ini dengan teliti  Berikanlah tanda (√) pada pilihan yang sesuai dengan keadaan anda dengan katagori: Selalu

: (S)

Sering

: (SR)

Kadang-kadang

: (K)

Tidak pernah

: (TP)

Identitas anda Nama

:

Kelas

:

NO.

PERNYATAAN

1

Saya tidak menyukai pelajaran Agama Islam

2

Saya bersemangat jika waktu pelajaran Agama Islam tiba

3

Saya pernah tidak masuk pelajaran Agama Islam karena malas

4

Saya memperhatikan guru saat menjelaskan materi Agama Islam

JAWAB S

SR

K

TP

5

Saya selalu menyerahkan tugas-tugas pelajaran Agama Islam tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guru

6

Guru Agama saya datang mengajar tepat waktu

7

Guru Agama saya menggunakan pakaian yang rapi dan sopan

8

Diawal pelajaran, guru Agama saya memberi anda pertanyaan tentang materi pada pertemuan sebelumnya

9

Guru Agama menguasai materi yang disampaikan

10

Materi pelajaran Agama Islam yang diberikan oleh guru sulit dimengerti dan dipahami

11

Metode belajar yang digunakan oleh guru Agama tidak menarik / kurang menyenangkan

12

Guru Agama menggukan alat / media yang menarik dalam pembelajaran

13

Guru Agama mengkondisikan kelas dengan baik

14

Guru Agama membuat kelompok belajar dalam kelas

15

Guru Agama menjelaskan materi dengan metode yang membosankan

16

Guru Agama tidak memberikan kesempatan untuk berargumen / berpendapat

17

Guru Agama memberikan pertanyaan / evaluasi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan

18

Guru Agama tidak memberikan tugas pada akhir waktu pembelajaran Agama Islam

19

Guru Agama memberikan penilaian yang sesuai / objektif

20

Guru Agama saya memperhatikan penegakan disiplin di kelas

BERITA WAWANCARA Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong Nama

: Syarifah, S.Pd.I

Jabatan

: Guru Pendidikan Agama Islam

Tempat Wawancara : Ruang Guru SMA Plus PGRI Cibinong Hari / Tanggal

: Senin, 15 November 2010

Isi Wawancara

:

Bahan Wawancara 1. Bagaimana proses dan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Agama Islam? 2. Apa pedoman kurikulum yang dipakai pada mata pelajaran Agama Islam? 3. Apa saja metode (Strategi Pembelajaran) yang dipakai dalam proses pembelajaran Agama Islam? 4. Apa saja alat peraga atau media pengajaran yang dipakai pada mata pelajaran Agama Islam? 5. Berapa alokasi waktu yang diberikan untuk Pendidikan Agama Islam dalam satu pekan? 6. Apakah sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran Agama Islam? 7. Apasaja program kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan Agama Islam? 8. Bagaimana melakukan evaluasi pelajaran pendidikan Agama Islam? Hasil Wawancara 1. Proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama di SMA Plus PGRI Cibinong tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Akan tetapi kegiatan pembelajaran dilakukan di luar kelas yang diarahkan oleh guru Agama

Islam dan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk oleh sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran di luar sekolah. 2. SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan atau berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum KTSP digunakan pada setiap mata pelajaran di SMA Plus PGRI Cibinong, termasuk pada Pendidikan Agama Islam. 3. Dalam hal strategi pembelajaran, SMA Plus PGRI Cibinong menggunakan pendekatan Quantum Learning, termasuk pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Asas utama pembelajaran quantum adalah membawa dunia siswa ke dalam dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia siswa. Subjek belajar adalah siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Adapun penggunaan metode itu disesuaikan dengan bahan pelajaran, metode yang digunakan dalam pembelajaran di antaranya adalah; metode ceramah, problem solving, diskusi, debat, dan lainnya. 4. Dalam penggunaan media pembelajaran, kami melihat terlebih dahulu materi yang akan di sampaikan. Apabila materi yang akan disampaikan lebih bersifat teori-teori, maka kami menggunakan media visual dalam bentuk slide power point. Namun jika materi yang akan disampaikan lebih menitik beratkan pada aspek keterampilan (Praktek), maka kami akan menggunakan alat peraga, misalnya dalam menjelaskan masalah pelaksanaan thawaf dalam ibadah haji, kami menggunakan media Ka’bah. 5. Mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus PGRI Cibinong, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya diberikan alokasi waktu dua jam dalam satu minggu. Maka, pihak sekolah

merasa perlu menambah alokasi waktu yang sangat singkat tersebut dengan membuat kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas yang pelaksanaannya dilakukan oleh Guru Agama Islam dan bekerja sama dengan DKM Al-Mizan yang merupakan staf khusus yang dibentuk oleh sekolah SMA Plus PGRI Cibinong. Hal ini diharapkan agar penanaman nilai-nilai agama yang sangat membutuhkan waktu yang banyak, dapat terbantu dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan di luar kelas. Karena SMA Plus PGRI Cibinong memiliki misi menanamkan nilai-nilai Iman dan Taqwa bagi seluruh warga sekolah, dan menampilkan dalam segala aspek kegiatan. 6. Sarana yang mendukung pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu antara lain; kelas, masjid, perpustakaan keagamaan dan lainlain. Adapun prasarana yang mendukung antara lain; buku-buku keagamaan, ka’bah, LCD, al-Qur’an, Iqro dan lain-lain 7. Program kegiatan keagamaan di SMA Plus PGRI Cibinong telah tersusun secara sistematis dan terencana, adapun kegiatan tersebut yaitu; program rutin harian seperti shalat berjama’ah, Bimbingan Belajar Qur’an (BBQ). Adapun program rutin mingguan yaitu seperti shalat Jum’at berjamaah, infaq Jum’at, mentoring, kuliah Duha, Qiro’at Qur’an, Hifdzil Qur’an, kesenian Nasyid dan lain-lain. Adapun kegiatan rutin bulanan yaitu seperti Baksos, qiyamul lail dan bedah buku. Dan yang terakhir kegiatan rutin tahunan

yaitu

seperti

muhasabah/zikir

bersama,

santunan

anak

yatim/peduli du’afa, mauled Nabi Muhammad saw, Isra Mi’raj, pesantren kilat, dan idul Qurban. 8. Cara melakukan evaluasi yaitu dengan melakukan tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Selain itu, guru agama bekerja sama dengan DKM. AL-MIZAN dalam melihat perkembangan siswa khususnya pada masalah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan.