PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA ...

242 downloads 4531 Views 3MB Size Report
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di. SMA Negeri 28 Jakarta ... Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta,.
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 28 JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH: IDA FARIDA 106011000103

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 28 JAKARTA

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh : Ida Farida NIM: 106011000103

Di Bawah Bimbingan :

Siti Khadijah, M. A NIP: 19660703 199403 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama

: Ida farida

Tempat/Tgl.Lahir : Majalengka, 27 Mei 1988 NIM

: 106011000103

Jurusan / Prodi

: Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi

: Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.

Dosen Pembimbing

: Siti Khadijah, M.A

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 21 Mei 2011 Mahasiswa Ybs. Materai 6000

Ida Farida NIM. 106011000103

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi Ida Farida (106011000103) yang berjudul “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 20 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 20 Juni 2011 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal

Tanda Tangan

Ketua Jurusan PAI Bahrissalim, M.Ag NIP. 19680307 199803 1 002

..................

......................

Sekretaris Jurusan PAI Drs. Sapiudin Sidiq, MA NIP. 19670328 200003 1 001

..................

......................

Penguji I Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. NIP. 19560119 199403 2 001

..................

......................

Penguji II Drs. E. Kusnadi NIP. 19460201 196510 1 001

..................

......................

Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003

ABSTRAK Nama: Ida Farida, NIM: 106011000103, Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta, Skripsi Program Strata I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Sebagai tenaga profesional, para guru dituntut untuk melaksanakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas disamping tugas pokoknya yaitu mengajar dan membimbing siswa untuk dapat mengembangkan dirinya. Guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan, tetapi diharapkan guru dapat aktif berperan serta dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami di kelas melalui kegiatan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu solusi untuk permasalahan pembelajaran di kelas, namun belum banyak guru PAI yang melakukan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pembelajaran dan untuk meningkatkan efektivitas belajar. Penerapan PTK akan berhasil dan berjalan dengan baik bila didorong oleh keinginan guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran dan komitmen yang kuat dari guru yang bersangkutan, bukan karena keinginan untuk mendapat imbalan finansial semata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajarannya, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan data yang meliputi observasi, dokumentasi dan wawancara. Dari pengumpulan data yang dilakukan, dan membandingkan antara satu metode dengan metode yang lainnya, maka penulis menemukan bahwa implementasi penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran PAI yang dilaksanakan di SMAN 28 Jakarta meliputi 8 langkah. Yaitu: 1) ide awal, 2) prasurvey, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, dan 8) penyusunan laporan. Berdasarkan pembandingan praktek yang dilakukan dengan teori yang didapat dari berbagai literatur, maka penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 28 Jakarta termasuk penelitian yang berhasil.

i

KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬ Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat, karunia, dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Implementasi Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.” Shalawat serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa. Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tugas akhir perkuliahan guna mencapai sarjana strata I (S.Pd.I). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan; walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada: 1. Prof. DR. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Siti Khadijah, MA., Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan selama berlangsungnya penulisan skripsi ini, juga memberikan ruang kebebasan kepada penulis untuk menentukan berbagai proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.

ii

4. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M. Ag., Dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Sembah patuh ananda kepada kedua orang tua tercinta yaitu: ayahanda (Epen Afandi), ibunda (Uju Jubaidah) yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dalam memberikan do’a, bantuan moril maupun materil, serta motivasi terbesar kepada penulis. Dan adikku tersayang Ahmad Sa’id Fandi yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi untuk penulis. 6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan. 7. Bapak Drs. H. Edi Sumarto, selaku kepala sekolah SMAN 28 Jakarta dan para guru serta staff SMAN 28 Jakarta. 8. Bapak Drs. Dwi Arsono, M.Si, selaku WAKASEK bidang humas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan telah meluangkan waktunya. 9. Ibu Dra. Siti Mas’amah dan bapak Suhartoyo, BA., selaku guru PAI di SMAN 28 Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis guna memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. A’ Asep yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan memberi semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk

sahabat-

sahabat dan saudara penulis (Mamay, Uni Vera, Lili, Ikenk, Dhaso, Teh Izma, k’eLbe, Goni, ebih) yang senasib sepenanggungan, berbagi suka dan duka. Yang selalu membantu dan memberikan motivasi. 11. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya PAI C angkatan 2006 yang senasib dan seperjuangan, penulis senang berteman dengan teman-teman. 12. Kepala sekolah dan rekan guru TK IT QOF Bambu Apus yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

iii

Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang kalian berikan dan apabila penulis ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dimaafkan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari sistematika, bahasa maupun materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua amin.

Jakarta, 21 Mei 2011 Penulis

Ida Farida

iv

DAFTAR ISI ABSTRAK

................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ii

DAFTAR ISI ................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................

7

C. Pembatasan Masalah ...................................................................

7

D. Perumusan Masalah ....................................................................

7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................

8

BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian tindakan kelas .............................................................

9

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ...................................

9

2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ............................

12

3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ........................

14

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas .......................................

17

5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas ................................

22

B. Pendidikan Agama Islam ............................................................

23

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .....................................

23

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..........................................

27

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .............................

29

4. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan PAI

31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................

35

B. Metode Penelitian .......................................................................

35

C. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................

36

D. Analisis Data ...............................................................................

39

v

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta................

40

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta .......................

41

3. Keadaan Guru dan Karyawan ..................................................

43

4. Keadaan Siswa .........................................................................

44

5. Keadaan Sarana dan Prasarana.................................................

45

B. Hasil Penelitian .............................................................................

46

1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta ...........................

46

2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI.......................

47

3. Implementasi PTK pada Mata Pelajaran PAI ..........................

48

a. Ide Awal yang Ditemukan ...................................................

49

b. Prasurvey ............................................................................

49

c. Diagnosis ............................................................................

50

d. Perencanaan ........................................................................

50

e. Implementasi Tindakan ......................................................

54

f. Observasi ............................................................................

59

g. Refleksi ..............................................................................

60

h. Penyusunan Laporan ..........................................................

62

C. Analisis Data Hasil Temuan ........................................................

63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................

66

B. Saran ..........................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Kisi-kisi wawancara .....................................................................

37

Tabel 2

Keadaan guru dan karyawan SMAN 28 Jakarta ..........................

43

Tabel 3

Keadaan siswa SMA Negeri 28 Jakarta .......................................

44

Tabel 4

Keadaan sarana dan prasarana SMAN 28 Jakarta........................

45

Tabel 5

Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas ...........................

51

vii

idha

Digitally signed by idha DN: cn=idha gn=idha c=Indonesia l=ID o=Fega Inc. ou=Fega Inc. [email protected] Reason: I am the author of this document Location: Date: 08/19/11 11:19:41

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa dilihat melalui sejauhmana komitmen masyarakat dalam suatu bangsa menjalankan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah untuk bertaqwa serta beriman kepada Allah. Tujuan pendidikan ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, pengabdian kepada Allah. Yang ditegaskan dalam Al Qur’an dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:

       “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyaat:56). Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 1

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. II, h. 7.

1

2

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Berbeda dengan masa sekarang, dimana pendidikan dan pengajaran itu diselenggarakan di sekolah maka pada masa lampau kegiatan dilaksanakan di dalam kelompokkelompok masyarakat, yang dewasa disebut dengan istilah pendidikan informal.2 Dari tonggak-tonggak sejarah dapat dilihat bagaimana persoalan-persoalan yang timbul mereka pecahkan. Pada zaman dahulu dalam kehidupan seharihari, para orang tua mengajar anaknya bagaimana cara menanam dan memelihara padi, bagaimana cara melakukan pekerjaaan nelayan, bagaimana cara berdagang, bagaimana cara bertukang membuat rumah, menjahit pakaian, dan sebagainya.3 Dari lukisan singkat di atas kiranya dapat diperoleh gambaran, bahwa sejak masa lampau kegiatan proses pendidikan dan pembelajaran itu telah banyak dilakukan. Dan semakin dekat dengan masa kini semakin berkembang pula cara dan teknik yang digunakan oleh manusia untuk mendidik dan mengajar anak-anaknya. Begitu pula di sekolah, seiring perkembangan zaman maka berkembang pula cara dan teknik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran guna mendidik dan mengajar siswanya. Dalam proses pembelajaran guru merupakan orang yang memiliki peranan penting. Karena guru merupakan orang yang paling sering berhubungan langsung dengan siswa. Ini menunjukkan bahwa suksesnya sebuah proses kegiatan pembelajaran itu sangat bergantung kepada guru. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar. Tetapi guru bukanlah satusatunya faktor yang berperan dalam proses pembelajaran melainkan ada faktorfaktor lain yang tidak kalah pentingnya dengan guru yaitu siswa, metode, media, lingkungan dan sebagainya.4

2

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3. Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3. 4 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8. 3

3

Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di dalam pembangunan pendidikan Indonesia dewasa ini. Peningkatan kualitas pendidikan tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan dan pendidikan, serta memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara professional melalui kegiatan penelitian secara terkendali.5 Sebagai tenaga profesional, para guru di samping melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mendidik dan membimbing siswa, mereka juga dituntut agar dapat mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran melalui penelitian. Dengan demikian, guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima pembaharuan pembelajaran yang sudah tuntas dikembangkan, melainkan ikut bertanggung jawab, berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui penelitian yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang dikelolanya. Penelitian yang dimaksud adalah PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK adalah salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Ditinjau dari kemanfaatan yang diperoleh dari hasil PTK, salah satu di antaranya adalah berupa perbaikan praktis, yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa. Misalnya, kesalahan-kesalahan

konsep

dalam

memahami

materi

pembelajaran,

penggunaan desain dan strategi pembelajaran di kelas, penggunaan alat bantu, media, dan sumber belajar, serta permasalahan dalam penggunaan sistem evaluasi pembelajaran.6 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya “Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan

5

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2. 6 Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

4

secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.7 Tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.8 Namun pada kenyataannya penulis menemukan beberapa tujuan pelaksanaan PTK yang menyimpang dari tujuan PTK ini. Seperti perbincangan penulis dengan seorang kepala sekolah dari SDN Lebakwangi

II

Kecamatan

Malausma

Kabupaten

Majalengka

yang

menyebutkan bahwa tujuan dari PTK yang guru lakukan hanyalah sebagai suatu syarat untuk mendapatkan sertifikasi yang akan memberikan kenaikan gaji.9 Jadi tujuan guru melakukan PTK ini bukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu hasil pembelajaran yang telah diikuti siswa dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan yang mulanya ingin meningkatkan kinerja guru itu sendiri menjadi menyimpang dan tidak sampai pada tujuan awal dilakukannya PTK, Karena memang guru tidak mengetahui tujuan penerapan PTK tersebut. PTK di dunia PAI masih jarang dilakukan, belum banyak guru PAI yang menggunakan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah untuk meningkatkan efektivitas belajar. Sehingga banyak guru PAI yang masih mengandalkan metode konvensional dalam mengajarkan materi agama sehingga terkesan monoton dan membosankan, padahal keadaan siswa dari tahun ke tahun berubah. Tingkat kecerdasan dan kritisnya semakin bertambah. Maka dengan metode belajar yang biasa seperti yang para guru pelajari di bangku kuliah beberapa puluh tahun yang lalu sudah tidak tepat lagi bila diterapkan sekarang. Seyogyanya guru menyadari bahwa keadaan, pengetahuan, dan kemampuan siswa semakin berubah dibandingkan keadaan masa lalu saat mereka

7

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9. 8 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41. 9 Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl. 28 Januari 2010 di Ruang Guru.

5

mempelajari metode untuk mengajar. Cara yang dipakai untuk mengajarkan pada para siswa dengan latar belakang yang berbeda tentu saja tidak bisa disamakan terus menerus. Karena sudah barang tentu tidak tepat lagi. Dalam pelaksanaannya PTK mesti dilakukan oleh guru kelas itu sendiri. Karena hanya guru dari kelas itulah yang mengenal dengan baik para siswanya, keadaan kelasnya, dan dialah yang bertanggung jawab terhadap kelas tersebut. Apabila guru menerapkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka akan terjadi suatu perbaikan, baik dalam metode mengajar yang digunakan guru, ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru yang pada akhirnya akan membuat suatu kemajuan terhadap prestasi seorang siswa dalam hal menangkap apa yang diajarkan guru di kelas. Melalui penelitian tindakan kelas masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis.10 Seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa selain tugas guru sebagai pendidik ia juga dituntut untuk mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas, begitu pula dengan

guru PAI. Sehingga ia

dapat

berperan

serta aktif

dalam

mengembangkan keterampilannya dan menyelesaikan masalah pembelajaran secara profesional. Di sekolah-sekolah umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mendapat alokasi waktu belajar lebih sedikit dibanding dengan pelajaranpelajaran yang lain, padahal materi agama mencakup banyak aspek, yang meliputi fiqh, akidah, akhlak dan sejarah. Praktek ibadah, membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pemahamannya, karena sesuai dengan tujuan pendidikan agama itu sendiri yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, praktek ibadah ini tidak hanya sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dalam pelajaran agama tetapi juga untuk diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai syarat 10

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h.

4.

6

seorang manusia yang beriman dan bertakwa, yaitu beribadah dengan sungguhsungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dengan waktu belajar yang minim tersebut tujuan pembelajaran PAI itu sulit tercapai. Dengan dilakukannya PTK maka akan diketahui mana metode yang paling tepat diterapkan guru untuk para siswanya, sehingga siswa akan menjadi tertarik dan memahami apa yang guru sampaikan. Pelaksanaan PTK akan berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Selanjutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau di dorong oleh keinginan untuk memperoleh imbalan finansial.11 SMA Negeri 28 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program ISO yang merupakan standar kualitas yang diakui internasional. Visi dari sekolah ini adalah menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara global. Jika dilihat dari visi sekolah dan standar internasional yang disandang oleh sekolah ini maka guru-gurunya dituntut untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengirim guru-gurunya pada kegiatan-kegiatan pelatihan atau mengadakan pelatihan yang dapat menambah wawasan guru di sekolah tersebut, contohnya pelatihan PTK, pelatihan ICT (membuat bahan ajar dengan menggunakan komputer) dan lain sebagainya. Guru PAI di sekolah ini sudah menerapkan PTK dalam menyelesaikan masalah pembelajaran yang beliau hadapi. Oleh karena itu penulis memilih tempat ini sebagai tempat penelitian, Berdasarkan fenomena tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta”.

11

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

7

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan guru 2. Banyak guru yang belum menerapkan PTK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran 3. PTK belum menjadi solusi bagi pemecahan masalah pembelajaran 4. Belum adanya kesadaran guru untuk melakukan PTK atas kemauannya sendiri 5. PTK yang dilakukan sebagian guru hanya sebagai formalitas bukan bagaimana kualitas pembelajaran dapat meningkat 6. Kurang efektifnya pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI 7. Minimnya alokasi waktu dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah umum. C. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang hendak dibahas. Penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI yang mencakup pelaksanaan PAI di SMAN 28 Jakarta, pelaksanaan PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 28 Jakarta. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta? 2. Apa saja kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta? 3. Bagaimana pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta?

8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMAN 28 Jakarta. 2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara akademik, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan strata 1 (S1). 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI. 3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa PAI dan mahasiswa pada umumnya yang ingin mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Pandangan para ahli tentang penelitian tindakan (Action Research) berbeda-beda, walaupun secara paradigmatik memiliki kesamaan. Ide tentang penelitian tindakan dikembangkan oleh Kurt Lewin setelah perang dunia kedua, sebagai suatu cara penanganan masalah sosial. Kurt Lewin mengemukakan adanya empat frase dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.1 Dalam literature berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom action research, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia penelitian adalah pemeriksaan yang teliti, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.2

1

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h. 6. 2 Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1. Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920.

9

10

Penelitian tindakan kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut:3 a. Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam kurun yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Menurut

Supardi

dalam

bukunya

“Penelitian

Tindakan

Kelas”

mengatakan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi.4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya “Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara 3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91. 4 Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.

11

kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.5 Menurut McNiff yang dikutip oleh Mulyasa mengemukakan bahwa action research adalah: ... a form of self-reflective inquiry undertaken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations (and institutions) in which these practices are carried out.6 Sedangkan menurut Ghony penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu proses dimana guru dan siswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal. Di samping itu, penelitian tindakan kelas adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.7 Berangkat dari pengertian para ahli tentang PTK di atas maka dapatlah diambil beberapa poin kesimpulan tentang PTK. Bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah: a. PTK merupakan salah satu strategi pemecahan masalah di kelas, b. Penelitian yang dilakukan oleh guru, c. Dilakukan di kelasnya sendiri, d. Adanya perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi tindakannya, e. Tujuannnya memperbaiki kinerja guru itu sendiri, dan f. Hasilnya yang diharapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas tersebut.

5

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9. 6 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-152. 7 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8.

12

2. Prinsip-prinsip PTK PTK memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:8 a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran. c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan. d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tatakrama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehinggga hasilnya cepat tersosialisasi. f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru dan dosen). Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas” dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya, kiranya apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsipprinsip dimaksud adalah:9 a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Menagapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

8

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6.

9

13

b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. c. SWOT sebagai dasar berpijak Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri

atas

unsur-unsur

S-Strength

(kekuatan),

W-Weaknesses

(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.10 d. Upaya empiris dan sistemik Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda dan lain sebagainya. e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut.

10

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 7.

14

S = Specific, khusus, tidak terlalu umum; M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan; A = Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau; R = Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan; dan T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.11 Setelah penulis memaparkan prinsip-prinsip dari PTK, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaku PTK harus memperhatikan prinsipprinsip dari PTK. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut maka diharapkan pelaksanaan PTK akan berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkanpun dapat tercapai. Prinsip tersebut yaitu tidak mengganggu aktivitas utama guru yaitu mengajar, adanya kesadaran untuk memperbaiki kinerja, dan sebagainya. 3. Langkah-langkah PTK Dalam melaksanakan PTK ada beberapa langkah-langkah terperinci yang seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2) prasurvey/temuan awal, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan.12 a. Adanya ide awal Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut diantaranya berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan. Dalam penerapan PTK itu, dapat diketahui hal-hal yang perlu dilakukan peneliti demi perubahan dan perbaikan dalam kelas yang sedang diajarnya. Misalnya: guru menemukan cara mengenalkan angka kepada anak didiknya dengan membuat kartu mainan “Number.”

11

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.

12

38.

15

b. Prasurvey Prasurvey dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan oleh guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan prasurvey karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. c. Diagnosis Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat menemukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasi PTK.13 d. Perencanaan Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek

yang

terkait

PTK.

Sementara

itu,

perencanaan

khusus

dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. e. Implementasi Tindakan Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya. 13

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 70.

16

Dalam pelaksanaan PTK ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. 2) Kegiatan

refleksi

(renungan,

pemikiran,

evaluasi)

dilakukan

berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi. 3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).14 f. Pengamatan Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap meteri yang diajarkan, dan sebagainya.15 g. Refleksi Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan. h. Penyusunan laporan PTK Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Sebenarnya, PTK yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan 14

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73. 15 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 71.

17

utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.16 Dalam menerapkan PTK terdapat 8 langkah yang seharusnya diikuti oleh guru/peneliti. Langkah-langkah tersebut yaitu adanya ide awal, prasurvey/temuan awal, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, observasi, refleksi dan menyusun laporan. 4. Manfaat PTK Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkesinambungan, berarti kalangan guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan memberikan perbaikan serta peningkatan pengetahuan yang dibangun dari pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori tentang praktik yang erat keterkaitannya dengan perbaikan realitas sosial pembelajaran dan manfaat sebagai berikut:17 a. Pengalaman dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan menjadikan guru berani menyusun sendiri kurikulum dari bawah, dan menjadikan guru bersifat lebih mandiri. b. Di samping itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif dan budaya meneliti para guru, khususnya dalam mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran di dalam kelas. c. Meningkatkan kerja sama antar guru, antar guru dengan siswa dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. d. Sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus menerus (on going process).

16

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38-41. 17 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 29-30.

18

e. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang sistem perilaku, atau komponen kegiatan yang lengkap, terinci, bermanfaat dalam perbaikan kegiatan pembelajaran. f. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi selama waktu penelitian berlangsung, yang memiliki manfaat dalam penyusunan tipe-model pembelajaran dalam upaya perbaikan penyempurnaan pembelajaran dalam mencapai tujuan secara optimal. g. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan lembaga yang diteliti dapat tumbuh menjadi lembaga yang dinamis, peneliti dapat memperoleh pengertian mendalam tentang realitas pembelajaran, sehingga temuan penelitian dapat dibuat laporan tertulis untuk keperluan praktis yang terus diuji lebih lanjut.18 Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, manfaat PTK dapat dilihat dari manfaatnya secara umum dan khusus. a. Manfaat Umum Manfaat PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya yaitu: 1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, 2) Meningkatkan profesionalitas guru, 3) Meningkatkan rasa percaya diri guru, 4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.19 5) Inovasi pembelajaran 6) Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.20 b. Manfaat Khusus PTK 1) Menumbuhkan Kebiasaan Menulis Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan sangat baik dampaknya terutama bila guru sekolah negeri atau PNS akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB, karena guru diharuskan menulis karya tulis. Begitupun bagi guru sekolah swasta, 18

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14. 20 Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian tindakan Kelas..., h. 108. 19

19

PTK

sangat

penting

untuk

meningkatkan

apresiasi,

dan

profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya program sertifikasi guru dari pemerintah. 2) Menumbuhkan Budaya Meneliti Selain itu, PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara lebih mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan. Sehingga proses belajar sepanjang hayat terus terjadi pada dirinya.21 3) Menggali Ide Baru Melakukan PTK berarti kita juga dipaksa untuk berfikir masalah apa saja yang terjadi dalam kelas dan menjadi bahan untuk melakukan PTK. Oleh sebab itu maka PTK juga memupuk seorang guru untuk menggali ide-ide baru yang segar. 4) Melatih Pemikiran Ilmiah Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya merupakan awal dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Guru diarahkan untuk berfikir ilmiah, melalui masalah yang mereka temukan.22 21

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.

14. 22

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-

15.

20

5) Mengembangkan Keterampilan Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku pengajaran guru, perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja pelaksanaan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses pembelajaran.

Jadi,

PTK

lazimnya

dimaksudkan

untuk

mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. 6) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kelas PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, menurut Cohen & Manion (1980: 211) PTK berfungsi sebagai: a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas; b) Alat pelatihan jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru serta mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; c) Alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovasi (secara alami) ke dalam sistem yang ada; d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti; e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistic terhadap pemecahan masalah kelas; f) Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan

untuk

menanggulangi

berbagai

permasalahan

pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.23 23

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-

16.

21

Menurut Kunandar dalam bukunya Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis.24 a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek. b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (1) merupakan pelaksanaan inovasi dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu mencoba

untuk

mengubah,

mengembangkan

dan

meningkatkan

pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan PTK, maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 25 Akhirnya, inovasi pembelajaran yang “tumbuh dari bawah” itu dengan sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan melalui penataran-penataran untuk tujuan serupa. Karena penataran tidak jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru secara individual bagi pemecahan persoalan pembelajaran khususnya dan implementasi program sekolah umumnya yang tengah dihadapinya, baik kurikuler maupun ekstra kurikuler.26

24

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68. 25 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.., h. 68. 26 Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.

22

Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan

pendidik dan tenaga

kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.27 5. Keunggulan PTK Ada beberapa keunggulan dari PTK dibandingkan dengan penelitian yang lain. Keunggulan-keunggulan itu antara lain adalah: a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual. b. Kerangka kerjanya yang teratur c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif d. Fleksibel dan adaptif. e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran. f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas. g. Dapat digunakaan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru.28 Keunggulan penelitian tindakan kelas (PTK) ini ketika guru melakukan kegiatan penelitian adalah: a. Para guru tidak harus meninggalkan tempat kerjanya b. Para guru dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan c. Perlakuan (treatment) dilakukan pada siswa sehingga mereka dapat merasakan hasil perlakuan (treatment) tersebut dalam kegiatan pembelajaran mereka.29

27

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3. 28 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 17. 29 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 2.

23

Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan, yang diantaranya: validitasnya masih sering disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas, peran guru yang „one man show‟ bertindak sebagai pengajar dan sekaligus peneliti sering membuat dirinya menjadi sangat repot.30 B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan arti pendidikan itu sendiri agar pembahasan mengenai arti Pendidikan Agama Islam bisa lebih terarah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.”31 Kedewasaan yang dimaksud adalah ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.32 Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 bab I Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.33 Dalam arti luas makna pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi 30

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.

14. 31

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263. 32 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), cet. Ke-13, h. 19. 33 Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. Ke-2, h. 3.

24

tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedangkan definisi yang kiranya lebih tegas yaitu pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada siswa dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.34 Kenyataannya,

pengertian

pendidikan

ini

selalu

mengalami

perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh beda. Berikut ini dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli, menurut Langeveld, yang dikutif oleh Hasbullah pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu. Pengaruh datangnya dari orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, yang ditujukan kepada orang yang belum dewasa.35 Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam pendidikan antara lain yaitu, usaha yang dilakukan secara sadar, ada pendidik, ada yang dididik, mempunyai dasar dan tujuan, dan ada alat-alat yang dipergunakan.36 Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa

pengertian

pendidikan

tersebut

menunjukkan

suatu

proses

bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsurunsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya. Penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani

34

Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi Revisi, h. 2. 36 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1989), cet. Ke-VIII, h. 19. 35

25

siswa dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas menuju arah pendewasaan. Setelah penulis uraikan pengertian tentang pendidikan secara umum, penulis akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut para ahli. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.37 Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.38 Menurut Marimba kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.39 Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.40 Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

37

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130. 38 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h. 11. 39 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9. 40 Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 130.

26

utamanya kitab suci Al-qur‟an dan Al-hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.41 Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan

antar

umat

mewujudkan persatuan nasional.

beragama

dalam

masyarakat

untuk

42

Dari sekian banyak pengertian Pendidikan Agama Islam di atas pada dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengamalan agama, berakhlak mulia dan berkepribadian sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dengan

demikian

diselenggarakan pada

bahwa

Pendidikan

Agama

Islam

semua jalur, jenjang dan jenis

yang

pendidikan

menekankan bukan hanya pada pengetahuan tentang Islam, tetapi juga terutama pada pelaksanaan dan pengamalan agama siswa dalam seluruh kehidupannya. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan terhadap siswa agar berkembang fitrah keberagamaannya melalui pengajaran agama Islam sehingga siswa dapat memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan ajaran agama tersebut dijadikannya sebagai pedoman hidupnya atau pandangan hidupnya. Mengingat

betapa

pentingnya

pendidikan

agama

Islam

dalam

mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.43 41

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.

21. 42

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31. 43 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 140.

27

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu dijelaskan apa sebenarnya makna dari tujuan tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan.” Dalam bahasa arab, “tujuan diartikan dengan kata “ahdaf”, sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata „purpose‟. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.44 Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah umum adalah segala upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama Islam tidak hanya untuk difahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan wudhu, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan dengan Allah dan juga kemampuan siswa dalam beribadah yang sifatnya hubungan antara sesama manusia, misalnya zakat, shadaqah, dan lain-lain termasuk ibadah dalam arti luas.45 Tujuan pendidikan di Indonesia di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.46 Tujuan pendidikan berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan pendidikan,

sehingga

diharapkan

terhindar

dari

segala

bentuk

penyimpangan, dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan pendidikan. Tujuan pendidikan juga merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian

44

Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1 h. 15. 45 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Perkembangan Watak bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 38. 46 Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003)..., h. 7.

28

pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama. Pendidikan

agama

Islam

di

sekolah/madrasah

bertujuan

untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47 Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran PAI, yaitu (1) dimensi keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, difahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh siswa mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan nilainilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa pada Allah SWT dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara.48 Ahmad Tafsir menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama Islam itu harus meliputi tiga kawasan (daerah binaan, domain), yaitu kognitif, afektif psikomotor.49

dan

Untuk

kawasan

kognitif,

tujuannya

adalah

mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, selain itu kemampuan baca tulis huruf Alquran dan Tarikh Islam agar siswa faham akan ajaran Islam. Pembinaan afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran

47

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.

135. 48

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78. 49 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 86.

29

Islam. Pembinaan psikomotor bertujuan agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari.50 Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.51 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah peningkatan keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain dapat dikatakan juga bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia muslim yang bertakwa kepada Allah yang selalu mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilainilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.52 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur pokok, yaitu: Al-qur‟an, keimanan, akhlak, Fiqh dan bimbingan ibadah, serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.53 50

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22. 52 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 136. 53 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h. 79. 51

30

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al-qur‟an. Sedangkan pada Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di samping ke empat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah semakin dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan.54 Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar, mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan, antara: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri c. Hubungan manusia dengan sesama manusia d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.55 Di dalam KTSP ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yaitu kelompok mata pelajaran agama dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.56 Standar kompetensi kelompok mata pelajaran agama bertujuan membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.57 Adapun standar kompetensi kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk tingkat SMA adalah: a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja. 54

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22. Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53. 56 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47. 57 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 97. 55

31

b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global. c. Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-aturan sosial d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai

cara

termasuk

pemanfaatan

teknologi

informasi

yang

mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab.58 4. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Mengutip dari Maftuh Basyuni bahwa Pendidikan Agama Islam yang berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) dari pada afeksi (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku). Menurut Towaf yang dikutif oleh Muhaimin bahwa adanya faktor penghambat dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain: (1) pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian; (2) kurikulum Pendidikan Agama Islam dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman 58

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 94-95.

32

belajar yang bervariasi kurang tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas, maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pembelajaran agama, sehingga pelaksanaan

pembelajaran

cenderung

monoton;

(4)

keterbatasan

sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pembelajaran agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.59 Mengutip dari Abuddin Nata bahwa salah satu masalah yang sering dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolahsekolah umum seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Umum dan seterusnya.60 Mengingat pendidikan agama yang diberikan sekolah hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu, yang sesungguhnya merupakan hambatan, tetapi ini dapat diatasi oleh semua penanggung jawab pendidikan, antara lain melalui keluasan, kedalaman atau penambahan jumlah jam pelajaran oleh sekolah atau juga dengan dasar integrasi tanggung jawab pendidikan agama, yaitu bukan hanya oleh guru agama, tetapi juga oleh kepala sekolah dan semua guru di sekolah yang bersangkutan. Demikian pula perlunya kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka melaksanakan prinsip keterpaduan.61 Telah dipaparkan beberapa faktor pelemah atau penghambat dalam pelajaran PAI di sekolah, selain faktor penghambat terdapat pula faktor penunjang. Artinya bahwa hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi pelaksanaan keberhasilan Pendidikan Agama Islam.62

59

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23. 60 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Bogor: Kencana, 2003), h. 22. 61 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41. 62 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25.

33

Faktor-faktor penunjang itu diantaranya adalah: a. Hasil yang diharapkan Rumusan tujuan pendidikan agama adalah sebagai hasil yang diharapkan. Tujuan tersebut eksplisit terdapat dalam rumusan-rumusan tujuan pendidikan

yang

secara

hirarkis

tercantum

dalam

kurikulum

persekolahan yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional. b. Materi dan alokasi waktu Materi dan alokasi waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan diperlukan materi. Makin jelas tujuan pendidikan agama itu makin jelas pula materi yang diperlukan. c. Metode Terumuskannya tujuan pendidikan agama secara jelas dan ditetapkannya materi yang jelas lagi terarah untuk mencapai tujuan itu, belumlah merupakan jaminan keberhasilan pendidikan agama. Salah satu faktor lain yang langsung berkaitan dengan materi adalah metode dan teknik pengajaran yang dipilih secara tepat dan strategis. d. Siswa sebagai peserta didik Pengalaman empirik menunjukkan bahwa kondisi awal siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat beragam, terutama di tingkat sekolah lanjutan. Keragaman siswa tersebut dilatarbelakangi oleh asal sekolah dan pendidikan orang tua di lingkungan keluarga, serta dari pengalaman keagamaan yang dijalaninya. e. Orang tua siswa Orang tua atau orang dewasa lainnya merupakan pendidik di dalam keluarga. Tidak semua masalah-masalah pendidikan di sekolah dapat diselesaikan sendiri oleh sekolah. Ia memerlukan bantuan keluarga siswa, apalagi pendidikan agama. f. Lingkungan pendidikan Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai, sikap, dan atau

34

pengalaman agamanya. Dapat dipastikan sekolah akan memberikan nilai, sikap, dan tuntutan perilaku serta contoh keagamaan yang positif. Demikian keberhasilan pendidikan agama atau juga bahkan sebaliknya, kegagalannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungannya, antara lain kontribusi dari teman sejawat, keluarga, media massa dan lain-lain. Namun sekarang bagaimana menciptakan agar lingkungan dapat diwujudkan sebagai lingkungan yang menunjang secara positif bagi pendidikan agama. g. Guru agama Keberhasilan atau kegagalan pendidikan agama sering dialamatkan kepada guru agama sebagai sumber utama. Seorang guru agama harus dapat menjalankan tugasnya secara professional dan menjadi panutan bagi siswanya.63 Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pelaksanaan Pendidikan Agama Islam lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan kognitif. Aspek lainnya yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan kurikulum atau materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama, termasuk di dalamnya buku-buku dan bahan ajar pendidikan agama. Adapun faktor penunjang Pendidikan Agama Islam diantanya: hasil yang diharapkan, materi dan alokasi waktu, metode, siswa sebagai peserta didik, orang tua siswa, lingkungan pendidikan, dan guru agama. Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru agama dalam mengelola dan melaksanakan proses pembelajaran.

63

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25-28.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta yang terletak di Jalan Raya Ragunan Jati Padang Pasar Minggu. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan selesai, dengan tahapan sebagai berikut melihat keadaan sekolah, membuat proposal penelitian, studi pustaka, penyusunan instrument, dan mengadakan penelitian. B. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.1 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan fakta atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka digunakan dua bentuk penelitian, yaitu: 1. Library Research ( Metode Penelitian Kepustakaan) Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi, dengan tujuan 1

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2.

35

36

untuk memudahkan dalam membuat konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan bahasan dalam skripsi ini, serta beberapa pendapat sendiri hasil dari menyimpulkan pendapat para pakar pendidikan. 2. Field Research (Metode Penelitian Lapangan) Yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung dengan cara mendatangi sekolah yang akan diteliti. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta. C. Teknik Pengumpulan Data Adapun dalam proses pengumpulan data penulis melakukan beberapa langkah yaitu: 1. Observasi Observasi, adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.2 Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran umum SMA Negeri 28 Jakarta, dengan berbagai informasi lainnya sebagai pelengkap penelitian. Dalam hal ini penulis mendatangi SMA Negeri 28 Jakarta tersebut guna memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang menjadi subjek penelitian. Selain melihat dan mengamati langsung dari dekat seluruh kegiatan sekolah. 2. Wawancara Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviwee).3 Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan orang yang paling mengetahui objek yang akan diteliti untuk memperoleh data dan informasi yang tepat. Berkaitan dengan penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam yang bernama ibu Siti Mas’amah, karena baru beliaulah yang telah menerapkan PTK diantara tiga 2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..., h. 155.

37

guru PAI di SMAN 28 Jakarta, untuk memperoleh informasi bagaimana pelaksanaan PTK pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 28 Jakarta, untuk mendukung data penulis juga mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, serta pihak-pihak yang bersangkutan dengan penulisan. Adapun jenis interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah bentuk semi structured, yaitu mula-mula interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.4 Dengan kata lain, ketika wawancara berlangsung penulis tidak sepenuhnya terkait kepada pedoman wawancara (interview guide) yang telah penulis susun sebelumnya. Tabel 1 Kisi-kisi Wawancara Satuan Analisis

Aspek

Penelitian

1. Menemukan

Tindakan Kelas

ide awal

No Item

Indikator a. Terdapat

kendala

saat

5, 6

proses pembelajaran b. Menemukan terhadap

solusi masalah

pembelajaran 2. Prasurvey

Mengamati

kelas

yang

7

Dugaan sementara tentang

7

akan dijadikan sasaran 3. Diagnosis

permasalahan yang timbul 4. Perencanaan

a. Menentukan langkah yang akan diambil b. Menyusun

4

perencanaan

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 227.

8, 9

38

umum dan khusus 5. Implementasi a. Tindakannya tindakan

sesuai

10, 11

dengan perencanaan b. Metode yang digunakan

6. Observasi

a. Mengamati

pada

saat

12

implementasi tindakan b. Mencatat peristiwa yang terjadi 7. Refleksi

a. Mendiskusikan

hal-hal

yang dirasa kurang b. Menentukan

13, 14, 15

langkah

selanjutnya 8. Penyusunan laporan

Dapat

menyelesaikan

16, 17

laporan PTK

(Untuk instrumen terlampir) 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.5 Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang penelitian tindakan kelas (PTK) melalui laporan PTK yang telah dilakukan oleh guru PAI dan lain sebagainya yang berkenaan dengan objek penelitian.

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 158.

39

D. Analisis Data Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, agar data yang terkumpul itu dapat dianalisa dan diambil kesimpulan. Tahap analisis data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh di lapangan kemudian diklasifikasikan, diolah dan dianalisa secara deskriptif kualitatif yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah kesimpulan.6 Hal yang akan dianalisa adalah mengenai Pelaksanaan PTK pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI, yang meliputi: 1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam 2. Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta 3. Pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta. Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, yang digunakan oleh penulis adalah teknik triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang lain. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data.7 Selain itu teknik triangulasi juga berfungsi untuk mengetahui data yang diperoleh, tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.

6

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-14, h. 85. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 241.

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta Pada tanggal 2 Agustus 1965 di bawah pimpinan Bapak Drs. Djoko Soetedjo dan Bapak Drs. Sumardi (almarhum), SMA 11 Filial berdiri di kawasan Pasar Minggu tepatnya di SMP Negeri 41 Jakarta, yang sekarang menjadi gedung KPKN IV (Kantor Perbendaharaan Kas Negara).1 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 343/UKK.3/1970 tertanggal 5 Maret 1970, pada tanggal 1 Januari 1970 SMA 11 Filial resmi menjadi SMA Negeri 28 Jakarta.2 Dalam

perjalanannya

SMA

Negeri

28

selalu

berusaha

untuk

meningkatkan prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Terbukti pada

tahun 1996 SMA Negeri 28 ditunjuk menjadi sekolah

Pendamping Unggulan wilayah Jakarta Selatan. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI Jakarta Nomor: 17/2003; tanggal 2 Juli 2003 sejak Tahun Pelajaran

1

Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 4. Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. 2

40

41

2003/2004 SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk menjadi SMA Plus Tingkat Propinsi DKI Jakarta.3 Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI Jakarta Nomor: 206a/2004; tanggal 11 Desember 2004, mulai tahun pelajaran 2004/2005 SMA Negeri 28 Jakarta ditetapkan sebagai sekolah Plus Standar Nasional. Pada tahun 2007 direkomendasikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Propinsi DKI Jakarta Nomor surat: 2306/-1.851.61, tanggal 18 Juni 2007 sebagai Sekolah Bertaraf Internasional. Mulai tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 28 Jakarta membuka kelas Internasional dengan jumlah siswa 24 orang.4 2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta a. Visi “Menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara global”5 Indikator Visi:

1) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa. 2) Berbudi pekerti luhur dan berkepribadian tinggi. 3) Mandiri dan tangguh menghadapi tantangan. 4) Setia kawan, tebal rasa kebangsaan dan cinta tanah air. 5) Cerdas dan trampil sesuai kompetensi. 6) Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik. 7) Berdisiplin untuk mencapai prestasi. 8) Mampu bersaing secara global di dunia Internasional.

3

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. 4 Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 5. 5 Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

42

b. Misi6

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien, agar setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2) Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan Sistem Satuan Kredit Semester (SKS).

3) Pada tahun 2009/2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional. 4) Menumbuhkan semangat juang menjadi yang terbaik secara intensif kepada seluruh warga sekolah.

5) Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketaqwaan terhadap ajaran agama yang dianut dan nilai nilai budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak. Indikator Misi:

a) Kegiatan keagamaan yang komprehensif. b) Perilaku sosial yang kondusif. c) Persaingan belajar yang kompetitif. d) Perikehidupan, berbagsa dan bernegara yang normatif. e) Perekayasaan yang tertib dan positif. f) Lulusan SMA Negeri 28 mampu bersaing secara Internasional. c. Tujuan7

1) Akademis a) Meningkatkan perolehan nilai semester. b) Meningkatkan perolehan nilai rata rata Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.

c) Menaikkan peringkat sekolah. d) Menaikkan prosentase siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

6

Buku Panduan..., h. 2. Buku Panduan..., h. 3.

7

43

e) Menjadikan Sekolah yang mempunyai reputasi baik dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN). 2) Non Akademis a) Mewujudkan iklim belajar yang kondusif. b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. c) Membina dan meningkatkan disiplin sekolah dan budi pekerti. d) Meningkatkan prestasi kegiatan esktra kurikuler. 3. Keadaan Guru dan Karyawan Tabel 2 Tenaga Pengajar dan Pegawai8 No.

Jabatan/Status

L

P

Jumlah

1.

Kepala sekolah

1

-

1

2.

Wakasek

4

-

4

3.

Guru PNS

18

27

45

4.

Guru honorer

11

6

17

5.

Peg. TU PNS

4

1

5

6.

Peg. TU honorer

2

4

6

7.

Perpustakaan honorer

1

1

2

8.

Caraka PNS

2

-

2

9.

Caraka honorer

11

-

11

10.

Satpam

6

-

6

11.

Supir

1

-

1

Total

61

39

100

Dari informasi data di atas, jumlah seluruh guru SMA Negeri 28 Jakarta adalah sebanyak 62 orang, diantaranya guru PNS sebanyak 47 orang meliputi guru laki-laki sebanyak 18 orang dan guru perempuan sebanyak 27

8

Buku Panduan..., h. 15.

44

orang. Dan guru honorer sebanyak 17 orang, meliputi guru laki-laki 11 orang dan guru perempuan 6 orang. Hubungannya dengan penelitian ini, diharapkan dengan jumlah guru yang banyak dan rata-rata sudah PNS maka akan menghasilkan mutu hasil belajar siswa yang diharapkan sekolah dapat tercapai. Menurut data di atas, jumlah tenaga tata usaha administrasi 33 orang, jumlah tenaga tetap 7 orang, tenaga tidak tetap 17 orang, tenaga penjaga sekolah 6, perpustakaan 2 orang, supir 1 orang. Dan hubungannya dengan penelitian ini pegawai yang ada cukup membantu, contohnya dalam hal kebersihan lingkungan sekolah, keamanan dan sarana ibadah. Karena dalam agama Islam kebersihan itu sebagian dari iman dan hal tersebut diajarkan pada

mata

pelajaran

PAI,

secara

tidak

langsung

siswa

dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 4. Keadaan Siswa Tabel 3 Keadaan Siswa9 Jumlah Siswa Kelas

X (reguler)

2008/2009 276

X (K.I) XI IPA

200

2009/2010

2010/2011

L

P

Jum

L

P

Jum

113

122

235

83

132

215

13

11

24

10

14

24

93

107

200

93

107

200

13

11

24

XI IPA K.I

9

XI IPS

80

29

49

78

29

49

78

XII IPA

197

69

128

197

93

107

200

XII IPS

78

24

55

79

29

49

78

Buku Panduan..., h. 6.

45

Berdasarkan data di atas, jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 831 siswa, 2009/2010 sebanyak 813 siswa, 2010/2011 sebanyak 819 siswa. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sekolah SMAN 28 Jakarta ini telah membuka kelas internasional pada tahun ajaran 2009/2010 hanya untuk kelas X, dan selanjutnya pada tahun ajaran 2010/2011 membuka lagi kelas internasional untuk kelas XI. 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Tabel 4 Sarana dan Prasarana10 No.

Jenis Ruang

Jumlah

Keterangan

1.

Ruang belajar

21 ruang

AC+LCD

2.

Ruang laboratorium IPA

3 ruang

AC+LCD

3.

Ruang lab bahasa

1 ruang

AC

4.

Ruang lab komputer

2 ruang

AC+LCD

5.

Ruang guru

1 ruang

AC

6.

Ruang perpustakaan

1 ruang

AC

7.

Perpustakaan digital

1 unit

AC

8.

Radio sekolah

1 unit

AC

9.

Ruang BK

1 ruang

AC

10.

Ruang kepala sekolah

1 ruang

AC

11.

Ruang tata usaha

1 ruang

AC

12.

Ruang audio visual

1 ruang

AC+LCD

13.

Ruang studio musik

1 ruang

AC+LCD

14.

Ruang OSIS

1 ruang

AC

15.

Ruang UKS

1 ruang

AC

16.

Ruang sekretariat sanggar 011

1 ruang

AC

17.

Tempat ibadah (masjid)

1 unit

AC

18.

Lapangan basket

2 lapangan

19.

Lapangan bulu tangkis

1 lapangan

10

Buku Panduan..., h. 14-15.

46

20.

Ruang serbaguna

1 ruang

21.

Ruang ganti pakaian

1 ruang

22.

Toilet siswa

23.

Ruang satpam

1 ruang

24.

Kantin

18 lapak

AC

18 kamar

Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan pendidikan, begitupun Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap siswa dapat belajar dengan efektif, sarana prasarana yang ada di SMA Negeri 28 Jakarta sudah memadai. Sarana yang mendukung pada saat pelaksanaan PTK adalah kelas yang memadai, ruangannya yang sejuk dan dilengkapi dengan komputer dan LCD yang dapat menunjang pada saat pengimplementasian penelitian tindakan, kemudian masjid, sebagai sarana untuk praktek shalat. B. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta mengikuti kurikulum yang ada, kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 28 ini adalah kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang disesuaikan dengan kebutuhan

stakeholder di SMAN 28, kemudian menyesuaikan

dengan kurikulum dari negara-negara lain diantaranya Cambridge dan Canada. Dari hasil rapat kerja (RAKER), tersusunlah KTSP SMA Negeri 28 Jakarta.11 Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan pada kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi sesuai kebutuhan, kemudian dalam menyusun kurikulum, mengadopsi dari Cambridge dan Canada. Dalam pembelajarannya, pendidikan agama Islam mendapat alokasi 2 jam pelajaran dalam satu minggu, metode yang digunakan bervariatif yaitu

11

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

47

ceramah, diskusi,12 pemberian tugas,13 praktek, sosio drama. Dalam penyampaian materi kepada siswa menggunakan metode yang berbeda antara satu kelas dengan kelas yang lainnya, karena kemampuan tiap anak dalam satu kelas dengan kelas yang lainnya berbeda.14 2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta adalah: a. kurang lancarnya siswa di dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an. Hal ini

terbukti ketika diskusi dalam mengungkapkan dalil, mereka hanya mengungkapkan terjemahnya saja.15 b. Latar belakang pendidikan siswanya sebelum masuk sekolah ini bukan dari madrasah, tetapi dari sekolah Negeri bahkan ada juga dari yayasanyayasan tertentu. c. Orang tua yang berbeda agama.16 d. Pemahaman siswa dalam menangkap materi yang diajarkan guru berbeda-beda, ada yang cerdas dan ada yang kurang.17 e. Tidak adanya kerjasama antara orang tua dalam mendidik keberagamaan anak. Sedangkan waktu anak lebih banyak di lingkungan keluarga dari pada di sekolah.18

12

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. 13 Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011. 14 Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 15 Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011. 16 Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011. 17 Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 18 Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

48

Pendidikan agama Islam di sekolah mendapat alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu, dan ini merupakan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tetapi guru agama dituntut untuk bisa menyikapi hal tersebut dengan berbagai cara. Kendala atau penghambat tersebut di atasi dengan diadakannya tadarus setiap pagi sebelum memulai pelajaran, yang dibantu oleh siswa yang telah dipilih untuk memandu jalannya tadarus. Tadarus ini wajib diikuti oleh seluruh stakeholder sekolah, termasuk pegawai.19 Kemudian diadakan kegiatan-kegiatan keislaman di luar kelas atau sekolah seperti pesantren kilat, shalat berjamaah, siswa dianjurkan membaca buku-buku tentang materi yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Dan anak-anak rohis yang sudah lancar membaca ayat Alqur’an mengajarkan pada teman-temannya yang belum lancar.20 Kemudian menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan senang terhadap pelajaran PAI, sehingga siswa dapat mengamalkan pelajaran PAI di dalam kehidupannya. 3. Pelaksanaan PTK Pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pelajaran PAI di kelas X-7 SMA Negeri 28 Jakarta adalah pada materi pengamalan nilai-nilai kemanusiaan sesuai ayat Alquran, maka penulis meneliti pelaksanaan penelitian tindakan kelas itu hanya pada materi pengamalan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap penelitian dilakukan dengan tujuannya masing-masing, termasuk juga penelitian tindakan kelas ini. Untuk memberikan manfaat, hasil penelitian tindakan kelas ini tentu saja harus diimplementasikan. Mari kita lihat runutan kejadian dalam penyusunan dan pengimplementasian dari PTK ini. Secara garis besar pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI yang dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta meliputi 8 langkah, yaitu: 1) Adanya ide awal 2) Prasurvey, 3) Diagnosis, 4) Perencanaan, 5) 19

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 20 Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011.

49

Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, dan 8) Penyusunan laporan.

a. Ide awal yang ditemukan guru PAI di SMAN 28 Jakarta Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh guru yang melaksanakan PTK, langkah pertama yaitu adanya ide awal. Ide awal yang dimaksud disini adalah ketika seorang guru menemukan masalah yang terjadi di kelasnya, dia berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut agar kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta ini, ibu Siti. Menurut beliau ada masalah dengan siswa saat mengajarkan mata pelajaran Alquran. Menurut beliau, para siswa cenderung bosan dengan cara penyampaian pembelajaran Alquran yang biasanya disampaikan dengan ceramah.21 Berangkat dari masalah itulah, guru SMAN 28 Jakarta menemukan ide awal PTK yang akan dilakukannya, yaitu mengajarkan pembelajaran Alquran ini dengan metode active learning. b. Prasurvey Setelah ditemukannya ide awal maka dilakukan prasurvey. prasurvey yang dimaksud adalah penelitian awal mengenai keadaan kelas yang akan dilakukannya penelitian. Prasurvey ini hanya sebagai penelitian lebih lanjut dan lebih khusus dari seorang guru, karena pada kenyataannya guru kelaslah yang melakukan PTK dan hanya dilakukan di kelasnya. Jadi pada dasarnya guru sudah mengetahui keadaan kelasnya. Menurut ibu Siti, guru yang melakukan PTK di SMAN 28 Jakarta ini, prasurvey yang dilakukan adalah untuk mengoptimalkan hasil dari PTK ini. Seperti di kelas manakah harusnya beliau melakukan PTK, karena 21

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.

50

hasilnya akan lebih optimal apabila dilakukan di kelas yang memiliki kriteria murid tertentu. Adapun kriteria kelas yang dipilih oleh guru di SMAN 28 Jakarta agar hasil PTK-nya menjadi optimal adalah: 1) Siswanya tidak begitu pandai, dilihat dari rata-rata nilai kelasnya. 2) Sebagian besar siswanya tidak bisa menangkap pengajaran yang disebutkan dalam penemuan masalah awal. 3) Kebanyakan siswanya tidak memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung.22 c. Diagnosis Diagnosis yaitu dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di suatu kelas, diagnosis dilakukan oleh peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah untuk menentukan strategi pembelajaran, media pembelajaran dan materi pembelajaran. Pada tahap ini ibu Siti sudah melakukannya jauh sebelum penelitian tindakan kelas ini dimulai. Karena beliau merupakan guru kelas yang beliau jadikan tempat penelitian tindakan kelas maka beliau telah mengetahui kondisi dan kemampuan siswa di kelas tempat dilakukannya penelitian tindakan kelas. d. Perencanaan Perencanaan tentu saja menjadi hal yang penting dalam melakukan sesuatu. Karena perencanaan artinya menyusun apa-apa saja yang akan dilakukan dan tujuannya. Tanpa perencanaan, sesuatu tidak akan mencapai hasil yang optimal. Dalam PTK juga dibutuhkan perencanaan. Perencanaan yang diperlukan dalam PTK ini adalah: 1) Merencanakan setting penelitian dan latar belakang subjek penelitian. Adapun perencanaan setting penelitian yang dilakukan ibu Siti, guru yang dimaksud penulis diawal adalah di SMAN 28 Jakarta,

22

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.

51

penelitiannya dilakukan di kelas X-7 yang menurut gurunya memenuhi kriteria yang telah dijabarkan di atas. 2) Rencana tindakan yang akan dilakukan. Adapun rencana yang akan dilakukan oleh guru seperti tercermin dalam prosedur penelitian yang datanya penulis peroleh dari laporan hasil PTK guru tersebut adalah:23 Tabel 5 Rencana Pelaksanaan PTK Siklus ke

Kegiatan A. Pertemuan Pertama 1. Perencanaan a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah b. Merencanakan

pembelajaran

yang

akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar. c. Menerapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. d. Menentukan 1

skenario

pembelajaran

dengan

pendekatan active learning (pembelajaran aktif) e. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang dibutuhkan. f. Menyusun lembar observasi. 2. Tindakan Kelas a. Siswa melakukan tadarus ±15 menit sebelum pelajaran dimulai. b. Siswa sudah menyiapkan laptop dan LCD sebagai sarana untuk berdiskusi kelompok sesuai dengan materi yang diberikan yaitu praktek sholat.

23

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.

52

c. Tanya jawab tentang materi

yang sedang

dipelajari. d. Guru menambah penjelasan. Membuat kesimpulan. 3. Pengamatan a. Melakukan

observasi

dengan

menggunakan

lembar observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data. b. Mencatat dalam jurnal harian 4. Refleksi a. Melakukan

evaluasi

tindakan

yang

telah

dilakukan. b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. c. Evalusi tindakan I. (hasil pertemuan pertama cakupan materi selesai 40%) B. Pertemuan Kedua 1. Identifikasi

masalah

dan

penetapan

alternatif

pemecahan masalah. 2. Melakukan tadarus 15 menit sebelum pelajaran dimulai. 3. Setiap siswa menyiapkan alat shalat. 4. Setiap siswa mempraktekkan gerakan dan bacaan. 5. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi. 6. Guru memberikan penilaian kepada setiap siswa. 7. Melakukan

evaluasi

berdasarkan

data

yang

terkumpul. 8. Membahas hasil evaluasi. (Hasil pertemuan kedua cakupan materi selesai 60%)

53

A. Pertemuan pertama 1. Identifikasi

masalah

dan

penetapan

alternatif

pemecahan masalah. 2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum. 3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan 2

menggunakan lembar observasi. 4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa. 5. Melakukan

evaluasi

berdasarkan

data

yang

terkumpul. 6. Membuat hasil evaluasi (Hasil pertemuan pertama pada siklus 2 cakupan materi selesai 90%) A. Pertemuan Pertama 1. Identifikasi

masalah

dan

penetapan

alternatif

pemecahan masalah. 2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum. 3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan 3

menggunakan lembar observasi. 4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa. 5. Melakukan

evaluasi

berdasarkan

data

yang

terkumpul. 6. Membahas hasil evaluasi. (Hasil pertemuan Pertama pada pertemuan ini 100%)

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan meneliti laporan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, maka penulis bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa perencanaan yang dibuat untuk penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan tersusun dengan rapi dan sesuai dengan kaidah perencanaan. Sesuai yang diungkapkan oleh Rustam dan Mundilarto yang dikutip oleh Trianto bahwa tahap

54

perencanaan

PTK

terdiri

atas

langkah-langkah,

antara

lain:

mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta merencanakan perbaikan.24 d. Implementasi tindakan Implementasi tindakan adalah realisasi dari tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Materi yang diajarkan, dan lainnya seperti yang penulis telah bahas di point sebelumnya. Berikut adalah deskripsi dari implementasi tindakan sebagaimana penulis peroleh melalui hasil studi dokumentasi dan wawancara. 1) Penelitian siklus pertama Pengamatan pada siklus pertama, pelaku PTK mengamati bagaimana siswa dalam melakukan diskusi sesuai dengan standar kompetensi yakni manusia sebagai khilafah dan ikhlas dalam beribadah yang terdiri dari beberapa langkah.25 a) Penelitian hari pertama Sebelum dimulainya pelajaran, semua siswa muslim melakukan tadarus bersama yang dipandu secara sentral dari ruang humas sekolah. Pemandunya adalah siswa yang terpilih dari kelas satu, dua, dan tiga secara berurutan yang memenuhi kriteria fasih dan lancar selama 15 menit dan kemudian ditutup dengan do’a. Setelah mengamati kesungguhan siswa tersebut, maka peneliti melanjutkan pengamatan pada persiapan dan pelaksanaan diskusi sesuai materi yang dipelajari. Sebelumnya guru sudah membagi 8 kelompok dalam satu kelas. Setelah guru memberikan pengarahan, maka siswa maju kedepan untuk mempresentasikan topik manusia sebagai khalifah dengan menggunakan laptop dan LCD. Setelah itu dilanjutkan dengan tanya jawab dan ditambah dengan penjelasan

24

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68. 25 Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti Mas’amah.

55

oleh guru. Kemudian kelompok berikutnya mendiskusikan topik “ikhlas dalam beribadah” dan dilanjutkan dengan tanya jawab dan bila siswa tidak atau belum tepat dalam memberikan jawaban, maka guru membantu memberi jawaban. Hasilnya siswa yang aktif mengikuti diskusi tergolong tanggungjawabnya tinggi sebanyak 67% dan yang kurang aktif 33%. Guru bersama siswa membuat kesimpulan bahwa. 1)) Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tugas untuk memakmurkan bumi dan melestarikannya. Hal itu bisa kita amati dari rasa tanggungjawab di kelas, peduli terhadap teman dan guru, kerjasama, etika ketika bertanya dan disiplin. 2)) Ikhlas

dalam

beribadah

adalah

perilaku

yang

harus

ditanamakan kepada siswa. Hal ini untuk melihat kejujuran siswa.26 Setelah itu guru bersama siswa bersama-sama melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan diskusi guna pertemuan berikutnya. Dan memberi informasi terhadap hal-hal yang harus dibawa untuk pertemuan berikutnya. Yang laki-laki membawa kopiah atau peci, dan yang perempuan membawa peralatan sholat (mukenah) untuk praktek shalat. b) Penelitian hari kedua Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan doa. Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek sholat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas. Tanggung jawab bisa dilihat pada aplikasi siswa melakukan shalat 5 waktu sehari semalam. Dan di sekolah bisa diamati oleh guru ketika shalat dhuhur di masjid SMAN 28 Jakarta. Hakikat siswa melaksanakan 26

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti Mas’amah.

56

shalat adalah sebagai rasa tanggung jawab seorang hamba terhadap Allah SWT. Jujur bisa dilihat ketika siswa melakukan gerakan dan bacaan shalat serta jumlah rakaat shalat. Hal inipun sebenarnya mengajarkan kepada siswa bahwa makna bacaan shalat dan gerakannya adalah perilaku jujur dan tidak boleh ditambah ataupun dikurangi apalagi dirubah. Peduli tehadap sesama bisa dilihat pada gerakan shalat ketika salam. Dimana ketika salam kita menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal itu menandakan bahwa kita diajarkan mendoakan teman yang ada di sebelah kanan dan kiri kita, karena makna salam yang dibaca saat itu adalah doa.27 Disiplin bisa dilihat pada waktu pelaksanaan shalat. Di dalam ajaran agama Islam, sangat dianjurkan shalat di awal waktu. Hal ini mengajarkan pada siswa untuk disiplin dalam menggunakan waktu dan memanfaatkan waktu. Sopan santun bisa dilihat pada etika shalat, mulai dari cara berpakaian yakni bagi laki-laki berpakaian sopan dan bagi wanita berpakaian menutup aurat. Dan sangat dianjurkan menggunakan warna putih, karena warna tersebut adalah sunah Rasul; artinya Rasulullah SAW dalam keseharian terlebih ketika shalat lebih senang menggunakan warna putih. Putih melambangkan kesucian dan kebersihan. Ikhlas bisa dilihat pada keseriusan siswa mengikuti praktek shalat

dan

kekhusyukan

ketika

praktek

sholat,

sehingga

minimalnya secara kasat mata bisa dilihat bahwa tidak ada siswa yang jumlah rakaatnya kurang ataupun salah. Dan yang lebih penting adalah aplikasi siswa setelah praktek shalat yaitu bisa mengaplikasikan bacaan dan gerakan shalat dalam praktek 27

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti Mas’amah.

57

kehidupan nyata baik ketika di sekolah bergaul dengan teman, guru ataupun dengan satpam sekolah dan yang lainnya maupun di lingkungan rumah atau keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan hadist Rasullullah SAW yang artinya: “Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. Hal tersebut tebukti bahwa siswa SMAN 28 tidak pernah terlibat tawuran maupun perilaku negatif lainnya termasuk kelas X7. Setelah guru memberikan penjelasan, barulah guru melakukan observasi dan memberikan penilaian persiswa ketika praktek shalat. Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin, dan peduli terhadap sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik pada siklus 1 ini berjumlah 40%, nilai baik 44%, dan nilai cukup 16%.28 2) Penelitian siklus kedua Penelitian siklus kedua,

pelaku PTK mengamati 6 nilai

kemanusiaan, yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum dalam praktek shalat. Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a. Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek shalat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas. Peneliti memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada siswa dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang sudah betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab tentang hasil praktek shalat dan setelah itu praktek shalat dimulai. 28

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.

58

Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik pada siklus 2 ini berjumlah 56%, nilai baik 44% dan nilai cukup 0%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik antara siklus 1 dan siklus 2.29 3) Penelitian siklus ketiga Penelitian pada siklus ketiga, pelaku PTK mengamati 6 nilai kemanusiaan yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum dalam praktek shalat. Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a. Setelah itu guru (pelaku PTK) memberikan penjelasan tentang praktek shalat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas. Pelaku PTK memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada siswa dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang sudah betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, tentang hasil praktek shalat dan setelah itu praktek shalat dimulai. Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik pada siklus 3 ini berjumlah 68%, nilai baik 32% dan nilai cukup 0%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik antara siklus 2 dan siklus 3. Dari deskripsi panjang mengenai implementasi tindakan yang dilakukan guru PAI (pelaku PTK), dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa implementasi tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang telah 29

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.

59

dibahas sebelumnya. Menurut pengamat penulis implementasi dari perencanaan tersebut telah berjalan dengan baik dan tanpa halangan yang berarti, masalah yang ditemui adalah terbatasnya waktu. Tapi menurut pelaku PTK bisa diatasi dengan meminjam jam mengajar dari guru mata pelajaran lain yang berada setelah mata pelajaran PAI. e. Observasi Pada tahap observasi ini, dilakukan oleh peneliti sendiri atau kolaborator yang memang diberi tugas untuk hal itu. Dan yang menjadi observer ibu Siti, guru PAI di SMAN 28 Jakarta ini. Ketika mengimplementasikan tindakan yaitu rekan bidang studi yang sama, pak Suhartoyo. Dan hasil dari penelitian ini diseminarkan di UNJ. Hasil dari observasi siklus pertama adalah: 1) Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan 2) Siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan 3) Siswa kurang terampil dalam menggunakan alat peraga ketika diskusi 4) Pemahaman siswa tentang materi Alqur’an masih kurang 5) Guru diharapkan memberi bimbingan dengan cara menyarankan pada siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan yang dikerjakan beserta hasilnya 6) Sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar. 7) Pergunakan waktu dengan efisien dan efektif.30 Observasi siklus kedua: 1) Siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan 2) Siswa kurang berani dan kesulitan dalam mengajukan pertanyaan 3) Sebagian kelompok masih mengalami kesulitan dalam menggunakan alat percobaan atau peraga 4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil kegiatan agar dapat berjalan lancar, 30

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.

60

5) Guru tetap memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar. 6) Dalam pelaksanaan praktek shalat sebaiknya dibagi kelompok dengan cara shalat jamaah. Observasi siklus ketiga: 1) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan harus lebih ditingkatkan lagi 2) Siswa masih kesulitan dalam mengajukan pertanyaan 3) Guru menilai ketika praktek shalat.31 f. Refleksi Tahapan

refleksi/evaluasi

dapat

ditentukan

sesudah

adanya

implementasi tindakan dan hasil observasi. Refleksi siklus pertama: 1) Untuk meningkatkan siswa menjawab pertanyaan, maka guru memberi pertanyaan dari bentuk pertanyaan yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa 2) Untuk meningkatkan keberanian siswa mengajukan pertanyaan, guru perlu memberi layanan pada siswa dengan cara membimbing membuat pertanyaan melalui tahapan-tahapan bertingkat. Tahapan tersebut dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut: pada tahap awal, siswa diharapkan menulis terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan. Tahap berikutnya siswa tanpa menulis pertanyaan diharapkan dapat mengajukan pertanyaan. 3) Untuk meningkatkan siswa terampil menggunakan alat peraga, guru melayani siswa dengan cara menunjukkan urutan langkah kerja 4) Untuk meningkatkan agar siswa dapat menjelaskan materi Alquran, guru memberi bimbingan dengan cara menunjukkan buku tambahan atau rujukan lain, agar siswa lebih jelas dan lengkap memahami tentang materi yang akan disajikan 31

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.

61

5) Agar presentasi hasil kegiatan dapat berjalan lancar, maka guru diharapkan memberi bimbingan dengan cara menyarankan pada siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan yang dikerjakan beserta hasilnya. Hasil kegiatan/diskusi kelompok disusun secara sistematis 6) Agar praktek shalat berjalan dengan lancar dan mudah dikerjakan oleh anak, maka sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar 7) Agar pelaksanaan waktu bisa efisien dan efektif ketika praktek, sebaiknya dalam satu kelas dibagi kelompok dengan cara shalat berjamaah. Dan siswa bisa ikut mengawasi.32 Refleksi siklus kedua: 1) Agar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka guru perlu mengajukan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan yang sederhana dan yang mudah dipahami siswa 2) Guru tetap memberikan layanan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan mengajukan pertanyaan dengan cara membimbing membuat pertanyaan melalui tahapan-tahapan bertingkat. Tahapan tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut: pada tahap awal, siswa diharapkan menulis terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan; tahap berikutnya, siswa tanpa menulis pertanyaan diharapkan dapat mengajukan pertanyaan; dan seterusnya. 3) Guru tetap memberi layanan pada kelompok siswa yang mengalami kesulitan

dalam

menggunakan

alat

percobaan

dengan

cara

menunjukkan urutan langkah kerja 4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil kegiatan agar dapat berjalan lancar, dengan cara menyarankan pada siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan yang dikerjakan beserta hasilnya 32

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.

62

5) Agar praktek shalat berjalan dengan lancar dan mudah dikerjakan oleh anak, maka sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar 6) Agar pelaksanaan praktek shalat bisa efisien dan efektif, sebaiknya dalam satu kelas dibagi kelompok dengan cara shalat berjamaah. Dan siswa bisa ikut mengawasi. Dan guru menyarankan agar siswa membawa peralatan shalat. Refleksi siklus ketiga: 1) Agar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka guru perlu mengajukan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan yang sederhana dan yang mudah dipahami siswa 2) Guru tetap memberikan layanan pada tahap awal: siswa diharapkan menulis terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan, tahap berikutnya siswa tanpa menulis pertanyaan diharapkan dapat mengajukan pertanyaan. 3) Guru tetap memberi layanan pada kelompok 4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar 5) Guru mengamati dan menilai pelaksanaan praktek shalat. g. Penyusunan laporan Setelah kegiatan penelitian selesai maka tahap akhir adalah melaporkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, begitupun dengan PTK. Setelah kegiatan penelitian selesai dan tujuan pembelajaran telah berjalan sesuai harapan maka peneliti menyusun laporan penelitian tindakan tersebut. Dalam penyusunan laporan penelitian tindakan yang telah ibu Siti lakukan, beliau dibiayai oleh Ditjen PMPTK, Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta.33 33

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.

63

C. Analisis Data Hasil Temuan 1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta Kurikulum yang diterapkan di SMAN 28 adalah kurikulum tingkat nasional yaitu KTSP, KTSP SMAN 28 berdasarkan kebutuhan yang diperlukan stakeholder di SMAN 28 dan meng-adopt kurikulum dari Cambridge dan Canada. KTSP merupakan kurikulum yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2006, kurikulum ini bersifat desentralisasi. Pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum pembelajaran. Tujuannya yaitu sekolah bisa menyesuaikan dengan kebutuhan di sekolahnya dan menyesuaikan dengan keadaan sekolahnya. Supaya guru tidak hanya terpaku pada kurikulum yang ada, sehingga ada usaha untuk memperkaya kurikulum yang ada. Atho’ Mudzhar mengemukakan bahwa merosotnya moral dan akhlak siswa disebabkan antara lain akibat kurikulum pendidikan agama yang terlampau padat materi, dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek pemikiran.34 Pihak

SMAN

28

telah

berusaha

semaksimal

mungkin

untuk

mengembangkan kurikulum PAI, sehingga dalam pembelajarannya tidak hanya mengedepankan pemikiran saja tetapi juga bagaimana siswa dapat mengamalkan dalam kehidupannya. 2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu siswa kebanyakan hanya belajar agama di sekolah saja. Dan kurang adanya dasar-dasar agama yang diajarkan oleh orang tua yang nantinya akan saling melengkapi dengan materi yang diajarkan di sekolah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tafsir yang dikutip oleh Muhaimin bahwa kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam datang dari luar bidang studi PAI itu sendiri antara lain menyangkut dedikasi guru PAI 34

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 25.

64

mulai menurun, lebih bersifat transaksional dalam bekerja, orang tua di rumah mulai kurang memperhatikan pendidikan agama bagi anaknya.35 Keadaan seperti yang dijelaskan di atas benar-benar terjadi dalam kehidupan siswa SMAN 28 Jakarta karena menurut wawancara yang dilakukan penulis mengetahui bahwa ternyata sebagian besar siswanya berasal dari keluarga yang berbeda agama. Dapat dimengerti jika memang terdapat kebingungan dari anak untuk kehidupan beragamanya. 3. Pelaksanaan PTK pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMAN 28 ada beberapa langkah yang telah dilakukan, yaitu adanya ide awal, prasurvey, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, observasi, refleksi dan penyusunan laporan. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah PTK yang telah dikemukakan oleh Para ahli yang penulis sebutkan pada bab sebelumnya. Setelah dilakukan langkah-langkah tersebut (PTK) siswa mengalami kemajuan baik dari segi nilai, maupun perilakunya. Pada awalnya siswa yang mendapat nilai cukup pada tanggungjawab, kejujuran, peduli terhadap sesama, keikhlasan, kesopanan dan kedisiplinan dari 38 siswa sebanyak 16%, nilai baik 44% dan amat baik 40%. Kemudian meningkat menjadi nilai cukup 0%, baik 44% dan amat baik 56%. Dan pada siklus selanjutnya meningkat lagi menjadi nilai cukup 0%, baik 32% dan amat baik meningkat menjadi 68%. (lihat lampiran) Implementasi PTK di SMAN 28 ini dilakukan secara prosedural, dan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan PTK ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: a. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. b. Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan 35

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi..., h. 28.

65

valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi. c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).36 Mengacu kepada pendapat di atas, maka pelaksanaan PTK di SMAN 28 telah dilakukan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dilihat dari hasil wawancara, studi dokumentasi dan observasi yang dilakukan. Pelaksanaan PTK di SMAN 28 dikategorikan cukup baik, karena menyebabkan peningkatan kualitas pembelajaran PAI, dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas siswa dan peningkatan perilaku siswa di sekolah.

36

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis uraikan pada bab-bab terdahulu mengenai pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta mengikuti kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang kemudian diperkaya dan diadaptasi dengan kebutuhan di SMAN 28, kemudian dalam menyusun kurikulum, mengadopsi dari Cambridge dan Canada. 2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya adalah kurang adanya kerja sama dari orang tua siswa untuk mengajarkan materi agama di rumah, sehingga kebanyakan siswa hanya belajar agama di sekolah saja. 3. Pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta dikategorikan cukup baik, hal ini terbukti dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara prosedural dan adanya peningkatan yang lebih baik dari nilai maupun perilaku siswa.

66

67

B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang penulis ajukan adalah: 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebaiknya guru PAI menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif melalui penelitian tindakan kelas, sehingga ia dapat terlibat aktif dalam mengimplementasikan kurikulum dan memungkinkan ia memberi sumbang saran untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. 2. Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam seyogyanya kerjasama antara guru PAI dan guru lainnya, antara pihak sekolah dan orang tua siswa lebih ditingkatkan lagi, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam yang diharapkan dapat tercapai. 3. Penelitian tindakan kelas sangat baik dilakukan sebagai salah satu metode pemecahan masalah yang dialami guru ketika proses pembelajaran, dan diharapkan tujuan proses pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

68

DAFTAR PUSTAKA Arief, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, Cet. I, 2002. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. XIII, 2006. _____, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2007. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. II, 2002. Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988. Ghony, M. Djunaidi, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN-Malang Press, 2008. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IX, 2009. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Indrakusuma, Amir Daien, Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Indeks, 2009. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. AlMa’arif, Cet. VIII, 1989. Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. XIV, 2001. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2004. _____, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

69

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. _____, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Bogor: Kencana, 2003. Nasir, Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, cet. II, 2002. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. XIII, 2000. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999. Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, Cet. I, 2000. Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007. Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. IX, 2007. Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18. Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011. Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafik, 2009. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. II, 1998. Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

70

Wawancara Arsono, Dwi, Wawancara, Jakarta, 15 Maret 2011. Mas’amah, Siti Wawancara, Jakarta, 11 Januari 2011. Mulyadi, Wawancara, Majalengka, 28 Januari 2010. Suhartoyo, Wawancara, Jakarta, 24 Februari 2011.

BERITA WAWANCARA Identitas Responden Nama

: Siti Mas’amah

Pendidikan terakhir

: S1

Jabatan

: Guru PAI

Hari/tanggal

: Selasa/11 Januari 2011

Tempat

: Ruang Guru

Waktu

: 13.00-14.30 WIB

1.

2.

Apa saja pelatihan atau seminar yang diikuti dalam rangka meningkatkan kompetensi dalam mengajar mata pelajaran PAI? pelatihan PTK, kiat menjadi guru yang disukai siswa, pelatihan dalam penyusunan silabus dan kisi-kisi ujian, dan lain-lain. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta? Setiap kelas itu beda-beda karena kemampuan tiap anak dalam satu kelas dengan kelas yang lainnya berbeda. Di sekolah ini dipisah-pisahkan anak yang cerdas dengan yang tidak, anak yang tidak cerdas itu diberi pendekatan khusus. Dan metode apa saja yang digunakan? Jawaban : Dalam mengajar PAI biasanya ibu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, presentasi, diskusi.

3.

Seberapa seringkah ibu mengganti metode yang digunakan? Yang pasti dalam satu pertemuan itu tidak mungkin hanya menggunakan satu metode saja, tetapi lebih dari satu misalnya ceramah dan diskusi serta pemberian tugas.

4.

Atas dasar apa ibu mengganti metode tersebut? Untuk menarik perhatian siswa, karena bila hanya menggunakan metode ceramah saja siswa tidak akan aktif. Sekarang dalam proses pembelajaran itu dituntut siswa yang aktif bukan guru.

5.

Biasanya, masalah apa yang paling sering ibu hadapi dalam mengajar mata pelajaran PAI? Penguasaan atau pemahaman siswa dalam menangkap materi yang dijelaskan guru itu tidak sama, ada yang cerdas, sedang dan di bawah rata-rata atau tidak cerdas. Dan anak yang kurang cerdas harus diberi pendekatan khusus.

6.

Dalam melakukan PTK, ada beberapa langkah yang harus dilewati. Salah satunya adalah menemukan ide awal. Pada saat ini, bagaimana cara ibu menemukan permasalahan di dalam kelas? Karena saya mengajar di kelas, saya tahu bagaimana kemampuan siswanya. Pelajaran tarekh itu susah, anak-anak kurang suka kalo hanya dengan ceramah. Selain tarekh pelajaran Qur’an juga kurang disukai anak-anak. Dan ketika MGMP guru agama di sekolah lainpun mengalami kesulitan dalam mengajar Qur’an dan Tarekh. Dan apakah masalah tersebut ibu diskusikan terlebih dahulu dengan guru bidang studi yang sama? Saya tidak mendiskusikannya dengan teman guru bidang studi yang sama di sekolah ini, tetapi saya berdiskusi dengan guru bidang studi yang sama di sekolah yang berbeda.

7.

Apakah ibu melakukan prasurvey dan diagnosis? Ya. Saya melakukan prasurvey, untuk mengetahui kelas mana yang akan saya gunakan. Sedangkan untuk diagnosis tidak, saya sudah mengetahui kemampuan siswa dalam satu kelasnya. Saya melakukan PTK berdasarkan pada kesulitan yang dihadapi dan tidak perlu adanya diagnosis lagi. Pada tahap prasurvey apa yang ibu lakukan? Menganalisis kelas mana yang akan digunakan sebagai sasaran dilakukannya PTK, kelas yang rata-rata anaknya pintar tidak perlu lagi dilakukan PTK, memilih kelas yang nilainya dibawah rata-rata. Kelas yang sebagian siswanya sulit untuk memahami materi yang disampaikan dan sebagian siswanya tidak memperhatikan.

Setelah ibu melakukan prasurvey dan diagnosis langkah apa yang ibu ambil untuk memecahkan masalah tersebut? Saya menentukan kelas mana yang akan dijadikan sasaran, dan saya mencoba untuk menerapkan metode pembelajaran selain metode caramah. Kemudian saya memulai untuk membuat perencanaan PTK dan mulai menulis. 8.

Apa saja yang ibu lakukan pada tahap perencanaan? Saya mencari data-data dari buku dan internet. Apakah ibu membuat jadwal pelaksanaan (persiapan, implementasi, monotoring, refleksi dan pelaporan)? Ya, saya membuat jadwal pelaksanaan seperti yang tertera di laporan PTK. Dan peralatan apa yang ibu siapkan? Absen, angket, lembar observasi untuk menilai kegiatan siswa.

9.

Apa yang ibu lakukan pada perencanaan khusus (siklus persikus)? Pada pertemuan pertama saya mengajar dengan metode ceramah, kemudian saya menilai. Rata-rata nilai anak-anak misalnya 80 dan saya ingin menaikkan nilai anak menjadi 90, kemudian saya mencoba metode baru yaitu activ learning, setelah itu saya menilai lagi. Apa yang ibu lakukan di siklus pertama? Pertama, saya menjelaskan tentang materi, kemudian mengamati pelaksanaan diskusi kelas dan presentasi dengan menggunakan LCD dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Pada pertemuan berikutnya saya menjelaskan tentang praktek shalat sebagai tolok ukur penilaian nilai-nilai kemanusiaan, kemudian melakukan praktek shalat dan menilai satu persatu. Shalat saya pilih sebagai tolok ukur penilaian nilai-nilai kemanusiaan karena sesuai dengan bunyi ayat Menurut saya, jika seorang anak telah mengerjakan shalat dengan benar, maka dia akan mengaplikasikan lafal-lafal shalat tersebut ke dalam pribadinya dan kehidupannya.

Apakah

ada

perbedaan

dengan

siklus

selanjutnya?

Bagaimana

perbedaannya? Pasti ada perbedaannya ya, dari segi nilai, ada peningkatan. Dan karena anakanak merasa senang belajar materi tersebut maka dengan senang hati ia akan menerapkan dalam kehidupannya. Kalau dengan metode ceramah saja anakanak kurang antusias, tetapi setelah ditambah metode baru anak-anak senang sekali. 10. Apa yang ibu lakukan pada tahap implementasi tindakan? Implementasi itu kan aplikasi dari perencanaan tadi itu, bisa lihat di laporan PTK kemaren. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran ketika ibu mengimplementasikan tindakan? Kendala yang dihadapi dalam penggunaan waktu, karena pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran. Dari sarana tidak ada masalah karena disini sarananya lengkap. Bagaimana menyikapi hal tersebut? Untuk menyikapinya saya meminjam jam pelajaran rekan guru yang mengajar setelah jam pelajaran saya. 11. Siapa yang menjadi sasaran pada saat ibu mengimplementasikan tindakan? Ada anak yang cerdas dan tidak, kalo kelas yang anak-anaknya cerdas sudah tidak perlu menggunakan PTK. Saya gunakan kelas yang anak-anaknya susah memahami materi, X-7 dan XII-IPS 1 12. Siapa yang menjadi monitoring/pengamat ketika ibu mengimplementasikan tindakan? Teman MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) Setelah ibu mengimplementasikan tindakan, apakah hasil observasi itu langsung didiskusikan? Ya, hasil observasinya didiskusikan.

Kalau ya, bagaimana efek dari implementasi tindakan itu? Boleh saya tahu hasil observasinya? Siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan, siswa merasa kesulitan dalam menjelaskan materi Alquran. Selanjutnya bisa dilihat di laporan PTK. 13. Apa yang ibu lakukan pada tahap refleksi? Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada untuk meningkatkan proses pembelajaran di siklus selanjutnya. 14. Siapa yang menjadi teman diskusi pada saat ibu merefleksi/ mengevaluasi kegiatan/tindakan yang telah dilakukan? Teman MGMP. 15. Langkah apa yang ibu ambil setelah adanya refleksi? Saya mencoba metode baru, dan mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada. 16. Bagaimana ibu menyusun laporan PTK? Waktu itu pemerintah membiayai guru-guru yang menulis karya ilmiah, waktu itu saya dapat 3 juta Menurut ibu apakah menyusun laporan PTK itu sulit? Tergantung mood, kalo lagi enak cepet ngerjainnya. Tapi ketika datang rasa males akan lama karena kalo PNS itu dari hari senin-jum’at harus hadir walaupun tidak ada jam pelajaran. 17. Berapa siklus PTK yang kira-kira diperlukan agar tujuan yang ibu harapkan tercapai? 3-4 siklus, sampai tujuan yang diharapkan tercapai. Bagaimana sebelum dan setelah dilakukan PTK? Sebelum dilakukan PTK, menurut saya karena anak-anak kurang tertarik terhadap materi yang disampaikan, membacanyapun malas. Kemudian hasilnya tidak maksimal karena mengalami kesulitan dalam belajarnya. Dan saya berupaya untuk menggunakan metode-metode lain yang dapat diterapkan, sehingga anak-anak mudah belajarnya yang pada akhirnya akan menghasilkan hasil belajar yang maksimal.

Setelah adanya PTK yang berubah itu dari nilai saja atau perilaku juga? Jika hanya mengejar teori/nilai saja tidak akan ada gunanya. Dan kenyataannya tidak hanya nilai anak-anak saja yang mengalami peningkatan tetapi juga sikap siswa menjadi lebih baik. 18. Menurut ibu apa manfaat penelitian tindakan kelas khususnya bagi pembelajaran PAI? a. Menjadikan siswa-siswi mudah mempelajari materi yang diajarkan oleh guru karena menggunakan perubahan metode. b. Karena anak-anak menjadi senang, maka lebih memudahkan dia untuk mengamalkannya.

Jadi

tidak

hanya

mempelajari

saja

tapi

juga

mengamalkannya karena mereka senang terhadap proses pembelajarannya.

Jakarta, 20 Mei 2011 Interviewer

Interviewee

Ida Farida

Dra. Siti Mas’amah

BERITA WAWANCARA Identitas Responden Nama

: Suhartoyo, BA.

Pendidikan terakhir

: Sarjana Muda

Jabatan

: Guru PAI

Hari/tanggal

: Kamis/24 Februari 2011

Tempat

: Ruang Guru

Waktu

: 15.15-15.40 WIB

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMAN 28 Jakarta ini? Pendidikan Agama Islam dilaksanakan sesuai dengan kurikulum, apa yang ada di dalam kurikulum kita laksanakan. Dan metode apa saja yang digunakan? Metode yang digunakan pemberian tugas dan diskusi. 2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? Kendalanya satu, walaupun sudah kita lakukan banyak hal, anak-anak kurang lancar di dalam membaca ayat-ayat Alquran. Buktinya ketika diskusi, ayat atau haditsnya itu hanya diambil artinya, walaupun mereka membawa Alquran. Karena kurang fasih dalam membaca ayat Alquran jadinya kurang percaya diri. Bagaimana menyikapi hal tersebut? Tiap pagi kita adakan tadarus Alquran, dan juga pernah yang belum kita lakukan walaupun kita sudah berusaha minta untuk usul bahwa diadakan konsultasi mata pelajaran agama, tetapi belum terlaksana. Dan di masjid diadakan kegiatan, anak-anak rohis yang sudah lancar membaca ayat Alquran diharapkan juga bisa mengajarkan pada teman-temannya yang belum lancar membaca Alquran. Tetapi yang ikut itu paling beberapa persen, karena mungkin kegiatan-kegiatannya itu banyak sekali.

Dan juga yang kedua, background anak-anak kita itu tidak dari madrasah, tetapi dari sekolah-sekolah negeri, bahkan ada juga dari yayasan tertentu. Ada juga kendala dari orang tua, bapak ibunya beda agama. 3. Siapa yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses pendidikan agama Islam? Apakah hanya guru PAInya saja? Semua guru bertanggung jawab. Alhamdulillah disini semuanya mendukung, walaupun tidak semua persen guru-guru disini mendukung, dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan para guru mendukung termasuk kepala sekolah. Jadi tidak bisa hanya dianjurkan satu guru, semuanya harus mendukung kalau ingin pendidikan agama itu berhasil. Alhamdulillah disini mendukung, tidak ada yang menghalang-halangi. walaupun nanti dukungannya ada yang kuat ada yang tidak. Mungkin di dalam penyampaian materi, baik agama ataupun pelajaran yang lainnya dalam prosesnya itu dikaitkan dengan pendidikan agama tetapi ternyata tidak semua seperti itu. 4. Apakah ada tuntutan dari kepala sekolah atau ada peraturan sendiri tentang pelaksanaan PTK? Kalau harus tidak ada. PTK itu kaitannya dengan karya tulis dan merupakan suatu syarat untuk bisa naik golongan, kalau dari kepala sekolah menyerahkan saja, jadi tidak dituntut harus membuat. Kecuali RPP dan yang berhubungan dengan pembelajaran memang harus. 5. Apa harapan bapak tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah ini? Harapan saya, PAI mewarnai semua mata pelajaran. Walaupun kadang-kadang kita lihat perbedaan waktu belajar untuk pelajaran agama dengan yang lain itu sangat berbeda, karena pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran berbeda dengan pelajaran lain. Tetapi kita dituntut untuk bisa mensiasati hal tersebut. Maka kita dengan berbagai cara, berbagai upaya mengadakan kegiatankegiatan diluar kelas. Misalnya ada pesantren kilat, mentor khotib dan lain sebagainya.

Jakarta, 20 Mei 2011 Interviewer

Interviewee

Ida Farida

Suhartoyo, BA.

BERITA WAWANCARA Identitas Responden Nama

: Drs. Dwi Arsono, M. Si

Pendidikan terakhir

:

Jabatan

: Wakasek Bid. Humas

Hari/tanggal

: Selasa/15 Maret 2011

Tempat

: Ruang Guru

Waktu

: 12.35-13.30 WIB

1.

Bagaimana sejarah berdirinya SMAN 28 Jakarta dan bagaimana perkembangannya? Sejarah berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta pada awalnya merupakan pengembangan dari SMA 11 Filial Jakarta. Pada saat itu SMA 11 Filial Jakarta berdiri di kawasan Pasar Minggu. Pimpinan yang pertama dalam filial tersebut

adalah

Bapak

Drs.

Djoko

Soetejo.

Kemudian

dalam

perkembangannya pada tahun 1970 tepatnya 1 Januari 1970, berdasarkan SK Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia

No.343/UKK3/1970 tertanggal 5 Maret 1970 SMA 11 Filial Jakarta resmi menjadi SMA Negeri 28 Jakarta. Kemudian pada tahun 2003 karena prestasi dan reputasinya yang terus meningkat, SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan DKI Jakarta menjadi sekolah plus tingkat Propinsi DKI Jakarta. Satu tahun berikutnya, pada tahun 2004, berkat keseriusan dan komitmen yang kuat dari sekolah ini, SMA Negeri 28 Jakarta ini ditunjuk sebagai sekolah plus dengan standar nasional. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2007 sekolah ini direkomendasikan oleh dinas Pendidikan sebagai salah satu sekolah bertaraf internasional. Komitmen yang kuat ini terus kami pertahankan, sehingga kami bekerja sama

dengan Cambridge University untuk membangun kelas internasional pada tahun 2010 dalam rangka percepatan RSBI. 2.

Apakah visi dan misi pendidikan sekolah ini? Kemudian untuk visi SMA Negeri 28 Jakarta adalah menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara global. Sedangkan misinya: a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien, agar setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. b. Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan sistem satuan kredit semester (SKS). c. Pada tahun 2009 / 2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional. d. Menumbuhkan semangat juang menjadi yan terbaik secara intensif kepada seluruh warga sekolah. e. Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketakwan terhadap ajaran agama yang dianut dan nilai-nilai budaya bangsa sehinggga menjadi sumber kerarifan dalm bertindak. Untuk mencapai misi tersebut, tahun ajaran 2010/2011 ini ada 4 hal yang dicanangkan. Tujuannya adalah dalam rangka menjadikan murid SMA Negeri 28 Jakarta menjadi: a. Menjadikan keanekaragaman atau perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan dan bukan sebaliknya, menjadi bahan perpecahan. b. Selalu menggugah hati. Menanamkan rasa empati terhadap sesama siswa guru dan lainnya, dengan cara membiasakan diri bersalaman dengan sesama elemen sekolah setiap kali bertemu. Selain itu juga dibudayakan membaca Alquran setiap pagi, berdoa sebelum memulai pelajaran. c. Adanya kemampuan untuk menganalisis potensi yang ada dalam diri siswa masing-masing. dengan demikian siswa bisa mengembangkan potensi tersebut untuk kepentingannya dimasa datang. Untuk menumbuhkan yang demikian itu siswa diajak untuk berpartisipasi dalam suatu event tertentu. d. Percaya diri dan jujur.

3.

Bagaimana keadaan sumber daya pendidikannya? Sumber daya dalam pendidikan bisa kita bagi menjadi 2. Pertama, sumber daya manusia. Mengenai sumber daya manusia yang kita miliki, sejauh ini SMAN 28 Jakarta memiliki 66 orang guru yang 5 orang diantaranya bertitel Strata 2. Dan yang sedang menempuh jenjang S2 ini berjumlah 4 orang. Selain itu, ada juga guru yang telah mendapatkan sertifikasi dari Cambridge, khususnya materi IPA dan ESL yang berjumlah 6 orang. Keenam orang guru tersebut sudah mendapatkan rekomendasi dari Cambridge dan diakui sebagai guru berstandar Internasional. Dalam pemilihan guru teladanpun SMAN 28 Jakarta ini meraih juara 1 ditingkat Jakarta Selatan dan juara ketiga tingkat nasional. Kedua, dari segi Tata Usaha pada umumnya para karyawan di sekolah ini memiliki kemampuan IT yang baik sehingga kegiatan dibidang tersebut bisa ditangani secara baik.

4.

Prestasi apa saja yang perrnah diraih oleh sekolah ini? Prestasi yang sudah diraih oleh sekolah ini diantaranya adalah menempati lima besar peringkat dalam rata-rata nilai ujiannya. Dan tingkat diterima siswa di PTN mencapai 76,36% pada tahun 2008/2009 dan meningkat menjadi 77% ditahun berikutnya dan target yang hendak dicapai tahun ini adalah 80%. Dari segi lomba-lomba yang diikuti kita memiliki prestasi yang tidak sedikit, diantaranya meraih medali perak dalam bidang biologi dan ekonomi. Dalam lomba non-akademik, SMAN 28 menjadi juara dalam penulisan karya ilmiah yang diselenggarakan oleh Honda. Dan masih banyak lagi yang lain.

5.

Upaya

apa

yang

dilakukan

untuk

meningkatkan

kompetensi

dan

profesionalisme guru? Pertama, kita sebagai pihak yang berwenang di sekolah memberi kesempatan yang seluas-luasnya pada para guru untuk mengembangkan dirinya sebaik mungkin melalui seminar-seminar, pelatihan maupun PTK. Karena dari awal komitmen kita adalah adanya perbaikan dan kemajuan dari tahun ke tahun dalam hal-hal yang baru. Dengan demikian para guru senantiasa terdorong,

termotivasi untuk mencari hal-hal yang baru disamping kegiatan yang sudah dilaksanakan rutin dari sekolah seperti MGMP. 6.

Usaha apa saja yang telah dilakukan sehubungan dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam? Untuk pendidikan agama Islam saya rasa sudah tidak diragukan bahwa guru telah menunaikan kewajibannya dalam menyampaikan materi di kelasnya masing-masing.

yang

saya

fikir

mesti

ditingkatkan

lagi

adalah

pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari para siswanya. Dalam rangka menumbuhkan hal ini, pihak sekolah mengadakan program-program untuk memancing penerapan nilai-nilai keagamaan ini di sekolah. Salah satunya dengan cara membiasakan diri bersalaman dengan rekan yang berpapasan pada pagi hari dan pembacaan ayat-ayat Alquran pagi hari melalui pengeras suara bagi siswa muslim. Selain itu juga sekolah ini selalu mengadakan kegiatan yang bernuansa keagamaan, seperti pesantren kilat setiap bulan ramadhan. Dan ekstra kulikuler rohis untuk memfasilitasi kegiatan beragama siswa. 7.

Bagaimana pelaksanaan PAI di SMAN 28 Jakarta? Pengajaran Pendidikan Agama Islam dialokasikan dua jam pelajaran setiap minggunya. Kompetensi yang hendak dicapai disusun sendiri oleh guru yang bersangkutan. Metode yang variatif selalu dianjurkan agar siswa tidak menjadi bosan. Kurikulum yang diterapkan di sekolah adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang didapatkan dari hasil rapat kerja (RAKER) tema yang dirumuskan dalam RAKER adalah hasil dari MGMP yang menjadi kegiatan rutin seperti yang telah dijelaskan tadi. Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan pada kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi dengan kebutuhan. Dalam menyusun kurikulum, kita mengadopsi dari Cambridge dan Canada.

Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam? Di SMAN 28 Jakarta ini pihak sekolah telah mencoba memfasilitasi kegiatan beragama siswa. Namun kendala yang dihadapi adalah kenyataan bahwa siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah dibandingkan dengan di sekolah. Masalah yang paling sering ditemui tentang kehidupan beragama siswa adalah banyaknya siswa yang orang tuanya berbeda agama. Kebingungan terjadi disaat si anak di sekolah. Agama mana yang sebenarnya ia pilih. Dan agama manapun yang ia pilih nantinya tak akan maksimal. Karena kebingungan yang terjadi tersebut. Dan tidak adanya kerjasama antara orang tua dalam mendidik keberagamaan anak. 8.

Apakah ada kebijakan sekolah yang mengharuskan guru-gurunya melakukan penelitian tindakan kelas? PTK ini disosialisasikan oleh Pemda Jakarta sebagai syarat kenaikan pangkat seorang guru. Kebijakannya yaitu apabila seorang guru tidak naik pangkat selama 6 tahun berturut-turut, maka dia akan dialihfungsikan. Tapi sejauh ini, dalam rangka peningkatan mutu yang menjadi target sekolah ini dari tahun ke tahun, para guru menyikapi PTK ini sebagai satu jalan untuk meningkatkan profesionalisme guru itu sendiri yang imbasnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Dan sejauh ini pihak sekolah memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan PTK di sekolah.

9.

Apa kiat-kiat bapak terkait tentang pemanfaatan penelitian tindakan kelas? PTK dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sudah dilakukan PTK sehingga dihasilkan suatu model/proses pembelajaran yang baik, akan kita jadikan model untuk diinformasikan pada guru yang lain. Bila diterapkan pada pembelajaran A, bagaimana jika diterapkan pada pembelajaran B. Apakah sama atau tidak. Jika tidak, berarti harus dilakukan suatu improvisasi, suatu inovasi baru sehingga model tersebut cocok. Misalnya pelajaran Fisika dan Agama belum tentu sama, tapi tetap ada suatu benang merah antara keduanya. PTK kita manfaatkan untuk pengembangan lebih lanjut karena pendidikan suatu proses

yang berkelanjutan, tidak pernah berhenti. Medianya pun harus selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Apakah bapak mengadakan pelatihan khusus kepada guru dalam hal PTK? Ya. Disini mengadakan pelatihan tentang penelitian tindakan kelas. 10. Apakah bapak mengadakan kontrol terhadap guru yang melakukan penelitian tindakan kelas? Dalam hal ini, kepala sekolah tidak melakukan kontrol secara langsung terhadap guru yang melakukan PTK, tetapi melihat perkembangnanya. Sejauh ini yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah menginformasikan pada para guru yang lain agar sebisa mungkin mendukung dan memberikan bantuan sebisanya kepada yang melakukan PTK dan diharapkan juga menjadi motivasi bagi guru yang lain untuk mau dan bisa melakukan PTK juga. 11. Sejauh mana peran bapak dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru-guru di SMAN 28? Sekolah hanya menjadi fasilitator terhadap pelaksanaan PTK di sekolah. Kita memberikan dukungan penuh terhadap guru yang melakukan PTK dan mendorong agar PTK dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara memberikan waktu yang seluas-luasnya pada guru yang sedang melakukan PTK. Dan apabila ada suatu kebutuhan yang kurang, dalam hal ini sekolah bersedia membantu dan memberikan bantuan. Dan bagaimana penilaian bapak tentang cara mengajar guru yang melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan yang tidak melaksanakan penelitian tindakan kelas? Ada suatu perbedaan tentunya antara guru yang melakukan PTK dengan tidak. Guru yang melakukan PTK mempunyai wawasan lebih maju dan cara menanggapi siswa lebih variatif. Disamping hasil proses belajarnya lebih baik, karena mereka menganalisis perkembangan proses pembelajaran dan memperbaikinya jika dirasa ada kekurangan.

12. Adakah pengawas yang memantau jalannya PTK dari seorang guru untuk menjaga dari terganggunya proses belajar mengajar dan menjaga kualitas sekolah? Saat ini pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah. Pengawasan secara langsung sampai saat ini belum ada. Pengawasan yang dilakukan masih dengan cara tidak langsung. Dan biasanya seorang guru yang melakukan PTK melaporkan kepada kepala sekolah mengenai perkembangannya. 13. Apakah ada reward atau penghargaan yang diberikan pada guru yang melakukan PTK dengan harapan agar guru berlomba-lomba melakukan PTK untuk memperbaiki kualitas pembelajaran? Reward dalam bentuk materi atau sertifikat belum ada. Mungkin itu akan menjadi sebuah ide yang bagus untuk diterapkan di sekolah. Tapi yang saya tahu, guru yang melakukan PTK akan mendapatkan sebuah penghargaan terutama dari Dinas Pendidikan sehubungan dengan PTK yang dilakukannya. Seperti yang kita tahu, bahwa syarat untuk memperoleh sertifikasi salah satunya adalah dengan melakukan PTK tersebut. 14. Bagaimana perlakuan sekolah terhadap laporan hasil PTK guru? Karya-karya dari guru sangat dihargai baik disini. Kami menyediakan tempat untuk karya-karya guru tersebut di perpustakaan. Diharapkan dengan adanya karya tersebut (dalam hal ini laporan PTK), guru yang lain akan menjadi terdorong untuk juga melakukan PTK. Dan laporan PTK yang telah dilaksanakan terdahulu bisa menjadi acuan dalam penelitian berikutnya. 15. Apakah ada manfaatnya untuk siswa tentang guru yang melaksanakan PTK pada pembelajarannya (apakah ada manfaatnya tentang siswa yang pembelajarannya menggunakan penelitian tindakan tersebut)? Jelas saja ada. Sebagaimana kita ketahui bahwa PTK akan menghasilkan sebuah metode yang benar-benar tepat untuk diterapkan pada siswa. Sehingga siswa gampang dalam menangkap materi yang disampaikan. Jadi, nilai siswa akan semakin bagus adanya. Dan dengan demikian kami akan memiliki anakanak yang berprestasi.

16. Apa harapan bapak kepada guru dalam hal pelaksanaan penelitian tindakan kelas di sekolah?dan bagaimana tindak lanjutnya? Proses belajar mengajar adalah proses yang unik dan berkelanjutan maka seyogyanyalah seorang guru terus-menerus melakukan perbaikan dalam cara mengajarnya. Karena dengan cara mengajar yang benar-benar tepat, siswa akan cenderung lebih tertarik dan mengerti dengan apa yang disampaikan yang selanjutnya akan meningkatkan prestasi anak didik kami disini. Kemudian melakukan suatu pemetaan dari hasil PTK yang kemudian bisa didiskusikan dalam MGMP, dan menginformasikan pada guru lain baik di sekolah ini atau sekolah lain. Kemudian kita dorong hasil PTK itu diikut sertakan dalam lomba-lomba penelitian karya tulis guru. Harapan saya, semua guru akan melakukan perbaikan dalam cara mengajarnya sehingga prestasi akan semakin meningkat. Dan dengan sendirinya sekolah ini akan menjadi sekolah yang baik dan mencetak lulusanlulusan yang berkualitas.

Jakarta, 20 Mei 2011 Interviewer

Interviewee

Ida Farida

Drs. Dwi Arsono, M. Si

LEMBAR UJI REFERENSI Bab

No 1.

2. 3. 4.

5.

I

6.

7. 8. 8.

10.

11.

1.

II

2.

3.

Judul dan Halaman Buku Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. II, h. 7. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3. Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8. Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2. Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41. Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl. 28 Januari 2010 di Ruang Guru. Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h. 4. Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 6. Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1. Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91.

Paraf Pembimbing

4.

5.

6.

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151152. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 8. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8.

Supardi, Supardi,

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 70. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 71.

17.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38-41. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 29-30.

18.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31.

19.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

16.

20. 21.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian tindakan Kelas..., h. 108. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

22. 23. 24.

25.

26.

27. 28. 29. 30. 31.

32.

33. 34. 35.

36.

37. 38. 39.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-15. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-16. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.., h. 68. Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18. Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 17. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 2. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), cet. Ke-13, h. 19. Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. Ke-2, h. 3. Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi Revisi, h. 2. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989), cet. Ke-VIII, h. 19. Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-III, h. 130. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h. 11. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9.

40. 41.

Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 130. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21.

52.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31. Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 140. Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1 h. 15. Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa..., h. 38. Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003)..., h. 7. Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 135. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.Ke-3, h. 78. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-IX, h. 86. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22. Abdul Rahman Shaleh,Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa..., h. 92.

53.

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 136.

54.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h. 79.

42.

43.

44. 45. 46. 47. 48.

49. 50. 51.

55. 56. 57.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22. Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

58.

Suatu Panduan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 97.

59.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 94-95.

62.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23. Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Bogor: Kencana, 2003), h. 22. Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41.

63.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25.

64.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25-28.

1.

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2.

60.

61.

3.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 227.

4.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 158.

2.

III

5.

6.

1.

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-14, h. 85. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 241. Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 4.

IV 2.

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMA

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011. Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah. Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 25. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi..., h. 28. Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73. Jakarta, Juni 2011 Yang Mengesahkan Pembimbing

Siti Khadijah, M. A