PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN ...

3 downloads 7774 Views 644KB Size Report
KREATIVITAS SISWA. (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Kelas XI. Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten. Tahun Pelajaran ...
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Kimia

Oleh ABNI SUSANTI NIM S831002001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh : ABNI SUSANTI

NIM S831002001 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal…………………………. Dosen Pembimbing: Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Ashadi NIP. 19510102 197501 1001

…………………

Pembimbing II

Prof. Dr. H Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1001

………………....

Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. WidhatoSunarno, M.Pd. commit user NIP 19520116 198003 1 001 ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011) Disusun oleh : ABNI SUSANTI NIM S831002001 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal…………………………. Jabatan Ketua

Nama

Tanda Tangan

: Dra. Soeparmi, M.A., Ph.D.

.......................

Sekretaris : Dr. M. Masykuri, M.Si.

.......................

Anggota 1: Prof. Dr. H. Ashadi

.......................

Anggota 2: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

.......................

Surakarta,.............................. Mengetahui

Ketua Program Studi Pend. Sains

Direktur PPs UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. commit to Prof. user Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 195708201985031004 NIP 195201161980031001 iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama

:

ABNI SUSANTI

NIM

:

S 831002001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia Dengan Menggunakan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan Pemberian Tugas Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betulbetul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan merupakan hasil karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan

Abni Susanti

commit to user iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

”Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang telaksana” Amsal 19:21

”Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” Amsal 1:7

commit to user v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa hormat dan penuh cinta kasih kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

Yesus Kristus sumber kehidupanku, Bapak, Ibu, mbak Nova, dan si kembar Mateas dan Mateus yang selama ini selalu menyayangiku, mendoakanku, dan menunggu keberhasilanku, Eri Prabowo, si gembul yang tulus menyayangiku, Almamaterku, Nusa, Bangsa, dan Negara

commit to user vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pembelajaran Kimia dengan Menggunakan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan Pemberian Tugas Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia pada Siswa Kelas XI Semesterr Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Ajaran 2010/2011) Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan proposal tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan bantuan berupa sarana, fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana. 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan. 3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal tesis penelitian ini. 4. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis. 5. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta commit to user yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis. vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

6. Drs. Sugeng Prasetyo selaku Kepala SMK Kristen 1 Klaten yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 7. Br. Leonardus Paryoto, S.T. selaku Kepala SMK Leonardo Klaten yang telah memberi kesempatan penulis untuk mengadakan try out penelitian. 8. Bapak, Ibu serta kakak dan adik tersayang yang senantiasa mendoakan yang terbaik serta memberikan kasih sayang, nasehat dan dorongan serta semangat bagi penulis dalam menyelesaikan tesis. 9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Kimia Program Pascasarjana atas kerja sama dan kekompakannya. 10. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan kimia.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

commit to user viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL..........................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………....

iii

HALAMAN PERNYATAAN………………………………………

iv

MOTTO……………………………………………………………..

v

PERSEMBAHAN…………………………………………………..

vi

KATA PENGANTAR........................................................................

vii

DAFTAR ISI.......................................................................................

ix

DAFTAR TABEL...............................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................

xiv

ABSTRAK..........................................................................................

xv

ABSTRACT………………………………………………………….

xvi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN...........................................................

1

A. Latar Belakang Masalah...........................................

1

B. Identifikasi Masalah.................................................

4

C. Pembatasan Masalah…............................................

5

D. Perumusan Masalah.................................................

6

E. Tujuan Penelitian.....................................................

7

F. Manfaat Penelitian...................................................

7

LANDASAN TEORI......................................................

9

A. Landasan Teori.........................................................

9

1. Pengertian Belajar...............................................

9

2. Teori Belajar.......................................................

11

3. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.............................................................

20

4. Metode Pembelajaran (Eksperimen)……..........

29

5. Metode Pembelajaran Tugas)……. commit to(Pemberian user

31

ix

perpustakaan.uns.ac.id

BAB III

BAB IV

BAB V

digilib.uns.ac.id

6. Motivasi Berprestasi……………………………….

33

7. Kreativitas................................................................

35

8. Prestasi Belajar.........................................................

38

9. Materi Elektrokimia..................................................

42

B. Penelitian yang Relevan………………………….........

49

C. Kerangka Berpikir..........................................................

51

D. Hipotesis…………........................................................

59

METODOLOGI PENELITIAN...........................................

61

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................

61

B. Metode Penelitian...........................................................

62

C. Populasi dan Sampel.......................................................

63

D. Variabel Penelitian..........................................................

64

E. Instrumen Penelitian.......................................................

64

F. Teknik Pengumpulan Data.............................................

65

G. Uji Coba Instrumen Penelitian........................................

65

H. Teknik Analisis Data………………………………….

72

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………...

76

A. Deskripsi Data................................................................

76

B. Uji Prasyarat Analisis.....................................................

83

C. Pengujian Hipotesis........................................................

85

D. Pembahasan Hasil Penelitian.........................................

94

E. Keterbatasan Peneliti......................................................

108

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………..

109

A. Kesimpulan.....................................................................

109

B. Implikasi.........................................................................

110

C. Saran..............................................................................

111

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

114

LAMPIRAN..............................................................................................

117

commit to user x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1

: Perbedaan Pendekatan CTL dengan Konvensional

28

Tabel 3.1

: Alokasi Waktu Penelitian.......................................

61

Tabel 3.2

: Perlakuan penelitian……………………................

62

Tabel 3.3

:

Tabel 3.4

:

Tabel 3.5

:

Tabel 3.6

: Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Afektif..

68

Tabel 3.7

: Hasil Kesimpulan Hasil Reabilitas……………….

69

Tabel 3.8

: Indeks Kesukaran ……..........................................

70

Tabel 3.9

: Kesimpulan Daya Beda Soal..................................

71

Tabel 4.1

: Deskripsi Data Motivasi Berprestasi Siswa..........

76

Tabel 4.2

: Deskripsi Data Kreativitas Siswa………………..

77

Tabel 4.3

:

Tabel 4.4

:

Tabel 4.5

:

Tabel 4.6

:

Tabel 4.7

:

Tabel 4.8

:

Tabel 4.9

: Hasil Uji Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi commit to user

Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Kreativitas………………………………………… Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Motivasi Berprestasi………………………......................... Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif………………………………………….

Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif’…………………………….................... Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Eksperimen……………………………… Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Pemberian Tugas……………………….. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa aspek Afektif ………………………………………….. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa aspek Psikomotor…………………………………….. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar MasingMasing Kelompok……………………………...

xi

66

67

67

78

79

79

81

82

83 84

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Belajar…………………………........................ Tabel 4.10

Hasil GLM Untuk Prestasi Belajar Ditinjau Dari Metode, Motivasi Berprestasi, dan Kreativitas…...

commit to user xii

86

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1

Rangkaian Sel Volta……..……….…......................................

45

Gambar 4.1

Distribusi Prestasi Belajar Kelas metode Eksperimen..………………………………………………….

80

Gambar 4.2

Distribusi Prestasi Belajar Kelas metodePemberian Tugas

81

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Kognitif…………………………………….. Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Afektif…………………………………….... Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor……………………………….… Hasil uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif…………………………….………. Hasil uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor………………………….……… Hasil uji Lanjut Anava Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar

89

89

90

91

91

92

Kognitif………………..…………………………………….. Gambar 4.9

Hasil uji Lanjut Anava KreativitasTerhadap Prestasi Belajar

93

Afektif………………………………………………………. Gambar 4.10

Interaksi Antara Motivasi Berprestasi Tinggi dan Rendah

commit to user xiii

94

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1

: Silabus..............................................................................

118

Lampiran 2

: RPP Metode Eksperimen………………………..………

119

Lampiran 3

: RPP Metode Pemberian Tugas……...…………..………

131

Lampiran 4

: LKS Metode Eksperimen……..........…………………...

143

Lampiran 5

: LKS Metode Pemberian Tugas....……………………….

158

Lampiran 6

: Kisi-Kisi Angket Kreativitas…………….………………

172

Lampiran 7

: Instrumen Pengukuran Kreativitas Siswa.........................

173

Lampiran 8

: Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi..............................

177

Lampiran 9

: Instrumen Pengukuran Motivasi Berprestasi Siswa.........

178

Lampiran 10

: Kisi-Kisi Soal Presttasi Hasil Belajar Kognitif.................

182

Lampiran 11

: Soal Prestasi Belajar Kognitif…………………………...

185

Lampiran 12

: Kisi-Kisi Instrumen Afektif…………………………….

189

Lampiran 13

: Instrument Penilaian Afektif…………………………….

190

Lampiran 14

: Penilaian Aspek Psikomotor…………………………….

195

Lampiran 15

: Lembar Jawab…………………………………………...

196

Lampiran 16

: Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Motivasi Berprestasi…………………………………………........ : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Kreativitas……………………………………………… : Analisis Hasil Validitas dan Reabilitas Angket Afektif….

200

207

Lampiran 22

: Analisis Hasil Validitas, Reabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Tes Kognitif………………………… : Data Kelompok yang Menggunakan CTL Metode Eksperimen………………………………………………. : Data Kelompok yang Menggunakan CTL Metode Pemberian Tugas…...……………………………………. : Deskripsi Data……………………………………………

Lampiran 23

: Uji Homogenitas dan Reabilitas………………………….

213

Lampiran 24

: Uji Lanjut Anava…………………………………………

214

Lampiran 25

: Histogram Data Masing-Masing Kelompok……………... commit to user

216

Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21

xiv

202 204

210 211 212

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK Abni Susanti, S831002001 “PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Elektrokimia Pada Kelas XI Semester Genap SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi. Pembimbing II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juli 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadapprestasi belajar siswa, (2) pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa (3) pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa (4) interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa (6) interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa siswa terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi antara metode pembelajaran (eksperimen dan pemberian tugas), motivasi berprestasi, kreativitas, terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasinya siswa kelas XI SMK Kristen 1 Klaten tahun pelajaran 2010/2011, sebanyak 8 kelas. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes, sedangkan motivasi berprestasi, kreativitas, dan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada pengaruh penerapan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Prestasi belajar kognitif materi elektrokimia dengan metode pemberian tugas lebih baik dari pada eksperimen, tetapi prestasi afektif dan psikomotor siswa dengan metode eksperimen lebih baik dari pada pemberian tugas, (2) ada pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, prestasi kognitif materi elektrokimia siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik dari pada siswa dengan kreativitas rendah rendah, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi psikomotor siswa. (3) ada pengaruh motivasi berprestasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan psikomotor siswa, prestasi kognitif dan psikomotor materi elektrokimia siswa dengan motivasi berprestasi belajar tinggi lebih baik dari pada siswa dengan motivasi berprestasi rendah, tetapi tidak ada pengaruh terhadap prestasi belajar afektif (4) tidak ada interaksi antara pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. (5) ada commit to user interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi beprestasi siswa terhadap xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

prestasi kognitif siswa, tetapi tidak ada interaksi pada prestasi afektif dan psikomotor siswa. (6) tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. (7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, kreativitas dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Kata kunci : Pendekatan CTL, Eksperimen, Pemberian Tugas, Kreativitas, Motivasi Berprestasi, Elektrokimia, Prestasi Kognitif, Prestasi Afektif, Prestasi Psikomotor. ABSTRACT Abni Susanti, S831002001 “CHEMISTRY LEARNING USING CTL THROUGH EXPERIMENT AND ASSIGNMENT METHODS OVERVIEWED FROM STUDENT’S ACHIEVEMENT MOTIVATION AND CREATIVITY (A Case Study of Chemistry Learning on Electrochemistry For Students in Grade XI, SMK Kristen 1 Klaten, Academic Year 2010/2011)”. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd,. Thesis, Surakarta: Science Education Program of Post Graduate, Sebelas Maret University, July 2011. The objectives of this research were to know: (1) the effect of the use of CTL through experiment and an assignment methods toward student’s achievement, (2) the effect of student’s achievement motivation toward student’s achievement, (3) the effect of student’s creativity toward student’s achievements. (4) the interaction between learning method and achievement motivation toward student’s achievements, (5) the interaction between learning method and student’s creativity toward student’s achievements, (6) the interaction between student’s achievement motivation and creativity toward student’s achievements, (7) the interaction between learning method, student’s achievement motivation and their creativity toward student’s achievements. This research used experimental method. The population was all students of grade XI, SMK Kristen 1 Klaten academic year 2010/2011, consisted of 8 classes. The sample was taken using cluster random sampling consisted of two classes. The data was collected using test for cognitive student achievement and questioners for student’s achievement motivation, creativity and affective student achievement and observation sheet for psychomotoricic student achievement. The data was analyzed using Anova with 2x2x2 factorial design. . . The conclusion were: (1) there was an effect of learning method toward cognitive, affective and psychomotoricic achievement. The cognitive achievment who learnt by an assignment is higher than experiment, but for affective and psychomotoricic was higher for experiment. (2) there was an effect of student creativity toward cognitive and affective achievement, the cognitive and affective achievment was higher for student who had high creativity, but for psychomotoric achievement was higher for low creativity. (3) there was an effect of student’s achievement motivation toward cognitive and psychomotoric achievements, the cognitive and psychomotoric achievments was higher for student who had high achievement motivation, but for affective achievement was commit(4) to user higher for low achievement motivation. there was not any interaction between xvi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

learning method with creativity , (5) there was an interaction between learning method and student’s achievement motivation toward cognitive achievement, but not for affective and psychomotoric achievments, (6) there was not any interaction between student’s creativity and achievement motivation toward cognitive, affective, and psychomotoric achievements, (7) there was not any interaction between learning method with student’s creativity and achievement motivation, toward cognitive, affective, and psychomotoric achievments. Keywords: CTL, Experiment, An assignment, Creativity, Achievement Motivation, Electrochemistry, Cognitive Achievement, Affective achievement, Psychomotoric Achievement.

commit to user xvii

1 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan sumber daya manusia. Pada hakekatnya, pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Oleh sebab itu pendidikan merupakan usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Dalam penyampaikan materi, guru dituntut untuk lebih professional, terutama dalam hal menggunakan pendekatan dalam pembelajaran untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai berbagai macam bentuk metode pembelajaran yang lebih variatif yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan tertentu, sehingga suasana belajar akan lebih berbeda. Metode dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu sebaiknya guru harus menguasai beberapa metode mengajar untuk melaksanakan proses belajar mengajar dan siap sewaktu-waktu untuk digunakan mencapai suatu tujuan tertentu. Sampai sekarang ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru commit to user sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan

2 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

utama dalam menentukan strategi belajar. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak dapat memahaminya. Banyak guru, ketika pengajaran konsep hanya berpusat pada kemampuan berfikir tingkat rendah, mengingat dan menghafal,

bukan

melengkapinya

dengan

kemampuan

pengembangan

kemampuan berfikir tingkat tinggi, dan ketika menghadapi fakta-fakta, pengajarannya cenderung menyuruh siswa untuk menghafalkannya. Juga metode ceramah yang dominan banyak di sekolah cenderung membuat para siswa belajar konsep-konsep secara abstrak, belajar konsep-konsep tanpa melalui proses penggunaan konsep-konsep tersebut, atau belajar konsep-konsep tanpa mengalami atau mengamati acuan konkrit konsep-konsep. Di SMK Kristen 1 Klaten berdasarkan hasil observasi dengan wawancara dengan seorang guru kimia, ibu Siwi Aryanti, S.T. bahwa belum pernah diadakan penelitian tentang penelitian tentang suatu metode tertentu, dengan metode yang monoton tersebut membuat hasil prestasi belajar yang diperolehpun juga tidak semua memenuhi standar KKM. Karena selama ini belajar yang dilakukan cenderung

bersifat

menerima

pengetahuan,

bukan

membangun

sendiri

pengetahuan. Untuk itu perlu suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa, salah satunya adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan topik yang sering dibicarakan belakangan ini, sayangnya, banyak perdebatan yang mengelilinginya: perdebatan yang timbul dari kesalahpahaman. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual telah dengan keliru dianggap sebagai strategi yang mengharuskan siswa untuk melapor ke tempat commit to user kerja yang hanya melatih mereka untuk melakukan pekerjaan yang terbatas. Itu

perpustakaan.uns.ac.id

3 digilib.uns.ac.id

semua tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar lebih hidup dan keterkaitan inilah inti dari pembelajaran CTL. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal senada dituliskan oleh Schell and Black (1997) dalam Journal of Family and Consumer Science Education:,“The chances of enabling students to transfer learning from one teaching setting to another and/or to real life situations may increase when teachers use CTL practices. Hal yang serupa dari pernyataan di atas disampaikan pula oleh Greeno(1997), “Transfer refers to a phenomenon in which something learned in one situation is carried over to another. A student’s ability to transfer information learned in a typical classroom setting to real life situations is sporadic and by chance. Bahwa ada transfer informasi saat belajar pada keadaan atau situasi tertentu dalam kehidupan nyata siswa. Dalam jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mempunyai latar belakang menghasilkan lulusan yang siap kerja maka dengan menggunakan pendekatan CTL para siswa akan lebih mudah dalam menerima informasi dalam proses belajar. Para siwa SMK mempunyai kecenderungan lebih menyukai pelajaran praktik daripada teori. Oleh karena itu dalam proses belajar kali ini menggunakan suatu pendekatan konteks dengan metode ekperimen dan pemberian tugas. Sehingga pelajaran kimia yang diberikan pada siswa SMK akan membantu siswa memahami lebih dalam tentang pelajaran yang dipusatkan pada jurusan siswa masing-masing, karena dalam ilmu kimia terdapat keterkaitan commit to user dengan ilmu-ilmu pelajaran yang lain.

perpustakaan.uns.ac.id

4 digilib.uns.ac.id

Dengan menggunakan metode eksperimen diharapkan siswa akan mendapatkan suatu pengalaman baru pada pelajaran kimia, dan dengan menggunakan metode pemberian tugas diharapkan siswa dapat secara langsung mengetahui proses kimia dalam bidang industri. Selain itu, kreativitas dan motivasi berprestasi para siswa juga sangat diperlukan dalam proses belajar. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian pendidikan dengan menggunakan pendekatan CTL melalui metode ekperimen dan pemberian tugas. B. IDENTIFIKASI MASALAH Pembelajaran merupakan proses negosiasi, makna, dan proses asimilasi antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki siswa. Dalam rangka itulah maka terjadi masalah yang dihadapi oleh setiap individu yang berkenaan dengan kemampuan menyerap informasi yang baru tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Tidak semua guru mampu mengangkat prestasi belajar siswa dengan baik. 2. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kimia belum membuat sisiwa aktif dan tidak memperhatikan proses berfikir siswa, sehingga pelaksanaan pemnelajaran kimia masih sering menggunakan metode konvensional yang kurang memperhatikan proses berfikir siswa. 3. Berdasarkan wawancara dengan guru di SMK Kristen 1 Klaten, rata-rata prestasi belajar siswa pada pokok bahasan elektrokimia belum memenuhi KKM. 4. Ilmu pengetahuan tentang pendidikan semakin berkembang pesat dan commit to user didukung banyaknya hasil penelitian tentang model pembelajaran, tapi

perpustakaan.uns.ac.id

5 digilib.uns.ac.id

kenyatannya guru belum melakukan perbaikan model pembelajaran termasuk variasi metode pada pembelajaran kimia. 5. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia seperti PBL, CTL, Cooperative dan lain-lain, namun guru cenderung melakukan pembelajaran dengan Teacher Centered. 6. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar kimia seperti kemampuan memori, kemampuan awal, sikap ilmiah, kreativitas belajar, motivasi, aktivitas dan lain-lain, namun guru belum memperhatikan faktor-faktor tersebut. 7. Ada beberapa jenis ketrampilan yang dimiliki siswa seperti ketrampilan proses, ketrampilan berfikir, ketrampilan menggunakan alat, ketrampilan berfikir abstrak dll, namun ketrampilan diatas belum diperhatikan guru kimia dalam proses pembelajaran. 8. Prestasi belajar siswa pada umumnya berupa kognitif, psikomotor, dan afektif, namun kebanyakan guru masih menekankan pada aspek kognitif saja. 9. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa SMK kelas XI , seperti Sel elektrokimia, Sel Elektrolisis, Reaksi Redoks, Stoikiometri, namun keterkaitan antara materi-materi tersebut belum ditunjukkan guru dalam proses pembelajarannya. C. PEMBATASAN MASALAH Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah yaitu: 1. Penelitian hanya difokuskan pada penggunakan pendekatan CTL commit to user 2. Metode pembelajaran yang digunakan metode ekperimen dan pemberian

perpustakaan.uns.ac.id

6 digilib.uns.ac.id

tugas. 3. Motivasi berprestasi siswa dalam penelitian ini dikategorikan dalam tinggi dan rendah. 4. Kreativitas siswa dalam penelitian ini dikategorikan dalam tinggi dan rendah. 5. Penelitian dilakukan pada pokok bahasan elektrokimia. 6. Penelitian dilakukan di SMK Kristen 1 Klaten pada 2 kelas. D. PERUMUSAN MASALAH Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa? 2. Apakah ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa? 3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa? 4. Apakah ada interakasi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa? 5. Apakah ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa? 6. Apakah ada interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa? 7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan commit to user kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa?

perpustakaan.uns.ac.id

7 digilib.uns.ac.id

E. TUJUAN PENELITIAN Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.

Pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan menggunakan metode eksperimen dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa.

2.

Pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.

3.

Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

4.

Interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.

5.

Interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

6.

Interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

7.

Interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

Manfaat teoritis:

a.

Memberi sumbangan pengetahuan pada teman sejawat bahwa pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode pemberian tugas sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.

b.

Menemukan dampak positif dan negatif pelaksanaan pendekatan CTL dengan commit to user metode eksperimen dan metode pemberian tugas dalam pembelajaran kimia

8 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi siswa. c.

Memberikan masukkan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang baik dan bermakna memerlukan kreativitas dan motivasi berprestasi siswa.

d.

Menjadi sumber reverensi yang bisa digunakan untuk penelitian dalam bidang yang sama.

2.

Manfaat praktis:

a.

Penggunaan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode pemberian tugas akan meningkatkan prestasi belajar siswa ditinjau dari kreativitas dan motivasi berprestasi karena itu kedua metode tersebut yang dapat digunakan sebagai acuan untuk konsep pembelajaran yang sejenis.

b.

Penggunaan pendekatan CTL dengan metode ekperimen metode pemberian tugas memudahkan guru dalam penjelasan dan mengurangi kebosanan siswa.

commit to user

9 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI 1.

Pengertian Belajar Menurut Sharon E. Smaldino (2001:6), “learning is is the development of

new knowledge, skill, or attitudes as an individual interacs with information and the invironment”. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan baru, keahlian, atau sikap sebagai suatu interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya. Dalam hal ini siswa sebagai seorang individu bisa mendapatkan pengetahuan baru, keahlian, atau sikap dari lingkungannya yang diperolah bisa dengan cara membangunnya sendiri yang berasal dari informasi-informasi yang didapatkan oleh siswa itu sendiri maupun secara langsung diberikan oleh guru yang mengajar. Belajar menurut kaum konstruktivis adalah proses yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Dalam proses itu siswa menyesuaikan konsep dan ide-ide baru yang mereka pelajari dengan kerangka berfikir yang telah mereka miliki (Paul Suparno, 2006: 13). Belajar menurut Paul Suparno ini siswa dalam memperoleh pengetahuan bisa melakukannya sendiri atau bisa belajar secara mandiri. Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap, di mana perubahanperubahan dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil commit to user yang telah di peroleh (Winkel, 1996:53). Sedangkan, belajar merupakan

10 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Kapabilitas siswa tersebut berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap (Gagne dalam Dimyati & Mudjiono, 2006: 10-12). Dari taori pangertian teori balajar menurut Winkel dan Gagne tersebut bearti dapat dipersingkat bahwa belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang berlangsung dalam interaksi aktif siswa dengan lingkungannya dengan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Belajar

merupakan

proses

yang

terjadi

dalam

perkembangan

dan

pertumbuhan kognitif anak meliputi proses assimilation dimana dalam proses ini siswa menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dan proses accomodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik. (Piaget dalam Syaiful Sagala, 2007: 24). Dari beberapa difinisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang terjadi dalam pengetahuan siswa untuk memperoleh pengetahuan yang baru, kemudian pengetahuan tersebut bisa diolah dalam diri siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengetahuan tersebut bisa menumbuhkan pengatahuan baru, ketrampilan, dan sikap siswa. Di dalam tugas melaksanakan pengelolaan proses belajar mengajar sehari-hari seorang guru perlu mengingat beberapa prinsip belajar sebagai berikut: a. apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain; b. setiap siswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya; c. penguasaan yang sempurna commit to user dari langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

11 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sedangkan pengajar atau guru perlu memahami teori belajar dengan alasan: a. teori belajar membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam diri siswa; b. dengan kondisi ini, pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar, atau menghambat proses belajar; c. dengan teori belajar, memungkinkan guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar. 2.

Teori Belajar

a. Teori Belajar Piaget Piaget berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya

sendiri

dengan

lingkungan.

Dalam

pandangan

Piaget,

pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu: 1) memusatkan perhatian kepada cara berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud; 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made commit to user knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi

perpustakaan.uns.ac.id

12 digilib.uns.ac.id

spontan dengan lingkungan; 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu - individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal; 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Keterkaitan teori belajar Piaget dalam penelitian ini bahwa siswa-siswa dalam proses pembelajaran akan mengambil keputusan yang logis. Menurut Piaget perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan, pengetahuan datang dari tindakan. Interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Kegiatan belajar dengan penerapan CTL metode eksperimen dan pemberian tugas, pembelajarannya dilakukan secara berkelompok, berdiskusi, berinteraksi aktif dan melakukan percobaan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sehingga belajar materi elektrokimianya menggunakan proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan commit to user interaksi mereka. Siswa dihadapkan pada materi elektrokimia, disini berlangsung

13 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

asimilasi pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya yang berkaitan dengan elektrokimia yaitu materi redoks. Pengetahuan siswa akan mantap setelah mengkombinasikan Pengalaman

ini

pengalaman diperoleh

baru

dengan

dengan

pengalaman

menyimpulkan

sendiri

sebelumnya. berdasarkan

pengalamannya setelah mempelajari materi elektrokimia. b. Teori Belajar Konstruktivisme Dalam kehidupannya

manusia akan selalu menyusun standar berfikir

untuk melihat realita sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang ia miliki dan

pada saat yang sama subyektivitas seseorang akan obyek yang

telah

dikonstruksi menjadi sangat beragam, karenanya kebenaran sebagai hasil dari pengamatan dan pengetahuan adalah sebuah keniscayaan. Di sinilah konsep konstruktivisme bermula. Konstruksivisme menurut Rosty (dalam Panenn, 2001) merupakan salah satu bentuk pragmatisme, terlebih lagi soal pengetahuan dan kebenaran, karena hanya mementingkan bahwa suatu konsep itu dapat berlaku atau digunakan. Konstruktivisme menjadi landasan bagi beberapa teori belajar, misalnya teori perubahan konsep, teori belajar bermakna, dan teori skema. Konstruktivisme maupun teori perubahan konsep percaya bahwa dalam proses belajar seseorang mengalami perubahan konsep. Pengetahuan seseorang tidak sekali jadi, tetapi melalui

proses perkembangan

yang terus menerus. Dalam perkembangan

tersebut, ada yang mengalami perubahan besar ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi (Panenn, 2001:16). Teori perubahan konsep membantu menciptakan suasana dan keadaan pembelajaran yang memungkinkan perubahan konsep terjadi pada siswa commit to user sehingga terjadi pemahaman. Baik konstruktivisme maupun teori perubahan

14 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

konsep menjelaskan bahwa pengertian yang dibentuk siswa mungkin berbeda dengan pengertian ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukan salah satu ahli proses perkembangan karena setiap kali mereka terus menerus dapat mengubah pengertiannya. Ditegaskan oleh Suparno (2000: 34) salah pengertian dalam memahami sesuatu, menurut

konstruktivisme

dan teori

perubahan konsep bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan justru menjadi awal untuk perkembangan yang lebih baik. Menurut Triyanto (2007 :13), guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Pembelajaran dengan teori ini akan efektif jika didasarkan pada empat komponen dasar antara lain: 1) pengetahuan (knowledge), yaitu pembelajaran harus mampu dijadikan sarana untuk tumbuh kembangnya pengetahuan bagi siswa; 2) ketrampilan (skill), pembelajaran harus benar-benar memberikan ketrampilan siswa baik ketrampilan intelektual (kognitif), ketrampilan moral (afektif), dan ketrampilan mekanik (psikomotorik); 3) sifat alamiah (disposition), proses pembelajaran harus benar-benar berjalan secara alamiah,tanpa ada paksaan dan tidak semata-mata rutinitas belaka; 4) perasaan

(feeling),

perasaan

ini

bermakna

perasaan

atau

emosi

atau

kepekaan.Oleh sebab itu pembelajaran harus mampu menumbuhkan kepekaan sosial terhadap dinamika dan problematika kehidupan .(M.Saekhan,2008 : 73 ). Sedangkan menurut Trianto (2007: 14) teori konstruktivis menetapkan bahwa prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri commit to user pengetahuan di dalam benaknya.

perpustakaan.uns.ac.id

15 digilib.uns.ac.id

Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat tangga tersebut. Keterkaitan teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah dalam pembelajaran materi elektrokimia dengan penerapan CTL metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks yang mereka dapatkan dari hasil diskusi kelompok. Siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah , menemukan segala sesuatu untuk dirinya, karena dalam pembelajaran siswa hanya diberi masalah oleh guru kemudian mereka bekerja memecahkan masalah tersebut. Sehingga pengetahuan tentang elektrokimia dibangun oleh dirinya sendiri. c. Teori Penemuan Jerome Bruner Bruner berpendapat bahwa manusia mempunyai kapasitas dan kecendrungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immetodete memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik). Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup). Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan commit to user menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang

16 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak tergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Keterkaitan teori belajar Bruner dengan penelitian ini adalah siswa belajar dengan baik pada materi elektrokimia sehingga akan menghasilkan pengetahuan elektrokimia yang benar-benar bermakna bahkan dapat digunakan untuk peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi

akan

menemukan

konsep-konsep materi elektrokimia pada commit to user pembelajarannya, karena konsep ditemukan sendiri melalui belajar penemuan maka pengetahuan itu bertahan lama dalam diri siswa.

perpustakaan.uns.ac.id

17 digilib.uns.ac.id

d. Teori Belajar Bermakna David Ausubel Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan perkembangan belajar atau advance organizers yang didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik . Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa ”advance organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni: 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. 2) dapat berfungsi

sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang

dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari sedemikian rupa sehingga dan 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Dari penjelasan tersebut maka belajar sebagai proses yaitu: 1) belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi

pengetahuan dibenak

mereka sendiri 2) anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru 3) para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan 4) pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau preposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan 5) manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru 6) siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan dengan ide 7) proses belajar dapat mengubah struktur otak, perubahan struktur otak itu berjalan terus to seiring commit user dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.

perpustakaan.uns.ac.id

18 digilib.uns.ac.id

Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus baik, dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut Ausubel sangat abstrak, umum dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berfikir yang baik maka guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta menjelaskan materi dalam struktur yang sistematis. Untuk mendalami lebih lanjut tentang belajar bermakna, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan. 1). Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a). Pengetahuan (mengingat, menghafal), b). Pemahaman (menginterprestasikan) c). Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah), d). Analisis (menjabarkan suatu konsep), e). Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh), f). Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan sebagainya), 2). Psikomotorik, yang terdiri dari lima bagian: a). Peniruan (menirukan gerak), b). Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) c). Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), d). Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), e). Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar) 3). Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan: a). Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b). Merespon (aktif berpartisipasi), c). Penghargaan (menerima nilai, setia kepada nilai tertentu), d). Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya), e). Pengenalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian pola hidup).Belajar penemuan commit to user yang bermakna hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah

perpustakaan.uns.ac.id

19 digilib.uns.ac.id

Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar berhubungan dengan informasi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa serta cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran penemuan dimana siswa berinteraksi dengan obyek melalui pengamatan. Dalam mempelajari materi elektrokimia dengan penerapan CTL menggunakan metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada pada materi sebelumnya yaitu redoks, sehingga belajar siswa menjadi bermakna. Dengan kedua metode tersebut siswa mampu mengaplikasikan materi elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari dan siswa tidak hanya sekedar belajar hafalan. e. Teori Belajar Sosial Vygotsky Vygotsky berpendapat bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung pada faktor biologis menentukan fungsi elementer memori, atensi, persepsi dan stimulus respon. Faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Teori ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan mereka disebut zone of proximal development yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang commit saat ini.toFungsi user mental yang lebih tinggi pada

perpustakaan.uns.ac.id

20 digilib.uns.ac.id

umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yaitu pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Nur dan Wulandari (2006 dalam Trianto 2007: 27) menambahkan bahwa tugas yang kompleks tersebut dapat diajarkan sedikit demi sedikit dan komponen demi komponen sehingga pada suatu hari diharapkan akan terwujud suatu kemampuan yang utuh. Keterkaitan teori Vygotsky dalam penelitian ini bahwa pada pembelajaran materi elektrokimia dengan penerapan CTL metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa diberi tugas kemudian siswa menyelesaikannya dengan cara berkelompok sehingga muncul percakapan , kerjasama antar individu dan terjadi interaksi sosial. 3.

Contextual Teaching and Learning (CTL) Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti

“hubungan, konteks, suasana, dan keadaan (konteks)” (KUBI, 2002:519). Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Menurut Elaine B. Johnson (2009:19), CTL digambarkan sebagai berikut : “an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studiing by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with context of their personal, social and cultural circumstance. To achieve aim, the sistem encompasses the commit totheuser following eight component: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standars, usng authentic assessment.”

perpustakaan.uns.ac.id

21 digilib.uns.ac.id

Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari agar menghubungkan subjk-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: a. membuat hubungan-hubungan yang bermakna; b. melakukan pekerjaan yang berarti; c. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; d. melakukan kerja sama; e. berfikir kritis dan kreatif; f. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang; g. mencapai standar yang tinggi; h. menggunakan penilaian autentik. CTL, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih dari dari sekadar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam mencari makna “konteks” itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa manusia sendiri memiliki kapasitas dan tanggungjawab untuk mempengaruhi dan membentuk sederetan konteks yang meliputi keluarga, kelas, masyarakan dan lingkungan tempat tinggal hingga ekosistem. . Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal senada dituliskan oleh Schell and Black (1997) dalam Journal of Family and Consumer Science Education:,“The chances of enabling students to transfer learning from one teaching setting to another and/or to real life situations may increase when commit to user teachers use CTL practices. Hal yang serupa dari pernyataan di atas disampaikan

22 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pula oleh Greeno(1997), “Transfer refers to a phenomenon in which something learned in one situation is carried over to another. A student’s ability to transfer information learned in a typical classroom setting to real life situations is sporadic and by chance. Bahwa ada transfer informasi saat belajar pada keadaan atau situasi tertentu dalam kehidupan nyata siswa. Menurut Brooks & Brooks, 1993 dalam Elaine B. Johnson. Ketika guru menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan komponen-komponen CTL, yang sesuai dengan kebutuhan manusia untuk mencari makna dan kebutuhan otak untuk menjalin pola-pola, secara intuitif merekan mengikuti cara yang sesuai dengan penemuan-penemuan dalam psikologi dan penelitian tentang otak. Menghubungkan

isi

dari

subjek-subjek

akademik

dengan

pengalaman-

pengalaman para siswa sendiri untuk member makna pada palajaran. Pada waktu yang besamaan, tanpa disadari, mereka telah mengikuti tiga prinsip yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern sebagai prinsip yang menunjang dan mengatur segalanya di alam semesta. Belajar akan lebih bermakana jika anak mengalami apa yang dipejinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi dalam mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan anta materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota, keluarga, dan masyarakat. Ada 7 commit to user (tujuh) komponen utama dalam CTL, yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id

a.

23 digilib.uns.ac.id

Konstruktivisme (Constructivism), Merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekastual yaitu

pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengeahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melaui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ideide yaitu siswa yang harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. b.

Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertany, karena

bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; 2) mengecek pemehaman siswa; 3) membangkitkan respon pada siswa; 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; 6) memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; 7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. c.

Menemukan (Inquiri) Menemukan merupakan bagian inti dari pendekatan kontekstual. Pengetahuan

dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya mengingat seperangkat fakta-fakta, tertapi juga hasil menemukan sendiri. Siklus inquiri commit to user adalah: 1) observasi (observation), 2) bertanya (questioning), 3) mengajukan

24 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dugaan (hyphotesis), 4) pengumpulan data (data gathering), 5) penyimpulan (conclusion). Kata kunci dari strategi inquiri adalah siswa menemukan sendiri. Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah: 1) merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun, 2) mengamati atau melakukan observasi, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audience lainnya. d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep learning community menyarankan agar hasi pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat mengkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera member usul, dan seterusnya. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. e. Pemodelan (Modeling) Dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu member peluang yang besar bagi guru untuk member contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru member model tentang bagaimana cara mengajar. Sebagian guru member contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas, misalnya menemukan kata kunci commit to user dalam bacaan.

Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara

perpustakaan.uns.ac.id

25 digilib.uns.ac.id

menemukan kata kuci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat, dengan memanfaatkan gerak mata (scaning). Ketika guru mendemonstrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa mengemati guru membaca dan membolak balik teks. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya. Siswa contoh tersebut dikatan sebagi model, siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yan harus dicapai. f. Refleksi (Reflection) Reflaksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru depelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru dierima. Pengetahuan yang bermakna dipeoleh dari proses belajar. Pengetahuan yang dimilki siswa diperluas malalui konteks pembelajaran, kemudian diperluas sedikit demi sedikit sehingga berkembang. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan commit to user gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa

26 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran

dengan

benar.

Apabila

data

yang

dikumpulkan

guru

mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode atau akhir semester. Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti formatif dan sumatif, tetapi dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, yaitu tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin onformasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Dalam jurnal oleh Richard L. Lynch dan Dorothy Harnish dengan judul Journal of Contextual Teaching and Learning Project Brief, melalui penggunaan strategi CTL, menyimpulkan bahwa a. keterlibatan dan motivasi siswa meningkat, b. sikap siswa terhadap pembelajaran diperbaiki, c. perilaku telah ditingkatkan, dan d. efek interaktif yang dihasilkan menyebabkan pemahaman yang lebih mendalam, retensi, dan penerapan pengetahuan oleh siswa. Ada berbagai macam prinsip ilmiah dalam CTL, diantaranya ada 3 yaitu prinsip kesaling-bergantungan, prinsip diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri. commit to user

27 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

a. Prinsip Kesaling-bergantungan Prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan para pendidik yang lainnya, dengan siswa-siswa merekan, dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip ini meminta mereka membangun hubungan dalam semua yang mereka lakukan. Prinsip kesalingbergantungan ada di dalam segalanyasehingga mamungkinkan para siswa untuk membuat hubungan yang bermakana.

Pemikiran kritis dan kreatif menjadi

mungkin. Kedua proses tersebut terlibat dalam mengidentifikasi hubungan yang akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru. b.

Prinsip Diferensiasi Kata diferensiasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta

untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, kelimpahan, dan keunikan. Komponen pembelajaran dan pengajaran kontekstual yang mencakup pembelajaran praktik aktif dan langsung (hands-on) misalnya terus-menerus menantang para siswa untuk mencipta. Para siswa berfikir kreatif ketika mereka menggunakan pengetahuan akademik untuk meningkatkan kerjasama antar anggota kelas mereka, ketika mereka merumuskan langkah-langkah untuk menyelesaikan sebuah tugas sekolah, atau mengumpulkan dan menilai informasi mengenai suatu masalah masyarakat. Secara alami, CTL juga memajukan kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerjasama. c.

Prinsip Pengaturan Diri Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan

pribadi siswa, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan commit to user diri. Siswa menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, meniali

28 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti. Perbedaan CTL dengan konvesional menurut Dharma Kesuma (2010: 8586) bisa dilihat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perbedaan pendekatan CTL dengan konvensional Konvensional

CTL Belajar berdasarkan pengalaman nyata siswa Siswa berupaya mempelajari

Belajar berdasarkan abstraksi

Siswa menemukan sendiri

Siswa diberitahu guru

Siswa sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai subjek ajar)

Guru sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai objek ajar)

Guru memberikan penguatan

Guru memberikan kesimpulan

Siswa memahami makna pembelajaran Menyandarkan pada pemahaman makna Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa

Siswa menghafal materi pembelajaran

Mengaitkan materi ajar dengan pengalaman siswa

Hanya mengarahkan materi ajar pada satu budang tertentu

Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Perilaku dibangun atas kebiasaan

Ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Siswa berupaya menemukan, menggali, berdiskusi, berfikir kritis, memecahkan masalah.

Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan

Siswa berupaya mengetahui

Menyandarkan pada hafalan Pemilihan informasi berdasarkan pemilihan guru

Siswa berupaya mengerjakan tugas, mendengarkan ceramah

Menurut Lynch dan Harnish (2003) jurnal oleh Ifraj Shamsid-Deen yang berjudul Journal of Family and Consumer Sciences Education. Vol. 24, No 1, tingkat belajar lebih tinggi tampaknya terjadi ketika mengajar kontekstual dan commitoleh to user strategi pembelajaran yang digunakan guru pemula. Siswa lebih terlibat, termotivasi, dan penuh perhatian ketika mengajar kontekstual dan praktik

perpustakaan.uns.ac.id

29 digilib.uns.ac.id

pembelajaran yang digunakan menemukan bahwa tampak pembelajaran kontekstual dengan praktik belajar berlangsung secara teratur di sebagian besar ruang kelas. Hal ini terutama berlaku dengan praktek siswa memiliki aktif terlibat, pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata, dan belajar dari satu sama lain. 4.

Metode Eksperimen Metode mengajar menurut Nana Sudjana ialah cara yang dipergunakan guru

dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Hal yang penting dalam metode ialah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Secara umum pengertian eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecakan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Sering disebut metode laboratorium karena percobaannya biasanya dilakukan di laboratorium. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Namun dalam praktek guru dapat pula melakukan eksperimen untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini seakan-akan teori atau hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk menemukan (Paul Suparno, 2006: 77). Petunjuk penggunaan metode eksperiman; a. persiapan perencanaan: 1) tetapkan tujuan ekperimen; 2) tetapkan langkahcommit to user langkah pokok ekperimen; 3) Siapkan alat-alat yang diperlukan; b. pelaksanaan

perpustakaan.uns.ac.id

30 digilib.uns.ac.id

eksperimen; 1) usahakan ekperimen dapat diikuti seluruh siswa; 2) tumbuhkan sikap kritis terhadap siswa sehingga terdapat tanya jawab, dan diskusi tentan masalah yang diekperimenkan.; 3) buatlah penilaian dari kegiatan siswa, dalam ekperimen tersebut; c. tindak lanjut eksperimen. Setelah eksperimen selesai, berikanlah tugas kepada siswa secara tulis maupun tulisan, yaitu dengan membuat laporan hasil eksperimen ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan eksperimen yang dilakukan. Dengan demikian kita dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen dipahami siswa. Menurut Syaiful Sagala (2003: 220-221) metode eksperimen mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja; b. dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; c. metode ini didukung oleh asas-asas ditaktik modern, antara lain : 1) siswa belajar dengan mengalami dan mengamati sendiri atau proses kejadian; 2) siswa terhindar jauh dari verbalisme; 3) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis; 4) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; 5) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. Sedangkan kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a. pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah; b. setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu commit to user yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; dan c. sangat

perpustakaan.uns.ac.id

31 digilib.uns.ac.id

menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru. Ada beberapa cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode eksperimen atara lain: a. hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan ekperimen; b. hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dengan eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat; c. bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan yang diperlukan; dan d. guru perlu merangsang agar setelah ekperimen berakhir, ia membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan. 5.

Metode Pemberian Tugas. Menurut Syaiful Sagala (2003: 220-221) metode pemberian tugas adalah cara

penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajar. Tugas merancang siswa untuk belajar baik secara individual maupun kelompok. Adapun kebaikan atau kelebihan dari metode tugas adalah : a. pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka commit to user akan lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik; b. mereka berkesempatan

32 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri; c. tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari; d. tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat; dan e. metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehinggan tidak membosankan. Adapun kelemahan dari metode pemberian tugas antara lain : a. seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniruhasil pekerjaan orang lain , tanpa mengalami peristiwa belajar; b. adakalanya tugas itu oleh orang lain tanpa pengawasan; c. apabila tugas teralu diberikan atau sekedar melepaskan tanggungjawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan mental mereka dapat terpengaruh; dan d. karena kalau tugas diberikan secara umum mungkin serang siswa akan mengalami kesulitan. Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode pemberian tugas, antara lain: a. tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka mengerti apa yang harus dikerjakan; b. tugas yang diberikn kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-masing; c. waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup; d. adalah control atau pengawasan yang sistematis atau tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa untuk belajar dengan

sungguh-sungguh;

e.

tugas-tugas

yang

diberikan

hendaknya

mempertimbangkan; 1) menarik minat dan perhatian siswa; 2) mendorong siswa commit to user untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan; 3) diusahakan tugas itu bersifat

perpustakaan.uns.ac.id

33 digilib.uns.ac.id

praktis dan ilmiah; dan 4) bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambil dari halhal yang dikenal siswa. 6. Motivasi Berprestasi Menurut Oemar Hamalik (2004) istilah motivasi menunjukkan kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adala proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat. Sedangkan menurut McDonal dalam Oemar Hamalik “Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Hamzah B. Uno (2007), motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator, atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dari sudut commit to user sumber yang menimbulkannya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu

34 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan, motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Motivasi berprestasi, menurut Hamzah B. Uno, adalah motivasi untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motivasi untuk memperoleh kesempurnaan. Motivasi semacam itu merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari “dalam” diri manusia yang bersangkutan. Motivasi berprestasi adalah

motif yang dipelajari, sehingga motif itu dapat

memperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Motivasi berprestasi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja (performance) seseorang, termasuk dalam belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menundanunda pekerjaannya. Penyelasaian tugas semacam itu bukanlah karena dorongan dari luar, melainkan merupakan upaya pribadi. Berani mengambil resiko, dan orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih rekan kerja yang tinggi, dan tidak memerlukan rekan kerja yang rendah. Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan diatas dibuat indikator motivasi berprestasi dengan klasifikasi : a. adanya hasrat dan keinginan berhasil; b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c. adanya harapan dan cita-cita masa depan; d. adanya penghargaan dalam belajar; e. adanya kegiatan yang commit to user menarik dalam belajar; f. adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

35 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. 7.

Kreativitas

a.

Pengertian Kreativitas Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam

dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan pengetahuan, dan ketrampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. Pengembangan ketiga ranah ketrampilan berfikir tersebut tergantung pada bagaimana guru menerapkan strategi yang tepat dalam mengajar dan usaha maksimal siswa mengikuti pelajaran secara aktif sehingga timbul keingintahuan dan upaya meningkatkan pengetahuannya. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta (Purwodarminto, 1984). Sedangkan menurut Kuper & Kuper, (2000) dalam Mar’at (2006:176) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Utami Munandar (2004:7) melalui penelitiannya di Indonesia, menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif yang diharapkan oleh bangsa Indonesia, yaitu: 1) mempunyai daya imajinasi yang kuat; 2) mempunyai inisiatif ; 3) mempunyai minat yang luas; 4) mempunyai kebebasan dalam berfikir; 5) bersifat ingin tahu; 6) selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru; 7) mempunyai kepercayaan diri yang kuat; 8) berani mengambil resiko; 9) berani mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan. b.

Pembelajaran Kreatif

commit to user

Belajar kreatif merupakan situasi belajar yang memberi ruang kepada

36 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

siswa untuk berkembang secara optimal sedangkan guru cakap dalam menstimulasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan pikirannya, di sini terjadi interaksi yang tinggi antara guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas, kegiatan yang menantang kreativitas siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang kratif, diperlukan berbagai ketrampilan mengajar. Delapan ketrampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. c.

Strategi Pembelajaran Kreatif Berbagai strategi pembelajaran kreatif yang telah terbukti berhasil

meningkatkan kreativitas siswa adalah : 1) pembelajaran yang berpusat pada siswa. Di sini guru berperan sebagai fasilitator, teman belajar, inspirator, navigator dan orang yang berbagai pengalaman; 2) penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pembelajaran. Guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar; 3) strategi manajemen kelas. Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan

siswa

dengan

menghormati

berbagai

kebutuhan

dan

individualitasnya; 4) meningkatkan kreativitas para siswa adalah dengan menghubungkan isi pembelajaran dengan konteks nyata kehidupan nyata; 5) commit to user menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk berfikir kreatif.

37 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Utami

Munandar

(2004:7)

melalui

penelitiannya

di

Indonesia,

menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif yang diharapkan oleh bangsa Indonesia, yaitu: 1) mempunyai daya imajinasi yang kuat; 2) mempunyai inisiatif; 3) mempunyai minat yang luas; 4) mempunyai kebebasan dalam berfikir; 5) bersifat ingin tahu; 6) selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru; 7) mempunyai kepercayaan diri yang kuat; 8) berani mengambil resiko; 9) berani mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan. d.

Penghalang Kreativitas Sayangnya sekolah-sekolah sering menjadi penghalang bagi kreativitas.

Seperti yang ditunjukkan contoh di bawah ini. Mereka yang mencipta harus mengatasi rintangan yang sulit. Diantara banyak kendala yang membungkam kreativitas, yang berikut ini khususnya merusak: 1) Sensor internal dari sesorang; 2) Orang-orang yang mencari kesalahan; 3) Peraturan dan persyaratan yang membatasi dan melarang; 4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya; 5) Pengotak-otakan; 6) Memusuhi intuisi; 7) Takut membuat kesalahan; 8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung. Berfikir kreatif membuat kita bisa melewati kendala-kendala tersebut. Mereka yang menanamkan kebiasaan berfikir kreatif melihat kemungkinan-kemungkinan baru, bukan batasan, dan mereka berani berekserimen tanpa takut berbuat salah. Mereka mengikuti kompas nurani mereka dan memperkaya hidup orang lain dan bahkan bumi dengan keaslian mereka. Dari beberapa pendapat tentang kreativitas dan ciri-ciri siswa yang mempunyai kreativitas, maka dapat dibuat indikator untuk kreativitas yaitu siswa dengan : a. ide-ide kreatif, b. berani mengambil keputusan, c. mempunyai commit to user pemikiran yang unik, d. kemauan yang besar, dan e. bersikap kritis.

perpustakaan.uns.ac.id

8.

38 digilib.uns.ac.id

Prestasi Belajar Prestasi dapat didefinisikan sebagai bukti dari usaha yang telah dicapai

(Winkel, 1988:2). Prestasi belajar diartikan sebagai usaha nyata yang diukur untuk memenuhi kebutuhan kegiatan didaktik dan kegiatan pembelajaran (Suharsimi Arikunto. 1989:33), sedangkan prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie yang artinya hasil usaha menurut Menurut Zainal Arifin (1988:2), prestasi belajar mempunyai fungsi utama, yaitu: a. sebagai indikator kualitas yang telah dikuasai siswa; b. sebagai lambang pemenuhan hasrat ingin tahu; c. sebagai bahan informasi dan inovasi dalam pendidikan, maksudnya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan; d. sebagai indikator intern, artinya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu instansi pendidikan. Indikator ekstern artinya bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik dalam masyarakat; e. prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap yang ada pada siswa. Pengertian Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dari kegiatan belajar baik di kelas, di sekolah maupun diluar sekolah. Untuk mengetahuai apakah pelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak dapat di tinjau dari proses pengajaran itu sendiri dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Pengajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada diri siswa yang terjadi akibat belajar. Prestasi belajar dapat di ketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan commit to user oleh guru Kegiatan penilaian merupakan salah satu aspek dari suatu kegiatan atau

perpustakaan.uns.ac.id

39 digilib.uns.ac.id

usaha. Dari penilaian dapat diketahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dalam kegiatan tersebut. Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar ini disebut dengan prestasi. Sistem penilaian yang berlaku dalam pembelajaran KTSP, tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata-mata hasil. Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Seperti yang dijelaskan oleh Bloom, membagi tiga ranah hasil belajar yang dikenal dengan istilah taksonomi Bloom, yaitu ranah kognitif adalah kemampuan berpikir yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi . Pada tingkat pengetahuan peserta didik menjawab pertanyaaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-kata sendiri. Misalnya menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mensisntesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya melakukan judgesment(pertimbangan) commit to user terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.

perpustakaan.uns.ac.id

40 digilib.uns.ac.id

Kemampuan afektif yang berkaitan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain,dan kemampuan mengendalikan diri. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan dari perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Padahal keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal . Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi siswa, guru harus memperhatikan karakteristik afektif siswa. Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif , ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh sebab itu penting dinilai hasil-hasilnya. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Antara lain : a. Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala; b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh siswa terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, commit to user kepuasan dalam menjawab stimulus; c. Valuing( penilaian) berkenaan dengan

perpustakaan.uns.ac.id

41 digilib.uns.ac.id

kepercayaan /keyakinan atau sikap terhadap stimulus; d. Organisasi yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi; e. Karakteristik nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki siswa. Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua , perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral . Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positip, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan,dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,guru dan sebagainya. Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Minat/keinginan juga merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk: mengetahui minat siswa sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, mengetahui bakat dan minat siswa yang sesungguhnya ,menggambarkan keadaan langsung di kelas, mengelompokan siswa yang memiliki minat sama, yaitu untuk commit to user meningkatkan motivasi belajar siswa.

42 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir siswa yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi siswa. Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Sehingga moral biasanya berkaitan juga dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah kejujuran, integritas, adil, dan kebebasan. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang berkaitan dengan kegiatan yang melibatkan anggota badan dan gerak fisik. 9.

Pembelajaran Kimia Pembelajaran merupakan perpaduan dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar

dan aktivitas belajar (Akhmad Rohani, 1990:63). Aktivitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis itulah yang menjadi indikator suatu aktivitas mengajar itu berjalan dengan baik. Suatu pengajaran disebut berhasil dan berjalan dengan baik jika pengajaran itu mampu mengubah siswa

dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan

kesadaran siswa untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh siswa selama ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya yang secara langsung bagi perkembangan pribadinya. commit to user

43 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pembelajaran kimia bertujuan agar siswa dapat menguasai konsep-konsep ilmu kimia dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Pembelajaran kimia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. isi pelajaran yang memperhatikan perkembangan kimia; b. memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang bidang kimia yang meliputi fakta, konsep dan teori kepada siswa; c. memberikan wawasan cara berfikir ilmiah; d. melakukan kerja praktik dan labratorium; e. menyadarkan siswa akan penggunaan kimia dalam kehidupan sehari-hari. a.

Materi Belajar Kimia Elektrokimia

1) Bilangan Oksidasi Konsep dasar reaksi redoks untuk menentukan bilangan oksidasi adalah: a)

Atom suatu unsur memiliki bilangan oksidasi 0

b) Atom H dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi +1 c)

Atom O dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi -2

d) Atom logam dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi positif, seperti golongan IA memiliki

bilangan oksidasi +1

golongan IIA

memiliki

bilangan oksidasi +2 e)

Jumlah bilangan oksidasi atom dalam senyawa = 0

f)

Jumlah bilangan oksidasi atom dalam ion = muatan ion

g) Selain itu untuk menentukan bilangan oksidasi juga memperhatikan: keelektronegatifan dan struktur senyawa. Sebagai contoh: HCl, HClO, HClO2, HClO3, dan HClO4 mempunyai jumlah bilangan oksidasi commit to user yang berbeda pada atom Clnya.

44 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Konsep dasar reaksi redoks yang perlu diketahui adalah: a) Oksidasi adalah : Peristiwa pelepasan elektron. Peningkatan (naiknya) bilanganangan oksidasi b) Reduksi adalah : Peristiwa penangkapan elektron. Pengurangan (penurunan) bilangan-bilangan oksidasi c) Reaksi redoks adalah : Reaksi yang mengandung peristiwa reduksi dan oksidasi. Reaksi perubahan bilangan oksidasi Contoh: Tentukan peristiwa reduksi dan oksidasi dalam reaksi berikut Fe2O3 (s) + CO (g) ® 2FeO (s) + CO2 (g) Fe2 O3 (s) + CO (g) ® 2FeO (s) + CO2 (g) +3

-2

+2 -2

+2

-2

+4 -2

Oksidasi Reduksi

2) Pengertian Elektrokimia Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi kimia yang yang menghasilkan energi listrik. Sel elektrokimia adalah sel-sel tempat menghasilkan energi dari energi kimia diubah menjadi energi listrik. Ada 2 macam sel elektrokimia yaitu: a) Sel Volta Dikembangkan oleh Alesandro Volta dan Luigi Galvani. Dalam sel ini reaksi commit to user

45 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

redoks menghasilkan arus listrik atau energi kimia diubah menjadi energi listrik. Contohnya adalah batu baterai dan aki. Pada sel volta yang menggunakan 2 larutan elektrolit, seperti larutan ZnSO4 dan CuSO4. Dlm larutan ZnSO4 dimasukkan Zn sebagai elektroda negatif (anoda) dan larutan CuSO4 sebagai elektroda positif (katoda), kedua larutan ini dihubungkan dengan jembatan garam (terdiri atas KCl 1 M dalam agar-agar) yang berfungsi mempertahankan kenetralan medium elektrolit berada, arus listrik yang dihasilkan mengalir dari anoda ke katoda. Untul lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini: Kabel

Volmeter Logam Fe

Penjepit Jembatan garam

Logam Cu

Larutan FeSO4 1M

Larutan CuSO4 1M 40 mL

40 mL

Gambar 2.1. Rangkaian sel Volta Anoda : Zn (s) ® . Zn+2 (aq)+ 2e commit to user Katoda : Cu+2 (aq)+ 2e ® Cu (s)

46 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. pada sel volta berlaku : (1) Diantara 2 elektroda, logam yang memiliki E0 (energi potensial) lebih kecil (lebih negatif) selalu berfungsi sebagai anoda. (2) Elektron berpindah dari anoda ke katoda, maka pada sel volta anoda merupakan elektroda negatif dan katoda merupakan elektroda positif. (3) Suatu sel volta dapat dinotasikan sebagai berikut: anoda / larutan(ion anoda) // larutan(Ion katoda) / katoda (4) Potensial listrik yang dihasilkan sel volta disebut potensial sel (Eosel) yang berharga positif. Eo sel

= E0 reduksi – E0 oksidasi = E0 katoda – E0 anoda = E0 kanan – E0 kiri = E0 yang besar – E0 yang kecil

Suatu sel volta tersusun dari elektroda timah dan alumunium: Sn+2 (aq)+ 2e ® .Sn (s)

E0 = -0,14 volt

Al +3 (aq)+ 3e ® .Al (s)

E0 = -1,66 volt

(a) Al berfungsi sebagai anoda (E0 yang lebih kecil) (b) Sn berfungsi sebagai katoda (E0 yang lebih besar) (c) Gambar notasi selnya adalah anoda / larutan (ion anoda) // larutan(Ion katoda) / katoda Al / Al3+ // Sn2+ / Sn (d) Reaksi sel : Anoda : Al (s) ® . Al+3 (aq) + 3e (x2) = 2 Al ® .2 Al+3 + 6 e Katoda : Sn+2 (aq) + 2 e ® Sn (s) (x3) = 3 Sn+2 + 6 e ® .3 Sn commit to user Jadi

2 Al (s) + 3 Sn+2 (aq) ® 2 Al +3 (aq) + 3 Sn (s)

47 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jumlah potensial selnya adalah :

= E0 kanan – E0 kiri = E0 Sn – E0 Al = (-0,14) – ( -1,66) = 1,52 volt

(1) Baterai. Pada bagian dalam baterai dimasukkan pasta yang terdiri dari campuran MnO2, NH4Cl, dan karbon. Batang grafit dibenamkan dalam pasta yang bertindak sebagai katoda. Reaksi yang terjadi adalah: Anoda : Zn (s) ® . Zn+2 (aq) + 2e Katoda : 2MnO2 (s) +2NH4 (aq) +2e ® .Mn2O3 (s) + 2NH3 (aq) + H2O (l) Baterai semacam ini biasanya disebut batu beterai atau sel kering (sel Leclante). Baterai alkali merupakan bentuk lain dari sel kering yang lebih tahan lama. Pada baterai ini seng bertindak sebagai anoda dan MnO2 sebagai katoda. Elektrolit yang digunakan adalah KOH dalam bentuk pasta dengan reaksi : Anoda : Zn (s)+ 2OH- (aq) ® . Zn(OH)2 (s) + 2e Katoda : 2MnO2 (s) + 2H2O (l)+ 2e ® .MnO(OH) (s) + 2OH- (aq) Baterai yang biasanya digunakan dalam arloji, kalkulator dan alat elektronik adalah baterai perak oksida yang bentuknya kecil. Baterai ini terdiri atas anoda seng dan katode Ag2O dengan elektrolit KOH berbentuk pasta. Anoda : Zn (s)+ 2OH- (l) ® . Zn(OH)2 (s) + 2e Katoda : Ag2O (s) +H2O (l)+2e ® .2Ag (s) + 2OH- (aq) (2) Sel Aki Sel aki terdiri dari pelat timbal (Pb) dan PbO2 Pb bertindak sebagai anoda dan PbO2 sebagai katoda, keduanya commit dicelupkan dalam larutan H2SO4 30% sebagai to user medium pelarutnya.

perpustakaan.uns.ac.id

48 digilib.uns.ac.id

(a) Cara kerja sel aki Ketika sel aki menghasilkan listrik, anoda Pb mengalami oksidasi menjadi Pb+2 yang kemudian bereaksi dengan SO42- menjadi PbSO4. Pada katoda PbO2 mengalami reduksi menjadi Pb+2 yang kemudian bereaksi dengan SO42- menjadi PbSO4, sehingga waktu menghasilkan listrik H2SO4 berkurang. Potensial tiap sel aki 2 volt. Anoda : Pb (s) + SO42- (aq) ® PbSO4 (s) + H+ (aq) + 2e Katoda : PbO2 (s) + 4H+ (aq)+ SO42- (aq) + 2e ® PbSO4 (s) + 2H2O (l) Reaksi sel: Pb(s) + PbO2(s) + 4H+(aq) +SO42-(aq)+2e ® 2PbSO4 (s)+ 2H2O(l) (b) Pengisian Aki Tujuannya adalah untuk mendapatkan kembali elektroda Pb dan PbO2 yang telah berubah menjadai PbSO4. Caranya dengan menghantarkan arus listrik searah dari kutup negatif ke kutup positif atau dari arah yang berlawananan dengan cara kerja aki sehingga terjadi reaki kebalikan. b) Korosi Pada proses korosi besi, bagian dari permukaan besi bertindak sebagai anoda yang mengalami oksidasi yaitu Fe(s) ® Fe2+ (aq) + 2e. Elektron mengalir ke permukaan besi, disini O2 mengalami reduksi : O2 (g) + 4H+ (aq)+ 4e ® 2H2O (l) atau O2 (g) + 2H2O (l) + 4e ® 4OH- (aq) Fe2+ yang terbentuk di anoda mengalami oksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ kemudian Fe3+ membentuk Fe2O 3 yang mengikat air sehingga terbentuk karat commit to user besi Fe2O3 x H2O.

49 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Beberapa cara untuk memperlambat korosi : (1) Pada pembuatan logam diusahakan agar zat yang dicampur tersebar secara homogen dan merata (2) Melapisi permukaan logam dengan logam lain yang lebih mulia atau sangat sulit teroksidasi seperti dengan penyepuhan. (3) Melapisi permukaan logam dengan cat anti karat atau minyak untuk mencegah kontak langsung dengan udara (4) Memberi kantong-kantong anti lembab atau menutupi bagian-bagian yang terbuka (5) Menghubungkan logam dengan logam lain yang sulit mengalami oksidasi dengan kawat seperti pipa besi dibawah tanah diproteksi dengan membuat pipa itu menjadi katoda yang dihubungkan dengan logam aktif seperti Magnesium B. PENELITIAN YANG RELEVAN 1.

Arni Astuti (2009) melakukan penelitia dengan judul: “Pembelajaran Kimia

Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Melalui Metode Proyek dan Eksperimen

Ditinjau Dari Sikap Ilmiah

dan Kemampuan

Berkomunikasi Siswa (Studi Kasus Pada Materi Larutan Asam Basa Kelas XI IPA Semester 2 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009).”Tesis Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Persamaan terlatak pada pendekatan, dan salah satu metode yang digunakan yaitu metode eksperimen. Perbedaan terletak pada variabel moderator yaitu sikap ilmiah dan kemampuan berkomunikasi siswa. Hasil: Terdapat pengaruh yang commit to user signifikan antara penggunaan metode proyek dan eksperimen.

Siswa yang

50 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mempunyai sikap ilmiah tinggi dan kemampuan awal yang tinggi akan mencapai prestasi belajar yang tinggi bila menggunakan terapi metode Proyek. 2.

Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti: Kuncoro Puji Raharjo (program

Pendidikan

Sains

Universitas

Sebelas

Maret

Pembelajaran Berbasis Proyek pada materi

Surakarta) dengan

Bentuk

judul:

Molekul menggunakan

Media 3 D dan Komputasi dengan memperhatikan Kreativitas dan Gaya Belajar Siswa. Persamaan dari judul penelitian ini adalah variabel moderator yaitu kreativitas dan perbedaannya pada pendekatan dan metode yang digunakan. Hasil: terdapat pengaruh kreativitas (tinggi rendah) terhadap prestasi belajar siswa pada materi bentuk molekul. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan memberikan rerarta prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding

siswa yang

mempunyai kreatrivitas sedang atau rendah baik yang diberi metode berbasis proyek dengan menggunakan media 3D. 3.

Penelitian yang dilakukan oleh Riolita Anggraini (2007) tentang pengaruh

model CTL terhadap prestasi belajar ditinjau dari kemampuan tingkat berfikir siswa. Hasilnya bahwa siswa yang diberi pembelajaran yang dengan menggunakan CTL yang mempunyai tingkat berfikir abstrak mempunyai prestasi belajar yang baik. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Riolita Anggraini adalah pembelajaran yang menggunakan CTL. Sedangkan perbedaanya adalah metode yang digunakan. 4.

Penelitian yang dilakukan oleh Sriani (2010) melakukan penelitian dengan

judul ”Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah Dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Sikap Ilmiah dan Kreativitas Siswa”. Hasil penelitian commit to user menyimpulkan adanya interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas

51 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

terhadap prestasi belajar fisika tentang materi listrik dinamis. Jadi faktor metode, sikap ilmiah dan kreativitas berpengaruh dalam pembelajaran. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Sriani dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode yang digunakan yaitu eksperimen dan kreativitas siswa. Perbedaan penelitian yang dilakukan Sriani dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia menggunakan

pembelajaran CTL metode

pemberian tugas dan motivasi berprestasi. 5.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulia Saraswati dengan judul: Pembelajaran

Fisika melalui Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal dan perhatian Siswa. (Program Studi Pendidikan Sains

Universitas

Sebelas

Maret

Surakarta).

Perbedaan

terletak

pada

pembelajarannya dan variabel moderatornya, sedangkan persamaan terletak pada salah satu metode yang digunakan yaitu metode eksperimen. Hasil: Terdapat pengaruh antara metode pembelajaran fisika inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau

dari kemampuan awal dan penguasaan

konsep listrik dinamis. C. KERANGKA BERFIKIR Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori, dan penelitian yang relevan, maka dapat disusun kerangka berfikir sebagai berikut: 1.

Pengaruh Pendekatan CTL Dengan Menggunakan Metode Ekperimen Dan Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Materi elektrokimia merupakan materi yang abstrak dan juga nyata, aliran

elektron pada elektrokimia tidak dapat diamati sehingga dikatakan abstrak commit to user sedangkan zat hasil elektrokimia yang terjadi di anoda dan katoda dapat diamati

perpustakaan.uns.ac.id

52 digilib.uns.ac.id

misalnya terjadi gas, endapan atau asam maupun basa yang dapat ditunjukkan dengan indikator. Menurut teori belajar Ausubel pembelajaran berdasarkan penemuan siswa berinteraksi langsung dengan obyek melalui pengamatan. Materi elektrokimia dibahas dengan cara praktikum sehingga siswa langsung mengamati perubahan-perubahan selama elektrokimia berlangsung. Metode eksperimen mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecakan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar.. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Kelebihan metode eksperimen adalah membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja, dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, metode ini didukung oleh asas-asas ditaktik modern, antara lain siswa belajar dengan mengalami dan mengamati sendiri atau proses kejadian, siswa terhindar jauh dari verbalisme, memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berfikir ilmiah, hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. Sedangkan kelemahan metode eksperimen adalah setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian dan sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru. Metode pemberian tugas commit menyajikan to userbahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian

perpustakaan.uns.ac.id

53 digilib.uns.ac.id

harus dipertanggungjawabkannya. Tugas merancang siswa untuk belajar baik secara individual maupun kelompok. Adapun kelebihan dari metode tugas adalah pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik, mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri, tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari, tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Adapun kelemahan dari metode pemberian tugas antara lain seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar, ada kalanya tugas itu oleh orang lain tanpa pengawasan, apabila tugas teralu diberikan atau sekedar melepaskan tanggungjawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan mental mereka dapat terpengaruh dan karena kalau tugas diberikan secara umum mungkin serang siswa akan mengalami kesulitan. Kedua metode tersebut berperan besar dalam menghasilkan prestasi yang baik. Diduga prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode pemberian tugas lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode eksperimen. 2.

Pengaruh Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan commit to user perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator, atau unsur yang mendukung. Hal ini

54 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Motivasi

berprestasi

sangat

berpengaruh

terhadap

unjuk

kerja

(performance) seseorang, termasuk dalam belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaannya. Penyelasaian tugas semacam itu bukanlah karena dorongan dari luar, melainkan merupakan upaya pribadi. Berani mengambil resiko, dan orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih rekan kerja yang tinggi, dan tidak memerlukan rekan kerja yang rendah. Materi elektrokimia merupakan materi yang kompleks karena melibatkan banyak pengetahuan diantaranya matematika dan fisika. Siswa harus menguasai kedua pengetahuan tersebut untuk mempertajam materi elektrokimia sebelum melakukan percobaan. Menurut konstruktivisme belajar memadukan antara realitas internal dan eksternal. Realitas internal adalah susunan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sedangkan realitas eksternal adalah obyek yang menjadi bahan kajian. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mampu mengintergrasikan antara realitas internal dan realitas eksternal. Diduga siswa yang motivasi berprestasinya tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa commit to user yang memiliki motivasi berprestasi rendah pada materi elektrokimia.

55 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.

Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta Karena

itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep, menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik. Berdasarkan

ciri – ciri tersebut siswa-siswa yang kreativitasnya tinggi akan

cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat percobaan karena mereka telah memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrokimia diberikan oleh guru dengan menggunakan percobaan. Percobaaan tersebut merangsang siswa yang kreatif untuk mencoba malakukan percobaaan tersebut engan variasi yang dimiliki sehingga siswa-siswa tersebut lebih memahami materi elektrokimia. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Sesuai dengan teori belajar Bruner siswa yang kreativitasnya tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik. Diduga siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada pembelajaran materi elektrokimia. commit to user

56 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.

Interaksi antara Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen Dan Pemberian Tugas Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas yang

diterapkan pada pelajaran kimia pokok bahasan elektrokimiadimana siswa dapat merencanakan, melakukan percobaan dan mengamati secara langsung setiap konsep-konsep yang dipelajari. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi lebih tinggi akan mempunyai dorongan yang kuat untuk dapat memperoleh hasil yang baik sedangkan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang rendah cenderung untuk berputus asa. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi juga akan lebih giat dan antusias dalam mempelajari elektrokimia karena semangat tersebut diperolehnya dari dalam diri mereka masing-masing. Diduga ada interaksi antara pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada materi elektrokimia. 5.

Interaksi Penggunaan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen dan Pemberian Tugas dengan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pendekatan CTL merupakan suatu contoh pendekatan pembelajaran yang

inovatif, di dalamnya terdapat metode eksperimen dan pemberian tugas. Metode pembelajaran

eksperimen

memerlukan

ketekunan

menjabarkan

konsep,

membentuk kelompok, melakukan interaksi antara pengetahuan dan kekompakan kelompok serta mengevaluasi kemajuan kelompok. Sedangkan metode pemberian commit to user tugas

juga

memerlukan

ketekunan,

kemampuan

dalam

menemukan,

57 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menyelesaikan dan menghasilkan karya yang aktual. Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi elektrokimia yang mengacu pada penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang sesuai karakter materi yang dipelajari akan mampu memperjelas materi elektrokimia. Siswa yang kreatif akan lebih mudah dalam memahami konsep elektrokimia. Diduga ada interaksi antara pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada materi elektrokimia. 6.

Interaksi

Antara

Motivasi

Berprestasi

Dan

Kreativitas

Siswa

Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, demikian pula ada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan mempunyai daya cipta yang tinggi dalam belajarnya sehingga lebih baik dalam

memahami materi

elektrokimia dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai semangat yang kuat dari dalam diri yang besar dan mendorong untuk bisa sehingga diduga prestasi belajarnya lebih baik. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai interaksi pribadi dengan lingkungannya cukup tinggi, senang belajar dengan cara mengamati bahkan mencoba berulang-ulang terhadap suatu percobaan sehingga menghasilkan banyak produk, senang bekerja. Motivasi berprestasi ditunjukkan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains, dan terjadi dalam kegiatan ilmiah untuk mengamati obyek tertentu, Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi kecenderungan commit to user bertindak atau berperilaku dalam menerapkan pengetahuan secara sistematik dan

58 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

melalui langkah-langkah kimia. Siswa yang kreativitas dan motivasi berprestasi tinggi pada umumnya mempunyai daya nalar, penguasan materi lebih baik sehingga diduga ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada materi elektrokimia. 7.

Interaksi Antara Metode Pembelajaran, Motivasi Berprestasi, Dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Menurut teori konstruktivisme satu prinsip yang penting adalah guru tidak

hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode eksperimen dan pemberian tugas. Teori belajar Ausubel menekankan belajar berhubungan dengan cara informasi yang mengkaitkan struktur kognitif yang telah ada dan menghubungkannya dengan konsep-konsep. Dengan metode yang tepat siswa akan mampu mengkaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam otaknya. Menurut Bruner perolehan pengetahuan merupakan proses interaksi, dan orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif , kreatif dan bersikap ilmiah yang tinggi akan memperoleh hasil yang paling baik. Teori belajar social Vygotsky mengatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan sesuai zone of proximal development

siswa dan scaffolding siswa.

Sedangkan Piaget dalam teori belajarnya mengatakan bahwa belajar mengalami tingkat-tingkat

perkembangan

intelektual sensori-motor, commit to user

pra-operasional,

operasional konkrit dan operasional formal yang mempunyai kemampuan berpikir

perpustakaan.uns.ac.id

59 digilib.uns.ac.id

abstrak. Siswa SMK termasuk kategori operasional formal, namun setiap siswa mempunyai kemampuan berpikir abstrak yang berbeda-beda dengan kreativitas dan motivasi berprestasi yang berbeda-beda pula, maka dengan metode yang tepat siswa yang mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda memahami materi elektrokimia. Pendekatan CTL dalam mempelajari materi elektrokimia dengan menggunakan metode eksperimen dan pemberian tugas, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan motivasi berprestasi tinggi diduga prestasi belajarnya lebih baik. Diduga ada interaksi antara pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.

D. HIPOTESIS Penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut: 1.

Ada pengaruh prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan CTL dengan menggunakan metode ekperimen dan pemberian tugas.

2.

Ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.

3.

Ada pengaruh kretivitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

4.

Ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa

5.

Ada interaksi antara penggunaan pendekatan CTL melaui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa commit to user

60 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6.

Ada interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa

terhadap

prestasi belajar siswa. 7.

Ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

commit to user

61 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1.

Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Kristen 1 Klaten Propinsi Jawa Tengah

tahun ajaran 2010/1011 2.

Waktu Penelitian Waktu Penelitian secara sistematis dituangkan pada tabel 3.1 Tabel 3.1: Alokasi Waktu Penelitian

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kegiatan Penyusunan proposal Pembibingan proposal Penyusunan instrumen Seminar proposal Penyempurnaan proposal Analisis Ujicoba Instrumen Pelaksanaan penelitian Pembimbingan Pengolahan Data Penulisan laporan Bab IV dan V Ujian Tesis

Bulan / th 2010-2011 Sep 10

Okt 10

Nov 10

Des 10

X

X

X

X

Jan 11

Feb 11

X

X X X

Mar 11

Apr 11

Mei 11

Juni 11

Juli 11

X

X

X X X X

X X

commit to user

X

X

62 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut: a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, perijinan penelitian, dan konsultasi instrumen penelitian. b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi pokok elektrokimia. c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis. B. METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain 2x2x2. Faktor pertama (A) adalah pendekatan CTL yang dibagi menjadi metode ekperimen dan pemberian tugas. Faktor (B) adalah motivasi berprestasi siswa dibagi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Faktor (C) adalah kreativitas siswa dibagi dua kategori tinggi dan rendah. Perlakuan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel. 3.2 Tabel 3.2. Perlakuan Penelitian Contextual Teaching and Learning (CTL) (A) Eksperimen (A1) Motivasi berprestasi Tinggi (B1) Motivasi berprestasi rendah (B2)

Kreativitas tinggi A1B1C1 (C1) Kreativitas rendah A1B1C2 (C2) Kreativitas tinggi A1B2C1 (C1) Kreativitas rendah A1B2C2 (C2) commit to user

Pemberian Tugas (A2) A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2

perpustakaan.uns.ac.id

63 digilib.uns.ac.id

Keterangan : A1 B1 C1 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas belajar tinggi A1 B1 C2 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas belajar rendah A1 B2 C1 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi berprestasi rendah dan kreativitas belajar tinggi A1 B2 C2 : Penggunaan metode eksperimen pada siswa dengan motivasi berprestasi rendah kreativitas belajar rendah A2 B1 C1 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas belajar tinggi A2 B1 C2 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas belajar rendah A2 B2 C1 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi berprestasi rendah dan kreativitas belajar tinggi A2 B2 C2 : Penggunaan metode pemberian tugas pada siswa dengan motivasi berprestasi rendah dan kreativitas belajar rendah C. POPULASI DAN SAMPEL 1.

Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas XI SMK Kristen 1

Klaten tahun pelajaran 2010/2011. Kelas XI berjumlah 8 kelas. 2.

Sampel Penelitian Dari populasi penelitian berjumlah 2 kelas sebagai sampel penelitian. commit to user

Sampel penelitian diambil dengan dengan teknik cluster random sampling,

perpustakaan.uns.ac.id

64 digilib.uns.ac.id

dimana sampel yang diambil secara acak. Salah satu kelas menggunakan pembelajaran metode eksperimen yaitu kelas XI TPB dan salah satu lagi metode pemberian tugas yaitu kelas XI TPC. Dalam satu kelas, tidak semua siswa dijadikan sampel penelitian hal ini mempertimbangkan tingkat kehadiran siswa. Siswa yang mempunyai tingkat kehadiran kurang tidak diikutkan dalam sampel penelitian. D. VARIABEL PENELITIAN 1.

Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajarkognitif, afektif, dan

psikomotor siswa dalam mata pelajaran kimia kelas XI semester genap materi pokok elektrokimia. 2.

Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah: Metode pembelajaran : metode

eksperimen dan pemberian tugas 3.

Variabel moderator Variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi dan kreativitas siswa

E. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1.

Instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari : Silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan LKS.

2.

Instrumen pengambilan data. Dalam pengambilan data instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar ranah kognitif, angket kreativitas commit to user belajar, angket motivasi berprestasi, dan angket afektif .

perpustakaan.uns.ac.id

65 digilib.uns.ac.id

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. 1.

Metode tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar

kognitif siswa pada materi pokok elektrolisis pada kelas XI SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2010/2011. 2.

Metode angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung

dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data skor sikap kreativitas, motivasi berprestasi dan afektif siswa pada materi elektrokimia. G. UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan instrumen yang baik, diantaranya instrumen yang valid dan reliabel, serta untuk mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran dan daya pembeda. Uji coba instrumen dilakukan di kelas XI di SMK Kristen Leonardo Klaten. 1. Uji Validitas Yang dimaksud dengan validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana commit to user suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan silabus dan

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

indikator. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus Korelasi Produk Moment sebagai berikut:

rxy =

N å XY - (å X )(åY )

{(N å X

2

(

- (å X ) N åY 2 - (åY ) 2

2

))}

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total. N = banyaknya subyek X = skor item Y = skor total Item dikatakan valid bila harga rhitung ñ rtotal kriteria. Taraf signifikansi = 5% Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan korelasi product moment pada taraf signifikan 5% dengan ketentuan sebagai berikut : a.

Dikatakan valid apabila rxy > r tabel (0,349)

b.

Dikatakan tidak valid apabila rxy < r tabel (0,349) Hasil analisis validitas butir angket kreativitas yang dilakukan di SMK

Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.3. Jumlah soal 20, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy > 0,349. Adapun hasil validitas ditunjukkan pada tabel 3.3: Tabel 3.3. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Kreativitas No Soal Soal Valid Soal Tidak Valid Jumlah

1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19 3, 13, 20 commit to user 20

Kesimpulan Dipakai Diperbaiki

67 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hasil analisis validitas butir angket motivasi berprestasi yang dilakukan di SMK Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.4. Jumlah soal 20, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy > 0,349. Adapun hasil validitas ditunjukkan pada tabel 3.4: Tabel 3.4. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Motivasi Berprestasi

Soal Valid Soal Tidak Valid Jumlah

No Soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20 13, 18 20

Kesimpulan Dipakai Diperbaiki,

Hasil analisis validitas butir soal tes kognitif yang dilakukan di SMK Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.5. Jumlah soal 30, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy > 0,349. Jumlah soal tes yang diujikan sebanyak 30 butir dan yang dipakai dalam mengambil data tes prestasi kognitif sebanyak 30 butir. Adapun hasil kesimpulan validitas soal tes prestasi kognitif ditunjukkan pada tabel 3.5: Tabel 3.5. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif

Soal Valid

Soal Tidak Valid Jumlah

No Soal 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 1, 11, 15, 17 30

Kesimpulan dipakai

Jml 26

diperbaiki

4 30

Pada soal nomor 1, 11, dan 15 yang tidak valid, soal ini diperbaikidengan cara meningkatkan taraf kesukaran soal, sedangkan untuk soal nomor 17 diperbaiki dengan cara memperbaiki commitnarasi. to userKemudian soal yang tidak valid

68 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

diujikan validitasnya kembali di SMK Leonardo Klaten dan didapatkan hasil bahwa keempat soal yang tidak valid menjadi valid. Hasil analisis validitas butir angket afektif yang dilakukan di SMK Leonardo kelas XI dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada table 3.6, Jumlah soal 30, dikatakan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel atau rxy > 0,349. Adapun hasil kesimpulan validitas butir angket afektif ditunjukkan pada tabel 3.6: Tabel 3.6. Hasil Kesimpulan Validitas Butir Angket Afektif

Soal Valid

Soal Tidak Valid Jumlah

No Soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,2 5,26,27,28,29,30 30

Kesimpulan dipakai

Jml 30

-

30

2. Uji Reliabilitas Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berulang-ulang. Dalam penelitian ini untuk mengukur relibilitas instrumen, dilakukan uji reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richarson (KR-20) sebagai berikut: 2 é n ù é S1 - å pq ù r11 = ê ú úê S12 ë n - 1û êë úû

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas n

= jumlah item

commit to user

p = proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar

69 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

q = proporsi subyek yang menjawab item soal salah S = standar deviasi Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 – 1,00

=

sangat tinggi (ST)

0,71 – 0,90

=

tinggi (T)

0,41 – 0,70

=

cukup ( C)

0,21 – 0,40

=

rendah (R)

negatif – 0,20

=

sangat rendah (SR) (Masidjo, 1995: 210 - 233)

Hasil analisis reliabilitas uji coba instrumen yang diujikan di SMK Leonardo Klaten kelas XI dengan

jumlah siswa

32, Kesimpulan

reliabelitas dapat

ditunjukkan pada tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7. Hasil Kesimpulan Uji Reliabelitas Angket

Angket

Kreativitas

Motivasi Berprestasi

Tes Kognitif

Tes Afektif

0,761

0,819

0,9629

0,999

r11

Baik angket maupun tes kognitif mempunya reliabelitas yang tinggi 3. Uji Taraf Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, dan harganya dapat dicari dengan rumus: P=

B Js

Keterangan: P = indeks kesukaran

commit to user

70 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B = jumlah siswa yang menjawab dengan benar Js = jumlah seluruh peserta tes Klasifikasi taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut : 1) kurang dari 0,25 : terlalu sukar, 2) 0,25 – 0,75 : cukup (sedang), 3) lebih dari 0,75 terlalu mudah. Hasil analisis derajat kesukaran atau indeks kesukaran soal tes prestasi kognitif ditunjukkan dalam table . Kesimpulan indeks kesukaran digambarkan dalam tabel 3.8 Tabel 3.8 Tabel Indeks Kesukaran IK – IK

Keterangan

0,76 - 1,00 Mudah 0,25 - 0,75 Sedang/Cukup 0,00 - 0,24 Sukar

No Soal 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29 2, 9, 10, 16, 17, 26, 28

4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan yang pandai (kemampuan tinggi) dan siswa yang kurang pandai (kemampuan rendah) . Bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi dan dihitung dengan rumus: ID =

KA - KB N KA atau NKB x skor maksimal

Keterangan : ID

: Indeks Diskriminasi

KA

: Jumlah jawaban yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok

KB

atas

: Jumlah jawaban yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok bawah commit to user NKA utau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok bawah

71 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

NKA atau NKB x skor maksimal

: Perbedaan jawaban dari siswa yang

tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh.

Kriteria daya beda soal: 0,80 – 1,00

: sangat membedakan (SM)

0,60 – 0,79

: lebih membedakan (LM)

0,40 – 0,59

: cukup membedakan (CM)

0,20 – 0,39

: kurang membedakan (KM)

negatif – 0,19

: sangat kurang membedakan (SKM) (Masidjo, 1995: 201)

Hasil analisis daya beda soal tes prestasi kognitif ditunjukkan dalam tabel Kesimpulan Daya Beda digambarkan dalam tabel 3.9 Tabel 3.9 Tabel Kesimpulan Daya Pembeda Soal ID – ID 0,80 – 1,00

Kualifikasi Sangat membedakan

0,21 – 0,79

membedakan

negatif – 0,2

kurang membedakan

No Soal 1, 3, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 22, 23, 24, 25 2, 4, 5, 9, 10, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 26, 27, 28, 29, 30

Hasil analisis daya pembeda soal dari 30 butir soal tes prestasi kognitif diantaranya 13 butir soal dengan kualifikasi cukup membedakan, 17 butir soal dengan kualifikasi kurang membedakan. Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda digunakan untuk tes prestasi, sedang tes kreativitas dan motivasi berprestasi menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen commitpenilaian to user sikap ilmiah dan gaya belajar

perpustakaan.uns.ac.id

72 digilib.uns.ac.id

diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket, dengan menguji validitas dan reliabilitas. H. TEKNIK ANALISIS DATA 1.

Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasyarat analisi dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian tiga jalan dengan sel tak sama. a.

Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan sofware minitab 15. 1)

Prosedur penentuan Hipotesis : Ho: data terdistribusi normal H1: data terdistribusi tidak normal

2) Keputusan Uji Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan –Joiners. Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif dan aspek afektif dengan menggunakan uji Ryan Joiners (RJ) , yang perhitungannya dilakukan dengan program minitab 15 . Ketentuan pengambilan kesimpulan, Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 selain itu H1 tidak ditolak. Jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi ( α) yang digunakan 0,05 b.

Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari commit to user

populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang

perpustakaan.uns.ac.id

73 digilib.uns.ac.id

sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan sofware minitab versi 15. 1). Prosedur Penentuan Hipotesis : Ho: tidak semua variansi sama (tidak homogen) H1: semua variansi sama ( homogen) 2). Keputusan Uji Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan keputusan , Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 artinya semua variansi sama ( homogen) dan jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi yang digunakan (α) = 0,05. 2.

Uji Hipotesis

a.

Anava

Analisis data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat . 1) HoA : Tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberian pembelajaran metode eksperimen dengan siswa yang diberi metode pemberian tugas pada materi elektrokimia H1A: Ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode eksperimen dengan siswa yang diberi metode pemberian tugas pada materi elektrokimia. 2) HoB: Tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi commit to user berprestasi belajar yang tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi

74 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

belajar yang rendah dalam mempelajari materi pokok elektrokimia. H1B: Ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam mempelajari materi pokok elektrokimia 3) HoC: Tidak ada pengaruh

prestasi belajar

antara

siswa yang memiliki

kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah

dalam

mempelajari materi pokok elektrokimia H1C : Ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi pokok elektrokimia 4) HoAB: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia H1AB: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia 5) HoAC:

Tidak

ada

interaksi

antara

metode

pembelajaran

dengan

kreativitassiswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia H1AC: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia 6) HoBC: Tidak ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok eloktrokimia H1BC: Ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia 7) HoABC: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, commit to user serta kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok

75 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

elektrokimia. H1ABC: Ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, serta Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok elektrokimia. Keputusan uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 dan jika p-Value > 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b.

Uji Lanjut Anava Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji

Mean dan Interaction Plot. Tujuan dari uji Mean adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan metode uji Mean, kita dapat melakukan juga melalui uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi belajar. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada interaksi jika terjadi perpotongan.

commit to user

76 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI DATA Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri atas data motivasi berprestasi dan kreativitas siswa sebelum diberikan perlakuan. Data yang diperoleh dari kelas XI A sebagai kelas eksperimen 1 yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen dan kelas XI B sebagai kelas eksperimen 2 yang diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas 1. Data Motivasi Berprestasi Siswa Data motivasi berprestasi siswa dalam penelitian ini diperoleh dari hasil angket siswa. Pembagian kategori motivasi berprestasi adalah kategori motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. motivasi berprestasi tinggi jika skor angket motivasi berprestasi lebih tinggi dibandingkan dengan skor angket motivasi berprestasi rata-rata gabungan kedua kelas. Motivasi berprestasi rendah jika skor angket motivasi berprestasi kurang dari skor rata-rata gabungan kedua kelas. Deskripsi data motivasi berprestasi ditunjukkan tabel 4.1. Tabel 4.1 Deskripsi data Motivasi Berprestasi Siswa Kelas

Jumlah

Rata-

siswa

rata

XI A

32

XI B

32

Jumlah

64

59,296

SD

7,82

Kategori Tinggi

%

Rendah

%

23

65,72

9

31,04

12

34,28

20

68,96

100

29

100

35 commit to user

77 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil angket dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 64 siswa mempunyai skor rata-rata sebesar 59,296. Jumlah siswa yang skor sikap ilmiahnya lebih tinggi dari 59,296 sebanyak 35 siswa, yang masing-masing 23 siswa dari kelas XI A atau kelompok yang diberi metode eksperimen dan 12 siswa dari kelas XI B atau kelompok yang diberi metode pemberian tugas. Sedangkan jumlah siswa yang skor angket motivasi berprestasi kurang dari 59,296 sebanyak 29 siswa yang masing-masing 9 siswa dari kelas XI A atau kelompok metode eksperimen dan 20 siswa dari kelas XI B atau kelompok metode pemberian tugas. 2. Data Kreativitas Siswa Data kreativitas siswa dalam penelitian ini diperoleh dari hasil angket siswa. Pembagian kategori kreativitas meliputi kreativitas tinggi dan kreativitas rendah. Kreativitas tinggi jika skor angket kreativitas lebih tinggi dibandingkan dengan skor angket kreativitas rata-rata gabungan kedua kelas. Kreativitas rendah jika skor angket kreativitas kurang dari skor angket kreativitas rata-rata gabungan kedua kelas. Deskripsi data kreativitas tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Deskripsi Data Kreativitas Siswa Kelas

Jumlah

Rata-

siswa

rata

XI A

32

XI B

32

Jumlah

64

57,203

SD

6,978

Kategori Tinggi

%

Rendah

%

14

46,66

18

52,95

16

53,34

16

47,05

30

100

34

100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil angket kreativitas dari jumlah commit to user keseluruhan siswa sebanyak 64 siswa mempunyai skor rata-rata sebesar 57,203.

78 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jumlah siswa yang skor angket kreativitas lebih tinggi dari 57,203 sebanyak 32 siswa yang masing-masing 14 siswa dari kelas XI A dan 16 siswa dari kelas XI B. Sedangkan jumlah siswa yang skor angket kreativitas kurang dari 57,203 sebanyak 32 siswa yang masing-masing 18 siswa dari kelas XI A dan 14 siswa dari kelas XI B. 3.

Data Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa diambil setelah pembelajaran berakhir. Dalam

penelitian ini, data yang diambil meliputi tiga aspek yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Deskripsi data prestasi belajar siswa masingmasing aspek dapat dilihat pada tabel di bawah ini. a. Aspek Kognitif Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek kognitif dapat ditunjukkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif Pembelajaran CTL melalui Metode

Jumlah data

Mean

SD

Varian

Mak

Min

Eksperimen

32

75,59

9,66

93,315

90,00

60,00

Pemberian Tugas

32

79,75

6,86

47,059

90,00

67,00

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang diberi pembelajaran metode tugas prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran metode eksperimen. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai kelompok metode tugas lebih tinggi yakni 79,75 dibandingkan rata-rata nilai kelompok metode eksperimen yakni 75,59. Nilai maksimum yang diperoleh oleh commit to user kedua metode adalah sama yakni 90,00, sedangkan nilai minimum adalah 60,00.

79 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sebaran nilai masing-masing metode dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5 dibawah ini: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar kognitif metode eksperimen Interval kelas

Frekuensi

Frekuensi (%)

60,00-64,99

3

9,38

65,00-69,99

4

12,50

70,00-74,99

4

12,50

75,00-79,99

7

21,87

80,00-84,99

6

18,75

85,00-89,99

5

15,62

90,00-94,99

3

9,38

Jumlah

32

100 %

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Kognitif Metode Tugas Interval kelas

Frekuensi

Frekuensi (%)

60,00-64,99

1

3,12 %

65,00-69,99

1

3,12 %

70,00-74,99

5

15,62 %

75,00-79,99

5

15,62 %

80,00-84,99

11

34,38 %

85,00-89,99

7

21,88 %

90,00-94,99

2

6,26 %

Jumlah

32

100 %

Distribusi frekuensi prestasi belajar pada metode tugas dan metode eksperimen disajikan pada tabel 4.4 dan 4.5. Untuk memperjelas kedua distribusi frekuensi prestasi belajar tersebut disajikan commit to user histogram dari masing-masing distribusi prestasi pada gambar 4.1 dan 4.2.

80 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Histogram Distribusi Nilai Metode Eksperimen

Frekuensi

8 6 4 2 0 60,00-64,99 65,00-69,99 70,00-74,99 75,00-79,99 80,00-84,99 85,00-89,99 90,00-94,99

Nilai

Gambar 4.1 Distribusi prestasi belajar kelas metode eksperimen Berdasarkan gambar diatas, diperoleh informasi bahwa pada kelas metode eksperimen banyak siswa yang mendominasi pada interval nilai antara 75,00 sampai 79,99 yakni dengan jumlah 7 siswa, artinya distribusi terbesar terdapat pada nilai tersebut. Pada interval nilai 60,00-64,99 terdapat 3 siswa. Pada interval nilai 65,00-69,99 dan 70,00-74,99 terdapat 4 siswa. Selanjutnya pada interval 80,00-84,99, 85,00-89,99 dan 90,00-94,99 masing-masing terdapat 6, 5, dan 3 siswa. Bila dibandingkan dengan sebaran nilai yang diperoleh pada kelas metode tugas, distribusi terbanyak interval nilai 75,00-79,99 pada kelas eksperimen sedangkan distribusi terbanyak pada kelas eksperimen terdapat ada interval 80,00-84,99. Hal ini menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar pada pembelajaran metode eksperimen memberikan prestasi belajar yang cukup baik kepada sebagian besar siswa dikelas namun masih dibawah prestasi belajar pada kelas metode pemberian tugas. Sedangkan histogram distribusi nilai metode pemberian tugas dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini:

commit to user

81 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Histogram Distribusi Nilai Metode Pemberian Tugas Frekuensi

15 10 5 0 60,00-64,99 65,00-69,99 70,00-74,99 75,00-79,99 80,00-84,99 85,00-89,99 90,00-94,99

Nilai

Gambar 4.2 Distribusi prestasi belajar kelas metode pemberian tugas Berdasarkan gambar diatas, diperoleh informasi bahwa pada kelas metode tugas banyak siswa yang mendominasi pada interval nilai antara 80,00 sampai 84,99 yakni dengan jumlah 11 siswa, artinya distribusi terbesar terdapat pada nilai tersebut. Sedangkan distribusi terkecil terdapat pada interval nilai antara 60,00-64,99 dan 65,00-69,99 dengan jumlah masing-masing 1 siswa. Selanjutnya pada interval nilai 70,00-74,99 dan 75,00-79,99 masing-masing terdapat 5 siswa, interval nilai 85,00-89,99 terdapat 7 siswa dan interval nilai antara 90,00-94,99 terdapat 2 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar pada pembelajaran metode tugas dapat memberikan prestasi belajar yang baik kepada sebagian besar siswa dikelas. b. Aspek Afektif Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek afektif dapat ditunjukkan pada tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.6 Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek afektif Pembelajaran CTL

Jumlah

melalui Metode

data

Eksperimen Pemberian Tugas

Rata-rata

SD

Mak

Min

84,87 commit to user 32 79,97

6,24

95

67

5,49

93

66

32

82 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pada penilaian afektif digunakan rentangan nilai dari 1 sampai dengan 4. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut : 1 = sangat kurang, 2 = kurang 3 = baik, dan 4 = amat baik. Berdasarkan tabel 4.6 diatas, diperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa aspek afektif dengan menggunakan metode tugas nilai rata-rata 79,97 dengan simpangan baku 5,49, nilai tertinggi 93, dan nilai terendah 66. Sedangkan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan eksperimen memperoleh nilai rata-rata 84,87 dengan simpangan baku 6,24 nilai tertinggi 95 dan terendah 67. c. Aspek Psikomotorik Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek psikomotorik dapat ditunjukkan pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7 Deskripsi data prestasi belajar siswa aspek psikomotorik Pembelajaran CTL

Jumlah

melalui Metode

data

Rata-rata

SD

Mak

Min

Eksperimen

32

78,97

6,03

88,00

66,00

Pemberian Tugas

32

73,91

6,79

90,00

65,00

Pada penilaian psikomotor digunakan rentangan nilai dari 1 sampai dengan 4. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut : 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = baik, dan 4 = amat baik. Berdasarkan tabel 4.7 diatas, diperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa aspek psikomotorik dengan menggunakan metode tugas nilai rata-rata 73,91 dengan simpangan baku 6,79 nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Sedangkan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen memperoleh nilai rata-rata 78,97 commit to user dengan simpangan baku 6,03 nilai tertinggi 88 dan terendah 66.

perpustakaan.uns.ac.id

83 digilib.uns.ac.id

B. UJI PRASYARAT ANALISIS 1. Uji Normalitas Uji statistik berupa uji anava dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan analisis. Salah satu uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas. Uji normalitas tujuannya adalah untuk mengevaluasi null hypothesis (H0) yang menyatakan ’data mengikuti distribusi normal’. Jika nilai p (p-value) pada hasil uji lebih besar daripada taraf signifikansi, maka menerima null hypothesis (H0) dan kesimpulannya data yang diuji mengikuti distribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah Ryan-Joiner normality test. Sedangkan taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Uji normalitas dilakukan pada tiap kolom, baris dan sel desain faktorial sehingga jumlah keseluruhan terdapat 14 hasil uji normalitas pada tiap aspek prestasi belajar. Hasil uji normalitas pada masing-masing aspek prestasi belajar baikkognitif, afektif dan psikomotor disajikan pada tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8 Hasil uji normalitas prestasi belajar masing-masing kelompok P-value No Kriteria Kelompok Kognitif Afektif Psikomotor 1 Metode Pemberian Tugas (PT) >0,100 >0,100 >0,100 2 Metode Eksperimen >0,100 >0,100 >0,100 3 Motivasi Berprestasi (Mb) Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 4 Motivasi Berprestasi (Mb) Rendah >0,100 >0,100 0,083 5 Kreativitas (Kr)Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 6 Kreativitas (Kr) Rendah >0,100 0,086 >0,100 7 Eksperimen* Mb Tinggi*Kr Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 8 Eksperimen* Mb Tinggi*Kr Rendah >0,100 >0,100 >0,100 9 Eksperimen* Mb Rendah*Kr Tinggi >0,100 0,073 >0,100 10 Eksperimen* Mb Rendah*Kr Rendah >0,100 >0,100 >0,100 11 PT*Mb Tinggi*Kr Tinggi >0,100 >0,100 0,085 12 PT*Mb Tinggi*Kr Rendahcommit to user>0,100 >0,100 >0,100 13 PT*Mb Rendah*Kr Tinggi >0,100 >0,100 >0,100 14 PT*Mb Rendah*Kr Rendah >0,100 >0,100 >0,100

84 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa harga p-value prestasi belajar kognitif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari 0,100 (pvalue>0,100). Karena nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti data prestasi belajar kognitif siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari tabel diatas harga p-value pada prestasi belajar afektif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti data prestasi belajar afektif siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan harga p-value pada prestasi belajar psikomotor untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari 0,100 (p-value>0,100). Karena nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti data prestasi belajar psikomotor siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians atau homogenitas antar populasi atau tingkatan faktor. Hasil dari uji homogenitas disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini. Tabel 4.9 Hasil perhitungan uji homogenitas prestasi belajar P-value

No

Kriteria Kelompok

1 2

Metode Tugas dengan Eksperimen Motivasi berprestasi Tinggi dengan 0,361 Rendah Kreativitas Tinggi dengan Rendah commit to user0,129 Metode, Motivasi berprestasi, dan 0,148 Kreativitas

3 4

Kognitif 0,061

Afektif 0,208

Psikomotor 0,513

0,819

0,344

0,055

0,491

0,101

0,288

perpustakaan.uns.ac.id

85 digilib.uns.ac.id

Pada uji homogenitas, jika p-value lebih besar dari pada nilai alpha α, maka tidak menolak null hypothesis (hipotesis nol) yang menyatakan bahwa variansi sampel sama atau homogen. Informasi yang diberikan pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa harga p-value tiap kriteria kelompok pada aspek kognitif diperoleh hasil lebih besar dari 0,05, sehingga tidak menolak null hypothesis (hipotesis nol), maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula untuk harga p-value pada prestasi belajar aspek afektif dan aspek psikomotor, dimana harga p-value tiap kriteria kelompok lebih besar dari 0,05, sehingga menerima null hypothesis (hipotesis nol), maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. C. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. Uji Anava Tiga Jalan Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai prestasi belajar dengan metode pemberian tugas maupun eksperimen yang ditinjau dari kreativitas dan motiasi berprestasi siswa dianalisa dengan analisis variansi 2 x 2 x 2 dengan isi sel tidak sama, dengan bantuan software minitab 15 menggunakan GLM (General Linier Model), dilanjutkan uji lanjut untuk H0 yang ditolak. Adapun hasil pengolahan data melalui bantuan software minitab 15 dapat dilihat pada tabel 4.10. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar sebesar 0,003 commit user atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang to menyatakan ’tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas

86 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan eksperimen’ ditolak, artinya ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas dan eksperimen.

Tabel 4.10 Hasil GLM untuk prestasi belajar ditinjau dari metode (tugas dan eksperimen), kreativitas dan motivasi berprestasi siswa. Source

Kognitif

Afektif

Psikomotor

Metode

0,003

0,004

0,017

Motivasi Berprestasi

0,004

0,683

0,045

Kreativitas

0,000

0,035

0,330

Metode*Motivasi berprestasi

0,002

0,438

0,055

Metode*Kreativitas

0,720

0,696

0,413

Motivasi berprestasi*Kreativitas

0,504

0,772

0,775

Model*Motivasi berprestasi* Kreativitas

0,753

0,893

0,110

Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar sebesar 0,004 atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang menyatakan ’tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah’ adalah ditolak, berarti ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran Contextual teaching and Learning dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing sebesar 0,720, 0,696 dan 0,413 atau lebih besar dari 0,05, berarti Ho yang menyatakan bahwa ’tidak ada interaksi metode pembelajaran contextual teaching and learning dengan kreativitas commit to user terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi pembelajaran

87 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

metode pembelajaran contextual teaching and learning dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk kreativitas terhadap prestasi belajar sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang menyatakan ‘tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah’ adalah ditolak, berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value

interaksi antara metode

pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ ditolak, berarti ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada prestasi belajar afektif dan psikomotor p-value sebesar 0,438 dan 0,055atau lebih besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode pembelajaran CTL dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value

interaksi antara metode

pembelajaran CTL dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor masing-masing sebesar 0,720, 0,696, 0,413 atau lebih besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode pembelajaran CTL dan kreativitas terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti commit to user tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan kreativitas terhadap

perpustakaan.uns.ac.id

88 digilib.uns.ac.id

prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor masing-masing sebesar 0,504, 0,772 dan 0,775 atau lebih besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran CTL, motivasi berprestasi, kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing sebesar 0,753, 0,893 dan 0,110 atau lebih besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi antara model pembelajaran CTL, kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL, motivasi berprestasi, kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. 2.

Uji Lanjut Anava Pada nilai p-value yang lebih kecil dari 0,05 untuk uji hipotesis (H0

ditolak), maka dilakukan analisis lanjutan dengan metode uji mean (analysis of means) yang hasilnya dapat ditunjukkan di bawah ini : a.

Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa to usereksperimen dan pemberian tugas Hasil uji lanjut anava metodecommit pembelajaran

terhadap prestasi belajar kognitif siswa dapat dilihat pada gambar 4.3

89 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

U ji L a n ju t A n a v a M e to d e A lp h a = 0 ,0 5

80

7 9 ,7 6 5

Mean

79

78 7 7 ,6 7 2 77

76 7 5 ,5 7 9 75 E k s p e r im e n

T u g as M eto d e

Gambar 4.3 Hasil Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif yang signifikan pembelajaran metode tugas dengan metode eksperimen. b.

Uji Lanjut Anava metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Afektif Siswa

Hasil uji lanjut anava metode pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini: U ji L a n ju t A n a v a A f e k t i f p a d a M e t o d e A lp h a = 0 , 0 5 86 85

Mean

84

8 3 ,8 9 0

83 8 2 ,4 2 2 82 81

8 0 ,9 5 4

80 79 E k s p e r im e n

T u g as M eto d e

Gambar 4.4 Hasil uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Afektif Pada gambar 4.4 menunjukkan hasil uji lanjut anava bahwa terdapat commit to user perbedaan prestasi belajar dalam aspek afektif yang signifikan antara siswa yang

90 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

diberi pembelajaran dengan menggunakan metode tugas dan eksperimen. Siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen memperoleh prestasi belajar afektif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode tugas. c.

Uji Lanjut Anava metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Hasil uji lanjut anava metode pembelajaran terhadap prestasi belajar

psikomotor siswa dapat dilihar pada gambar 4.5 di bawah ini: U ji L a n ju t A n a v a P s i k o m o t o r p a d a M e t o d e A lp h a = 0 , 0 5

80 79 7 8 ,0 4 2

Mean

78 77

7 6 ,4 3 8 76 75

7 4 ,8 3 3

74 73 E k s p e r im e n

T u g as M eto d e

Gambar 4.5 Hasil Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor Gambar 4.5 menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar psikomotor yang signifikan antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode tugas dan eksperimen. Pembelajaran menggunakan metode eksperimen memperoleh prestasi belajar psikomotor lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode tugas. d.

Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa

commit to user

Hasil uji lanjut anava motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif

91 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

siswa dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini: U ji L a n ju t A n a v a M o t i v a s i B e r p r e s t a s i A lp h a = 0 ,0 5 81 80

7 9 ,8 2 3

Mean

79 78

7 7 ,6 7 2

77 76 7 5 ,5 2 1 75 74 Re n d ah

T in g g i M o t iv a s i B e r p r e s t a s i

Gambar 4.6 Hasil Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Pada gambar 4.6 Hasil Uji lanjut Anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. e.

Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Hasil uji lanjut anava motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar

psikomotor siswa dapat dilihat pada gambar 4.7 di bawah ini: U ji L a n ju t A n a v a P s i k o m o to r p a d a M o ti v a s i B e r p r e s ta s i A lp h a = 0 , 0 5 80 79 7 8 ,0 7 6

78

Mean

77 7 6 ,4 3 8

76 75

7 4 ,7 9 9

commit to user

74 73 72 Re n d ah

T in g g i M o t iv a s i B e r p r e s t a s i

92 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 4.7 Hasil Uji Lanjut Anava Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor Gambar 4.6 menunjukkan hasil uji lanjut anava bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar psikomotor yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar psikomotor lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. f.

Uji Lanjut Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Hasil uji lanjut kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa dpat dilihat pada gambar 4.8 di bawah ini: U ji L a n ju t A n a v a K r e a ti v i ta s A lp h a = 0 , 0 5 84 82

Mean

80

7 9 ,4 2

78

7 7 ,6 7

76

7 5 ,9 2

74 72 70 Re n d ah

T in g g i K r e a t iv it a s

Gambar 4.8 Hasil Uji Lanjut Anava Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Pada gambar 4.8 Hasil Uji lanjut Anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif yang signifikan antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang commit to user mempunyai kreativitas rendah.

93 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

g.

Uji Lanjut Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Afektif Siswa Hasil uji lanjut kreativitas terhadap prestasi belajar afektif siswa dapat dilihat

pada gambar 4.8 dibawah ini: U ji L a n ju t A n a v a A f e k t i f p a d a K r e a t i v i ta s A lp h a = 0 , 0 5 85

84

8 3 ,9 5 9

Mean

83 8 2 ,4 2 2 82

81

8 0 ,8 8 5

80 Re n d ah

T in g g i K r e a t iv it a s

Gambar 4.9 Hasil Uji Lanjut Anava Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Afektif Pada gambar 4.9 menunjukkan hasil uji lanjut anava bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar afektif yang signifikan antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi memperoleh prestasi belajar afektif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah. h.

Uji Lanjut Interaksi Antara Metode Pembelajaran Tarhadap Motivasi Berprestasi Hasil uji lanjut interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi

berprestasi siswa terhadap prestasi belajar kognitif dapat dilihat pada gambar 4.10 di bawah ini:

commit to user

94 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Int e r a c ti o n P l o t f o r P r e s ta s i Da ta M e a n s M e to d e E k sp er im e n T u g as

8 0 ,0 7 7 ,5

Mean

7 5 ,0 7 2 ,5 7 0 ,0 6 7 ,5 6 5 ,0 Rendah

T ing g i M o t iv a s i Be r p r e s t a s i

Gambar 4.10 Interaksi antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah Pada gambar 4.10 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara motivasi berprestasi tinggi dengan motivasi berprestasi rendah. D. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value 0,003 atau lebih kecil 0,05 ini berarti keputusan yang dapat diambil adalah menolak hipotesis nol, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh metode pembelajaran contextual teaching and learning melalui metode tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen dan pemberian tugas. Pada penelitian ini materi yang disampaikan adalah elektrokimia dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan berupa elektrokimia dengan keadaan atau situasi dunia nyata yang ada disekitar lingkungan siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dihadapkan pada suatu commit to user permasalahan yang berkaitan dengan elektokimia yang selanjutnya dipecahkan

perpustakaan.uns.ac.id

95 digilib.uns.ac.id

menurut pengalaman yang diperoleh dari lingkungan disekitarnya. Pengalaman yang ada didalam struktur kognitif siswa dihubungkan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga diperoleh suatu hasil yang bermakna. Keterkaitan antara materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa didalam pembelajaran akan menghasilkan konsep-konsep pengetahuan yang mendalam, sehingga siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa secara signifikan yang diberi pembelajaran dengan eksperimen dan pemberian tugas, yakni siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji lanjut anava pada gambar 4.3. Hal ini disebabkan pembelajaran kimia pada materi elektrokimia melalui metode pemberian tugas lebih memperdalam bahan pelajaran, melalui kegiatan aktif siswa dalam mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam kegiatan metode tugas siswa aktif dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu topik atau masalah yang kontekstual yang ditugaskan oleh guru. Di dalam menyelesaikan tugas ini, seluruh sumber belajar sangat dibutuhkan dalam mengumpulkan segala fakta-fakta, konsep, teori yang dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Siswa dituntut untuk mempelajari informasiinformasi yang mereka peroleh yang dikaitkan dengan pengalaman siswa sehingga siswa dapat menemukan jawaban atau penyelesaian terhadap tugas yang dihadapi. Metode ini dapat dijalankan secara individu maupun kelompok. Baik commit to user secara individu maupun kelompok masing-masig memiliki kelebihan tersendiri,

96 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bila tugas dikerjakan secara individu akan menumbuhkan kemandirian siswa mengembangkan pengetahuan dalam membangun karakter. Selanjutnya apabila tugas dikerjakan secara kelompok, dimungkinkan terjadinya pertukaran informasi, yang selanjutnya siswa dapat membangun pengetahuan dari informasi sosial tersebut. Hasil dari belajar mereka kumpulkan untuk selanjutnya disajikan kepada siswa lain. Adanya penulisan laporan ini memotivasi siswa untuk lebih tekun dalam menyempurnakan penyelesaian atas tugas yang dihadapi sehingga terdapat keterkaitan dengan meningkatnya kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal inilah yang menyebabkan prestasi belajar kognitif siswa menggunakan metode pemberian tugas lebih baik bila dibandingkan dengan metode eksperimen. Meskipun metode eksperimen tidak lebih bagus bila dibandingkan dengan metode pemberian tugas, akan tetapi metode ini juga memiliki kelebihan diantaranya siswa dapat lebih aktif dan kreatif didalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan didalam mempelajari materi elaktrokimia didasarkan pada kegiatan praktikum yang mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Siswa dapat mengalami sendiri dan mengamati setiap proses kejadian didalam belajar. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar siswa dapat bertahan lama. Sehingga prestasi belajar siswa secara kognitif dapat meningkat. Akan tetapi karena metode eksperimen ini tergolong dalam eksperimen terbimbing, dimana sebelum kegiatan dimulai guru telah merancang jalannya percobaan yang akan dilakukan oleh siswa. Siswa dalam menjalankan percobaannya berdasarkan petunjuk-petunjuk yang telah disediakan.

Sehingga

siswa

kurang memaksimalkan commit to user

ketrampilan

dalam

merencanakan dan mengorganisasikan pembelajarannya. Berbeda dengan metode

perpustakaan.uns.ac.id

97 digilib.uns.ac.id

tugas dimana siswa lebih aktif dan inovatif dalam menyusun rencana pembelajarannya. Sehingga prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Berdasarkan Tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value 0,004 atau di bawah 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pemberian tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini dapat diperjelas berdasarkan gambar 4.4, dimana prestasi belajar afektif siswa yang diberi pembelajaran metode eksperimen lebih baik dibandingkan dengan metode pemberian tugas. Dalam penerapan metode eksperimen lebih dominan untuk menciptakan sikap eksploratif dibandingkan dengan penerapan metode pemberian tugas. Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value 0,017 atau di bawah 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode pemberian tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar psikomotor. Hal ini dapat dipertegas dengan gambar 4.5, dimana prestasi belajar psikomotor siswa yang diberi pembelajaran metode eksperimen lebih baik dbandingkan metode pemberian tugas. Hal ini disebabkan pada metode eksperimen lebih terampil dan eksploratif dalam mengikuti pembelajaran. 2. Hipotesis Kedua to user Berdasarkan hasil analisiscommit variansi General Linier Model (GLM) pada prestasi kognitif diperoleh harga p-value sebesar 0,004 atau lebih kecil dari 0,050

perpustakaan.uns.ac.id

98 digilib.uns.ac.id

berarti H0 (hipotesis nol) ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa. Motivasi berprestasi merupakan dorongan dasar seseorang untuk berusaha menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya dengan tidak menunda-nunda. Dorongan yang timbul dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Dorongan yang timbul dalam diri siswa karena adanya kebutuhan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru, sedangkan dorongan yang timbul dari luar karena adanya motif tersendiri dari luar pribadi siswa, seperti mendapat penghargaan, asessment. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki keinginan dan hasrat yang besar untuk berhasil dalam mengikuti pembelajaran, sehingga terlihat dalam bertindak selalu aktif dalam mencari sumber pembelajaran dari berbagai media. Ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi antara lain 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Didalam pembelajaran kimia menggunakan metode tugas dan eksperimen sangatlah diperlukan motivasi setiap siswa. Karena sebagai faktor pendukung berhasilnya pelaksanaan metode pembelajaran yang direncanakan oleh guru. Seperti metode tugas dalam penelitian ini yang mengharuskan siswa mampu menyelesaikan masalah secara mandiri maupun kelompok, siswa aktif dalam commit to user menentukan langkah-langkah penyelesaian, menyusun rancangan kerja, aktif mencari sumber belajar yang diperlukan, serta meringkas bagian-bagian

perpustakaan.uns.ac.id

99 digilib.uns.ac.id

terpenting hingga menjadi sebuah materi yang substantif. Hal inilah yang dibutuhkan setiap siswa berupa motivasi berprestasi yang diharapkan muncul dari dalam diri siswa. Begitu pula dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Pada metode ini peran motivasi siswa sangat penting dalam kegiatan eksperimen di laboratorium. Karena bila dalam melaksanakan eksperimen tidak landasi adanya motivasi, suasana pembelajaranpun berjalan kurang menarik dan terkesan monoton. Siswa dalam melakukan eksperimen di laboratorium selalu mengamati dan mencermati setiap proses dan hasil proses. Oleh karenanya siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, setiap perubahan keadaan merupakan hal yang penting yang menimbulkan pertanyaan untuk mampu dipecahkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah pada prestasi kognitif siswa. Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Hal ini sesuai dengan harapan peniliti bahwa motivasi berprestasi akan berpengaruh terhadap prestasi belajar materi elektrokimia. Dilihat dari karakter materinya, elektrokimia merupakan materi yang cukup sulit dipahami oleh setiap siswa. sehingga dasar yang dibutuhkan dalam mengikuti materi ini adalah bagaimana minat dan respon siswa agar tetap fokus dalam menekuni materi pelajaran. Bila siswa sudah tidak lagi berminat dan merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran, pencapaian tujuan belajarpun kurang maksimal. Minat dan respon commit to user siswa hanya timbul dari dorongan siswa, dorongan inilah yang merupakan motivasi dalam mamacu minat dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id

100 digilib.uns.ac.id

khususnya materi elektrokimia yang dianggap sulit bagi siswa. Sangatlah jelas bila siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tentu keinginan dan kemauan yang kuat dalam belajar. Sehingga karakter materi sesulit apapun akan dapat teratasi oleh siswa. Hal sebaliknya bila siswa yang memiliki motivasi rendah, tentunya keinginan dan kemauan yang kurang dalam belajar. Sehingga berakibat pada hasil belajar yang tidak maksimal. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh preatasi belajar yang maksimal dibandingkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Pada prestasi belajar afektif, tidak terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Sedangkan pada prestasi belajar psikomotor, tidak terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi maupun rendah. Hal ini disebabkan karena pada materi elektrokimia mengharuskan siswa untuk terampil dalam mengkaitkan obyek materi dengan obyek yang ada dilingkungan sekitar mereka. Melalui pembejaran secara langsung ini, siswa akan lebih aktif dalam belajar sehingga akan meningkatkan pula hasil belajar pada aspek psikomotor siswa baik yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) ditolak, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada pengaruh kreativitas tinggi dan rendah commit to user terhadap prestasi belajar siswa.

perpustakaan.uns.ac.id

101 digilib.uns.ac.id

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk memberikan gagasangagasan baru. Ciri orang yang berpikir kreatif yaitu : a. Memiliki dorongan ingin tahu yang besar; b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik; c.Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah; d. Bebas dalam menyatakan pendapat; e. Menonjol dalam salah satu bidang seni; f. Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya; g. Tidak mudah terpengaruh orang lain; h. Daya imajinasinya kuat; i. Memiliki tingkat orisinalitas yang tinggi; j. Senang mencoba hal-hal yang baru. Setiap siswa belum tentu memiliki tingkat kreativitas yang sama. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi memperoleh prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti bahwa kreativitas akan berpengaruh terhadap prestasi belajar materi elektrokimia. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah ini sangat signifikan, hal ini dipertegas dengan hasil uji metode Analysis of Mean, pada gambar 4.8 terlihat siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki pengaruh paling kuat terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini dikarenakan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi memiliki dorongan ingin tahu yang besar, sehingga dalam pembelajaran siswa tersebut aktif dalam bertanya maupun mencari sumber sendiri. Keberanian yang besar dalam mengajukan sebuah suatu gagasan, ide atau pendapat kepada temanteman sekelompoknya. Hal ini lebih memudahkan siswa dalam merekam hasil pembelajaran ke dalam memori mereka. Sehingga dalam memahami konsep elektrokimia menjadi lebih baik. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang memiliki kreativitas tinggi memperoleh prestasi belajar yang maksimal commit to user dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah.

perpustakaan.uns.ac.id

102 digilib.uns.ac.id

Berdasarkan tabel 4.10, hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) prestasi belajar afektif diperoleh p-value sebesar 0,035 atau di bawah 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini disebabkan karena siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki minat yang tinggi pula dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) prestasi belajar psikomotor diperoleh p-value sebesar 0,330 atau di atas 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor. 4.

Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh

harga p-value sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) ditolak, ini menunjukkan adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa, hal ini sesuai dengan harapan peneliti bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil uji lanjut anava pada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa, adanya interaksi disebabkan karena prestasi belajar siswa pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas ternyata prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi commit to user berprestasi tinggi diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang diberi

103 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembelajaran metode pemberian tugas prestasi belajarnya lebih tinggi dibandingkan siswa dengan motivasi berprestasi rendah yang diberi pembelajaran metode eksperimen. Dari hipotesis pertama telah diketahui bahwa pembelajaran elektrokimia dengan menggunakan metode pemberian tugas memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode eksperimen. Namun hal ini tidak sesuai jika ditinjau dari motivasi berprestasi siswa, dimana siswa yang memiliki

motivasi

berprestasi

tinggi

justru

yang

diberi

pembelajaran

menggunakan metode eksperimen lebih baik prestasi belajarnya bila dibandingkan menggunakan metode pemberian tugas. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tentu akan lebih mudah menyesuaikan suasana pembelajaran dalam berbagai metode pembelajaran. Karena siswa yang memiliki motivasi yang tinggi mempunyai kemauan dan dorongan yang kuat dalam belajar, dalam kondisi apapun siswa tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan, selalau berusaha untuk menemukan penyelesian akan materi yang dihadapi. Selanjutnya adanya harapan untuk memperoleh pengetahuan yang baru, siswa yakin bahwa apa yang mereka selidiki terhadap materi yang ditanyakan akan memberikan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah diketahui oleh siswa. Serta adanya penghargaan dalam berprestasi di akhir pembelajaran mendorong siswa untuk lebih aktif. Kedua metode pembelajaran ini mempunyai karakteristik yang berbeda, bila di dalam metode pemberian tugas dibutuhkan kemampuan kognitif yang commit to user menonjol dan ketrampilan, akan tetapi di dalam metode eksperimen dibutuhkan ketrampilan dan motivasi yang menonjol. Siswa yang memiliki motivasi

perpustakaan.uns.ac.id

104 digilib.uns.ac.id

berprestasi tinggi apabila dikenai pengajaran dengan metode eksperimen akan mempunyai perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi tetapi dikenai pengajaran dengan metode tugas, sebab keberhasilan metode eksperimen dibutuhkan adanya ketrampilan, daya kreasi yang tinggi, serta motivasi yang tinggi pula. Sehingga siswa yang memiliki motivsi berprestasi tinggi sangat sesuai dengan penerapan metode eksperimen, siswa merasa sangat antusias dan mampu mengoptimalkan seluruh kemampuan mereka dalam pembelajaran. Pada akhirnya hasil belajar siswa lebih optimal bila dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi tinggi diberi metode pemberian tugas. Begitu pula sebaliknya metode eksperimen kurang sesuai bila diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, sehingga hasil belajarpun kurang optimal bila dibandingkan dengan siswa yang diberi metode pemberian tugas yang sama-sama memiliki motivasi berprestasi rendah. Hal inilah yang menyebabkan interaksi penggunaan model pembelajaran CTL melalui metode pemberian tugas dan eksperimen dengan motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh p-value pada prestasi belajar afektif dan psikomotor masingmasing sebesar 0,438 dan 0,055, atau di atas nilai α yakni 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pemberian tugas dan eksperimen dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar afektif maupun psikomotor. 5.

Hipotesis Kelima commit to user Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)

diperoleh harga p-value sebesar 0,720 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0

105 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(hipotesis nol) tidak ditolak, ini menunjukkan tidak

ada interaksi antara

pendekatan pembelajaran CTL dengan kreativpemberian tugas dan eksperimen. Berdasarkan hasil dari prestasi belajar setelah diadakan tes akhir, siswa yang memiliki kreativitas tinggi yang diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas tinggi yang diberi metode eksperimen. Begitu pula dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada kelompok metode pemberian tugas memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar pada kelompok eksperimen. Sehingga tidak ada interaksi prestasi belajar satu sama lain antar kelompok metode terhadap kreativitas. Hal ini dapat dijelaskan karena karakteristik metode pemberian tugas dalam pembelajaran yang dibawa oleh guru memberikan pengaruh yang kuat terhadap prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan metode eksperimen. Metode pemberian tugas lebih mendorong siswa untuk aktif dalam mencari sumber belajar, aktif dalam mencari media penunjang, serta aktif dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu permasalahan yang dihadapi yang merupakan tugas yang harus diemban oleh siswa hingga mampu untuk dituntaskan. Oleh karenanya metode ini tidak mempengaruhi terhadap tinggi rendahnya kreativitas siswa. Sehingga siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen baik siswa yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah prestasi belajar tetap lebih rendah dengan siswa yang menerima pembelajaran dengam metode pemberian tugas. Kelebihan yang dimiliki pada metode pemberian tugas ini yakni mampu commit to user merangsang siswa untuk meningkatkan kekreatifan dalam memecahkan suatu

perpustakaan.uns.ac.id

106 digilib.uns.ac.id

permasalahan berupa tugas. Pada pembelajaran berbasis tugas mendorong siswa untuk berinovasi yang mengaitkan belajar secara kontekstual melalui aktivitasaktivitas yang kompleks. Sehingga dalam pembelajaran ini siswa terdorong untuk lebih kreatif. Seperti kemampuan untuk memberikan gagasan baru serta senang mencoba-coba sesuatu hal baru. Setelah mendapatkan pembelajaran ini siswa yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah dapat meningkat prestasi belajarnya. Hal ini serupa dengan prestasi belajar siswa pada aspek afektif maupun psikomotor. Yang menyebabkan tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran CTL melalui metode eksperimen dan pemberian tugas dengan kreativitas. 6.

Hipotesis Keenam Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)

diperoleh harga p-value sebesar 0,504 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) tidak ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada siswa yang memliki kreativitas tinggi, motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah motivasi berprestasi tinggi. Begitu pula pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi motivasi berprestasi rendah memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah motivasi berprestasi rendah pula. Sehingga baik siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi atau rendah akan tetapi kreativitasnya tinggi maka prestasi belajarnya selalu lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi atau rendah commit to user akan tetapi kreativitasnya rendah.

perpustakaan.uns.ac.id

107 digilib.uns.ac.id

Siswa yang memiliki kreativitas tinggi tentunya memiliki daya inisiatif yang tinggi, kelancaran, keluwesan dan keaslian dalam pemikiran dalam hal kognitif serta rasa ingin tahu dan senang bertanya sehingga pengetahuan lebih berkembang dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Begitu pula dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Akan tetapi karena pengaruh kreativitas yang sangat dominan, sehingga apapun tingkat motivasi berprestasi siswa yang ada tidak akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh p-value pada prestasi belajar afektif dan psikomotor masingmasing sebesar 0,772 dan 0,775, atau di atas nilai 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar afektif maupun psikomotor. 7. Hipotesis ketujuh Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value sebesar 0,753 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) tidak ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kreativitas siswa. Hal ini disebabkan karena pada salah satu varibel bebas didalam penelitian ini yakni kreativitas tidak berinteraksi dengan metode pembelajaran, walapun terdapat interaksi metode commit to user pembelajaran dengan motivasi berprestasi.

108 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sedangkan pada prestasi belajar afektif dan psikomotor masing-masing memiliki p-value sebesar 0,893 dan 0,110, atau di atas nilai 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar afektif maupun psikomotor. E. KETERBATASAN PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yakni terkendala dengan waktu. Dalam menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching Learning melalui metode tugas dan eksperimen dalam dua kelas yang berbeda seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menuntaskan dari langkah awal sampai langkah akhir. Sehingga jalannya proses pembelajaran yang seharusnya menyesuaikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, namun kenyataannya justru berjalan menyesuaikan waktu. Faktor non-teknis dalam menunjang keberhasilan penelitian ini adalah kehadiran siswa. Peneliti mengharapkan selama tahap awal sampai akhir penelitian seluruh siswa dapat hadir, akan tetapi terdapat siswa yang tidak dapat hadir karena alasan tertentu sehingga menjadikan titik lemah dalam penelitian ini. Dari segi siswa yang tidak hadir, siswa yang bersangkutan akan ketinggalan sub materi yang telah disampaikan oleh guru. Oleh karena itu sangat dikhawatirkan pencapaian maksimal pembelajaran dalam tahap evaluasi. Dari segi peneliti, data yang diperoleh dari hasil penelitian kurang maksimal atau belum sesuai dengan harapan peneliti. commit to user

109 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh di SMK Kristen 1 Klaten , maka dapat disimpulkan bahwa : 1.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning menggunakan metode

pemberian tugas dan eksperimen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa pada materi elektrokimia. Prestasi belajar kognitif pada materi elektrokimia yang menggunakan metode pemberian tugas lebih baik dari pada yang diberi dengan metode eksperimen, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai prestasi belajar kognitif pada metode pemberian tugas sebesar 79,75 lebih besar dibandingkan metode eksperimen yang rata-ratanya 75,59. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif dan psikomotor lebih baik yang menggunakan metode eksperimen dari pada pemberian tugas, hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata nilai prestasi belajar afektif dan psikomotor pada metode eksperimen adalah 84,87 dan 78,97, lebih besar dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar afektif dan psikomotor metode pemberian tugas yaitu 79,97 dan 73,91. 2.

Motivasi berprestasi siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada materi elektrokimia. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang commit to user rendah.

perpustakaan.uns.ac.id

3.

110 digilib.uns.ac.id

Kreativitas siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi

belajar kognitif dan afektif siswa pada materi elektrokimia. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kreativitas yang rendah. 4.

Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning baik melalui metode pemberian tugas maupun eksperimen dengan kreativitas siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. 5.

Terdapat interaksi antara siswa yang diberi model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning baik melalui metode pemberian tugas maupun eksperimen dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Akan tetapi tidak terdapat interaksi antara metode pemberian tugas dan eksperimen dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar afektif maupun psikomotor siswa. 6.

Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa

terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. 7.

Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning, kreativitas dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. B. IMPLIKASI 1.

Implikasi Teoritis

a.

Metode tugas dan eksperimen dapat diterapkan pada semua tingkat motivasi berprestasi tinggi maupun rendah.

b.

Metode tugas dan eksperimen dapat diterapkan pada semua tingkat kreativitas commit to user tinggi maupun rendah.

perpustakaan.uns.ac.id

c.

111 digilib.uns.ac.id

Metode tugas dan eksperimen dapat diterapkan pada siswa yang cenderung pasif, karena memberikan peluang bagi siswa untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan ataupun konsep-konsep yang baru.

2.

Implikasi Praktis

a.

Dalam pembelajaran kimia khususnya materi elektrokimia sebaiknya menggunakan metode tugas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran kimia materi elektrokimia dengan metode pemerian tugas labih baik dari pada metode eksperimen.

b.

Dalam pembelajaran kimia sebaiknya guru perlu memperhatikan motivasi berprestasi siswa, sebagai langkah awal guru perlu adanya pengukuran terhadap motivasi berprestasi siswa yang tepat, sehingga guru dapat mengetahui tingkat kondisi siswa dan dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

c.

Dalam pembelajaran kimia sebaiknya guru perlu memperhatikan kreativitas siswa, guru perlu mengukur tingkat kreativitas siswa, agar dapat diketahui seberapa besar kreativitas siswa dalam menghadapi situasi tertentu. sebab dalam menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memerlukan tingkat kreativitas siswa yang baik.

d.

Menggunakan metode tugas sebaiknya didukung dengan motivasi berprestasi yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian prestasi belajar elektrokimia yang maksimal.

C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka commit to user penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

112 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Kepada Pendidik: a.

Perlu mempersiapkan waktu yang cukup, sebab metode tugas memerlukan waktu yang cukup panjang. Sehingga jalannya proses pembelajaran tepat pada sasaran yang akan dicapai.

b.

Perlu mempersiapkan tugas yang akan diberikan kepada siswa sehingga jelas arah dan tujuan pemberian tugas, dan sebaiknya jenis tugas yang diberikan setiap siswa dengan memperhatikan perbedaan.

c.

Perlu meningkatan motivasi berprestasi siswa. Upaya yang dapat ditempuh guru yakni memberikan kegiatan belajar yang menarik, sehingga menarik minat siswa untuk belajar, seperti memberikan pengarahan dan dorongan dari luar berupa motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

d.

Perlu melakukan perbaikan tingkat kreativitas siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kreativitas siswa yakni dengan menghubungkan isi pembelajaran dengan konteks nyata kehidupan nyata, menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk berfikir kreatif, membiasakan siswa untuk memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menyampaikan pendapat-pendapat yang berkualitas, memberikan sebuah permasalahan yang harus diselesaikan siswa dengan caranya sendiri.

2. Kepada Peneliti: a.

Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang merupakan faktor internal dan eksternal yang dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

commit to user

113 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Perlu dilakukan penelitian penggunaan metode pembelajaran yang lain sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran kimia yang akan dipelajari

3. Kepada Siswa: a.

Belajar dengan meminimalkan ketergantungan terhadap guru dapat dilakukan dengan berinteraksi dengan teman dalam kelompok maupun dengan sumber belajar secara langsung, belajar dalam kelompok dapat meningkatkan interaksi antar individu dan antar anggota kelompok dan juga antar siswa dengan sumber belajar. Jadi dalam belajar kelompok dapat meningkatkan ketergantungan positif antar semua individu dan kelompok.

b.

Saling membantu dan menghargai dalam kerjasama kelompok dapat meningkatkan motivasi berprestasi anggota untuk memajukan kelompok dan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

c.

Untuk meningkatkan motivasi berprestasi sebaiknya mempunyai motivasi untuk berhasil dan berprestasi, berusaha melakukan tugas secara tutas tanpa menunda, berani mengambil resiko, dan bercita-cita untuk masa depan.

d.

Untuk meningkatkan kreativitas sebaiknya mempunyai keingintahuan yang besar dan berani melakukan kegiatan belajar seperti bereksperimen tanpa takut untuk gagal.

commit to user