Pembelajaran Menulis Naskah drama Dengan Menggunakan

39 downloads 264 Views 143KB Size Report
pertama, bagaimana kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada siswa kelas ... naskah drama pada siswa kelas XI SMA Nasional Bandung setelah ...
PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL DI KELAS XI SMA NASIONAL BANDUNG TAHUN AJARAN 2011-2012

ARTIKEL JURNAL Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Ujian Sidang Strata Satu (S1)

Oleh: Nur Fitriani O8 21.0588

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012

PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL DI KELAS XI SMA NASIONAL BANDUNG TAHUN AJARAN 2011-2012

Nur Fitriani 08 21 0588 Email: [email protected]

Stkip siliwangi bandung ABSTRAK Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya efektifnya kegiatan belajar mengajar tentang pengajaran sastra mengenai menulis naskah drama. Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian skripsi ini adalah pertama, bagaimana kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMA Nasional Bandung sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual ?. kedua, bagaimana kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMA Nasional Bandung setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual ?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMA Nasional Bandung sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual. Kedua, untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMA Nasional Bandung setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar pretes dan lembar postes. Hasil dari penelitian mengenai pembelajaran naskah drama dengan menggunakan metode kontekstual di kelas XI SMA Nasional Bandung tahun ajaran 2011-2012 menunjukan peningkatan kemampuan belajar siswa, dan menunjukan adanya pengaruh terhadap meningkatkan keefektifitasan siswa dalam menulis naskah drama. Terbukti dari hasil pembelajaran dengan diberikannya pretes dan postes dalam menulis naskah drama nilai yang diperoleh siswa semakin meningkat. Nilai yang diperoleh dari pretes adalah minimal 43,25 dan maksimal 81,25 dengan nilai rata-rata adalah 60,7. Nilai yang diperoleh dari hasil postes adalah minimal 62,5 dan maksimal 93,75 dengan nilai rata-rata adalah 80,68. Kata Kunci: Naskah Drama dan Kontekstual

PENDAHULUAN Permasalahan dalam menulis drama siswa kelas XI belum memuaskan, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengenal bentuk naskah drama. Kompetensi dasar menulis naskah drama juga telah diajarkan tetapi masih mengalami beragam hambatan. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru bidang studi bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa siswa belum mampu menulis naskah drama secara produktif, siswa mau menulis naskah drama jika mendapat tugas dari guru, dimana tema drama yang hendak dibuat sudah ditentukan oleh guru. Dalam rangka mencapai kompetensi dasar menulis naskah drama yang memuaskan, maka penulis menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Metode kontekstual atau yang lebih lengkapnya lagi adalah Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna

(meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural (Nanang dan Cucu 2009:67). Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya. Dalam pendekatan kontekstual terdapat beberapa komponen salah satunya adalah komponen pemodelan. Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan yang dapat ditiru,baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh guru, peserta didik, atau dengan cara mendatangkan narasumber dari luar (outsourcing) yang terpenting dapat membantu terhadap ketuntasan

dalam belajar (mastery learning) sehingga peserta didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti (Nanang dan Cucu 2009:74-75). Penelitian dalam hal kemampuan menulis teks drama masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian kemampuan menulis naskah drama. Penelitian ini diberi judul, Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama Dengan Pendekatan Kontekstual. Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam penguasaan kemampuan menulis. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Nasional Bandung yang mengajar, diketahui bahwa kondisi kemampuan menulis teks drama tersebut belum maksimal. Hal ini disebabkan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis khususnya menulis naskah drama guru hanya memberikan penjelasan mengenai teks drama. Disini siswa tidak diperlihatkan secara langsung bentuk teks drama sehingga dalam proses kegiatannya siswa tidak dapat menciptakan drama secara baik karena siswa tidak memiliki gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teks drama. Hal ini pulalah yang menyebabkan siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan dapat mengatasi rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa SMA Nasional Bandung. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran menulis naskah drama karena dalam pembelajaran tersebut siswa akan diperlihatkan sebuah model naskah drama. Keuntungan memperlihatkan model naskah drama dalam pembelajaran menulis adalah siswa dapat melihat bentuk naskah drama secara langsung sehingga dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang naskah drama. Sebab penjelasan mengenai drama saja tidak cukup, jadi selain penjelasan guru juga bisa memberikan contoh konkret sebuah naskah drama karena di dalam sebuah contoh naskah drama tersebut ada tulisan yang menggambarkan tentang situasi atau keadaan. Dari model naskah drama itulah akhirnya siswa dapat menemukan dan mengembangkan gagasan yang akan mereka tuangkan menjadi sebuah naskah drama. Sehingga dapat menimbulkan perubahan terhadap perilaku siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi serta antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. KAJIAN TEORI DAN METODE

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukkan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu yang objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerja satu pihak, yaitu pekerja guru saja. Sedangkan pengajaran juga harus adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Pengertian Menulis Menulis ialah melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1984:21). Dalam KBBI (2007:251), menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:294), aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan atau keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan ketiga kemampuan, berbahasa yang lain,keterampilan menulis lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan bebagai unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi karangan. Menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak yang dibatasi jarak, tempat, dan waktu (Akhaidah, 1997:9). Menulis diartikan sebagai proses kreatif seseorang yang dilakukan seseorang secara sadar guna memberi manfaat atau pesan pada orang lain yang disampaikan melalui tulisan. Pada saat seseorang menuangkan pikirannya pada sebuah kertas atau tulisan maka proses kreatif telah berlangsung pada saat itu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses kegiatan berpikir manusia untuk menghasilkan sesuatu sebagai

ungkapan ide, pikiran dan perasaan dirinya kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri dalam bentuk tulisan. Tujuan Menulis Sebelum menulis, penulis hendaknya menentukan tujuan yang hendak dicapai dari tulisannya terlebih dahulu. Huga Hartig menyebutkan tujuan menulis sebagai berikut : 1. Assignment Purpose (tujuan penguasa) yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri. 2. Altuistik Purpose (tujuan altuistik) yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, memahami, menghargai perasaan penalarnya, ingin membuathidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3. Persuasive Purpose (tujuan penerangan atau tujuan menginformasikan) yaitu tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan atau penerangan kepada pembaca. 4. Self-expensive Purpose (tujuan pernyataan diri) yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri pengarang kepada para pembaca. 5. Creative Purpose (tujuan kreatifitas) yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian. 6. Problem-solving Purpose (tujuan pemecahan masalah) yaitu penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi, menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran dan gagasan sendiri agar dapat diterima oleh pembaca. Jenis-Jenis Tulisan Jenis-jenis tulisan dapat dibagi atas lima jenis, yaitu narasi, eksposisi, deskripsi, argumentasi dan persuasi.. A. Narasi Narasi adalah salah satu bentuk tulisan yang bertujuan untuk menceritakan kronologis peristiwa kehidupan manusia. Berdasarkan rumusan itu, maka dapat disimpulkan beberapa ciri narasi, yaitu sebagai berikut : a. Tulisan itu berisi tentang kehidupan manusia. b. Peristiwa kehidupan manusia yang diceritakan itu boleh merupakan kehidupan nyata, imajinasi, dan boleh gabungab keduanya. c. Cerita itu memiliki nilai keindahan, baik keindahan isinya maupun penyajiannya.

d. Di dalam peristiwa itu ada konflik, yaitu pertentangan kepentingan kemelut atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tanpa konflik, cerita tidak menarik. e. Di dalamnya sering kali terdapat dialog untuk menghidupkan cerita. f. Tulisan disajikan dengan menggunakan cara kronologis. B. Eksposisi Eksposisi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memberikan informasi, menjelaskan dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Ciri-ciri tulisan eksposisi adalah sebagai berikut : a. Tulisan itu bertujuan memberikan informasi, pengertian, dan pengetahuan. b. Tulisan itu bersifat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan kapan serta bagaimana. c. Disampaikan dengan gaya yang lugas dan menggunakan bahasa baku. d. Umumnya disajikan dengan menggunakan susunan logis. e. Disajikan dengan nada netral tidak memancing emosi, tidak memihak dan memaksakan sikap penulis kepada pembaca. C. Deskripsi Deskripsi adalah bentuk tulisan yang betujuan memberikan rincian tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagai melihat, mendengar atau merasakan langsung apa yang disampaikan penulis. Ciri-ciri tulisan deskripsi adalah sebagai berikut : a. Deskripsi berupaya memperlihatkan rincian tentang objek, sedangkan eksposisi cenderung menyajikan secara umum. b. Deskripsi lebih bersifat mempengaruhi emosi yang membentuk imajinasi pembaca, sedangkan eksposisi tidak. c. Deskripsi umumnya menyangkut objek yang dapat di indera oleh panca indera sehingga objek, pada umumnya benda, alam, warna, dan manusia. Sedangkan eksposisi menyangkut tentang semua hal. d. Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, sedangkan eksposisi disajikan dengan gaya lugas.

e.

Penyajian deskripsi lebih umum menggunakan susunan ruang, sedangkan eksposisi umumnya menggunakan susunan logis. D. Argumentasi Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis. Tulisan argumentasi pada dasarnya merupakan bagian dari karya eksposisi, sifat-sifat tulisan eksposisi ada pada argumentasi. Sifat khusus yang dimilikinya yaitu untuk meyakinkan atau membujuk pembaca agar menerima pandangan penulis, maka tulisan eksposisi semacam ini dinamakan argumentasi. Ciri-ciri khusus tulisan argumentasi yang membedakan dengan karya tulis eksposisi adalah sebagai berikut : a. Argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca. Sedangkan eksposisi bertujuan memberikan informasi dan penjelasan. b. Argumentasi berusaha membuktikan kebenaran suatu pendapat atau penyataan, sedangkan eksposisi hanya menjelaskan. c. Argumentasi berusaha mengubah pendapat atau pandangan pembaca, sedangkan eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca. d. Argumentasi menampilkan fakta sebagai bahan pembuktian, sedangkan dalam eksposisi, fakta ditampilkan sebagai alat mengkonkretkan. E. Persuasi Persuasi adalah tulisan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Tulisan ini biasanya berisi ide, gagasan, atau pendapat penulis disertai imbauan atau ajakan kepada orang lain, dimana pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa gerakan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dala karangannya dan pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti. Ciri-ciri tulisan persuasi: a. Ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. b. Persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah. c. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.

d. Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca. e. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan kesepakatanpendapatnya tercapai. f. Persuasi memerlukan fakta dan data. Naskah Drama Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut dimuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar atau penonton. Drama adalah cerita dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton. Unsur utama dalam drama adalah bahasa, tetapi masih ada beberapa unsur lain yang juga sangat penting dalam drama, misalnya: gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Perlu diperhatikan bahwa bahasa dalam drama bukan hanya untuk menyampaikan pesan secara lisan, tapi lebih dari itu. Dalam drama, bahasa khususnya dialog bukan hanya untuk dituturkan, tetapi justru dialoglah yang membentuk alur. Jadi dapat disimpulkan drama adalah karangan cerita atau rangkaian peristiwa yang dikaitkan secara kronologis dalam situasi bahasa dialog dan paparan perilaku dalam teks untuk dipentaskan di atas panggung. Penulis naskah drama dapat menyisipkan latar ruang dengan petunjuk pemanggungan (kadangkadang disebut kramagung, waramimbar, atau teks samping) dan dialog, cakapan, atau wawancang. Ruang tempat terjadinya peristiwa harus jelas, penunjang pementasan drama dan sesuai dengan lingkup cerita. Bahasa dialog yang digunakan dalam drama hendaklah disesuaikan dengan lingkungan sosial serta watak tokoh. Selain itu, seorang tokoh berkomunikasi dengan tokoh lainnya untuk menyampaikan suatu pesan. Kemudian diantara mereka diharapkan terjadi dialog yang bermakna yang akan mengembangkan cerita. Naskah drama pada umumnya terdiri atas judul cerita, latar, nama pelaku yang diikuti tanda titik dua [:], ucapan langsung dengan menggunakan tanda kutip [‘’...’], serta petunjuk gerak dengan menggunakan tanda kurung [(...)].

Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menyimpulkan data penelitian. Metode penelitian menekankan pada strategi , proses dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik dan data yang diperlukan. Arikunto mengemukakan, “Bahwa untuk mencapai hasil suatu penelitian diperlukan metode” (1996:150). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yang merupakan salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang urgen terjadi pada masa kini, pemaparan peristiwa tersebut dilakukan secara sistematik, akurat, dan lebih menekankan pada data yang faktual. Surachmad (2004:139) berpendapat bahwa metode deskriptif merupakan metode-metode yang tertumpuk pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode deskriptif tidak dilakukan untuk menguji hipotesis tertentu, hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variable gejala atau keadaan tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: pemerolehan nilai pretes tertinggi untuk pembelajaran menulis naskah drama adalah 81,25 dan nilai terendah adalah 43,25 dengan nilai rata-rata 60,7 sedangkan pemerolehan nilai postes tertinggi untuk pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan metode kontekstual pada kelas XI IPA 1 adalah 93,75 dan nilai terendah adalah 62,5 dengan rata-rata nilai 80,68. Dari hasil pretes dan postes di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan metode kontekstual di kelas XI IPA 1 SMA Nasional Bandung berhasil dengan memperoleh nilai yang memuaskan. KESIMPULAN Simpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual yaitu masih banyak siswa yang belum mampu menulis naskah drama dengan baik. 2. Sedangkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual yaitu meningkatnya kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Nasional Bandung. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pretes dan postes. Pemerolehan hasil pretes siswa

memiliki nilai tertinggi yang dicapai siswa 81,25 dan nilai terendah 43,75, dengan nilai rata-rata 59,65. Berdasarkan perolehan hasil postes, nilai tertinggi 93,75 dan nilai terendah 62,5, dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa menjadi meningkat yaitu 86,9. 3. Penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Nasional Bandung sudah efektif, hal ini terlihat dari perolehan nilai pretes dan postes yang memperoleh hasil lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.1-2 , Arikunto, Suharsmi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 150, 108-109 Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka. 7, 17, 251 Hasanudin. 1996. Drama Karya Dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah, dan Analisis. Bandung: Angkasa. 2 Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 122 Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah. 1 Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 294 Saini dan Soemardjo. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. 31 Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenda Media Grup. 2, 9-10 Surachmad, Winarno. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 139 Tarigan,Henry. G. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1-3