PEMBELAJARAN MENULIS PANTUN DENGAN MENGGUNAKAN ...

39 downloads 239 Views 137KB Size Report
Penelitian ini didasari oleh masalah pembelajaran menulis pantun yang dianggap ... pembelajaran diharapkan lebih bermakna karena siswa menulis pantun ...
PEMBELAJARAN MENULIS PANTUN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS VII MTS MATHLA’UL ANWAR SUKAGUNA CIHAMPELAS KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN AJARAN 2011 / 2012

Lina Suhayati 08.21.0190 [email protected] STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini didasari oleh masalah pembelajaran menulis pantun yang dianggap sulit oleh siswa, karena dalam menulis pantun diperlukan kreatifitas, imajinasi yang tinggi, dan adanya kesulitan siswa untuk menyusun kalimat dalam baris pantun, baik berupa sampiran maupun isi yang sesuai dengan tema serta menyesuaikan rima antara sampiran dan isi. Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pantun dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna karena siswa menulis pantun berdasarkan kehidupan mereka sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang bertujuan menggambarkan fakta–fakta dan data–data yang diperoleh dari penelitian dengan tahap tes awal dan tes akhir. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak delapan belas orang. Data hasil penilaian tes awal diperoleh nilai rata–rata siswa 64,44 sedangkan pada tes akhir diperoleh nilai rata–rata 88,88 maka terdapat perbedaan signifikan antara nilai tes awal dan tes akhir. Hasil analisis tersebut menunjukan terjadi peningkatan kemampuan menulis pantun dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Kata Kunci : Menulis, Pantun, Contextual Teaching and Learning (CTL)

PENDAHULUAN Sastra merupakan peristiwa atau hal-hal penting yang pernah dilihat, dihayati, dipikirkan, dan dirasakan pengarangnya dalam kehidupan sehari-hari. Secara singkat dan sederhana dapatlah dikatakan bahwa sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bahasa baik berupa tulisan maupun lisan. Wilayah sastra meliputi kondisi insani atau manusia, yaitu kehidupan dengan segala perasaan, pikiran, dan wawasannya. Pada dasarnya sastra dibagi menjadi dua. Pertama sastra imajinatif dan yang kedua satra non imajinatif. Sastra imajinatif adalah karya sastra yang berasal dari daya khayal atau imajinasi pengarang dan sangat tipis hubungannya dengan fakta atau realita kehidupan. Fakta atau realitas hidup sehari-hari tidak begitu penting dalam sastra imajinatif. Bahasa yang digunakannya bersifat konotatif. Sastra non imajinatif adalah karya–karya yang kadar faktanya lebih menonjol dan tidak bersifat khayali. Para satrawan di dalam mengarang sastra yang non imajinatif benarbenar bekerja berdasarkan fakta atau

kenyataan yang betul-betul terjadi. Bahasa yang digunakannya pun bersifat denotatif. Yang termasuk ke dalam sastra non imajinatif adalah esai, kritik, sejarah, biografi, otobiografi, memoar, dan suratsurat. Yang termasuk ke dalam sastra imajinatif adalah puisi dan prosa. Salah satu karya sastra imajinatif yang terdapat di dalam kurikulum dan dipelajari di sekolah adalah puisi lama, yaitu menulis pantun. Dalam kegiatan menulis selalu dipandang hanya dilakukan oleh orang–orang yang memiliki bakat, adanya pandangan bahwa menulis itu adalah suatu keterampilan yang muncul dari keturunan keluarga, sulitnya menuangkan ide atau gagasan dalam pikiran mereka. Pembelajaran menulis pantun dianggap sulit oleh siswa, karena dalam menulis pantun diperlukan kreatifitas, imajinasi yang tinggi, adanya kesulitan siswa untuk menyusun kalimat dalam baris pantun, baik berupa sampiran maupun isi yang sesuai dengan tema serta menyesuaikan rima antara sampiran dan isi. Mereka menganggap bahwa dalam menulis pantun hanya dilakukan oleh pecinta sastra saja. Ditambah lagi pengajaran yang kurang bisa menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran menulis pantun sehingga terasa membosankan. Di sinilah guru ditantang untuk

menggali kreatifitas dalam mengembangkan metode pembelajaran menulis pantun agar imajinasi dan pemahaman siswa terangsang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyusun judul Pembelajaran Menulis Pantun dengan Menggunakan Pendekatan Contextual2. Teaching and Learning (CTL) di Kelas VII MTs Mathla’ul Anwar Sukaguna Cihampelas Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2011/2012. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1)Apakah ada perbedaan menulis pantun pada siswa kelas VII MTs. Mathla’ul Anwar sebelum dan sesudah pembelajaran?; dan 2)Apakah Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis pantun pada siswa kelas VII MTs Mathla’ul Anwar ? KAJIAN TEORI DAN METODE Pembelajaran menurut Yamin (2011:69) adalah kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponenkomponen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang–lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang - lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008:22) Menurut Soetarno (2008:19) pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat larik yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya tiap larik terdiri atas empat perkataan. Dua larik pertama disebut sampiran, sedangkan dua larik berikutnya disebut isi pantun. Pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Tiap-tiap bait pantun terdiri 4 larik, b) Tiap-tiap larik terjadi dari 8-12 suku kata, c) Sajak akhirnya merupakan sajak silang yang dapat dirumuskan ab ab, d) Larik ke-1 dan ke-2 disebut sampiran, dan tak mempunyai hubungan logis dengan larik ke-3 dan ke4 yang menjadi isi pantun. Menurut Soetarno (2008:20) Berdasarkan isi atau temanya, pantun dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Pantun anak–anak Pantun anak-anak mengandung dua pengertian : pertama, pantun yang dikarang oleh anak-anak sendiri untuk mengekspresikan perasaan hati mereka, baik riang maupun gembira; kedua, pantun yang dikarang oleh orang dewasa untuk menggambarkan dunia anak-anak. Sebagai pantun yang menggambarkan dunia anak -anak, maka isinya tentu

saja sangat sederhana, tidak lepas dari pemikiran anak-anak yang hanya berkisar ibu-bapak, permainan, makanan, pakaian dan kehidupan seharihari. Pantun anak-anak dibagi menjadi dua yaitu pantun bersuka cita dan pantun berduka cita. 2. Pantun orang muda Pantun muda merupakan jenis pantun yang diklasifikasi berdasarkan penutur atau pemakainya. Usia muda mengacu pada rentang waktu dari remaja hingga usia sebelum menikah. Sepanjang seseorang belum menikah, maka ia masih termasuk dalam kategori muda; sebaliknya walaupun ia masih sangat muda namun telah menikah maka ia termasuk dalam klasifikasi orang tua. Tema-tema dalam pantun orang muda berkisar tentang kisah asmara, kasih sayang. Pantun orang muda ini terdiri dari pantun dagang atau pantun nasib, pantun jenaka dan pantun muda; pantun berkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun berceraian, dan pantun beriba hati. 3. Pantun orang tua Pantun orang tua merupakan pantun yang dituturkan oleh orang-orang tua, biasanya berisi nasihat, kias, ibarat, adat resam, dan ajaran agama. Menurut Sari (2012:252) pantun orang tua ini terdiri dari pantun adat, pantun agama, pantun budi, pantun nasihat, pantun kepahlawanan, pantun kias dan pantun peribahasa. Contextual teaching and learning (ctl) merupakan konsep belajar yang menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran dengan metode ini berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami (Riyanto, 2010:159). Menurut Riyanto (2010:164) kita akan lebih memahami konsep pendekatan kontektual melalui beberapa kata kunci yang sekaligus menunjukan karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu : Real world learning, mengutamakan pengalaman nyata anak, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif sedangkan guru mengarahkan, pengetahuan berakar dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, perubahan perilaku, siswa praktik bukan menghafal, learning bukan teaching, pendidikan (education) bukan pengajaran (instruction), pembentukan manusia (memanusiakan manusia), memecahkan masalah, hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes. Menurut Riyanto (2010:169) pendekatan Contextual teaching and learning (ctl) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: 1)konstruktivisme (construstivism), 2)bertanya (questioning), 3)menemukan (inquiry), 4)masyarakat belajar (learning community), 5)pemodelan

(modeling), 6) refleksi (reflection), dan 7) penilaian sebenarnya (authentic asessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning jika menerapkan tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Menurut Riyanto (2010 : 168) penerapan Contextual Teaching and learning (CTL) dalam kelas cukup mudah, secara garis besar langkahnya sebagai berikut :1) Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, 2)Laksanakanlah sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik, 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, 4)Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok – kelompok), 5)Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, 6)Lakukanlah refleksi di akhir pertemuan, 7)Lakukan penilaian sebenarnya, dengan

berbagai cara. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Metode dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan fakta–fakta dan data–data tentang pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas VII MTs. Mathla’ul Anwar Sukaguna. HASIL DAN PEMBAHASAN Penganalisisan dalam menulis pantun hanya mencangkup beberapa aspek, yaitu tema, jumlah baris dan rima, pemilihan kata untuk sampiran, pemilihan kata untuk isi, dan gaya bahasa. Sebelum penulis melaksanakan pembelajaran menulis pantun dengan pendekatan kontekstual, kegiatan yang pertama dilakukan adalah melaksanakan tes awal. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis penilaian terhadap 18 hasil menulis pantun yang dibuat siswa kelas VII MTs Mathla’ul Anwar pada tahap tes awal diperoleh jumlah nilai 1160 dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 90. Nilai rata-rata pada tahap tes awal ini adalah 64,44. Pantun yang ditulis siswa belum sesuai dengan syarat-syarat pantun. Setelah melaksanakan tes awal, tahap berikutnya penulis melaksanakan tes akhir yaitu, pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (ctl). Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil menulis pantun siswa dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (ctl). Berdasarkan hasil analisis penilaian terhadap 18 hasil menulis pantun yang dibuat siswa

kelas VII MTs Mathla’ul Anwar pada tahap tes akhir diperoleh jumlah nilai 1600 dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi yaitu 100. Nilai rata–rata yang diperoleh pada tahap postes adalah 88,88. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukan bahwa Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi pantun dengan kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi dan akan dirasakan lebih bermakna. Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun karena siswa menulis pantun tersebut berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata tes awal 64,44 ,dan nilai rata–rata tes akhir 88,88. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang dihasilkan pada tes awal dan tes akhir, berikut penulis simpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siswa kelas VII MTs. Mathla’ul Anwar tahun ajaran 2011/2012, yaitu sebagai berikut : 1) Berdasarkan hasil analisis menulis pantun siswa terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Hasil pembelajaran menulis pantun tanpa menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), kemampuan menulis pantun pada siswa kelas VII MTs. Mathla’ul Anwar dirasakan kurang karena siswa kurang mampu menyesuaikan tema dengan isi pantun sehingga pantun kurang menarik, pantun yang ditulis siswa merupakan pantun yang sudah ada bukan hasil kreatifitas mereka sendiri, dan mereka tidak bisa memahami syarat pantun seperti satu bait terdiri dari 4 baris, rima ab–ab, jumlah suku kata tiap baris terdiri antara 8–12 suku kata. Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu membantu siswa dalam memahami pantun karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami. Bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Selain itu juga pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu meningkatkan kreatifitas siswa dalam menulis pantun, sehingga tema pantun yang ditulis menjadi lebih beragam karena siswa bebas mengeluarkan ide–idenya dengan mengaitkan pengalaman hidupnya terhadap pantun yang ditulis,

serta apa yang dirasakannya menjadi inspirasi bagi siswa dalam menulis pantun; dan 2) Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VII MTs. Mathla’ul Anwar dalam menulis pantun. Hal ini dibuktikan pada tahap tes awal dengan nilai rata–rata siswa 64, 44 dan pada tahap tes akhir nilai rata–rata menulis pantun siswa meningkat menjadi 88,88. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta. p160. Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:Kencana. p159,164, 168, 169. Sari, E.M. 2012. Peribahasa Sastra Lama dan Majas. Jakarta:Mata Elang Media. p252. Soetarno. 2008. Peristiwa Sastra Melayu Lama. Surakarta : PT Widya Duta Grafika.p19,20. Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.p22 Yamin, M. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta:Gaung Persada Press.p69