pemikiran Filsafat Pendidikan Islam - WordPress.com

47 downloads 655 Views 127KB Size Report
Dalam karya Samsul Nizar, di dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam: ... Dalam buku Muhammadiyah; Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha. Yang dihimpun ...
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

MAKALAH

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM K.H.AHMAD DAHLAN

( Pemecahkan Problema Pendidikan Bangsa )

Oleh Dr.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag.

Kepada Yth. Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lemlit ) Uhamka Jakarta 1

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Abstraction KH Ahmad Dahlan is a man of action types that are already in place when leaving quite a lot of charitable efforts are not made. Therefore, to explore how the philosophical orientation of education Ahmad Dahlan more properly refers to how he built the educational system. With his efforts in education, he can be considered as a " model “Center / titik pusat”; of the rise of a generation that is central point “model”; of a movement that rose to address the challenges faced by Islamic groups in the form of backwardness in education systems and kejumudan understand Islam.

Analysis of sections of thought Dahlan done with methodical steps: deductive, inductive; Library Research, observation and interviews etc.. Using the methodology of this paper are expected to provide information about the dimensions that show the advantages and disadvantages compared to the views of his view that existed previously. Finding and try to find a different view of Ahmad Dahlan with national figures of his day is more concerned with political and economic issues, Dahlan was completely absorbed in the field of education. Aiming point on the world of education in turn drove him into the heart of the people who actually matter. Based on the description of this concept can be used later to build a more effective nation that is through education. Keywords: Education, education, instruction, tarbiyah, taklimi, pedaegogik

2

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

A. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Mengutip Taufik Abdullah, James L.Peacock mengatakan bahwa para pembaharu pendidikan Islam selalu kembali ke kampung asalnya [Peacock ,1986:48 ] Demikian pula KHA Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 di kampung, Kauman, Yogyakarta.1 Tentu saja itu merupakan aktualisasi perintah Allah untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka [QS Al-Tahrim [66]: 6’; M, Djindar, 1990:3]. Maka gejala ini pasti bukan suatu kebetulan tapi perilaku yang diatur. Ia mewakili sebuah kesadaran, sebut saja teosentrisme. Karena itu KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, bergerak dari dalam, bukan dari luar.

Filsafat Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan merupakan penyebab munculnya dan berkembangnya tradisi keilmuan, pemikiran, dan filsafat di dunia Islam dan tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan, kebudayaan dan peradaban yang mengitari munculnya pandangan tentang filsafat pendidikan Islam ini. Karena itu, penulis memiliki permasalahan tentang hal yang berkaitan dengan filsafat pendidikan Islam; Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan mengenai pendidikan [education] terutama filsafat pendidikan Islam di Indonesia? Bagaimana pandangan para tokoh Islam tentang filsafat Pendidikan Islam ? Bagaimana keterkaitan filsafat pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan dengan permasalahan pendidikan masa Kini ? Bagaimana tinjauan kritis terhadap filsafat pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan?

Dalam penulisan ini, bahwa pembahasan tentang

Pemikiran Filsafat

Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan, Keterkaitannya dengan Pemecahan Persoalan Pendidikan masa kini merupakan studi pemikiran K.H.Ahmad Dahlan tentang Falsafah Pendidikan Islam dan memberikan manfaat bagi agama dan bangsa. Adapun Tujuan penelitian ini merupakan telaah permasalahan baru dalam melihat kacamata masyarakat mengenai pendidikan terutama Islam. Menggambarkan corak pemikiran Filsafat Pendidikan Islam menurut K.H.Ahmad Dahlan. Menjelaskan konsep-konsep Pendidikan Islam menurut K.H.Ahmad Dahlan. Mengkritisi pemikiran

1

PP.Muhammadiyah, Mukaddimah AD/ART, [Yogyakarta, PP Muhammadiyah, 199], hal.7

3

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

K.H.Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam di tanah air Indonesia Memberikan perspektif baru tentang filsafat pendidikan Islam

B. KAJIAN TEORI

Berbicara tentang Pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan pemikiran K.H.Ahmad Dahlan yang mengenal pendidikan di Barat dan Timur. Dari latar belakang permasalah di atas, maka penulis mencoba

memberikan gambaran

pendidikan Islam menurut K.H.Ahmad Dahlan ditinjau dari aspek filsafat.

Aspek filsafat berusaha mengkaji beberapa teori guna membantu adanya tema Telaah Terhadap Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan, Keterkaitannya dengan Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa. Maka idzinkan penulis memberikan keterangan yang sederhana ini. Dalam karya-karya intelektual Muslim yang berhubungan dengan filsafat pendidikan Islam, diantaranya;

Dalam karya Yunus Salam, Riwayat Hidup K.H Ahmad Dahlan, Amal dan perjuangannya, Dalam buku ini bahan-bahan terpencar yang berisi nasehat-nasehat Dahlan kepada murid-muridnya, ada dua buku tapi yang umumnya dirujuk sebagai sumber utama mengenai kehidupan KH.Ahmad Dahlan. Yang pertama ditulis oleh R.H.Hadjid, kawan dekat dan pengikut Dahlan, berjudul KH.Ahmad Dahlan dengan 17 kelompok ayat-ayat al-Qur’an, pengajarannya kepada santri-santrinya di Yogyakarta dan yang kedua adalah karangan H.M.Sjoedja, berjudul Riwayat Hidup KH.Ahmad Dahlan, Pembina Muhammadiyah Indonesia, menceriterakan kehidupan KH.Ahmad Dahlan sejak kecil sampai dewasa..

Dalam karya Samsul Nizar, di dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Dalam hal ini menjelaskan teori dan praktek kependidikan Islam yang didasarkan pada konsepsi dasar filosofi penciptaan manusia tanpa kejelasan tentang konsep ini. Pendidikan akan meraba-raba dan kehilangan arah. Bahkan pendidikan Islam tidak akan dapat difahami secara jelas tanpa memahami penafsiran pengembangan individu dan manusia seutuhnya. Untuk keberhasilan pendidikan umat, dalam prosesnya, konsep penciptaan manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam 4

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

rumusan teori-teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan rasional filosofis. Pendekatan keilmuan dan filosofis hanya merupakan media untuk menalar pesan-pesan Tuhan yang absolut, baik melalui ayat-ayatnya yang bersifat tekstual (Qur’aniyah), maupun bersifat kontekstual (Kauniyah) yang telah dijabarkannya melalui Sunnatullah.

Dalam karya Yusuf A.Puar “Kenangan Hari Wafat Kiai Hadji Ahmad Dahlan dan Pembaharuan Pembangunan Islam”, majalah Panji Masyarakat, juga Yusron Asrafie, Kiai Ahmad Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya, Yogyakarta Offset, 1983. dalam buku ini dijelaskan tentang jasa-jasa Kiai dalam pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dan sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah. Juga karya Puar yang berjudul : Perjuangan Muhammadiyah.

Dalam karya Munir Mulkhan, di dalam bukunya yang berjudul Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan; dalam Hikmah Muhammadiyah. Dalam buku ini menjelaskan mengenai pesan dan kisah K.H. Ahmad Dahlan. Dalam kajian buku ini pula menjelaskan bagaimana cita-cita beliau mendirikan organisasi ini yakni menciptakan para pendidik Islam di nusantara ini menjadi seseorang yang memiliki daya intelektual yang tinggi. Agar menjadi contoh bagi masyarakat lainnya. Dalam untaian hikmah Muhammadiyah, merupakan nisbat pandangan keagamaan dan penyebaran

nilai-nilai

kehidupan

daripada

pemimpin

para

tokoh-tokoh

Muhammadiyah. Demikian pula pola kehidupan pendiri gerakan ini, K.H. Ahmad Dahlan, yang hingga kini beberapa nasehatnya masih terus hidup dalam sanubari aktivis Muhammadiyah di pusat kota atau yang berada jauh di daerah terpencil.

Dalam karya Munir Mulkhan, di dalam bukunya yang berjudul Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhamammadiyah. Dalam buku ini menjelaskan kritik yang cukup tajam terhadap Muhammadiyah. Kritik ini berkaitan dengan keberadaan Muhammadiyah, baik sebagai gerakan Islam dan tajdid, maupun sebagai gerakan dakwah yang diartikan sebagai gerakan non-politik praktis. Model pemahaman Muhammadiyah tentang Islam menyebabkan Muhammadiyah dinyatakan sebagai Pembaharu pemikiran Islam. Suatu konsep metodologis yang secara tehnis disebut dengan tajdid melalui ijtihad. Konsep tersebut kemudian melembaga dalam sebuah majlis yaitu majlis tarjih dengan lajnah tarjihnya. 5

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dalam buku Muhammadiyah; Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha. Yang dihimpun oleh Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang Indonesia. Di sini menjelaskan sejarah dan berdirinya Muhammadiyah sebagai organisasi Islam di Indonesia. Dengan adanya pemikiran K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri dan ketua muhammadiyah yang pertama pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H (bertepatan tanggal 18 November 1912 M).2 di sini menjelaskan pula sejarah dan latar belakang Muhammadiyah sampai kependidikan hingga keperguruan tinggi. Banyak sekali yang ditulis oleh kalangan Intelektual Muslim mengenai Muhammadiyah baik ditinjau dari agama, misi, organisasi hingga pendidikan. Tema umum yang mencuat dalam buku ini ialah bagaimana realitas Muhammadiyah di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang mengalami perkembangan dahsyat sejak akhir dasa warsa 1970-an sampai akhir dekade berikutnya menurut persepsi masing-masing penulis. Sebagai suatu kumpulan karangan kekuatan buku ini terletak pada kemampuan abstraksi dalam melihat pergumulan Muhammadiyah dengan lingkungan. Kenyataan ini menimbulkan obsesi berupa harapan tentang bagaimana mengaktualisasikan Muhammadiyah di masa depan.

Mencoba mengungkapkan karya Imam Prakoso Ciptohadiwardoyo, “Al-Islam dan Al-Qur’an, dalam Fajar, II,no.8, 1960, sebuah terjemahan dari bahasa Jawa yang awalnya ditulis oleh KH Ahmad Dahlan sendiri. Edisi asli bahasa Jawa artikel ini ditemukan dalam perpustakaan Muhammadiyah di Surakarta, Jawa Tengah, pada tahun 1926. Dan dalam karya Abdullah Idi dan Toto Suharto, di dalam bukunya Revitalisasi Pendidikan Islam. Melalui pendekatan historis dan filosofis, kajian buku ini menapaki ikhtiar perkembangan lembaga pendidikan Islam dan metode-metode pengajaran yang mengiringnya.

Seperti halnya Mohammad Abid Al-Jabiri melalui kitabnya Al-Turas Wa AlHadasah. Ia menggagas reformasi pemikiran pemikiran Islam dengan prespektif dekonstruksi untuk mendamaikan pertarungan antara tradisi dan modernitas. Dengan buku ini diharapkan mampu menjembatani antara tuntutan masyarakat di satu sisi, dan 2

Tim Pembina Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan, Muhammadiyah Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, [Malang,Pus.Dok.Publ, UMM, tt], hal.39

6

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kesiapan konsep pemikiran dari para perancang system pendidikan di sisi lain, dalam menyusun cetak biru bagi reformulasi dan reorientasi sistim pendidikan Islam di Indonesia.

Dalam karya Amelz, HOS Cokroaminoto Hidup dan Perjuangannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1952. Banyak gagasan-gagasan tentang filsafat pendidikan Islam, lihat pula karya dari Acery T.Willis, Jr.,Indonesia Revival: Why Two Million Came to Christ, William Carey Library, Colifornia,t.t..

Al-Attas, Naquib, Syekh Muhammadiyah, The Mysticism of Hamzah Fansuri, (Kuala Lumpur, Universitas of Malaya, 1970). Karya tokoh Muhammadiyah Hadikusumo, Djarnawi,

Matahari-Matahari Muhammadiyah: Dari KHA Dahlan

sampai dengan KH.Mas Mansyur, (Yogyakarta: Persatuan, tt). . Membantu penjelasan lihat pula Lewis.B, The Encyclopaedia of Islam, III

Karya sebuah desertasi dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Suminto, Aqib, H, memaparkan tentang upaya Kristenisasi di Jawa oleh Pemerintah kolonial Belanda dalam disertasi Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985).Lihat pula buku karya Mahmud Yunus yang terkenal dengan judul bukunya, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1985). Pembahasan tentang pondok pesantren dosen Paramadina yang pernah mengecam pendidikan di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo ialah Nurholis Majid, Tradisi Pesantren, (Jakarta: Paramadina, 2003). Membantu penjelasan pendidikan seorang tokoh Islam Dawam,Raharjo dengan judul bukunya : Intelektual Intelegensia dan Prilaku Politik Bangsa, (Bandung: Mizan, 1993).

Karya tokoh pergerakan pada masa 45 Muhammad Roem, dalam tulisannya yang termasyhur, "Jong Islamieten Bond Yang Saya Alami". Panji Masyarakat, th.XXIII, no.348, Januari, 1982. Membantu penjelsan

Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, edisi kedua,1998. Tim Penyusun Ensiklopedi Muhammadiyah, Pengarah Prof.Dr.H.Amien Rais, dkk Ensiklopedia Muhammadiyah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, tahun 2005. Lihat pula Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1992. 7

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

C. METODE PENELITIAN

Kajian dan pembahasan mengenai masalah yang ditulis ini sangat bergantung pada sumber-sumber data. Data penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber yang mengenai tokoh K.H. Ahmad Dahlan yang relevan dengan masalah yang akan dibahas. Adapun sumber primer yang dipakai dalam penulisan adalah sebagai berikut:

KRH. Hadjid, 2005. Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Malang Press. Sebagai man of action, Kiai Dahlan memang tidak banyak meninggalkan karya-karya tertulis. Bukan karena tidak adanya sarana untuk mengungkapkan buah pikiran dalam tulisan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya tuntunan untuk tidak hanya menjadikan ajaran agama sebagai doktrin, tetapi mesti diwujudkan dalam praksis sosial. Buku ini merupakan upaya untuk memperkenalkan lebih lanjut ajaran-ajaran Kiai Dahlan yang dimaksudkan.

M. Yunan Yusuf dan Piet Hizbullah Khaidir, 2000, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (naskah awal), Jakarta: Dikdasmen PP. Muhammadiyah. Buku ini merupakan hasil Seminar Nasional Filsafat Pendidikan Muhammadiyah yang dilaksanakan oleh majlis pendidikan dasar dan menengah pimpinan pusat Muhammadiyah tanggal 25 maret 2000 di Jakarta.

Adapun sumber skunder yang dipakai dalam penulisan adalah sebagai berikut: Munir Mulkhan, 2007. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan; dalam Hikmah Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Munir Mulkhan, 1990. Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhamammadiyah, Yogyakarta: PT. Percetakan Persatuan. Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang Indonesia, 1990. Muhammadiyah; Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya dan Universitas Muhammadiyah Malang Press.dan lain-lain sebagainya.

8

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Analisis Data

Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap argumentasi yang menjadi corak pemikiran filsafat pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan. Analisis terhadap bagianbagian dari pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dilakukan dengan langkah-langkah metodis sebagai berikut: Metode analisa data; Data yang telah dihimpun itu selanjutnya dianalisa dengan cara atau metode berpikir sebagai berikut : Metode Deduktif3 ; yaitu metode berpikir, berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak pada pengetahuan umum itu kita hendak menilai suatu yang khas. Suatu cara yang dilakukan untuk menyingkap kebenaran berdasarkan pemahaman yang benar apa yang diteliti. Melalui cara ini peneliti bermaksud memahami secara benar corak pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, baik yang merupakan sumber dari pengalaman murid-muridnya, maupun komentar dan tulisan yang diberikan oleh tokoh-tokoh lain. Metode Induktif; adalah metode berpikir, berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari fakta atau peristiwa yang konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum. Metode Komperatif ; Yaitu membuat perbandingan antara pendapat satu dengan pedapat yang lainnya diperoleh dari data tersebut. Di antara perbandingan tersebut lalu dipilih salah satu yang dianggap paling falid dan utama.

Kesinambungan Historis. Penulis akan memberikan interpretasi mengenai corak pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang filsafat pendidikan Islam dan relevansinya terhadap solusi problem pendidikan dewasa ini. Dan semua konsep mengenai pendidikan secara rinci dilihat menurut keselarasannya satu sama lain, sehingga terjalin kesinambungan pemikiran secara logis sistematis. Deskripsi. Dengan cara ini pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang filsafat pendidikan Islam akan dipaparkan secara rinci, sehingga diperoleh bahan masukan selengkap mungkin bagi pembahasan berikutnya. Library Research [penelitian kepustakaan], pengumpulan data, dengan metode ini adalah untuk meneliti beberapa banyak karya ilmiah yang telah dihimpun.

3

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, [Yogyakarta : UGM, 1990, Cetakan XXII ], hal 42

9

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Untuk penulisan ini adalah berdasarkan riset atau penelitian kepustakaan, yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang ada hubungannya dengan pokok bahasan. Observasi

[pengamatan lapangan], yaitu melakukan kunjungan secara

langsung ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah, guna memperoleh data yang lebih valid dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmah tentang filsaafat pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan. Observasi akan dilakukan selama 4 [empat] bulan, yaitu dari bulan Januari 2009. Selama observasi, penulis mencar informasi yang akurat tentang keterkaitan Muhammadiyah dalam filsafat pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan. Interview [wawancara], Yaitu melakukan

tanya jawab secara mendalam

mengenai beberapa aspek yang diperlukan peneliti khususnya menyangkut proses perkembangan Muhamamadiyah, keterkaitan Muhammadiyah dengan pemecahan masalah penddikan masa kini.

Dengan metodologi tersebut diharapkan penulisan ini dapat memberikan informasi mengenai dimensi-dimensi yang menunjukan kelebihan dan kekurangan pandangan K.H. Ahmad Dahlan dibanding pandangan-pandangan yang ada sebelumnya, sehingga penulisan ini menghasilkan suatu penilaian yang obyektif dalam persoalan filsafat pendidikan Islam ini.

D.HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Dinamika Pemikiran Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan.

Perumusan tujuan pendidikan dalam persyarikatan Muhammadiyah didasarkan pada orientasi tajdid

4

dan kondisi

sosio kultural umat

Islam pada saat

kemunculannya. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai suatu gerakan Islam, amr ma’ruf nahi munkar dengan etos kerja yang disebut tajdid, pembaharuan dalam Islam pertama kali didirikan pada tanggal 10 Nopember 1912.M bertepatan dengan

8

Dzulhijjah 1330.H, oleh Kyai Ahmad Dahlan di Yogyakarta dengan diiringi pesta kecil yang bertempat di Jalan Malioboro Yogyakarta dan dihadiri oleh 60 sampai 70 4 Malik Fajar memberi penegasan terhadap eksistensi Muhammadiyah, bukan hanya sekedar organisasi, tetapi juga sebagai state of mind, suasana berpikir dengan etos kerja tajdid, karena jika hanya diidentifikasi sebagai organisasi, ia akan terkungkung oleh batas-batas struktur , meknisme serta keanggotaan, lhat Imron Nasti, dkk.,Di Seputar Percakapan Pendidikan dalam Muhammadiyah, Yogyakarta: Pustaka SM, 14,hal.23

10

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

orang dari kalangan para haji, priyayi, pamong praja, orang umum dan pengurus pergerakan Boedi Oetomo.5 Tujuan didirikan persyarikatan Muhammadiyah ini adalah untuk membebaskan umat Islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupannya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam.

Saat munculnya persyarikatan Muhammadiyah, bangsa Indonesia tengah berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda, tahun 1912-1942 dalam suasana yang kebanyakan umat Islam berada dalam kebodohan, keterbelakangan dan penindasanpenindasan penjajah.6 Kalaupun waktu itu terdapat lembaga pendidikan Islam, keberadaannya tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman, akibat mengisolasi diri dari pengaruh luar.7

Bangsa Indonesia yang menerima pendidikan dari Barat terbatas pada caloncalon pamong praja. Anak Aristokrat ada yang dididik dalam rumahnya sendiri,pendidikannya

ditujukan

untuk mempertinggi budi pekerti, akhlakkul

karimah dan kepandaian bergaul, ditambah dengan adat–istiadat nenek moyang. Bagi wanita kalau dikatakan belajar, pelajarannya terbatas kepada pengetahuan kehidupan dalam rumah tangga agar nantinya menjadi istri yang baik. Adapun rakyat jelata umumnya tidak terdidik, kalau mereka ingin belajar merekapun masuk pondok pesantren.8

Sementara pondok pesantren sendiri menolak semua pengaruh yang datang dari negeri Barat secara total, sampai-sampai cara berpakaian, huruf latin dan termasuk ilmu-ilmu yang datang dari Barat ditolaknya, maka lengkaplah isolasi, mengucilan terhadap kehidupan modern.9

Adanya dikotomi, pemisahan antara pendidikan agama dan pendidikan sains Barat, terlihat pula pada orientasi berikut yaitu di satu pihak lembaga-lembaga pendidikan Islam saat itu tidak bisa menghasilkan ilmuwan yang mempunyai otoritas 5

M.T.Arifin, Op.Cit., hal.20 Ibid., hal.9 7 Malik Fadjar, Op.Cit, hal. 45 8 Nurhadi M.Munasir, ed, Dinamika Pemikiran Islam dan Muhammadiyah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1997, 6

hal.24 9

Ibid.,hal.31

11

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

karena mementingkan masalah keakhiratan semata, dan di pihak lain pendidikan yang diselenggarakan oleh kolonial penjajah Belanda sama sekali tidak memperhatikan masalah-masalah

kehidupan

keakhiratan,

hanya

mementingkan

kehidupan

keduniawiaan. Akibatnya terjadilah pemisahan, dikotomi yang sangat lebar antara lulusan lembaga pendidikan Islam dan lulusan sekolah Barat, yang sekuler,10 (menjauhkan ajaran Islam, pendangkalan ajaran Islam.)

Pendidikan Islam yang dalam hal ini diwakili oleh pondok pesantren telah tersebar sebelum kedatangan penjajah kolonial Belanda ke Indonesia. Ia merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah dan tinggi. Pendidikan Islam untuk tingkat permulaan diberikan di masjid, langgar, musallah atau surau. Santri diberi kebebasan memilih bidang studi dari guru yang diingininya. Ada santri senior yang diberi wewenang untuk mengajar. sorogan dan bandongan atau weton.11 Di pondok pesantren tidak ada sistem kelas, tidak ada ujian atau pengontrolan (evaluasi proses belajar) kemajuan santri dan tidak ada batas lamanya belajar [kelas]. Penekanannya pada kemampuan menghafal saja, tidak merangsang santri untuk berdiskusi dengan sesama santri. Cabang-cabang ilmu yang dipelajari terbatas pada ilmu-ilmu agama Islam yang meliputi hadits, musthalah hadits, fikih sunnah/ushul fikih, ilmu tauhid, ilmu tasauf, ilmu mantik, ilmu falaq dan bahasa Arab. 12

Kyai Ahmad Dahlan, melihat kondisi

sosial pendidikan umat Islam pada

waktu itu, tergerak untuk melakukan aktivitas yang menerapkan sistematika kerja organisasi ala Barat. Melalui pelembagaan amal usahanya, Kyai Ahmad Dahlan melakukan penangkalan kultural (budaya) atas penetrasi pengaruh kolonial Belanda dalam kebudayaan, peradaban dan keagamaan, utamanya adalah intensifnya upaya Kristenisasi yang dilakukan misi zending dari Barat.13

Kondisi objektif yang mendorong lahirnya persyarikatan Muhammadiyah adalah juga kenyataan terhadap kemajuan zending Kristen dan misi Katolik. Penyebaran agama Kristen dan agama Katolik mendapat dukungan dari pemerintahan 10

Din Syamsuddin, ed,Muhammadiyah Kini dan Esok, hal.220 Sorogan adalah system pendidikan dimana seorang santri menghadap kyai dan membawa kitabnya. Kemudin Kyai membaca teks dan santri mengikuti bacaan sang kyai. Sedangkan bandongan sang kyai membaca, mengartikan dan menerangkan maksud teks dari kitab tertentu di hadapan sejumlah santri, dan santri tingkat intermadiete dan advance, lihat Ibid., hal 221. 12 Ibid., hal 220-221 13 M.T. Arifin, Op.Cit., hal 4 11

12

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kolonial Belanda. Untuk menyiarkan agama mereka di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di tanah Jawa. Dengan peralatan yang cukup canggih dan organisasi yang teratur berujud sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit dan lain sebagainya memperoleh kemajuan besar dalam merebut hati rakyat. Sebaliknya umat Islam dalam kondisi kemunduran apalagi alat-alat tabligh, penyiaran yang digunakan masih secara kuno, tempat-tempat pendidikan Islam masih ketinggalan zaman. 14

Usaha-usaha pembaharuan Islam bidang pendidikan yang dilakukan Kyai Ahmad Dahlan dan para pemimpin persyarikatan Muhammadiyah meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan tehnik pendidikan dan pengajaran.15

Kyai Ahmad Dahlan dianggap sebagai tokoh pembaharuan Islam yang cukup unik,dan dikagumi karena usaha pembaharuan Islamnya merupakan upaya terobosanterobosan terhadap masalah-masalah umat yang mendesak untuk diatasi. Ia juga tidak memiliki background pendidikan Barat, tetapi gagasannya yang maju membuka lebarlebar pintu ijtihad, (kesungguhan perubahan dalam Islam) dan melarang pengikutnya bertaklid,16 (mengikuti tanpa mengetahui alasan dalilnya yang tepat).

Format pembaharuan dalam Islam persyarikatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan

Islam, tercermin dan dapat dilihat dari ide-ide dasar yang

merupakan cita-cita penyelenggaraan pendidikan, seperti yang dituturkan pendirinya yaitu konsepsi kyai intelek dan intelek kyai. Kepada beberapa muridnya ia menegaskan dengan kata-kata:

“Dadiyo Kiyai sing kemajuan, lan kanggo Muhammadiyah” yang artinya, jadilah ulama yang berpikir maju, dan jangan berhenti untuk kepentingan pengabdian kepada organisasi Muhammadiyah.17

Konsep tentang kyai intelek dan intelek kyai sebagai tujuan yang hendak dicapai dari produk pendidikan Muhammadiyah, mengandung maksud bahwa pendidikan diarahkan dalam pembentukan manusia muslim yang sempurna baik budi 14

PP Muhammadiyah, Op.Cit,hal.59 Din Syamsuddin, Op.Cit.,hal.222 Malik Fadjar, Op.Cit., hal.89 17 Ibid.,hal.73 15 16

13

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

pekertinya, patuh dan alim dalam melaksanakan ajaran agamanya, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.18

Sebagai organisasi dakwah da pendidikan, persyarikatan Muhammadiyah mengharapkan agar dapat membentuk manusia muslim yaitu manusia yang beridentitas Islam dengan ciri khas dapat mengamalkan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul. 19

Tegasnya,tujuan penyelenggaraan pendidikan di kalangan persyarikatan Muhammadiyah adalah menanamkan semangat Islam (spirit of Islam) dalam nuansa wawasan keilmuan (science). Sehingga hasil dari pendidikan Muhammadiyah adalah manusia-manusia yang berhati penuh dengan iman dan taqwa. Dari pemikirannya melimpah berbagai pengetahuan dan di tangannya tergenggam sejuta ketrampilan. Maka oleh sebab itu, tidaklah sasaran persyarikatan Muhammadiyah dalam pendidikannya mencetak ilmuan agama saja tetapi ilmuan yang berjiwa agamis Islamy.

2. Sistem Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan

Sistem pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah bersifat kreatif dalam mengintregasikan tuntutan idealisme, korektif dan modernis. Aspek idealisme merupakan substansi dari pendidikan persyarikatan Muhammadiyah, sedangkan aspek korektif, inovatif dan modernis merupakan instrumennya. Secara idealistis Muhammadiyah konsisten

terhadap upaya menegakkan ajaran Islam yang

bersumber dari al-Qur'an dan hadits, menghilangkan bi’dah dan khurafat serta komitmen terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Aspek korektif dan inovatif terlihat pada adanya usaha-usaha mengembangkan pondok pesantren dan dalam memenuhi tuntutan modernisasi, dengan mencangkok sistem pendidikan yang bersifat sekuler dalam bentuk persekolahan.

18 19

Munir Mulkan, Op.Cit., hal.120 Ibid., hal.154

14

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Usaha modernisasi dan pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang dilakukan persyarikatan Muhammadiyah pada awal kelahiran organisasi ini, nampak dari pengembangan kurikulum melalui dua jalan yaitu : Mendirikan tempat-tempat pendidikan dimana ilmu agama dan ilmu umum diajarkan bersama-sama. Memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah sakolah umum yang sekuler.20 Usaha yang dirintis Kyai Haji Ahmad Dahlan memperbaharui sistem pendidikan Islam dan kurikulum mata pelajaran seorang aktifis Muhammadiyah Rader Sasrosugondo menceriterakan yang dimuat dalam majalah Adil No. 51 tahun 193621 sebagai berikut :

Sepanjang penganggapannya para santri di Kauman, dan di pondok lainnya, pada ketika itu, bahwa anak atau orang yang pernah bersekolah itu sudah tidak Islam lagi, bahkan dianggap sudah memasuki agama Nasrani. Oleh karena itu para santri ataupun haji tidak bisa leluasa perhubungannya dengan priyayi-priyayi gupernumen tersebut. Para santri sama merendahkan priyayi-priyayi di dalam hati. Sebaiknya para priyayi-priyayi berganti sama merendahkan pada dirinya santri-santri, sebabnya mereka itu dianggap rendah pengetahuannya tentang pelajaran di bangku sekolah. Misalnya soal berhitung, ilmu bumi, sejarah, ilmu alam,ilmu ukur dan lain sebagainya. Mereka mengira bahwa bahwa santri itu terutama hanya pandai soal agama belaka. Lebih-lebih priyayi-priyayi itu perasaannya sudah memegang ilmu sesungguhnya. Mengerti tentang seluk beluknya

hidup mengerti tentang yang

dinamai Allah yang sejati dari sebab ajarannya guru yang disebut guru kasampurna, mengajar ilmu tua.

Jadi dua golongan di atas dalam hati satu sama lain sama rendah merendahkan. Setelah

Kyai Haji Ahmad Dahlan sudah bisa berkenalan dengan

priyayi-priyayi sementara banyak, para priyayi-priyayi sama mengerti bahwa Kyai Ahmad Dahlan itu pengetahuannya bukan saja tentang agama, tetapi beliau mengerti berbagai macam pengetahuan juga. Malahan pengetahuan yang diajarkan di sekolah rendah itu atau di sekolah bakal guru, Mulo dan A.M.S. ada sementara yang termasuk

20 21

Malik Fadjar, Op.Cit, hal. 63. Majalah yang diterbtkan oleh persyarikatan Muhammadiyah

15

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

rendah kalau dibandingkan sama pengetahuannya Kyai Ahmad Dahlan, misalnya hal perbintangan, kimiyah dan ilmu alam.

Demikianlah itu lalu kyai Haji Ahmad Dahlan bisa mengerti atau merasa bahwa para priyayi itu ada yang melebihi di atasnya santri-santri tentang luasnya pengetahuan, biarpun masih rendah. Segala-galanya serba teratur di atasnya pada santri, hanya tentang berlakunya kebutuhan,para priyayi banyak yang menunjukkan korat-koritnya.

Perkara yang baik yang terdapat pada kedua golongan tadi menurut kehendak Kyai Haji Ahmad Dahlan akan diletakkan pada santri-santri dan priyayi-priyayi yang termasuk bangunan baru. Sedang cacatnya yang buruk hendak disingkirkan. Oleh karena itu maka Kyai Haji Ahmad Dahlan berhajad hendak menggabungkan sekolahan dengan pondok. Penggabungannya demikian :

Caranya mengajar di pondok-pondok diikhtiarkan sebagai di sekolah-sekolah dengan memakai bangku, meja tulis alat lainnya. Lain dari pada itu yang diajarkan bukan melulu soal agama saja dan juga diajarkan pengetahuan sekolah yang paling kurang menyamai sama perguruan gupermen. Juga di sekolah lainnya yang sudah ada akan didaya-upayakan supaya bisa diberi pelajaran agama kepada murid-muridnya.22

Walaupun usaha-usaha Kyai Haji Ahmad Dahlan mendapat tantangan dan reaksi yang keras dari kebanyakan umat Islam waktu itu, bahkan ditentang oleh keluarganya sendiri, akan tetapi ia tidak surut dan mundur dalam mewujudkan model pendidikan ala baru bagi umat Islam. Hal ini seperti yang dituturkan Raden Sasrosugondo simpatisan Muhammadiyah sebagai berikut :

Sering di dalam perjamuan Kyai Dahlan mesti membicarakan tentang baiknya peraturan di dalam perguruan Gupermen. Orang-orang sama dipancing supaya sama tertarik pada buahnya perguruan dan peraturan sekolahan. Para santri yang mendengarkan keterangan itu hampir semuanya sama membantah, sebab mereka sama tidak cocok sama caranya memberi pelajaran di sekolah gupermen itu termasuk

22

PP Muhammadiyah, Op.Cit.,hal.63

16

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

bid’ah artinya cara ketika hidupnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Cara baru yang dibicarakan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan tadi disebut cara yang jelek.23

Kyai Ahmad Dahlan dalam menghadapi tantangan, baik yang datang dari para santri maupun sanak familinya sendiri, senantiasa bersabar dan istiqomah dengan memberikan penjelasan bahwa meningkatkan sarana dan menyempurnakan metoda dalam penyelenggaraan pendidikan tidak termasuk perbuatan bid’ah (menambahnambah dalam pelaksanaan agama Islam) . Meskipun tidak ada bantuan sedikitpun dari mereka, namun tetap tidak ada dukungan terhadap cita-cita pembaharuan pendidikan dalam Islam itu. Dengan tekad yang kuat, tanpa menunggu dukungan dan bantuan orang luar, ia mendirikan sekolah sendiri. Dengan mengambil tempat di serambi, pinggiran rumah tinggalnya, diletakkan bangku-bangku dan meja tulis untuk tempat belajar para murid. Belajar dengan cara sedemikian pada saat itu sangat asing di kalangan para santri dan dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Dengan upaya pembaharuan pendidikan Islam seperti itu, sanak saudara, handai taulan dan keluarga yang semula dekat, semakin menjauh. Demikian pula para kenalan, bahkan hampir semua penduduk Kauman Yogyakarta tidak seorangpun yang mendukung usaha kyai. Mereka yang semula sering membantu dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan ataupun perdagangan semakin menjauhkan diri dan tidak mau bicara lagi. Namun demikin, keadaan seperti itu tidak melemahkan tekad Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk melanjutkan usahanya.

Untuk kelancaran jalannya pendidikan sekolah tersebut, Kyai Haji Ahmad Dahlan pertama sekali mengusahakan adanya subsidi diakui sebagai milik Boedi Oetomo cabang Yogyakarta.

Pembaharuan sistem pendidikan Islam yang dilakukan Kyai Haji Ahmad Dahlan terlihat dari pengembangan bentuk pendidikan dari model pondok pesantren dengan menerapkan metode sorogan, bandongan dan wetonan menjadi bentuk madrasah atau sekolah dengan menerapkan metode belajar secara klasikal. Adapun tujuan pendidikan lebih difokuskan pada pembentukan akhlak manusia.24 23 24

Ibid., hal.72-74 Ibid., hal 93-95

17

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dalam

perkembangan

selanjutnya

pendidikan

yang

diselenggarakan

persyarikatan Muhammadiyah, terutama dalam bentuk sekolah mendapat dukungan dari kalangan kaum muslim yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas. Dan didalamnya diintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, dengan harapan mampu menghasilkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang mampu berkiprah dalam banyak bidang keahlian.25

3. Kurikulum Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan

Pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah tidak hanya menitik beratkan segi-segi moral dan keagamaan saja, akan

tetapi juga

mengembangkan kecerdasan, intelektual. Oleh karena itu, muatan kurikulum dalam sekolah Muhammadiyah lebih memberikan muatan yang besar kepada ilmu-ilmu umum, sedangkan dalam aspek keagamaan minimal alumni sekolah Muhammadiyah dapat melaksanakan ibadah shalat lima waktu, dan shalat-shalat sunatnya, membaca kitab suci al-Qur’an dan menulis huruf Arab (al-Qur’an) mengetahui prinsip-prinsip akidah dan dapat membedakan bid’ah, khurafat, syirik dan muslim yang muttabi’ dalam pelaksanaan ibadah.

Pengembangan kemampuan akhlak dan pembekalan peserta didik dalam kehidupannya dijadikan program prioritas dalam pendidikan Muhammadiyah karena anggapan bahwa pendidikan akal harus diutamakan dan kebutuhannya harus dipenuhi. Kebutuhan akal tiada lain adalah ilmu pengetahuan. Pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam harus berorientasi kepada pembinaan akalnya. Pengajaran yang berguna dalam mengisi akal itu lebih dibutuhkan oleh manusia daripada makanan yang mengisi perutnya, dan mencari harta benda dunia itu tidak lebih payah dari mencari pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki perbuatan dan kelakuan.

Lembaga-lembaga pendidikan Islam pada waktu itu lebih mementingkan hafalan

dalam

proses

pendidikannya,

maka

persyarikatan

Muhammadiyah

menyatakan bahwa pendidikan akal adalah merupakan kebutuhan hidup yang 25 Noeng Muhajir, Pendidikan Islam bagi Masa Depan Umat Manusia” dalam Nurhadi M.Munasir, ed, Dinamika Pemikiran Islam dan Muhammadiyah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1997, hal. 96-102

18

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

terpenting.26 Pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam bertitk tolak dari upaya pengembangan akal melalui proses pendidikan yng pada akhirnya akan bermuara pada tumbuhnya kreatifitas dan memberikan implikasi bagi warga Muhammadiyah untuk memiliki semangat tajdid,27 pembaharuan pendidikan Islam

Pendidikan Muhammadiyah sejak awal menekankan dan mendorong kreatifitas. Hal ini sejalan dengan jiwa pembaharuan yang dicita-citakan yaitu mengembangkan nalar, menolak bid’ah, khurafat dan taqlid. Muhammadiyah menanamkan utamanya adalah ijtihad. Hal

ini menjadikan produk didikan

Muhammadiyah menampilkan wawasan yang luas, tidak picik, tidak tradisional, toleransi tetapi bukan sinkretis lebih jauh lagi umumnya menjadi manusia berpandangan bebas dan tidak bersedia didikte28.

Jalur pendidikan yang dikembang kan warga Muhammadiyah meliputi jalur sekolah atau madrasah dan jalur luar sekolah. Jalur sekolah yang terdiri dari Madrasah Mualimin Muhammadiyah29 dan sekolah umum dengan menambah pelajaran agama Islam berkisar antara 10-15 % dalam kurikulumnya.30

Sedangkan jalur luar sekolah diselenggarakan kursus-kursus yang khusus memberikan pelajaran agama Islam, seperti kursus Mubalighin, Wustho Mualimin, Zu’ama, Zaimat dan majlis-majlis taklim. 31 Lembaga pendidikan madrasah yang sebelumnya merupakan pondok pesantren Muhammadiyah memberikan pelajaran agama dan ilmu umum secara bersama-sama. Adapun pendidikan agama yang diajarkan terutama yang bersumber dari kitab-kitab fiqh dari madzhab Imam Syafi’i, ilmu tasawuf karangan Imam Ghazali, tauhid dari kitab Risalah Tauhid dan kitab tafsir Jalalain dan tafsir al-Manar. Sedangkan pengetahuan umum meliputi ilmu

26

Malik Fadjar, Op.Cit., hal. 19 Munir Mulkhan, Op.Cit,hal. 94 28 Malik Fadjar, Op.Cit.,hal.4 29 Madrasah Mualimin Muhammadiyah cikal bakalnya adalah pondok Muhammadiyah yang didirikan KH.Ahmad Dahlan tahun 1920, kemudian pada tahun 1924 berubah nama menjadi Kweek School Muhammadiyah yang kemudan dikenal dengan madrasah Mualimin /Mualimat Muhammadiyah. Dengan adanya perubahan peraturan, bentuk madrasah yang ada sekarang dikenal Raudhatul Atfal, Ibtidaiyyah, Tsanawiyah dan Aliyah, lihat Din Syamsuddin, Op.Cit., hal.223 30 Sekolah umum Muhammadiyah sudah dirintis penyelenggaraannya sejak tahun 1926 yang bernama HIS met de Qur’an, kemudian berganti nama menjadi Holland Inlandse School [HIS] Muhammadiyah tidak lama berdiri pula MULO HIK dan Schakel School Muhammadiyah dan saat sekarang tingkatan lembaga sejenis adalah Taman Kanak-Kanak, SD,SLP dan SLA bahkan sampai Perguruan Tinggi. Bersarakan laporan Muktamar ke 41 jumlah madrasah dan sekolah mencapai + 14384 buah sedngkan Perguruan Tinggi dari berbagai jenis; Universitas, Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi sebanyak 67 buah dengan + 120 Fakultas, lihat Ibid., hal.224 31 Ibid., hal. 223 27

19

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

sejarah, ilmu hitung, menggambar, bahasa Melayu, bahasa Belanda dan bahasa Inggris.32

Pendidikan Muhammadiyah

agama

Islam

terangkum

yang

dalam

diberikan mata

pada

pelajaran

sekolah-sekolah Al-Islam.33

di Dan

Kemuhammadiyahan yang merupakan sistematisasi dan metodologis interaksi formal usaha pengarahan perkembangan manusia sebagai ‘abid dan khalifah yang terikat dalam sistematika gerakan Islam dan dakwah.34 Pendidikan dalam Muhammadiyah menerapkan sekolah dengan memberi muatan pendidikan keagamaan. Hal ini terlihat dari data yang dikemukakan Delier Noer sebagai berikut :

Pada tahun 1925 dalam bidang pendidikan Muhammadiyah memiliki delapan Hollands School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 sekolah dasar lima tahun, sebuah schakelschool, dan 14 buah, yang seluruhnya sebanyak 119 orang guru dan 4.000 murid. 35 Pada tahun 1929. organisasi ini telh mempublikasikan penerbitan sejumlah 700.000 buku buku dan brosur, kemudian pada tahun 1938 telah memiliki 31 perpustakaan umum dan 1.774 sekolah.36

Nampak dari data-data di atas, sekolah Muhammadiyah lebih menekankan pengembangan ilmu umum dengan peranan sekolah sebagaimana yang berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Kondisi seperti ini merupakan hal yang baru pada waktu itu.

Dalam perkembangan kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai hal yang biasa, karena hampir semua lembaga pendidikan telah mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama dalam kurikulum pendidikannya. Terlebih-lebih dewasa ini telah ada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SPN tahun 2003).

32

Amir Hamzah Wiryosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Singasar UP, Ken Mutia, 1966, hal

122-123 33 Penyebutan Al-Islam menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah adalah agar warga Muhammadiyah menjadi manusia muslim yang melaksanakan semua komponen pendidikan Islam yang mantap dan terpadu, lihat Di Seputar Percakapan Pendidikan dalam Muhammadiyah, hal.46-47 34 Ibid., hal. 17 35 Deliar Noer, Op.Cit., hal.95. 36 Deliar Noer, Op.Cit.,hal 97

20

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Pendidikan umat Islam di Indonesia pada awal abad ke 20 masih dalam keadaan belum memprioritaskan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, mereka belum ada kesanggupan untuk melaksanakan ajaran Islam dengan sebenar-benarnya. Bahwa persyarikatan Muhammadiyah berpandangan hanya dengan melalui pendidikan Islam yang diterapkan dengan metode yang tepat, kiranya ketertinggalan umat Islam akan dapat terkejar.37

Persyarikatan Muhammadiyah pada dasarnya tidak terpaku pada salah satu cara dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan warga Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan dengan melalui berbagai cara, baik formal maupun non formal. Yang penting,bahwa pengembangan tersebut dititik beratkan pada memberikan bimbingan agar peserta didik dapat bertindak secara aktif, kreatif, inovatif dan dinamis dalam kehidupannya.

Dengan demikian, persyarikatan Muhammadiyah telah membawa ide-ide baru pada awal kelahirannya. Namun pembaharuan Islam yang dilaksanakan berorientasi pada bidang pendidikan, yang meliputi kelembagaan, metode dan kurikulum. Sedangkan dalam bidang pemikiran keagamaan, persyarikatan Muhammadiyah masih tergolong kepada tradisional.

4. Pandangan K.H.Ahmad Dahlan Tentang Kehidupan

Sekalipun cukup banyak kitab-kitab yang dibaca dan dipelajari, KH. Ahmad Dahlan termasuk pemikir dan pembaharu yang tidak meninggalkan tulisan dalam bentuk kitab atau catatan tertulis.

Tidak adanya peninggalan karya tulis ini karena

yang ditinggalkan adalah berupa pesan-pesan lisan dalam berbagai forum agar kembali pada petunjuk alQur'an dan as-Sunnah dan juga dikarenakan adanya kekhawatiran pengikutnya hanya akan berpegang pada tulisan atau ajarannya saja yang justru akan memandekkan dalam berfikir dan berpendapat. KH. Ahmad Dahlan menempatkan al-Qur'an dan as-Sunnah sehagai rujukan utama yang menghargai kebebasan berfikir dan berpendapat agar ada dinamika dan kemajuan dalam ber-

37

Ibid.,hal. 166

21

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Islam. Dengan demikian, Islam dirasakan akan selalu segar dalam zaman yang selalu berubah ini.38

Juga dikatakan; Dahlan is a pragmatist, he didn't leave any writing about his, life or his ideas. There are few sketchy biographies- in the, form of brief articles or slim books and a few unecdots but most of these contain personal interperiation and speculative assasments about him and his alleghed teaching.39

Namun ada seorang murid yaitu R.H Hadjid yang secara tekun berguru dan bergaul selama bertahun-tahun sampai akhir hayat KH. Ahmad Dahlan dan menuangkan inti sari pelajaran yang dipelajarinya secara tertulis dalam bentuk buku kecil yang diberi judul falsafah Pelajaran KH. A Dahlan. Menurut Hadjid dalam pelajaran yang diberikan berkali-kali KH.Ahmad Dahlan menampakkan rasa takutnva kepada berita besar" (Nabaal Adziem) yang disebut dalam al-Qur'an surat an-Naba'.

Ini tercermin dalam kata-kata, pelajaran dan nasehat yang KH Ahmad Dahlan sampaikan, disamping itu pada akhir usianya KH Ahmad Dahlan lebih menampakkan sifat raja' (mengharapkan rahmat dan pertolongan Tuhan.)40' Rasa takut yang menyelimuti KH Ahmad Dahlan dengan didasari kecerdasan dan dibekali ilmu agama yang dimilikinya justru menumbuhkan keberanian mengadakan reformasi dalam mensikapi berbagai persoalan dalam hidup ini. Apakah akan terbelenggu dalam ketertutupan dan keterbelakangan atau maju menuju keterbukaan dan kemajuan. Dalam kesempatan lain yang juga diulang-ulang KH Ahmad Dahlan mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia ini hanya sekali sebagaimana dikatakan:

"Kita

manusia ini hanya di dunia sekali, sesudah itu akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraankah”.

Seringkali KH Ahmad Dahlan mengutarakan kata ulama yang artinya: 38 39

40

M.Rusli Karim, Op.Cit, tahun 1986, halaman 14 Alfian, Op.Cit, tahun 1989. halaman 136

RH Hajid, Op.Cit.,tt., halaman 5.

22

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

"Manusa itu semuanya mati perasaannya kecuali orang-orang yang beramal, dan orang-orang berilmupun dalam keadaan kebingungan kecuali mereka yang beramal, dan orang yang beramalpun dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas”.

KH Ahmad Dahlan juga memberikan gambaran tentang kehidupan manusia, dikatakan bahwa hidup manusia itu ibarat orang yang sedang berdiri di atas pagar sumur, tanah di bawahnya telah roboh, lagipula di dalam sumur itu ada seekor ular yang sangat besar. Dia berpegang pada tali timba yang hampir putus yang akhirnya akan putus juga. Orang yang berdiri di atas sumur tadi tidak menyadari bahwa dia dalam keadaan mukanya menengadah ke atas lidahnya menjulur sambil mengecap menikmati manisnya madu yang menetes dari atas. Ia lengah dan lupa akan tali yang hampir putus, pagar sumur yang akan roboh dan lubang sumur yang menganga. 41

Rasa takut terhadap masa depan sebagaimana dirasakan oleh KH Ahmad Dahlan dan bahaya yang akan menerpa justru memunculkan keberanian yang luar biasa untuk menghadapi tantangan hidup, apalagi KH Ahmad Dahlan selalu mengatakan bahwa hidup ini hanya sekali yang penuh spekulasi. Dalam menghadapi tantangan hidup tersebut perlu membekali diri dengan penuh keyakinan diri agar tidak berspekulasi dalam menghadapi kehidupan. Problema kehidupan tidak dihindari dan ditinggalkan serta mengisolasi diri tetapi justru dihadapi dan diselesaikan.

Ada tiga hal yang ditekankan oleh KH Ahmad Dahlan dalam memandang dan mensikapi berbagai persoalan kehidupan ini yaitu hidup yang dikaitkan dengan ilmu, amal dan sikap ikhlas.

Dalam kaitannya dengan ilmu KH Ahmad Dahlan melihat adanya faktor internal umat Islam yang dirasakan tidak memberdayakan ilmunya secara optimal. Di samping itu secara eksternal adanya umat lain dalam kehidupan yang lebih maju karena ilmunya dan juga timbulnya kebangkitan dunia Islam dengan pembaharuan dalam pemikiran untuk mengejar ketertinggalan. Oleh karena itu yang dilaksanakan KH. Ahmad Dahlan adalah menghadapi berbagai persoalan hidup, dengan ilmu yang bentuk konkritnya dengan menyelenggarakan pendidikan dan dakwah. Bahkan

41

RH.Hajid, Op.Cit,tt, halaman 6

23

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

sebelum mendirikan persyarikatan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan sudah mendirikan sekolah Islam modern yang sangat maju untuk ukuran umat Islam saat itu, seperti mendirikan Kweekschool Islam dan HIS met de Qur’an.

Di samping itu dia juga mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Gubernur Belanda seperti, Kweekschool dan AMS.42 Hal ini dilakukan mengingat ketidak berdayaan lembaga pendidikan Islam yang ada dalam mengejar ketertinggalan karena adanya keyakinan bahwa dengan memodernisir lembaga pendidikan tradisional berarti identik dengan Belanda yang kafir dan karena identik dengan yang kafir, ia juga akan menjadi kafir43.

Namun di sini KH Ahmad Dahlan justru berpendapat lain, dia mendirikan sekolah Islam yang menggunakan sistem Belanda tanpa harus menjadi Belanda, dia menggunakan sistem klas dengan meja dan papan tulis, menggunakan metode pengajaran yang baru dan memvariasikan kurikulumnya dengan kurikulum umum. Itulah makanya dimana-mana didirikan sekolah agama untuk menggapai ilmu ini.

Data statistik menunjukkan menurut catatan Muhammadiyah tetah memiliki ratusan lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi, karena bidang pendidikan memang menjadi salah satu garapan utamanya. Bagi KH Ahmad Dahlan kemajuan suatu bangsa salah satu seginya dapat diukur dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dicapainya. Yang diwasiatkan KH Ahmad Dahlan kepada para muridnya dalam kaitannya dengan ilmu adalah: (1) Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di tanah Indonesia. (2) memajukan dan mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam dalam kalangan sekutu-sekutunya. Dikatakan selanjutnya Islam tidak akan hapus dari permukaan bumi, tapi bisa hapus dari bumi Indonesia, jika umat Islam tidak memeliharanya”44

42

S e jarah Hidu p Wa hid Hasyim,Pan itia Buku Peringa ta n Alma rhu m KH.A. Wa hid Ha syim, ta hu n

175 , hala ma n 241 . 43 M.Rusli Karim (ed), Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, CV Rajawali, Jakarta, tahun 1986, halaman 5 44

H.Djarnawi Hadikusumo, Op,Cit, tt, halaman 6

24

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dalam kaitan dengan ilmu ini maka memelihara agama adalah dengan melestarikan ilmu agama itu sendiri dan mengajarkannya serta mempelajarinya, tentu saja untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. tentang pengamalan ini akan dibahas tersendiri setelah uraian masalah ilmu ini. Faktor ilmu ini pula yang mendorong KH Ahmad Dahlan untuk mengadakan pembaharuan agar Islam selalu dirasakan tetap segar dan mampu menjawab tantangan zaman.

Adanya kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan, kemunduran dalam berakidah, kemunduran dalam memegang kepada sumber-sumber ajaran Islam serta kemunduran dalam bidang ekonomi dengan tidak melaksanakan dalam kaitannya dengan harta benda dan kesejahteraan umum, ini dikarenakan oleh adanya kemunduran dalam bidang pendidikan baik sistem kelembagaannya, materi dan metodologinya. sehingga pendidikan Islam tidak mampu menghadapi kehidupan ini. Atas dasar hal tersebut maka yang dilaksanakan KH Ahmad Dahlan adalah mengembalikan pegangan umat Islam kepada sumber aslinya yaitu al-Qur'an dan asSunnah, mendirikan lembaga pendidikan, lembaga penyantunan sosial dalam wujud panti asuhan anak yatim dan orang-orang miskin, balai pengobatan dan sebagainya untuk mengentaskan kemiskinan dan memperdayakan umat. Hal ini selanjutnya dijabarkan oleh KH Mas Mansyur dalam perumusan tujuan yang akan dicapai yaitu memperkuat aqidah lslamiyah, memperluas pengetahuan agama, kemampuan untuk evaluasi diri. menanamkan budi pekerti/akhlakul karimah, menegakkan keadilan dan menumbuhkan sikap bijaksana.

Dalam hal ini Prof Dr. Hamka mengemukakan bahwa untuk melaksanakan idealisme ini perlu adanya kekuatan yang menggerakkan, kekuatan itu bukan pedang tetapi organisasi yang teratur dan rapi serta disiplin. Muhammadiyah dengan organisasi otonominya didirikan untuk mewujudkan idealisme ini.45

Hal kedua yang mendapat penekanan dalam sikap hidup KH Ahmad Dahlan adalah bidang amal usaha dan ini merupakan identitas kehidupannya. Menurut pandangannya beragama adalah beramal, artinya berbuat sesuatu melakukan tindakan 45

Sejarah Hidup KH Wahid Hasyim, tahun 1957, halaman 248 "Abdu l Minir Mulkan. op.cit. tahun 1990,

halaman 8.

25

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

sesuai dengan isi pedoman al-Qur"an dan as-Sunnah.46 Dikatakan pula bahwa didirikannya persyarikatan Muhammadiyah ,justru untuk beramal, tidak ada gunanya

Mendirikan parsyarikatan kalau tidak ada amal usaha yang nyata. Suatu saat dalam pengajian KH Ahmad Dahlan menyampaikan pesan;

"Kamu tidak mau menjalankan tugas amal itu karena kamu tidak bisa, bukan ? Beruntunglah ! Marilah saya ajarkan soalnya itu. Jadi kalau sudah dapat dan mengerti kamu harus menjalankan. Dan soalnya kalau kamu tidak mau, asal tidak mau saja. Siapakah yang dapat mengatasi orang yang sengaja sudah tidak mau.”47

Ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan, juga dikatakan ajaran Islam mewajibkan pemeluknya untuk mencari ilmu setinggi mungkin dan dengan ilmu yang dicapainya itu setiap orang harus melakukan sesuatu dalam rangka mengamalkan ilmunya.

Suatu ketika KH Ahmad Dahlan memberikan pengajian tafsir kepada muridmuridnya. Pengajian berhenti pada tafsir surat Al-Maun, dan kyai tidak bersedia menamhah surat lagi melainkan surat Al-Maun itu saja yang diulang-ulang.Murid-murid menjadi bosan dan salah seorang diantaranya yang bernama Sudjak memberanikan diri menyatakan kebosanannya. Atas pernyataan ini kyai menjawab bahwa pelajaran tidak akan ditambah sebelumnya yang diajarkan diamalkan lebih dahulu. Murid-murid tercengang dan menanyakan bagaimana cara mengamalkan surat AI-Maun itu agar tidak menjadi orang yang membohongi agama. Oleh KH Ahmad Dahlan murid-muridnya diajak ke pasar dan jalan-jalan untuk mencari anak yatim dan pengemis kemudian mereka diajak ke masjid untuk dimandikan dengan sabun dan diganti pakaiannya dengan pakaian bekas yang bersih dan masih baik dan utuh. Pekerjaan ini dilakukan beberapa hari berturut-turut dan para murid disibukkan untuk mendatangi rumah-rumah mengumpulkan pakaian. sabun dan uang.48 .

46 47

Abdul Munir Mulkan, Op.Cit, tahun 1990, halaman 8 Solihin Salam, Op.Cit, tahun 1962, halaman 24

48

H.Djarnawi Hadikusumo,Dari Jamaluddin Al-Ghani sampai KH Ahmad Dahlan, tt.halaman 51, dan Nurholis Majid,dkk, Aspirasi Umat Islam Indonesia, Op.Cit, 1983, halaman 131

26

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Pada kesempatan lain dengan semboyan sedikit bicara banyak bekerja dalam pengajian yang diadakan di kalangan jama'ah AI-Irsyad di Jakarta, KH. Ahmad Dahlan dalam pidato vang tajam dan memukau menerangkan betapa pentingnya hidup ini di isi amal usaha yang konkrit sebagaimana yang telah dirintisnya dalam mendirikan sekolah-sekolah Islam yang saat itu masih merupakan suatu hal yang baru. Anggota ,jama’ah menyambutnya dengan antusias dan senang hati berlomba-lomba untuk beramal. Dalam waktu yang singkat bagaikan pohon yang dirontokkan buahnya dapat dikumpulkan derma sampai ribuan rupiah yang luar biasa banyaknya untuk ukuran saat itu.49

Sebagai wujud dari amal usahanya pada tahun 1916, empat tahun setelah Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan persyarikatan telah itu membangun 266 lembaga PKU yang didirikan dari 210 panti asuhan, 13() BP/RB. 8 RS dan 8 sekolah kesehatan.50 Saat Direktur Jenderal Agraria membuka pengurusan sertifikat tanah melalui Prona ada 8500 sertifikat tanah yang diurus oleh PP Muhammadiyah dengan luas tanah yang beragam dari hanya 100 - 200 m2 sampai dengan 8-12 ha51 Oleh Alfian dikatakan bahwa salah satu keberhasilan KH Ahmad Dahlan adalah sebagaimana diungkapkannya :

"He appeared to have shrewdly ludged his societs and for that matter he had been able to create a more or less favourable surrounding of Muhammadiyah, thereby enabling him to work quietly but tiredly in building he solid foundation of movement. This was the secret of Dahlan success.”52

Hal ketiga yang ditekankan dalam sikap hidup KH Ahmad Dahlan adalah keikhlasannya dalam beramal. Keikhlasan ini telah dicontohkan sendiri dalam segala tindakannya seperti halnya ketika membangun musholla dan menggunakan rumahnya untuk tempat sekolah. KH Ahmad Dahlan menekankan bahwa dalam hati seseorang harus ditanamkan gairah dan gerak hati untuk maju dengan landasan moral dan

49

Solichin Salam, Op.Cit, tahun 1963, halaman 60, :Sejarah Hidup Wahid Hasyim,tahun 1957, halaman 243.

50

M.Rusli, Op.Cit, tahun 1986, halaman 224 51 Ibid, halaman 203 52 Alfian, Op.Cit, tahun 190, halaman 9

27

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

keikhlasan dalam beramal.53 Keikhlasan beramal inilah yang dapat dirasakan dalam wasiat menjadi pedoman dalam beramal sebagaimana dikemukakan :

"Jangalah kamu mencari penghidupan dalam persyarikatan, tapi hidupkanlah Muhammadiyah !”.54

Dari tiga hal tersebut di atas yaitu ilmu, amal dan ikhlas sebagaimana dipesankan oleh KH Ahmad Dahlan dan menjadi sikap hidupnya, pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan yang dibina oleh KH Ahmad Dahlan dapat maju dengan pesat. Dengan demikian tidak adanya peninggalan KH Ahmad Dahlan dalam bentuk tulisan dan kitab-kitab, itu menandakan justru seluruh amal usaha yang dirintisnya itu merupakan tulisan KH Ahmad Dahlan yang sebenarnya.

Tulisan dalam bentuk amal usaha yang berkembang pesat baik kuantitas maupun kualitas merupakan refleksi dari sikap hidupnya dan itu untuk menjawab tantangan kemunduran umat Islam saat itu dan untuk memenuhi kemajuan umat. Berkali-kali KH Ahmad Dahlan mengingatkan bahwa hidup itu hanya sekali yang diterjemahkan hidup sekali itu harus dioptimalkan aspek keduniaannya dengan tidak mengisolasi diri tetapi justru untuk memajukan kehidupan dunia dalam rangka menatap kehidupan yang abadi di akhirat.

Kelengahan dalam hidupnya yang dijabarkan oleh KH.Ahmad Dahlan dalam pengajiannya seperti yang digambarkan sebagai orang yang sedang berdiri di pagar sumur tua yang akan runtuh dan pasti runtuh sambil berpegang pada tali yang akan putus sementara di dalam sumur ada ular besar dan orang tadi sedang menikmati kelezatan manisnya madu. Gambaran ini justru menguatkan semangat untuk mengingatkan umat Islam akan kandungan surat A1-Ashr yang dibiasakan dibaca dalam setiap pengajian agar bisa diresapi kandungannyam dijadikan motor pengerak kehidupan dengan meneguhkan- iman dan meningkatkan amal shaleh dan saling ingat mengingatkan akan kebenaran dan sikap sabar, itu semua dilakukan agar hidup tidak merugi. Tali pegangan yang akan putus mengingatkan manusia yang suatu saat akan kehabisan usia karena waktu, itu selalu berjalan tiada henti, pagar tembok sumur yang 53 54

AM.Mulkan, Op.Cit, tt, halamn 51 Solihin Salam, Op.Cit, tt, halaman 51

28

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

akan runtuh mengibaratkan datangnya hari akhir. manisnya madu diibaratkan kenikmatan dunia yang hanya sesaat namun melengahkan kehidupan manusia itu sendiri. Untuk umat Islam saat itu penggambara kehidupan seperti yang disampaikan oleh KH.Ahmad Dahlan itu sangat diperlukan untuk memudahkan di dalam memahami hidup.

Surat Al-Imran ayat 104 yang dijadikan rujukan dalam persyarikatan yang dirintisnya merupakan identitas dari setiap gerak dan langkahnya, yaitu gerakan amar ma’ruf nahi munkar agar umat manusia dapat meraih keberuntungan hidup baik di dunia yang hanya sekali ini maupun juga keberuntungan hidup yang lebih abadi di akherat. D sinilah letak kekuatan moral dari gerak sosial vang disebarluaskan diantara para muridnya, karena untuk dapat beramar ma'ruf dan bernahi munkar terhadap orang lain, para murid KH Ahmad Dahlan harus lebih dahulu beramar ma'ruf dan bernahi munkar terhadap dirinya sendiri.

Salah satu contoh yang jelas dan yang benar-benar berat untuk dilaksanakan pada saat itu, sebelum mendirikan persyarikatan adalah upaya KH Ahmad Dahlan dalam meluruskan kiblat sholat vang sudah mentradisi menghadap ke barat yang mendapat tantangan dari para kyai yang ada dan juga mengadakan gerakan kebersihan lingkungan seperti selokan dan jalan kampung. untuk ukuran sekarang upaya kebersihan dalam contoh tersebut sangatlah sederhana, tetapi untuk memahami kebersihan di mana kadar kesadaran sosial tentang kebersihan masih sangat rendah dan yang lebih mementingkan kesucian formal ketimbang kebersihan riel gerakan KH Ahmad Dahlan tersebut merupakan gerakan yang luar biasa. Karena kebersihan lingkungan masih merupakan acuan normatif teoritik ketimbang sebagai amalan praktek.

Menurut Kuntowijoyo memang gebrakan kepeloporan KH Ahmad Dahlan itu hanya dilakukan satu kali pada saat itu, yaitu saat KH Ahmad Dahlan meletakkan dasar-dasar pembaharuan sebagaimana tercermin dalam sikap hidupnya yang kemudian

dikembangkan

dengan

konsep-konsep

yang

lebih

rasional

dan

dikongkritkan dalam kehidupan sosial dalam bentuk amal usaha. Disebutkan bahwa ada empat aspek potensial yang menampakkan diri dalam masyarakat muslimin

29

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Indonesia pada saat KH Ahmad Dahlan mengadakan pembaharuan yang kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok "tradisional" dan Muhammadiyah.

Empat aspek potensial yang tampak itu adalah untuk kelompok tradisional dari segi SDM-nya adalah petani, ideologinya madzhab (faham golongan), produknya pesantren, dan efeknya adalah penerimaan secara dogmatik/konservatif; sebaliknva kelompok Muhammadiyah tampak dari segi SDMnya adalah kelas menengah commercial class. ideologi tajdid, produk sekolah modern, panti asuhan, rumah sakit, poliklinik dan lain-lain, sedang dari segi efeknya adalah munculnya rasionalis dalam kehidupan. 55

Sebagai penutup perlu direnungkan "Ruh" yang menyemangati sikap hidup KH Ahmad Dahlan dan perlu dibedakan dengan “Jasad fisik" yang tampak dalam gerakannya. Dengan meminjam istilah Hamka dalam buku M Rusli Karim: "Ruhnya'" adalah semangat gerakan tajdid /pembaharuan Islam di Indonesia untuk mengamalkan Islam dengan sebenar-benarnya dan jasad fisiknya adalah organisasi Muhammadiyah yang didirikan dengan segala sarana prasarana dan aktivitasnya, baik bangunan fisik maupun adminstrasi managemennya. Dengan demikian organisasi Muhammadiyah adalah sekedar kendaraan yang ditumpanginya untuk mengantarkan ke pencapaian tujuan. hal ini perlu dimengerti karena banyak umat yang tidak berkendaraan Muhammadiyah tetapi mempunyai "Ruh” atau gerakan seperti Muhammadiyah.

6. Tawaran Konsep dan Saran Strategis Pendidikan Islam.

Dibawah ini ini dikemukakan beberapa konsep dan saran strategis diharapkan berguna bagi pelaksanaan pendidikan Islam menuju masa depan yang cerah,

1. Pendidikan Islam berwatak dinamis dan merupakan bagian integral dari konsep tentang kehidupan yang lahir dari risalah Islam. Oleh sebab itu, lingkungan pendidikan yang benar-benar sesuai dengan kehidupan hanya terdapat dalam suasana Islami masyarakat muslim ideal, karena mereka diseru untuk menerapkan Islam sebagai akidah, syariat, dan sistem, kehidupan. Sistem perundang-undangan yang 55

M.Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, CV Rajawali, Jakarta, tahun 1986, halaman 140

30

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

diterapkannya digali dari syariat Islam. Sistem tersebut menjadi sumber asasi setiap undang-undang dan peraturan teknis di semua aspek kehidupan. Manusia merupakan agen perubahan dan pendidikan merupakan alat perubahan. Maka untuk menciptakan masyarakat yang Islami, pendidikan Islam harus dijadikan alat perubahan dan pendidikan merupakan alat perubahan. Maka untuk menciptakan masyarakat yang Islami, pendidikan Islam harus dijadikan alat perubahannya. Sesungguhnya Allah Tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’ad, 13 : 11)

Guru atau tenaga pendidik merupakan pemimpin proses perubahan tersebut. Rasulullah Saw. bersabda- Sesuagguhnya aku di utus tidak lain sebagai guru. Allah berfirman: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul rasul di antara mereka yang membacakan ayat- ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (al Sunnah) Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar kesesatan yang nyata .(QS al- Jumu’ ah, 62-2)

Dapat dikatakan, pendidikan adalah proses pengubahan tingkah laku manusia menuju tujuan yang dikehendaki. Selama tiga belas tahun di Mekah Rasulullah Saw. telah mendidik sahabat-sahabatnya dengan akidah dan akhlak Islam sehingga tabah dalam memikul beban dakwah Islam dan tugas membentuk masyarakat Islam. Hasil pendidikan tersebut nampak pada masyarakat Madinah ketika Islam, menjadi negara dan masyarakat Islam hidup di bawah naungan Negara Islam. Kaum muslimin yang dididik di sekolah Muhammad saw. itu kemudian menjadi contoh teladan bagi setiap orang yang menganut Islam dan menjadi anggota masyarakat Islam. Pendidikan Islam di masyarakat Madinah telah berhasil membentuk manusia yang beriman kepada Allah dan RasulNya: menaati ketetapan serta rida dengan hukum dan perundangundangan Islam di semua lapangan kehidupan.Mereka digambarkm oleh Allah di dalam firman-Nya di bawah ini:

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak berimam sehingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. A1-Nisa ; 4:65) 31

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Di masa sekarang, tanggung jawab pendidikan Islam berada di pundak pendidik muslim. Mereka bertugas mendidik generasi muda dengan akidah dan akhlak Islam agar menjadi manusia yang saleh. Tugas pendidikan itu berorientasi pada niat dakwah untuk menegakkan ajaran-ajaran Allah di muka bumi dan membentuk masyarakat Islam sesuai dengan agama-Nya. Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang menyeruh kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS. Fushsilat, 41:33)

2. Para pendidik muslim dan departemen / kementerian pendidikan di negara muslim perlu membangun filsafat pendidikan Islam bagi lembaga-lembaga pendidikan di Semua jalur dan jenjang. Dengan filsafat tersebut dirumuskan tujuantujuan pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun luar sekolah, baik jenjang sekolah maupun perguruan tinggi. Dengan filsafat itu pula dikembangkan kurikulum yang bersumber pada warisan Islam dan sejalan dengan perkembangan zaman serta metode ilmiahnya. Filsafat pendidikan di sebagian besar negara Islam sudah banyak dipengaruhi kebudayaan asing, terutama Barat. Sebagian cenderung kepada pemikiran kapitalis demokratis, sebagian kepada pemikiran Marxis atau sosialis, sebagian masih dalam kebingungan, dan sebagian lain malu-malu untuk mencoba mengambil pandangan Islam. Setiap aliran filsafat di atas mempunyai pengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan di negara-negara Islam, sehingga berakibat buruk pada jiwa dan kepribadian para pemudanya. Konsekuensinya, para pemuda muslim tidak mampu menghadapi berbagai tantangan intelektual dan kultural yang berkembang di masa sekarang.

Peran filsafat pendidikan sangat penting dalam mendefinisikan orientasi pendidikan, memilih isi dan metodenya, serta menentukan proses evaluasi berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan menurut filsafat pendidikan. Tidak ada pendidik yang mengingkari hal itu. Karenanya, negara atau masyarakat Islam perlu menegaskan bahwa sumber filsafat pendidikan Islam adalah Islam. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam dapat dibangun dari konsep Islam tentang alam, manusia, dan kehidupan.

32

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Berdasarkan filsafat pendidikan Islam ini dirumuskan tujuan-tujuan umum pendidikan yang selanjutnya dijabarkan dalam tujuan-tujuan institusional di semua jenjang perdidikan= umum, perguruan tinggi, dan pendidikan sepanjang hayat. Dari tujuantujuan tersebut kemudian dirumuskan tujuan kurikuler bagi setiap mata pelajaran atau bidang studi dengan mempertimbangkan hakikat berbagai disiplin ilmu dan epistemologinya sesuai dengan perkembangan ilmiah mutakhir.Apabila semua itu telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa system pendidikan

Islam di

negara-negara Islam telah memadukan orisinalitasnya dengan perkembangan modern.

3. Perlu perhatian terhadap profesi pendidikan dan usaha praktis untuk menyeragamkan azas-azas kurikulum berdasarkan Islam di negara-negara muslim. Demildan pula perhatian terhadap usaha mempersiapkan guru muslim agar menjadi teladan bagi para siswa dan generasi muda serta l.ambang akhla.k dan keutamaan di dalam masyarakat, sehingga lahir generasi mulanin yang sadar dan benar-benar menghargai tanggung jawab sosiaL Pendidikan terpadu yang lahir dari konsep Islam ini mungkin sekali dapat berbuat banyak bagi kesatuan masyarakat musli.m dan realisasi cita-cita Islam yang ti.dak dapat dilakukan melalui usaha-usaha politisformal. Pendidikan merupakan profesi para nabi, pembaharu, da'i, dan guru. Karenanya, pendidikan merupakan risalah yang suci, profesi yang luhur, dan induk semua pmfesi. Pada jenjang pendidikan umum calon pendidik perlu dibekali pengetahuan umum; baru pada jenjang pendidikan tinggi dibekali pengetahuan keahlian profesi dan spesialisasi yang dibutuhkan masyarakat. Jika memang dikehendaki adanya diversifikasi kaum terpelajar di kalangan masyarakat musli.m dengan berbagai tingkat profesionalismenya, maka profesi pendidikan harus diperhatiksn dan mutu para pendidik, baik ilmu maupun akhlaknya, perlu diupayakan sama. Suatu kenyataan yang disayangkan terjadi di beberapa bagian dunia Islam ialah berpengaruhnya ukuran material kebudayaan sarat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan. Hal tu beraloibat negatif pada input dalam profesi-pmfesi lainnya, ; sebab input tersebut merupakan output dari sastem pendidikan. Dalam pemecahan terhadap problem tersebut adalah memberi perhatian yang baik terhadap profesi keguruan, dimulai dengan melihat kualifikasi seseorang dalam memilih profesi keguruan; lalu kesiapannya sebelum dan ketika mengabdi; kemudian taraf

33

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kehidupan sosial dan materialnya agar memperoleh penghargaan soaial dan imbalan material yang layak.

Usaha terus-menerus untuk memberantas buta huruf secara tuntas di dunia muslim. Sebuah ironi yang tidak dapat ditolerir ialah masih adanya orang yang tidak mampu membaca di tengah-tengah masyarakat yang disebut sebagai umat membaca, menelaah (iqra ) Padahal kemajuan sosial budaya dan ekonomi umat tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmiah, peradaban, dan teknologi. Peningkatan taraf hidup individu dan masyarakat serta pertumbuhan produktivitas tergantung pada taraf kemajuan ilmiah serta penguasaan, ilmu dan teknologi di segala lapangan kehidupan. Langkah pertama penguasaan ilmu adalah penguasaan keterampilan dasar belajar, yaitu baca-tulis dan pemberantasan buta huruf secara total. Allah bersumpah dengan pena : Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.(QS. Qalam , 68:1) Allah menganjurkan penggunaan peralatan belajar dalam mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui :

Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS al- Alaq, 96; 4-5). Allah menyebutnyebut yang dilimpahkan kepada Rasul-Nya; yaitu ilmu dan kegiatan mengajarkan ilmu kepada umat Islam:

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf

seorang rasul diantara mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As Sunnah) (QS al-Jumua'ah, 62; 2)

7. Keterkaitan Pemikiran K.H.Ahmad Dahlan untuk Pendidikan Indonesia

Untuk membangun upaya tarbiyah

(pendidikan umat manusia) tersebut,

khususnya di negara Indonesia ini. maka langkah awal yang digagas Dahlan adalah gigih membina angkatan muda untuk turut bersamasama melaksanakan upaya membangun sistem pendidikan muda muhammadiyah tersebut, dan juga untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan ketertinggalan ummat Islam di Indonesia. Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas 34

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

gagasannya tentang gerakan pendidikan Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Kweekschool Jetis Yogyakarta, karena ia sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial untuk mengajarkan agama Islam di kedua sekolah tersebut.

Dengan mendidik para calon pamongpraja tersebut diharapkan akan dengan segera memperluas gagasannya tersebut, karena mereka akan menjadi orang yang mempunyai pengaruh luas di tengah masyarakat. Demikian juga dengan mendidik para calon guru yang diharapkan akan segera mempercepat proses transformasi ide tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, karena mereka akan mempunyai murid yang banyak. Oleh karena itu, Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal dengan Madrasah Mu'allimin (Kweekachool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Istri Muhammadiyah). Dahlan mengajarkan agama Islam dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya.

Kesimpulan

Filsafat Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan tidak terlepas dari peran dan amal usaha yang ia terapkan kepada umatnya, dan juga gerakan yang didirikannya Muhammadiyah di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912. ia bukan seorang pemikir Islam dan juga bukan seorang intelektual. Tapi ia seorang tokoh dalam memerankan pendidikannya melalui dakwah. Maka jarang sekali kita melihat karya Ahmad Dahlan. Bahkan para murid-muridnya yang selalu mencatat apa yang beliau sampaikan. Seperti KRH, Hadjid yang menulis tentang pelajaran Ahmad Dahlan mengenai 7 falsafah ajaran & 17 kelompok ayat alQur’an.

Saran dan Kritik

Saran saya terhadap filsafat pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan adanya peran dalam beramal dan berusaha. Itu sebenarnya yang dikedepankan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Walaupun pada saat-saat ini gagasan yang ia tancapkan di ibu pertiwi sangatlah urgens, bagi pemikir modernis di Indonesia.

35

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Kritik saya terhadap K.H. Ahmad Dahlan, dia seorang tipe man of action. Tidak memberi karya satupun. Tapi mampu memberi warisan intelektualnya, ini sungguh magic bagi intelektual manapun. Pasti dalam pribadinya ada kekurangan dalam gagasan beliau, akan tetapi mampu membuat pendidikan Islam di Indonesia ini menjadi modern.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alfian. Muhammadiyah, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, tahun 1989.

Abdul Munir Mulkhan, Pesan dan Mas Kiai Ahmad Dahlan; dalam Hikmah Muhammadiyah, Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007.

Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. 1979. Terj. Hasan Langgulung. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, (Yogyakarta: Sipreas, 1993). 36

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Agama, Departemen Agama Rl, Ensiklopedi Islam.Vol.1, Jakarta, tahun l993

Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1990, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: KANISIUS.

Djarnawi, Hadikusumo,H. Dari Jamaluddin al-.Afgahani sampai KH Ahmad Dahlan, Persatuan, Yogyakarta, tt.

K Hadjid, 2005. Pelajaran KHA Dahlan; 7 Falsafah Ajaran & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an, Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Kartanegara, Mulyadi, 2006, Gerbang Kearifan, Jakarta: Lentera Hati.

Karim Rusli ed ; Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, CV Rajawali, Jakarta, tahun 1986

R. H. Hadjid, Ajaran KHA Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-ayat al-Qur'an, Penerbit : PWM Jawa Tengah Semarang. 2004

Thalhas, Alam Pikiran KH.Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari 1992

M. Yunan Yusuf dan Piet Hizbullah Khaidir, FiIsafat Pendidikan Muhammadiyah (naskah awal), Jakarta: Dikdasmen PP. Muhammadiyah.2000

Mulkhan, Abdul Munir. 1990, Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhamammadiyah, Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan.

Mulkhan, Abdul Munir. 2007, Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan; dalam Hikmah Muhammadiyah, Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.

Mulkan, Abdul Karim, Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Prespektif Perobahan Sosial, Bumi Aksara, Jakarta, tahun 1990.

Madjid, Nurholis, dkk, Aspirasi Umat Islam, Lappenas, Jakarta, tahun 1983. 37

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Nizar, Samsul. 2002, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Histories, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press.

Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, Jakarta, tahun 1966.

Nasution, Harun, Ensiklopedia Islam Indonesia. Jambatan Jakarta, tahun 1992.

Sidi, Indra Djati. 2003, Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina.

Sucipto, Hery. 2004, Menegakkan Indonesia; Pemikiran Dan Kontribusi 50 Tokoh Bangsa Berpengaruh. Jakarta: Grafindo

Suwito, 2004, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta: Belukar.

Salam, Solichin, KH Ahmad Dahlan, Cita-Cita dan Perjuangan : Depot Pergerakan Muhammadiyah, Jakarta, tahun 1962.

Sujarwanto dkk, Muhammadiyah dan Tantangan Masa Depan, PT Tiara Wacana, Yogyakarta, tahun 1990.

Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammadiyah; Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya dan Universitas Muhammadiyah Malang Press, 1990.

Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Semarang, tahun 1991.

Yusuf, M. Yunan dan Piet Hizbullah Khaidir. 2000, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (naskah awal), Jakarta: Dikdasmen PP. Muhammadiyah.

38

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Hadjid RH, Falsafah Pelajaran KH Ahmad Dahlan, Pena Siaran Yogyakarta, tt. Panitia Buku Peringatan Almarhum KHA Wahid Hasyim, Jakarta 1957. Sejarah Hidup KH.A Wahid Hasyim

Idi, Abdullah dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

39