PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan agribisnis kelapa ...

91 downloads 2150 Views 482KB Size Report
Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang ... penting yang menyerang tanaman kelapa sawit misalnya hama babi, tikus,.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan Negara, tetapi juga perkebunan swasta dan rakyat. Di Indonesia luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada tahun 2006, Indonesia menggeser Malaysia dari tahta produsen minyak sawit terbesar dunia. Saat ini Indonesia memiliki 7,5 juta hektar perkebunan kelapa sawit dengan 40 persen diantaranya milik rakyat (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Budidaya kelapa sawit pada saat ini menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya yaitu adanya gangguan hama dan penyakit. Beberapa jenis hama penting yang menyerang tanaman kelapa sawit misalnya hama babi, tikus, kumbang tanduk, maupun hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) (Hakim, 2007). Ulat pemakan daun kelapa sawit merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Ada dua kelompok UPDKS yang penting yaitu ulat api dan ulat kantong. Beberapa jenis hama ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit sehingga dapat menurunkan produksi secara signifikan antara lain ulat api Setathosea asigna, Darna trima, Setora nitens, ulat kantong Mahasena corbetti dan Metisa plana (Prawirosukarto dkk, 1997).

Universitas Sumatera Utara

2

Ulat kantong termasuk dalam famili Psychidae. Tujuh spesies yang pernah ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah M. plana, M. corbetti, Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp. dan Cryptothelea cardiophaga Jenis ulat kantong yang paling merugikan di perkebunan kelapa sawit adalah M. plana dan M. corbetti (Norman dkk, 1998). Secara umum ulat kantong merupakan serangga perusak yang memakan daun tanaman, terutama tanaman kelapa sawit. Salah satu ciri khas dari ulat kantong yaitu hidup pada sarang yang berbentuk kantong yang terbuat dari potongan-potongan daun yang berada di daerah sekitar serangan (Purba dkk, 2005). Kerusakan yang diakibatkan oleh hama M. plana yaitu adanya lubanglubang transparan berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan. Apabila populasi larva tinggi maka menunjukkan gejala daun seperti terbakar (Prawirosukarto dkk, 2007). Pengendalian yang digunakan selama ini adalah dengan menggunakan bahan kimia. Insektisida kimia selain mengganggu kelangsungan hidup musuh alami, bahan ini juga memberikan efek yang buruk terhadap kesehatan pekerja perkebunan dan lingkungan. Pengendalian hama secara kimiawi akan lebih berbahaya lagi jika pihak perkebunan menerapkan pengendalian ulat dengan metode pengasapan menggunakan sintetik piretroid pada populasi yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan populasi hama semakin meningkat baik frekuensi maupun tingkat kerusakannya (Wood, 2008). Selain menyebabkan resistensi terhadap hama sasaran, penggunaan insektisida kimia yang non selektif secara

Universitas Sumatera Utara

3

terus menerus dapat menyebabkan munculnya hama sekunder yang bukan sasaran sehingga pengendalian akan semakin rumit dan menyebabkan peningkatan biaya pengendalian (Lisanti dan Wood, 2009). Pengendalian secara terpadu dengan menekankan pada pengendalian hayati merupakan pilihan yang terbaik sesuai dengan konsep Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Konsep pengendalian ini berbasis ramah lingkungan dan merupakan konservasi alam yang selama ini sedang gencar dicanangkan oleh dunia internasional (Lisanti dan Wood, 2009). Berbagai agensia hayati dapat digunakan untuk pengendalian hayati guna mendukung konsep RSPO, salah satunya adalah nematoda patogen serangga Steinernema sp. Nematoda Steinernema sp. mempunyai beberapa keunggulan sebagai agensia hayati serangga hama dibandingkan dengan musuh alami lain. Keunggulan tersebut adalah daya bunuhnya sangat cepat, kisaran inangnya luas, aktif mencari inang sehingga

efektif untuk

mengendalikan

serangga

dalam jaringan,

tidak

menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak. Berbagai penelitian tentang pemanfaatan Steinernema sp. sebagai agens hayati untuk mengendalikan serangga hama telah banyak dilakukan (Mahmoud dan Osman, 2007; Ebsa dkk, 2001; Head dkk, 2004). Namun pemanfaatannya untuk mengendalikan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit masih terbatas. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang uji efektifitas nematoda Steinernema sp. isolat lokal untuk mengendalikan larva M. plana di laboratorium maupun di lapangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan harapan untuk melengkapi komponen pengendalian hama ulat kantong secara terpadu pada budidaya kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

4

Perumusan Masalah Budidaya tanaman kelapa sawit sering kali mengalami gangguan dari serangan hama, seperti misalnya ulat kantong (M. plana). Basri dkk, (1993) menyatakan akibat serangan ini kehilangan daun oleh hama ini dapat mencapai 46,6%. Semua umur tanaman rentan terhadap serangan ulat kantong khususnya pada tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun. Selama ini pengendalian M. plana dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Secara teknis penggunaan insektisida kimiawi cukup sederhana, tetapi selain harganya mahal, insektisida kimia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan sehingga perlu dicari alternatif pengendalian yang lain seperti dengan menggunakan nematoda entomopatogen Steinernema sp. Pada banyak literatur disebutkan bahwa nematoda Steinernema sp. dapat menginfeksi serangga hama dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Orthoptera, Hemiptera, dan beberapa ordo lainnya sehingga menjadi salah satu kandidat yang potensial untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida untuk mengendalikan hama ulat kantong.

Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi nematoda dari tiga lokasi yang berbeda (Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai). 2. Untuk menguji efektifitas nematoda Steinernema sp. dari lokasi yang terpilih. 3. Untuk

mendapatkan

dosis

Steinernema

sp.

yang

tepat

untuk

mengendalikan larva M. plana.

Universitas Sumatera Utara

5

4. Untuk membandingkan keefektifan Steinernema sp. pada aplikasi pagi dan sore hari.

Hipotesis 1. Diduga terdapat lebih dari satu nematoda dari tiga lokasi yang berbeda. 2. Diduga terdapat perbedaan efektifitas nematoda Steinernema yang bersumber dari Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai sebagai agens hayati M. plana. 3. Dosis Steinernema sp. yang berbeda memberikan perbedaan pada tingkat mortalitas larva M. plana. 4. Diduga aplikasi sore lebih efektif dari pagi hari.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian akan berguna bagi dunia perkebunan khususnya kelapa sawit dalam pengendalian M. plana secara hayati dengan menggunakan nematoda Steinernema sp.

Universitas Sumatera Utara