penerapan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan siswa ...

90 downloads 2141 Views 110KB Size Report
Kata kunci :Strategi relaksasi, kecemasan menjelang ujian. Pendahuluan .... Davison,1976; Walker dkk,1991 (dalam Nursalim, 2005:84) relaksasi otot bertujuan ...
PENERAPAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN Dwi Fadilah Irmayanti1 dan Hadi Warsito2

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji penerapan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan menjelang ujian pada siswa. Penelitian ini menggunakan pre-test post-test one group design. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket untuk memperoleh data tentang kecemasan menjelang ujian. Dari hasil angket, terdapat 7 orang siswa yang mengalami kecemasan menjelang ujian kategori tinggi. Teknik analisis yang digunakan adalah statistik non parametrik. Hasil analisis menunjukkan perbedaan antara pre-test dan post-test, dimana terjadi penurunan kecemasan setelah diberikan strategi relaksasi. Hal ini menunjukan bahwa strategi relaksasi dapat mengurangi kecemasan siswa menjelang ujian. Kata kunci :Strategi relaksasi, kecemasan menjelang ujian

Pendahuluan Dalam dunia pendidikan, kecemasan dapat dialami oleh siapa saja terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan yang dialami siswa dalam suatu sekolah adalah kecemasan menghadapi ujian. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar, siswa tidak dapat terlepas dari ujian sebagai bahan evaluasi hasil belajar. Turmudhi (2004) menyatakan bahwa kecemasan siswa yang kelewat tinggi dalam menghadapi UTS/UAS justru akan menurunkan kinerja otak siswa dalam belajar. Daya ingat, daya konsentrasi, maupun daya kritis siswa dalam belajar justru akan berantakan. Jika kecemasan itu sampai mengacaukan 3emosi, mengganggu tidur, menurunkan nafsu makan, dan memerosotkan kebugaran tubuh, bukan saja kemungkinan gagal ujian justru semakin besar tapi juga kemungkinan siswa mengalami gangguan psikomatik dan problem dalam berinteraksi sosial. (http://www.google.co.id). Jangankan tes yang memiliki konsekwensi yang berat atau sangat menentukan seperti halnya UNAS, Menurut Franken (dalam Winarsunu, 2004), tes atau ujian yang dilakukan sehari-hari di sekolah juga dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam dan persepsi tersebut menghasilkan perasaan tertekan bahkan panik. Keadaan tertekan dan panik akan menurunkan hasil-hasil belajar.

1 2

Alumni Prodi BK FIP Unesa Staf Pengajar prodi BK FIP Unesa

Kecemasan Gunarsa (2004:97) menyatakan “Istilah kecemasan dipakai untuk menunjukkan suatu respon emosionil yang tidak menyenangkan dan dalam derajat yang berlebih-lebihan yang tidak sesuai dengan keadaan yang menimbulkan rasa takut.” Sedangkan menurut Daradjat (1989:27) “Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (Frustasi) dan pertentangan batin (Konflik)” Spielberger (dalam Slameto, 2003:185) membagi kecemasan menjadi dua: 1. Trait Anxiety, yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. 2. State Anxiety, yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif, dan meningginya syaraf otonom. Sebagai suatu keadaan (State anxiety) kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus misalnya situasi tes. Sedangkan menurut Daradjat (1989:28), gejala-gejala kecemasan adalah sebagai berikut: 1. Gejala fisik yaitu ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, keringat bercucuran, pukulan jantung cepat, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, sesak nafas dan sebagainya. 2. Gejala mental anatara lain sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya. Gejala-gejala kecemasan juga dikemukakan oleh Gunarsa (2004:99). Dia menyatakan bahwa Gejala-gejala kecemasan dapat dilihat dari perubahan ekspresi muka, tiba-tiba muka menjadi merah, membesarnya pupil mata, gerakan-gerakan otot muka, perubahan gerak-gerik tubuh seperti kakunya otot-otot, kegelisahan, interupsi gerakan yang tiba-tiba, aktivitas yang berlebih-lebihan, mengunyah benda-benda atau bagian dari tubuhnya, menggigit diri sendiri atau orang lain, dan macam-macam tingkah laku yang kompulsi. Menurut Catell (dalam Alwisol, 2004:314), “Orang dapat mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagi dampak yang mengancam atau menekan”. Sedangkan Slameto (2003:185) berpendapat, “sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus misalnya situasi tes”. Daradjat (1989:28) mengemukakan “Dengan ringkas, dapat dikatakan bahwa cemas itu timbul karena orang tidak mampu menyesuaikan diri dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya”.

Keceasan menjelang ujian Sieber (dalam Sudrajat, 2008) menyatakan kecemasan dalam ujian merupakan faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan. Sedangkan Hasan (2007) menyatakan bahwa siswa mungkin membayangkan tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi, sehingga memicu kecemasan mereka yang tidak hanya soal yang sulit saja yang tidak dapat mereka jawab, tetapi juga soal-soal yang mudah yang sebenarnya sudah mereka kuasai. Wujud dari rasa cemas ini bermacam-macam, seperti jantung berdebar lebih keras, keringat dingin, tangan gemetar, tidak bisa berkonsentrasi, kesulitan dalam mengingat, gelisah, atau tidak bisa tidur malam sebelum tes. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kecemasan menjelang ujian adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang terjadi menjelang ujian di sekolah yang ditandai adanya reaksi fisik dan psikis. Reaksi fisik seperti gangguan jantung, sesak di dada/gangguan pernafasan, gemetaran, berkeringat, gangguan pada saluran pencernaan dan sering buang air. Sedangkan reaksi psikis meliputi, sulit konsentrasi, kesulitan dalam mengingat, gelisah, gangguan tidur, takut akan kegagalan yang semuanya kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Dengan melihat dampak-dampak yang ditimbulkan akibat siswa mengalami kecemasan, maka perlu diberikan suatu usaha untuk mencegah dan mengurangi masalah kecemasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi khusus yang dapat membantu mengurangi kecemasan tersebut. Salah satu strategi yang dapat mengurangi kecemasan adalah strategi relaksasi. Untuk itu, penerapan strategi relaksasi dipilih sebagai salah satu alternatif untuk membantu siswa mengurangi kecemasan terutama kecemasan menjelang ujian. Strategi relakssi Menurut santoso (2001:38) “Latihan relaksasi pada dasarnya merupakan pemberian kesempatan pada tubuh untuk melakukan „pekerjaan rumah‟ sebelum pekerjaan itu diambil alih oleh pikiran rasional dan kognitif seseorang demi sebuah ego yang tidak mampu dikendalikan”. Sedangkan menurut Berntein dan Borkovec, 1973; Golfried dan Davison,1976; Walker dkk,1991 (dalam Nursalim, 2005:84) relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melepaskan otot-otot badan. Menurut Burn (dalam Subandi.dkk,2003:142) menyatakan beberapa keuntungan dari relaksasi, antara lain sebagai berikut: a. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebih-lebihan karena adanya stress b. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi

c. Mengurangi tingkat kecemasan d. Mengurangi gangguan yang berhubungan dengan stress, dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara dan sebagainya. e. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi selama periode stress misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makan yang berlebihan. Hal ini dapat dikurangi dengan melakukan relaksasi. f. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan keterampilan fisik. g. Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi lebih cepat dengan menggunakan keterampilan relaksasi. h. Kesadaran diri tentang kesadaran fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil latihan relaksasi i. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan nyeri akibat operasi. j. Konsekwensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah meningkatnya harga diri dan keyakinan diri sebagai hasil kontrol yang meningkat dari reaksi stress. k. Meningkatnya hubungan intertpersonal Dalam latihan relaksasi otot, individu diminta untuk menegangkan otot dengan ketegangan tertentu dan kemudian diminta mengendorkannya. Sebelum dikendorkan, penting dirasakan ketegangan tersebut sehingga individu dapat membedakan antara otot yang tegang dan yang lemas. Lebih lanjut, Bernstein & Borcovec (Dalam Cormier, 1985:461), menyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok otot dalam latihan relaksasi yang akan dilemaskan. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Menahan lengan dominan dengan menekuk siku dan membentuk sudut 45 derajat dengan membuat kepalan (tangan, lengan bagian bawah, dan otot biseps) b. Gerakan yang sama pada lengan non dominan c. Beberapa otot wajah. Mengerutkan dahi, mata, memoncongkan atau menekan lidah pada mulut bagian atas, menekan bibir atau menariknya ke sudut mulut bagian dalam. d. Menekan atau membenamkan dagu di dada e. Dada, bahu, punggung bagian atas, dan daerah perut. f. Paha, betis, dan kaki Berdasarkan pengamatan Burnstein & Borkovic (dalam Nelson, 1982:251), bahwa latihan relaksasi dengan memusatkan pada sekelompok otot terdiri atas 5 unsur. 1. focus (Pemusatan perhatian), yang berarti memusatkan perhatian pada sekelompok otot. 2. Tense (tegang), yaitu merasakan ketegangan pada sekelompok otot. 3. Hold (tahan), yaitu mempertahankan ketegangan antara 5 sampai 7 detik. 4. Release (Lepas), yaitu melepaskan tegangan pada sekelompok otot.

5. Relax (Rileks), yaitu memusatkan perhatian pada pelepasan ketegangan dan lebih lanjut merasakan keadaan rileks pada sekelompok otot. Cormier & Cormier (1985:458) mengemukakan bahwa strategi relaksasi terdiri atas 7 tahapan sebagai berikut: a. Rasional b. Petunjuk tentang berpakaian c. Menciptakan suasana yang nyaman d. Pemodelan oleh konselor e. Petunjuk untuk melakukan relaksasi f. Penilaian pasca relaksasi g. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut. Metode Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian yaitu : siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Benjeng-Gresik yang telah teridentifikasi mengalami kecemasan menjelang ujian kategori tinggi. diketahui terdapat 7 orang siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Benjeng yang teridentifikasi mengalami kecemasan menjelang ujian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket untuk memperoleh data tentang kecemasan siswa menjelang ujian, sesuai dengan kondisi pribadi siswa. Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan uji jenjang bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Signed Rank Test). Dalam uji jenjang bertanda Wilcoxon, disamping tandanya (positif atau negatif) besarnya beda juga diperhitungkan. Seperti dalam uji tes tanda, teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal atau berjenjang

Hasi penelitian : Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pre eksperimen jenis pre-test post-test one group design, yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Pertama dilakukan pengukuran (pre-test) pada satu kelompok subjek dengan menggunakan angket kecemasan menjelang ujian. Selanjutnya diberikan perlakuan dalam jangka waktu tertentu kemudian dilakukan dan diakhiri dengan pengukuran kembali (post-test). Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah 7 orang siswa yang telah teridentifikasi mengalami kecemasan menjelang ujian keategori tinggi yaitu ARM dengan skor 101, FAN dengan skor 106, sedangkan HAA dan ICS, masing-masng memiliki skor 115 dan 112, LSN memiliki skor 101, LXW memiliki skor 103, serta NRH memiliki skor 105. Untuk itu, ketujuh siswa inilah yang akan diberikan perlakuan dengan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan mereka.

Setelah diberikan latihan relaksasi selama beberapa kali, selanjutnya siswasiswa tersebut diberikan post-test untuk mengukur kembali kecemasan mereka. Dari data post-test diketahui bahwa ARM memiliki skor 61, FAN Memiliki skor 77, HAA memiliki skor 91, ICS dan LSN masing-masing memiliki skor 85 dan 59, sedangkan LXW memiliki skor 62, serta NRH memiliki skor 78. Setelah diketahui hasil antara pre-test dan post-test, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Hal ini digunakan untuk mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cermat dan teliti agar tidak ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil pengukuran kecemasan, dapat dilihat adanya perbedaan antara skor pre-test dan post-test, yaitu sor pre-test menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor post-test. Ini membuktikan bahwa skor ketujuh siswa sebelum diberikan strategi relaksasi berada pada skor yang tinggi, dan sesudah diberikan strategi relaksasi, skor 4 orang siswa menjadi sedang dan skor 3 siswa lainnya menjadi rendah. Ini menunjukkan bahwa strategi relaksasi memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa dalam mengurangi kecemasan mereka menjelang ujian. Pembahasan: Penelitian ini dilakukan terhadap 7 orang siswa yang mengalami kecemasan menjelang ujian kateori tinggi Mereka adalah ARM, FAN, HAA, ICS, LSN, LXW, dan NRH. Dari hasil pengisian angket diketahui masing-masing skor siswa sebagai berikut: ARM 101 memiliki skor 101, FAN memiliki skor 106, HAA memiliki skor 115, ICS memiliki skor 112, LSN memiliki skor 101, LXW memiliki skor 103, serta NRH memiliki skor 105. Siswa dengan skor kecemasan menjelang ujian kategori tinggi kemudian diberi bantuan untuk mengurangi kecemasan tersebut dengan menggunakan strategi relaksasi. Hasil yang diperoleh setelah mpenerapan strategi relaksasi diketahui dari instrument pengumpul data yang diberikan kepada subjek penelitian. Adapun skor yang dihasilkan setelah dilakuan strategi relaksasi adalah sebagai berikut: ARM memiliki skor 61, FAN memiliki skor 77, HAA memiliki skor 91, ICS memiliki skor 85, LSN memiliki skor 59, LXW memiliki skor 62, serta NRH memiliki skor 78. Dari hasil pre-test dan post-test, diketahui bahwa masing-masing subjek mengalami penurunan skor kecemasan menjelang ujian yang cukup beragam, yaitu ARM mengalami penurunan skor sebesar 40 angka, FAN mengalami penurunan sebesar 29 angka, ICS dan NRH mengalami penurunan sebesar 27 angka, LSN dan LXW masing-masing mengalami penurunan skor sebesar 42 dan 41. Sedangkan penurunan skor terkecil dialami oleh HAA yaitu sebesar 24 angka. Berdasarkan hasil analisis di atas, menunjukkan adanya suatu perbedaan skor sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini berarti latihan relaksasi memiliki pengaruh positif terhadap siswa yang mengalami kecemasan menjelang ujian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi relaksasi dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk mengurangi kecemasan siswa menjelang ujian, dimana siswa dilatih menegangkan otot dalam jangka waktu tertentu, kemudian otot tersebut dilemaskan kembali sehingga terjadi keadaan rileks dan tenang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hillenberg dan Collins (dalam Cormier,1985:458) yang

mengemukaan bahwa latihan relaksasi dapat digunakan bagi klien yang mengalami kecemasan ujian. Hal ini juga didukung oleh Wolpe (dalam Corey, 2003:208) yang menyatakan bahwa respon kecemasan bisa dihapus oleh penemuan respon-respon yang secara inheren berlawanan dengan respon tersebut. Hal yang penting adalah bahwa klien mencapai keadaan tenang dan damai. Klien diajarkan bagaimana mengendurkan segenap otot dibagian tubuh dengan mengendurkan otot-otot tangan, diikuti oleh kepala, kemudian leher dan pundak, punggung, perut dan dada, kemudian anggota badan dibagian bawah. Selain itu, Goliszek (2005:169) menyatakan bahwa dibalik latihan relaksasi, ketegangan tidak mungkin sejalan dengan relaksasi. Dengan demikian, latihan relaksasi akan menimbulkan perasaan sehat dan bugar dengan menciptakan keadaan rileks yang sebenarnya menghambat kekhawatiran dan reaksi stress negatif. Selain itu, ada beberapa penelitian yang mendukung. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Darwati (2005), dimana dia menerapkan latihan relaksasi untuk mengurangi kecemasan siswa pada saat mengikuti pelajaran fisika. Dalam penelitian tersebut, yang menjadi subjek penelitian berjumlah 5 orang. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap kecemasan dalam mengikuti pelajaran fisika pada siswa sebelum dan sesudah diterapkan strategi relaksasi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Widiawati (2007). Dalam penelitiannya ia mengemukakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknik relaksasi terhadap penurunan stres siswa. Dalam penelitiannya, siswa yang diberi perlakuan adalah siswa yang memiliki tingkat stress yang berjumlah 5 orang. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres siswa sebelum dan sesudah diberikan strategi relaksasi. Perbedaan itu ditunjukkan dengan adanya perbedaan negatif dari hasil analisis yaitu tingkat stress siswa sesudah penerapan teknik relaksasi adalah berkurang dibanding dengan sebelum penerapan teknik relaksasi. Artinya, kecemasan berhubungan dengan keadaan tubuh dimana seluruh tubuh akan mengalami penegangan otot pada saat terjadi kecemasan. Untuk itu, siswa dilatih untuk melemaskan otot-otot dalam tubuh dengan menggunakan teknik relaksasi sampai siswa berada dalam keadaan nyaman dan tenang. Ketika kondisi tubuh dikondisikan untuk rileks dan tenang, maka kecemasan secara berangsur-angsur berkurang.. Dalam pelaksanaan perlakuan, peneliti tidak lepas dari berbagai hambatan. Adapun hambatan yang dirasakan pada saat perlakuan adalah siswa kurang dapat berkonsentrasi pada tahap-tahap awal karena tidak terbiasa dan tidak pernah melakukan relaksasi. Selain itu, kondisi lingkungan sekolah yang berada didekat jalan raya membuat suasana pada saat perlakuan kurang kondusif karena sedikit bising. Untuk mengatasi hambatan tersebut, yang harus dilakukan adalah memberikan rasionalisasi strategi kepada siswa tentang tujuan diberikannya relaksasi. Selain itu, demi kelancaran pelaksanaan strategi, pemberian perlakuan dilaksanakan diruang tertutup di ruang BK atau di aula dengan ijin dari pihak sekolah. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa indikator yang belum terjangkau oleh peneliti sehingga diperlukan penelitian lanjutan meskipun keseluruhan skor kecemasan siswa terbukti berkurang. Akan tetapi pengurangan skor tersebut

berbeda antara satu dengan lainnya. Hal tersebut terjadi karena setiap individu memiliki keterampilan, motivasi dan kesungguhan yang berbeda dalam menjalankan strategi relaksasi.

Penutup Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa strategi relaksasi dapat mengurangi kecemasan menjelang ujian pada siswa. Hal ini dapat diketahui dari analisis pre-test dan post-test yang menunjukkan adanya penurunan kecemasan menjelang ujian sesudah penerapan strategi relaksasi, dimana tiga orang siswa mengalami penurunan kecemasan dari kategori tinggi menjadi sedang, sedangkan tiga orang lainnya mengalami penurunan kecemasan dari kategori tinggi menjadi rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari penerapan strategi relaksasi terhadap kecemasan siswa menjelang ujian.

Daftar Rujukan Alwisol. 2004. psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Cormier, W.H & Cormier, L.S. 1985. Interviewing Strategies For Helpers. Monterey California: Brooks/Cole Publishing. Daradjat, Zakiah.1989. Kesehatan mental. Jakarta: CV Haji Masagung. Darwati. 2005. Pengaruh Penggunaan Latihan Relaksasi Terhadap Pengurangan Kecemasan Dalam Mengikuti Pelajaran Fisika Pada Siswa Kelas II SMA Negeri 21 Surabaya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA. Goliszek, Andrew. 2005. Manajement stress; Cara Tercepat Untuk Menghilangkan Rasa Cemas. Sulistyo Penyunting. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Gunarsa, D.Singgih. 2004. Psikologi anak bermasalah. Jakarta. BPK Gunung Mulia. .Hasan, Diana Chitra. 2007. Sisi Lain Dari Ujian Nasional. (Online). (http://diana1asril.multiply.com/journal/item/21/test_anxiety_sisi_lain_dari_ ujian_nasional, Diakses 15 mei 2009) Nelson-Jones, richard. 1982. The Theori and Practice Of Psychology. London: Holt psychology.

Counselling

Nursalim, dkk. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: UNESA University Press. Santoso, AM Rukky. 2001. Mengembangkan Ot ak Kanan. Jakarta: Pustaka Gramedia. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Subandi. 2003. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Sudrajat, Akhmad. 2008. Faktor-faktor penyebab kecemasan menghadapi test (Online).(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/01/upayamencegah-kecemasan-siswa -di-sekolah/, Diakses 15 Mei 2009). Turmudhi. Audith.M. 2004. Kecemasan Menghadapi ujian sekolah.(Online) (http//www.google.id/search?hl=id&q=kecemasan+siswa+menghadapi+ujia n&meta=, Diakses 25 Maret 2009) Widiawati, Ike. 2007. Penggunaan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan Tingkat Stress Siswa Kelas X-9 SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. Skripsi Tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA. Winarsunu, Tulus. 2004. Mempersiapkan Siswa Menghadapi Ujian Nasional. (online).(http://psikologi.umm.ac.id/news/cemas_uan.htm, diakses 25 Maret 2009)