Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah

27 downloads 157 Views 214KB Size Report
Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun. Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau. (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas* oleh: 1.
Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas*

oleh: 1. Liliek Nurhidayati 2. Yesi Desmiaty 3. Sri Mariani Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta

Panitia Seminar Nasional POKJANAS TOI XLII,

(

)

*Disampaikan pada Seminar Nasional POKJANAS TOI XLII, Cimahi, 15-16 Mei 2012

Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas Liliek Nurhidayati, Yesi Desmiaty, Sri Mariani Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta email: [email protected] Abstrak Daun sirih merah (Piper cf fragile Benth.) dan sirih hijau (Piper betle L.) biasa digunakan masyarakat untuk perawatan tubuh maupun untuk mengobati berbagai penyakit karena kandungan minyak atsirinya. Eugenol merupakan salah satu komponen dalam minyak atsiri daun sirih. Untuk mengetahui kandungan eugenol dalam minyak atsiri dari daun sirih merah dan sirih hijau perlu dilakukan penetapan kadar. Dalam penelitian ini minyak atsiri diisolasi dengan destilasi uap dan air, kemudian eugenol ditetapkan kadarnya secara kromatografi gas menggunakan pelarut aseton, fase diam fenil polisifenilsiloksan, dengan detektor FID. Rendemen minyak atsiri yang diperoleh dari daun sirih merah dan sirih hijau adalah 0,035% dan 0,27%, dengan kadar eugenol masing-masing sebesar 10,11% dan 3,72%. Terdapat perbedaan kadar eugenol yang nyata dalam minyak atsiri dari daun sirih merah dan sirih hijau dengan dengan thitung sebesar 183,2149 lebih besar dari ttabel (2,306). . Kata kunci: Piper cf fragile Benth., Piper betle L., minyak atsiri, eugenol, kromatografi gas Latar belakang Daun sirih hijau (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper cf fragileBenth) yang termasuk dalam familia Piperaceae, merupakan tanaman fungsional karena dapat dimanfaatkan baik untuk perawatan tubuh maupun untuk mengobati berbagai penyakit. Penggunaannya sebagai bahan obat karena tanaman sirih mengandung minyak atsiri, yang merupakan masa berbau khas, mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian (Moeljatno 2003). Minyak atsiri dari daun sirih mengandung eugenol yang merupakan komponen kimia yang memberikan bau dan cita rasa atsiri dari daun sirih. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara destilasi. Terdapat beberapa jenis destilasi diantaranya destilasi air, destilasi uap, dan destilasi uap dan air. Pada penelitian ini minyak atsiri dari daun sirih diisolasi secara destilasi uap dan air. Kandungan eugenol di dalamnya ditetapkan menggunakan metode kromatografi gas yang mengacu pada penelitian sebelumnya yakni penetapan kadar campuran eugenol, mentol, metil salisilat dalam sediaan krim (Ariyanto 2007) dan eugenol dalam minyak atsiri dari tiga varietas bunga cengkeh (Sulistiowati 2010) .

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kadar eugenol dalam minyak atsiri dari daun sirih merah dan sirih hijau.menggunakan metode kromatografi gas.

Metode Bahan. Daun sirih merah (Piper cf fragile Benth) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) yang berasal dari perkebunan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (BALITTRO). Alat. Seperangkat alat destilasi uap dan air, kromatograf gas Shimadzu 17A 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman yang akan digunakan. Determinasi dilakukan di LIPI-Cibinong, Bogor. 2. Isolasi minyak atsiri Lebih kurang 10 kg daun sirih segar dipotong-potong, dimasukkan ke dalam dandang yang telah diisi air. Alat destilasi kemudian dirangkai dengan pendingin (kondensor). Ke dalam destilat ditambahkan natrium klorida agar minyak yang teremulsi terpisah. Fase air ditampung dengan erlenmeyer. Ke dalam fase air ini ditambahkan natrium klorida kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Pekerjaan ini dilakukan berulangulang sampai semua minyak terpisahkan. Ke dalam fase minyak yang diperoleh ditambahkan kalsium klorida anhidrat, didekantasi dan ditimbang. 3. Uji Kesesuaian Sistem Sejumlah tertentu larutan baku pembanding eugenol dalam aseton dengan konsentrasi 400 bpj disuntikkan 5 kali ke dalam alat kromatograf gas pada kondisi optimum yakni fase diam fenil polisifenil-siloksan, fase gerak gas nitrogen, detektor FID, suhu awal kolom 140ºC selama 5 menit, kemudian suhunya dinaikkan sebesar 10ºC/menit sampai suhunya 150ºC selama 5 menit, suhu injektor 200ºC dan suhu detektor 300ºC. Dari hasil kromatogram yang diperoleh, dihitung nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif. 4. Pembuatan Kurva Baku Eugenol Sejumlah 1 L larutan baku pembanding eugenol dengan konsentrasi 50, 100, 200, 400, dan 800 bpj disuntikkan ke dalam kromatograf gas pada kondisi optimum. Kemudian dibuat kurva kalibrasi yang merupakan hubungan antara konsentrasi dengan luas puncak.

5. Penetapan kadar eugenol Sejumlah 5,0 mg minyak atsiri hasil isolasi dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL, diencerkan dengan aseton hingga tanda. Sejumlah 1 µL masing-masing larutan sampel disuntikkan ke dalam alat kromatograf gas pada kondisi optimum.

Hasil penelitian dan pembahasan Hasil determinasi tanaman yang dilakukan pada Laboratorium Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian-LIPI, Bogor diperoleh hasil bahwa sampel penelitian tersebut adalah tanaman sirih merah (Piper cf fragile Benth) dan sirih hijau (Piper betle L.). Hasil destilasi uap dari ± 10 kg daun segar diperoleh minyak atsiri dari daun sirih merah dan sirih hijau dengan rendemen masing-masing 0,035% dan 0,27%. Dengan demikian daun sirih hijau mengandung minyak atsiri lebih kurang delapan kali lebih banyak daripada daun sirih merah. Berikut adalah kromatogram eugenol baku pembanding. Pada kondisi yang dipilih pada penelitian ini, eugenol memiliki waktu retensi 8,65 menit.

Gambar 1. Kromatogram gas baku pembanding eugenol 400 bpj

Penyuntikan larutan yang mengandung eugenol sebanyak 5 kali menghasilkan simpangan baku relatif sebesar 0,9205%. Nilai yang diperoleh tersebut memenuhi persyaratan batas nilai simpangan baku relatif yakni < 2%. Hasil uji linearitas menggunakan satu seri larutan baku eugenol dengan konsentrasi berbeda dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva hubungan antar konsentrasi dengan luas puncak memiliki koefisien korelasi (r) sebesar 0,9991.

Gambar 2. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan luas puncak baku pembanding eugenol Kromatogram sampel minyak atsiri dari daun sirih merah dan sirih hijau dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Kromatogram gas sampel minyak atsiri daun sirih merah

Gambar 4. Kromatogram gas sampel minyak atsiri daun sirih hijau

Dari Gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa pola kromatogram gas minyak atsiri dari daun sirih merah dan hijau berbeda. Kromatogram tersebut menunjukkan bahwa secara kualitatif komposisi penyusun minyak atsiri dari kedua jenis daun berbeda. Dari hasil penetapan kadar eugenol dalam minyak atsiri dari daun sirih merah diperoleh kadar rata-rata eugenol sebesar 10,1129% dengan simpangan baku 0,1793%; simpangan baku relatif 1,7730% , sedangkan dari daun sirih hijau diperoleh kadar ratarata eugenol sebesar 3,7187% dengan simpangan baku 0,1382%; simpangan baku relatif 3,7164%. Untuk mengetahu ada tidaknya perbedaan kadar eugenol dalam minyak atsiri dari daun sirih merah dan hijau dilakukan uji t. Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 183,2149 yang lebih besar dari nilai ttabel (2,306). Dengan demikian terdapat perbedaan yang nyata antara kadar eugenol dalam minyak atsiri daun sirih merah dan hijau.

Kesimpulan Eugenol dalam minyak atsiri daun sirih merah dan sirih hijau dapat ditetapkan kadarnya menggunakan metode kromatografi gas dengan fase diam fenil polisifenil-siloksan, fase gerak nitrogen, detektor FID, suhu injektor 200ºC suhu detektor 300ºC Terdapat perbedaan kadar eugenol yang nyata dalam minyak atsiri dari daun sirih merah (10,1129%) dan daun sirih hijau (3,7187%) dengan thitung =138,2277 lebih besar dari ttabel =2,306.

Daftar Pustaka Ariyanto F. 2007. Validasi metode analisis campuran mentol, metal salisilat, dan eugenol dalam vanishing cream dengan kromatografi gas. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidaya; 2003. h. 37-42. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Material Medika Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hlm. 373-1030. Gritter RJ, Bobbitt JM, Schwarting AE.1991. Pengantar Kromatografi. Edisi II. Diterjemahkan oleh Padmawinata K, Soediro I. Bandung: Institut Teknologi

Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1, Terjemahan Ketaren S, Universitas Indonesia, Jakarta. . Moeljatno R. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Bandung. Sulistiowati. 2010. Penetapak Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Tiga Varietas Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) secara Kromatografi Gas. Skripsi. Universitas Pancasila. Jakarta Usman H, Setiady Akbar RP. 1995. Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara