pengaruh model pembelajaran konsiderasi terhadap sikap siswa ...

11 downloads 1058 Views 587KB Size Report
terikat berupa sikap siswa pada kesehatan (Y). penelitian ini dilaksanakan di SMK ...... Hasanah, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI TERHADAP SIKAP SISWA PADA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (Kuasi Eksperimen Pada Konsep Pencemaran di SMK Islam Ruhama)

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

GUSTINI NIM:105016100497

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat, yang disusun oleh Gustini, NIM : 105016100497, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Biologi telah melalui bimbingan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, Juni 2010

Yang Mengesahkan

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si

Nengsih Juanengsih, M.Pd

NIP. 19540310 198803 1001

NIP. 19790510 200604 2001

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

Skripsi

yang

berjudul

”PENGARUH

MODEL

PEMBELAJARAN

KONSIDERASI TERHADAP SIKAP SISWA PADA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (Kuasi Eksperimen Pada Konsep Pencemaran Lingkungan di SMK Islam Ruhama)” disusun oleh Gustini, NIM 105016100497, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada Ujian Munaqosah tanggal 8 Maret 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada bidang Pendidikan Biologi. Jakarta, 8 Maret 2011

Panitian Ujian Munaqosah Tanggal

Tanda tangan

...............

.......................

Nengsih Juanengsih, M.pd. NIP. 19790510 200604 2001 Penguji I

................

........................

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 19520609 198103 1 004

..................

.........................

..................

.........................

Ketua (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti, M.Sc. NIP. 19700209 200003 2 001 Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Penguji II Eny S. Rosyidatun, MA NIP. 19750924 200604 2 001

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. DedeRosyada, MA NIP. 19571005 198703 1003

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI TERHADAP SIKAP SISWA PADA POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (Kuasi Eksperimen Pada Konsep Pencemaran Lingkungan di SMK Islam Ruhama)

Gustini 105016100497

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh model konsiderasi terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas berupa model konsiderasi (X) dan variabel terikat berupa sikap siswa pada kesehatan (Y). penelitian ini dilaksanakan di SMK Islam Ruhama-Cirendeu pada bulan Mei tahun 2010 dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Jumlah sampel yang digunakan adalah 47 siswa, 23 siswa di kelas eksperimen dan 24 siswa di kelas kontrol. Analisis data menggunakan teknik statistik parametrik dengan uji hipotesanya menggunakan uji t. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dengan thitung sebesar 2,06 dan ttabel sebesar 2,02 pada df 45. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu model pembelajaran konsiderasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Kata kunci: Model konsiderasi, Sikap siswa pada kesehatan

THE CONSIDERATION MODEL INFLUENCE ON STUDENT ATTITUDE TOWARDS HEALTHY AND CLEAN LIFE STYLE (Quasi Experiment in Environmental Pollution Concept at Islamic Vocational High School Ruhama)

Gustini 105016100497

Biology Discipline Science Department Faculty of Tarbiyah and Education State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

This research aim to measure the consideration model influence on student attitude towards healthy and clean life style. This research included two variables. The consideration model is independent variable (X) and the attitude toward healthy and clean life style is dependent variable (Y). This research has been done at SMK Islam Ruhama Cirendeu in May 2010, using quasi experimental method with subject posttest only design. The sum of sample that was used is 47 person, 23 person in experiment class and 24 person in control class. The data analysis technique used statistic parametric with t test to proof of hypothesis was done at significant level 0,05, to = 2,06 and ttable = 2,02 with df = 45. The conclusion of this research is that consideration model influences student attitude positively and significantly on student attitude toward healthy and clean life style. Keyword: Consideration model, Student attitude towards health

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat”. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi 4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi 5. Bapak Irwan Taka, SE., selaku Kepala Sekolah SMK Islam Ruhama atas izinnya memperbolehkan penulis melakukan penelitian 6. Umi, Bapak, Liyah, Nabil yang tercinta atas semua kasih sayang, dukungan moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis 7. Suamiku, Ir. Untung Zulkarnaen yang tercinta atas dukungan moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis 8. Siswa-siswi kelas XI Smk Islam Ruhama tahun ajaran 2009/2010 serta tata usaha SMK Islam Ruhama 9. Fitriyani, Khuzaiyyatun niswah dan seluruh teman-teman biologi angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, dukungan serta sarannya yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.

i

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Ciputat, Januari 2011

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

DAFTAR ISI ................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang masalah ..................................................

1

B.

Identifikasi Masalah ........................................................

5

C.

Pembatasan Masalah .......................................................

5

D.

Perumusan Masalah ........................................................

5

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................

5

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A.

Deskripsi teoretis ............................................................

6

1. Model Pembelajaran Konsiderasi ..............................

6

a. Model Pembelajaran .............................................

6

b. Latar Belakang Model Pembelajaran Konsiderasi

10

c. Tujuan Model Pembelajaran Konsiderasi .............. 12 d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Konsiderasi........................................................... 12 e. Kriteria Keberhasilan Penerapan Model Pembelajaran Konsiderasi .................................... 13 2. Hakekat Sikap ........................................................... 14 a. Pengertian Sikap .................................................... 14 b. Komponen Sikap ................................................... 16 c. Ciri-ciri Sikap ........................................................ 18 d. Jenis Sikap ............................................................ 19 e. Pembentukan dan Perubahan Sikap........................ 20

iii

f. Pengukuran sikap .................................................. 27 3. Hakekat Pola Hidup Bersih dan Sehat ....................... 31 4. Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat ......................................................................... 34 5. Penelitian Yang Relevan ........................................... 35

BAB III

BAB IV

B.

Kerangka Pikir ................................................................ 37

C.

Hipotesis Penelitian ......................................................... 39

METODOLOGI A.

Waktu dan Tempat Penelitian.......................................... 40

B.

Metode dan Desain Penelitian ......................................... 40

C.

Populasi dan Sampel ....................................................... 41

D.

Teknik Pengumpulan Data .............................................. 41

E.

Instrumen Penelitian........................................................ 41

F.

Kalibrasi Instrumen Angket ............................................ 43

G.

Teknik Analisis Data ....................................................... 44

H.

Hipotesis Statistik ........................................................... 46

HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Hasil Penelitian ............................................................... 47 1. Deskripsi data………………………………………. . 47 2. Pengujian Persyaratan Analisis……………………...

50

3. Analisis Uji Hipotesis……………………………….. 52 4. Hasil Wawancara…………………………………… . 53 5. Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran Konsiderasi…………………………………………. . 53 6. Hasil Catatan Lapangan............................................... 54 B.

Pembahasan Hasil Penelitian……………………………. 55

iv

BAB V

PENUTUP A.

Kesimpulan………………………………………………

58

B.

Saran……………………………………………………..

59

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. . 60 LAMPIRAN.....................................................................................................

v

63

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Visualisasi Pengertian Model Pembelajaran ................................

8

Gambar 2.2. Diagram proses terbentuknya sikap dan reaksi ............................ 24 Gambar 2.3. Kerangka pikir pengaruh model pembelajaran konsiderasi pada konsep pencemaran lingkungan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat............................................................................. 38 Gambar 4.1. Persentase Sikap Kelas Eksperimen Terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat ......................................................................... 48 Gambar 4.2. Persentase Sikap Kelas Kontrol Terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat .................................................................................... 49

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain Penelitian .........................................................................

40

Tabel 3.2. Pedoman kategorisasi sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat ..........................................................

45

Tabel 4.1. Data skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat ................. 47 Tabel 4.2. Persentase kategori sikap kelas eksperimen .................................... 48 Tabel 4.3. Persentase kategori sikap kelas kontrol ........................................... 49 Tabel 4.4. Perbandingan persentase sikap siswa pada kelas kontrol dan eksperimen ...................................................................................... 49 Tabel 4.5. Hasil uji kai-kuadrat kelas eksperimen ............................................ 50 Tabel 4.6. Hasil uji kai-kuadrat kelas kontrol .................................................. 50 Tabel 4.7. Hasil uji Fisher ............................................................................... 51 Tabel 4.8. Hasil uji t........................................................................................ 52

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP kelas eksperimen ................................................................. 67 Lampiran 2. RPP kelas kontrol ........................................................................ 87 Lampiran 3. Kisi-kisi instrumen ...................................................................... 102 Lampiran 4. Angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat .................. 104 Lampiran 5. Pedoman wawancara siswa ......................................................... 107 Lampiran 6. Pedoman pengamatan pelaksanaan model pembelajaran konsiderasi (pertemuan I) ........................................................... 108 Lampiran 7. Pedoman pengamatan pelaksanaan model pembelajaran konsiderasi (pertemuan II) .......................................................... 113 Lampiran 8. Pedoman pengamatan pelaksanaan model pembelajaran konsiderasi (pertemuan III) ......................................................... 118 Lampiran 9. Validitas angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan Sehat .......................................................................................... 123 Lampiran 10. Reliabilitas angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat..................................................................................... 124 Lampiran 11. Hasil wawancara ....................................................................... 125 Lampiran 12. Skor angket sikap kelas kontrol ................................................. 129 Lampiran 13. Skor angket sikap kelas eksperimen .......................................... 130 Lampiran 14. Distribusi frekuensi dan uji normalitas kelas kontrol ................. 131 Lampiran 15. Distribusi frekuensi dan uji normalitas kelas eksperimen ........... 132 Lampiran 16. Perhitungan Uji Homogenitas .................................................... 133 Lampiran 17. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji t ..................... 136

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya1. Saat ini terdapat lima fenomena utama yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan-perubahan pada dinamika kependudukan yang mendorong lahirnya transisi demografi dan epidemiologi. Kedua, temuan-temuan ilmu dan teknologi (IPTEK) kedokteran yang membuka wawasan baru. Ketiga, tantangan global sebagai akibat kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat dan upaya kesehatan. Kelima, demokratisasi, yang menuntut pemberdayaan dan kemitraan.2 Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian kepada fenomena keempat, yaitu perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat dan upaya kesehatan. Menurut data departemen kesehatan tahun 2003, ada sepuluh penyakit utama di rumah sakit di Indonesia yang terkait dengan lingkungan dan menyebabkan pasien harus menjalani rawat jalan, yaitu infeksi saluran nafas bagian atas (8,5%), tuberkulosis paru (3,7%), diabetes mellitus (3,4%), penyakit kulit (2,9%), Diare dan gastroentritis infeksi tertentu (Colitis infekasi) (2,7%), cedera YDT, YTT dan daerah badan multipel (2,4%), hipertensi esensial (2,3%), gastritis duodentis (1,7%), penyakit pulpa dan periaptikal (1,6%), dispesia (1,5%). Rendahnya kesadaran akan kebersihan dan kesehatan, menyebabkan berbagai penyakit dengan mudahnya muncul dan

1 Supratman Sukowati, Shinta, Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat (Artikel Media Litbang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003), h. 31 2 Ibid, h. 32

1

2

menyebar. Tentu hal ini pun mendapat perhatian dari dunia pendidikan, khususnya sekolah, agar siswa-siswi sekolah dapat lebih peduli akan kesehatan diri dan lingkungannya. Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong. Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. 3 Untuk mewujudkan perilaku Indonesia sehat 2010 yang bersifat proaktif tersebut tentu tidak lepas dari peran pendidikan. Di sekolah, siswa mendapat pengetahuan dan dididik agar bersikap dan berperilaku baik. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4 Rumusan tujuan pendidikan di atas, sarat dengan pembentukan sikap. Sikap (attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu. Sikap erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki individu.5 Nilai (value), yaitu normanorma yang dianggap baik oleh setiap individu. Sikap yang dimiliki individu disebabkan nilai yang dimiliki individu tersebut.6 Sikap inilah yang berperan dalam pembentukan perilaku yang proaktif, baik dalam bidang kesehatan, lingkungan, maupun yang lainnya. 3

Ibid Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana, 2010), h. 273 5 ibid. h. 71 6 ibid. h. 70-71 4

3

Tetapi dalam praktiknya hingga saat ini, proses pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan,

strategi

dan

model

pembelajaran

tertentu.

Sementara,

pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau menjadi hidden curriculum yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotor.7 Secara konseptual maupun empirik, diyakini bahwa aspek afektif memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam bekerja maupun kehidupan secara keseluruhan. Meski demikian,

pembelajaran

afektif

justru

lebih

banyak

dilakukan

dan

dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah. Salah satunya yang sangat populer adalah model pelatihan kepemimpinan ESQ ala Ari Ginanjar.8 Praktik pendidikan formal saat ini, dapat dikatakan memenuhi kriteria banking system of education, yang tidak dapat membebaskan peserta didik dari ketertindasan. Pendidikan pada tingkat dasar dan menengah, misalnya, cenderung berorientasi pada pengajaran yang mengutamakan penguasaan materi pelajaran (content oriented) dari pada kebutuhan perkembangan siswa (student oriented) (Mulyana, 2004:116)9 Model pembelajaran yang hanya mementingkan aspek kognitif dengan mengabaikan aspek nilai afektif mengakibatkan peserta didik kurang memiliki kemandirian dan kepedulian (self awareness) serta tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan lingkungan fisik dan sosial. Dampak negatif yang lain dari ketidakseimbangan dan ketidakstabilan dalam pengembangan

7 Akhmad Sudrajat, Model Pembelajaran Afektif (sikap), (tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/08/model-pembelajaran-afektif-sikap/.), 26 Jan 2009 8 Ibid. 9 Moh. Muslih, Strategi Pendidikan Nilai Moral (Jurnal Forum Tarbiyah vol. 5, No. 1, juni 2007), h. 28.

4

potensi peserta didik akan membahayakan tidak saja bagi peserta didik sendiri, akan tetapi pada masyarakat secara keseluruhan.10 Suyanto (2001:154) mengatakan bahwa pengabaian kawasan afektif merugikan perkembangan peserta didik secara individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Tendensi yang ada ialah peserta didik tahu banyak tentang sesuatu, namun mereka kurang memiliki sikap, minat, sistem nilai, maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang mereka ketahui. Hasil akhirnya ialah mereka tidak dapat menunjukkan kinerja ataupun perilaku sesuai dengan apa yang mereka ketahui secara kognitif dalam kapasitas optimal.11 Salah satu model yang mentitik beratkan sisi afektif sebagai hasil belajar yaitu model konsiderasi. Mc. Phail dan C. Rogers menciptakan model pembelajaran konsiderasi dengan tujuan ingin mengembangkan kepribadian anak menjadi manusia yang otentik dan kreatif, sehingga anak menjadi lebih peduli.12 Dilihat dari tujuannya tersebut, model pembelajaran konsiderasi dapat diterapkan pada konsep-konsep yang berhubungan dengan kepedulian siswa baik pada diri sendiri, masyarakat ataupun lingkungan. Salah satu konsep yang menuntut kepedulian siswa yaitu pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat berdampak pada manusia dan lingkungan, sehingga menuntut kepedulian siswa kepada diri dan lingkungannya. Dengan penerapan model konsiderasi pada konsep pencemaran lingkungan diharapkan agar siswa tidak hanya tinggi pengetahuannya pada konsep pencemaran lingkungan, tetapi juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sehingga para siswa dapat menjaga kesehatan secara proaktif dalam upaya kesehatan dan Indonesia sehat 2010 dapat tercapai dengan baik. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Pada Konsep Pencemaran lingkungan Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat”

10

Ibid. Ibid. 12 Yusri Pangabean, dkk, Strategi, Model, dan Evaluasi (Bandung:Bina Media Informasi, 2007), h. 84 11

5

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka peneliti berusaha mengidentifikasi masalah sebagai berikut: a. Banyak terdapat model pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain model think pare share, two stay two stray, inquiry, contextual learning, konsiderasi, dll. b. Sikap siswa terkait dengan pola hidup bersih dan sehat dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup, pembiasaan anak, lingkungan sekolah, pendidikan di rumah dan sekolah, bahkan segi ekonomi.

C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, yang akan diteliti hanya model pembelajaran konsiderasi dan sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang dipengaruhi kebiasaan siswa baik di lingkungan sekolah maupun di rumah

D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: "Apakah model pembelajaran konsiderasi pada konsep pencemaran lingkungan berpengaruh terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat?"

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

pengaruh

model

pembelajaran konsiderasi terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat, dan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca, agar pembaca dapat memilah-milah model pembelajaran yang cocok diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dan tidak hanya menekankan sisi kognitif saja sebagai hasil belajarnya.

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis 1. Model Pembelajaran Konsiderasi a. Model Pembelajaran Istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sunarwan (1991) dalam Sobry Sutikno (2004:15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan

nyata1 dan Dewi Salma

Prawiradilaga mengartikan model sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.2 Dengan demikian, model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual berupa tampilan grafis atau prosedur kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual

yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran atau model mengajar juga diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran.3 Hal ini serupa dengan pendapat Soekamto dkk dalam Trianto 2007 yang mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk 1

Suprayetkti, Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA di SD (tersedia: http://www.teknologipendidikan.net.2005). 29 mei 2009 2 Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip Desain Pembelajaran (Jakarta:Kencana, 2007), h. 33 3 Suprayekti. Op.cit.

6

7

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”4 Kemudian Joyce (1992) dalam Trianto (2007) menambahkan, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.5 Sedangkan Arends (1997) menyatakan “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.” Maksudnya, istilah

model

pengajaran

mengarah

pada

suatu

pendekatan

pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. 6 Berdasarkan menyimpulkan

bahwa

beberapa model

pendapat pembelajaran

tersebut, merupakan

penulis suatu

perencanaan atau pola pembelajaran yang menggambarkan kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terkandung tujuan, aktifitas, pendekatan dan seluruh perangkat pembelajaran yang ada. Jika dihubungkan dengan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran, penulis sependapat dengan Akhmad Sudrajat yang mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

4

Ibid. h. 5 Trianto, Model-model Pembelajaran (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), h. 5 6 Ibid. h. 5-6 5

Inovatif

Berorientasi

Konstruktivistik

8

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.7 Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Visualisasi Pengertian Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur (2000), ciri-ciri tersebut ialah: 1. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, maksudnya bahwa istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran

pembelajaran

dapat

yang

akan

diklasifikasikan

dicapai).

Model-model

berdasarkan

tujuan

pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai8

7 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran (tersedia: http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategimetode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.2008), 28 April 2009 8 Trianto.Op.cit. h. 6

9

Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen (1999) dalam Trianto (2007), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang kuat; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal. 2. Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan tersebut telah diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. 3. Efektif.

Berkaitan

dengan

aspek

efektivitas

ini,

Nieveen

memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. 9 Menurut Khabibah (2006) dalam Trianto (2007), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 10 Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gelar sarjana sehingga model pembelajaran yang digunakan merupakan model yang telah diuji kevalidan dan kepraktisannya oleh para ahli, pada penelitian ini hanya menerapkan model yang sudah ada sehingga pada penelitian ini, model yang digunakan tidak diuji kembali kevalidan dan kepraktisannya. 9

Ibid. h. 8 Ibid. h. 8-9

10

10

b. Latar Belakang Model Pembelajaran Konsiderasi Model konsiderasi (The Consideration Model) diciptakan oleh Mc. Phail dan C. Rogers yang ingin mengembangkan kepribadian anak menjadi manusia yang otentik dan kreatif. Mereka dengan tegas berkeberatan terhadap pendidikan moral yang terlampau rasional dan kognitif. Moralitas dipandangnya

lebih bersifat sebagai gaya

kepribadian daripada gaya berpikir. Moralitas ialah hidup bersama dalam keharmonisan dengan sesama. Pembelajaran etika/moral bertujuan

untuk

membantu

siswa

agar

mempedulikan

dan

mengindahkan orang lain, memperhatikan perasaan dan pribadi orang lain.11 Model konsiderasi dapat digolongkan ke dalam rumpun model ”kepedulian moral”. Kepedulian (caring) melibatkan emosi, apabila kita mempedulikan seseorang, kita akan merasa perlu memahami dan membantunya. Dengan demikian, kepedulian ini lebih dari sekedar perasaan hangat dan spirit kasih sayang, di dalamnya terlibat suatu kualitas pemikiran dan penilaian seberapa jauh kita peduli dalam situasi tertentu, akan tergantung pada seberapa jauh kita memahami makna pengalaman orang lain dan seberapa mungkin tindakan bantuan sebagai wujud aksi kepedulian dan pemahaman kita.12 Model ini dikembangkan oleh Mc.

Phail atas dasar

penelitiannya terhadap 800 orang siswa menengah pertama yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling penting adalah bergaul dengan baik dengan orang lain, untuk mencintai dan dicintai. Asumsi yang mendasarinya antara lain: 1. Pendidikan moral harus memperhatikan kepribadian secara menyeluruh, khususnya yang berkaitan dengan interaksi kita dengan orang lain, perilaku atau etika kita.

11

Yusri Pangabean, dkk, Strategi, Model, dan Evaluasi (Bandung:Bina Media Informasi, 2007), h.84 12 Puspa Djuwita, Penerapan Model Konsiderasi Pada Proses Belajar Mengajar PPKN Bagi Siswa Kelas II.A SLTP Negeri 15 Kotamadya Bengkulu (Laporan Penelitian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, 2001), h. 6

11

2. Siswa-siswa menghargai orang dewasa yang memperagakan model standar pertimbangan (konsiderasi) moral yang tinggi. Siswa lebih banyak belajar moralitas dari ”bagaimana” guru berperilaku dan siapa guru itu sebagai seorang pribadi, daripada ”apa” yang diajarkannya. 3. Moralitas tidak dapat diajarkan melalui bujukan terhadap siswa secara rasional untuk menganalisis konflik nilai-nilai dalam membuat keputusan. Kepada siswa harus diajarkan melalui peragaan (modeling).13 Sejalan dengan Dani Rahmadani,

Puspa Djuwita pun

mengemukakan asumsi yang mendasari model konsiderasi, yaitu: (1) perilaku moral merupakan penguatan diri (self-reinforcing), (2) pendidikan moral harus ditujukan kepada kepribadian secara utuh (the total personality), (3) siswa menghargai orang dewasa yang menjadikan dirinya ”tauladan kepedulian” (consideration), (4) siswa terbuka terhadap belajar, tetapi membenci otoritarianisme, dominasi, kekangan, (5) remaja secara bertahap berkembang ke arah kematangan dalam hubungan sosial (kemampuan mempedulikan dan membantu orang lain).14 Atas dasar asumsi di atas, guru harus menjadi model di dalam kelas dalam memperlakukan setiap siswa dengan rasa hormat, menjauhi sikap otoriter. Guru perlu menciptakan kebersamaan, saling membantu, saling menghargai, dan lain sebagainya.

13

Dani Rahmadani, Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) (Disertasi Program Pascasarjana UPI, 2005), h. 90-91 14 Puspa Djuwita, op.cit. h. 6-7

12

c. Tujuan Model Pembelajaran Konsiderasi Jika dilihat dari nama model ini, tujuan yang diharapkan ialah agar kita menaruh “konsiderasi” atau pertimbangan, dalam arti tertentu dapat juga disebut kepedulian atau “tepo seliro” terhadap orang lain.15 Dani Rahmadani dalam disertasinya mengemukakan bahwa tujuan model konsiderasi adalah membantu membentuk perilaku siswa menjadi

matang,

melaksanakan

hubungan-hubungan

sambil

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.16 Sehingga dengan penerapan model pembelajaran konsiderasi ini dalam penelitian, tujuan yang diharapkan peneliti adalah siswa menjadi lebih peduli dengan kesehatan baik kesehatan diri maupun kesehatan lingkungannya. d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Konsiderasi Tahapan dalam penerapan model pembelajaran konsiderasi adalah sebagai berikut: 1. Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ciptakan situasi “seandainya siswa ada dalam masalah tersebut” 2. Meminta siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut,

misalnya perasaan,

kebutuhan,

dan

kepentingan orang lain. 3. Meminta

siswa

untuk

menuliskan

tanggapannya

terhadap

permasalahan yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah perasaannya sendiri sebelum ia mendengar respon orang lain untuk dibandingkan. 4. Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori dari setiap respon yang diberikan siswa.

15

Yusri Pangabean, dkk, Strategi, Model, dan Evaluasi (Bandung:Bina Media Informasi, 2007), h. 84 16 Dani Rahmadani, Op.cit. h. 91

13

5. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. Dalam tahapan ini siswa diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang akan timbul sehubungan dengan tindakannya. Guru perlu menjaga agar siswa dapat menjelaskan argumennya secara terbuka serta dapat saling menghargai pendapat orang lain. Diupayakan agar perbedaan pendapat tumbuh denganbaik sesuai dengan titik pandang yang berbeda. 6. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang (interdisipliner) untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya. 7. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri. Guru hendaknya tidak menilai benar atau salah atas pilihan siswa. Yang diperlukan adalah guru dapat membimbing mereka menentukan

pilihan

yang

pertimbangannya sendiri.

lebih

matang

sesuai

dengan

17

e. Kriteria Keberhasilan Penerapan Model Konsiderasi Indikator keberhasilan penerapan model pembelajaran konsiderasi adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya minat siswa dalam belajar biologi, dilihat dari keseriusan dan gairah siswa pada saat pembelajaran berlangsung 2. Meningkatnya keterlibatan siswa, dilihat dari keaktifan siswa pada saat diskusi antar siswa, siswa dengan guru, pada saat tanya jawab antara guru dan siswa 3. Internalisasi nilai dilihat dari perubahan sikap serta tingkah laku siswa di kelas dan di lingkungan sekolah.18

17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana, 2010), h. 280-281 18 Puspa Djuwita, Op.cit. h.

14

2. Hakekat Sikap a. Pengertian Sikap Secara sederhana dapat diuraikan bahwa sikap adalah cara seseorang melihat ‘sesuatu’ secara mental (dari dalam hati) yang mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang lain, ide, objek maupun kelompok tertentu. Sikap juga merupakan cerminan jiwa seseorang.

Sikap

adalah

cara

seseorang

mengkomunikasikan

perasaannya kepada orang lain (melalui perilaku). Jika perasaan seseorang terhadap ‘sesuatu’ adalah positif maka akan terpancar pula perilaku positif dari individu bersangkutan menyikapi ‘sesuatu’ yang dihadapinya itu, dan sebaliknya. 19 Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan (action), lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beberapa alternatif.20 Menurut Bruno (1987) dalam Muhibbin Syah (2007), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara yang baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.21 Pendapat serupa dikemukakan oleh Ngalim Purwanto yang menjelaskan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.22 Reaksi yang timbul bisa berupa penerimaan atau penolakan tehadap suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik. Sedangkan menurut Mar’at (1981) dalam Sholahuddin (2002), sikap tidak hanya sebagai suatu kecenderungan untuk bereaksi atau bertindak tetapi juga sebagai kesiapan dan kesediaan untuk bertindak terhadap suatu objek tertentu sebagai hasil interaksi sosial.23 19

Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian (Jakarta:Indeks, 2007) h. 51 Wina Sanjaya, op. cit. h. 277 21 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 120 22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 141 23 Sarifudin, Pembelajaran Biologi Dalam Pembentukan Sikap Positif dan Etika Lingkungan (Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 9, Nomor 1, Mei 2002) 20

15

Hal serupa diungkapkan Gordon Allport dalam Vanda Rossdiana (2005), sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu,24 yang sependapat dengan Azjen yang menyatakan “An attitude is a disposition to respond favourably or unfavourably to an object, person, institution or event25. Sedangkan Eagly dan Chaiken dalam Inge Hutagalung berpendapat bahwa sikap merupakan sebuah kecenderungan psikologis yang cepat dalam penilaian suatu fakta yang sungguh-sungguh ada dengan beberapa persetujuan secara positif ataupun negatif. Pernyataan ini didukung oleh Myers yang menyatakan “Attitude is favourable or unfavourable evaluative reaction toward something or someone, exhibited in one’s belief, feeling or intended behavior26. Maksud dari kedua pendapat ahli tersebut sama, bahwa sikap merupakan suatu penilaian. Pendapat lain lagi dikemukakan Ellis S. Robert dalam Ngalim Purwanto yang menyatakan bahwa sikap meliputi pengetahuan dan situasi. Bagaimanapun, aspek yang mendasar dari suatu sikap yaitu berdiri di atas fakta seperti karakteristik perasaan atau emosi yang cenderung bereaksi dalam pergaulan. 27 Dari berbagai pendapat tentang pengertian sikap tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kesediaan, kesiapan dan kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek tertentu, reaksi tersebut bisa secara negatif (penolakan) atau

pun positif

(peneriamaan). Dengan demikian, sikap terhadap kesehatan merupakan respons (kesediaan, kesiapan dan kecenderungan) seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek (dalam penelitian ini kesehatan) yang

24

Vanda Rossdiana, Program Intervensi Sosial untuk Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa Kelas IV SDN Pulorejo Mojokerto (Tesis Fakultas Psikologi UI, 2005), h. 40 25 Inge Hutagalung. Op. Cit. h. 52 26 Ibid 27 M. Ngalim purwanto, Loc.cit

16

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

b. Komponen Sikap Sears, Freeman dan Peplau menyatakan tiga komponen sikap, yaitu: (1). cognition, (2). affection, dan (3). behavior, sejalan dengan pendapat Krech, Krutcfield, dan Ballachey, yang mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu: (1). komponen kognitif, (2). perasaan, (3). kecenderungan bertindak (action tendency). Dengan adanya tiga komponen tersebut, Malim dan Birch yang dikutip oleh Nento menyatakan bahwa, respon seseorang terhadap suatu obyek disebabkan pula oleh tiga macam, yaitu: (1). Respon kognitif, yaitu persepsi tentang sesuatu atau kepercayaan, (2). Respon afektif, yaitu perasaan atau motivasi yang diarahkan terhadap suatu obyek, (3). Respon konatif atau behavioral, yaitu respon perilaku yang berkaitan dengan obyek atau perhatian perilaku lainnya.28 Ketiga komponen sikap tersebut diuraikan dalam Ikhwan Luthfi dkk sebagai berikut: a. Komponen kognitif Mann (1969, dalam Azwar) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sering kali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. b. Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. c. Komponen konasi atau psikomotor Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. 28

Neneng Laila Hasanah, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan Sikap terhadap Kesehatan Siswa MAN Leuwiliang Bogor (Skripsi:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007) h. 15

17

Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.29 Pendapat menjelaskan

serupa

dikemukakan

Inge

Hutagalung

yang

bahwa sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif

(keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), konatif (perilaku).30 Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu-fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Pendapat ini didukung oleh Roger GinerSorolla yang menyatakan “the affective component consist of emotions and feelings associated with the objek, as apposed either to overall evaluation”,31 Seung Lee Do dan Diane Lemonnier Schallert menambahkan bahwa sikap mencakup emosi, suasana hati dan beberapa aspek dari proses motivasi.32 Sedangkan komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu, maka akan dapat diketahui pula kecenderungan perilakunya. 33 Sehingga ketika pengetahuan dan perasaan siswa sudah baik, maka perilaku kesehatannya diharapkan akan baik pula.

29

Ikhwan Luthfi, dkk, Psikologi Sosial (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),

h. 60-61 30

Inge Hutagalung. Op. Cit. h. 53 Roger Giner-Sorolla, Guilty Pleasures and Grim Necessities: Affective Attitudes in Dilemmas of Self-Contol (Jurnal of Personality and Social Psychology 2001, vol. 80. No. 2. 206221) 32 Seung Lee Do dan Diane Lemonnier Schallert, Emotions and Classroom talk: Toward a Model of the Role of Affect in Students’ Experiences of Classrom Discussions (Jurnal of Educational Psychology 2004, vol 96. No. 4. 619-634) 33 .Inge Hutagalung, Op.Cit. h. 53 31

18

c. Ciri-ciri Sikap (Attitude) Menurut W.A. Gerungan (2004), ciri-ciri attitude, diantaranya: 1). Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya 2). Attitude dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang; atau sebaliknya, attitude-attitude dapat dipelajari sehinnga attitude-attitude dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu. 3). Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, attitude terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas 4). Objek attitude dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5). Attitude mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.34 Pendapat serupa juga dikemukakan Sarwono dalam Neneng Laila Hasanah (2007), yang menyatakan ciri-ciri sikap sebagai berikut, yaitu: 1) Dalam sikap selalu terdapat hubungan subyek . obyek. 2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. 3) Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat yang berbeda-beda. 4) Dalam sikap tersangkut juga faktor-faktor motivasi dan perasaan. 5) Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi.

34

W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung:PT. Refika Aditama, 2004) h. 163-164

19

6) Sikap

tidak

hanya

satu

macam

saja,

melainkan

sangat

bermacammacam sesuai dengan banyaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.35 Pendapat lain dikemukakan Inge Hutagalung yang menyatakan ciri khas sikap adalah (1) mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, benda, dll) dan (2) mengandung penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka).36 Dari berbagai pendapat tersebut, dapat kita ketahui bahwa sikap dapat berubah-ubah, bisa positif maupun negatif, dan sikap dapat dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. Sehingga ketika siswa mengetahui dan sadar akan pentingnya kesehatan, kemudian dibantu dengan proses pembelajaran yang mengedepankan nilai kesehatan, maka sikap siswa akan berubah menjadi lebih peduli terhadap kesehatan. d. Jenis Sikap Sikap dapat dibedakan atas bentuknya menjadi sikap positif dan sikap negatif. 1). Sikap Positif Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memperhatikan hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih mengutamakan

kegiatan

kreatif

daripada

kegiatan

yang

menjemukan, kegembiraan daripada kesedihan, harapan daripada keputusasaan. Sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang lain. Untuk menyatakan

sikap

positif,

seseorang

tidak

hanya

mengekspresikannya melalui wajah, tetapi juga dapat melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah.37

35

Neneng Laila Hasanah, Op.Cit. h. 14 Inge Hutagalung. Op. Cit. h. 52 37 Inge Hutagalung. op. cit. h. 56

36

20

Usaha yang dapat dilakukan untuk menuju sikap positif adalah (1) tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat. Selalu mengingatkan diri bahwa sesuatu yang positif akan diperoleh dari kebiasaan baru, 92) jangan biarkan perkecualian sebelum kebiasaan baru mengakar di kehidupan pribadi, (3) berlatih dan berlatih terus dalam setiap kesempatan, tanpa rasa jenuh dan bosan.38 2). Sikap Negatif Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan, ketidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.39 Untuk menghilangkan sikap negatif adalah (1) belajar mengenali sifat diri, bersikap jujur terhadap diri atau tanyalah pada seseorang yang dipercaya dan dihormati mengenai sifat negatif diri, (2) akui bahwa sikap negatif itu memang dilakukan. 40 e. Pembentukan dan Perubahan Sikap Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing-masing. Faktor tersebut adalah perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan situasi lingkungan. 41 Di dalam kehidupan manusia, sikap selalu mengalami perubahan

dan

perkembangan.

Peranan

pendidikan

dalam

pembentukan sikap pada anak didik adalah sangat penting. Menurut Ellis, faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan di dalam pendidikan ialah: kematangan (maturation), keadaan fisik siswa,

38

Ibid. Inge Hutagalung. op. cit. h. 56-57 40 Inge Hutagalung. op. cit. h. 57 41 M. Ngalim Purwanto, loc.cit. 39

21

pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, pendidik, kurikulum sekolah, dan cara guru mengajar 42 Menurut W.A. Gerungan, dalam pembentukan dan perubahan attitude itu terdapat faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor internal di dalam diri manusia yaitu selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh

yang datang dari luar dirinya.

Sedangkan faktor eksternal antara lain sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikannya itu, siapa yang mengemukakannya dan siapa yang menyokong pandangan baru tersebut, dengan cara bagaimana pandangan itu diterangkan, dalam dalam situasi bagaimana attitude baru itu diperbincangkan (situasi interaksi kelompok, situasi orang sendirian, dan lain-lain).43 Menurut Inge Hutagalung, sikap terbentuk melalui proses pembiasaan (conditioning). Lebih sering kebiasaan dilakukan, semakin melekat dan bertambah sulit untuk dihilangkan. Usaha untuk mengembangkan kebiasaan baru dapat dilakukan dengan (1) tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat untuk merubah kebiasaan buruk, (2) setiap kali akan bertindak, pikirkan untungruginya, (3) antusias-positive thinking, (4) belajar meyakini diri sendiri, (5) kurangi rasa khawatir diri, meragukan diri, iri hati, tidak bisa membuat diri senang dalm situasi dan kondisi yang dihadapi, (6) tingkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan diri, (7) berlatih, berlatih dan berlatih pada setiap kesempatan. 44 Pendapat tersebut didukung oleh Wina

Sanjaya

yang

menyatakan bahwa proses pembentukan sikap dapat dilakukan melalui pola kebiasaan dan modeling

42

M. Ngalim Purwanto, op. cit. h. 142 W.A. Gerungan. op.cit. h. 167-168 44 Ibid. 43

22

1). Pola Pembiasaan Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan. Misalnya, perilaku mengejek atau perilaku yang menyinggung perasaan anak, maka lama-kelamaan akan timbul rasa benci dari anak tersebut; dan perlahan-lahan anak akan mengalihkan sikap negatif itu bukan hanya kepada gurunya itu sendiri, akan tetapi juga kepada mata pelajaran yang diasuhnya. Kemudian, untuk mengembalikannya pada sikap positif bukanlah pekerjaan mudah.45 Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu juga dilakukan oleh Skinner melalui teorinya operant conditioning. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap yang dilakukan Skinner. Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada

proses

menunjukkan

peneguhan prestasi

respons yang

anak.

baik,

Setiap

diberikan

kali

anak

penguatan

(reinforcement) dengan memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan. Lama-kelamaan, anak berusaha meningkatkan sikap positifnya.46 2). Modeling Proses modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk melakukan peniruan (imitasi). Prinsip peniruan ini yang dimaksud dengan modeling. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya.47 Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. 45

Wina Sanjaya. Op. Cit. H. 277-278 Ibid. h. 278 47 Ibid

46

23

Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.48 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap: 1. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan

kita

terhadap

stimulus

sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dalam objek psikologi. 2. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan. Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan 3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Others) Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. 4. Media massa Media massa berupa media cetak dan elektronik Media massa Media massa berupa media cetak dan elektronik. massa, adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. 48

Ibid. h. 279

24

6. Faktor Emosional49 Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama). Berikut ini disajikan diagram proses terbentuknya sikap dan reaksi menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo:50

Stimulus rangsangan

Proses stimulus

Reaksi Tingkah laku (terbuka)

Sikap (tertutup) Gambar 2.2. Diagram proses terbentuknya sikap dan reaksi Berdasarkan diagram di atas, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Tetapi sikap tertutup tersebut dapat berubah menjadi tingkah laku yang terbuka. Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap. 1. Pengetahuan (kognitif) Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Penelitian ini mengukur sikap siswa pada kesehatan sehingga akan disampaikan indicator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:

49

Neneng Laila Hasanah, Op.cit. h. 18-19 Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2003), h. 125 50

25

a) pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi: penyebab

penyakit,

gejala

atau

tanda-tanda

penyakit,

bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan, bagaimana cara penularannya, bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya b) pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya, pentingnya olah raga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau bahayabahaya

merokok,

minum-minuman

keras,

narkoba dan

sebagainya, pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan dan sebagainya c) pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi:, manfaat air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya. 2. Sikap (afektif) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit), proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni a) Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya. b) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Yang dimaksud disini adalah pendapat atau penilaian terhadap

26

makanan, minuman, olah raga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi kesehatan. c) Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. 3. Praktik atau tindakan (konatif) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Oleh sebab itu indicator praktik kesehatan juga mencakup hal-hal di atas (pengetahuan dan sikap), yakni: a) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup: a. pencegahan penyakit, misalnya: mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu bekerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya, dan b. penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya. b) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup: mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya. c) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah,

27

menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya. 51 Secara teori memang perubahan perilaku atau afektif itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui proses perubahan kognitif – afektif – konatif. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses perubahan sikap tidak selalu seperti teori. f. Pengukuran Sikap Sikap tidak dapat dilihat secara langsung. Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, haruslah melihat melalui ketiga komponen sikap, yaitu pengetahuan (kognisi), perasaan (afeksi), dan perilaku (konasi). Menurut Inge Hutagalung, teknik mengukur sikap ada beberapa jenis, yaitu: 1). Teknik Perbandingan Fisik (Judgement Technique) Teknik ini masih menggunakan perbandingan fisik untuk menentukan sikap terhadap objek sikap tertentu (misalnya, A lebih berat dari B, X lebih keras dari Y, dan sebagainya). Menurut Thurstone,

penilaian

(judgement)

orang

sebagai

memperbandingkan ini dapat diukur dalam bentuk skala.

hasil

52

2). Teknik Psikologi (Method of Summated Ratings) Teknik pengukuran ini sepenuhnya psikologik. Yaitu, teknik yang tidak menggunakan perbandingan fisik yang dianggap terlalu rumit. Dasar dari teknik ini adalah bahwa evaluasi seseorang terhadap sebuah objek sikap dapat diskalakan tanpa harus membuat perbandingan fisik terlebih dahulu. Caranya adalah dengan mengumpulkan

sejumlah

pernyataan

tentang

suatu

sikap.

Pernyataan-pernyataan ini terdiri atas pernyataan positif maupun negatif

dan meliputi komponen kognitif (misalnya, X adalah

sesuatu yang bermanfaat, X memudahkan saya melakukan Y, X

51

Ibid. h. 128-131 Inge Hutagalung. Op.cit. h. 58

52

28

berbahaya jika dalam keadaan Z, dan sebagainya), komponen afektif (misalnya, saya suka X, atau saya tidak senang Y), dan komponen konatif (misalnya, saya berusaha mendapatkan X, atau saya menghindari Y). selanjutnya, melalui prosedur tertentu, dari sejumlah pernyataan tertentu itu dipilih mana yang valid, dan mana yang tidak valid. Butir-butir pernyataan yang valid dirangkai dalam suatu alat ukur. Hasil pengukuran adalah skor rata-rata dari jawaban subjek terhadap setiap pernyataan. Makin tinggi skor, makin positif sikapnya dan makin kecil skornya, makin negatif sikapnya. Teknik ini dikembangkan oleh Likert (1932) dan dinamakan method of summated ratings.53 3). Teknik Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale) Gabungan dari pengukuran fisik dan psikologik terdapat pada skala Bogardus. Teknik yang dikembangkan dalam ilmu sosiologi ini dinamakan skala jarak sosial, yang dimaksud disini adalah skala untuk mengukur sikap antar ras. Misal, orang pribumi di Indonesia diajukan pertanyaan apakah yang bersangkutan setuju bahwa orang Arab menjadi warga negara Indonesia, apakah ia mau bekerja satu kantor dengan orang Arab. Makin banyak jawaban ’ya’ yang diberikan, makin dekat jarak sosial antara subjek dengan orang Arab. Makin dekat jarak sosial, makin positif sikap seseorang terhadap ras yang dimaksud.54 4). Teknik Skala Guttman Penilaian sikap dengan menggunakan pengukuran fisik dan psikologik juga dilakukan oleh Guttman. Teknik ini dinamakan skala Guttman dengan dasar pemikiran bahwa sejumlah perilaku terhadap sebuah objek sikap dapat disusun dalam peringkat. Sebuah perilaku pada peringkat paling bawah dilakukan oleh hampir semua orang. Perilaku pada peringkat lebih atas dari peringkat sebelumnya akan dilakukan oleh lebih sedikit orang. Demikian seterusnya, makin tinggi peringkat makin sedikit yang 53 54

Ibid. h. 58-59 Ibid. h. 59

29

melakukannya, dan pada peringkat tertinggi hanya sebagian kecil orang yang melakukan. Sikap seseorang dapat dilihat pada peringkat mana perilakunya berada terhadap objek sikap tertentu.55 Sedangkan

Ikhwan

Luthfi

dkk

menguraikan

metode

pengukuran sikap sebagai berikut: a. Observasi Perilaku Untuk dapat mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu, kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator setiap individu. Pengukuran dengan metode ini dilakukan dengan mengamati tindakan yang ditampilkan. Teknik observasi yang dapat dilakukan adalah observasi secara langsung maupun tidak langsung. b. Pertanyaan Langsung Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung untuk mengungkap sikap adalah bahwa individu adalah pihak yang paling tahu mengenai dirinya sendiri c. Pengukuran terselubung Metode pengukuran terselubung sebenarnya berorientasi ke metode observasi perilaku, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku yang tampak disadari dan disengaja dilakukan seseorang tetapi reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang tersebut d. Pengungkapan langsung Dalam hal ini responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju, penyajian dan pemberian respon yang dilakukan diusahakan untuk individu menyetakan sikap secara lebih jujur dengan cara tidak perlu menuliskan nama dan identitasnya. Ada beberapa bentuk yang dikembangkan

teknik

ini,

pengukuran

dengan

teknik

ini

menggunakan bentuk skala, yaitu alat pengukuran yang disusun dengan teknik ilmiah. 55

Ibid.

30

1. Self-rating scale. Skala

ini berisi tentang pertanyaan-

pertanyaan evaluative terhadap suatu topik tertentu. Untuk masing-masing

pertanyaan

disediakan

juga

jawaban

sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih satu kemungkinan jawaban yang tersedia. 2. Skala likert. Skala yang diperkenalkan oleh Rensis Likert pada tahun 1932. Model ini juga menyediakan pilihan jawaban bagi subjek yang akan diukur sikapnya. Perbedaannya terletak pada tipe jawaban yang tersedia, yaitu terbatas pada tingkat persetujuan terhadap pernyataan yang ada. 3. Bedaan semantik (semantik-differential). Dengan menggunakan model ini, responden diminta untuk menilai suatu objek atau konsep pada suatu skala yang mempunyai dua kata berlawanan. Menurut Osgood, skala bipolar ini mengandung tiga unsur, yaitu unsur evaluasi, unsur potensi, dan unsur aktifitas dari objek atau konsep yang diukur. 4. Jarak sosial (social distance). Skala ini digunakan untuk menentukan lemungkinan perlakuan suatu kelompok terhadap kelompok lain yang berbeda (baik secara etnik, gender, ras, agama maupun hal lainnya).56 Diantara alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, yang lebih sering digunakan dalam kuisioner respon tertutup seperti rating scale atau kuisioner tipe likert. Pengukuran tipe likert lebih sering digunakan untuk memperoleh informasi dengan cepat, tipe likert juga mudah digunakan untuk menilai dan jika digunakan untuk keperluan yang sudah terbukti, tipe likert dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat sebagaimana yang diharapkan.

56

Ikhwan Luthfi, dkk, Op.cit. h. 62-64

31

3. Hakekat Pola Hidup Bersih dan Sehat Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. PHBS adalah singkatan Pola Hidup Bersih dan Sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal untuk menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo, perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: a. Makan dengan menu seimbang (approprieate diet). Menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas, di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna. b. Olah raga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50 % penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15 % remaja telah merokok. d. Tidak minum minuman keras dan narkoba. e. Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu untuk istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan. f. Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Stress tidak dapat kita

32

hindari, maka yang penting agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif. g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya. 57 Sedangkan indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan terbagi menjadi indikator PHBS tatanan rumah tangga dan indikator PHBS tatanan institusi pendidikan. 1. Indikator PHBS tatanan rumah tangga Indikator PHBS tatanan rumah tangga adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari enam indikator perilaku dan empat indikator lingkungan. Dengan rincian sebagai berikut: a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM) d. Anggota keluarga tidak merokok e. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur f. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari) g. Tersedia air bersih h. Tersedia jamban

57

i.

Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni

j.

Lantai rumah bukan dari tanah

Soekidjo Notoatmodjo, op.cit. h. 118-119

33

2. Indikator PHBS tatanan institusi pendidikan Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan indikator: a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik e. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM) f. Siswa pada umumnya (60%) kukunya pendek dan bersih g. Siswa tidak merokok h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal 10 orang)58 PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 4. Olahraga yang teratur dan terukur 5. Memberantas jentik nyamuk 6. Tidak merokok di sekolah 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan 8. Membuang sampah pada tempatnya59

58 Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Makasar: Subdin Promosi dan Kesehatan Masyarakat, 2006), h. 29-30 59 Prabasita umi, Pola Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah . 23 september 2010.

34

Indikator-indikator di atas lah yang dijadikan indikator dalam pembuatan angket sikap siswa pada kesehatan dalam penelitian ini, namun tidak seluruh indikator dicantumkan dalam angket penelitian ini, yang dicantumkan hanya indikator yang menurut peneliti sesuai dengan penelitiannya. 4. Pengaruh Model Pembelajaran Konsiderasi Terhadap Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat Model konsiderasi merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan sisi afektif (sikap) sebagai hasil belajar. Model ini termasuk salah satu model dari pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan proses perubahan keyakinan, sikap, dan nilai ke arah tindakan yang benar, sehingga proses pendidikan ini dapat memunculkan sisi afektif (sikap) yang meliputi ketiga komponennya, yaitu kognisi (perbuatan), afeksi (perasaan), dan konasi (perbuatan). Secara umum, pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Dalam proses pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti dikemukakan komite APEID (Asia and the Pasific Programme of Educational Innovation for Development), pendidikan nilai secara khusus ditujukan untuk: (a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak; (b) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan; dan (c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai tersebut.60 Dengan demikian, tujuan pendidikan nilai secara khususpun adalah tercapainya suatu sikap yang meliputi ketiga komponen sikap yang ada. Langkah

awal

dari

penerapan

model

konsiderasi

yaitu

menghadapkan siswa pada posisi yang problematis atau penuh konflik dalam kehidupan sehari-hari, menempatkan siswa pada posisi seakan-akan dia berada dalam posisi tersebut. Langkah pertama ini tentu mendorong sisi afeksi (perasaan) siswa agar lebih peka dan peduli sehingga siswa 60

Moh. Muslih, Strategi Pendidikan Nilai Moral (Forum Tarbiyah vol. 5, No. 1, Juni 2007), h. 35

35

dapat mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan, dan pada tahap akhir penerapan model ini yaitu mendorong siswa menentukan sendiri sikap yang akan diambilnya sesuai nilai yang dimilikinya. Dari tahapan penerapan model konsidersai pada proses belajar mengajar tersebut terlihat jelas bahwa hasil belajar model ini menekankan pada sisi afektif (sikap). Sebagaimana diungkapkan Inge Hutagalung, ciri-ciri khusus sikap yaitu mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, benda, dll) dan mengandung penilaian. 61 Objek sikap pada penelitian ini yaitu pola hidup bersih dan sehat, dan penilaian terhadap objek sikap tersebut ditumbuhkan melalui proses belajar mengajar menggunakan model konsiderasi.

5. Penelitian yang relevan 1. Penerapan Model Konsiderasi Pada Proses Belajar Mengajar PPKN Bagi Siswa Kelas II.A. SLTP Negeri 15 Kotamadya Bengkulu. Laporan Penelitian Tindakan Kelas dari Dra. Puspa Djuwita , M.Pd. tahun 2001. Universitas Bengkulu. Kesimpuan penelitian ini yaitu: a. dampak intruksional meliputi terbinanya aspek social, intelektual dan emosional, siswa memiliki kemampuan mengembangkan sikap empati, toleransi dan tepo seliro terhadap apa yang dialami orang lain melalui analisis situasi, diskusi-diskusi dan pemeranan. Disamping itu pula siswa dibiasakan untuk mampu mengendalikan egonya dan bersikap demokrasi. b. Dengan

model

pendapatnya

konsiderasi sendiri,

serta

siswa

dapat

mampu

mengapresiasikan memahami

dan

mengapresiasikan perasaan-perasaan orang lain. c. Hal-hal yang menjadi hambatan yaitu pola pengakaran guru yang tidak sejalan dalam pegelolaan PBM model konsiderasi, latar belakangpengetahaun dan pengalaman guru masih kurang dalam mengembangkan strategi belajar mengajar dan memanfaatkan pendekatan pendidikan nilai.

61

Inge Hutagalung, Op.Cit.

36

2. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan Sikap Terhadap Kesehatan Siswa MAN Leuwiliang Bogor. Skripsi dari Neneng Laila Hasanah, tahun 2007. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kesimpulan penelitian: ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan, hubungan tersebut mengandung makna bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang mikrobiologi maka akan semakin positif sikap siswa terhadap kesehatan. Dalam hal ini ditemukan bahwa kontribusi pengetahuan tentang mikrobiologi pada sikap siswa terhadap kesehatan adalah sebesar 25%. 3. Implementasi

Model

Pembelajaran

Konsiderasi

Pada

Konsep

Pencemaran Lingkungan Di SMAN 2 Pamulang. Laporan Praktek Profesi Keguruan Terpadu yang ditulis oleh Gustini, tahun 2009. UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta.

Dengan

kesimpulan

penelitian:

Implementasi model pembelajaran konsiderasi mendapat penerimaan dan respon positif, sehinnga layak digunakan dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis angket menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran konsiderasi pada konsep pencemaran lingkungan sangat memotivasi siswa untuk menjaga lingkungan. 4. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Nilai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap, dan Minat Siswa pada Konsep Ekologi. Tesis dari Meti Maspupah, tahun 2007, Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran pendidikan nilai pada konsep ekologi pada kelas X MA menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen dengan kelas kontrol (P< 0,05). Terjadi peningkatan rata-rata gain hasil belajar pada kedua kelompok siswa setelah diberikan perlakuan. Melalui wawancara dengan siswa diketahui bahwa semua siswa menyatakan pembelajaran pendekatan nilai sangat menarik dan dianggap dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pada konsep ekologi. Dari kuisioner yang disebarkan kepada empat orang

37

guru yang bertindak sebagai pengamat dalam penerapan pembelajaran, diketahui pembelajaran ini direspon sangat positif oleh guru. Guru sangat menyenangi pembelajaran ini. 5. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Sains di Madrasah Tsanawiyah. Tesis dari Trisnahada, Tahun 2007, Sekolah Pascasarjana UPI. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai dapat meningkatkan hasil belajar dan mengubah sikap dan perilaku siswa. Penerapan pendidikan nilai melalui pembelajaran sains, menunjukkan respon dari semua siswa. Dari hasil proses pembelajaran, para siswa sudah menampakkan kesungguhan untuk selalu mengikuti dan memperhatikan materi ajar yang disampaikan guru, berperilaku baik, pada waktu di kelas, lingkungan sekolah, bahkan di masyarakat. Selain itu sudah terdapat perilaku siswa, sopan santun baik pada waktu masuk ruangan kantor, bertemu di jalan dan dalam pertemuan lainnya, menunjukkan sikap hormat. Penerapan pendidikan nilai dalam pembelajaran sains ini memperlihatkan adanya suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Kerangka Pikir Model pembelajaran konsiderasi merupakan salah satu bentuk model dari pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan proses transformasi dari suatu keyakinan, sikap dan nilai terhadap tindakan yang benar. Pendidikan nilai merupakan suatu proses yang memunculkan tiga komponen afektif dalam prilaku manusia, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan) dan psikomotor (perbuatan). Sebagaimana teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, model konsiderasi memiliki banyak keunggulan, yaitu membentuk manusia yang otentik, kreatif, peduli, memperhatikan perasaan dan pribadi orang lain, dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, sehingga dapat meningkatkan sikap anak menjadi lebih baik, dari negatif menjadi positif. Sedangkan sikap sendiri merupakan suatu reaksi terhadap stimulus yang ada.

38

Dalam penelitian ini, stimulus diberikan melalui suatu kegiatan pembelajaran menggunakan model konsideraasi yang diterapkan pada konsep dampak pencemaran lingkungan. Di sekolah, siswa belajar tentang pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi manusia dan lingkungan, tetapi hanya sedikit siswa yang menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupannya. Banyak siswa yang belum menjaga kebersihan dan kesehatannya dengan baik, apalagi ikut menjaga kebersihan dan kesehatan keluarganya dengan cara memberi informasi yang telah diperolehnya di sekolah tentang kebersihan dan gangguan kesehatan akibat pencemaran. Disinilah dituntut peran pendidikan yang tidak hanya memfokuskan hasil belajar pada sisi kognitif dan psikomotor saja, tetapi juga berfokus pada sisi afektif (sikap siswa). Untuk membentuk sikap positif siswa pada pola hidup bersih dan sehat tentunya tidak cukup hanya dengan pemberian materi, tetapi juga diperlukan model, pendekatan atau metode yang tepat agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Membentuk manusia yang otentik Membentuk kreatifitas

Pengetahuan tentang dampak pencemaran terhadap kesehatan

Membentuk kepedulian Model konsiderasi

Sikap Memperhatikan perasaan dan pribadi orang lain Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

Sikap pola hidup bersih dan sehat

Gambar 2.3. Kerangka pikir pengaruh model pembelajaran konsiderasi pada konsep pencemaran lingkungan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat.

39

Sehingga

diharapkan

bahwa

dengan

diterapkannya

model

pembelajaran konsiderasi pada konsep dampak pencemaran lingkungan akan memperbaiki sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Siswa menjadi lebih peduli dengan kebersihan dan kesehatan dirinya secara khusus dan peduli terhadap kebersihan dan kesehatan sekelilingnya secara umum.

C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: "terdapat pengaruh model pembelajaran konsiderasi pada konsep dampak pencemaran lingkungan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat"

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010, di SMK Islam Ruhama, yang beralamat di jalan Tarumanegara No. 67 Cirendeu Ciputat Timur-Tangerang Selatan. Telp. (021) 7411724.

B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen adalah metode eksperimen, akan tetapi tidak dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya penelitian. Desain penelitiannya menggunakan subject postest only. Untuk pelaksanaannya diperlukan dua kelompok, yaitu: 1. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang diajarkan dengan model konsiderasi 2. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang diajar dengan model ekspositori. Tabel 3.1. Desain penelitian Kelompok

Perlakuan

Angket

E

X

O

K

-

O

Keterangan: E

= Kelompok Eksperimen

K

= Kelompok Kontrol

X

= Perlakuan pada kelompok eksperimen

O

= Angket yang sama pada kedua kelompok Berdasarkan judul yang diambil maka terdapat variabel-variabel

penelitian sebagai berikut: Variabel bebas

: model pembelajaran konsiderasi

Variabel terikat

: sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat

40

41

C. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan individu yang dijadikan penelitian, sedangkan sampel yaitu sejumlah individu yang dijadikan objek ataupun subjek dalam penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, populasi meliputi seluruh siswa SMK Islam Ruhama. Sampel meliputi siswa SMK Islam Ruhama kelas XI. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 23 siswa dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 24 siswa. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas adanya tujuan tertentu, yaitu kemampuan siswa yang hampir sama.

D. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh model pembelajaran konsiderasi terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat, teknik pengumpulan data untuk mengukur sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat adalah secara non tes menggunakan angket berupa skala likert. Selain menggunakan angket, data sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat ditunjang melalui data wawancara dan observasi/pengamatan. Pengamatan dalam penelitian ini menggunakan catatan lapangan yaitu pencatatan terus-menerus (continuos observation) dan lembar observasi pembelajaran konsiderasi.

E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berupa skala likert, pedoman wawancara, catatan lapangan dan lembar observasi penerapan model konsiderasi yang diuraikan sebagai berikut: a. Angket skala Likert Penggunaan angket bertujuan untuk memperoleh data sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Angket yang digunakan berupa skala Likert dengan empat skala yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pada pemberian skor pernyataan

42

positif yaitu 4 untuk SS, 3 untuk S, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan skor untuk pernyataan negatif yaitu 1 untuk SS, 2 untuk S, 3 untuk TS, dan 4 untuk STS. Data yang diperoleh dari angket ini dijadikan data utama penelitian. b. Pedoman wawancara Penggunaan pedoman wawancara bertujuan untuk memperoleh data tambahan atau data penunjang bagi data yang diperoleh dari angket tentang sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat, baik kebersihan dan kesehatan tubuh maupun kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah dan rumah. Pedoman wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah pedoman wawancara tidak tersusun (instructured) berjumlah 10 pertanyaan untuk kelas eksperimen dan 9 pertanyaan untuk kelas kontrol. Satu pertanyaan yang membedakan jumlah pertanyaan kelas kontrol dan eksperimen yaitu pertanyaan tentang model pembelajaran konsiderasi pada kelas eksperimen. c. Lembar observasi penerapan model pembelajaran konsiderasi Penggunaan lembar observasi penerapan model pembelajaran konsiderasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian praktik di kelas dengan rencana pembelajaran model pembelajaran konsiderasi, sehingga data observasi ini dapat dijadikan data penunjang untuk mengetahui keberhasilan penerapan model konsiderasi yang berperan positif dalam pembentukan sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. d. Catatan lapangan Penggunaan cataan lapangan bertujuan untuk mengamati kejadian yang terjadi di kelas ketika pembelajaran berlangsung. Hasil catatan lapangan merupakan data pendukung lembar observasi penerapan model pembelajaran konsiderasi karena catatan lapangan ini tidak terpatok pada pernyataan-pernyataan yang harus diisi observer sebagaimana lembar observasi.

43

Untuk validitas instrumen, digunakan validitas empiris untuk angket dan validitas konstruk untuk pedoman wawancara dan lembar observasi. Kisikisi instrumen angket terdapat pada lampiran 3, angket yang digunakan pada lampiran 4, pedoman wawancara pada lampiran 5 dan lembar observasi pada lampiran 6,7 dan 8.

F. Kalibrasi Instrumen Angket Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu, agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian. 1. Validitas Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.1 Dalam penelitian ini penulis menggunakan validitas empiris menggunakan rumus korelasi product moment untuk validasi angket. Untuk menghitung validitas angket digunakan rumus korelasi product moment2 sebagai berikut:

rxy =

N∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y )

√ { N∑X2 - ( ∑X )2} {N∑Y2 – ( ∑Y )2} Keterangan :

rxy N ∑XY ∑X ∑Y

= Angka indeks korelasi .r. product moment = Jumlah responden = Jumlah hasil perkalian atara skor x dan y = jumlah skor X = Jumlah skor Y

1 Ahmad sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), h. 105 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), h. 72

44

Untuk menguji kevalidan angket maka angket diujicobakan kepada kelas XII yang telah mendapat konsep pencemaran lingkungan. Dari 30 pernyataan yang diujikan, terdapat 20 pernyataan yang valid, dan ke-20 pernyataan ini lah yang digunakan sebagai instrumen penelitian. 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama.3 Untuk menghitung reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Cronbach4

r11 =

k k-1

∑ σb 2 1– σt2

Keterangan: r

= Koefisien reliabilitas instrumen

k

= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb 2

= Total varians butir

σt2

= Total varians

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas angket sebesar 0,82.

G. Teknik Analisis Data Data yang akan diolah adalah data hasil angket, untuk data hasil wawancara, observasi dan catatan lapangan hanya dideskripsikan saja sebagai data pendukung. Setelah angket dinyatakan valid dan reliabel, kemudian angket tersebut digunakan dalam pengumpulan data. Hasil dari pengumpulan data tersebut akan diuji normalitas dan uji homogenitas, dan dari skor angket tersebut, sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat akan dikategorisasikan. 3 4

Ibid, h. 90

Azuar juliandi, Uji ReliabilitasInstrumen Penelitian dengan Cronbach Alpha (manual) (tersedia:http://www.azuarjuliandi.com)

45

Sebagai gambaran untuk mengetahui sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat, digunakan pedoman kategorisasi yang merujuk pada lima interval yang disusun berdasarkan skor item terendah sampai tertinggi. Skor dari masing-masing item yaitu 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, 3 untuk jawaban setuju dan 4 untuk jawaban sangat setuju. Dengan demikian, skor terkecil yang mungkin diperoleh subjek pada skala tersebut adalah 20 (yaitu 20 x 1) dan skor tertinggi adalah 80 (yaitu 20 x 4). Maka rentang skor skala sebesar 60 (yaitu 80-20). Maka dapat diperoleh hasil interpretasi sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat sebagaimana disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.2. Pedoman kategorisasi sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat Interval

Kategori

20 – 45

Sangat Buruk

46 – 55

Buruk

56 – 65

Cukup baik

66 – 75

Baik

76- 80

Sangat baik

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu kai kuadrat,5 dengan rumus X2 = ∑ (fo – ft)2 / ft. Jika data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas yang digunakan untuk membuktikan apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan yaitu uji fisher,6 dengan rumus sebagai berikut:

5

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 389 6 Sudjana, Metoda Statistika (Bandung:PT. Tarsito Bandung, 2005), h. 249

46

F = S2 b S2 k Keterangan: F = koefisien F test Sb = Varian kelompok yang besar Sk = Varian kelompok yang kecil Jika data yang diperoleh normal dan homogen, maka digunakan uji parametrik yaitu uji t dalam pengujian hipotesisnya, dengan rumus sebagai berikut: t= Keterangan: X1 = rata-rata kelompok kelas kontrol X2 = rata-rata kelompok kelas eksperimen n1 = jumlah kelompok kontrol n2 = jumlah kelompok eksperimen Sg = varians gabungan7

H. Hipotesis Statistik Ho = µA = µB H1 = µA > µB Keterangan: Ho = Tidak ada perbedaan rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat antara kelas kontrol dan kelas eksperimen H1=

Terdapat perbedaan rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat antara kelas kontrol dan kelas eksperimen

µA=

Rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang diajar menggunakan model pembelajaran konsiderasi

µB=

Rata-rata skor hasil tes sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang diajar tidak menggunakan model konsiderasi

7

Ibid, h. 239

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian mulai dari deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesa, pembahasan dan pelbagai permasalahan yang ditemui dalam penelitian lapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berkenaan dengan sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang diukur melalui angket, sedangkan data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan lembar observasi penerapan pembelajaran konsiderasi.

1. Deskripsi Data a.

Hasil Angket Sikap Siswa Pada Pola Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, maka diperoleh skor hasil angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang diajar menggunakan model konsiderasi (kelas eksperimen) dan skor hasil angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yang diajar menggunakan model ekspositori (kelas kontrol). 1) Data skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat Tabel 4.1. Data skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat Statistik

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

n (jumlah siswa)

23

24

Skor maksimal

73

76

Skor minimal

54

48

Mean

74,4

71,85

Median

65

60

Modus

61

60

Standar deviasi

3,36

5,12

50 11,29

26,21

Varians

47

48

Berdasarkan data tersebut, rata-rata skor angket sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol dengan selisih skor sebesar 2,55. 2) Kategorisasi sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat Tabel 4.2. Persentase kategori sikap kelas eksperimen No

Interval

Kategori

1 2 3 4 5

20 – 45 46 – 55 56 – 65 66 – 75 76 – 80

Sangat buruk Buruk Cukup baik Baik Sangat baik

n 0 1 15 7 0

Jumlah Prosentase 0.0% 4.4% 65.2% 30.4% 0.0%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 65,2% siswa termasuk dalam interval 56 – 65, yaitu sebanyak 15 orang, sehingga 65,2% siswa kelas eksperimen memiliki sikap yang cukup baik terhadap pola hidup bersih dan sehat. Sedangkan yang sudah memiliki sikap yang baik terhadap pola hidup bersih dan sehat sebesar 30,4%. Lebih jelasnya, data kategori sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat dapat digambarkan dalam diagram pie seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 4.1. Persentase Sikap Kelas Eksperimen Terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat Sedangkan hasil persentase untuk kelas kontrol diperoleh hasil sebagai berikut:

49

Tabel 4.3. Persentase kategori sikap kelas kontrol

Jumlah N prosentase 1 20 – 45 Sangat buruk 0 0% 2 46 – 55 Buruk 6 25% 3 56 – 65 Cukup baik 13 54% 4 66 – 75 Baik 5 21% 5 Berdasarkan 76 – 80 tabelSangat baik 0 0% 54% siswa termasuk dalam interva di atas, dapat diketahui bahwa

No.

Interval

Kategori

bersih dan sehat hanya 21%. Lebih jelasnya, data kategori sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat dapat digambarkan dalam diagram pie seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 4.2. Persentase Sikap Kelas Kontrol Terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan data persentase yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada sikap siswa kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4. Perbandingan persentase sikap siswa pada kelas kontrol dan eksperimen No.

Interval

Kategori

1 2 3 4 5

20 – 45 46 – 55 56 – 65 66 – 75 76 – 80

Sangat buruk Buruk Cukup baik Baik Sangat baik

Kls. Kontrol 0% 25% 54% 21% 0%

Prosentase Kls. Eksperimen 0.0% 4.4% 65.2% 30.4% 0.0%

50

2. Pengujian Persyaratan Analisis Dalam penelitian ini, pengujian persyaratan analisis yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Kai Kuadrat sedangkan uji homogenitasnya menggunakan uji Fisher.

a. Uji normalitas Untuk mengetahui sampel yang diambil berdistribusi normal atau tidak, dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji Kai Kuadrat untuk pengujian normalitas sampel yang diambil. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.5. Hasil uji kai-kuadrat kelas eksperimen Statistik

Kelas eksperimen

N

23

Lo

12,32

Lt (α = 0,01)

13,227

Kesimpulan

Ho diterima

Berdasarkan hasil perhitungan uji kai-kuadrat, diperoleh hasil Lo < Lt (12,32 < 13,227), maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil untuk kelas eksperimen berdistribusi normal. Tabel 4.6. Hasil uji kai-kuadrat kelas kontrol Statistik

Kelas kontrol

N

24

Lo

5,919

Lt (α = 0,05)

9,488

Kesimpulan

Ho diterima

51

Berdasarkan hasil perhitungan uji kai-kuadrat kelas kontrol diperoleh hasil Lo < Lt (5,919 < 9,488), maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil untuk kelas kontrol berdistribusi normal. Penyebaran data dari skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat adalah normal, baik kelas kontrol maupun eksperimen. Maka dilanjukan dengan uji homogenitas sebagaimana yang akan disajikan.

b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui sampel yang diambil homogen atau tidak digunakan uji homogenitas. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Fisher. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian uji Fisher Tabel 4.7. Hasil uji Fisher Statistik S12 S22 Fo Ft (α = 0,01) Kesimpulan

Nilai 11,29 26,21 2,32 2,702 Ho diterima

Berdasarkan hasil uji Fisher yang telah dilakukan diperoleh Fo sebesar 2,32, sehingga Fo < Ft (2,32 < 2,72), maka data sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat adalah homogen. Berdasarkan

hasil

perhitungan

uji

normalitas

dan

uji

homogenitas diketahui bahwa data sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat adalah normal dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesisnya dilakukan menggunakan uji parametrik berupa uji t sebagaimana yang akan disajikan.

52

3. Analisis Uji Hipotesis Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis yang dirumuskan dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t. berikut ini disajikan tabel hasil uji t. Tabel 4.8. Hasil uji t Statistik

Nilai

X1

74,4

X2

71,85

S 12

11,29

S 22

26,21

df

45

thitung

2,06

ttabel (α = 0,05)

2,02

Kesimpulan

Ha diterima

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa thitung sebesar 2,06. Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis yang dirumuskan, maka terlebih dahulu nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Apabila nilai thitung lebih besar dibandingkan nilai ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Nilai ttabel pada taraf level of significant 5% ( = 0,05) dengan degree freedom (df) = 45 adalah sebesar 2,02. Dengan demikian jika dibandingkan maka thitung > t tabel (2,06 > 2,02), ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain model pembelajaran konsiderasi berpengaruh terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat.

53

4. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan peneliti kepada enam orang, tiga orang perwakilan dari kelas kontrol dan tiga orang lagi perwakilan dari kelas eksperimen. Ketiga orang tersebut terdiri dari satu orang perwakilan dari tiap kategori sikap yang telah ditentukan. Dari hasil kategorisasi sikap siswa melalui hasil angket, maka diambil satu orang dengan kategori sikap buruk, satu orang dengan kategori sikap cukup baik dan satu orang dari kategori sikap baik. Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa merasa belum puas dengan keadaan sekolah saat ini, menurut mereka masih banyak yang harus dibenahi berkenaan dengan kebersihan dan kesehatan sekolah, walaupun ada siswa yang acuh tak acuh terhadap lingkungan sekolahnya. Dilihat dari sisi kesehatan diri, mereka cukup bisa menjaga kesehatannya walaupun ada beberapa halangan yang salah satunya faktor ekonomi. Dilihat dari sisi kesehatan rumah dan keluarga, masih banyak anggota keluarga siswa bahkan siswa tersebut terutama laki-laki yang merokok dan tidak memiliki ventilasi yang cukup. Pencemaran di lingkungan sekolah pun membuat mereka kurang nyaman untuk belajar, mereka sadar akan pengaruhnya terhadap kesehatan dan untuk itu mereka memiliki saran-saran yang membangun yang perlu diperhatikan oleh sekolah dan seluruh anggota sekolah.

5. Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran Konsiderasi Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dibantu pihak sekolah, pembelajaran menggunakan model konsiderasi terlihat lebih aktif dan mendorong siswa untuk tidak hanya memahami perasaan diri sendiri tetapi juga memahami perasaan orang lain sehingga tidak hanya menyadari akan pentingnya kesehatan tetapi merumuskan sendiri apa yang bisa direalisasikan untuk mengurangi pencemaran yang ada sehingga kesehatan bisa terus terjaga baik kesehatan diri, keluarga, sekolah, maupun lingkungan.

54

Dengan

pembelajaran

konsiderasipun

menumbuhkan

sikap

toleransi dan menghargai pendapat orang lain karena pada sesi diskusi diberi kesempatan mengungkapkan perasaan yang dirasakan sehingga lebih menghargai perasaan orang lain. Dilihat dari sisi guru, pembelajaran menggunakan model konsiderasi mendorong guru untuk lebih mampu memfokuskan perhatian siswa, memilih kesesuaian situasi yang diberikan dengan kehidupan siswa dan tidak otoriter dalam penentuan sikap siswa untuk menjaga kebersihan dan kesehatan.

6. Hasil Catatan Lapangan Pertemuan pertama, masih banyak yang bingung pada langkah kedua dan ketiga model pembelajaran konsiderasi, siswa yang mengobrol dengan temannya pun kurang lebih ada enam orang dan ketika diberi pertanyaan mereka tidak bisa menjawab. Pada pertemuan kedua, siswa sudah dapat mengerti apa yang disampaikan guru dan siswa yang pada pertemuan sebelumnya mengobrol lebih diperhatikan sehingga masih bisa terkontrol. Pada pertemuan ketiga, siswa sudah mengerti apa yang harus dilakukan sehingga siswa lebih kooperatif dan memperhatikan, sehingga diskusi kelas menjadi lebih hidup.

55

B. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor angket kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa model konsiderasi berpengaruh signifikan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Model konsiderasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap siswa sudah dapat terlihat dari langkah-langkah model pembelajaran konsiderasi sendiri. Pada langkah-langkah pembelajaran ini, siswa diposisikan pada suatu keadaan yang menuntut afektifnya, bagaimana perasaan siswa jika berada pada posisi tertentu, pada penelitian ini mereka diposisikan dalam keadaan sakit. Setelah itu siswa mengungkapkan apa yang dirasakannya di depan kelas, dengan demikian siswa bisa tahu apa yang dirasakan orang lain yang mungkin tidak dirasakannya sehingga timbul rasa toleransi dan empati sehingga lebih menghargai kesehatan yang selama ini kurang mereka perhatikan. Pada pembelajaran inipun siswa tidak dituntut untuk mengambil keputusan sesuai keinginan guru tetapi diberi kebebasan untuk menentukan tindakan apa yang akan diambil sehingga tidak ada otoriter guru dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian siswa mengambil keputusannya sendiri tanpa paksaan dan hal ini tentunya akan membentuk afektif siswa secara lebih kuat karena berasal dari keinginannya sendiri. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model ekspositori lebih terfokus kepada ceramah materi ajar sehingga lebih menekankan ke kognitif siswa. Walaupun pada proses pembelajaran terdapat nasihat guru agar lebih menjaga kesehatan namun karena hal itu hanya sebatas anjuran guru maka hanya beberapa siswa yang mengindahkannya. Hal ini dapat terlihat dari prosentase kategori sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat. Model pembelajaran konsiderasi berpengaruh signifikan terhadap sikap siswa hal ini sesuai dengan tujuan Mc. Phail dan C. Rogers sebagai pencipta model ini yang ingin mengembangkan kepribadian anak yang peduli sehingga tidak mementingkan sisi kognitif saja.

56

Dilihat dari perkembangannya, model konsiderasi awalnya diterapkan pada pembelajaran moral seperti PKn, namun berkembang sehingga penerapannya lebih meluas. Salah seorang yang telah menerapkan model konsiderasi pada pelajaran biologi yaitu Meti Maspupah pada tahun 2007 dalam penelitian tesisnya. Meti Maspupah menerapkan model konsiderasi pada konsep ekologi dan ternyata model ini dapat meningkatkan tidak hanya sikap tetapi minat dan hasil belajar siswa pun meningkat. 1 Aspek sikap (afektif) memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penentuan kesuksesan seseorang dibanding aspek kognitif dan psikomotor. 80 % kesuksesan seseorang ditentukan dari aspek afektifnya. 2 Tentunya hal ini menjadi salah satu keunggulan model konsiderasi yang memfokuskan tujuan pembelajaran pada sisi afektif yang berarti bahwa ketika tujuan model pembelajaran ini tercapai maka sudah ikut berkontribusi dalam kesuksesan siswanya. Model pembelajaran hanya salah satu faktor eksternal pembentuk sikap siswa, ada salah satu faktor pembentuk sikap siswa yang tidak kalah penting yaitu guru atau pendidik dan bagaimana cara guru atau pendidik tersebut mengajar. Dalam model pembelajaran konsiderasi tidak hanya berorientasi pada siswa yang harus baik sikapnya tetapi pendidik pun harus lebih baik karena penerapan model ini menuntut guru harus menjadi model di dalam kelas dalam memperlakukan setiap siswa dengan rasa hormat, menjauhi sikap otoriter. Guru harus menciptakan kebersamaan, saling membantu, saling menghargai dan sebagainya. Model ini pun menuntut guru dalam hal bagaimana cara mengajar menggunakan model ini. Pada tahap awal pembelajaran konsiderasi guru dituntut untuk dapat membawa perasaan siswanya dalam posisi tertentu, dan hal ini dirasakan penulis tidak mudah, butuh keahlian yang cukup untuk mengajak pikiran dan perasaan siswa terlibat dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil catatan lapangan pada pertemuan pertama, khususnya langkah kedua dan ketiga model pembelajaran 1

Meti Maspupah, Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Nilai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap, dan Minat Siswa pada Konsep Ekologi (Tesis:Pascasarjana UPI Bandung, 2007) 2 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006), h. 13

57

konsiderasi masih banyak siswa

yang bingung tentang apa yang harus

dituliskan dalam kertas yang telah disediakan. Peneliti meyakini bahwa ketika seorang pendidik sudah mempunyai keterampilan yang baik dalam membawa pikiran dan perasaan siswa ikut dalam pembelajaran model ini maka hasil yang lebih signifikan akan tercapai. Hal ini telah terbukti melalui ESQ ala Ari Ginanjar yang dapat mensugesti banyak orang untuk meraih kesuksesan dalam hidup walaupun hanya satu kali ikut serta. Faktor lain yang diduga menjadi penyebab berbedanya skor sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat yaitu faktor lingkungan baik lingkungan sekolah maupun rumah atau keluarga. Dilihat dari hasil wawancara kepada perwakilan kelas eksperimen diketahui bahwa lingkungan sekolah belum cukup mendukung untuk berperilaku sehat dan masih banyak siswa yang di lingkungan keluarganya pun belum mendukung berperilaku hidup bersih dan sehat, dan belum mendukungnya lingkungan sekolah dan keluarga tersebut ternyata tidak lepas dari masalah ekonomi.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran konsiderasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap siswa pada pola hidup bersih dan sehat dengan nilai thitug 2,06 > ttabel 2,02 pada taraf signifikansi 0,05 dan df 45. Hal ini didukung melalui data hasil wawancara dan observasi bahwa sikap siswa di kelas eksperimen lebih peduli terhadap kebersihan dan kesehatan dari pada kelas kontrol yang bersikap acuh tak acuh terhadap kebersihan dan kesehatan, baik kebersihan dan kesehatan diri, sekolah, rumah, maupun lingkungan dan pada proses pembelajaranpun kelas eksperimen lebih aktif, fokus dan memiliki toleransi terhadap temannya dibandingkan dengan kelas kontrol.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka disarankan sebagai berikut: 1. Guru dalam proses belajar mengajar khususnya biologi sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif. 2. Untuk penelitian lebih lanjut tentang model konsiderasi hendaknya dapat memposisikan siswa pada situasi tertentu secara lebih kreatif, misalnya dengan bermain peran atau

langsung terjun ke

lapangan

jika

memungkinkan. 3. Untuk mewujudkan sikap atau perilaku siswa yang bersih dan sehat dapat dimulai dengan membenahi lingkungan sekolah agar lebih mendukung terciptanya

kesehatan

sekolah dan masyarakat

kenyamanan belajar akan tercipta.

58

sekolah sehingga

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdul Ghani Kanesan dan Azizah Binti Ismail. 2008. Teachers Knowledge, Attitude, and Awareness of Sustainnable development Education Among Urban Malaysian School (Anima, Indonesian Psychological Journal 2008, Vol. 23, No. 2, 159-164) Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Brockway, Jennifer Howard, et all. Development and Validation of Scale for Measuring Cynical Attitudes Toward College (Jurnal of Educational Psychology 2001, No. 1. 210-224) Curriculum Corporation. 2003. Value Education Study Final Report. Australia: Department of Education, Science and Training. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan. 2006. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Makasar: Subdin Promosi dan Kesehatan Masyarakat. Djuwita, Puspa. 2001. Penerapan Model Konsiderasi Pada Proses Belajar Mengajar PPKN Bagi Siswa II.A SLTP Negeri 15 Kotamadya Bengkulu. Laporan Penelitian. Universitas Bengkulu. Do, Seung Lee dan Diane Lemonnier Schallert, Emotions and Classroom talk: Toward a Model of the Role of Affect in Students’ Experiences of Classrom Discussions (Jurnal of Educational Psychology 2004, vol 96. No. 4. 619634) Fernandez-Manzanal, Rosario, at. all. 2008. Evaluation of Environmental Attitudes: Analisys and Result of a Scale Applied to University Student. Wiley InterScience: Jornal of Sciens Education DOI 10.1002/sce. Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Giner-Sorolla, Roger. Guilty Pleasures and Grim Necessities: Affective Attitudes in Dilemmas of Self-Control (Jurnal of Personality and Social Psychology 2001, vol. 80. No. 2. 206-221) Hasanah, Neneng Laila. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan Sikap terhadap Kesehatan Siswa MAN Leuwiliang Bogor. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

59

60

Hanurawan, Fattah dan Peter Waterworth. 2004. Applying Critical Thinking to Value Education. Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 11, No. 2. Heryawan, Iwan. 2007. Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Tidak Mungkin Berjalan Sendirian. Majalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Indeks. Luthfi, Ikhwan, dkk. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta. Maspupah, Meti. 2007. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Nilai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap, dan Minat Siswa Pada Konsep Ekologi. Tesis tidak diterbitkan. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Muslih, Moh. 2007. Strategi Pendidikan Nilai Moral (Jurnal Forum Tarbiyah vol. 5, No. 1, juni 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pangabean, Yusri, dkk. 2007. Strategi, Model, dan Evaluasi. Bandung: Bina Media Informasi. Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Prentice, William E. 2004. Get Fit Stay Fit. New York: The McGraw-Hill Companies. Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahmadani, Dani. 2005. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) (Studi Kasus Pada Jurusan MKDU-FPIPS-UPI). Disertasi tidak diterbitkan. Program Pascasarjana UPI. Rena, Ravinder. 2006. Value-Based Education for Human Development-Eritrean Perspective (A Quarterly Journal Published By The Department of Education, at The University of South Carolina.Vol. 18, Fall, pp. 1-7). Rossdiana, Vanda. 2005. Program intervensi sosial untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi UI. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

61

Sarifudin. 2002. Pembelajaran Biologi Dalam Pembentukan Sikap Positif dan Etika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Nilai, Tahun 9, Nomor 1, Mei.

Shaluhiyah, Zahroh. 2007. Socio-Cultural And Socio-Sexsual Factors Influence The Premarital Sexsual Behavior of Javanese Youth In The Era of HIV/AIDS (Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.2 / No. 2 / Agustus 2007). Shephard, Kerry. 2008. Higher Education for Sustainability:Seeking Affective Learning Outcomes (International Journal of Sustainability in Higher Education, V 9 n 1 p 87-98 2008). Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Sudrajat, Akhmad. 2008. Model Pembelajaran Afektif (sikap). Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/08/model-pembelajaranafektif-sikap/. [26 Jan 2009] --------. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. Tersedia: http//www.psbpsma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-tekniktaktik-dan-model-pembelajaran. [28 April 2009] Sukowati, Supratman dan Shinta. Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat. Artikel Media litbang Kesehatan Volume XIIi Nomor 2 Tahun 2003. Supranto, J. 2001. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Suprayetkti. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA di SD. Tersedia: http://www.teknologipendidikan.net.2005). [29 mei 2009] Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tilarso, Hario. 2005. Panduan Peningkatan Kesehatan Santri. Jakarta: CV. Kutabuloh Manunggal. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

62

Trisnahada. 2006. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Sains Di Madrasah Tsanawiyah. Tesis tidak diterbitkan. Sekolah Pascasarjana UPI. Tumanggor, Rusmin, dkk. 2005. Wanita dan Kesehatan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.