PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN ...

23 downloads 171 Views 1MB Size Report
Acep Amirta, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Talking Chips Terhadap ...... Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif model Talking.
SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA

OLEH : ACEP AMIRTA 105016203509

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M  

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” ditulis oleh Mahmudah (105016200544) diajukan kepada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosyah pada tanggal 3 Mei 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, Penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia. Jakarta, 3 Mei 2010 Panitia Ujian Munaqosyah Ketua Jurusan

Tanggal

Tanda Tangan

Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 19700209 200003 2 001

……………...

……………..…

………………

………………..

Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 200604 2 001 Penguji I Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 19650115 198703 1 020

………………

………………..

………………

………………..

Penguji II Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 001

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1003

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

“ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA”

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: ACEP AMIRTA 105016203509

Mengetahui,

Pembimbing I

pembimbing II

Dra. Etty Sofyatiningrum. M.Ed NIP: 131808296

Burhanudin Milama. M.Pd NIP: 197702012008011001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

ABSTRACT

Acep Amirta, the effect of cooperative learning model Talking Chips technique on students learning chemistry achievement. This research aim to know effect of cooverative learning model with Talking Chips technique on students learning achievement. This research was conducted at Madrasah Aliyah Jamiyah Islamiyah, Pondok Aren, Tangerang, Banten on Oktober until November 2009. The method used in the research is quasy experiment, using purposive sampling technique and there are 60 students divided two group, experiment group and control group. The research instrument is students learning achievement. Student learning achievement of experiment group is higher (means = 77,17 dan SD = 11,35) than control group (means = 68,67 and SD = 12,66). From “t” test was obtained tcount 2,74 while ttable at level af significant 0,05 is 2,048 so tcount > ttable. It can be concluded that refused Ho which told that cooperative learning model with Talking Chips technique has effect on students learning chemistry achievement has been accepted. Keyword : Cooperative learning model, Talking Chips technique, Students learning chemistry achievement,

ABSTRAK

Acep Amirta, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Jamiyah Islamiyah, Pondok Aren, Tangerang, Banten pada bulan Oktober hingga bulan November 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 60 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi (ratarata/mean = 77,17 dan simpangan baku/SD = 11,35) daripada kelompok kontrol (ratarata/mean = 68,67 dan simpangan baku/ SD = 12,66) dan dari hasil perhitungan uji “t” diperoleh nilai thitung sebesar 2,74, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,048 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho yang menyatakan ada pengaruh antara pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Teknik Talking Chips, Hasil Belajar Kimia Siswa, Konsep Ikatan Kimia.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa (Penelitian Eksperimen Pada MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren-Tangerang)”. Allahumma shalli ‘ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk nabi Muhammad SAW, sebaik-baik makhluk ciptaan Allah SWT. Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingannya dan motivasi dari berbagai pihak, penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Kimia. 4. Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam membimbing, memberikan saran, serta nasehat yang berguna bagi penulis. 5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, semoga amal ibadah yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.

i

6. Kepala sekolah, dewan guru dan staf karyawan di MA Jamiyyah Islamiyyah Pondok Aren-Tangerang khususnya untuk Bapak Islahul Karim S.Pd selaku guru kimia terima kasih atas bantuannya selama ini. 7. Ayahanda Saudih dan Ibunda Sa’anah, yang selalu memberi kasih sayang, bimbingan, doa dan dukungan baik secara moril maupun materil. 8. Kakakku tersayang Arum, Ilung, Engkat, Farida, Yatna dan Dian yang selalu memberikan motivator serta menjadi inspirator bagi penulis, terima kasih untuk semuanya. 9. Keponakan tersayang Nurul, Hani, Rafly, Idzhar, dan Syafwa semoga kalian menjadi anak yang cerdas, dan semoga apa yang kalian cita-citakan tercapai. 10. Teman-temanku Obay, Soni, Ichan, Zahra serta semua teman-teman pendidikan kimia angkatan 2005 yang selalu menghiasi hari-hari penulis baik dalam suka maupun duka selama dibangku perkuliahan, semoga diberikan kemudahan dalam menjalani berbagai aktivitas. 11. Teman-temanku Indra, Dewi, Rizqi, Budi, Ipul, Ridwan, Haryadi, Torof serta semua teman-temanku yang tidak dapat ditulis satu persatu oleh penulis, kalian adalah sahabatku. Akhir kata semoga tulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan, serta dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mengkaji dan memahami lebih lanjut permasalahan yang diteliti pada masa yang akan datang.

Jakarta, Februari 2010

Penulis

ii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….……1 B. Identifikasi Masalah………………………………………………………….…..6 C. Pembatasan Masalah………………………………………………………….….7 D. Perumusan Masalah………………………………………………………….…..7 E. Tujuan Penelitian………………………………………………………………...7 F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….…7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Deskripsi Teoritik………………………………….............................………….9 1. Pembelajaran Kooperatif.........……………………...............................…….9 2. Teknik Talking Chips…………………………...............................…….….17 3. Hasil Belajar Kimia………………………………...............................…….22 4. Ikatan Kimia………………………………………..................................….33 B. Kerangka Berfikir…………………………………………………………….... 36 C. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………………..……40 D. Pengajuan Hipotesis Penelitian……………………………………………..…..41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………………..42 B. Metode dan Desain Penelitian………………………………………………….42 C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel…………………………..43 D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………….….44 E. Analisis Data……………………………………………………………….…..47 F. Hipotesis Statistik……………………………………………………….……..50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……………………………………………………………...…51

iii

B. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………………......59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………………….63 B. Saran……………………………………………………………………...……64

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...….65 LAMPIRAN……………………………………………………………………..……67

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen…………………………………………………..…67 Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol……………………………………………………..…..83 Lampiran 3 LKS………………………………………………………………………..105 Lampiran 4 Kisi-kisi dan soal Uji Coba Instrumen Tes………………………….…….119 Lampiran 5 Uji Reliabilitas……………………………………………………….……156 Lampiran 6 Uji Tingkat Kesukaran……………………………………………………160 Lampiran 7 Uji Daya Beda…………………………………………………………….162 Lampiran 8 Uji Korelasi……………………………………………………………….164 Lampiran 9 Instrumen Tes (Pretest dan Posttest) konsep ikatan kimia……………….166 Lampiran 10 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….171 Lampiran 11 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol 172 Lampiran 12 Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Eksperimen…………………….....176 Lampiran 13 Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Kontrol……………………………177 Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen…………………178 Lampiran 15 Perhitungan UJi Normalitas Pretest Kelas Kontrol……………………..179 Lampiran 16 Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......180 Lampiran 17 Uji Hipotesis Skor Pretest.........................................................................181 Lampiran 18 Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Eksperimen……………................182 Lampiran 19 Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Kontrol…………………………...183 Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen……...............…184 Lampiran 21 Perhitungan UJi Normalitas Posttest Kelas Kontrol………….................185 Lampiran 22 Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol….186 Lampiran 23 Uji Hipotesis Skor Posttest.......................................................................187 Lampiran 24 Surat Keterangan Izin Penelitian…………………………………..…...188 Lampiran 25 Surat Keterangan Selesai Penelitian…………………………………....189

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ……….49

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Tradisional..…..11 Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif…………………………...16 Tabel 2.3 Teknik Model Pembelajaran Talking Chips............................................……..20 Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...........51 Tabel 4.2 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.........52 Tabel 4.3 Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...............................................................................................................52 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………….53 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…………54 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….….55 Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….....56 Tabel 4.8 Hasil Pretest Uji “t” Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………………………………………………………57 Tabel 4.9 Hasil Posttest Uji “t” Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………………………………………………………58

vii

 1

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Sifatnya mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Sebab maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan merupakan suatu hal yang dinamis, selalu bergerak maju mengikuti perkembangan masyarakat sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, pendidikan perlu mendapat perhatian baik dalam usaha pengembangan maupun peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, setiap negara mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda, begitu juga di Indonesia tujuan pendidikannya adalah untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa

dan

pembentukan

manusia

indonesia

seutuhnya.

Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional No.20 Bab II pasal 3 Tahun 2003 Menjelaskan1: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai

terobosan,

baik

dalam

pengembangan

kurikulum,

inovasi

pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka guru dituntut untuk membuat                                                              1

  Etty Soffyatiningrum, Terapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kmia di SMA/MA (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007), hal. 38

 

1

2  

pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik belajar secara mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas. Penggunaan metode ataupun model-model pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang memberikan

wahana

yang

memungkinkan

perkembangan

tersebut.

Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan kualitas sumberdaya manusia harus ditingkatkan yang dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh sekumpulan fakta saja (produk ilmiah), tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Jadi metode ilmiah itu merupakan bagian dari IPA termasuk salah satunya IPA-Kimia. Selama proses belajar mengajar sejalan dengan hakikat IPA maka pemahaman siswa terhadap IPA menjadi lebih bermakna. Keberhasilan pembelajaran kimia siswa ditentukan oleh bagaimana pembelajaran

itu

berlangsung

dengan

baik.

Dengan

adanya

proses

pembelajaran kimia, diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah sebagai hasil belajar kimia. Oleh karena itu, penguasaan dan cara penyampaian materi kimia perlu adanya variasi dan persiapan yang matang baik bagi guru maupun siswa.

3  

Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting didalam dunia pendidikan, karena mata pelajaran kimia berfungsi untuk memahami peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, menemukan zat-zat yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja. Kimia dipandang sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan seperti kedokteran, teknik, farmasi dan lain-lain. Dalam bidang kedokteran misalnya, penggunaan alat pencuci darah (haemodialisis), dalam bidang teknik, silikon yang merupakan bahan dasar untuk membuat mikroprosesor menyebabkan komputer semakin kecil ukurannya dan semakin canggih, sedangkan dalam bidang farmasi berperan sebagai obat-obatan, misalnya senyawa antibiotik untuk anti infeksi. Dengan adanya proses pembelajaran kimia, diharapkan siswa dapat membentuk pola fikir ilmiah. Oleh karena itu, kimia sebagai suatu mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan. Pelajaran kimia menjadi momok yang menakutkan karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini para siswa mengangap konsep-konsep yang ada dalam pelajaran kimia sebagai konsepkonsep abstrak yang sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata. Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi sangat jauh jaraknya dengan realita keseharian dalam kehidupan mereka2. Kesulitan dalam mempelajari kimia sebenarnya berawal dari kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia. Untuk menanamkan pemahaman akan konsep-konsep tersebut diperlukan adanya penggunaan sebuah media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan kepada siswa dalam proses belajar mengajar, penggunaan media yang dibarengi dengan                                                              2

Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, hal. 354

4  

metode pembelajaran yang tepat merupakan faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Konsep pembelajaran IPA khususnya kimia menuntut adanya perubahan peran guru. Pada konsep tradisional guru lebih berperan sebagai transformator, artinya guru berperan hanya sebagai penyampai informasi, ide, atau gagasan, dan guru berada didepan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya mendengar, menyimak, dan mencatat, kadang siswa diselingi pertanyaan dan latihan. Pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima materi saja, seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak sesuai dengan konsep pembelajaran (instructional). Pembelajaran memandang siswa sebagai individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi secara optimal. Agar pembelajaran lebih optimal, maka model pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan konsep yang diajarkan, sehingga siswa termotivasi untuk ikt serta dalam proses pembelajaran. Selain memandang penting peran aktif siswa dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut adalah guru tidak hanya menerangkan dan menjelaskan materi kepada siswa, tetapi juga mengajak siswa untuk ikut akif dalam proses belajar mengajar tersebut, karena keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru3. Pemilihan metode atau model pembelajaran yang tepat, tidak hanya mempertimbangkan tujuan pendidikan, tetapi juga harus mempertimbangkan keaktifan, potensi dan tingkat perkembangan siswa yang beragam, serta bagaimana memotivasi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai kreativitas yang tinggi dalam menggunakan model pembelajaran untuk menunjang tercapainya proses belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif adalah pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai                                                              3

 

  Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.50.

5  

macam model, salah satunya adalah Talking Chips. Di dalam Talking Chips siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-5 orang perkelompok. Dalam kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. Kemudian setiap kelompok diberikan 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, 4 yaitu; proses sosial dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial berperan penting dalam Talking Chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka di dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Para siswa belajar untuk berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang mereka pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikatan kimia. Dalam ikatan kimia siswa harus dapat menentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kordinasi, dan ikatan logam. Pada tahap instrumen dalam Talking Chips, siswa dalam satu kelompok berkumpul dalam satu meja, kemudian diberikan 4-5 kartu yang digunakan siswa untuk menjawab pertanyaan. Setiap kelompok diberikan lembar soal dan setiap siswa dalam kelompok diminta berdiskusi untuk menemukan jawabannya. Misalnya: dalam soal tersebut siswa harus menentukan ikatan yang terbentuk dari 11Na dan 17Cl atau siswa diminta untuk menyebutkan ciri-ciri dari ikatan kovalen koordinasi. Setiap siswa yang ingin berbicara atau mengungkapkan suatu ide, siswa tersebut terlebih dahulu harus                                                              4

  Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm 

6  

mengangkat kartunya, kemudian kartunya disimpan di tengah meja. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Oleh karena itu setiap siswa dalam setiap kelompok harus dapat memahami materi Ikatan Kimia untuk mempertahankan posisi kelompoknya. Pembelajaran kooperatif model Talking Chips yang diterapkan pada pokok bahasan Ikatan Kimia juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa secara efektif dan dapat menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar ke arah pembelajaran yang menciptakan interaktif sesama siswa, sehingga siswa dapat terdorong minat dan motivasinya untuk belajar kimia yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kimia. Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Konsep Ikatan Kimia”

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di identifikasikan dan dijadikan alasan penulis untuk membahas judul penelitian di atas adalah sebagai berikut: 1. Materi kimia dianggap sulit oleh sebagian siswa, karena kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam pembelajaran kimia. 2. Masih kurangnya kreativitas dari seorang guru dalam menggunakan model pembelajaran untuk menunjang tercapainya proses belajar mengajar. 3. Masih minimnya penggunaan metode atau model dalam proses belajar mengajar sehingga kurangnya motivasi siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran tersebut.

7  

C. Pembatasan Masalah Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah, disini peneliti hanya membatasi pada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa. Hasil belajar kimia yang diukur pada penelitian ini adalah ranah kognitif pada hasil belajar kimia siswa pada konsep Ikatan Kimia di MA Jamiyah Islamiyah Pondok Aren, Tangerang kelas X.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa?”

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik apakah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips memperlihatkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan pada pembelajaran konvensional/klasikal dalam pembelajaran kimia.

F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi

peneliti,

dapat

membantu

dalam

mengembangkan

metode

pembelajaran yang sudah ada menjadi metode yang lebih bervariatif dan berkualitas bagi kemajuan pendidikan. 2. Bagi guru bidang studi khususnya kimia, dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki kualitas pendidikan dengan cara penggunaan metode pembelajaran menyenangkan.

yang

dapat

menciptakan

suasana

belajar

yang

8  

3. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berfikir, meningkatkan interaksi sosial, dan memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam masyarakat.                            

 

9  

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Kooperatif adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Inggris dengan kata kerja to cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Sedangkan kooperatif dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti bersifat kerjasama. Secara umum, pengertian pembelajaran kooperatif ditafsirkan berbeda-beda oleh para ahli. Seperti yang dikutip oleh Wakhinudin, menurut Slavin (1995) pembelajaran kooperatif adalah salah satu variasi dari metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam mempelajari suatu pokok bahasan.5 Menurut Wina Sanjaya, mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah

suatu

model

pembelajaran

dengan

menggunakan

sistem

pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4 atau 6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)6. Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4 -5 orang. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir                                                              5 6

Wakhinudin,S, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar (Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang Press,(maret 2003), hal. 3. Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.240.

 

9

10  

dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.7 Dari

beberapa

pengertian

pembelajaran

kooperatif

yang

dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaan kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, tiap anggota kelompok saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pembelajaran kooperatif mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa perlu menjadi bagian dari satu sistem kerjasama dalam kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota secara bersama di dalam kelompok. Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional8. Kelompok belajar kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Kelompok belajar konvensional Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sehingga anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.  

                                                             7

 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:41 8 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:43

11  

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Kelompok homogen.

belajar

biasanya

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masingmasing. Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak dalam kerja gotong-royong seperti: secara langsung diajarkan. kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan berlangsung guru terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan pemantauan melalui observasi dan oleh guru pada saat belajar melakukan intervensi jika terjadi kelompok sedang berlangsung. masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara proses Guru sering tidak memperhatikan kelompok yang terjadi dalam proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas. hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Pembelajaran

kooperatif

sangat

berbeda

dengan

pengajaran

langsung. Di samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model kooperatif telah meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berpa prestasi akademik, toleransi, menerima

12  

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interpendensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir, struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerjasama atau kompetisi yang dibituhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.9 Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif juga dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, maka

siswa

perlu

diajarkan

keterampilan-keterampilan

kooperatif.

Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok. Lungren dalam Trianto, menyusun keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan. Tingkatan tersebut yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.10 a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain: 1). Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggungjawabnya. 2).

Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggungjawab tertentu dalam kelompok.

                                                             9

  Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal. 61   Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:46

10

13  

3). Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi. 4). Menggunakan kesempatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat. b.Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain: 1). Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi. 2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut. 3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat berbeda. 4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar. c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir Keterampilan kooperatif tingkat mahir ini antaralain: mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapatpendapat dengan topik tertentu. Pembelajaran

kooperatif

diharapkan

dapat

meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan yang lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Beberapa unsur penting dalam pembelajaran kooperatif meliputi kerjasama dalam menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerjasama yang terstruktur, tanggungjawab individu dan kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif digunakan dalam kelas yang selalu diliputi kerjasama dalam menyelesaikan tugas. Dalam kelompok belajar, semua anggota kelompok bekerjasama dan tidak memiliki respon yang terpisah.

14  

a. Prinsip dasar dan Ciri-ciri Dalam Pembelajaran Kooperatif Adapun

prnsip

dasar

dan

elemen

yang

terkait

dalam

11

pembelajaran kooperatif menurut Munir Tanree sebagai berikut : 1). Saling ketergantungan positif. Dalam hal ini, dituntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan antara lain dalam hal pencapaian tujuan, penyelesaian tugas, bahan dan sumber, peran, dan hadiah. 2). Interaksi tatap muka. Siswa harus saling berhadapan da saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan sumbangan pemikiran dalam pemecahan masalah, siswa harus mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara efektif. 3). Pertangungjawaban individu. Setiap individu dalam kelompok bertanggung jawab terhadap nilai kelompok, penilaian kelompok didasarkan pada rata-rata nilai semua anggota kelompok secara individu. 4).

Keterampilan

menjalin

hubungan

antar

pribadi

merupakan

keterampilan sosial yang harus dimiliki dan diajarkan pada siswa seperti: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide bukan mengkritik teman, tidak mendominasi orang lain, dan mandiri. Sedangkan menurut Shepardson, ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut12: 1). Pendidik harus mengupayakan terwujudnya interaksi antar peserta didik yang berada dalam sebuah kelompok (student-to-student interaction). Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan kondisi                                                              11

Munir Tanree, Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009, hal. 268-269.  12 A. Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002, hal. 115

15  

yang mampu memberikan kesempatan yang merata kepada anggota kelompok untuk memberikan pendapat, menyampaikan ringkasan, mempertahankan pendapat, ataupun memberikan jalan keluar jika mengalami permasalahan dalam diskusi. 2). Pendidik harus menciptakan interpendensi positf di kalangan anggota kelompok. Artinya, masing-masing anggota kelompok harus diupayakan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik perlu menjelaskan kepada kelompok bahwa masing-masing anggota harus membiasakan diri mendengarkan dengan bak pendapat anggota lain, menerima pendapat anggota lain, dan berupaya dapat membantu teman lain menyumbangkan pikirannya. 3). Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara adil (individual acountability). Di dalam pembelajaran kooperatif, tidak ada peserta kelompok yang diperbolehkan mengemukakan

pendapatnya

secara

sukarela,

masing-masing

anggota kelompok akan menyampaikan pendapatnya. Oleh karena itu, seorang anggota kelompok akan menerima tugas dari pendidik, misalnya sebagai pemimpin kelompok, sebagai perumus hasil diskusi, atau sebagai penyamapi hasil diskusi. 4). Pembelajaran kooperatif menekankan pada pencapaian tujuan bersama (group process skill). Pembelajaran ini mengajarkan kepada peserta didik untuk saling memberi informasi, saling mengajarkan jika ada anggota kelompok yang belum mampu, dan saling menghargai pendapat anggotanya.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pengelolaan

pembelajaran

dengan

metode

pembelajaran

kooperatif memiliki 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu:13                                                              13

 

 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:47

16  

1). Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa yang sulit. 2). Pengakuan adanya keragaman Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan latar belakang tersebut diantaranya: perbedaan suku, agama, ras, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3). Pengembangan keterampilan sosial Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat oang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel 2.2 Tabel 2.2 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif14 Fase

Tingkah laku guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pelajara tersebut dan dan memotivasi siswa memotivasi siswa belajar Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

                                                             14

 

 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:48

17  

Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4 Membimbing kelompok belajar dan bekerja Fase 5 Evaluasi

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing anggota kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Fase 6 Memberkan penghargaan

2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara, sedangkan Chips yang berarti kartu. Jadi arti Talking Chips adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan Talking Chips dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja. Model pembelajaran Talking Chips merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen.  Heterogen dalam hal ini, perolehan nilai sebelumnya, jenis kelamin, agama, etnis/suku, dan sebagainya. Sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang nilainya tinggi, sedang, dan rendah, baik laki-laki, maupun perempuan. Talking Chips merupakan salah satu dari 200 struktur yang dikembangkan Kagan dengan tujuan untuk mengembangkan partisipasi

18  

dalam suatu kelompok15. Di dalam Talking Chips siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

kecil

sekitar

4-6

orang

perkelompok.

Dalam

kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. Setiap kelompok diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Disamping itu, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented), dimana model pembelajaran ini sesuai menempati posisi sentral sebagai subyek belajar melalui aktivitas mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri. Menurut Wina Sanjaya dalam Supri Wahyudi Utomo, yang menyatakan bahwa dengan beraktivitas siswa bukan hanya dituntut menguasai sejumlah informasi dengan cara menghafal, akan tetapi bagaimana memperoleh informasi secara mandiri dan kreatif melalui aktivitas mencari dan menemukan. Dengan demikian apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna, sebab didapatkan melalui proses pengalaman belajar, bukan hasil pemberitahuan orang lain.16 Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu;17 proses sosial dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial berperan penting dalam Talking Chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka di dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Para siswa belajar                                                              15

Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The NonTeacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf. 16  Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007).hal. 49  17 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

19  

untuk berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang mereka pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah. Talking Chips juga mempunyai dua komponen utama, yaitu;18 komponen tugas kooperatif dan komponen insentif kooperatif. Komponen tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok. Sedangkan komponen insentif kooperatif merupakan sesuatu yang dapat membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok. Talking Chips mempunyai tujuan tidak hanya sekedar penguasaan bahan pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Hal ini menjadi ciri khas dalam pembelajaran kooperatif. Disamping itu, Talking Chips merupakan metode pembelajaran secara kelompok, maka kelompok merupakan tempat untuk mencapai tujuan sehingga kelompok harus mampu membuat siswa untuk belajar. Dengan demikian semua anggota kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain dengan kelompoknya, siswa juga dapat berinteraksi dengan anggota kelompok lain sehingga tercipta kondisi saling ketergantungan positif di dalam kelas mereka pada waktu yang sama. Proses penguasaan materi berjalan karena para siswa dituntut untuk dapat menguasai materi. a. Cara-cara pembelajaran kooperatif model Talking Chips Terdapat lima langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan

pembelajaran

kooperatif.

Langkah-langkah

itu

ditunjukkan pada tabel 2.3

                                                             18

Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007). Hal. 6

20  

Tabel 2.3 : Cara-cara pembelajaran kooperatif model Talking Chips19 No Tahap kegiatan 1. Masing-masing anggota dalam kelompoknya diberikan 4-5 kartu. 2. Para siswa dalam kelompoknya membahas topik atau berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru. 3. Setiap siswa yang ingin berbicara atau mengungkap suatu ide, siswa tersebut terlebih dahulu harus mengangkat kartunya, kemudian kartunya disimpan di tengah meja pada kelompoknya. 4. Siswa tidak dapat berbicara lagi jika kartu miliknya sudah habis, sampai semua kartu milik siswa lain pada kelompoknya juga habis. 5. Jika kartu semuanya sudah digunakan dan kelompoknya masih merasakan kebutuhan untuk mengungkapkan ide yang tertinggal, maka proses dapat dimulai kembali. b. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif model Talking Chips. Dalam pembelajaran kooperatif model Talking Chips masingmasing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain dalam kelompoknya. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok kooperatif yang lain sering ada anggota yang selalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada juga anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan selalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Model pembelajaran Talking Chips memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran Talking Chips diantaranya:                                                              19

Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

21  

1).

Tidak semua konsep dalam kimia dapat mengungkapkan model Talking Chips, disinilah tingkat profesionalitas seorang guru dapat dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.

2).

Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.

3).

Pembelajaran model Talking Chips adalah model pembelajaran yang menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa yang ada di kelas. Hal ini cukup sulit dilakukan terutama jika jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak.

c. Persamaan dan perbedaan pembelajaran kooperatif model Talking Chips dengan model-model pembelajaran kooperatif yang lain. Semua model-model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan metode pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan, ciri-ciri, unsurunsur, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan pembelajaran yang sama, akan tetapi setiap model dalam pembelajaran kooperatif mempunyai ciri khas tertentu. Pembelajaran

kooperatif

model

Talking

Chips

dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan idenya, sehingga tidak ada siswa yang mendominasi dan siswa yang diam saja. Pembelajaran kooperatif model Talking Chips dapat membantu guru untuk memonitor tanggung jawab individu siswa. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif model Talking Chips juga akan melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat, sehingga sangat penting bagi guru untuk membekali sebelumnya dengan kemampuan

22  

berkomunikasi, mengingat bahwa tidak semua siswa memiliki tingkat kemampuan untuk berkomunikasi

3. Hasil Belajar Kimia a. Pengertian Belajar Aktivitas belajar telah ada sejak manusia lahir. Hampir di sepanjang waktunya manusia melaksanakan ritual-ritual belajar. Pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar. Menurut pendapat yang tradisional, belajar hanyalah dianggap sebaga pengumpul sejumlah ilmu saja. Secara umum, pengertian belajar ditafsirkan berbeda-beda oleh para ahli. Menurut Muhibbin Syah, belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.20 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu mengarah kepada tingkah laku baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.21 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

yang

menyangkut

aspek

kognitif,

afektif,

dan

psikomotorik.22 Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, baik kepada tingkah laku yang baik atau buruk. Perubahan-perubahan yang terjadi pada belajar ini terjadi secara sadar, brsifat relatif menetap, bersifat                                                              Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 92 21 Drs. M.Ngalim Purwanto, MP.,”Psikologi Pendidikan”, PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 85 22 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”, PT. Rineka Cipta, 2008. hal.13 20

23  

fungsional, positif dan aktif, bertujuan dan mencakup pada semua aspek tingkah laku. Definisi

belajar

ditinjau

dari

beberapa

sudut

pandang,

diantaranya: 1). Secara kuantitatif atau ditinjau dari sudut jumlah belajar, berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. 2). Secara instusional atau tinjauan kelembagaan, belajar dipandang sebagai poses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. 3). Secara kualitatif atau tinjauan mutu, adalah proses memperoleh artiarti dan pengalaman-pengalaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa23 Selain itu, William Burton dalam buku The Guidance of Learning Activities, memaparkan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu:24 1).

Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui (under going).

2).

Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu.

3). Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan siswa. 4).

Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.

5). Proses belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan. b. Pengertian Hasil Belajar Definisi belajar tidak dapat didefinisikan secara pasti karena tergantung

pada

teori

yang

dianut

oleh

seseorang

dalam

                                                             Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal:91-92 24 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, cetakan ke-7,2008). 23

24  

mendefinisikannya. Morgan mendefinisikan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan/pengalaman. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya yang menyangkut afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sehingga seseorang yang telah belajar akan menunjukkan perubahan diantara ketiga aspek tersebut. Menurut Aunurrahman menyatakan bahwa hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku25. Seperti yang dikutip oleh Agus Suprijono, bahwa hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, apresiasi, dan keterampilan.

Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:26 1).

Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2). Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang 3). Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 4).

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5). Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Selain itu, seperti yang dikutip Ratna Wilis Dahar, dimana menurut Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, yaitu 1) keterampilan intelektual, yang merupakan penampilan yang ditunjukan oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dilakukan seperti memecahkan masalah, menyusun eksperimen, dan memberikan nlai-nilai sains. 2) strategi kognitif, penampilan siswa yang ditunjukan secara                                                              25 26

 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2009) h. 37  Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal.5

25  

kompleks, dimana siswa diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan-aturan, serta konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. 3) informasi verbal, pengetahuan yang diperoleh siswa sebagai hasil belajar di sekolah, begitu juga pengetahuan siswa diluar sekolah seperti kata-kata yang diucapkan oleh orang, membaca, radio, televisi, dan media-media lainnya. 4) sikap, sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup lainnya, dalam pelajaran sains misalnya, sikap dapat dipelajari selama para siswa melakukan percobaan di laboratorium. 5) keterampilan motorik, keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual

seperti

membaca,

menulis,

memainkan

alat

musik,

menggunakan berbagai macam alat seperti mikroskop, buret, destilasi dan alat-alat laboratorium lainnya27. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dan Benyamin Bloom yang secara garis besar menjadi tiga bagian, yaitu: 1). Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2). Ranah efektif berkenaan dengan sikap 3). Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak28. Ketiga ranah tersebut harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi.                                                              27 28

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 135 W.S., Winkel ,Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hal. 245

26  

1). Hasil Belajar Penguasaan Materi (Kognitif) Hasil belajar pada ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuankemampuan intelekual lainnya. Kemampuan-kemampuan intelektual tersebut dikategorikan oleh Bloom dkk, menjadi enam jenjang kemampuan. Enam jenjang tersebut adalah:29 (a) Hafalan (C1) Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. (b) Pemahaman (C2) Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam

rumusan

berdasarkan

matematis

kecenderungan

atau

sebaliknya,

tertentu

meramalkan

(ekstrapolasi

dan

interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. (c) Penerapan (C3) Jenjang penerapan meliputi kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit. (d) Analisis (C4) Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

                                                             29

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 15-17

27  

(e) Sintesis (C5) Jenjang sintesis meliputi kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, misalnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk mengklarifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya. (f) Evaluasi (C6) Jenjang evalasi meliputi kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, serta berdasarkan kriteria tertentu yang diterapkan. 2). Hasil Belajar Proses (Afektif) Hasil belajar pada ranah afektif meliputi minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Ranah afektif ini dikategorikan oleh Krathwohl dkk, menjadi lima jenjang kemampuan. lima jenjang tersebut adalah:30 (a). Receiving

: meliputi penerimanan secara pasif terhadap suatu nilai dan keyakinan.

(b). Responding: meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi dan merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. (c). Valuing

: meliputi pemilikan serta pelekatan pada suatu nilai tertentu.

(d).Organization: meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. (e). Characterization: meliputi pengembangan nilai-nilai menjadi karakter pribadi.

                                                             30

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 15-17

28  

3). Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor) Hasil belajar pada ranah psikomotor meliputi kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) atau keterampilan manipulatif seperti keterampilan menyusun alat-alat percobaan dan melakukan percobaan. Ranah psikomotor ini dikategorikan oleh Trowbridge dkk, menjadi empat jenjang kemampuan. empat jenjang tersebut adalah:31 (a). Moving (bergerak) Kategori ini meliputi pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: membawa, membersihkan, mengikuti, menempatkan atau menyimpan. Misalnya, siswa dapat membersihkan alat-alat gelas atau siswa dapat membawa mikroskop dengan benar. (b). Manipulating (memanipulasi) Kategori ini meliputi pada aktivitas yang meliputi pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh seperti tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengkalibrasi, merangkai,

meramu,

mengubah,

membersihkan,

menghubungkan, memanaskan, mencampurkan, mengaduk, menimbang, mengoperasikan, dan memperbaiki.

Misalnya,

siswa dapat menuangkan larutan dari botol reagen ke dalam gelas kimia dengan benar. (c). Communicating ( berkomunikasi) Kategori

ini

meliputi

pada

pengertian

aktivitas

yang

menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang                                                              31

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 15-17

29  

lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengajukan

pertanyaan,

mendiskusikan,

menganalisis,

mengarang,

mendeskripsikan,

menggambar,

menjelaskan,

membuat grafik, membuat tabel, mencatat, menulis, dan membuat rancangan. Misalnya, siswa dapat mengajukan pertanyaan

mengenai

masalah-masalah

yang

sedang

didiskusikan atau siswa dapat melaporkan data percobaan secara akurat. (d). Creating (menciptakan) Kategori ini meliputi pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: membuat kreasi, merancang, merencanakan, mensintesis, menganalisis, dan membangun. Misalnya, siswa dapat

menggabungkan

potongan-potongan

alat

untuk

membentuk instrumen atau peralatan baru dalam suatu percobaan. Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar juga dapat didefinisikan sebagai nilai akhir siswa yang diukur melalui teknik-teknik evaluasi dan dapat digunakan sebagai pengukur seberapa jauh materi pelajaran yang telah dikuasai. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Belajar yang baik dapat menghasilkan nilai yang baik, begitupun sebaliknya belajar yang buruk maka hasilnya pun akan buruk. Baik buruknya hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

30  

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi belajar menurut Muhibin Syah adalah:32 1). Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan untuk aspek psikologis siswa merupakan faktor rohani yang didalamnya mencakup inteligensi, sikap, minat, dan motivasi yang dapat mempengaruhi belajar siswa. 2). Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor dari luar siswa. Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Dimana yang termasuk kedalam lingkungan sosial siswa adalah guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekolah. Selain itu masyarakat dan tetangga juga teman-teman bermain siswa di sekitar perkampungan siswa tersebut. Adapun lingkungan sosial yang sangat mempengaruhi kegiatan belajar adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. 3). Faktor Pendekatan Belajar Pada proses pembelajaran dimulai tentunya seorang guru harus merangkul seluruh siswanya, dengan demikian siswa dapat mengenal guru lebih dekat. Biasanya jika siswa sudah mengenal gurunya dia tidak akan ragu untuk bertanya dan berbicara tentang hal-hal yang ingin ia tanyakan kepada gurunya. Untuk itu diperlukan pendekatan agar siswa merasa senang dan nyaman saat mempelajari pelajaran yang dibahas oleh guru.                                                              32

Muhibin syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal. 132

31  

4). Faktor Instrumental33 Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat sebagai sarana agar tercapainya tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrument ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan gurunya sendiri. Kalau sudah berbicara kurikulum berarti kita akan berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas bahwa faktor instrument ini sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar. Skema Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut: Faktor Fisiologis Kondisi Fisiologis umum Kondisi Pancaindera Faktor Internal Faktor Psikologis Intelgensi, sikap, minat, motif, dan motivasi Lingkungan Sosial Faktor Eksternal Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Lingkungan Non-sosial Faktor Pendekatan Belajar

Faktor Instrumental

Metode, Media, Model, dll

Kurikulum Sarana dan Prasarana

Gambar 2.1 Skema Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar                                                              33

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal.32-33

32  

d. Hakekat Pembelajaran Kimia Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya.34 Ilmu kimia ini sarat dan konsep (terutama konsep) bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang, berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Pelajaran kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Banyak diantara siswa merasa tidak mampu atau kurang mempunyai dasar yang kuat dalam mempelajari kimia. Dalam mempelajari kimia diperlukan kemampuan yang intelektual untuk memahaminya. Seperti yang dikutip oleh Atiek Winarti dan yudha Irhasyuara, Pelajaran kimia menjadi momok yang menakutkan karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini para siswa mengangap konsep-konsep yang ada dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep abstrak yang sulit yang sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata35. Menurut teori belajar kontruktivisme, dalam mempelajari suatu konsep, siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai. Hal tersebut dilakukan agar siswa benar-benar paham terhadap materi yang dipelajari dan dapat menerapkan pengetahuan, dapat memecahkan masalah, berusaha dengan sungguh-sungguh melalui ide-idenya.36 Tujuan pembelajaran kimia yaitu agar siswa dapat memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya, mengembangkan daya                                                              34J.M.C

Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 2

35

Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, h. 354

36

Ni Nyoman Parwati, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended Di- Kelas SMU Laboratorium IKIP Negri Singaraja, (Singaraja: IKIP Negri Singaraja, 2003), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, No 4, Th XXXVI, h.41

33  

penalaran, mengembangkan, keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep kimia dan menumbuhkan nilai-nilai sikap, menerapkan konsep dan prinsip kimia untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

4. Konsep Dasar Teori Ikatan Kimia Setiap unsur memiliki kecendrungan untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil (konfigurasi gas mulia/golongan VIII A). Gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 elektron atau 2 elektron (He). Karena masing-masing elektron valensi pada unsur gas mulia sudah berpasangan/konfigurasi penuh. Yaitu konfigurasi oktet dan duplet. Hal inilah yg menyebabkan gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif Lambang Lewis digunakan untuk dapat menggambarkan ikatan kimia dalam suatu molekul. Lambang Lewis suatu unsur adalah lambang kimia unsur tersebut yang dikelilingi oleh titik-titik. Titik-titik menunjukkan elektron yang berada pada kulit terluar (elektron valensi). No atom Na : 11 Konfigurasi elektron Na : 2 8 1 No atom Cl : 17 Konfigurasi elektron Cl : 2 8 7

Ikatan ion terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif. Ikatan ion pada umumnya terjadi antara atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah dengan atomatom yang mempunyai afinitas elektron yang besar. Unsur-unsur logam umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah, sedangkan unsur-unsur non logam mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara unsur-unsur logam dengan unsur-unsur non

34  

logam umumnya akan membentuk ikatan ion. contohnya NaCl dan CaCl2. beberapa sifat khas senyawa ion antara lain:37 a. Titik didih dan titik lelehnya tinggi b. Keras, tetapi mudah patah c. Penghantar panas yang baik d.

Lelehan maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit)

e.

Larut dalam air

f.

Tidak larut dalam senyawa-senyawa organik, misalnya alkohol, eter, dan benzena.

g.

Pada suhu kamar umumnya berwujud padat

h.

Tidak dapat dibakar Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk karena pemakaian

pasangan elektron bersama. Pasangan elektron ini dapat berasal dari masing-masing atom yang saling berikatan, dan ikatannya disebut ikatan kovalen. Langkah-Langkah Menentukan Ikatan Kovalen a. Tentukan elektron valensinya b. Tentukan jumlah elektron yang dibutuhkan masing-masing unsur untuk

mencapai kestabilan (duplet/oktet)

c. Samakan jumlah elektron tersebut dengan mengatur jumlah elektron yg berikatan Contoh:Ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom H membentuk molekul H2 1H : 1

membutuhkan 1 elektron agar stabil/mencapai duplet Atom hidrogen membutuhkan 1 elektron pd kulit terluarnya untuk

mencapai struktur gas mulia (duplet) seperti 2He

 

Beberapa atom dapat membentuk ikatan rangkap. Pada ikatan kovalen tunggal mengandung dua elektron, ikatan kovalen rangkap dua                                                              37

Sukardjo, Ikatan Kimia, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1989) hal. 48

35  

mengandung empat elektron, sedang dalam ikatan rangkap tiga terdapat enam elektron. Pada molekul karbon dioksida, CO2 terdapat dua buah ikatan rangkap dua. Ketiga atomnya sekarang masing-masing memiliki 8 elektron terluar. Sedang pada molekul nitrogen, N2 setiap atomnya menyumbangkan 3 elektron untuk digunakan bersama-sama sehingga setiap atom N memiliki elektron valensi 8.

Sifat umum senyawa kovalen: a. Titik didih dan titik lelehnya rendah b. Hampir tidak larut dalam air c. Lelehannya tidak dapat menghantarkan listrik d. Dapat terbakar e.

Pada suhu kamar berwujud gas, cair atau padat

Contoh ikatan kovalen koordinasi Molekul NH3 mempunyai satu pasang elektron yang belum digunakan bersama, sedang ion H+ dapat menerima satu pasang elektron untuk menjadi lebih stabil karena mempunyai konfigurasi elektron helium. Oleh karena itu pasangan elektron tersebut dapat digunakan bersama oleh molekul NH3 dan ion H+ sehingga terbentuk ion amonium, NH4+.

Suatu ikatan kovalen dikatakan polar (berkutub), jika pasangan elektron yang digunakan bersama tertarik lebih kuat kesalah satu atom. Ukuran kekuatan gaya tarik ini dinyatakan dengan keelektronegatifan. Contoh senyawa polar, antara lain HF, HCl, dan HBr. Umumnya, logam merupakan elektropositif karena logam memiliki kecendrungan untuk kehilangan elektron valensi agar dapat membentuk

36  

ion positif. Ikatan logam terjadi karena adanya interaksi antara ion positif pada logam dengan elektron valensinya.

Ion-ion positif dalam lautan elektron

Logam-logam mempunyai kelektronegatifan yang rendah. Dalam kristal logam, atom-atom cendrung melepaskan elektron valensinya sehingga terbentuk awan elektron dan kumpulan inti atom yang bermuatan positif. Inti-inti yang bermuatan positif tersebut tersusun rapat dalam awan elektron yang mudah bergerak. Hasil dari muatan yang rapat dan saling berdekatan adalah penataan teratur ion-ion positif logam dan disekitarnya terdapat “lautan” gerakan elektron valensi yang mengikat ion-ion bersamaan. Elektron valensi bebas akan bertindak seperti “perekat” pada ikatan logam. Sifat-sifat logam adalah: a. Penghantar panas dan listrik yang baik b. Memiliki kerapatan dan titik leleh yang tinggi c. Dapat dibentuk dengan cara ditempa d. Umumnya, logam mengkilap

B. Kerangka Berpikir Belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku pada individu yang belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku. Perubahan yang terjadi adalah perubahan dalam pengertian yang positif yaitu perubahan yang memberikan dampak ke arah penambahan atau peningkatan suatu perilaku. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dari belajar disebut hasil belajar.

37  

Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi proses belajar mengajar tersebut. Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain, namun pembelajaran kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa tetapi peran dan keaktifan siswa diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan dan mengembangkan pemikirannya. Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak model, salah satunya adalah Talking Chips (kartu berbicara), dalam Talking Chips siswa menggunakan kartu untuk berbcara dalam kelompoknya atau dengan kelompok yang lain. Dengan Talking Chips tidak ada siswa yang mendominasi, karena setiap siswa diberikan kesempatan untuk berbicara dengan menggunakan kartunya, dimana setiap siswa di dalam kelas mempunyai kartu yang jumlahnya sama. Pembelajaran kooperatif model Talking Chips yang diterapkan diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa secara efektif, karena pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dalam mengembangkan potensi siswa, seperti terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan semangat kerja kelompok, dan semangat kebersamaan, serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok. Atas dasar inilah metode pembelajaran kooperatif model Talking Chips diajukan sebagai permasalahan penelitan untuk diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar ke arah pembelajaran yang lebih menciptakan interaktif sesama siswa, sehingga siswa tidak lagi termakan paradigma lama yang menyatakan kimia seperti hantu yang menakutkan, melainkan siswa beranggapan bahwa

38  

belajar kimia sangat menyenangkan. Dengan demikian siswa dapat terdorong minat dan motivasinya untuk belajar kimia yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Bila semua itu dilakukan maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar pun akan lebih baik.

39  

40  

C. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Samsul Rizal, Program Study Pendidikan Kimia Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2006 dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Talking Chips Terhadap Hail Belajar Pada Konsep Asam-Basa, Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit”. Kesimpulan yang didapatkan dalam skripsi tersebut menghasilkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan terhadap penguasaan konsep siswa mengenai asam-basa dan larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit dengan nilai pretest tertinggi kelas eksperimen 60 dan terendah 20, nilai rata-rata sebesar 38,58% dan mengalami peningkatan setelah mengalami perlakuan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips menjadi nilai tertinggi posttest sebesar 80 dan terendah mendapatkan nilai 45 dengan rata-rata sebesar 61,25%. Selain itu, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Christa Rosita, jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, tahun 2005 dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II SMP Negeri 5 Bandung. Kesimpulan yang didapatkan dalam skripsi tersebut menghasilkan bahwa kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat atau gagasan secara umum mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya. Dengan pembelajaran tipe Talking Chips yang dilaksanakan siswa terlihat lebih aktif dan respon terhadap pembelajaran, siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau gagasan sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahawa adanya peningkatan yang signifikan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips. Siswa terlihat lebih atif dan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat, sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih baik. Walaupun demikian, perlu adanya upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Model pembelajaran dan media

41  

hendaknya lebih bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan dalam melakukan diskusi, karena pembelajaran diskusi merupakan pembelajaran yang menaik namun cukup sulit. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan model pembelajaran demi tercapainya tujuan dari pembelajaran itu sendiri. D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan landasan dan kerangka pikir yang telah dijelaskan di atas maka perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ho

: tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa.

Ha

: ada pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa.

42  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di MA Jamiyah Islamiyah kelas X semester ganjil dan dilaksanakan pada bulan Oktober - November tahun ajaran 2009/2010. B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi eksperimen, karena disini peneliti menggunakan dua kelas sebagai objek penelitian, yang pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas yang kedua dijadikan sebagai kelas kontrol. Dua kelas tersebut diberikan materi yang sama. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips, sedangkan variabel bergantung yaitu hasil belajar kimia siswa kelas X pada mata pelajaran kimia. 1. Rancangan Penelitian Pretest

Perlakuan

Posttest

T1

X

T2

T1

-

T2

Keterangan : T1

: Hasil belajar pretest

T2

: Hasil belajar posttest

X

: Mengalami perlakuan Talking Chips Rancangan penelitian menggunakan pretest-posttes control group design,

yaitu design penelitian dimana terdapat dua kelompok. Kelompok pertama

42

43  

diberi perlakuan (kelompok eksperimen) sedangkan kelompok kedua tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu diberikan pretest untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa dan dilakukan posttest setelah diberi perlakuan. 2. Prosedur Perlakuan Secara garis besar penelitian yang akan dilakukan ini hanya satu kelompok, yaitu kelompok yang diberikan pengajaran menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips. Sedangkan sebagai pembanding diambil satu kelompok yang disebut sebagai kelompok kontrol. Sebelum memulai mengajar di kelas, terlebih dahulu menetapkan tujuan pengajaran, mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan mempersiapkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan pada masing-masing kelompok. Sebelum perlakuan terhadap masing-masing kelompok dilakukan tes awal (pretest), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Setelah perlakuan selesai dilaksanakan siswa kembali diberikan tes (posttest), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. C. Populasi, sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Suharsimi Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan subjek penelitian.38 Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi targetnya seluruh siswa MA Jamiyah Islamiyah Pondok Aren, Tangerang, sedangkan yang menjadi populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas X yang terdaftar di Sekolah tersebut pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.39 Sampel berasal dari populasi terjangkau yang diambil dari seluruh siswa kelas                                                              38

  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hal. 130 39 .Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), 131

44  

X MA Jamiyah Islamiyah Pondok Aren, Tangerang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling (pengambilan berdasarkan tujuan tertentu).

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas

: Pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips

b. Variabel terikat

: Hasil belajar

2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sampel siswa MA Jamiyah Islamiyah Pondok Aren, Tangerang kelas X yang terpilih sebagai sampel penelitian (kelas ekaperimen dan kelas kontrol). Adapun

hal-hal yang

dilakukan adalah : a. Kelompok

I,

yaitu

kelas

eksperimen

diberikan

pengajaran

menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips. b. Kelompok

II,

yaitu

kelas

kontrol

diberikan

pengajaran

klasikal/konvensional. c. Pada awal dan akhir pertemuan diberikan tes (pretest dan posttest). 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes pilihan ganda, yang terdiri dari 5 alternatif pilihan yaitu A, B, C, D, dan E. Soal tes disusun berdasarkan ruang lingkup materi yang diajarkan. Pengolahan hasil tes baik yang pretest maupun posttest yaitu dengan memberikan nilai-nilai atau skor sebagai berikut: siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 dan siswa yang menjawab salah diberi nilai 0. instrument yang digunakan pada konsep ikatan kimia dengan standar kompetensinya yaitu memahami struktur atom, sifat-sifat periodik

45  

unsur dan ikatan kimia. Sedangkan kompetensi dasarnya membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam, serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN IKATAN KIMIA No

Indikator

Aspek Kognitif dan Nomor Butir Soal C1

C2

Jumlah

C3

1

Menjelaskan kecenderungan suatu 1 unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.

2, dan 3

3

2

Menggambarkan susunan elektron 18 valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis).

4, dan 5

3

3

Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya.

6, dan 7

8

4

Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga serta contoh

9

10, dan 3 11

12

13

3

senyawanya. 5

Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa.

6

Menyelidiki kepolaran beberapa 14 dan 16 senyawa dan hubungannya dengan 15 17 keelektronegatifan melalui percobaan.

7

Mendeskripsikan proses 19 pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam. Jumlah

2

dan

4

20

5

2

11

4

20

46  

4. Pengujian Validitas Menurut Slameto validitas merupakan syarat terpenting dalam suatu evaluasi. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat pengukur tersebut menjalankan fungs ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artimnya, hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur40. Menurut Sofyan, dkk. Jika skor butir soal dis-kontinum (soal obyektif dengan skor 0 atau 1) maka pengujian validitasnya harus menggunakan korelasi biserial. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah.

Keterangan : r bis(i) = koefisien korelasi antara skor butir soal nomor i dengan skor total Xi

= rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i

Xt

= rata-rata skor total semua responden

St

= standar deviasi skor total semua responden

pi

= proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i

qi

= proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i.41

5. Pengujian Reliabilitas Selain harus memenuhi syarat validitas, juga harus realibilitas. Uji realibilitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini tetap atau tidak. Sehingga instrumen tes tersebut dapat digunakan di berbagai tempat. Realibilitas instrumen tes pada penelitian ini menggunakan rumus KR-20 yaitu :                                                              40

 Baso Intang Sappaile, Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan, (Lampung:Jurnal Pendidikan dan Kebudayaa no.66, tahun XIII, Mei 2007) hal. 382 41 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 109

47  

Keterangan : rii

= koefisien reliabilitas tes

k

= jumlah butir

piqi = varians skor butir pi

= proporsi jawaban benar untuk butir nomor i

qi

= proporsi jawaban salah untuk butir nomor i

St

= varians skor total42

6. Pengujian Taraf Kesukaran Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang sukar, sedang dan mudah. Taraf kesukaran ini menurut Suharsimi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :43 Soal dengan P = 0,10 – 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,30 – 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,70 – 1,00 adalah soal mudah Rumusnya adalah sebagai berikut P = B/JS Keterangan :

P = tingkat kesukaran soal B = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar S = jumlah seluruh siswa peserta tes

7. Pengujian Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan siswa yang pandai, dan siswa yang kurang pandai. Angka yang menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Harga indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 – 1,00. Rumus yang digunakan adalah :                                                              Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 113 43 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007). hal.210 42

48  

D= ((BA / JA) –(BB / JB))= PA-PB Keterangan : D = indeks diskriminasi BA = banyak kelompok peserta atas yang menjawab soal dengan benarBB BB = banyak kelompok peserta bawah yang menjawab soal dengan benar JA = jumlah peserta kelompok atas JB = jumlah peserta kelompok bawah PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:44 D = 0.00-0,20 jelek D = 0.20-0,40 cukup D = 0,40-0,70 baik D = 0,70-1,00 baik sekali E. Teknik Analisis Data Pengujian untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t karena: sampel acak, data interval, populasi berdistribusi normal dan kesamaan varians. Dengan demikian sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t perlu dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Untuk prasyarat data interval telah terpenuhi, sebab hasil belajar merupakan data interval. Uji kecakapan pun tidak perlu dilakukan sebab sampel telah diambil secara acak. Oleh karena itu, uji prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji normalitas dan uji kesamaan varians (uji homogenitas). Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji liliefors.45 Adapun langkah-langkah untuk mengadakan uji Liliefor adalah sebagai berikut :                                                              44 45

 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).hal. 218 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 466.

49  

1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang terbesar 2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus : Zi =

Dengan :

Xi − X S

Zi = Skor baku,

Xi = Skor data

X = nilai rata-rata

S = Simpangan baku

3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1- (0,5 + nilai tabel) 4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), 5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, nilai ini kita namakan Lo. 7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. 8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah: F=

n∑ f i xi2 − (∑ f i xi ) 2 S x2 2 S = , dimana S y2 n(n − 1)

Dengan : F = Homogenitas Sx2 = Varians data pertama/varians data terbesar Sy2 = Varians data kedua/varians terkecil

50  

Adapun kriteria pengujiannya adalah: Ho diterima jika Fh < Ft

Ho = Data memiliki varians homogen

Ho ditolak jika Fh > Ft

Ho = Data tidak memiliki varians homogen

Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk menguji data yang diperoleh digunakan rumus uji-t sebagai berikut:

xx − x y

t= S

1 1 + n x ny

dimana

S=

(nx − 1) S x2 + (n − 1) S y2 ( n x + n y − 2)

Keterangan: Xx = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips. Xy = Rata-rata motivasi belajar siswa yang tidak diajar dengan menggunakan metode inteligensi ganda nx = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen ny = jumlah sampel pada kelompok kontrol Sx2 = varians kelompok eksperimen Sy2 = varains kelompok kontrol Kriteria pengujian dengan derajat kebebasan : nx + ny – 2 dan taraf signifikan α = 0.05 sebagai berikut : Ho diterima jika thitung < ttabel Ho ditolak jika thitung > ttabel Jika kedua kelompok tersebut tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : 2

t=−

xx − x y 2 S x2 S y + nx n y

dengan

⎧⎪ S x2 S y2 ⎫⎪ ⎨ + ⎬ ⎪ n x n y ⎪⎭ dk = ⎩ 2 ⎛ S y2 ⎞ ⎛ S x2 ⎞ ⎜ ⎟ ⎜⎜ ⎟⎟ ⎜ ⎟ n ⎝ x ⎠ + ⎝ ny ⎠ nx − 1 ny −1

Kriteria pengujian tolak Ho jika thitung > ttabel, untuk nilai lainnya Ho diterima

51  

F. Hipotesis Statistik

Perumusan hipotesis statistik untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2 Keterangan : µ1 : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen. µ2 : Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol H0 : Hipotesis nol atau hipotesis nihil dalam penelitian ini adalah bahwa ratarata nilai hasil belajar kelompok eksperimen (kelompok yang diajar dengan Talking Chips) sama dengan nilai hasil belajar kelompok kontrol H1 : Hipotesis alternatif, yaitu hipotesis yang sedapat mungkin diterima dalam penelitian ini. Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah rata-rata nilai hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol

52  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN  

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang terkumpul meliputi data skor pretest dan skor postes dari 60 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen 30 siswa dan kelompok kontrol 30 siswa diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1. Data hasil belajar a. Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Berdasarkan hasil tes awal (pretest) pengolahan data penelitian mengenai hasil belajar siswa pada konsep ikatan kimia untuk kelas eksperimen (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 27,50, dengan nilai tertinggi 45, nilai terendah 10, dan simpangan baku 11,04 (lampiran 24). Sedangkan untuk kelas kontrol (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 25,50, nilai tertinggi 45, nilai terendah 10, dan simpangan baku 9,94 (lampiran 22). Dalam tes awal (pretest) ini didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol. Tabel 4.1 Deskripsi Data Mean Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No.

Data

1 2 3

N Mean SD

Kelompok eksperimen 30 27,50 11,04

52

Kelompok kontrol 30 25,50 9,94

53  

b. Postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Berdasarkan hasil tes akhir (postest) pengolahan data penelitian mengenai hasil belajar siswa pada konsep ikatan kimia untuk kelas eksperimen (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 77,17, dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 40, dan simpangan baku 11,35 (lampiran 25). Sedangkan untuk kelas kontrol (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 68,67, nilai tertinggi 90, nilai terendah 40, dan simpangan baku 12,66 (lampiran 23). Dalam tes akhir (postest) ini didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen juga lebih besar dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol. Tabel 4.2 Deskripsi Data Mean Skor Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No.

Data

1 2 3

N Mean SD

Kelompok eksperimen 30 77,17 11,35

Kelompok kontrol 30 68,67 12,66

c. Perbandingan mean pretest dan posttest

Peningkatan hasil belajar siswa diambil dari nilai rata-rata pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.3 Deskripsi Data Mean Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No.

Data

1 2

N Mean

Kelompok eksperimen Pretest Posttest 30 30 27,50 77,17

Kelompok kontrol Pretest Posttest 30 30 25,50 68,67

Tabel di atas menunjukan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi, yaitu sebesar 49,67 point, sedangkan untuk kelas kontrol mengalami kenaikan sebesar 43,17 point.

54  

2. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk melihat adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan pengujian persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik, sebagai berikut: a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut: Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal Jika Lhitung > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal Hasil uji normalitas skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut: (1). Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No

Statistik

1 2 3 4 5

N X SD Lhitung Ltabel Kesimpulan

Kelompok eksperimen 30 27,50 11,04 0,152 0,161 Distribusi normal

Kelompok kontrol 30 25,50 9,94 0,153 0,161 Distribusi normal

Berdasarkan data tabel diatas, didapat Lhitung skor pretest siswa kelompok eksperimen adalah sebesar 0,152 dan Ltabel (n=30) adalah sebesar 0,161 menunjukan bahwa data kelompok eksperimen berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,152

55  

< 0,161). Dan untuk kelompok kontrol didapatkan Lhitung sebesar 0,153 dengan Ltabel (n=30) sebesar 0,161 menunjukan bahwa data kelompok kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,153 < 0,161). Dengan demikian, kedua sampel penelitian pada skor pretest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memenuhi kriteria hipotesis nol diterima, yang artinya data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 14. (2). Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Skor Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No

Statistik

1 2 3 4 5

N X SD Lhitung Ltabel Kesimpulan

Kelompok eksperimen 30 77,17 11,35 0,129 0,161 Distribusi normal

Kelompok kontrol 30 68,67 12,66 0,120 0,161 Distribusi normal

Berdasarkan data tabel diatas, didapat Lhitung skor postest siswa kelompok eksperimen adalah sebesar 0,129 dan Ltabel (n=30) adalah sebesar 0,161 menunjukan bahwa data kelompok eksperimen berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,129 < 0,161). Dan untuk kelompok kontrol didapatkan Lhitung sebesar 0,120 dengan Ltabel (n=30) sebesar 0,161 menunjukan bahwa data kelompok kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,120 < 0,161). Dengan demikian, kedua sampel penelitian pada skor postest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memenuhi kriteria hipotesis nol diterima, yang

56  

artinya data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 15. b. Uji Homogenitas

Setelah

kedua

kelompok

sampel

penelitian

dinyatakan

berdistribusi normal, maka selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas dari kedua kelompok penelitian. Hasil uji homogenitas kedua sampel penelitian dapat dilihat berikut ini: Uji homogenitas kedua varian dengan hasil sebagai berikut: (1). Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal,

selanjutnya

dicari

nilai

homogenitasnya

dengan

menggunakan uji fisher. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah homogen Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak homogen Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

N eksperimen N kontrol S12 S22 Fhitung Ftabel Kesimpulan

Data Statistik 30 30 98,88 121,98 1,23 1,85 Varians kedua kelompok homogen

57  

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan Fhitung sebesar 1,23 dengan n=60 pada taraf kepercayaan 95% ( α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85. maka kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen, karena memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,23 < 1,85). Hasil perhitungan uji homogenitas skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 19. (2). Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal,

selanjutnya

dicari

nilai

homogenitasnya

dengan

menggunakan uji fisher. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah homogen Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak homogen Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas postest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

N eksperimen N kontrol S12 S22 Fhitung Ftabel Kesimpulan

Data Statistik 30 30 128,76 160,23 1,24 1,85 Varians kedua kelompok homogen

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan Fhitung sebesar 1,24 dengan n=60 pada taraf kepercayaan 95% ( α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85. maka kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen, karena memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,24 < 1,85). Hasil

58  

perhitungan uji homogenitas skor postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 19.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test) untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik talking chips terhadap hasil belajar siswa. Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah sebagai berikut: thitung < ttabel maka Ho diterima thitung > ttabel maka Ho ditolak a. Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Pengolahan data selanjutnya adalah uji t yaitu pengujian hipotesis dan dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Pengolahan data skor pretest diperoleh kesimpulan bahwa sebaran data berdistribusi normal. Maka hipotesis ini dapat dilanjutkan dengan uji t untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik talking chips terhadap hasil belajar siswa dengan rumus sebagai berikut: Tabel 4.8 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Variabel

Jumlah Thitung sampel Hasil belajar n1=30 dan 0,74 siswa n2=30

Ttabel 2,048

Kesimpulan data Menerima Ho dan menolak Ha

Berdasarkan data tabel diatas diperoleh hasil perhitungan thitung sebesar 0,74 dengan ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 adalah sebesar 2,048. maka dapat disimpulkan bahwa thitung < ttabel (0,74 < 2,048) hipotesis nol diterima (Ho) diterima, dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, karena kedua kelompok belum mendapatkan

59  

perlakuan. Hasil perhitungan uji hipotesis data skor pretest dapat disajikan dalam lampiran 21.

b. Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Pengolahan data selanjutnya adalah uji t, yaitu pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang menunjukan hasil kedua sampel penelitian adlah berdistribusi normal dan bersifat homogen. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test) untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik talking chips terhadap hasil belajar siswa. Kriteria hasil kesimpulan uji adalah sebagai berikut: thitung < ttabel maka Ho diterima thitung > ttabel maka Ho ditolak Adapun taraf kepercayaan dan signifikansi uji t yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% ( α = 0,05) dengan derajat kebebasan (df/db = 30+30-2 = 58) maka diperoleh ttabel sebesar 2,048. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Variabel

Jumlah Thitung sampel Hasil belajar n1=30 dan 2,74 siswa n2=30

Ttabel 2,048

Kesimpulan data Menolak Ho dan menerima Ha

Berdasarkan data tabel diatas, diperoleh thitung sebesar 2,74 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 30+30-2 =58), maka diperoleh ttabel sebesar 2,048, maka thitung > ttabel (2,74 > 2,048) adalah menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Dengan demikian, ini dapat menguji kebenaran hipotesis, yaitu model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips memberikan

60  

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Hasil perhitungan uji hipotesis data skor postest dapat disajikan dalam lampiran 21.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Melalui tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (postest) tampak ada perubahan hasil dan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata postest hasil belajar kimia siswa dengan penerapan metode kooperatif teknik Talking Chips sebesar 77,17 dan rata-rata postes dengan metode diskusi biasa 68,67. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif teknik Talking Chips lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa daripada dengan metode diskusi biasa. Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik yaitu dengan menggunakan uji t diperoleh hasil thitung = 2,74, sedangkan nilai ttabel = 2,048. maka diperoleh hasil thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan penerapan metode kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia. Hasil belajar yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah oleh faktor guru, siswa, serta metode pembelajaran. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa aktifitas siswa setelah proses pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terjadi peningkatan terutama dalam hal kerjasama kelompok. Model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran kimia adalah model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukan kartu tersebut ke atas meja. Tahap selanjutnya adalah diskusi kelompok, dimana siswa diajak untuk berdiskusi bersama kelompoknya. Siswa mendiskusikan atau membahas topik untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh gurunya. Tahap ini

61  

bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir siswa untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. Guru melatih siswa untuk memecahkan masalah melalui diskusi kelompok, hal ini bertujuan supaya siswa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman, dan berbagi ilmu pengetahuan dengan temannya. Kemudian siswa setiap kelompok melakukan presentasi di depan kelas. Pada tahap ini dimana siswa masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, mengemukakan berbagai

macam alasan yang

mendukung hasil diskusi mereka. Setiap siswa yang ingin berbicara atau mengungkapkan suatu ide, siswa tersebut terlebih dahulu harus mengangkat kartunya, kemudian kartunya disimpan di tengah meja pada kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Dalam hal ini, tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Tahap ini bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara kompleks, dimana guru menyampaikan penjelasan secara singkat tentang teori dan konsep serta mengoreksi jika terdapat kesalahpahaman siswa. Dari tahap-tahap yang telah dilakukan, siswa dilatih harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, dan aktif dalam mengungkapkan suatu ide, sehingga tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang diam saja. Sedangkan guru hanya membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan siswa berjalan lancer, guru disini tidak mentransferkan pengetahuan yang telah

dimiliki guru

melainkan

membantu

siswa

untuk

membentuk

pengetahuannya sendiri. Selain itu siswa dilatih untuk berpartisipasi aktif dalam berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat, sehingga sangat penting sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat, sehingga sangat penting bagi guru untuk membekali sebelumnya dengan kempuan berkomunikasi, mengingat bahwa tidak semua siswa memiliki tingkat kemampuan untuk berkomunikasi.

62  

Menurut Sonia Casal (2002) menyatakan bahwa Talking Chips mempunyai dua proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan materi46. Metode pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips menekankan kepada keterampilan sosial dan penguasaan materi. Keterampilan sosial diamati pada saat siswa berdiskusi pada kelompoknya. Keterampilan yang diamati antara lain: cara bekerjasama, cara mengungkapkan pendapat, menghormati pendapat teman, bertanggung jawab terhadap kelompok, saling ketergantungan terhadap teman. Keterampilan-keterampilan pada metode kooperatif teknik Talking Chips menjadikan siswa termotivasi untuk memberikan yang terbaik untuk kelompok dan dirinya. Dengan demikian dapat meningkatkan keterampilan sosial mereka pada saat berdiskusi dan meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif teknik Talking Chips memiliki penguasaan materi yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan metode diskusi biasa. Dengan adanya hal ini peningkatan pemahaman dan penguasaan materi yang lebih baik berkenaan dengan konsep-konsep yang ada pada materi ikatan kimia. Pemberian metode ini memicu siswa dapat belajar dari temannya dan

sekaligus

membelajarkan

temannya,

sehingga

saling

timbul

ketergantungan positif. Kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif teknik Talking Chips sangat mendukung dalam peningkatan hasil belajar. Kelebihan tersebut terlihat dalam hal mengembangkan potensi siswa, seperti terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, tiap siswa mngemukakan pendapat, ide atau

                                                             46

 

Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

63  

gagasan maka siswa dilatih untuk lebih berani berkomunikasi dan menghormati pendapat yang diutarakan siswa lain. Salah satu peningkatan hasil belajar siswa disebabkan terjadinya diskusi antar kelompok. Hal ini dikarenakan pembentukan kelompok yang heterogen berdasarkan

perbedaan

kemampuan

akademis

dan

jenis

kelamin.

Pembentukan kelompok heterogen memberikan dampak positif karena dalam pembelajarannya terjadi beberapa interaksi antar siswa yang dapat menguntungkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Yang pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender. Pembelajaran

kooperatif

memberikan

kesempatan

kepada

siswa

berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa, dapat membantu perkembangan perilaku siswa untuk meningkatkan prestasi. Berdasarkan penelitian, metode kooperatif mengurangi peranan guru di kelas dan siswa lebih aktif menanyakan kesulitan materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meinarni yang menyatakan bahwa penggunaan metode kooperatif teknik Talking Chips menimbulkan keaktifan siswa dalam berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Siswa merasa senang berbagi dan bekerjasama dalam kelompok dan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan47. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dapat memahami kandungan pembelajaran secara utuh, dikarenakan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips ini dapat menunjukkan aktivitas total masingmasing anggota kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga mendapatkan kesadaran anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam kelompoknya.                                                              47

 Meinarni, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung” (Bandung: UPI Bandung, 2005). 

64  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan interpretasi data dari hasil penelitian, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh skor mean pretest 27,50 dan skor posttest 77,17 dan pada kelas kontrol skor mean pretest 25,50 dan skor posttest 68,67. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Hasil perhitungan hipotesis posttest dengan melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05 yaitu didapat hasil thitung > ttabel yaitu 2,74 > 2,048. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa uji hipotesis menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Dan hasil perhitungan ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diajukan saran-saran agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik sebagai berikut: 1. Diharapkan guru bidang studi kimia khususnya kimia dapat menerapkan pembelajaran yang mengikutsertakan siswa aktif mengalami pembelajaran, khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips.

64

65  

2. Mengingat hasil penelitian ini masih sangat sederhana, maka apa yang didapat dari hasil penelitian ini bukan merupakan hasil akhir. Adanya keterbatasan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk diadakannya penelitian lebih lanjut denga menambahkan variabel lain. 3. Bagi penelitian lain, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan penelitian awal untuk mengetahui pengaruh atau hubungan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar.

66  

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara Aunurrahman, 2009.Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfa Beta. Casal, Sonia, “Cooperative Learning in CLIL Context: Ways to improve Students’ Competences in the Foreign Language Classroom”, Universidad Pablo de Olaide (Sevila-Spain) Casal, Sonia, Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. “Psikologi Belajar”, PT. Rineka Cipta. Ghazali, Syukur. 2002. Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, cetakan ke-7. Intang Sappaile, Baso, 2007, Konsep Instumen Penelitian Pendidikan, Lampung: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Johati, J.M.C dan M Rachmawati, 2004. Kimia SMU Untuk Kelas X, Jakarta: Erlangga. Kagan, Spence, “Cooperative Learning 2 Day Workbook”, google: www. Kaganonline.com/answer/cl 2 day w kbk html.29k. Meinarni, 2005, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung” Bandung: UPI Bandung. Miyake, Alison dan Chris-hunt, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf.

66

67  

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta:Gaung Persada Press. Parwati, Ni Nyoman. 2003. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan OpenEnded Di- Kelas SMU Laboratorium IKIP Negri Singaraja, Singaraja: IKIP Negri Singaraja. Purwanto, Ngalim. 2007. ”Psikologi Pendidikan”, PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina, 2008, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Kencana. Soffyatiningrum, Etty. 2007. Terapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia di SMA/MA (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA). Sofyan, Ahmad dkk, 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:UIN Jakarta Press. Sudjana, 1996. Metode Statistika, Bandung: Tarsito. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Syah, Muhibbin. 2007. “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya. Tanree, Munir. 2009. Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Trianto,2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Wahyudi utomo, Supri,2007, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun). Wakhinudin, 2003, Forum Pendidikan, Padang: Universitas Negeri Padang Press. Winarti, Atiek, 2001, pembelajaran ilmu kimia dan Kontribusinya terhadap perkembangan Intelektual vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan. Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Grasindo.

 

67

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) Nama Sekolah

: MA JAMIYAH ISLAMIYAH

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

:X/I

Pertemuan Ke

:I

Alokasi Waktu

: 2 Jam Pembelajaran (90 menit)

Standar  Kompetensi  1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia Kompetensi Dasar  1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk    Indikator  1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya 2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis) A. Tujuan Pembelajaran  Siswa dapat : 1. Menentukan unsur yang dapat melepaskan elektron atau menerima electron untuk mencapai kestabilan

 

68

2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis)

B. Metode  Pembelajaran  Materi  Pembelajaran  C. 1.

Diskusi Kelompok

2.

Talking Chips

D. Kegiatan  Pembelajaran 

JENIS KEGIATAN Tahap Kegiatan awal (10 menit)

Guru Fase I : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

• Masuk kelas sambil mengucap salam

Siswa

ƒ

Menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ”

“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.

ƒ

Siswa yang dipanggil mengacungkan tangan

• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar

ƒ

Siap melakukan proses pembelajaran

ƒ

Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar

ƒ

Menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.

mengajar. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a • Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran

Indikator

 

69 Fase II: Menyajikan informasi

Kegiatan inti (70 menit)

• Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

ƒ

materi yang akan dibahas

Mencatat point-point penting yang harus diketahui dalam pembelajaran

• Memotivasi siswa dengan sikap keterbukaan dan sambutan

ƒ

Siswa merespon dengan baik

ƒ

Secara teratur duduk berkelompok dan melakukan

yang baik terhadap siswa Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips: •



Membagi peserta didik/siswa menjadi beberapa kelompok, serta kartu yang digunakan untuk bertanya dan menjawab

diskusi pembelajaran kooperatif teknik talking

pertanyaan

chips yang berkaitan dengan ikatan kimia

Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja

ƒ

Mengerjakan soal secara berkelompok

ƒ

Aktif

1 dan 2

kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep ikatan kimia Fase IV: Membimbing kelompok belajar dan bekerja •

Menugaskan dan membimbing siswa untuk melakukan

melakukan

diskusi

kelompok

dalam

memecahkan permasalahan secara kooperatif

diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan yang diajukan •

Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik/siswa dalam menjawab dan menyelesaikan permasalahan



Membimbing

siswa

untuk

saling

bekerjasama

dan

ƒ

mendukung sesama anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan •

Menyuruh setiap kelompok maju ke depan kelas untuk

Melakukan kerjasama secara kondusif dan saling

ƒ

Mendengarkan arahan guru dengan antusias dan

 

70 mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian (setiap

semangat

kelompok 10 menit) •

Memberikan

kesempatan

menggunakan

kepada

kartunya

pendapat/sanggahan mempresentasikan

kepada jika

siswa

untuk kelompok

terdapat

untuk

ƒ

Bertanya dengan mengangkat kartunya bila ada

mengajukan

materi yang kurang dipahami dan meletakan

lain

kartunya di atas meja

perbedaan

yang

pendapat

dengan mengangkat kartunya dan meletakan kartu di atas meja setelah mengaujkan dan menjawab sanggahan •

Menjelaskan kembali jika ada pertanyaan siswa yang tidak

ƒ

Mendengarkan penjelasan guru dan mencatat halhal yang dianggap penting

dimengerti

Fase V: Evaluasi Kegiatan akhir (10 menit)



Melakukan evaluasi dengan cara menyimpulkan dan memberikan

penjelasan

kemabali

mengenai

konsep

pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi

ƒ Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan tepat dan aktif secara bersama-sama mengulangnya kembali dalam menjelaskan materi sebelumnya

Fase VI: Memberikan penghargaan •

Memberikan penghargaan terhadap angota terbaik dalam kelompok dan kelompok yang terbaik



Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali

ƒ Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang dicapai dan berupaya untuk menjadi lebih baik ƒ Mendengarkan arahan guru

materi pembelajaran hari ini •

Mengingatkan kembali bahwa pertemuan berikutnya akan

ƒ Menyimak penjelasan guru

 

71 dilanjutkan

proses

pembelajaran

dengan

model

pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!

ƒ Mengucapkan lafadz. ALHAMDULILLAH…..

  E. Sumber Belajar  a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA) b. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira) c. Buku referensi yang relevan

Jakarta, 10 Oktober 2009

 

72

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Acep Amirta              

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) Nama Sekolah

: MA JAMIYAH ISLAMIYAH

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

:X/I

Pertemuan Ke

: II

Alokasi Waktu

: 2 Jam Pembelajaran (90 menit)

Standar Kompetensi 

 

73

1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia Kompetensi Dasar  1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk    Indikator  3. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion 4. Menjelaskan terbentuknya ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga 5. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa

C. Tujuan Pembelajaran  Siswa dapat : 3. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion 4. Menjelaskan terbentuknya ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga 5. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa

D. Metode  Pembelajaran  Materi  Pembelajaran  E.

 

74

1.

Diskusi Kelompok

2.

Talking Chips

F. Kegiatan  Pembelajaran  JENIS KEGIATAN Tahap Kegiatan awal (10 menit)

Guru Fase I : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

• Masuk kelas sambil mengucap salam

Siswa

ƒ

Menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ”

“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.

ƒ

Siswa yang dipanggil mengacungkan tangan

• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar

ƒ

Siap melakukan proses pembelajaran

ƒ

Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar

ƒ

Menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.

ƒ

Mencatat point-point penting yang harus diketahui

mengajar. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a • Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran

Fase II: Menyajikan informasi Kegiatan inti (70 menit)

• Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dibahas • Memotivasi siswa dengan memberikan umpan balik kepaa siswa hasil peningkatan belajar siswa Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar

dalam pembelajaran ƒ

Siswa merespon dengan baik

Indikator

 

75 Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips: •



Membagi peserta didik/siswa menjadi beberapa kelompok,

ƒ

Secara teratur duduk berkelompok dan melakukan

serta kartu yang digunakan untuk bertanya dan menjawab

diskusi pembelajaran kooperatif teknik talking

pertanyaan

chips yang berkaitan dengan ikatan kimia

Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja

ƒ

Mengerjakan soal secara berkelompok

ƒ

Aktif

kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep ikatan kimia

Fase IV: Membimbing kelompok belajar dan bekerja •

Menugaskan dan membimbing siswa untuk melakukan

melakukan

diskusi

kelompok

dalam

memecahkan permasalahan secara kooperatif

diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan yang diajukan •

Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik/siswa dalam menjawab dan menyelesaikan permasalahan



Membimbing

siswa

untuk

saling

bekerjasama

dan

ƒ

mendukung sesama anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan •

Melakukan kerjasama secara kondusif dan saling

Guru menyuruh setiap kelompok maju ke depan kelas

ƒ

Mendengarkan arahan guru dengan antusias dan semangat

untuk mempresentasikan hasil diskusi minggu lalu secara bergantian (setiap kelompok 10 menit) •

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pendapat/sanggahan mempresentasikan

kartunya kepada jika

untuk kelompok

terdapat

mengajukan lain

perbedaan

yang

pendapat

ƒ

Siswa bertanya dengan mengangkat kartunya bila ada materi yang kurang dipahami dan meletakan kartunya di atas meja

 

76 dengan mengangkat kartunya dan meletakan kartu di atas meja setelah mengaujkan dan menjawab sanggahan •

Guru menjelaskan kembali jika ada pertanyaan siswa yang

ƒ

Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

tidak dimengerti Fase V: Evaluasi Kegiatan akhir (10 menit)



Guru melakukan evaluasi dengan cara menyimpulkan dan memberikan

penjelasan

kemabali

mengenai

konsep

ƒ Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan tepat dan aktif secara bersama-sama mengulangnya kembali dalam menjelaskan materi sebelumnya

pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi Fase VI: Memberikan penghargaan •

Guru memberikan penghargaan terhadap angota terbaik

dicapai dan berupaya untuk menjadi lebih baik

dalam kelompok dan kelompok yang terbaik •

ƒ Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang

Guru menugaskan kepada siswa untuk mempelajari

ƒ Mendengarkan arahan guru

kembali materi pembelajaran hari ini •

Mengingatkan kembali bahwa pertemuan berikutnya akan dilanjutkan

proses

pembelajaran

dengan

ƒ Menyimak penjelasan guru

model

pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!

  E. Sumber Belajar 

ƒ Mengucapkan lafadz. ALHAMDULILLAH…..

 

77

a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA) b. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira) c. Buku referensi yang relevan

Jakarta, 17 Oktober 2009

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

 

Acep Amirta

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen) Nama Sekolah

: MA JAMIYAH ISLAMIYAH

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

:X/I

Pertemuan Ke

: III

Alokasi Waktu

: 2 Jam Pembelajaran (90 menit)

Standar Kompetensi 

 

78

1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia Kompetensi Dasar  1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk    Indikator  6. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan 7. Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam E. Tujuan Pembelajaran  Siswa dapat : 6. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan 7. Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam

F. Metode  Pembelajaran  Materi  Pembelajaran  G. 3. Diskusi Kelompok 4. Talking Chips H. Kegiatan  Pembelajaran  JENIS KEGIATAN

  Tahap Kegiatan awal (10 menit)

79 Guru Fase I : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

• Masuk kelas sambil mengucap salam

Siswa

ƒ

Menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ”

“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.

ƒ

Siswa yang dipanggil mengacungkan tangan

• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar

ƒ

Siap melakukan proses pembelajaran

ƒ

Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar

ƒ

Menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.

ƒ

Mencatat point-point penting yang harus diketahui

mengajar. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a • Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran

Fase II: Menyajikan informasi Kegiatan inti (60 menit)

• Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dibahas • Memotivasi siswa dengan bertanya dan mengingatkan

dalam pembelajaran ƒ

Merespon dengan baik

kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips: •

Membagi peserta didik/siswa menjadi beberapa kelompok,

ƒ

Secara teratur duduk berkelompok dan melakukan

Indikator

 

80



serta kartu yang digunakan untuk bertanya dan menjawab

diskusi pembelajaran kooperatif teknik talking

pertanyaan

chips yang berkaitan dengan ikatan kimia

Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja

ƒ

Mengerjakan soal secara berkelompok

ƒ

Aktif

kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep ikatan kimia Fase IV: Membimbing kelompok belajar dan bekerja •

Menugaskan dan membimbing siswa untuk melakukan

melakukan

diskusi

kelompok

dalam

memecahkan permasalahan secara kooperatif

diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan yang diajukan •

Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik/siswa dalam menjawab dan menyelesaikan permasalahan



Membimbing

siswa

untuk

saling

bekerjasama

dan

ƒ

mendukung sesama anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan •

Melakukan kerjasama secara kondusif dan saling

Menyuruh setiap kelompok maju ke depan kelas untuk

ƒ

Mendengarkan arahan guru dengan antusias dan semangat

mempresentasikan hasil diskusi minggu lalu secara bergantian (setiap kelompok 10 menit) •

Memberikan

kesempatan

menggunakan pendapat/sanggahan mempresentasikan

kepada

kartunya kepada jika

untuk kelompok

terdapat

siswa

untuk

ƒ

Bertanya dengan mengangkat kartunya bila ada

mengajukan

materi yang kurang dipahami dan meletakan

lain

kartunya di atas meja

perbedaan

yang

pendapat

dengan mengangkat kartunya dan meletakan kartu di atas meja setelah mengaujkan dan menjawab sanggahan •

Menjelaskan kembali jika ada pertanyaan siswa yang tidak

ƒ

Mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-

 

81 dimengerti

hal yang dianggap penting

Fase V: Evaluasi Kegiatan akhir (10 menit)



Melakukan evaluasi dengan cara menyimpulkan dan memberikan

penjelasan

kemabali

mengenai

konsep

pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi

ƒ Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan tepat dan aktif secara bersama-sama mengulangnya kembali dalam menjelaskan materi sebelumnya

Fase VI: Memberikan penghargaan •

Memberikan penghargaan terhadap angota terbaik dalam kelompok dan kelompok yang terbaik



Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali materi pembelajaran hari ini

ƒ Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang dicapai dan berupaya untuk menjadi lebih baik ƒ Menyimak penjelasan guru

dan sebelumnya sebagai

persiapan postest • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!

ƒ Mengucapkan lafadz. ALHAMDULILLAH…..

  E. Sumber Belajar  d. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA) e. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira) f. Buku referensi yang relevan

Jakarta, 24 Oktober 2009

 

82

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Acep Amirta

 

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Nama Sekolah

: MA JAMIYAH ISLAMIYAH

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

:X/I

Pertemuan Ke

:I

Alokasi Waktu

: 2 Jam Pembelajaran (90 menit)

Standar Kompetensi  1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia Kompetensi Dasar  1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk    Indikator  1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya 2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis) A. Tujuan Pembelajaran  Siswa dapat : 1. Menentukan unsur yang dapat melepaskan elektron atau menerima electron untuk mencapai kestabilan

2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis)

B. Metode  Pembelajaran  Materi  Pembelajaran  C. 1. Diskusi 2. Ceramah

D. Kegiatan  Pembelajaran  JENIS KEGIATAN Tahap Pendahuluan (20 menit)

Guru

• Masuk kelas sambil mengucap salam

Siswa

ƒ

Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ”

“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.

Indikator

ƒ

Sswa menjawab

ƒ

Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar

ƒ

Siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.

• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar mengajar. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a • Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran

1. Menjelaskan materi pembelajaran mengenai unsur yang dapat Kegiatan inti (60 menit)

melepas elektron atau menerima elektron untuk mencapai kestabilan

1. Memperhatikan dan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan konsep pembelajaran

1

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan melakukan diskusi kelas

2. Bertanya atau memberikan pendapat mengenai hal-hal yang

berkaitan

dengan

pembelajaran

dan

siap

melakukan diskusi kelompok 2. Guru

dan siswa bersama-sama berlatih mengerjakan soal

latihan mengenai kecenderungan suatu unsur untuk mencapai

3. Aktif mengikuti dengan seksama menjawab soal yang diberikan

kestabilan 4. Guru menjelaskan kembali mengenai susunan electron valensi atom gas mulia (duplet ada oktet) dan electron valensi bukan

4. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat halhal yang dianggap penting

gas mulia (struktur) 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

5. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami

menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain 6. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti

6. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru

7. Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja kelompok

7. Mengerjakan soal secara berkelompok

mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep ikatan kimia 8. Menyuruh setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil diskusi

8. Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil diskusi

2

Penutup (10 menit)

• Meminta

siswa

memberikan

kesimpulan

dan

menanggapinya •

Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali

ƒ Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. ƒ Siswa mendengarkan arahan guru

materi pembelajaran hari ini • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!

ƒ Para siswa mengucapkan lafadz. ALHAMDULILLAH…..

  E. Sumber Belajar  a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA) b.Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira) c. Buku referensi yang relevan

Jakarta, 10 Oktober 2009

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Acep Amirta

 

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Nama Sekolah

: MA JAMIYAH ISLAMIYAH

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

:X/I

Pertemuan Ke

: II

Alokasi Waktu

: 2 Jam Pembelajaran (90 menit)

Standar Kompetensi  1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia Kompetensi Dasar  1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk    Indikator  2. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion 3. Menjelaskan terbentuknya ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga 4. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa

C. Tujuan Pembelajaran  Siswa dapat : 1. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion 2. Menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen tunggal, kovalen rangkap dua dan kovalen rangkap tiga 3. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa

D. Metode  Pembelajaran  Materi  Pembelajaran  E. 1. Diskusi 2. Ceramah

F. Kegiatan  Pembelajaran  JENIS KEGIATAN Tahap Pendahuluan (20 menit)

Guru

• Masuk kelas sambil mengucap salam

Siswa

ƒ

“ Waalaikumussalam Wr.Wb ”

“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.

Siswa menjawab salam

ƒ

Siswa menjawab

ƒ

Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar

• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar mengajar. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a

Indikator

• Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran

1. Kegiatan inti (60 menit)

Menjelaskan

materi

pembelajaran

mengenai

proses

terbentuknya ikatan ion

ƒ

Siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.

4. Memperhatikan dan mencatat hal-hal penting yang

3

berkaitan dengan konsep pembelajaran

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan melakukan diskusi kelas

5. Bertanya atau memberikan pendapat mengenai hal-hal yang

berkaitan

dengan

pembelajaran

dan

siap

melakukan diskusi kelompok 3. Guru

dan siswa bersama-sama berlatih mengerjakan soal

latihan mengenai terbentuknya ikatan ion

6. Aktif mengikuti dengan seksama menjawab soal yang diberikan

4. Guru menjelaskan kembali mengenai ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga.

4. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat halhal yang dianggap penting

4

5.Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada

5. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami

siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain 6. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti 7. Guru menjelaskan kembali mengenai proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi pada beberapa senyawa

7. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru 7. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-

8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada

hal yang dianggap penting 8. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami

siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain 9. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti 10.Memberikan

pertanyaan

dalam

bentuk

lembar

kerja

kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan

9. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru 10. Mengerjakan soal secara berkelompok

5

konsep ikatan kimia 11.Menyuruh setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil diskusi

11.Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil diskusi

Penutup (10 menit)

• Meminta

siswa

memberikan

kesimpulan

dan

menanggapinya •

Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali

ƒ Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. ƒ Siswa mendengarkan arahan guru

materi pembelajaran hari ini • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!

ƒ Para siswa mengucapkan lafadz. ALHAMDULILLAH…..

  E. Sumber Belajar  a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA) b. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira) c.  Buku referensi yang relevan

Jakarta, 17 Oktober 2009

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Acep Amirta

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol) Nama Sekolah

: MA JAMIYAH ISLAMIYAH

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

:X/I

Pertemuan Ke

: III

Alokasi Waktu

: 2 Jam Pembelajaran (90 menit)

Standar Kompetensi  1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia Kompetensi Dasar  1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk    Indikator  6. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan 7. Mendeskripsikan prses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam E. Tujuan Pembelajaran  Siswa dapat : 1. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan

1. Mendeskripsikan prses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam G. F. Metode  Pembelajaran  Materi  Pembelajaran  1. Diskusi 2. Ceramah H. Kegiatan  Pembelajaran  JENIS KEGIATAN Tahap Pendahuluan (20 menit)

Guru

Siswa

• Masuk kelas sambil mengucap salam

ƒ

Indikator

Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ”

“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.

ƒ

Siswa menjawab

ƒ

Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar

ƒ

Siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.

• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar mengajar. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a • Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran

1.Menjelaskan Kegiatan inti (60 menit)

beberapa

materi

pembelajaran

senyawa

dan

mengenai

kepolaran

hubungannya

dengan

keelektronegatifan 2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan melakukan diskusi kelas

7. Memperhatikan dan mencatat hal-hal penting yang

6

berkaitan dengan konsep pembelajaran 8. Bertanya atau memberikan pendapat mengenai hal-hal yang

berkaitan

dengan

melakukan diskusi kelompok

pembelajaran

dan

siap

2. Guru latihan

dan siswa bersama-sama berlatih mengerjakan soal mengenai

kepolaran

beberapa

senyawa

dan

9. Aktif mengikuti dengan seksama menjawab soal yang diberikan

hubungannya dengan keelektronegatifan 4. Guru menjelaskan kembali mengenai proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam

4. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat halhal yang dianggap penting

5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

5. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami

menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain 6. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti

8. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru

7. Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja kelompok

7. Mengerjakan soal secara berkelompok

mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep ikatan kimia 8. Menyuruh setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil diskusi

Penutup (10 menit)

• Meminta

siswa

memberikan

diskusi

kesimpulan

dan

menanggapinya •

9. Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil

Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali materi pembelajaran hari ini

ƒ Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. ƒ Siswa mendengarkan arahan guru ƒ Para siswa mengucapkan lafadz.

• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH….. ALHAMDULILLAH…………!

7

  E. Sumber Belajar  d.Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA) e. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira) f. Buku referensi yang relevan

Jakarta, 24 Oktober 2009

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Mahasiswa

(Guru Pamong)

Islahul Karim S.Pd

Acep Amirta 

 

Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan I

Nama

:

Kelompok

:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!! 1. Unsur-unsur golongan VIIIA disebut sebagai unsur gas mulia dan bersifat stabil. Apakah yang menyebabkan gas mulia bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan unsur lainnya? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………….. 2. Tulislah konfigurasi elektron untuk atom natrium, ion natrium (Na+), atom klorida, dan ion klorida (Cl-)? Jawab, a. 11Na………………………………………………………………………………... b. 11Na+………………………………………………………………………………. c. 17Cl………………………………………………………………………………… d. 17Cl-…………………………………………………..............................................

3. Gambarlah lambang Lewis untuk unsur Natrium, Magnesium, Alumunium, dan Silikon? Jawab, Unsur

Na

Mg

Al

Si

Nomor atom

11

12

13

14

Lambang Lewis

4. Apakah yang ditempuh oleh atom karbon yang memiliki nomor atom 6, agar dapat bersenyawa dengan atom lain? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 5. Tulislah konfigurasi ion-ion berikut: 19K+, 12Mg2+, 8O2-, 7N-, 11Na+, dan 10Ne+. Pasangan ion manakah yang memiliki jumlah elektron terluar/muatan yang sama? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan II

Nama

:

Kelompok

:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!! 1. Sebutkan sifat-sifat senyawa ion dan senyawa kovalen? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

2. Ikatan apa saja yang terdapat di dalam senyawa NH4OH dan buat strukturnya? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

3. Tentukan rumus molekul senyawa yang terbentuk serta jenis ikatannya antara unsur X (nomor atom 19) dengan unsur Y (nomor atom 16)? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………..

4. Diketahui unsur-unsur berikut: 8A,

12B, 13C, 16D,

dan

17E.

Diantara pasangan unsur-

unsur tersebut manakah yang berikatan kovalen? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

5. Mengapa senyawa ikatan ion jauh lebih kuat daripada senyawa ikatan kovalen? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan III

Nama

:

Kelompok

:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!! 1. Diantara senyawa HF, HCl, HBr, dan HI, senyawa manakah yang paling polar. Diketahui perbedaan keelektronegatifan dari atom F, Cl, Br, dan I masing-masing adalah 4,0 : 3,0 : 2,8 : dan 2,5? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan, bagaimana cara mengetahui polar atau tidaknya suatu senyawa? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

3. Sebutkan sifat-sifat logam? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

4. Jelaskan dengan singkat, mengapa pada umumnya logam dapat menghantarkan arus listrik dengan baik? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

5. Salah satu sifat logam adalah mudah ditempa (dibentuk), berikan contoh penggunaan logam dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan sifat logam tersebut? Jawab, ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………

KISI-KISI INSTRUMEN IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia

Kompetensi Dasar Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk No

Indikator

Aspek Kognitif dan Nomor

Jumlah

Butir Soal C1 1

C2

Menjelaskan kecenderungan suatu 1

2,3,4

unsur

dan 5

untuk

kestabilannya

mencapai dengan

C3 5

cara

berikatan dengan unsur lain. 2

Menggambarkan susunan elektron 6,7, dan 9,10,11, valensi atom gas mulia (duplet dan 8

12, dan

oktet) dan elektron valensi bukan

13

8

gas mulia (struktur Lewis). 3

Menjelaskan

proses

terjadinya 14, dan 16,17,18

ikatan ion dan contoh senyawanya.

15

dan 19

20,21,

11

22 dan 23

4

Menjelaskan proses terbentuknya 24 dan 26,27,28

30,31,

ikatan kovalen tunggal, rangkap 25

dan 29

dan 32

Menjelaskan proses terbentuknya

33,34,

36

ikatan koordinasi pada beberapa

dan 35

8

dua, dan rangkap tiga serta contoh senyawanya. 5

senyawa.

4

6

Menyelidiki kepolaran beberapa 37,38,

43,44,45

senyawa dan hubungannya dengan 39,40,

dan 46

keelektronegatifan

melalui 41, dan

percobaan. 7

10

42

Mendeskripsikan

proses 47,48,

50

4

pembentukan ikatan logam dan dan 49 hubungannya dengan sifat fisik logam. Jumlah

17

25

8

50

Instrumen No

1

Soal

Jenjang

Ikatan kimia terjadi karena setiap unsur mempunyai...

C1

a. Neutron dalam inti atomnya b. Jumlah proton dan elektron sama c. Kecendrungan memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia d. Lintasan elektron lebih dari satu e. Elektron valensi 2

Kestabilan unsur gas mulia dijadikan pijakan atom-atom yang

C2

lain, sehingga atom-atom tersebut memiliki konfigurasi elektron gas mulia yang dilakukan dengan melakukan cara-cara di bawah ini kecuali... a. Pelepasan elektron b. Penyerapan elektron/menerima elektron c. Memasangkan elektron/memakai bersama elektron d. Menerima pasangan elekron e. Menerima minimal dua pasang elektron 3

Pasangan ion-ion dibawah ini semuanya memiliki jumlah

C2

elektron terluar/muatan sama, kecuali... +

dan 20Ca2+

a.

19K

b.

2+ 12Mg

dan 8O2-

d.

+ 11Na

dan 8O-

e.

+ 10Ne

dan 8O-

c. 7N- dan 9F+ 4

Unsur dengan nomor atom dibawah ini yang memiliki kecendrungan menyerap elektron adalah... a.

11A

d.

35D

b.

12B

e.

38E

c.

19C

C2

5

Di antara unsur-unsur di bawah ini yang paling stabil adalah... a. 8P

d.

12S

b. 9Q

e.

20T

c. 6

C2

10R

Kecendrungan atom bermuatan positif disebabkan karena...

C1

a. Afinitas elektronnya besar b. Energi ionisasinya kecil c. Kelektronegatifannya besar d. Potensial ionisasinya besar a. Kelektronegatifannya besar 7

Susunan elektron valensi gas mulia di bawah ini adalah oktet,

C1

kecuali... a. Xe

d. Ne

b. Kr

e. He

c. Ar 8

Semua elektron valensi gas mulia di bawah ini adalah duplet,

C1

yaitu... a. Xe b. Kr c. Ar d. Ne e. He 9

Unsur dengan konfigurasi elektron 2 8 18 2, jika akan mengikat unsur lain sehingga membentuk ikatan, langkah terbaik dengan... a. Pelepasan 1 eletron sehingga bermuatan +1 b. Pelepasan 2 elektron sehingga bermuatan +2 c. Penyerapan 1 elektron sehingga bermuatan -1 d. Penyerapan 2 elektron sehingga bermuatan -2 e. Memasangkan dua elektron dengan dua elektron lain

C2

10

Suatu unsur dengan konfigurasi elektron 2 6, kecendrungan

C2

unsur tersebut jika berikatan dengan unsur lain adalah... a. Melepaskan 2 elektron sehingga bermuatan +2 b. Melepaskan 4 elektron sehingga bermuatan +4 c. Menyerap/menerima 2 elektron sehingga bermuatan -2 d. Menyerap/menerima 4 elektron sehingga bermuatan -4 e. Memasangkan keempat elektronnya dengan 4 elektron lain 11

Unsur berikut ini yang mempunyai kecendrungan melepaskan

C2

elektron untuk mencapai kestabilan dengan susunan elektron terluar yang oktet adalah... a. 1H

d.

18AR

b. 6C

e.

11Na

c. 9F 12

13

unsur dengan nomor atom di bawah ini yang memiliki kecendrungan menyerap elektron adalah... a.

11A

d.

35D

b.

12B

e.

38E

c.

19C

Atom 12A memiliki ciri-ciri...

C2

C2

a. Elektron valensi 4 b. Cenderung melepaskan 4 elektron c. Memiliki 2 elektron pada kulit terluar d. Cenderung menyerap/menerima 4 elektron e. Cenderung memasangkan keempat elektron valesinya 14

Ikatan ion disebabkan oleh adanya... a. Pemakaian elektron secara sepihak b. Gaya elektrostatis antara ion positif dan ion negatif c. Gaya van der Waals antara ion-ion d. Gaya antara proton dan elektron e. Pemakaian bersama sepasang elektron

C1

15

Ikatan yang terjadi antara atom yang sangat elektropositif dengan

C1

atom yang sangat elektronegatif disebut ikatan... a. Ion

d. Rangkap

b. Kovalen

e. Semipolar

c. Dativ 16

Diantara konfigurasi elektron di bawah ini, konfigurasi yang jika

C2

berikatan cenderung membentuk ikatan ion adalah... a. 2 8 18 8

d. 2 8 18 8 2

b. 2 8 18 4

e. 2 8 8

c. 2 8 18 5 17

Senyawa ion tersusun dari tumpukan ion-ion yang teratur sesuai

C2

dengan ukuran masing-masing ion yang terlibat. Tumpukan tersebut menghasilkan zat dalam fase padat dan memiliki bentukbentuk tertentu yang dinamakan... a. Ikatan ionik

d. Kristal

b. Bangunan ionik

e. Alotropi

c. Ion tereksitasi 18

Ikatan ion jauh lebih kuat daripada ikatan kovalen, hal ini disebabkan karena... a. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya elektrostatis, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian pasangan elekton bersama b. Ikatan ion terjadi karena pemakaian elektron sepihak, sedangkan ikatan kovalen terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain c. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya van der Waals antara ion-ion, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian pasangan bersama elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan

C2

d. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya proton dan elektron, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian elektron valensi secara bersama yang mengakibatka terjadinya dislokalisasi elektron e. Ikatan ion terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua atom yang berikatan. 19

C2

Suatu atom bercirikan; 1. Afinitas elektron sangat tinggi 2. Potensial ionisasinya sangat kecil 3. Cenderung melepas 1 elektron valensinya Dari ciri-ciri tersebut, kesimpulan dibawah ini yang paling tepat adalah... a. Atom tersebut sukar bersenyawa b. Jika atom bersenyawa cenderung berikatan kovalen c. Jika atom bersenyawa cenderung berikatan ion d. Senyawa selalu bersifat polar e. Senyawa selalu bersifat nonpolar

20

Unsur X (nomor atom 19) dengan unsur Y (nomor atom 16) akan

C3

membentuk senyawa dengan ikatan... dan rumus kimianya... a. Ion, XY

d. Kovalen, XY

b. Ion, X2Y

e. Kovalen, X2Y

c. Ion, XY2 21

Suatu unsur X bereaksi dengsn Cl (nomor atom 17) membentuk suatu padatan XCl. Bagaimana konfigurasi elektron unsur X tersebut... a. 2 6 4

d. 2 8 3

b. 2 8 1

e. 2 8 7

c. 2 8 2

C3

22

Unsur P memiliki konfigurasi elektron 2 8 6. Unsur R memiliki

C3

konfigurasi elektron 2 8 8 1. Bila P dan R bergabung/berikatan, dihasilkan... a. Senyawa kovalen PR

d. Senyawa ionik P2R

b. Senyawa kovalen P6R6

e. Senyawa ionik PR2

c. Senyawa ionik PR 23

Diketahui beberapa unsur dengan nomor atom sebagai berikut:

C3

9X, 11Y, 16Z, 19A, 20B.

Pasangan unsur yang dapat membentuk ikatan ion adalah... a. A dan X

d. B dan A

b. A dan Y

e. B dan Y

c. A dan Z 24

Ikatan yang terjadi antar atom dengan pemakaian bersama satu

C1

atau beberapa elektron disebut ikatan... a. Ion

d. Rangkap

b. Kovalen

e. Dativ

c. Koordinasi 25

Ikatan kovalen terjadi antara atom-atom unsur...

C1

a. Golongan IA dan golongan VIIIA b. Yang mempunyai keelektronegativitas hampir sama c. Logam dan non logam d. Dalam satu golongan e. Sesama logam 26

Pernyataan berikut yang benar tentang ikatan kovalen adalah... a. Terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain pada atom-atom yang berikatan b. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari kedua atom yang berikatan c. Pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah

C2

satu atom yang berikatan d. Terjadinya pemakaian elektron valensi secara bersama yang mengakibatkan terjadinya dislokalisasi elektron e. Inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua atom yang berikatan 27

Atom di bawah ini yang bila membentuk senyawa cenderung

C2

berikatan kovalen adalah...

28

a. 6C

d.

24Mg

b.

11Na

e.

20Ca

c.

13Al

Senyawa di bawah ini yang ikatan antar atomnya terdiri dari dua buah ikatan kovalen rangkap dua adalah... a. SO2

d. NO2

b. SO3

e. Al2O3

C2

c. CO2 29

Senyawa dengan rumus molekul di bawah ini yang memiliki

C2

ikatan rangkap dua adalah... a. Cl2

d. CH4

b. N2

e. C2H4

c. NH3 30

C3

Diketahui susunan elektron dari unsur: P=281;Q=284 R=287;S=2882 Pasangan yang dapat membentuk ikatan kovalen adalah... a. P dan Q

d. P dan R

b. Q dan R

e. Q dan S

c. S dan R 31

Diketahui unsur-unsur 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. Pasangan unsur tersebut yang berikatan kovalen adalah...

C3

a. A dan D

d. C dan D

b. B dan C

e. C dan E

c. B dan D 32

33

Pasangan unsur di bawah ini yang mempunyai kecendrungan berikatan kovalen adalah... a.

11Na

dan 8O

d.

56Ba

b.

16S

dan 17Cl

e.

12Mg

c.

19K

dan 17Cl

dan 9F dan 8O

Pada senyawa NH4Cl terdapat ikatan...

C2

a. Kovalen dan ion

d. Ion dan logam

b. Kovalen dan kovalen koordinasi

e. Kovalen,

c. Ion dan koordinasi

C3

kovalen koordinasi, dan ion

34

Diantara unsur-unsur dibawah ini, yang tidak memiliki ikatan

C2

kovalen koordinasi adalah... a. H2SO4

d. H2C2O4

b. HNO3

e. H2CO3

c. H3PO4 35

Ikatan kovalen koordinasi terdapat pada... a. H2O b. NH4

C2

d. HF +

e. C2H4

c. CH4 36

Senyawa di bawah ini yang memiliki ikatan kovalen koordinasi terbanyak adalah... a. SO2

d. P2O5

b. SO3

e. Cl2O7

C3

c. P2O3 37

Molekul senyawa berikut merupakan senyawa kovalen non polar.

C1

Kecuali... a. HCl

d. N2

b. H2

e. O2

c. Cl2 38

Polar atau non polar suatu molekul tergantung dari...

C1

a. Simetris atau tidaknya posisi antaratom b. Bulat atau tidak posisi antar atom c. Lonjong atau tidak posisi antar atom d. Bulat atau lonjong posisi antar atom e. Tumpang tindih atau tidak posisi antar atom 39

Diantara senyawa berikut yang bersifat polar. Kecuali ... a. CO

d. CO2

b. H2O

e. SO3

C1

c. BF3 40

Diantara kelompok senyawa di bawah ini yang kesemuanya merupakan senyawa polar adalah... a. HCl, HBr, NH3, H2O

d. MgO, NH3, CO, CO2

b. CO2, Cl2, Br2, H2O

e. SO2, Cl2, N2, NH3

C1

c. H2, O2, CO, HCl 41

Diatara kelompok senyawa di bawah ini yang kesemuanya

C1

merupakan senyawa non polar adalah... a. HCl, HBr, NH3, H2O

d. MgO, NH3, CO, CO2

b. CO2, Cl2, Br2, H2O

e. SO2, Cl2, N2, CO2

c. H2, O2, CO, HCl 42

Diantara senyawa berikut yang bersifat polar adalah... a. N2

d. HCl

b. CCl4

e. CS2

C1

c. H2 43

Diketahui keelektronegatifan beberapa unsur sebagai berikut... H = 2,1 ; Cl = 2,0 ; F = 4 ; Br = 2,8

C2

Senyawa yang paling polar adalah... a. HCl

d. FBr

b. HF

e. BrCl

c. FCl 44

C2

Diketahui beberapa senyawa: 1. Karbon dioksida 2. Karbon monoksida 3. Air 4. Amonia 5. Boron trifluorida Diantara senyawa di atas yang bersifat polar adalah... a. 1 dan 2

d. 3 dan 4

b. 1 dan 3

e. 4 dan 5

c. 2 dan 4 45

Diketahui beberapa unsur, yaitu 9F, 17Cl, 20Ca, 33As, 36Kr. Unsur yang memiliki keelektronegatifan paling tbesar adalah... a. F

d. As

b. Cl

e. Kr

C2

c. Ca 46

Unsur A dan B berturut-turut memiliki keelektronegatifan 2,1

C2

dan 3,0. Hal yang kemungkinan terjadi adalah.... a. Unsur A lebih mudah menarik elektron b. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen polar c. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen nonpolar d. Pada senyawa AB elektron ikatan akan lebih tertarik kearah atom A e. Pada senyawa AB, atom A relatif bermuatan positif dan atom B relatif bermuatan negatif 47

Ikatan logam disebabkan karena adanya gaya tarik antara... a. Atom dan atom

C1

b. Ion logam dan ion logam c. Ion logam dan elektron d. Elektron dan elektron e. Molekul logam dan molekul logam 48

Atom – atom dalam besi dikukuhkan dengan ikatan... a. Ion

C1

b. Kovalen c. Logam d. Kovalen Non Polar e. Kovalen Polar 49

Diberikan data :

C1

1. Rapuh jika di pukul 2. Memiliki sifat mengkilap 3. lelehannya dapat menghantarkan listrik 4. Dapat ditempa dan dibengkokkan Yang merupakan pernyataan yang benar untuk senyawa logam adalah a. (1) dan (3) b. (2) dan (4) c. (3) dan (4) d. (1) dan (2) e. (1) (2) dan (3) 50

Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, diantaranya dapat menghantarkan arus listrik dengan baik hal ini disebabkan karena... a. Adanya elektron valensi yang dapat bergerak bebas dari satu ion positif atom ke ion positif yang lain

b. Massa jenis logam sangat besar dan keras c. Logam mudah melepaskan elektron valensinya d. Mudah membentuk ikatan ion dengan unsur non logam e. Titik didih dan titik lebur logam sangat tinggi

C2

                                           

Jawaban 1. C

9. B

2. E

10. E

3. A

11. E

4. D

12. D

5. C

13. E

6. B

14. A

7. C

15. D

8. C

16. A

17. B

43. D

18. E

44. D

19. B

45. E

20. B

46. D

21. E

47. D

22. D

48. C

23. B

49. A

24.B

50. D

25. B

26. B 27. A 28. B 29. A 30. B 31. E 32. C 33.B 34. E 35. B 36. C 37. A 38. A 39. D 40. A 41. C 42. E

KISI-KISI INSTRUMEN IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia Kompetensi Dasar Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk No Indikator Aspek Kognitif dan Nomor Jumlah Butir Soal C1 C2 C3 1 Menjelaskan kecenderungan suatu 1 2, dan 3 3 unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain. 2 Menggambarkan susunan elektron 18 4, dan 5 3 valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis). 3 Menjelaskan proses terjadinya 6, dan 7 8 3 ikatan ion dan contoh senyawanya. 4 Menjelaskan proses terbentuknya 9 10, dan 3 ikatan kovalen tunggal, rangkap 11 dua, dan rangkap tiga serta contoh senyawanya. 5 Menjelaskan proses terbentuknya 12 13 2 ikatan koordinasi pada beberapa senyawa. 6 Menyelidiki kepolaran beberapa 14 dan 16 dan 4 senyawa dan hubungannya dengan 15 17 keelektronegatifan melalui percobaan. 7 Mendeskripsikan proses 19 20 2 pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam. Jumlah 5 11 4 20

INSTRUMEN PENELITIAN Petunjuk Pengisian 1. Bacalah do’a sebelum mengerjakannya 2. Jawablah soal dibawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang benar 3. Kerjakanlah soal-soal yang dianggap mudah terlebih dahulu No Soal 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kestabilan unsur gas mulia dijadikan pijakan atom-atom yang lain, sehingga atom-atom tersebut memiliki konfigurasi elektron gas mulia yang dilakukan dengan melakukan cara-cara di bawah ini kecuali... a. Pelepasan elektron b. Penyerapan elektron/menerima elektron c. Memasangkan elektron/memakai bersama elektron d. Menerima pasangan elekron e. Menerima minimal dua pasang elektron Pasangan ion-ion dibawah ini semuanya memiliki jumlah elektron terluar/muatan sama, kecuali... a. 19K+ dan 20Ca2+ d. 11Na+ dan 8Ob. 12Mg2+ dan 8O2e. 10Ne+ dan 8O+ c. 7N dan 9F Di antara unsur-unsur di bawah ini yang paling stabil adalah... a. 8P d. 12S b. 9Q e. 20T c. 10R Unsur dengan konfigurasi elektron 2 8 18 2, jika akan mengikat unsur lain sehingga membentuk ikatan, langkah terbaik dengan... a. Pelepasan 1 eletron sehingga bermuatan +1 a. Pelepasan 2 elektron sehingga bermuatan +2 b. Penyerapan 1 elektron sehingga bermuatan -1 c. Penyerapan 2 elektron sehingga bermuatan -2 d. Memasangkan dua elektron dengan dua elektron lain unsur dengan nomor atom di bawah ini yang memiliki kecendrungan menyerap elektron adalah... a. 11A d. 35D b. 12B e. 38E c. 19C Diantara konfigurasi elektron di bawah ini, konfigurasi yang jika berikatan cenderung membentuk ikatan ion adalah... a. 2 8 18 8 b. 2 8 18 4 c. 2 8 18 5

d. 2 8 18 8 2 e. 2 8 8

7.

8.

Ikatan ion jauh lebih kuat daripada ikatan kovalen, hal ini disebabkan karena... a. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya elektrostatis, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian pasangan elekton bersama b. Ikatan ion terjadi karena pemakaian elektron sepihak, sedangkan ikatan kovalen terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain c. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya van der Waals antara ion-ion, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian pasangan bersama elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan d. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya proton dan elektron, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian elektron valensi secara bersama yang mengakibatka terjadinya dislokalisasi elektron e. Ikatan ion terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua atom yang berikatan. Unsur X (nomor atom 19) dengan unsur Y (nomor atom 16) akan membentuk senyawa dengan ikatan... dan rumus kimianya...

a. Ion, XY d. Kovalen, XY b. Ion, X2Y e. Kovalen, X2Y c. Ion, XY2 9. Pernyataan berikut yang benar tentang ikatan kovalen adalah... a. Terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain pada atom-atom yang berikatan b. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari kedua atom yang berikatan c. Pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan d. Terjadinya pemakaian elektron valensi secara bersama yang mengakibatkan terjadinya dislokalisasi elektron e. Inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua atom yang berikatan 10. Diketahui unsur-unsur 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. Pasangan unsur tersebut yang berikatan kovalen adalah... a. A dan D d. C dan D b. B dan C e. C dan E c. B dan D 11. Diketahui susunan elektron dari unsur: P=281;Q=284 R=287;S=2882 Pasangan yang dapat membentuk ikatan kovalen adalah... a. P dan Q b. Q dan R c. S dan R

d. P dan R e. Q dan S

12. Diantara unsur-unsur dibawah ini, yang tidak memiliki ikatan kovalen koordinasi adalah... d. H2C2O4 a. H2SO4 b. HNO3 e. H2CO3 c. H3PO4 13. Senyawa di bawah ini yang memiliki ikatan kovalen koordinasi terbanyak adalah... d. P2O5 a. SO2 b. SO3 e. Cl2O7 c. P2O3 14. Polar atau non polar suatu molekul tergantung dari... a. Simetris atau tidaknya posisi antaratom b. Bulat atau tidak posisi antar atom c. Lonjong atau tidak posisi antar atom d. Bulat atau lonjong posisi antar atom e. Tumpang tindih atau tidak posisi antar atom 15. Diketahui keelektronegatifan beberapa unsur sebagai berikut... H = 2,1 ; Cl = 2,0 ; F = 4 ; Br = 2,8 Senyawa yang paling polar adalah... a. HCl d. FBr b. HF e. BrCl c. FCl 16. Diatara kelompok senyawa di bawah ini yang kesemuanya merupakan senyawa non polar adalah... d. MgO, NH3, CO, CO2 a. HCl, HBr, NH3, H2O b. CO2, Cl2, Br2, H2O e. SO2, Cl2, N2, CO2 c. H2, O2, CO, HCl 17. Unsur A dan B berturut-turut memiliki keelektronegatifan 2,1 dan 3,0. Hal yang kemungkinan terjadi adalah.... a. Unsur A lebih mudah menarik elektron b. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen polar c. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen nonpolar d. Pada senyawa AB elektron ikatan akan lebih tertarik kearah atom A e. Pada senyawa AB, atom A relatif bermuatan positif dan atom B relatif bermuatan negatif 18. Susunan elektron valensi gas mulia di bawah ini adalah oktet, kecuali... a. Xe b. Kr c. Ar

d. Ne e. He

19. Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, diantaranya dapat menghantarkan arus listrik dengan baik hal ini disebabkan karena... a. Adanya elektron valensi yang dapat bergerak bebas dari satu ion positif atom ke ion positif yang lain

b. Massa jenis logam sangat besar dan keras c. Logam mudah melepaskan elektron valensinya d. Mudah membentuk ikatan ion dengan unsur non logam e. Titik didih dan titik lebur logam sangat tinggi 20. Diberikan data : 1. Rapuh jika di pukul 2. Memiliki sifat mengkilap 3. lelehannya dapat menghantarkan listrik 4. Dapat ditempa dan dibengkokkan Yang merupakan pernyataan yang benar untuk senyawa logam adalah a. (1) dan (3) b. (2) dan (4) c. (3) dan (4) d. (1) dan (2) e. (1) (2) dan (3)

Lampiran 2 R A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL Jumlah R-hit T-hit T-tabel Ksmpln P Q PQ S

1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 25 -0 -1 1.7 D 0.5 0.5 0.3 7.2

R11

0.82

1

2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 19 0.4 3 1.7 V 0.4 0.6 0.2

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 29 0.4 3.1 1.7 V 0.6 0.4 0.2

4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 0 1 2 D 1 0 0

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0 2 2 V 1 0 0

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 32 0 4 2 V 1 0 0

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 35 0 3 2 V 1 0 0

8 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 0 1 2 D 1 0 0

9 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0 2 2 V 0 1 0

10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 27 0 1 2 D 1 0 0

11 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 13 -0 -1 2 D 0 1 0

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 1 4 2 V 1 0 0

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 37 0 1 2 D 1 0 0

14 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 29 0 1 2 D 1 0 0

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen No Butir 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 17 17 16 6 8 20 18 29 21 30 1 0.4 0 1 1 0.5 0 0 0 0 5 3.3 2 4 5 4 2 3 1 2 2 1.7 2 2 2 1.7 2 2 2 2 V V V V V V V V D V 0 0.3 0 0 0 0.4 0 1 0 1 1 0.7 1 1 1 0.6 1 0 1 0 0 0.2 0 0 0 0.2 0 0 0 0

25 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 0 2 2 V 1 0 0

26 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 13 0 2 2 V 0 1 0

27 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 17 0.3 2.4 1.7 V 0.3 0.7 0.2

28 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 11 0 1 2 D 0 1 0

29 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 22 0 2 2 V 0 1 0

30 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 0 2 2 V 1 1 0

31 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0.4 3.2 1.7 V 0.2 0.8 0.2

32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 -0 -1 1.7 D 0.1 0.9 0.1

33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 3 2 V 0 1 0

34 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 2 2 V 0 1 0

35 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 4 2 V 0 1 0

36 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 13 0 3 2 V 0 1 0

37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 21 0.5 3.5 1.7 V 0.4 0.6 0.2

38 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 12 0.6 5.2 1.7 V 0.2 0.8 0.2

39 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 11 0 2 2 D 0 1 0

40 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 0 2 2 V 1 0 0

41 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0.7 7.1 1.7 V 0.1 0.9 0.1

42 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 9 0.6 5.5 1.7 V 0.2 0.8 0.1

43 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 0.3 2 1.7 V 0.6 0.4 0.2

44 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0.7 7.5 1.7 V 0.2 0.8 0.1

45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 18 0.5 3.8 1.7 V 0.4 0.6 0.2

Lampiran 3 R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Juml

R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Juml

1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 10 10 17 18 17 19 19 18 6 16 5

1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 15 9 12 15 13 13 16 16 7 11 8

Data Hasil Uji Coba Instrumen Kelompok Atas No Butir 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 19 19 14 15 15 10 5 8 16 8 17 11 16 17 10 12 8 12 16 7 2 6 5 5 9 12 10 8 17 5 8 18 8 12

Data Hasil Uji Coba Instrumen Kelompok Bawah No Butir 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 10 18 15 2 2 6 1 0 4 10 12 10 14 12 3 5 3 10 9 4 2 4 1 3 4 9 2 3 12 0 1 13 1 6

46 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0.5 3.3 1.7 V 0.3 0.7 0.2

47 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 11 -0 -2 1.7 D 0.2 0.8 0.2

48 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 21 0.3 1.7 1.7 D 0.4 0.6 0.2

49 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 23 0.3 1.9 1.7 V 0.5 0.5 0.2

JUMLAH 50 Y Y2 1 45 2025 1 43 1849 1 37 1369 0 35 1225 1 35 1225 1 34 1156 1 33 1089 1 33 1089 1 31 961 1 30 900 1 21 441 1 21 441 0 21 441 0 20 400 1 20 400 1 20 400 0 19 361 0 17 289 0 15 225 0 10 100 1 22 484 0 21 441 0 25 625 0 22 484 0 22 484 0 22 484 0 22 484 1 22 484 0 23 529 0 23 529 1 25 625 1 25 625 0 25 625 0 25 625 0 25 625 0 25 625 0 26 676 0 26 676 17 966 26516 0.5 3.3 1.7 V 0.3 0.7 0.2 10.207

46 47 48 49 50 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 8 3 11 15 11

46 47 48 49 50 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 5 8 10 8 6

Juml Y 45 43 37 35 35 34 33 33 31 30 25 25 25 25 25 25 26 26 25

Juml Y 21 21 21 20 20 20 19 17 15 10 22 21 22 22 22 22 22 23 23

Lampiran 4

Perhitungan Tingkat Kesukaran No Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

B 25 19 29 33 30 32 35 34 13 27 13 29 37 29 17 17 16 6 8 20 18 19 21 30 29 13 17 11 22 25 11 4 10 6 8 13

Js 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

P 0,50 0,38 0,58 0,66 0,60 0,64 0,70 0,68 0,26 0,54 0,26 0,58 0,74 0,58 0,34 0,34 0,32 0,12 0,16 0,40 0,36 0,38 0,42 0,60 0,58 0,26 0,34 0,22 0,44 0,50 0,22 0,08 0,20 0,12 0,16 0,26

Keterangan Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

21 12 11 29 5 9 31 9 18 13 11 21 23 17

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

0,42 0,24 0,22 0,58 0,10 0,18 0,62 0,18 0,36 0,26 0,22 0,42 0,46 0,34

Sedang Sukar Sukar Sedang Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang

Lampiran 5 Perhitungan Daya Pembeda No Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Ba 10 10 17 18 17 19 19 18 6 16 5 19 19 14 15 15 10 5 8 16 8 17 11 16 17 10 12 8 12 16 7 2 6 5 5 9 12

Bb 15 9 12 15 13 13 16 16 7 11 8 10 18 15 2 2 6 1 0 4 10 12 10 14 12 3 5 3 10 9 4 2 4 1 3 4 9

Ja 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

Jb 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

DB -0 0,1 0,3 0,2 0,2 0,3 0,2 0,1 -0 0,3 -0 0,5 0,1 -0 0,7 0,7 0,2 0,2 0,4 0,6 -0 0,3 0,1 0,1 0,3 0,4 0,4 0,3 0,1 0,4 0,2 0 0,1 0,2 0,1 0,3 0,2

Keterangan Jelek Jelek Cukup Jelek Jelek Cukup Jelek Jelek Jelek Cukup Jelek Baik Jelek Jelek Baik Baik Jelek Jelek Baik Baik Jelek Cukup Jelek Jelek Cukup Baik Baik Cukup Jelek Baik Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Cukup Jelek

38 39 49 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

10 8 17 5 8 18 8 12 8 3 11 15 11

2 3 12 0 1 13 1 6 5 8 10 8 6

19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

0,4 0,3 0,3 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,2 -0 0,1 0,4 0,3

Baik Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Baik Cukup Jelek Jelek Jelek Baik Cukup

Lampiran 6 REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN No

Validasi

Reabilitas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid

Tidak reliabel Realibel Realibel Tidak realibel Realibel Realibel Realibel Tidak realibel Realibel Tidak realibel Realibel Realibel Tidak realibel Tidak realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Tidak realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Tidak realibel Realibel Realibel Realibel Tidak realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Tidak realibel

Daya pembeda Jelek Jelek Cukup Jelek Jelek Cukup Jelek Jelek Jelek Cukup Jelek Baik Jelek Jelek Baik Baik Jelek Jelek Baik Baik Jelek Cukup Jelek Jelek Cukup Baik Baik Cukup Jelek Baik Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Cukup Jelek Baik Cukup

Tingkat kesukaran Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Sukar Sukar

Keputusan Buang Ambil Ambil Buang Ambil Ambil Ambil Buang Ambil Buang Ambil Ambil Buang Buang Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Buang Ambil Ambil Ambil Ambil Buang Ambil Ambil Ambil Buang Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Buang

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid

Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Realibel Tidak realibel Tidak realibel Realibel Realibel

Cukup Cukup Baik Cukup Baik Cukup Jelek Jelek Jelek Baik Cukup

Sedang Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang

Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Ambil Buang Buang Ambil Ambil

Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pretest Kelompok Kontrol Pretest Dengan Metode Diskusi Biasa Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut: 10

10

10

15

15

15

20

20

20

20

20

20

20

25

25

25

25

25

25

30

30

30

35

35

35

35

40

40

45

45

1. Rentang Kelas (R)

= nilai terbesar – nilai terkecil = 45 – 10 = 35

2. Jumlah Kelas Interval (K)

= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)

3. Panjang Kelas (P)

= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 35/6 = 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)

4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval

Frekuensi

Frekuensi Kumulatif (%)

1.

10 – 15

6

20%

2.

16 – 21

7

23,33%

3.

22 – 27

6

20%

4.

28 – 33

3

10%

5.

34 – 39

4

13,33%

6.

40 - 45

4

13,33%

30

100%

Jumlah

5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2) kelompok kontrol Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol Xi

Fi

Fk

Xi2

Fi.Xi

Fi.Xi2

10

3

3

100

30

300

15

3

6

225

45

675

20

7

13

400

140

2800

25

6

19

625

150

3750

30

3

22

900

90

2700

35

4

26

1225

140

4900

40

2

28

1600

80

3200

45

2

30

2025

90

4050



30

765

22375

Mean (X) = = = 25,50 Median (Me) = Bb + P = 21,5 + 6 = 21,5 + 1,2 = 23,5 Modus (Mo) = Bb + P ( = 15,5 + 6 ( = 15,5 + 3 = 18,5

) )

S2 = = = = = 98,87931 S=

= 9,94

Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Postest Kelompok Kontrol Posttest Dengan Metode Diskusi Biasa Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut: 40

45

45

50

55

60

60

60

60

65

65

65

70

70

75

75

75

75

75

75

75

75

75

75

80

80

80

80

90

90

1. Rentang Kelas (R)

= nilai terbesar – nilai terkecil = 90 – 40 = 50

2. Jumlah Kelas Interval (K)

= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)

3. Panjang Kelas (P)

= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 50/6 = 8,33 ← 8 (dibulatkan ke bawah)

4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval

Frekuensi

Frekuensi Kumulatif (%)

1.

40 - 47

3

10%

2.

48 – 55

2

6,67%

3.

56 – 73

9

30%

4.

74 – 81

14

46,67%

5.

82 – 89

0

0%

6.

90 - 97

2

6,67%

30

100%

Jumlah

5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2) kelompok kontrol Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol Xi

Fi

Fk

Xi2

Fi.Xi

Fi.Xi2

40

1

1

1600

40

1600

45

2

2

2025

90

4050

50

1

4

2500

50

2500

55

1

5

3025

55

3025

60

4

9

3600

240

14400

65

3

12

4225

195

12675

70

2

14

4900

140

9800

75

10

24

5625

750

56250

80

4

28

6400

320

25600

90

2

30

8100

180

16200



30

2060

146100

Mean (X) = = = 68,67 Median (Me) = Bb + P = 73,5 + 8 = 73,5 + 0,57 = 74,07 Modus (Mo) = Bb + P ( = 73,5 + 8 ( = 73,5 + 2,1 = 75,6

) )

S2 = = = = = 160,22989 S=

= 12,66

Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pretest Kelompok Eksperimen Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Talking Chips Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut: 10

10

10

15

15

20

20

20

20

20

20

20

25

25

25

25

30

30

30

30

35

35

35

40

40

40

45

45

45

45

1. Rentang Kelas (R)

= nilai terbesar – nilai terkecil = 45 – 10 = 35

2. Jumlah Kelas Interval (K)

= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)

3. Panjang Kelas (P)

= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 35/6 = 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)

4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval

Frekuensi

Frekuensi Kumulatif (%)

1.

10 – 15

5

16,67%

2.

16 – 21

7

23,33%

3.

22 – 27

4

13,33%

4.

28 – 33

4

13,33%

5.

34 – 39

3

10%

6.

40 – 45

7

23,33%

30

100%

Jumlah

5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2) kelompok eksperimen Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen Xi

Fi

Fk

Xi2

Fi.Xi

Fi.Xi2

10

3

3

100

30

300

15

2

5

225

30

450

20

7

12

400

140

2800

25

4

16

625

100

2500

30

4

20

900

120

3600

35

3

23

1225

105

3675

40

3

26

1600

120

4800

45

4

30

2025

180

8100



30

825

26225

Mean (X) = = = 27,50 Median (Me) = Bb + P = 73,5 + 8 = 21,5 + 4,5 = 26 Modus (Mo) = Bb + P ( = 15,5 + 6 ( = 15,5 + 2,4 = 17,9

) )

S2 = = = = = 121,98276 S=

= 11,04

Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Postest Dengan Kelompok Eksperimen Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Talking Chips Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut: 40

50

65

70

70

70

70

75

75

75

75

75

75

75

75

80

80

80

80

85

85

85

85

85

85

90

90

90

90

90

1. Rentang Kelas (R)

= nilai terbesar – nilai terkecil = 90 – 40 = 50

2. Jumlah Kelas Interval (K)

= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 4,87 = 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)

3. Panjang Kelas (P)

= rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K) = 50/6 = 8,33 ← 8 (dibulatkan ke bawah)

4. Menyusun Interval Kelas Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas No. Kelas Interval

Frekuensi

Frekuensi Kumulatif (%)

1.

40 - 47

1

3,33%

2.

48 – 55

1

3,33%

3.

56 – 73

5

16,67%

4.

74 – 81

12

40%

5.

82 – 89

6

20%

6.

90 - 97

5

16,67%

30

100%

Jumlah

5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2) kelompok eksperimen Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen Xi

Fi

Fk

Xi2

Fi.Xi

Fi.Xi2

40

1

1

1600

40

1600

50

1

2

2500

50

2500

65

1

3

4225

65

4225

70

4

7

4900

280

19600

75

8

15

5625

600

45000

80

4

19

6400

320

25600

85

6

25

7725

510

43350

90

5

30

8100

450

40500



30

2315

182375

Mean (X) = = = 27,50 Median (Me) = Bb + P = 73,5 + 8 = 73,5 + 5,33 = 78,83 Modus (Mo) = Bb + P ( = 73,5 + 8 ( = 73,5 + 4,3 = 77,8

) )

S2 = = = = = 128,76437 S=

= 11,35

lampiran 7

Perhitungan Uji Normalitas Pretest Untuk Kelas Kontrol No

Xi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah Rata-rata Sd Ltabel Lhitung

Zi 10 10 10 15 15 15 20 20 20 20 20 20 20 25 25 25 25 25 25 30 30 30 35 35 35 35 40 40 45 45

F(Zi) -1.56 -1.56 -1.56 -1.06 -1.06 -1.06 -0.55 -0.55 -0.55 -0.55 -0.55 -0.55 -0.55 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 0.45 0.45 0.45 0.96 0.96 0.96 0.96 1.46 1.46 1.96 1.96

S(Zi) 0.059 0.059 0.059 0.145 0.145 0.145 0.291 0.291 0.291 0.291 0.291 0.291 0.291 0.480 0.480 0.480 0.480 0.480 0.480 0.674 0.674 0.674 0.832 0.832 0.832 0.832 0.928 0.928 0.975 0.975

765 25.50 9.94 0.161 0.153

¾ Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi norma

0.100 0.100 0.100 0.200 0.200 0.200 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.433 0.633 0.633 0.633 0.633 0.633 0.633 0.733 0.733 0.733 0.867 0.867 0.867 0.867 0.933 0.933 1.000 1.000

F(Zi) - S(Zi) 0.041 0.041 0.041 0.055 0.055 0.055 0.142 0.142 0.142 0.142 0.142 0.142 0.142 0.153 0.153 0.153 0.153 0.153 0.153 0.060 0.060 0.060 0.035 0.035 0.035 0.035 0.005 0.005 0.025 0.025

Perhitungan Uji Normalitas Posttest Untuk Kelas Kontrol No

Xi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah Rata-rata Sd Ltabel Lhitung

Zi 40 45 45 50 55 60 60 60 60 65 65 65 70 70 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 80 80 80 80 90 90

F(Zi) -2.26 -1.87 -1.87 -1.47 -1.08 -0.68 -0.68 -0.68 -0.68 -0.29 -0.29 -0.29 0.11 0.11 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.89 0.89 0.89 0.89 1.68 1.68

S(Zi) 0.012 0.031 0.031 0.071 0.140 0.248 0.248 0.248 0.248 0.386 0.386 0.386 0.544 0.544 0.692 0.692 0.692 0.692 0.692 0.692 0.692 0.692 0.692 0.692 0.813 0.813 0.813 0.813 0.954 0.954

2060 68.67 12.66 0.161 0.12

¾ Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi norma

0.033 0.100 0.100 0.133 0.167 0.300 0.300 0.300 0.300 0.400 0.400 0.400 0.467 0.467 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.800 0.933 0.933 0.933 0.933 1.000 1.000

F(Zi) - S(Zi) 0.021 0.069 0.069 0.063 0.027 0.052 0.052 0.052 0.052 0.014 0.014 0.014 0.077 0.077 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.120 0.120 0.120 0.120 0.047 0.047

Perhitungan Uji Normalitas Pretest Untuk Kelas Eksperimen No

Xi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah Rata-rata Sd Ltabel Lhitung

Zi 10 10 10 15 15 20 20 20 20 20 20 20 25 25 25 25 30 30 30 30 35 35 35 40 40 40 45 45 45 45

F(Zi) -1.59 -1.59 -1.59 -1.13 -1.13 -0.68 -0.68 -0.68 -0.68 -0.68 -0.68 -0.68 -0.23 -0.23 -0.23 -0.23 0.23 0.23 0.23 0.23 0.68 0.68 0.68 1.13 1.13 1.13 1.59 1.59 1.59 1.59

S(Zi) 0.056 0.056 0.056 0.129 0.129 0.248 0.248 0.248 0.248 0.248 0.248 0.248 0.409 0.409 0.409 0.409 0.591 0.591 0.591 0.591 0.752 0.752 0.752 0.871 0.871 0.871 0.944 0.944 0.944 0.944

825 27.50 11.04 0.161 0.152

Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal

0.100 0.100 0.100 0.167 0.167 0.400 0.400 0.400 0.400 0.400 0.400 0.400 0.533 0.533 0.533 0.533 0.667 0.667 0.667 0.667 0.767 0.767 0.767 0.867 0.867 0.867 1.000 1.000 1.000 1.000

F(Zi) - S(Zi) 0.044 0.044 0.044 0.037 0.037 0.152 0.152 0.152 0.152 0.152 0.152 0.152 0.124 0.124 0.124 0.124 0.076 0.076 0.076 0.076 0.015 0.015 0.015 0.004 0.004 0.004 0.056 0.056 0.056 0.056

Perhitungan Uji Normalitas Posttest Untuk Kelas Eksperimen No

Xi

Zi

F(Zi)

S(Zi)

F(Zi) - S(Zi)

1

40

-3.27

0.001

0.033

0.033

2

50

-2.39

0.008

0.067

0.058

3

65

-1.07

0.142

0.100

0.042

4

70

-0.63

0.264

0.233

0.031

5

70

-0.63

0.264

0.233

0.031

6

70

-0.63

0.264

0.233

0.031

7

70

-0.63

0.264

0.233

0.031

8

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

9

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

10

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

11

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

12

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

13

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

14

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

15

75

-0.19

0.425

0.500

0.075

16

80

0.25

0.599

0.633

0.035

17

80

0.25

0.599

0.633

0.035

18

80

0.25

0.599

0.633

0.035

19

80

0.25

0.599

0.633

0.035

20

85

0.69

0.755

0.833

0.078

21

85

0.69

0.755

0.833

0.078

22

85

0.69

0.755

0.833

0.078

23

85

0.69

0.755

0.833

0.078

24

85

0.69

0.755

0.833

0.078

25

85

0.69

0.755

0.833

0.078

26

90

1.13

0.871

0.967

0.096

27

90

1.13

0.871

1.000

0.129

28

90

1.13

0.871

1.000

0.129

29

90

1.13

0.871

1.000

0.129

30

90

1.13

0.871

1.000

0.129

Jumlah Rata-rata Sd Ltabel Lhitung

2315 77.17 11.35 0.161 0.129

¾ Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi norma

Perhitungan Uji Homogenitas

1.

Pretest F= S dari kelas eksperimen = 11,04 S dari kelas kontrol = 9,94 F=

=

= 1,23

Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,23 lebih kecil dari Ftabel=1,85, maka hipotesis nol diterima. Jadi, kedua buah distribusi populasi itu penyebarannya normal. 2.

Posttest F= S dari kelas eksperimen = 11,35 S dari kelas kontrol = 12,66 F=

=

= 1,24

Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,24 lebih kecil dari Ftabel=1,85, maka hipotesis nol diterima. Jadi, kedua buah distribusi populasi itu penyebarannya normal.

3.

N-gain F= S dari kelas eksperimen = 5,25 S dari kelas kontrol = 4,95 F=

=

= 1,12

Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,12 lebih kecil dari Ftabel=1,85, maka hipotesis nol diterima. Jadi, kedua buah distribusi populasi itu penyebarannya normal.  

Perhitungan Uji-t 1.

Pretest t=

dimana

Rata-rata kelas eksperimen adalah 27,5 Rata-rata kelas kontrol adalah 25,5 S dari kelas eksperimen adalah 11,09 S dari kelas kontrol adalah 9,94 = S2x(nx-1) = 11,092(30-1) = 2867,52 = S2x(nx-1) = 9,942(30-1) = 3537,42 =

= 110,43

= 0,74

t=

Untuk α=0,05 dan dk=28, tkritis= 2,048. Sedangkan thitung= 0,74. Maka thitung berada pada daerah penerimaan. Maka hipotesis nol diterima. Rata-rata pretest kedua kelas sama. 2.

Posttest t=

dimana

Rata-rata kelas eksperimen adalah 77,17 Rata-rata kelas kontrol adalah 68,67 S dari kelas eksperimen adalah 11,35 S dari kelas kontrol adalah 12,66 = S2x(nx-1) = 11,352(30-1) = 3734,04 = S2x(nx-1) = 12,662(30-1) = 4646,67 =

= 144,495

= 3,44

t=

Untuk α=0,05 dan dk=28, tkritis= 2,048. Sedangkan thitung= 2,74. Maka thitung berada pada daerah penolakan. Maka hipotesis nol ditolak. Rata-rata posttest kedua kelas berbeda. 3.

N-gain t=

dimana

Rata-rata kelas eksperimen adalah 13,37 Rata-rata kelas kontrol adalah 10,38 S dari kelas eksperimen adalah 5,25 S dari kelas kontrol adalah 4,95 = S2x(nx-1) = 4,952(30-1) = 710,5725 = S2x(nx-1) = 5,252(30-1) = 799,3125

= t=

= 26,03

= 2,27

Untuk α=0,05 dan dk=28, tkritis= 2,048. Sedangkan thitung= 2,27. Maka thitung berada pada daerah penolakan. Maka hipotesis nol ditolak. Rata-rata posttest kedua kelas berbeda.

 

KARTU UNTUK BERBICARA

UJI REFERENSI PENELITIAN SKRIPSI

No 1.

Referensi Paraf BAB I Pembimbing I Pembimbing II Etty Soffyatiningrum, Terapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kmia di SMA/MA (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007), hal. 38

2.

Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, hal. 354

3.

Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.50. Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

4.

1.

2.

3.

4.

5. 6.

7.

BAB II Pembimbing I Wakhinudin,S, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar (Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang Press,(maret 2003), hal. 3. Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.240. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:41 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:43 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal. 61 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:46 Munir Tanree, Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009, hal. 268-269.

Pembimbing II

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18. 19.

A. Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002, hal. 115 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:47 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:48 Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf. Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007).hal. 49 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007). Hal. 6 Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf. Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 92 Drs. M.Ngalim Purwanto, MP.,”Psikologi Pendidikan”, PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 85 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”, PT. Rineka Cipta, 2008. hal.13 Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal:91-92

20. Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal.5 21. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2009) h. 37 22. W.S., Winkel ,Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hal. 245 23. Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 134 24. Muhibin syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal. 132 25 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal.32-33 26. J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 2 27. Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, hal. 354 28. Ni Nyoman Parwati, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended Di- Kelas SMU Laboratorium IKIP Negri Singaraja, (Singaraja: IKIP Negri Singaraja, 2003), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, No 4, Th XXXVI, h.41 29. Sukardjo, Ikatan Kimia, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1989) hal. 48

1.

2.

3.

4.

5.

BAB III Pembimbing I Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hal. 130 .Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), 131 Baso Intang Sappaile, Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan, (Lampung:Jurnal Pendidikan dan Kebudayaa no.66, tahun XIII, Mei 2007) hal. 382 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 109 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 113

Pembimbing II

6. 7. 8.

1.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007). hal.210 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).hal. 218 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 466. BAB IV Pembimbing I Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

Pembimbing II

Mengetahui,

Pembimbing I

pembimbing II

Dra. Etty Sofyatiningrum. M.Ed NIP: 131808296

Burhanudin Milama. M.Pd NIP: 197702012008011001