PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPADU ... - WordPress.com

6 downloads 275 Views 222KB Size Report
1. PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPADU TERHADAP. PENGEMBANGAN LITERASI SAINS SISWA SMPN 3 CIMAHI DAN SMPN 1. LEMBANG.
PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPADU TERHADAP PENGEMBANGAN LITERASI SAINS SISWA SMPN 3 CIMAHI DAN SMPN 1 LEMBANG Yeni Hendriani Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam Bandung e-mail: [email protected]. 1. Pendahuluan Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia masih mengalami tiga masalah besar terutama masih rendahnya mutu pendidikan (Muhaimin, 2001). Dengan kenyataan tersebut dikhawatirkan Indonesia akan gagal dalam memasuki APEC pada tahun 2010 dan pasar bebas pada tahun 2020. Indikasi ke arah tersebut telah nampak dari beberapa kompetisi akademis dan kenyataan di masyarakat. Studi PISA tahun 2003 menunjukan bahwa Indonesia di peringkat 38 dari 41 negara peserta pada bidang literasi sains. Sedangkan pada TIMSS, Indonesia menduduki urutan 34 dari 45 negara peserta (Ali, 2006). Mutu pendidikan yang tercermin dalam kedua studi internasional tersebut diduga akan membawa dampak terhadap daya saing sumber daya manusia Indonesia (terutama pada persaingan pasar kerja). Menyadari kenyataan di atas, berbagai kebijakan telah diluncurkan oleh pemerintah terutama kebijakan tentang standarisasi dalam bidang pendidikan. Dalam implementasi kurikulum, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3 dalam Depdiknas, 2006). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615 dalam Depdiknas, 2006). Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh 1

pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk mencari, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Hasil penelitian tentang pendidikan IPA di Australia menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan IPA di Australia adalah meningkatkan literasi (melek) IPA. Orang yang literasi IPA akan dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan baik dari aspek sosial maupun ekonomi. Memang di berbagai negara maju sejak beberapa tahun ini, literasi sains merupakan prioritas utama dalam pendidikan IPA. Salah satu stategi untuk meningkatkan literasi sain adalah dengan pembelajaran IPA terpadu.

2. Metoda a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 Lembang, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu mulai bulan Agustus sampai dengan November

2008. Pemilihan lokasi dilakukan secara acak di sekolah yang gurunya

diperkirakan memiliki kesamaan pemahaman yang sama tentang IPA Terpadu. b. Metoda

Desain penelitian yang digunakan mengacu pada desain Research and Developmen (R&D Design) dari Borg & Gall (1983) yang sudah mengalami modifikasi (gambar 1). Desain tersebut meliputi empat tahap yaitu a) studi pendahuluan yang meliputi studi kepustakaan dan survei lapangan; b) perancangan program; c) pengembangan program yang meliputi kegiatan penilaian draf program, ujicoba program dan finalisasi program dan; d) validasi program.

2

Studi Pendahuluan Studi Kepustakan mengenai : Pembelajaran IPA Terpadu dan Literasi Sains

Perancangan Program

Pengkajian terhadap Draf Program Draf Program Pembelajaran RPP  LKS Alat Evaluasi

Studi Lapangan mengenai : Pembelajaran IPA saat ini

Gambar 1

Pengembangan Program

Validasi Program

Implementasi Program

Revisi I Uji coba terbatas

Analisis data

Revisi II Program Teruji Program Final yang bersifat hipotetis

Desain Penelitian, diadaptasi dari Borg & Gall (1983)

Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, lembar penilaian, dan catatan lapangan. Indikator yang digunakan untuk melihat literasi sains siswa yaitu kemampuan mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan gejala ilmiah, menarik kesimpulan yang didasarkan pada bukti-bukti tentang isu yang terkait dengan sains, kesadaran tentang bagaimana sains dan teknologi mendorong pada suatu lingkungan budaya tertentu, serta kesediaan untuk terlibat dalam isu-isu yang terkait dengan sains

3. Hasil dan Diskusi

3.1 Kesiapan dan Persepsi Guru tentang Pembelajaran IPA Terpadu Dari tahap Perancangan Program tersusun tiga buah program pengajaran dengan tema Rokok dan Kesehatan, Transpormasi Energi pada Tumbuhan Hijau, Wujud Zat serta Perubahan Fisika dan Kimia. Dari hasil pengolahan data uji kesiapan dan persepsi guru terhadap pembelajaran IPA Terpadu, diperoleh informasi sebagai berikut: Rata-rata skor per item untuk kesiapan 3

guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebesar 4,37, sedangkan rata-rata skor untuk persepsi guru tentang pembelajaran IPA Terpadu adalah sebesar 4,52. Jika mengacu pada skala sikap yang telah dibuat, yaitu skor 1 untuk sikap negatif, 2 untuk sikap agak netral, 3 untuk sikap netral, 4 untuk sikap positif, 5 untuk sikap sangat positif, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan guru

dalam melaksanakan

pembelajaran IPA Terpadu adalah positif, sedangkan persepsi guru tentang pembelajaran IPA Terpadu adalah sangat positif. Semua guru menyadari bahwa pembelajaran IPA Terpadu memerlukan persiapan yang lebih baik. Dimana semua guru menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa pembelajaran IPA Terpadu lebih menuntut adanya kerja sama diantara guru IPA. Kerjasama ini terwujud dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi. Dalam proses perencanaan RPP yang dilaksanakan dalam pembelajaran dibuat bersamasama oleh tim guru. RPP Pembelajaran IPA Terpadu dibuat berdasarkan adanya keterkaitan yang dirumuskan dalam suatu tema, Dengan demikian pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Semua guru menyatakan untuk saat ini pembelajaran IPA Terpadu sulit dilaksanakan karena guru tidak mungkin menguasai semua bidang studi IPA, walaupun demikian kesulitan ini mungkin tidak akan menjadi halangan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran ini, karena 100 % guru menyatakan setuju bahwa mereka ingin mengetahui lebih jauh tentang IPA Terpadu, ingin menularkan pembelajaran IPA Terpadu pada teman sejawat, IPA Terpadu lebih menarik untuk dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas, dan siswa terlihat lebih bergairah saat pembelajaran IPA Terpadu. Faktor pendukung lainnya untuk terlaksananya pembelajaran IPA Terpadu adalah adanya dukungan kepala sekolah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu dapat memudahkan dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam

4

untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh,sistimik, dan analitik. Peserta akan termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Menurut Slameto (2003:180), minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya Dari hasil uji statistik untuk persepsi dan kesiapan guru, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua lokasi penelitian, baik jika dilihat dari level signifikansi maupun dari nilai t hitung dan t tabel. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa level signifikansi antara guru SMPN 3 Cimahi dengan SMPN 1 Lembang adalah 0,944426 Level signifikansi tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua lokasi baik pada taraf kepercayaan 99% maupun 95%. Nilai t hitung adalah sebesar 0,07007 dan nilai t

tabel

adalah 2,010635 dengan demikian nilai t

hitung

t

adalah sebesar tabel,

itu berarti

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari persepsi siswa diantara kedua lokasi penelitian

5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan pembelajaran IPA Terpadu mempengaruhi literasi sains siswa. 2. Beberapa kompetensi ilmiah literasi sains yang berkembang yaitu dalam hal bersikap positif terhadap sains, kemampuan mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan, menjelaskan gejala-gejala atau fenomena-fenomena secara ilmiah, dan kemampuan menggunakan bukti ilmiah. 3. Kesiapan dan persepsi guru tentang pembelajaran IPA Terpadu adalah positif dan sangat positif, sedangkan persepsi siswa adalah sangat positif

9

DAFTAR PUSTAKA AAAS, 2006, Benchmarks for Science Literacy A tool for curriculum reform, http://www.project2061.org/publications/bsl/online, 1 Oktober 2008. Anonime, 2006, Review of Science Education Literature and Reports: Executive Summary,http://www.dest.gov.au/.../publications_resources/science_in_australian.schoo l/executive_summary.htm, 1 Oktober 2008. Chamberlain, P.J., 1985, Integrated Science as a Preparation for “A” Level Physics, Chemistry and Biology, Research in Science&Technological Education, volume 3, Issues 2 1985, pages 153-158. Chiu, M.F & Kao, H.L.2006, An Exploration of Effect of Integrated Teaching about the History of Science upon Elementary School Children’s Viewpoints of the Nature of Science, Chinese Journal of Science Education, Vol. 14 No. 2 , hal 163 – 187. Cotter, G., Frame, M., Sepic, R., 2004, Integrated Science for Environmental Decisionmaking: The Chalenge for Biodiversity and Ecosystem Informatics, Science Journal, Volume 3, 28 April 2004 Depdiknas, 2006, Model Pembelajaran Terpadu IPA, SMP/MTs/SMP LB, Pusat Kurikulum Balitbang Diknas. Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between ComputerBased Technology and Future Skill Sets. Educational Technology. Desember: 1422. Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc. Lang, M., and Olson, J., 2000. Integrated Science Teaching as a Challenge for Teachers to Develop New Conceptual Structures, Research in Science Education 2000, 30 (2), 213-224. Larry D.Y. 2006, What is Meant by Constructivist Science Teaching and Will the Science Education Community Stay the Course for Meaningful Reform?. http://unr.edu/homepage/crowther/ejse/yore/html, 1 Oktober 2008 Main,J.D., Rowe,M.D. (1993). The Relation of Locus of Control Orientation and Task Structure to Problem Solving Perfomance of Sixth-Grade Student Pairs, Journal of Research in Science Teaching. 30 (4):401-426. Ministry of Education, Science literacy achievement: senior secondary schooling, Wellington, New Zealand

10

National Science Teacher Association.(NSTA) 1993. Standars For Science teacher Preparation. http://www.nsta.org/main/pdfs/NSTAstandards2003.pdf. 1 Oktober 200 Rofi’uddin, A. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk Siswa Sekolah Dasar. Majalah Bahasa dan Seni 1(28) Pebruari : 72-94. Rubba, P.A. (1993), “Examination of Preservice and Inservice Secondary Science Teachers Beliefs about Science –Technology-Society Interactions”, Science Education, 407-431. Silberman, M.L.(1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn and Bacon. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Susianna , N. 2007, The Use of Mind-Mapping in Integrating Science and Social Learning for High School Students, Fakultas Ilmu Pendidikan – Universitas Pelita Harapan. Tri Jalmo, 2007, Profile Of Science Teachers’ Performances Of Junior High School In Bandar Lampung City In Anticipating Educational Standardization Era, Department of Biology Education, FPMIPA, FKIP, Universitas Lampung

11